ANGGOTA KELOMPOK :
1. ATHAALA CHAIDAR 31101900015
2. DEA SUTAMI 31101900025
3. DEWI UTAMI HANDAYANI 31101900027
4. LULU SA’ADAH 31101900049
5. MUHAMMAD NAUFAL FARUQ 31101900058
6. SALWA FEBRIA MONICA 31101900081
7. SAMARA 31101900082
8. SHAFIRA AZZAHRA I 31101900083
9. SYIFA AQILLA ZAIN 31101900092
10. TIKO UMAROH 31101900094
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 8 LBM 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen dari kesehatan secara
umum dan juga merupakan faktor yang penting dalampertumbuhan normal dari anak.
Masalah kesehatan mulut dapat memengaruhi perkembangan umum anak-anak, kesehatan
tubuh secara umum dan juga dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup.Salah satu
masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada anak-anak yaitu karies gigi. Karies dapat
mengenai gigi sulung dan gigi tetap.
Early childhood caries (ECC) atau karies diniadalah penyakit rampan gigi yang paling
banyakmenyerang anak-anak. Menurut American Dental Association (ADA), ECC ditandai
dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan
gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada usia prasekolah antara usia
lahir hingga 71 bulan. Anak yang menderita karies dini memerlukan penanganan secepatnya
sehingga mencegah kondisi yang lebih parah. Perawatan yang dilakukan akan meredakan
keluhan atau rasa nyeri, serta menjaga mental dan tumbuh kembang stomatognatiknya.
4
B. Scenario
C. Identifikasi Masalah
a. Bagaimana prosedur diagnostic dan deteksi karies pada anak anak ?
b. Apakah hasil diagnosis dari karies tersebut ditinjau dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter gigi?
c. Bagaimana gejala klinis pada kasus di scenario?
d. Apa etiologi dari kasus di scenario?
e. Bagaimana pathogenesis kasus tersebut?
f. Apa factor yang memperngaruhi terjadinya karies pada scenario?
g. Apa saja klasifikasi karies gigi pada anak dan perawatan apa daja yang dapat
dilakukan?
h. Tindakan preventif apakah yang digunakan pada anak usia dini?
i. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus tersebut?
j. Apa diagnosis banding dari kasus di scenario?
k. Bagaimana Cara mengontrol karies pada anak?
l. Bagaimana Penyebaran karies pada anak(mekanisme)?
m. Bagaimana Efek pemberian susu botol?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Prosedur Diagnostic Dan Deteksi Karies Pada Anak
Deteksi karies
Dengan penurunan yang signifikan dalam prevalensi, insiden dan keparahan karies di
sebagian besar masyarakat Barat selama tiga dekade terakhir, terlepas dari beberapa
komunitas yang kurang beruntung dan individu yang tetap berisiko tinggi, sensitivitas
dari banyak tes diagnostik untuk karies telah meningkat. dikurangi. Deteksi karies
oklusal secara klinis rumit oleh morfologi permukaan, paparan fluorida, topografi fisura
anatomis dan adanya plak dan noda. Metode yang saat ini digunakan untuk mendeteksi
karies adalah:
• Inspeksi visual dan taktil.
• Radiografi.
• Transiluminasi.
Metode baru deteksi karies
Dalam dua dekade terakhir, metode laser dan fluoresensi yang diinduksi cahaya telah
dikembangkan untuk mendeteksi dan mengukur kandungan mineral email. Metode ini
bergantung pada karakteristik fluoresensi yang berbeda (hilangnya fluoresensi) dari
email yang mengalami demineralisasi karena hamburan cahaya pada lesi karies. Ada
korelasi kuat antara kehilangan mineral dan fluoresensi pada lesi white spot
(demineralisasi) email.
Pengembangan komersial baru-baru ini dari sistem quantified light-induced
fluorescence (QLF) menggunakan cahaya dengan panjang gelombang 290–450 nm
berpotensi untuk meningkatkan akurasi pengukuran tingkat mineralisasi email
permukaan halus in vivo. Hal ini karena:
• Metode klinis saat ini terbatas untuk mendeteksi karies email hanya pada
stadium lanjut.
• QLF dapat mendeteksi perubahan kecil dalam mineralisasi secara mikroskopis.
• Kehilangan mineral dapat dihitung.
• Perubahan serial pada karakteristik lesi dapat direkam.
Diagnosis didefinisikan sebagai "seni atau tindakan untuk mengidentifikasi penyakit
dari tanda dan gejalanya", dan deteksi karies adalah tanda dan gejala yang
diidentifikasi.
