Anda di halaman 1dari 161

Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus

Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal

Dosen: Ika Oktaviani SST, MKM

Yang disusun oleh :

Kelompok
Jiihan Latiifah Azzahroh (1915201040)
Dita Siti Nurfadhilah (1915201008)
Anissawida Maharani (1915201045)
Tiara Safitri (1915201006)
Muhlina Putri (1915201014)
Rohmah (1915201037)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Banyak hal yang akan kami sampaikan kepada pembaca mengenai “Kontrasepsi
Sederhana Tanpa Alat Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus,
Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal”
untuk membaca lebih lengkap, Anda dapat membaca hasil makalah Kami.

Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca
lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang
salah. Demikian Kami ucapkan terima kasih atas waktunya telah membaca hasil
makalah Kami.

Tangerang, 29 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang 1

1.2 Rumusan masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian . 3

2.2 Metode Amenorhoe Laktasi (MAL) 3

2.3 Coitus Interuptus 4

2.4 Metode kalender 5

2.5Metode Lendir Serviks 6

2.6 Metode Suhu Basal 9

2.7 Metode simptothermal 10

BAB III PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

3.3 Daftar Pustaka 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode keluarga berencana alami telah banyak digunakan di masa lalu
oleh berbagai kelompok agama seperti penganut Katolik Roma. Metode ini dilakukan
dengan mengamati perubahan tubuh tertentu yang menandai ovulasi. Dari informasi
ini, pasangan dapat memilih pantang koitus dan menggunakannya sebagai metode
keluarga berencana mereka, atau menggunakan masa subur ini untuk melakukan
koitus sehingga meningkatkan kehamilan, yang disebut sebagai kesadaran terhadap
kesuburan. (Suzanne Everett, 2007: 37).
KB pada hakikatnya merupakan program yang turut berperan penting dalam
menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta mampu
bersaing dengan bangsa lain.Beberapa pasangan suami-istri mengalami kesulitan
dalam memilih metode KB. Ada ibu yang kegemukan mengikuti suatu metode KB,
ada juga yang alergi dan sebagainya. Tentu itu bukan tujuan dari program KB, hanya
efek samping tapi kadang-kadang turut mengusik kebahagiaan rumah tangga.
Beberapa di antara mereka memperhitungkan masa subur, dimana masa subur sangat
besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan bagi yang ingin menunda
kehamilan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)?
2. Coitus Interuptus?
3. Metode Kalender?
4. Metode Lendir Serviks?
5. Metode Suhu Basal?
6. Simptotermal

1.3 Tujuan

1. Kita dapat mengetahui tentang Amenorhoe Laktasi (MAL).


2. Kita dapat mengetahui tentang Coitus Interuptus.
3. Kita dapat mengetahui tentang Metode Kalender.
4. Kita dapat mengetahui tentang Metode Lendir Serviks.
5. Kita dapat mengetahui tentang Metode Suhu Basal.
6. Kita dapa mengetahui tentang Simptotermal

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahiu
apa saja hal-hal yang terkait dengan Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Metoda kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh
peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Hasil yang
diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan cara-cara yang
lain.

2.2 Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)

metode amenorhoe laktasi ( MAL) adalah metode kontrasepsi alami bersifat


sementara yang dapat digunakan setelah persalinan. MAL  memiliki cara kerja berupa
penekanan ovulasi. Peningkatan hormon prolaktinb (hormon pembentukan asi) usai
persalinan menyebabkan penurunan hormon lain seperti LH dan estrogen yang yang
diperlulan untuk pemeliharan siklus menstruasi sehingga ovulasi (pematangan sel telur) tidak
terjadi. Jika Ibu ingin menggunakan MAL sebagai kontrasepsi alami, berikut adalah syarat
dan hal- hal yang harus diperhatikan:

1. Ibu harus menyusui bayi secara ekslusif. Eksklusif berarti penuh atau hampir penuh selama
24 jam dalam sehari termasuk malam hari. Ibu harus menyusui bayi selama 8x sehari atau
lebih, biasanya sebanyak 10-12x dalam sehari. Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam.
Bayi harus menghisap payudara ibu secara langsung.  

2. Bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jika bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan maka
kebutuhan akan MPASI meningkat dan frekuensi  pemberian asi akan berkurang.

3. Ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi. Jika ibu sudah mengalami menstruasi
maka metode ini tidak dapat digunakan lagi karena ovulasi dapat terjadi setelah menstruasi.
Pendarahan sebelum 56 hari paska salin belum dianggap sebagai haid. Pada ibu yang
menyusui secara eksklusif ovulasi tidak akan terjadi sampai 10 minggu paska persalinan. 

