Anda di halaman 1dari 20

Melakukan Kolaborasi Interprofesional Dalam Penatalaksanaan Efek

Samping Kontrasepsi AKDR (Spotting, Amenorrhea, Mual, Pusing,


Kenaikan BB, Hiperpigmentasi, Menometroraghi)

Kelompok 3
Di susun oleh :
 Hani Nurcahyati (1915201002)
 Putri habibah (1915201009)
 Iklima Novianti (1915201011)
 Zahra salsabila (1916201047)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan tugas pembuatan makalah.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Tangerang, 21 juni 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar belakang 1
2. Rumusan masalah 2
3. Tujua 2
BAB II PEMBAHASAN 3

1. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi


AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi) 3
2. Pelayanan kontrasepsi IUD 9
BAB III PENUTUP 16

1. kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat.
Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan bantuan alat
apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur, cara
ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah memperkecil
kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat sedangkan
kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset
dan tidak akurat.23

AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam
uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dengan
angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat mencegah akseptor
AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan lama penggunaan
AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor AKDR.

Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan sejak
berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah alat yang
dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR bekerja dengan
cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui
perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap benda asing disertai
peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum dan sperma bertemu dan
menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga yang terdapat pada AKDR
bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007: 197). Dilihat dari jenisnya,
AKDR yang telah beredar terdiri dari dua jenis yaitu AKDR yang mengandung obat:
Copper T 380 A, Copper T 200, Copper T 220, Multiload 375, Multiload 250, dan Nova
T. Sedangkan AKDR yang tidak mengandung obat: Lippes Loop dan cincin baja tahan-
karat tunggal atau ganda (WHO, 2006: 20).

1
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi) ?
b. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi IUD?

3. Tujuan
3. Untuk mengetahui Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek
samping kontrasepsi AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi)
4. Untuk mengetahui Pelayanan kontrasepsi IUD
4.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi
AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi)

Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau


‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami
dan bantuan alat. Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan
bantuan alat apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada
masa subur, cara ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah
memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat
sedangkan kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa
meleset dan tidak akurat.23

 AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
 Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan
sejak berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah
alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR
bekerja dengan cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum
dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga
yang terdapat pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007:
197). Dilihat dari jenisnya, AKDR yang telah beredar terdiri dari dua jenis yaitu
AKDR yang mengandung obat: Copper T 380 A, Copper T 200, Copper T 220,
Multiload 375, Multiload 250, dan Nova T. Sedangkan AKDR yang tidak

3
mengandung obat: Lippes Loop dan cincin baja tahan-karat tunggal atau ganda
(WHO, 2006: 20).

4
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Pemakaian metode KB jelas berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak, namun sebagian wanita mungkin enggan
memakai suatu kontrasepsi dikarenakan takut akan efek samping yang
ditimbulkannya (WHO, 2006: 15). Dilihat dari keefektifannya, AKDR merupakan
salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang efektif dengan angka
kegagalan yang rendah sekitar 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama. Akan tetapi kebanyakan wanita khawatir mengenai nyeri akibat pemasangan
AKDR. Selain itu efek samping yang sering timbul dikarenakan pemakaian AKDR
dengan obat ataupun tanpa obat adalah amenorea, kejang/kram, perdarahan vagina
yang hebat dan tidak teratur, benang yang hilang/gangguan benang, adanya
pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya Penyakit Radang Panggul (PRP)
yang menyebabkan pemakainya tidak nyaman dan menjadi alasan untuk
menghentikan pemakaiannya