Dalam dekade terakhir, tiga istilah berikut telah disetujui dalam kaitannya dengan
perawatan karies preventif:
o Deteksi lesi: Ini menyiratkan metode objektif untuk menentukan apakah ada
penyakit atau tidak
o Penilaian lesi: Ini bertujuan untuk mengkarakterisasi atau memantau lesi,
setelah terdeteksi
o Diagnosis karies: Ini harus menyiratkan manusia, profesional, penjumlahan
dari semua data yang tersedia
6
Deteksi karies adalah hal dasar yang diajarkan semua profesional perawatan kesehatan
mulut di sekolah. Pada prinsipnya ini sangat sederhana — mendeteksi kehilangan
mineral pada gigi secara visual, radiografi, atau dengan metode tambahan lainnya. Ada
banyak masalah yang mempengaruhi tugas ini, termasuk pelatihan, pengalaman, dan
subjektivitas pengamat: kondisi pengoperasian dan keandalan peralatan diagnostic
b. Hasil Diagnosis Dari Karies Tersebut Ditinjau Dari Hasil Pemeriksaan Yang
Dilakukan Oleh Dokter Gigi
Pada skenario dimana mengatakan bahwa anak sampai saat ini masih suka
minum susu dari botol dot terutama sebelum tidur. Hasil pemeriksaan intraoral
menunjukkan seluruh gigi anterior RA dan RB karies media.
Diagnosis dari pemeriksaan tersebut adalah ECC (Early Childhood Caries).
Early childhood caries (ECC) atau karies dini adalah penyakit rampan gigi yang paling
banyak menyerang anak-anak. Menurut American Dental Association (ADA), ECC
ditandai dengan satu atau lebih kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa
kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi sulung pada
usia prasekolah antara usia lahir hingga 71 bulan.
2) Tahap dua, kerusakan/karies terjadi ketika anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih
pada insisivus berkembang dengan cepat dan menyebabkan demineralisasi
enamel sehingga mengenai dan terbukanya dentin.
3) Tahap tiga (lesi yang dalam), terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, lesi sudah
meluas pada insisivus sulung maksila, hingga terjadi iritasi pulpa.
7
4) Tahap empat (traumatik), terjadi ketika anak berusia antara 30-48 bulan, lesi
meluas dengan cepat ke seluruh permukaan enamel dan dentin, mengelilingi
permukaan servikal, dalam waktu singkat, terjadi kerusakan yang parah di seluruh
mahkota gigi hingga terjadi fraktur dan hanya akar yang tersisa.
8
diperoleh dari sebelumnya. ' klasik ' studi (Do dkk., 2013). Pada saat yang sama,
teknologi semacam itu dapat diintegrasikan in vivo model dan studi klinis longitudinal
untuk lebih meningkatkan pemahaman kita tentang patofisiologi penyakit, yang dapat
mengarah pada cara yang efektif untuk menilai kerentanan ECC pada anak-anak dan
menargetkan tindakan pencegahan intensif pada mereka yang paling membutuhkannya.
Gula makanan adalah salah satu mediator paling penting dalam patogenesis
ECC. Di antara mereka, sukrosa adalah yang paling kariogenik karena berfungsi
sebagai substrat untuk produksi asam dan eksopolisakarida oleh mikroorganisme,
memfasilitasi inisiasi dan akumulasi bio kariogenik fi lms (Paes Leme dkk., 2006).
Anak-anak yang af fl penderita ECC sering memiliki riwayat diizinkan untuk
menikmati konsumsi gula makanan yang berlarut-larut (Berkowitz dkk., 1984; Palmer
dkk., 2010). Ini termasuk praktik seperti menempatkan minuman manis (yaitu
minuman ringan dan madu) dalam cangkir sippy untuk dikonsumsi sepanjang hari, atau
dalam botol menyusui yang dibiarkan tanpa gangguan pada bayi. ' mulut pada malam
hari, sehingga mempercepat onset dan perkembangan lesi karies.
Karies gigi bukan hanya kavitasi pada gigi; itu adalah proses patologis di mana
akumulasi bio fi lms biasanya adalah fi manifestasi pertama penyakit (Bowen, 2015).
Meskipun pH asam tidak dapat disangkal penyebab langsung dari pembubaran email
gigi, lingkungan di mana asam diproduksi dan dipertahankan di permukaan gigi, yaitu
bio fi matriks lm, sama pentingnya, terutama bila ada suf fi cient buffering saliva
mampu menetralkan asam di mulut.
Matriks adalah lingkungan ekstraseluler yang menyatukan sel-sel mikroba dalam bio fi
lms, menyediakan massal, dan menyimpannya fi melekat erat pada permukaan gigi.