MAL sebagai kontrasepsi memiliki banyak keunggulan baik bagi Ibu maupun bayi.
Bagi ibu menyusui secara ekslusif dapat mengurangi kejadian pendarahan setelah persalinan.
MAL tidak memiliki efek samping sistemik bagi ibu.  Untuk bayi pemberian ASI secara
ekslusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena ASI mengandung antibodi yang

3
dibutuhkan oleh bayi. Bayi juga mendapatkan gizi yang terbaik dari nutrisi yang terdapat
pada asi. Yang paling penting, MAL meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan
bayi.

2.3 Coitus Interuptus

Coitus Interuptus Nama lain dari coitus interuptus ; senggama terputus atau ekspulsi
pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method.
Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Pengertian Coitus interuptus atau
senggama terputus ; metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Alat kelamin
(penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka
tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar
vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.

Efektifitas Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang
mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan
metode ini menjadi lebih efektif.

Manfaat Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.

Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping.
5. Tidak membutuhkan biaya.
6. Tidak memerlukan persiapan khusus
. 7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.

4
2.4 Metode kalender

Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari
Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada
siklus haid/menstruasi wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari
sebelum menstruasiberikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu
terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem
kalender. Pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atauhubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.
a. Manfaat:
Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
1. Manfaat kontrasepsi yaitu sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegahk
ehamilan.
2. Manfaat konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisa hamil.

b. Keuntungan

1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.

4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko


kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

6. Tidak memerlukan biaya.

7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

8. Keterbatasan

5
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.

4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

c. Keefektifitas
Akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan
metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa
subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam
kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-
kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan
metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100
wanita per tahun.

2.5 Metode Lendir Serviks


Metode mukosa cerviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John,
Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian
menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat
diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi
modern.
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi
dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari
ovulasi.
a) Esensi Metode Mukosa Serviks

6
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel
sekretori serviksdan mengandung tiga komponen penting yaitu:
a) Molekul lendir.
b) Air.
c) Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh
sel-selvagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap
adanya lendir padamasa subur/ovulasi.
vulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada
saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita
sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan
sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir
pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah
pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang
mengontrol kelangsungan hidupsperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian
akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.

b) Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantangsenggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.
c) Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks,
serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka
kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per
tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau
7
ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah
kehamilan 99 persen.
d) Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
e) Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metodekontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
f) Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
g) Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahanperasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.

8
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu
siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan
maupun pola dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama
tergolongaman pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak
subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini
merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari
subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya

2.6 Metode Suhu Basal

Metode suhu basal ( termal)


 Dasar : • Peninggian suhu badan basal 0.2 - 0.5 0C pada waktu ovulasi. • Peninggian
suhu badan basal mulai 1 - 2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peninggian
kadar hormon progesteron.

 Teknik Metode Suhu Badan Basal :


• Umumnya digunakan untuk termometer khusus dengan kalibrasi yang di perbesar
(basal termometer), meskipun termometer biasa dapat juga dipakai .
• Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak
sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak.
a) Oral (3 menit)
b) Rektal (1 menit)
c) Vaginal

9
 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
1. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
2. Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
3. Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
4. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti popok bayi pukul
6 pagi,
5. Jam tidur yang ireguler
6. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum penngambilan suhu badan basal.
7. Pemakaian selimut elektris.
8. Kegagalan membaca termometer dengan tepat atau baik.

 Efektifitas Metode Suhu Basal


Angka kegagalan : 0.3 - 6.6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
Kerugian utama metode suhu badan basal ialah bahwa abstinens sudah harus dilakukan
pada masa pra-ovulasi.

2.7 Metode simptothermal

Metode Simptothermal Metode Simptothermal merupakan metode keluarga berencana


alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode
simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada
teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu
perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur
melalui metode kalender. Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari
aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan
metode ini bersamasama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi. 

 Manfaat Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun


konsepsi
 Manfaat Kontrasepsi Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi
subur (pantang saat masa subur).

10
 Manfaat Konsepsi Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau
menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi
subur

Efektifitas Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20


wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam
belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka
kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di
bawah pengawasan yang ketat.
Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif Metode simptothermal akan
menjadi efektif apabila:
 Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
 Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus menstruasi
dan pola kesuburan. 
 Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan.

Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu
untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau
menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur. Hal yang
Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif Metode simptothermal dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari. Wanita yang
mempunyai penyakit. Pasca perjalanan. Konsumsi alkohol.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana


tradisional/alamiah,dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi. Efektifitas coitus interuptus sangat bergantung padakesediaan
pasangan untuk melakukan senggama terputus setiapmelaksanakannya (angka kegagalan
4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu hanya diberikan
ASIsaja tanpa tambahan makanan ataupun yang lainnya. (Saifuddin, dkk, 2012,hal.MK-1)
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.Metode kalender akan lebih efektif bila
dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan
suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah
sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.

3.1 Saran

1.Bagi PenulisPenulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
penulis berharap dapat memperbaikikekurangan dalam penyusunan makalah yang akan
datang.
2.Bagi Institusi

12
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan keefektivan dalam
belajar, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilanmahasiswa dalam menerapkan atau
mengaplikasi materi yang sudah didapatkan, serta untuk melengkapi sumber – sumber
buku perpustakaansebagai bahan informasi dan referensi yang penting dalam mendukung
pembuatan makalah selanjutnya.
3.Bagi Pembaca Penulis berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini
yang penulis buat, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermsayarakat

DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/metode-simptothermal-pdf-free.html

https://skata.info/article/detail/155/metode-amenore-laktasi-kontrasepsi-alami-selepas-
melahirkan

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/kb-alamiah-metode-kalender-metode-
suhu.html?m=1

https://en.wikipedia.org/wiki/Coitus_interruptus

13
KOLABORASI INTERPROFESIONAL DALAM PENATALAKSANAAN EFEK
SAMPING KONTRASEPSI PIL DAN SUNTIK

A. PIL Kombinasi

Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi yang
digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif mudah didapat dan
digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).

Pil KB yang banyak dipakai pada umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan
progesterone.Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja
menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak
terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.Angka keberhasilan memakai pil bisa dibilang
hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua wanita boleh memilih pil
jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan
payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices thrombophlebitis,
atau yang pernah terkena serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka
mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain
(Sastrawinata,2000). Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil apabila mengidap
darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena
obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor
efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala dan nyeri
payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur,
nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan
kemungkinan payudara mengecil (Nadesul, 2007).

Jenis Pil kombinasi menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen
atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan
porsi hormonnya konstan setiap hari.

b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen,
progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.

14
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau
progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi setiap hari (Sulistyawati, 2013).

Cara kerja KB Pil kombinasi menurut Saifuddin (2010) yaitu:

a. Menekan hormon ovarium selama siklus haid normal, sehingga juga menekan releashing
–factor diotak dan akhirnya mencegah ovulasi;

b. Mencegah implantasi karena terjadinya perubahan kelenjar dalam endometrium timbul


lebih awal dan dengan intensitas lebih besar sehingga endometrium tidak berada pada fase
yang sesuai dengan ovulasi dan kurang dapat mendukung ovum yang dilepaskan dan
mengalami fertilisasi;

c. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma;


d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
Keuntungan KB Pil kombinasi menurut Handayani (2010) yaitu:

a. Efektivitas tinggi bila digunakan setiap hari;


b. Mudah diperoleh;
c. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil;
d. Resiko anemia lebih sedikit karena haid lebih sedikit;
e. Mengurangi disminorea dan menoragi;
f. Memberi perlindungan terhadap osteoporosis;
g. Memberi perlindungan terhadap kanker endometrium, kista ovarium;
h. Mengurangi penyakit radang panggul;
i. Mengurangi kelainan jinak pada payudara;
j. Menurunkan resiko penyakit tiroid kurang aktif atau overaktif.
Keterbatasan KB Pil kombinasi menurut Sinclair (2010) yaitu:

a. Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari;


b. Mual, 3 bulan pertama;
c. Pusing;
d. Nyeri payudara;
e. Berat badan naik sedikit;
f. Berhenti haid;
g. Mengurangi ASI;

15
h. Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan
pembekuan darah vena dalam sedikit meningkat;

i. Tidak mencegah IMS.


Kontraindikasi pil kombinasi adalah:

a. Kehamilan (diketahui atau dicurigai);


b. Menyusui;
c. Perdarahan pervaginam atau uterus yang tidak terdiagnosis;
d. Trombosis vena dan trombosis arteri pada saat ini atau masa lalu;
e. penyakit kardio vaskuler dan jantung iskemik;
f. Gangguan lipit;
g. Migrain fokal dan kresendo;
h. Perdarahan otak;
i. Serangan iskemik sementara;
j. Penyakit hati aktif;
k. Neoplasma bergantung estrogen;
l. 4 minggu sebelum pembedahan mayor atau pembedahan tungkai;
m. Perokok dengan usia >35 tahun;
n. Diabetes mellitus;
o. Penyakit sel sabit;
p. Depresi berat;
q. Penyakit radang usus tahap remisi;
r. Penyakit dengan terapinya mempengaruhi efektivitas pil kombinasi (Epilepsi da
Tuberkulosis).

