AKDR
AKDR
Oleh :
Dian Hosiana Pangaribuan
NIM 012023243011
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada akseptor
kontrasepsi AKDR sesuai dengan manajemen kebidanan
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar kontrasepsi AKDR
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kebidanan pada
akseptor kontrasepsi AKDR
c. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor
kontrasepsi AKDR
d. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi dengan metode SOAP pada
akseptor kontrasepsi AKDR
e. Mampu melakukan pembahasan mengenai konsep dasar dan kasus yang
didapatkan berkaitan dengan asuhan kebidanan pada akseptor kontrasepsi
AKDR
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan konsep dasar AKDR kepada
akseptor kontrasepsi AKDR sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan
secara kompreshensif dan berkualitas.
1.3.2 Bagi pelayanan kesehatan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan.
1.3.3 Bagi institusi
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah referensi khususnya
tentang asuhan kebidanan pada akseptor kontrasepsi IUD
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Pengkajian
1. Data subjektif
a. Identitas
Identitas meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama. Umur
penting dikaji sebagai penentuan kelompok KB sehingga dapat menentukan jenis
kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu, seperti menunda kehamilan (usia <20
tahun), mengatur/ menjarangkan kehamilan (20-35 tahun), dan mengakhiri
kehamilan/ tidak ingin hamil lagi (usia >35 tahun). AKDR adalah kontrasepsi
jangka panjang, sehingga ibu usia >35 tahun banyak yang menggunakan
kontrasepsi ini karena tidak ingin hamil lagi, namun kelompok KB lain juga
banyak menggunakkan kontrasepsi ini.
b. Alasan kunjungan
Ibu ingin kunjungan ulang.
c. Keluhan utama
Keluhan yang biasanya muncul pada akseptor AKDR sehingga klien
melakukan kunjungan ulang adalah terdapat spotting, amenorea, nyeri dan kejang
perut, perdarahan berat saat haid dan haid lebih dari delapan hari, keputihan,
perdarahan post seksual, dan eskpulsi AKDR (Putri & Oktaria, 2016)
d. Riwayat menstruasi
Pada akseptor AKDR, biasanya terdapat perubahan pola menstruasi tidak
teratur dan lebih pendek dari biasanya, namun ada beberapa wanita yang
mengalami amenorea. Perdarahan menstruasi kebanyakan lebih banyak dari
biasanya, masa haid lebih lebih lama dari biasanya. Dismenorea biasanya juga
meningkat (Putri & Oktaria, 2016)
e. Riwayat obstetrik
Jumlah anak hidup dan umur anak terakhir perlu diketahui untuk mengetahui
klien masuk dalam kelompok kontrasepsi apa. AKDR merupakan salah satu
kontrasepsi jangka panjang, sehingga kebanyakan akseptor AKDR adalah
multipara yang tidak ingin hamil lagi
f. Riwayat kontrasepsi
Klien harus dikaji kontrasepsi apa saja yang pernah digunakan, lama
pemakaian, bagaimana efek samping dan pengalaman ibu selama memakainya,
serta alasan kenapa ingin menggantinya. Hal-hal ini dapat menjadi panduan bidan
untuk memberikan konseling.
g. Riwayat penyakit
Jika klien ditemukan sedang menderita penyakit IMS, kecurigaan tumor ganas
pada alat kelamin, tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, radangan panggul,
karsinoma organ-organ panggul, malformasi panggul, mioma uteri terutama
submukosa, stenosis kanalis servikalis, anemia berat dan gangguan koagulasi
darah, serta penyakit jantung reumatik, maka sebaiknya segera dilakukan
pelepasan AKDR (BKKBN, 2019; Putri & Oktaria, 2016)
h. Data psikososial
Perlu dikaji apakah keluarga terutama suami menyetujui ibu menjadi akseptor
kontrasepsi agar bidan dapat menjadi penengah/memberikan asuhan yang sesuai
dengan keadaan ibu.
i. Pola fungsional
1) Nutrisi. Akseptor AKDR mudah mengalami anemia akibat perdarahan
haid yang lebih banyak yang merupakan efek samping AKDR, sehingga
ibu sebaiknya makan makanan yang bergizi dan mengandung zat besi
yang cukup.