9
Yang penting, itu juga mempengaruhi difusi masuk dan keluar dari plak yang
mempengaruhi metabolisme bakteri dan mempromosikan asidi fi kation di bio fi lm -
antarmuka gigi (seperti ditinjau oleh Bowen & Koo, 2011). Exopolysaccharides (EPS)
adalah bio utama fi lm blok penyusun, yang merupakan inti dari matriks. EPS terutama
terdiri dari glukan terlarut dan tidak larut dan fruktan pada tingkat yang lebih rendah,
tetapi struktur dan komposisinya bervariasi tergantung pada interval sejak asupan
terakhir gula makanan (Bowen & Koo, 2011). EPS adalah chie fl y diproduksi oleh
eksoenzim bakteri [misalnya glukosiltransferase (Gtfs)] di bio fi lm - antarmuka gigi
menggunakan sukrosa dan pati makanan seperti yang diulas sebelumnya (Paes Leme
dkk., 2006; Bowen & Koo,
Dapat dikatakan bahwa pekerjaan utama profesi gigi dikendalikan oleh proses
penyakit ini, namun banyak dokter memiliki pemahaman yang buruk tentang
mekanisme dimulainya karies, bagaimana mengidentifikasi pasien yang berisiko dan
bagaimana menerapkan rencana manajemen pada tempatnya. memastikan bahwa
penyakit tidak berkembang. Terlalu sering hanya hasil dari proses karies yang diobati
dan bukan penyebab penyakit itu sendiri.
Karies gigi harus dianggap sebagai penyakit yang dapat menular. Ini melibatkan
proses kompleks demineralisasi dan remineralisasi email yang terjadi karena aksi asam
organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme di dalam plak gigi. Karies gigi adalah
penyakit multifaktorial, akibat interaksi antara faktor lingkungan, perilaku dan genetik.
Empat faktor yang mempengaruhi perkembangannya ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Biofilm plak gigi
Semakin banyak plak gigi dipandang sebagai biofilm dinamis (Gambar 3.2). Ini
menyiratkan bahwa plak memelihara lingkungan mikronya sendiri dan memiliki
tindakan yang memengaruhi kesehatan mulut. Meskipun biofilm plak biasanya
dianggap tidak diinginkan, keberadaannya mungkin positif, misalnya. dalam bertindak
sebagai reservoir fluoride atau sebagai penghalang pelindung erosi.
10
Plak gigi mengandung bakteri yang bersifat asidogenik dan asidodurik.
Meskipun banyak subspesies bakteri telah terbukti terkait dengan karies, Streptococus
mutans masih diyakini sebagai bakteri terpenting dalam permulaan dan perkembangan
penyakit ini. Kemudian, setelah kavitasi email, laktobasilus menjadi semakin penting.
Dalam proses karies, setelah pH plak turun di bawah tingkat kritis (sekitar 5,5), asam
yang dihasilkan mulai mendemineralisasi email. Ini akan berlangsung selama 20 menit
atau lebih tergantung pada ketersediaan substrat dan efek air liur.
Streptokokus mutans (S. mutans dan S. sobrinus) adalah kelompok bakteri
utama yang terlibat dalam inisiasi demineralisasi email. Biasanya, bayi diinokulasi
dengan S. mutans oleh ibu atau pengasuh utama. Inokulasi awal dianggap tergantung
pada keberadaan permukaan yang keras, dan oleh karena itu erupsi gigi pertama, namun
penelitian terbaru menunjukkan adanya organisme ini pada bayi baru lahir. Secara
umum, semakin dini inokulasi dengan streptokokus mutans, semakin besar risiko karies
pada bayi. Konsumsi berulang karbohidrat yang dapat difermentasi menyebabkan
pertumbuhan berlebih secara proporsional dari streptokokus mutans, dan produksi asam
organik berikutnya (laktat, format, asetat), peningkatan matriks polisakarida
ekstraseluler dan perubahan komponen relatif mikroflora yang menyebabkan
peningkatan risiko karies gigi.
Substrat
Bakteri menggunakan karbohidrat yang dapat difermentasi untuk energi dan
produk akhir dari jalur glikolitik dalam metabolisme bakteri adalah asam. Sukrosa
adalah karbohidrat yang dapat difermentasi yang paling sering terlibat, tetapi penting
untuk diingat bahwa bakteri dapat menggunakan semua karbohidrat yang dapat
difermentasi, termasuk pati yang dimasak. Meskipun karbohidrat dapat menyebabkan
produksi asam, ketersediaan glukosa yang mendorong metabolisme bakteri untuk
menghasilkan asam laktat daripada produk sampingan yang lebih lemah seperti format,
asetoasetat, dan alkohol. Selain itu, jumlah karbohidrat yang dapat difermentasi relatif
tidak penting, karena jumlah kecil karbohidrat yang dapat difermentasi akan segera
digunakan.
11
Faktor Host
Tiga serangkai tradisional faktor inang - gigi, mikroba, dan makanannya -
adalah representasi sederhana dari hubungan antar-kompleks yang kompleks dalam
rongga mulut. Berkenaan dengan proses karies, kualitas struktur gigi dan air liur adalah
faktor utama yang harus dipertimbangkan. Kualitas gigi yang buruk, seperti email
hipomineral, dikaitkan dengan peningkatan angka karies, dan perubahan kuantitas dan
/ atau kualitas saliva memiliki efek yang sangat besar pada seluruh lingkungan mulut,
mempengaruhi tingkat karies, kenyamanan mulut, kesehatan periodontal dan resistensi
terhadap infeksi.