Waktu mulai menggunakan pil kombinasi adalah:

a. Setiap saat haid;


b. Hari pertama sampai hari ke -7 siklus haid;
c. Jika pada siklus haid hari ke-8, perlu menggunakan kontrasepsi yang lain (kondom) mulai
hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket pil habis; d.
Setelah melahirkan;

e. Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif;


f. Setelah 3 bulan dan tidak menyusui;
g. Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari);

16
h. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

Efek samping dan penanganan pil kombinasi adalah:

1. Amenorea:
a) Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar
maka tenang aja karena masih aman. Tidak datangnya haid kemungkinan besar karena
efek estrogen terhadap endometrium kurang adekuat. Pada kondisi ini tidak
memerlukan pengobatan khusus.

b) Coba berikan pil dengan dosis tetap, tetapi dosis progestin dikurangi.
c) Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil dan yakinkan pasien bahwa pil yang telah
diminum tidak menimbulkan efek pada janin;

2. Mual, pusing, atau muntah:


Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi. Bila tidak hamil disarankan minum pil
saat makan malam atau sebelum tidur;

3. Perdarahan pervaginam:
a) Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi,
b) Disarankan minum pil pada waktu yang sama, jelaskan bahwa perdarahan/spotting
merupakan hal yang biasa terjadi pada tiga bulan pertama yang lambat laun akan
berhenti,

c) Apabila perdarahan tetap terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 µg
atau ganti dengan metode kontrasepsi lain).

4. Berat badan naik:


a) Menerapkan pola makan yang baik dengan membatasi asupan karbohidrat olahan
seperti roti, pasta.

b) Mengkonsumsi banyak air putih


c) Rutin melakukan aktifitas olahraga.
d) Jika sudah menerapkan pola hidup sehat tetapi masih ada peningkatan berat badan
saat minum pil KB, boleh mengganti jenis pil KB dengan dosis atau kombinasi hormon
yang berbeda yang diberikan oleh petugas kesehatan.

5. Hiperpigmentasi:

17
a) Komunikasikan dengan petugas medis untuk mengubah dosis atau bentuk KB lainnya
sehingga dapat membantu menghilangkan flek hitam pada wajah.

b) Langkah-langkah untuk membantu memudarkan hiperpigmentasi adalah dengan


melakukan eksfoliasi rutin dan menggunakan serum.

6. Menometroragia (perdarahan yang terjadi secara tidak teratur):


Pengobatan yang dapat digunakan pada keadaan menorrhagia adalah obat-obatan
kontrasepsi, non-steroid antiinflammatory drugs (NSAID), asam traneksamat, dan obat
hormonal lainnya.
Jadwal kunjungan Pil Kombinasi adalah:

a) Kunjungan Pertama : berbagai topik yang dapat diangkat pada saat kunjungan
pertama, antara lain: riwayat medis yang lau dan saat ini untuk menemukan setiap
kontraindikasi absolut atau relatif, obat yang sedang dikonsumsi saat ini, untuk
mengetahui efektivitas pil oral kombinasi, tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
dan indeks masa tubuh, riwayat merokok, riwayat kontrasepsi sebelumnya: metode
apa yang sebelumnya digunakan dan masalah apa yang dihadapi selama menggunakan
metode tersebut, metode kontrasepsi yang digunakan baru-baru ini, hari pertama haid
terakhir, tanggal terakhir melakukan uji apusan serviks, perubahan rabas vagina normal
(keputihan), ansietas seksual dan masalah seksual. Selanjutya memberikan informasi
mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan pil oral kombinasi, bagaimana
menggunakan pil, kapan memulainya, kapan menerapkan kewaspadaan ekstra.

b) Kunjungan berikutnya adalah Setiap kunjungan perlu dilakukan pemeriksaan tekanan


darah dan berat badan untuk mengetahui tetap pada batas normal, memastikan
apakah terdapat riwayat medis relevan baru untuk klien atau keluarga klien, apakah
ada masalah pada siklus haidnya. Kunjungan tindak lanjut yaitu memastikan klien
minum pil dengan benar, jika tidak ada masalah dapat diberikan resep pil oral
kombinasi untuk 6 bulan, dorong klien untuk menggunakan kondom bila perlu.