Minimnya peminat AKDR dikarenakan kebanyakan masyarakat masih takut


menggunakannya padahal kontrasepsi AKDR paling bagus untuk mencegah
kehamilan. Meskipun AKDR dapat dipakai dalam waktu yang cukup lama,

pemakaian AKDR yang melebihi masa pemakaian juga dikhawatirkan menimbulkan


efek samping yaitu kandungan tembaga yang mengalami dislokasi. Hal ini perlu
ditangani dengan segera karena dapat mengakibatkan penyumbatan usus yang disertai
nyeri, muntah-muntah dan demam. Atau yang lebih parahnya dapat mengakibatkan
peradangan dan perdarahan (Arum & Sujiatini, 2009: 155). Pemeriksaan AKDR
secara dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri oleh ibu dirumah tanpa harus
melibatkan bidan. Hal ini lebih menguntungkan karena bila terjadi efek samping
seprti benang AKDR hilang ibu akan mengatahuinya sejak dini dan dapat pergi ke
bidan untuk diberikan tindakan.Dari permasalahan diatas solusi yang juga dapat
dilakukan adalah penapisan rutin yang sangat diperlukan dalam upaya mencegah
5
akseptor AKDR drop out. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kunjungan ulang pada
akseptor AKDR sesuai dengan jadwal yang diberikan yaitu 1 bulan

setelah pemasangan, setiap 6 bulan, 1 tahun sekali dan sewaktu-waktu apabila terjadi
keluhan (Marmi, 2010: 215). Langkah ini diambil sebagai bahan evaluasi agar efek
samping yang biasa terjadi dapat ditanggulangi dan tidak berdampak pada drop out-
nya jumlah akseptor AKDR.

2. Intra Uterine Device (IUD)


a. Pengertian Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim
merupakan alat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa 12 kerangka dari plastik
yang fleksibel yang diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), sangat
efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun : CuT.380A).7 IUD
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi, kecuali oleh perempuan yang
terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).
b. Jenis Tersedia dua jenis IUD yaitu hormonal (mengeluarkan hormon progesterone)
dan non-hormonal. IUD jenis CuT.380A berbentuk huruf T, diselubungi kawat halus
yang terbuat dari tembaga (Cu), dan tersedia di Indonesia. IUD jenis lain yang beredar
di Indonesia adalah NOVA T (Schering).7
c. Cara kerja IUD bekerja dengan cara menghambat kemampuan sperma untuk masuk
ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. IUD
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dan mencegah terjadinya
implantasi telur dalam uterus.7 d. Efektivitas IUD merupakan alat kontrasepsi yang
sangat efektif. Dari 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama terdapat
1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.7 Efektivitas IUD bergantung pada ukuran,
bentuk, dan kandungan bahan dalam IUD. 13 Selain itu, umur, paritas, dan frekuensi
senggama akseptor juga mempengaruhi efektivitasnya.
e. Keuntungan Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan sekali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah. Selain
itu, keuntungan dari pemaikaian IUD di antaranya tidak menimbulkan efek sistemik,
efektivitas cukup tinggi, reversible, dan cocok untuk penggunaan secara massal.23
Keuntungan yang lain dari IUD antara lain dapat diterima masyarakat dengan baik,
pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit, kontrol medis ringan, penyulit
tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.23
6
Pemakaian IUD juga memiliki keuntungan yaitu tidak mempengaruhi hubungan
seksual, tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu penggunaan kontrasepsi,
metode yang nyaman, tidak perlu disediakan setiap bulan dan pemeriksaan berulang.
IUD dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir),
dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi), tidak ada interaksi dengan obat-obat.7 14
f. Kerugian Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain :
 Terdapat perdarahan (spotting atau perdarahan bercak, dan menometroragia),
tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu
hubungan seksual.23
Pemakaian IUD juga dapat mengalami komplikasi seperti;

 merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,


 merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan,
 perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia,
 perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). IUD
tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS,
 tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan,
 penyakit radang panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD karena PRP dapat memicu infertilitas,
 dan tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi
IUD untuk mencegah kehamilan normal.7
g. Indikasi IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi dengan
tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka panjang; dan tidak ingin punya anak lagi
atau ingin menjarangkan anak. Beberapa indikasi penggunaan IUD antara lain:
 Usia reproduktif, keadaan nulipara, menyusui yang menginginkan 15
menggunakan kontrasepsi,
 setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus
dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari IMS,
 tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat-ingat
minum pil setiap hari,
 tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.7