Air liur/saliva
Pentingnya air liur sering diabaikan, namun memiliki beberapa peran penting
dalam proses karies. Air liur diekskresikan dengan kecepatan yang berbeda dan dengan
konstituen yang berbeda tergantung pada ada atau tidak adanya faktor stimulasi. Air
liur yang dirangsang dengan mengunyah telah meningkatkan konsentrasi ion kalsium
dan fosfat. Efek pernafasan, seperti yang diinduksi oleh beberapa asam makanan, telah
terbukti merangsang laju aliran air liur yang lebih tinggi daripada stimulasi dengan
mengunyah mekanis. Dengan menghilangkan substrat dan menyangga asam plak, air
liur membantu menyeimbangkan proses karies dan memiliki peran penting dalam
remineralisasi karena menyediakan larutan ion kalsium dan fosfat supersaturasi yang
stabil serta ion fluorida dari sumber ekstrinsik. Konstituen utama air liur adalah air
(%99,5%), dengan berbagai komponen anorganik dan organik lainnya, yang paling
relevan adalah protein saliva, terutama histatin, musin dan statherin, yang
menyediakan:
• Aktivitas antibakteri dan antijamur dan antivirus.
• Pelumasan, yang juga membantu pembentukan bolus.
• Penghambatan demineralisasi dan stabilisasi ion kalsium dan fosfat, yang
membantu remineralisasi. Sebab, penurunan jumlah atau kualitas air liur bisa
meningkat secara signifikan risiko karies.
Waktu
Ketika tantangan asam terjadi berulang kali, akhirnya runtuhnya cukup banyak
kristal email dan kemudian batang akan mengakibatkan kerusakan permukaan. Ini bisa
memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun tergantung pada intensitas dan
frekuensi serangan asam. Ini berarti bahwa di semua mulut (karena kebanyakan mulut
akan mengandung beberapa bakteri kariogenik) terjadi demineralisasi dan
remineralisasi email secara terus menerus; oleh karena itu, seorang individu tidak
pernah bebas dari karies gigi. Proses demineralisasi email dan remineralisasi secara
konstan berputar antara kehilangan bersih dan penambahan mineral. Hanya ketika saldo
bersandar pada kerugian bersih, tanda-tanda proses yang dapat diidentifikasi secara
klinis menjadi jelas. Hasil jangka panjang dari siklus ini ditentukan oleh:
• Komposisi dan jumlah plak.
• Konsumsi gula (frekuensi dan waktu).
• Paparan fluorida.
12
• Aliran dan kualitas ludah.
• Kualitas enamel.
• Respon kekebalan.
Jadi istilah 'bebas karies' yang sering digunakan untuk menggambarkan seorang
anak tanpa kerusakan yang terlihat paling baik diubah menjadi istilah 'karies tidak aktif'
untuk lebih akurat mencerminkan kenyataan klinis ini. Agar keseimbangan dapat
dipertahankan, harus ada waktu yang cukup antara tantangan kariogenik agar proses
remineralisasi berlangsung. Ketika tantangan ini menjadi terlalu sering, atau terjadi
ketika aliran saliva berkurang, laju demineralisasi dan kerusakan gigi selanjutnya akan
meningkat.
Factor sosioekonomi
ECC lebih sering ditemukan pada anak-anak yang hidup dalam kemiskinan atau
dalam kondisi ekonomi buruk yang termasuk dalam etnis dan ras minoritas, yang lahir
dari ibu tunggal, yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan rendah, terutama ibu
buta huruf. karena kekurangan gizi, anak-anak ini memiliki peningkatan risiko untuk
hipoplasia enamel dan paparan fluorin mungkin tidak mencukupi
Perilaku, Pengetahuan Ibu Tentang Kebersihan Gigi Dan Mulut.
Sikap ibu dalam dalam kebersihan gigi dan mulut anaknya mempengaruhi
perilaku menyikat gigi anak. waktu dan kemampuan orang tua dalam mengajarkan
anaknya diperlukan dalam pembentukan perilaku mengenai kebersihan gigi anaknya.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, karena semakin
tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan
kesadaran untuk menjaga kesehatan
Fasilitas Kesehatan Gigi
fasilitas kesehatan gigi merupakan sarana dan prasarana untuk melakukan usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang kesehatan gigi. Namun, akibat
dari keterbatasan tenaga dan fasilitas tidak semua bentuk pelayanan dapat dilaksanakan.
Fasilitas kesehatan gigi sangat menunjang pelayanan pengobatan dan pembentukan
perilaku kesehatan gigi masyarakat melalui program pendidikan kesehatan gigi.
Pendidikan Kesehatan Gigi
Kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan perilaku seseorang
atau masyarakat mengenai kesehatan gigi. Lebih banyak informasi dan inovasi baru
dalam kesehatan gigi dapat diaplikasikan bila ibu tersebut mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi.