B. Mini PIL
Mini Pil atau pil progestin merupakan kontrasepsi yang megandung hormon sintesis
progesteron. Jenis : kemasan dengan isi 35 pil 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretrindon,
kemasan dengan isi 28 pil 75 µg desogestrel.

Cara kerja mini pil adalah:

18
a. Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus;
b. Perubahan dalam motilitas tuba;
c. Perubahan dalam fungsi corpus luteum;
d. Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa;
e. Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin
terjadi.

Keuntungan mini pil :

a. Tidak menghambat laktasi sehingga cocok untuk ibu yang menyusui;


b. Aliran darah yang keluar pada periode menstruasi serta disminorea akan berkurang jika
wanita menggunakan pil yang hanya mengandung progestin;
c. Tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, tromboembolisme vena,
hipertensi, cocok untuk penderita penderita diabetes dan migren fokal;

d. Dapat digunakan untuk klien yang tidak biasa mengkonsumsi estrogen.


e. Kesuburan cepat kembali;
f. Tidak mengganggu hubungan seksual;
g. Sedikit efek samping;
h. Dapat dihentikan setiap saat;
i. Mencegah kanker endometrium;
j. Melindungi dari penyakit radang panggul;
k. Menurunkan tingkat anemia.
Keterbatasan mini pil adalah:

a. Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea);


b. Penigkatan / penurunan berat badan;
c. Harus digunakan setiap hari;
d. Bila lupa satu jam saja, kegagalan menjadi lebih besar;
e. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat;
f. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan);
g. Efektivitasnya rendah bila bersamaan denga obat tuberculosis dan obat epilepsi;
h. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS;
i. Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka.
Kontraindikasi mini pil adalah:

a. Hamil (diketahui atau dicurigai);

19
b. Perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis;
c. Penyakit arteri berta pada masa lalu atau saat ini;
d. Kelainan lipid berat;
e. Menderita penyakit trofoblastik;
f. Kehamilan ektopik sebelumnya;
g. Menderita penyakit hati, adenoma atau kanker hati saat ini.
Efek samping dan penanganan mini pil adalah:

1. Amenorea (tidak terjadi perdarahan) :


a) Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Cukup
konseling.

b) Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik.
c) Bila hamil, hentikan pil dan kehamilan dilanjutkan.
d) Bila kehamilan ektopik, lakukan rujukan.
e) Jangan berikan obat-obat hormonal untuk menimbulkan haid karena tidak ada
gunanya.

2. Perdarahan tidak teratur/spotting :


a) Bila tidak ada masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus.
b) Bila klien tetap saja tidak dapat saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu
dicari metode konrasepsi lain.

Jadwal kunjungan kontrasepsi mini pil:

a) Pada kunjungan awal yaitu jelaskan cara menggunakan pil oral progestin; jelaskan
keuntungan dan kerugian penggunaan pil; pastikan klien tidak menggunkan setiap obat
yang mengurangi efektivitas pil oral progestin; kaji riwayat penyakit secara
menyeluruh; ukur tekanan darah dan berat badan; lakukan diskusi mengenai seks yang
aman, lakukan diskusi mengenai kontrasepsi darurat; dukung informasi dengan
menggunakan leaflet; berikan tiga paket pil, dan tinjau sebelum paket pil habis.

b) Pada Kunjungan tindak lanjut : ketahui jika terdapat masalah dengan penggunaan pil
oral progestin; tanyakan apakah pola haid teratur, tanpa disertai perdaraha
menyerupai haid atau amenorea; periksa tekanan darah dan berat badan; lakukan uji
apusan serviks dilakukan jika perlu.

C. Suntik Kombinasi (Satu Bulan)

20
Suntik kombinasi adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis estrogen dan
progerteron. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medrokdiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretrindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan
sekali.

Cara kerja suntik kombinasi adalah:

a. Menekan ovulasi;
b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu;
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan suntik kombinasi adalah:

a. Risiko terhadap kesehatan kecil;


b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri;
c. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam;
d. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik;
e. Mengurangi jumlah perdarahan;
f. Mengurangi nyeri haid;
g. Mencegah anemia;
h. Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium;
i. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium;
j. Mencegah kehamilan ektopik;
k. Melindungi dari penyakit radang panggul.
Efek samping pada suntik kombinasi adalah:

1. Amenorea :

a. Bila terjadi kehamilan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid
berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya
datangnya haid masih menjadi masalah;

b. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon
progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.

