Anda di halaman 1dari 20

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Siti Nurhalimah 1915201032

Lulu Habibah Juniarti 1915201007

Reka Nurrahayu 1915201004


Modul Promosi Kesehatan

VISI

“Menghasilkan Lulusan Bidan yang berkarakter islami, Inovatif serta Unggul dalam Upaya
Promotif dan Mampu Memberikan Asuhan Persalinan secara Gentle Birth pada Tahun
2025”

MISI

1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan pada kurikulum perguruan tinggi


melalui strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan terkini kebidanan
berdasarkan Etik Keprofesian dan nilai-nilai Islam.
2. Memajukan Program Studi Profesi Bidan sebagai institusi akademik dan profesi yang
unggul di tingkat lokal, regional dan nasional.
3. Meningkatkan kompetensi lulusan dalam pengaplikasian inovasi pelayanan kebidanan,
upaya promotif dan asuhan persalinan secara gentle birth berlandaskan nilai-nilai islami.
4. Melakukan penelitian, pengkajian dan pengembangan keilmuan tentang metode gentle
birth yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di masyarakat.
5. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat berdasarkan
hasil penelitian yang tepat guna dalam pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

1
Modul Promosi Kesehatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan modul pembelajaran Promosi Kesehatan.
Dengan disusunnya modul pembelajaran ini diharapkan menjadi acuan dasar dalam
pembelajaran mata kuliah asuhan kebidanan pada nifas sehingga pembelajaran menjadi lebih
terstuktur dan dinamis dan memudahkan mahasiswa dalam memahami topik pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan modul pembelajaran ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan modul ini, penulis
banyak mengucapkan banyak terimakasih. Semoga modul ini dapat bermanfaat.

Penulis

2
Modul Promosi Kesehatan

Pendahuluan

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan
kesehatan. Sholawat serta salam kita sampaikan untuk junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Bagaimana kabar saudara? Kita semua berharap saudara tetap
semangat dalam mempelajari modul Teori Dasar Promosi Kesehatan

Modul pembelajaran ini terdiri dari 5 sub kegiatan belajar, yaitu :

1. Pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat


2. Aspek aspek pemberdayaan masyarakat
3. Unsur unsur pemberdayaan masyarakat
4. Peran petugas kesehatan terhadap pemberdayaan masyarakat
5. Ciri ciri pemberdayaan masyarakat
6. Indikator pemberdayaan masyarakat

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah mempelajari modul ini adalah agar
mahasiswa dapat mengidentifikasi konsep pemberdayaan masyarakat.

Dalam mempelajari modul ini, hendaknya anda dapat membaca modul ini serta
berlatih soal-soal, baik secara mandiri maupun mendiskusikannya dengan teman-
teman sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Modul ini dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat memudahkan anda dalam
memahami materi. Selamat menyelesaikan modul ini, mudah-mudahan memperoleh
hasil yang maksimal.

Pada akhirnya semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi saudara. Selamat
belajar dan sukses selalu.

Setelah mempelajari modul pembelajaran ini.


Saudara akan mampu menjelaskan pemberdayaan

3
Modul Promosi Kesehatan

masyarakat

TUJUAN
PEMBELAJARAN 1. Saudara dapat mengidentifikasi pemberdayaan
UMUM masyarakat
2. Saudara dapat mengidentifikasi aspek aspek
pemberdayaan masyarakat
3. Saudara dapat mengidentifikasi unsur unsur
pemberdayaan masyarakat
TUJUAN 4. Saudara dapat memahami peran tenaga kesehatan
dalam pemberdayaan masyarakat
PEMBELAJARAN
5. Saudara dapat memahami ciri ciri pemberdayaan
KHUSUS masyarakat
6. Saudara dapat memahami indikator
pemberdayaan masyarakat

1. Pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat


2. Aspek aspek pemberdayaan masyarakat
3. Unsur unsur pemberdayaan masyarakat
4. Peran petugas kesehatan terhadap pemberdayaan
masyarakat
5. Ciri ciri pemberdayaan masyarakat
POKOK MATERI
6. Indikator pemberdayaan masyarakat

4
URAIAN MATERI
KEGIATAN BELAJAR : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. LATAR BELAKANG
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam
pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, Dalam kerangka ini
upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga)
aspek : Pertama, ENABLING yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan
potensi masyarakat dapat berkembang. Kedua, EMPOWERING yaitu
memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah nyata
yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam berbagai
peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. Ketiga,
PROTECTING yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi
pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat yang berlandaskan pada
sumberdaya pribadi, langsung, demokratis dan pembelajaran social.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala
keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya
penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan
nilai-nilai buaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab
adalah bagian penting dalam upaya pemberdayaan.
Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari
promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi
Kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Modul Promosi Kesehatan