Susu Botol, Terutama Malam Hari
Terutama ketika anak- anak dibiarkan tidur dengan botol di mereka mulut, telah
dianggap anak-anak yang minum susu mempunyai risiko lima kali lebih besar memiliki
ECC dibandingkan dengan anak yang disusui. Susu formula untuk makanan bayi,
bahkan yang tanpa sukrosa, juga terbukti kariogenik dalam beberapa penelitian (Zafar
et al., 2009)
13
Penggunaan Fluorida
Memelihara fluorida konstan dalam rongga mulut penting bagi resistensi
enamel, mengurangi jumlah mineral yang hilang selama deminerali sasi dan
mempercepat remineralisasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-
anak berusia lima tahun yang tinggal di daerah berfluoride memiliki sekitar 50%
kurang karies dibanding yang tinggal di daerah nonfluorida. Menyikat gigi rutin
dengan pasta gigi berfluorida dan menyikat sebelum tidur penting untuk kontrol
karies, karena mempertahankan konsentrasi fluoride dalam air liur untuk jangka
panjang (Zafar, 2009).
Karies susu botol merupakan sindroma kerusakan gigi yang parah dan sering terjadi
pada bayi dan anak-anak. Penyakit infeksi ini muncul segera setelah gigi bayi erupsi
dan berkembang dengan cepat serta mengakibatkan gangguan kesehatan yang
berkepanjangan pada anak- anak. Karies dianggap sebagai penyakit infeksi, mudah
menjalar dan multifaktor yang disebabkan oleh 3 faktor yaitu, mikroorganisme
kariogenik, substrat kariogenik dan host, yaitu gigi, yang rentan. Faktor-faktor tersebut
berinteraksi dalam periode waktu tertentu dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam
demineralisasi serta remineralisasi antara permukaan gigi dan lapisan plak.
14
2. Age Infants and Toddlers At any age, both primary and
permanent teeth are involved
and no specific teeth in
particular
15
permanent teeth are
involved
16
h. Tindakan Preventif Yang Digunakan Pada Anak Usia Dini
Rekomendasi klinis pencegahan karies awal anak-anak :
- Penjelasan penyebab tanpa menyalahkan pasien
- Edukasi dan peringatan untuk penghentian kebiasaan
17
- Nasihat pola makan
- Intruksi kebersihan mulut dan intruksi menyikat gigi
- Aplikasi fluor
Modifikasi diet
Meskipun sering kali mendapat perhatian minimal oleh praktisi gigi, diet mungkin
merupakan faktor terpenting dalam risiko karies. Meskipun beberapa kebiasaan diet
telah berubah, konsumsi gula secara keseluruhan telah meningkat selama 50 tahun
terakhir di sebagian besar negara Barat, terutama terkait dengan peningkatan
konsumsi minuman berkarbonasi. Banyak makanan, meskipun tidak jelas bersifat
kariogenik, mengandung gula tersembunyi dan karbohidrat yang dapat difermentasi.
Riwayat pola makan mungkin berguna dalam mengidentifikasi anak-anak yang
berisiko tinggi. Mencapai perubahan dalam kebiasaan makan sangatlah sulit dan oleh
karena itu nasihat harus bersifat individual, praktis dan realistis.
hanya karena kariogenik tetapi juga sangat erosif dan sangat kalori.
• Permen adalah hadiah yang berguna, tetapi harus dibatasi pada waktu makan.
• Banyak makanan berlabel 'Tanpa gula tambahan' mengandung gula alami
tingkat tinggi. Nasihat diet
• tidak boleh semuanya negatif. Alternatif positif harus diidentifikasi.
• Mengunyah permen karet bebas gula dengan pH netral meningkatkan aliran
saliva dan membantu dalam remineralisasi dan pencegahan demineralisasi.
• Mungkin saran diet terbaik dari semuanya adalah 'mengistirahatkan gigi'
setidaknya selama 2 jam di antara setiap makan atau kudapan.
18
diberitahu tentang kemungkinan kehilangan ruang, dan penilaian harus
dilakukan untuk menentukan apakah pemelihara ruang sesuai.
• Tindakan yg dilakukan pada kunjungan pertama ialah menghilangkan rasa
nyeri, yg dapat dilakukan penumpatan sementara dengan obat obat yg
diberikan di kavitas.
• Pemberian obat dapat dilakukan secara local/oral.
o secara local : dengan Zinc Oxide Eugenol
o secara oral : obat obatan sedative dan analgesic.
obat yang diberikan terutama pada nyeri berlanjut, dan bermanfaat
mencegah pertumbuhan bakteri penyebab karies. bila nyeri sudah hilang, maka
perawatan dapat dilanjutkan.
Dalam pengendalian karies, perawatan karies rampan harus dilakukan secara
sistematis dan komprehensif sesuai dengan prinsip pencegahan dan perawatan
secara menyeluruh.