7
h. Kontraindikasi Adapun kontraindikasi pengguna IUD diantaranya :
 Hamil atau diduga hamil, infeksi leher rahim atau rongga panggul,
 termasuk penderita penyakit kelamin,
 pernah menderita radang rongga panggul,
 penderita perdarahan pervaginam yang abnormal,
 riwayat kehamilan ektopik, penderita kanker alat kelamin.20 Kontraindikasi
yang lain yaitu : Alergi terhadap tembaga (hanya untuk alat yang mengandung
tembaga), dan ukuran ronga rahim kurang dari 5 cm.23,7
Efek samping Efek samping yang mungkin terjadi di antaranya
 mengalami perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan),
 perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan,
dapat juga terjadi spotting antar waktu menstruasi.
 Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu
pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya.
 Pemasangan IUD mungkin 16 menimbulkan rasa tidak nyaman, dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.7,20 3.
 Pasangan Usia Subur Perkawinan di Indonesia bisa berlangsung apabila pria
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai
usia 16 (enam belas) tahun. Ketentuan tersebut tercantum dalam Undang-
Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut peraturan tersebut,
seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat
izin kedua orang tua.24
 Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
 Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih
dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada
kisaran usia 15-49 tahun.9 Usia 34 thn), terlalu sering melahirkan (> 3 kali),
dan 22 terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan
berikutnya (< 2 thn).20

8
 Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam
pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak,
karena suami dipandang sebagai pelindung,
 pencari nafkah dan pembuat keputusan.21 Peran atau partisipasi suami istri
dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut pemakaian alat
kontrasepsi,
 tempat mendapatkan pelayanan,
 lama pemakaian, efek samping dari penggunaan kontrasepsi, siapa yang harus
menggunakan kontrasepsi.20 Suami menjadi individu yang berperan sebagai
dukungan sosial bagi istri dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipilih.
Menurut Uchino,
 dukungan sosial merupakan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, ataupun
bantuan yang tersedia bagi individu dari individu lain ataupun kelompok.30

B. Pelayanan kontrasepsi IUD

Aspek-aspek dukungan sosial meliputi :


1) Dukungan emosional, merupakan ekspresi dari empati, kasih sayang, kepercayaan,
dan perilaku afeksi sehingga individu merasa dicintai, diperhatikan, nyaman, dan
dipercaya.
2) Dukungan penghargaan, merupakan ekspresi hormat yang positif, memberikan
dorongan untuk maju, setuju dan penilaian positif terhadap ide, perasaan dan
performa 23 orang lain untuk melihat segi positif yang ada, menambah penghargaan
diri, membentuk percaya diri, dan kemampuan,
3) Dukungan instrumental, merupakan pemberian bantuan secara langsung berupa
barang atau jasa.
4) Dukungan informasi, merupakan pemberian nasihat, saran, dan pengarahan untuk
membantu mencari jalan keluar dan mengatasi masalahnya.31 Beberapa penelitian
menyebutkan adanya hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi.21,32 Hasil penelitian Anguzu menyebutkan bahwa persepsi terhadap
keputusan pasangan secara positif mempengaruhi pemilihan kontrasepsi mereka.17
Hasil penelitian Gbogba menunjukkan bahwa beberapa wanita yang pernah
menggunakan IUD memutuskan untuk melepas IUD karena takut akan berdampak
negatif terhadap hubungan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa pasangan

9
yang tidak mengetahui mengenai alat kontrasepsi yang digunakan juga membuat
mereka memilih untuk melepas IUD. Dalam pandangan mereka, 'tali pada IUD'
meningkatkan ketidaksukaan mereka terhadap IUD, karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan yang diperlihatkan oleh pasangan mereka sehingga beberapa
memilih melepasnya.
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam

10
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Efek Samping Penggunaan Kontrasepsi
IUD
2.2.1 Lama Pemakaian IUD
Lama pemakaian kontrasepsi IUD yaitu untuk Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T
220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun)
( Handayani, 2010). Resiko terjadinya efek samping pada pengguna kontrasepsi IUD
meningkat dengan makin lamanya pemakaian kontrasepsi IUD. Pada pemakaian 5
tahun atau
lebih resiko terjadinya infeksi meningkat 5 kali, apabila ditambah dengan partner
seksual yang lebih dari satu atau sering berganti-ganti pasangan (Hartanto, 2004)
2.2.2 Jenis IUD
Jenis IUD menurut Handayani (2010, p.140-141) dikategorikan menjadi 2
yaitu :
1. AKDR non hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang
ditambah obat ataupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device)Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles,
Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device)Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg
Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicatet IUD
Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300
(daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5
tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
2) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf- T Coil, Antigon.
2. IUD yang mengandung hormonal IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm,lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam

11
2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesterone per hari
3) Tabung insersinya terbentuk lengkung
4) Teknik insersi : plunging (Modified Withdrawal)
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari
2) Sedang di teliti di Finlandia
3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih
tinggi dibandingkan IUD lainya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan
haid yang sangat sedikit.Untuk AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang
mengandung hormon progesterone, lendir serviks menjadi lebih kental/tebal karena
pengaruh progestin, keuntungan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) antara lain
untuk Cu T AKDR kejadian ekspulsi lebih jarang dan untuk AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) yang mengandung hormonal dapat mengurangi volume darah haid
(Hartanto, 2004). Pada jenis Nova-T kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya
efek samping hormonal dan amenorhea. Pengeluaran darah saat menstruasi menjadi
meningkat dua kali lipat. AKDR perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun,
Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak/spotting.
Insiden
kehamilan ektopik jauh lebih tinggi (Hartanto, 2004).Ukuran dan jenis IUD juga
mempengaruhi terjadinya ekspulsi, semakin kecil ukurannya, semakin besar
kemungkinan terjadinya ekspulsi. Selain itu jenis bahan yang dipakai dapat
berpengaruh, semakin elastis semakin besar kemungkinan ekspulsinya
(Prawirohardjo,2008).

Apa saja efek samping IUD?


Sama seperti alat kontrasepsi lainnya, KB IUD (jenis IUD hormon atau tembaga)
hadir dengan berbagai kekurangan dan kelebihan IUD. Tak lupa, kadang juga timbul
satu atau lebih efek samping yang menyertai pemakaian KB spiral ini, antara lain:
1. Rasa nyeri saat pemasangan IUD

12
Salah satu efek samping penggunaan KB spiral adalah rasa nyeri yang terasa saat
pemasangan IUD. Meski tidak semua wanita mengalami hal ini, tapi kondisi ini
adalah salah satu efek samping yang mungkin terjadi.

Biasanya, rasa sakit ini tidak bertahan dalam waktu yang lama, maka itu Anda tidak
perlu risau. Bahkan, rasa sakit ini mungkin hanya akan bertahan beberapa saat saja.
Meski begitu, Anda mungkin butuh didampingi oleh orang lain saat menjalani proses
ini. Pasalnya, Anda mungkin tidak bisa pulang sendiri jika mengalami rasa nyeri atau
sakit.
2. Menstruasi tidak teratur

Efek samping lain yang mungkin terjadi saat Anda menggunakan IUD adalah siklus
menstruasi yang berubah menjadi tidak teratur. Biasanya, siklus menstruasi yang tidak
teratur bergantung pada jenis KB spiral yang digunakan. Apalagi, mengingat bahwa
terdapat dua jenis IUD yang bisa Anda gunakan.

Sebagai contoh, jika Anda menggunakan KB spiral hormonal, biasanya Anda akan
mengalami perdarahan ringan tapi dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Sementara itu, saat Anda menggunakan KB spiral nonhormonal, Anda mungkin
mengalami perdarahan yang lebih berat
3. Kram perut setelah pemasangan IUD

Efek samping lain yang juga bisa Anda alami setelah menggunakan IUD adalah kram
perut. Ya, Anda sangat mungkin mengalami sakit atau kram pada area perut setelah
KB spiral dipasang di rahim Anda. Kram perut ini juga bisa muncul saat Anda sedang
menstruasi.