2) Personal hygiene. Penggunaan AKDR meningkatkan rekurensi vaginosis
bakterial/keadaan abnormal pada ekosistem vagina sehingga menyebabkan
pengeluaran fluor albus/keputihan. Klien dianjurkan untuk menjaga
kebersihan genitalianya
3) Seksual. Klien dapat bebas melakukan aktivitas seksual kapan saja karena
kontrasepsi ini jangka panjang. Suami mungkin mengeluh merasakan
benang yang masih kaku ketika melakukan aktivitas seksual.
2. Data objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
Berat badan: tidak ada kontraindikasi kurang gizi atau obesitas, tidak ada
efek samping terjadi perubahan berat badan
TTV: tidak ada kontraindikasi hipertensi. Suhu jika > 37,5 oC, nadi >
100x/m dan respirasi >24x/m waspadai tanda-tanda infeksi
2. Pemeriksaan fisik
Wajah: konjungtiva merah muda (waspadai tanda-tanda anemia), sklera
tidak ikterik
Abdomen: tidak ada pembesaran uterus, tidak teraba massa, tidak terdapat
nyeri tekan
Genitalia: tidak vaginal discharge absnormal, tidak berbau, vulva vagina
tidak oedema, tidak varises, tidak ada pembesaran dan nyeri tekan kelenjar
skene maupun bartholini
3. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mangetahui apakah benang AKDR
teraba/tidak. Seharusnya benang AKDR teraba, jika tidak dapat
menunjukkan AKDR ekspulsi
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat benang
AKDR. Benang AKDR seharusnya terlihat 2-3 cm di depan portio, jika
benang tidak terlihat dapat menandakan terjadinya ekspulsi. Pemotongan
benang dapat dilakukan bila ada indikasi (benang terlalu panjang atau
keluhan tidak nyaman saat berhubungan seksual)
2.2.2 Intrepretasi data
Diagnosa: Papah akseptor kontrasepsi AKDR follow up
Masalah: nyeri/kram perut gangguan haid, keputihan, benang hilang/tidak teraba,
tidak nyaman dengan benang
2.2.5 Perencanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
-> Klien harus diberikan informasi secara singkat dan jelas agar pasien mengerti
dengan baik, sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal.
2. Menggunting benang AKDR sepanjang ± 2 cm di depan portio, jika ada indikasi
benang terlalu panjang atau keluhan tidak nyaman saat berhubungan seksual.
3. Melakukan pemasangan AKDR ulang jika terjadi ekspulsi dan klien masih ingin
menggunakan kontrasepsi ini.
-> tetap kaji kontraindikasi sebelum pemasangan
4. Mengajarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan benang secara mandiri
-> Hal ini bertujuan untuk memberdayakan ibu untuk mengetahui kondisi AKDR
dan mendeteksi secara dini terjadinya ekspulsi secara mandiri.
5. Memberikan KIE tentang personal hygiene.
-> Akseptor ADKR dapat mengalami efek samping menstruasi lebih lama
dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya, serta keputihan yang
meningkatkan risiko infeksi. Klien dianjurkan rajin ganti pembalut tiap 4 jam,
dan diajarkan cara membersihkan genitalia yang benar
6. Memberikan KIE ulang tentang efek samping AKDR
-> Agar klien mengetahui dengan baik apa yang normal dan tidak normal dalam
memakai kontrasepsi ini
7. Memberikan terapi: ibu profen dan Tablet Fe jika perdarahan menyebabkan
anemia, analgetik untuk mengurangi nyeri
8. Menjadwalkan waktu kontrol ulang atau jika klien ada keluhan.
-> Kontrol ulang bertujuan untuk memastikan letak AKDR dan meminimalkan
komplikasi yang mungkin terjadi.
2.2.6 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan kebidanan yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai apakah tindakan yang di berikan sudah sesuai
dengan perencanaan serta menilai apakah rencana asuhan yang di berikan cukup
efektif. Hasil evaluasi yang diharapkan pada akseptor AKDR adalah:
1. Klien memahami kondisi dirinya
2. Klien mengetahui dan dapat menjelaskan ulang keuntungan, kerugian, dan efek
samping kontrasepsi AKDR
3. Klien mampu melakukan pemeriksaan benang AKDR secara mandiri
4. Klien melakukan personal hygiene dengan baik
5. Klien mengkonsumsi obat sesuai yang dianjurkan
2.2.8 Pendokumentasian
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan
pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan
tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien dan
bidan berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Dokumentasi kebidanan juga
dipakai sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan
asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan (Handayani & Mulyati, 2017)
DAFTAR PUSTAKA