• Mengurangi aktivitas bakteri untuk menghentikan karies, dan mencegah
penjalaran cepat kearah pulpa, untuk mengurangi perkembangbiakan bakteri
serta adanya bau mulut. perlu juga dilakukan oral profilaksis dengan cara
menyikat gigi secara benar dan teratur.
• Perawatan karies rampan tergantung tingkat keparahannya. semakin parah
maka semakin kompleks perawatan yg dilakukan.
Misal : gigi yg karies mengenai saluran akar, hendaknya dilakukan perawatan
endodontic dulu sebelum penambalan. dan pada gigi yg kariesnya belum
mencapai akar, bisa langsung dilakukan penambalan.
• Perawatan rampan karies trepanasi bila terjadi gangren pulpa dan abses
kemudian diberi obat-obatan melalui oral (antibiotik, analgetik), menghentikan
proses karies tiap kavitas kecil mempunyai jaringan kavitas dipreparasi untuk
membuang semua jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti,
anjurkan melakukan diet control, lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor
sebagai tindakan preventif, menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan sikat
gigi dengan bulu halus, dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur.
Penggunaan flour
19
Banyaknya sediaan fluor di masyarakat pada saat ini juga menjadi
pertimbangan, karena tidak semua dapat diberikan untuk setiap individu.
Seorang dokter gigi harus mempertimbangkan sediaan dan dosis yang
tepat sesuai dengan derajat keparahan karies. Bila digunakan dengan tepat,
fluor aman dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi.
Keputusan mengenai pemberian fluor didasarkan pada kebutuhan setiap pasien,
termasuk pertimbangan risiko dan manfaat.
Aplikasi fluor topikal yang dikombinasi sediaannya akan meningkatkan efek
remineralisasi dan meningkatkan kekerasan email. Baik individual
maupun profesional, fluor secara topikal memiliki 3 mekanisme aksi kerja
yaitu melalui peningkatan remineralisasi, pencegahan demineralisasi dan
penghambatan glikolisis bakteri
Menurut American Dental Association, fluoride dalam bentuk varnish yang
harus diaplikasikan oleh dokter gigi sangat direkomendasikan untuk mencegah dan
mengontrol karies pada gigi sulung dengan anak berrisiko tinggi. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa efek pencegahan akan lebih kuat
ketika fluoride varnish diaplikasikan sebelum terbentuk karies.4
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan telah terbukti bahwa
fluoride dapat menurunkan terjadinya karies, karena fluoride merupakan salah satu
ion yang berperan dalam proses mineralisasi. Fluoride dapat ditambahkan pada
pasta gigi, dan hal ini menjadi metode yang sering dilakukan dalam mengontrol
karies. Selain itu, fluoridasi air minum dengan jumlah yang tepat merupakan
tindakan yang paling efektif dan efisien untuk pencegahan karies pada
masyarakat.3,5 Fluoride bermanfaat dalam memperlambat proses demineralisasi
dan meningkatkan remineralisasi pada gigi dengan tujuan untuk pencegahan.
Keberhasilan terapi fluoride tergantung dari motivasi dan partisipasi orang tua,
kontrol secara rutin, dan penyesuaian dosis berdasarkan dosage schedule.4,5,7
Apabila digunakan dalam dosis yang berlebihan maka dapat menyebabkan dental
fluorosis yang akan tampak sebagai suatu perubahan patologis pada gigi.
Manifestasi awal dari dental fluorosis adalah terjadinya peningkatan porositas email
sepanjang serat Retzius. Apabila pemaparan fluoride terjadi selama pembentukan
gigi, akan tampak adanya porositas pada permukaan email gigi. Porositas ini
terbentuk karena terjadinya hipomineralisasi email. Hipomineralisasi email akan
meningkat seiring dengan peningkatan pemaparan fluoride selama perkembangan
gigi.12,14
Untuk mengurangi risiko berkembangnya ECC, The American Academy of
Pediatric Dentistry (AAPD) mendorong para profesional dan orang tua untuk
melakukan langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:
20
orang tua dua kali sehari, menggunakan sikat gigi yang lembut dengan
ukuran yang sesuai dengan usia. Pada anak usia di bawah tiga tahun pasta
gigi berfluoride yang harus digunakan seusap (smear) saja sedangkan anak
usia 3-6 sebesar biji jagung.
4. Pemberian fluoride secara topikal untuk anak-anak yang berisiko terjadi
5. Memeriksakan kepada dokter gigi dalam waktu enam bulan erupsi dari gigi
pertama dan paling lambat 12 bulan usia untuk melakukan penilaian risiko
karies dan memberikan pendidikan kepada orang tua termasuk bimbingan
antisipatif untuk pencegahan penyakit mulut.
6. Menghindari konsumsi berlebih minuman dan / atau makanan padat yang
mengandung gula. Khususnya:
• Minuman yang mengandung gula (misalnya, jus, minuman ringan, teh
manis, susu dengan tambahan gula) dalam cangkir atau botol sebaiknya
dihindari.
• Bayi jangan ditidurkan dengan botol diisi dengan susu atau minuman
yang mengandung gula.