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
A. Pengertian pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment
berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga
diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut
kemudian mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan.
Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Ife
(1995) menyatakan bahwa “empowerment is a process of helping
disadvantaged groups and individual to compete more effectively with
other interests, by helping them to learn and use in lobbying, using the
media, engaging in political action, understanding how to ‘work the
system,’ and so on” (Ife, 1995). Definisi tersebut mengartikan konsep
pemberdayaan (empowerment) sebagai upaya memberikan otonomi,
wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi,
serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya
sebaik mungkin.
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru
dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory,
empowerment and sustainable (Chamber, 1995). Lebih jauh Chamber
menjelaskan bahwa konsep pembangunan dengan model pemberdayaan
masyarakat tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic
need) masyarakat tetapi lebih sebagai upaya mencari alternative
pertumbuhan ekonomi lokal.
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala
keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan,
kebodohan dan keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak
hanya penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosial yang ada.
Menanamkan nilai-nilai buaya modern seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian penting dalam upaya
pemberdayaan.
Modul Promosi Kesehatan

Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap


masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah
punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan
mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta
pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan
membuat masyarakat menjadi berdaya.
B. Tujuan pemberdayaan masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mencapai keadilan
sosial. Payne (1997:268) menyatakan keadilan sosial dengan memberikan
ketentraman kepada masyarakat yang lebih besar serta persamaan politik
dan sosial melalui upaya saling membantu dan belajar melalui
pengembangan langkah-langkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih
besar.
Menurut agus syafi‟i, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang
lebih baik secara seimbang. Karena pemberdayaan masyarakat adalah
upaya memperkuas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya.

2. Aspek Aspek Pemberdayaan Masyarakat


Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering)
dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek:
1) ENABLING yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat dapat berkembang. Asumsinya adalah pemahaman bahwa
setiap orang, setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan artinya tidak ada orang atau masyarakat tanpa daya.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membanguna daya dengan mendorong,
Modul Promosi Kesehatan

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki


masyarakat serta upaya untuk mengembangkannya.
2) EMPOWERING yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat
melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai
input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat semakin berdaya. Upaya yang paling pokok dalam
empowerment ini adalah meningkatkan taraf pendidikan dan derajat
kesehatan serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi (modal,
teknologi, informasi, lapangan keja, pasar) termasuk pembangunan sarana
dan prasarana dasar seperti (irigasi, jalan, listrik, sekolah, layanan
kesehatan) yang dapat dijangkau lapisan masyarakat paling bawah yang
keberdayannya sangat kurang. Oleh karena itu diperlukan program khusus,
karena programprogram umum yang berlaku untuk semua tidak selalu
menyentuh kepentingan lapisan masyarakat seperti ini.
3) PROTECTING yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat
lemah. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya
merupakan unsur penting, sehingga pemberdayaan masyarakat sangat erat
hubungannya dengan pementapan, pembudayaan dan pengalaman
demokrasi (Friedmann, 1994). Pendekatan pemberdayaan pada intinya
memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari kelompok
masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung,
demokratis dan pembelajaran sosial. Dalam hal ini Friedmann (1994)
menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas bidang
ekonomi saja tetapi juga secara politis, sehingga pada akhirnya masyarakat
akan memiliki posisi tawar (bargaining position) baik secara nasional
maupun internasional. Sebagai titik fokusnya adalah aspek lokalitas, karena
civil society akan merasa lebih siap diberdayakan lewat isu-isu lokal.

3. Unsur - Unsur Pemberdayaan Masyarakat


Upaya pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan 4 unsur
didalamnya yaitu:
Modul Promosi Kesehatan

1) Aksesibilitas informasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru


kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas
negosiasi, dan akuntabilitas
2) Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan
3) Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala
kegiatan yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat
4) Kapasitas organisasi lokal, kengiatannya dengan kemampuan bekerja
sama, mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilitasi sumber daya
untuk memcahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

4. Peran Petugas Kesehatan Terhadap Pemberdayaan Masyarakat


Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan
pengorganisasian masyarakat.
2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut.
3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada
masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat
vokasional.

5. Ciri Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Ciri pemberdayaan Masyarakat adalah:
1) Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader) Di sebuah
mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun pemukiman elite
atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi adanya
pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat
bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun bersifat informal
(ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat,
maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan
pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat.
Modul Promosi Kesehatan

2) Organisasi masyarakat (community organization) Dalam suatu masyarakat


selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun
informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi
dan sebagainya.
3) Pendanaan masyarakat (Community Fund) Sebagaimana uraian pada
pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi
beberapa hal sebagai berikut: Bahwa dana sehat telah berkembang di
Indonesia sejak lama (tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an)
dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes
diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).
4) Material masyarakat (community material) sumber daya alam adalah
merupakan salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah
mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan
untuk pembangunan.
5) Pengetahuan masyarakat (community knowledge) Semua bentuk
penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan masyarakat
yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
6) Teknologi masyarakat (community technology) Dibeberapa komunitas
telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air bersih
menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat
menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca. Untuk
pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya (Nurbeti, M.
2009).