2. Mual / pusing / muntah :

a. Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil;

21
b. informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
3. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting) :

a. Bila hamil, rujuk;


b. Bila tidak hamil cari penyebabnya. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan
hal biasa;

c. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan, mengganti dengan metode


kontrasepsi lain.

D. Suntik Progestin (Tiga Bulan)


Suntik Progestin merupakan kotrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron. Terdiri
dari 2 jenis: a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) , 150 mg DMPA setiap 3 bulan
sekali secara intamuskuler; b) NET-EN (Noretindron Enanthate) 200 mg setiap 2 bulan secara
intramuskuler.

Cara kerja suntik progestin adalah:

a. Mencegah ovulasi;
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menjadi barier terhadap spermatozoa;
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi;

d. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii.


Keuntungan suntik progestin adalah:

a. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri;


b. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius pada terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah;

c. Tidak berpengaruh pada ASI;


d. Sedikit efek samping;
e. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik;
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause;
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik;
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara;
i. Mencegah penyakit radang panggul;
j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit.

22
Efek samping suntik progestin adalah:

1. Amenorea :
a) Apabila tidak hamil, maka tidak perlu pegobatan apapun. Jelasan bahwa darah haid
terkumpul dalam rahim dan nasihat untuk kembali ke klinik;

b) Bila hamil,lakukan rujukan dan hentikan penyuntikan;


c) Bila terjadi kehamilan ektopik, lakukan rujukan;
d) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

2. Perdarahan/ perdarahan bercak:


a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi itu bukan hal yang
serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan;

b) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan,
bisa disarankan pengobatan yaitu preparat estrogen atau progesterone.

23
PELAYANAN KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN DAN PASCA ABORSI

KB Pasca Persalinan yang selanjutnya disingkat KB PP adalah pelayanan KB yang diberikan setelah
persalinan sampai dengan 5 kurun waktu 42 (empat puluh dua) hari. KB Pasca Keguguran yang
selanjutnya disingkat PK adalah pelayanan KB yang diberikan setelah penanganan keguguran saat di
faskes atau 14 (empat belas) hari pasca keguguran.

Peserta KB Baru yang kemudian disingkat menjadi PB adalah peserta yang baru pertama kali
menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka yang pasca persalinan pasca keguguran.
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertetu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kehamilan dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Perencanaan Pra Pelayanan KB PP dan PK


Perencanaan pra pelayanan KB PP dan PK yang dilakukan di tingkat BKKBN pusat dan perwakilan
BKKBN propinsi meliputi:

- melakukan analisis dan pemetaan kebutuhan medis maupun non medis pelayanan KB PP dan
PK; - melakukan advokasi kepada mitra kerja dan stakeholder.

Perencanaan pelayanan KB PP dan PK yang dilakukan di OPD Bidang Dalduk dan KB OPD
Kabupaten/ Kota meliputi :

- melakukan analisis dan pemetaan fasilitas kesehatan yang dapat melayani KB PP dan PK;
- melakukan analisis dan pemetaan kelompok kegiatan yang aktif;
- memetakan rencana kebutuhan pelatihan peningkatan kompetensi pelayanan KB PP dan PK
serta pelatihan KIP/K bagi provider;

- memetakan rencana kebutuhan pelatihan peningkatan ketrampilan KIE bagi PLKB dan Kader
Poktan.

Perencanaan pra pelayanan KB PP dan PK yang dilakukan di tingkat Faskes meliputi :

- melakukan analisis kebutuhan alat kontrasepsi dan sarana prasarana penunjang pelayanan KB
PP dan PK di faskes;

- memastikan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi sebanyak 70% (tujuh puluh persen) dari
jumlah persalinan di faskes;

24
- melakukan analisis kebutuhan peningkatan kompetensi bagi provider;
- menetapkan sasaran dan indikator keberhasilan KB PP dan PK;
- sasaran KB PP adalah Jumlah ibu bersalin
- jumlah ibu bersalin diperoleh dari 1.05 (satu koma nol lima) x angka kelahiran kasar (CBR) x
jumlah penduduk.

Penggerakan KB PP dan PK
Penggerakkan KB PP dan PK merupakan rangkaian kegiatan berupa pemantapan calon peserta
khususnya ibu hamil/ibu pasca persalinan/ibu menyusui ataupun pasca keguguran agar bersedia
menggunakan KB khususnya MKJP. Penggerakkan dilakukan kegiatan meliputi:

- KIE
- konseling
- penapisan
- pembiayaan penggerakan
KIE KB PP dan PK merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku kepada ibu hamil/ibu pasca persalinan/ibu menyusui
ataupun ibu pasca keguguran dan keluarga/pasangannya.