• Menyusui sesukanya (tanpa penjadwalan) harus disertai dengan kontrol
OH setelah gigi primer pertama mulai erupsi dan diet karbohidrat
lainnya diperkenalkan.
• Orang tua harus didorong supaya bayi minum dari cangkir ketika
mereka mendekati ulang tahun pertama mereka. Bayi harus disapih dari
botol antara 12 sampai 18 bulan
7. Bekerjasama dengan dokter gigi untuk memastikan semua bayi dan balita
memiliki akses ke pemeriksaan gigi, konseling, dan prosedur pencegahan.
(American Academy of Pediatrics. 2008)
21
Kecenderungan penularan karies gigi dilaporkan lebih tinggi pada anak-anak
ibu hamil dan memiliki gigi dengan karies tinggi S.mutans menghitung dalam air liur
mereka.
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan adaptif sementara dalam tubuh,
karena pelepasan sejumlah hormon seperti estrogen, progesteron, relaxin dan
gonadotropin. Kehamilan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan mulut seperti mual
dan muntah karena kelalaian menyikat gigi. sehingga selama periode ini kemungkinan
dan risiko karies, gingiva, periodontal dan infeksi gigi menjadi lebih tinggi dari
biasanya.
Otitis Media
Otitis media adalah penyakit masa kanak-kanak umum yang saat ini menyerang
sebagian besar anak-anak saat mereka berusia 6 tahun tua (15,16). Tabel 1 menyajikan
artikel yang ditinjau dan hubungan antara pemberian susu formula dan otitis media.
Setiap studi yang diidentifikasi mencapai signifikansi statistik dalam hubungan antara
penggunaan formula dan peningkatan kejadian otitis media. Rasio odds yang
dikumpulkan untuk otitis media jika ada formula yang diperkenalkan dalam 3 sampai
6 bulan pertama adalah 2,00 (95% CI: 1,40, 2,78).
Asma
Asma (juga disebut mengi berulang atau alergi) adalah penyakit kronis yang
sangat umum yang mempengaruhi peningkatan jumlah anak (15,17). Salah satu faktor
risiko terbesar untuk asma adalah riwayat keluarga (15,18). Kurang menyusui telah
terbukti menurunkan risiko asma dalam beberapa penelitian dan meningkatkan risiko
pada penelitian lain. Hasil yang kontradiktif ini dapat dijelaskan oleh perbedaan desain
penelitian dan variabel lama menyusui selain variasi dalam riwayat keluarga (19).
22
Beberapa penelitian telah memfokuskan pada pola makan ibu dengan asumsi bahwa
komposisi ASI berbeda antara penderita asma dan nonastatik (20). Potensi perancu
dalam studi tentang asma dan menyusui termasuk usia dan status sosial ekonomi serta
orang tua yang merokok dan riwayat keluarga (15).
Diabetes Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 adalah kelainan di mana kerusakan sel beta autoimun
menyebabkan penurunan kadar insulin. ASI dapat memberikan perlindungan terhadap
timbulnya diabetes tipe 1 dengan memberikan kekebalan pasif melalui antibodi
imunoglobulin A sekretori dan meningkatkannya. b- proliferasi sel, dan dengan
menunda paparan antigen makanan yang mungkin terjadi (15).
Diabetes tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 adalah kelainan yang semakin umum terjadi di mana
tubuh telah mengembangkan resistansi terhadap insulin dan reseptor insulin, yang
mengakibatkan kadar gula darah tinggi. Telah diusulkan bahwa asam lemak tak jenuh
ganda yang terkandung dalam ASI mempertahankan jumlah reseptor insulin yang
memadai di otak dan dengan demikian mengatur metabolisme glukosa dan insulin
jangka panjang (21). Tabel 4 menyajikan hubungan antara pemberian susu formula dan
diabetes tipe 2.
Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah penyakit radang kulit kronis yang semakin umum
terjadi yang dianggap sebagai akibat dari faktor genetik dan lingkungan. Studi tentang
hubungan menyusui dengan dermatitis atopik telah menghasilkan hasil yang beragam,
beberapa menunjukkan efek perlindungan, yang lain tidak menunjukkan hubungan
yang signifikan, dan dua menunjukkan hubungan positif antara menyusui dan gangguan
atopik (22,23). Tabel 5 menyajikan hubungan antara pemberian susu formula dan
dermatitis atopik. Delapan dari 13 studi dermatitis atopik dengan riwayat keluarga
positif melaporkan hubungan positif antara penggunaan formula dan peningkatan
dermatitis, tetapi hanya dua yang mencapai signifikansi. Empat dari enam studi
dermatitis atopik dengan riwayat keluarga negatif menemukan hubungan antara
penggunaan formula dan peningkatan dermatitis tetapi tidak ada yang mencapai
signifikansi statistik.