Namun, rasa kram perut yang Anda rasakan ini mungkin sedikit berbeda dengan
kram atau nyeri yang biasa Anda rasakan saat sedang haid. Maka itu, saat Anda
mengalami kram perut yang tidak wajar, Anda mungkin perlu memeriksakan benang
KB spiral ini atau berkonsultasi dengan dokter.
4. Timbul bercak perdarahan

13
Jika Anda mengalami bercak perdarahan setelah pemasangan KB spiral, Anda tidak
perlu merasa khawatir. Pasalnya, itu mungkin salah satu efek samping dari
penggunaan IUD. Hal ini biasanya terjadi karena tubuh Anda masih membutuhkan
waktu untuk beradaptasi dengan keberadaan benda asing ini.

Namun, ada kemungkinan terjadi perdarahan setelah berhubungan seks. Meskipun,


sebenarnya keberadaan IUD di dalam vagina seharusnya tidak mengganggu aktivitas
seks Anda dengan pasangan.
5. Mual dan sakit perut

Tak jarang, efek samping lain yang mungkin Anda alami setelah pemasangan IUD
atau KB spiral adalah mual. Rasa mual yang Anda alami ini akan sedikit berbeda dari
rasa mual yang mungkin Anda dapatkan dari menggunakan alat kontrasepsi yang lain.

Anda bisa mengurangi rasa mual yang Anda rasakan dengan mengonsumsi banyak
air mineral. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi jus buah atau sayur yang
menurut Anda bisa mengurangi rasa mual dan pusing yang Anda rasakan.
6. Infeksi vagina

Salah satu efek samping yang cukup serius yang mungkin Anda alami setelah
pemasangan IUD adalah infeksi. Infeksi yang Anda alami biasanya terjadi pada
vagina. Namun, hal ini hanya mungkin terjadi jika dokter atau ahli kesehatan
profesional lainnya tidak melakukan pemasangan IUD dengan benar.

Artinya, selama Anda dan dokter mengikuti langkah pemasangan KB spiral sesuai
aturan, kemungkinan terjadi efek samping yang satu ini amat kecil. Akan tetapi,
dilansir dari Office on Women’s Health, setelah pemasangan, risiko Anda mengalami
infeksi pada organ reproduksi Anda memang meningkat. Meski begitu, bukan berarti
setiap wanita yang menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi akan mengalami
kondisi ini.
: 7. Posisi IUD bergeser

Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi dari penggunaan IUD adalah posisinya di
dalam rahim yang bergeser. Bahkan, posisi ini bisa bergeser seluruhnya hingga keluar
14
dari rahim Anda. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk rutin memeriksa posisi
benang IUD. Hal ini dapat membantu Anda memastikan bahwa IUD masih berada di
posisinya semula.

Jika Anda merasa khawatir bahwa posisi IUD telah bergeser atau benang IUD tidak
terasa, gunakan alat kontrasepsi cadangan hingga Anda memiliki waktu untuk
menemui dokter.

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan
sejak berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah
alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR
bekerja dengan cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum
dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga
yang terdapat pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007:))

16
DAFTAR PUSTAKA
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/900/808
https://hellosehat-
com.cdn.ampproject.org/v/s/hellosehat.com/seks/kontrasepsi/berbagai-efek-
samping-iud/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&amp=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16243613327744&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fhellosehat.com%2Fseks%2Fkontrasepsi%2Fberbagai-efek-samping-
iud%2F%3Famp%3D1%23aoh%3D16243613327744%26referrer%3Dhttps
%253A%252F%252Fwww.google.com%26amp_tf%3DDari
%2520%25251%2524s

17

Anda mungkin juga menyukai