KIE KB PP dan PK dapat dilakukan secara langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi
kepada penerima pesan agar dapat secara 18 langsung untuk menggunakan kontrasepsi.

Konseling KB PP dan PK
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif tentang KB, dilakukan antara
calon peserta KB dan petugas untuk membantu calon peserta KB mengenali kebutuhan ber-KBnya
serta memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Pemberian konseling KB PP dan PK dilakukan oleh petugas kesehatan yang telah mendapatkan
pelatihan KIP/K.

Konseling yang dilakukan oleh tenaga kesehatan menggunakan Alat Bantu Konseling, misalkan
dengan media lembar balik, kartu konseling berimbang, leaflet atau poster. Pelaksanaan konseling
dilakukan oleh konselor. Pelaksanaan konseling meliputi:

- mempromosikan pemberian ASI Ekslusif pada peserta KB PP;


- memberikan informasi tentang waktu dan jarak kelahiran yang baik; dan
- memastikan tujuan peserta KB; menunda, menjarangkan ataukah membatasi jumlah anak.
Konseling KB PP dan PK dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dan kegiatan yang berbasis

25
masyarakat. Kegiatan konseling KB PP dan PK yang dilakukan di fasilitas kesehatan dapat
dilakukan terintegrasi dengan pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), kelas ibu hamil,
kegiatan terpadu lainnya (P4K), sesaat setelah bersalin di ruang bersalin, kunjungan PNC, atau
kelas ibu menyusui. Kegiatan konseling KB PP dan PK yang dilakukan di masyarakat dapat
terintegrasi dengan kegiatan posyandu ataupun kelompok kegiatan lainnya.

Konseling KB PK dapat dilakukan di fasilitas kesehatan yang memberikan penanganan keguguran.


Konseling KB PK yang diberikan pada pasca keguguran dilakukan dengan pendekatan khusus dan
waktu yang lebih lama. Pendekatan khusus yang dimaksud adalah bagi wanita yang menghadapi
risiko ganda terhadap kehamilan dan aborsi diinduksi, kasus perkosaan dan incest.
Hal-hal yang perlu untuk dipertimbangkan pada pemberian konseling PK adalah ;

- pasca keguguran lebih sedikit terpapar dengan layanan kesehatan dibandingkan dengan pasca
persalinan (PNC), sehingga gunakan kesempatan selama di fasilitas kesehatan untuk
memberikan konseling KB PK;

- jarak tempuh faskes dari rumah peserta KB, apabila rumah klien jauh, gunakan kesempatan
selama di fasilitas kesehatan untuk memberikan konseling KB PK;

- jika tidak ingin memiliki anak dalam waktu dekat, motivasi klien untuk gunakan PK agar
menghindari dari keguguran yang berulang; dan

- penerimaan ibu pasca keguguran terhadap kondisi fisiknya sendiri, sehingga gunakan bahasa
yang tidak menyinggung klien.

PELAYANAN KB PP DAN KB PK
Pelayanan KB PP dan PK merupakan upaya kelanjutan dari kegiatan pra pelayanan. Pelayanan KB PP
dan PK memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

1. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan KB PP dan PK adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama beserta jejaring/
jaringannya dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan. Pelayanan KB PP dan PK yang
dilakukan di FKTP meliputi pelayanan KB dasar, Implan, IUD dan MOP. Pelayanan KB PP dan PK yang
dilakukan di FKRTL meliputi semua pelayanan KB yang dapat dilakukan di FKTP dan pelayanan MOW.

Dalam melakukan pelayanan KB PP dan PK FKTP ataupun FKRTL diperlukan sarana dan prasarana
pendukung pelayanan KB PP dan PK. Sarana dan Prasarana penunjang kebutuhan pelayanan KB PP
dan PK dapat difasilitasi ketersediaannya oleh BKKBN.

26
Prasarana penunjang adalah antara lain adalah: iud kit, implan removal kit, obgyn bed, vtp kit dan
alat bantu konseling.

Pelayanan KB PP dan PK di fasilitas kesehatan, termasuk pemberian konselingnya dan pemasangan


kontrasepsi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan kompeten. Tenaga kesehatan
tersebut adalah dokter spesialis kandungan dan kebidanan ataupun dokter spesialis bedah urologi,
dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan IUD dan implan harus telah
mengikuti pelatihan KB PP dan PK serta telah dinyatakan kompeten untuk memberikan pelayanan
KB.