6. Indikator Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan adalah sebuah proses. Namun, dari proses tersebut
dapat dilihat dengan indikator-indikator yang menyertai proses pemberdayaan
menuju sebuah keberhasilan. Untuk mengetahui pencapaian tujuan
pemberdayaan secara operasional, maka perlu diketahui berbagai indikator
keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang atau komunitas berdaya atau
tidak. Dengan cara ini kita dapat melihat ketika sebuah program
pemberdayaan sosial diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada
Modul Promosi Kesehatan

aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan (misalnya keluarga miskin) yang
perlu dioptimalkan.
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan
meraka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan akses
kesejahteraan, dan kemampuan kultur serta politis. Ketiga aspek tersebut
dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’
(power within), ‘kekuasaan untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ (power over)
dan ‘kekuasaan dengan (power with). Dari beberapa dasar tersebut, berikut ini
sejumlah indikator yang dapat dikaitkan dengan keberhasilan dari
pemberdayaan (Suharto, 2005):
1) Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah atau
wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis, bioskop,
rumah ibadah, ke rumah tangga. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika
individu mampu pergi sendirian.
2) Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari (beras, minyak
goreng, bumbu); kebutuhan dirinya (minyak rambut, shampo, rokok,
bedak). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika ia
dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin orang lain termasuk
pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barang-barang dengan
menggunakan uangnya sendiri.
3) Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV,
radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator diatas,
point tinggi diberikan terhadap individu yang dapat membuat keputusan
sendiri tanpa meminta ijin dari orang lain, terlebih jika ia dapat membeli
dengan uangnya sendiri.
4) Terlibat dalam membuat keputusan-keputusan rumah tangga: mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama (suami/istri) mengenai
keputusan keluarga, misalnya mengenai renovasi rumah, pembelian
kambing untuk ternak, memperoleh kredit usaha.
5) Kebebasan relatif dari dominasi keluarga: responden ditanya mengenai
apakah dalam satu tahun terakhir ada seseorang (suami, istri, anak, mertua)
Modul Promosi Kesehatan

yang mengambil uang, tanah, perhiasan dari dia tanpa ijinnya, yang
melarang mempunyai anak, atau melarang bekerja di luar rumah.
6) Kesadaran hukum dan politik: mengetahui nama salah seorang pegawai
pemerintah desa/kelurahan, seorang anggota DPRD setempat, nama
presiden, mengetahui pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum
waris.
7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes seseorang dianggap
‘berdaya’ jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes, misalnya terhadap suami yang memukul isteri; isteri
yang mengabaikan suami dan keluarganya; gaji yang tidak adil;
penyalahgunaan bantuan sosial; atau penyalahgunaan kekuasaan polisi dan
pegawai pemerintah.
8) Jaminan ekonomi dan kotribusi terhadap keluarga: memiliki rumah, tanah,
aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi jika ia
memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dari
pasangannya.
Modul Promosi Kesehatan

RANGKUMAN

Dalam pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai model


pembangunan yang berbasis rakyat, menggerakan partisipasi masyarakat bukan hanya
essensial untuk mendukung kegiatan pembangunan yang digerakkan pemerintah,
tetapi juga agar masyarakat berperan lebih besar dalam kegiatan yang dilaukannya
sendiri. Dengan demikian menjadi tugas penting managemen pembangunan untuk
membimbing, mengarahkan dan menciptakan iklim yang mendukung kegiatan
pembangunan yang dilakuan oleh masyarakat.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan


martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala keterbatasannya
belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu
tetapi juga pranata-pranata sosial yang ada. Menanamkan nilai-nilai buaya modern
seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian penting dalam
upaya pemberdayaan. Tiga upaya pokok dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :

1) Menciptakan suasana yang memungkinkan potensi mayarakat berkembang


(enabling)
2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering) dan,
3) Melindungi dan membela kepentingan masyarakat bawah (protecting) nampaknya
menjadi 3 (tiga) pilar utama pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai
model pembangunan yang berbasis rakyat.
Modul Promosi Kesehatan

EVIDENCE BASED

Orientasi pembangunan pada upaya mencapai kualitas hidup dan


kesejahteraan rakyat sebagai metode, harus didukung oleh pengorganisasian dan
parstisipasi masyarakat selaku subyek pembangunan. Teori pembangunan yang
dipakai sebagai pijakan dalam evaluasi kinerja pembangunan meliputi 3 (tiga)
kelompok teori pembangunan yang dipandang penting (Agus Suryono, 2001) yaitu :

1) Kelompok teori modernisasi,


2) Kelompok teori ketergantungan (dependency theory)
3) Kelompok teori pembangunan yang lain (another development).