I nfeksi saluran pernafasan dilaporkan menjadi masalah medis yang paling umum
dan penyebab utama rawat inap pada bayi dan anak-anak (15,24). Imunoglobulin yang
ditemukan dalam ASI diyakini dapat meningkatkan sistem kekebalan kekanak-kanakan
dan melindungi dari infeksi seperti yang mempengaruhi saluran pernapasan bagian
bawah (25). Tabel 6 menyajikan hubungan antara pemberian susu formula dan rawat
inap akibat infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Semua studi menemukan
hubungan positif antara penggunaan formula dan peningkatan rawat inap karena infeksi
saluran pernapasan bagian bawah, dengan dua hal yang bermakna secara statistik.
23
Secara keseluruhan, hasil penelitian mengungkapkan bahwa 'penggunaan
formula apa pun' dikaitkan dengan peningkatan kejadian otitis media, asma, diabetes
tipe 1, diabetes tipe 2, dermatitis atopik, dan rawat inap sekunder untuk infeksi saluran
pernapasan bagian bawah pada bayi dalam berbagai penelitian. Dalam banyak studi ini,
asosiasi positif ini tidak tercapai signifikansi statistik; namun, penting untuk dicatat
bahwa tidak ada penelitian yang menemukan efek perlindungan dari penggunaan
formula.
B. Peta Konsep
Kebiasaan minum
susu botol saat
tidur
Perkembangan
Plak
Kerusakan gigi
Pemeriksaan ECC
intraoral
Kontrol Karies
restorstif Preventif
24
BAB III
KESIMPULAN
ECC adalah penyakit menular kronis yang menyerang anak kecil, dan merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius. ECC merupakan penyakit multifaktorial yang
diakibatkan oleh interaksi mikroorganisme kariogenik, paparan karbohidrat dan praktik
pemberian makan yang tidak tepat. Ini dapat memengaruhi kesejahteraan, kemampuan belajar,
dan kualitas hidup anak. Bentuk karies gigi yang ganas ini dimulai segera setelah erupsi gigi,
yang berkembang dengan cepat. Hal ini memiliki dampak merusak yang bertahan lama pada
gigi. Rasa sakit akibat karies gigi memiliki dampak negatif pada status emosional anak, pola
tidur, dan kemampuan untuk belajar atau melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan. Oleh
karena itu, pencegahan penyakit mulut dan promosi kesehatan mulut harus dilakukan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anil, S., & Anand, P. S. (2017). Early childhood caries: Prevalence, risk factors, and
prevention. Frontiers in Pediatrics, 5(July), 1–7.
https://doi.org/10.3389/fped.2017.00157
Asnani, K. H. (2010). Essentials of Pediatric Dentistry (1st ed.). Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd.
Dean, J. A. (2011). Mcdonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent (10th ed.).
Elvesier.
JAVED, A., Chaudhry, S., Butt, S., Ijaz, S., Asad, R., Awais, F., & Khan, A. A. (2012).
TRANSMISSION OF STREPTOCOCCUS MUTANS FROM MOTHER TO CHILD.
Pakistan Oral & Dental Journal, 32, 3.
Jingga, E., Setyawan, H., Yuliawati, S., Masyarakat, F. K., & Diponegoro, U. (2019).
Hubungan Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Early Childhood Caries
(Ecc) Pada Anak Prasekolah Di Tk Islam Diponegoro Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 7(1), 131–141.
Hakan Colak. Early Childhood Caries Update: A Review Of Causes, Diagnoses, And
Treatments. Journal Of Natural Science , Biology And Medicine. 2013
Annisa, Ahmad , Iwan. Mekanisme Fluor Sebagai Kontrol Karies Pada Gigi Anak .Journal Of
Indonesian Dental Association. Maret 2018, Volume 1, Number 1
Jeffrey. 2016. Prevention And Treatment Of Early Childhood Caries (ECC). Journal Of Medicine
And Health Prevention And Treatment Of... Vol. 1 No. 3. February
Sadimin, dkk. 2017. Faktor Penyebab Karies Anak Pada Siswa TK Kabupaten Boyolali. Jurnal
Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1
Arymbi P. 2018. Gambaran ECC di Posyandu PAUD Kecamatan Sijunjung Sumatera Barat.
Jurnal Cakradayana Dent Vol. 10 No. 1. Hal 27-30
raras S. 2017. Gambaran Praktik Anak Dalam Pencegahan Karies gigi dengan ECC pada anak
sekolah di wilayah kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 5 No. 4
Eko S. 2016. early Childhood Caries (ECC) pada anak usia prasekolah kecamatan Denpasar
utara. Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar Vol. 5 No.
1
Annisa I. 2018. Mekanisme Flour sebagai Kontrol Karies Gigi Anak. Journal of Indonesian
Dental Association Vol. 1 No. 1
Zieta S. 2017. Hubungan Pola Makan anak terhadap tingkat kejadian karies anak. Aandalas
Dental Journal Vol. 1 No. 1
Sri R. 2017. Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Vol. 7 No. 2
26