Tetapi dalam perkembanganya terjadi pergeseran pola atau model peradigma


pembangunan yang sangat domonan di bangsa-bangsa dunia mulai dari Paradigma
pertumbuhan (Growth Paradigm), Paradigma kesejahteraan (Welfare Paradigm),
Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development Paradigm).

Penerapan paradigm pertumbuhan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam


hal ini PBB mencanangkan dasa warsa pembangunan pertama (1960-1970) dengan
strategi pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang sebesar 5% per tahun.
Tetapi pada dasa warsa ini yang terjadi adalah diabaikannya distribusi pendapatan
nasional dan masalah yang timbul di Negara-negara berkembang pada dasa warsa ini
adalah pengangguran, kemiskinan, kesenjangan pembagian pendapatan (kue
pembanguan), urbanisasi dan kerusakan lingkungan. Kenyataan itulah kemudian
terjadi pegeseran dari strategi pertumbuhan ekonomi menjadi strategi pertumbuhan
dan pemerataan pembangunan yang sekaligus mejadi ide dasar lahirnya pemikiran
paradigma baru yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm).

Orientasi paradigma ini adalah mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan


keadilan sosial dalam waktu secepat mungkin. Oleh karena itu pada dasa warsa kedua
(1971-1980) pelaksanaan pembangunan dengan strategi pertumbuhan ekonomi
bergeser orientasinya pada pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and
Modul Promosi Kesehatan

equity of strategy development) menuju industrialisasi dengan strategi pertumbuhan


ekonomi sebesar 6% per tahun dengan tujuan pemerataan pembangunan di bidang
pendapatan, kesehatan, keadilan, pendidikan, kewirausahaan, keamanan,
kesejahteraan sosial dan penyelamatan lingkungan. Tetapi yang terjadi di negara-
negara berkembang adalah ketidakmampuan negara berkembang pada ketergantungan
pada negara-negara maju yang ditandai dengan ketergantungan investasi, bantuan dan
pinjaman luar negeri. Implementasi paradigma kesejahteraan ini cenderung bersifat
sentralistik (top-down) sehinga melahirkan ketergantungan hubungan rakyat dengan
proyek-proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah (birokrasi pemerintah),
akibat lebih jauh membahayakan keberlanjutan pembangunan itu sendiri, karena
pembangunan sesuai dengan sifatnya yang sentralistik tidak mampu menumbuhkan
pemberdayaan (disempowering) rakyat agar rakyat mampu menjadi subyek dalam
pembangunan.
Modul Promosi Kesehatan

LATIHAN SOAL

1. Salah satu dari 3 kelompok teori pembangunan yang dipandang penting


menurut Agus Suryono adalah..
a. Kelompok teori kuno
b. Kelompok teori ketergantungan (dependency theory)
c. Kelompok teori negara berkembang
d. Kelompok teori pembangunan
2. Pemberdayaan masyarakat adalah…
a. Konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat
untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat
people-centered, participatory, empowerment and sustainable.
b. Kekuasaan baru kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan
hukum, efektifitas negosiasi, dan akuntabilitas
c. Kebebasan mobilitas kemampuan individu untuk pergi ke luar rumah
atau wilayah tempat tinggalnya.
d. Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh
pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan
masyarakat.
3. Salah satu upaya pokok dalam pemberdayaan masyarakat yaitu….
a. Kesadaran hukum dan politik
b. Tidak melindungi dan membela kepentingan masyarakat bawah
c. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes seseorang dianggap
‘berdaya’
d. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering)
4. Ada berapa indikator yang dapat dikaitkan dengan keberhasilan dari
pemberdayaan?
a. 4
b. 6
c. 8
Modul Promosi Kesehatan

d. 10
5. Ada berapa unsur-unsur pemberdayaan masyarakat?
a. 3
b. 4
c. 1
d. 5
Modul Promosi Kesehatan

KUNCI JAWABAN

Kunci jawaban

1. B
2. A
3. D
4. C
5. B
Modul Promosi Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan


Intervensi Komunitas, Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI
2. Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas: Pengembangan sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: Rajawali Pers
3. Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung:Humaniora Utama
4. Huraerah, Abu. 2011. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat:
Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Edisi Kedua.
Bandung:Humaniora
5. Ife, Jim & Tesorierro, Frank. 2008. Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, Edisi Ketiga (Sastrawan
Manullang, Nurul Yakin, M. Nursyahid; alih bahasa). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
6. Jamasy, Owin. 2004. Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan
Kemiskinan. Jakarta: Blantik
7. Priyono, Onny S. & Pranarka, A.M.W. (Penyunting), 1999. Pemberdayaan:
Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and
International Studies
8. Munawar Noor. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume I, No 2, Juli 2011 :
PEMNBERDAYAAN MASYARAKAT.

Anda mungkin juga menyukai