2. Ketersediaan alat dan obat kontrasepsi


Ketersediaan alkon menjadi kewenangan BKKBN dalam melaksanakan urusan Bidang

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Alat dan obat kontrasepsi meliputi: AKDR/IUD;
AKBK/Implan; suntik 3 bulanan; kondom; pil kombinasi. Alkon yang tersedia di fasilitas kesehatan
pemberi layanan KB PP dan PK paling sedikit 70 persen dari jumlah persalinan.

3. Jenis-jenis kontrasepsi
Pilihan metode Kontrasepsi bagi ibu pasca persalinan dan/ atau pasca keguguran disesuaikan dengan
usia dan kebutuhan reproduksinya. Jenis pilihan metode kontrasepsi berdasarkan jangka waktu
pemakaian terbagi menjadi metode kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek. Jenis pilihan
metode kontrasepsi berdasarkan komposisi terbagi menjadi hormonal dan non homonal. Metode KB
PP dan PK baru dapat diberikan apabila klien telah layak setelah melalui penapisan medis.

Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka panjang terdiri atas: kontrasepsi mantap; AKDR; dan AKBK.
Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka pendek terdiri atas: suntikan; pil; dan kondom. Kontrasepsi
mantap terdiri atas: metode operasi wanita atau tubektomi; dan metode kontrasepsi pria atau
vasektomi. Jenis pilihan metode kontrasepsi hormonal terdiri atas: progestin; dan kombinasi terdiri
dari progestin dan estrogen. Jenis pilihan metode kontrasepsi non hormonal terdiri atas: kontrasepsi
mantap; AKDR; kondom; dan metode amenoroe laktasi.

Kontrasepsi hormonal Progestin terdiri atas: pil; injeksi; dan implan. Kontrasepsi hormonal
kombinasi terdiri atas: pil; dan injeksi. Kontrasepsi Mantap terdiri atas: tubektomi; dan vasektomi.

Metode Kontrasepsi pelayanan KB PP dan PK terdiri atas:

- Metode Operasi Wanita (MOW);


- Metode Operasi Pria (MOP);

27
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD;
- Alat Kontrasepsi bawah Kulit (AKBK)/Implan;
- Suntikan KB;
- Pil KB;
- Kondom;
- Metode Amenoroe Laktasi (MAL).

Pemilihan kontrasepsi KB PP disesuaikan dengan:


- ibu yang akan menyusui anaknya;
- ibu yang tidak menyusui anaknya.
Ibu yang akan menyusui anaknya dapat mengunakan jenis metode ;

- Tubektomi dan vasektomi;


- AKDR;
- Implan;
- Suntik 3 bulanan;
- Pil Progesteron;
- Kondom; dan
- MAL
Ibu yang tidak menyusui anaknya dapat mengunakan jenis metode ;

- Tubektomi dan vasektomi;


- AKDR;
- Implan;
- Suntik 3 bulanan;
- Pil Progesteron;
- Kondom;
- MAL;
- Suntikan KB 1 bulanan; dan - Pil kombinasi.

Kesuburan akan segera kembali dalam kurun waktu 7 hingga 14 hari setelah keguguran,
sehingga sangat penting memastikan ibu pasca keguguran terlindung dari kehamilan yang tidak
diinginkan dikemudian hari.

Penggunaan kontrasepsi pasca keguguran dilakukan selama tidak mengakibatkan risiko khusus
setelah penanganan komplikasi keguguran. Untuk menjaga kesehatan Ibu dan bayi dikemudian hari,

28
bagi ibu yang mengalami keguguran diupayakan untuk menunda kehamilan berikutnya dalam kurun
waktu minimal 6 (enam) bulan kedepan.

Pilihan kontrasepsi bagi pelayanan pasca keguguran meliputi;


- metode hormonal seperti pil, suntik dan implan dapat segera diberikan setelah keguguran;
- mow dan akdr dapat segera diberikan, namun harus dipastikan sebelumnya bahwa tidak
adanya komplikasi pasca keguguran;

- penggunaan kondom sangat dianjurkan apabila adanya risiko penularan infeksi menular
seksual (IMS) atau HIV, akan sangat efektif sebagai perlindungan ganda apabila digunakan
bersama metode kontrasepsi lain yang efektif; dan

- metode kontrasepsi alami tidak dianjurkan hingga siklus menstruasi telah kembali.

Faktor individual yang perlu dipertimbangkan dalam konseling KB Pasca Keguguran adalah:

29
30
Pertimbangan berdasarkan kondisi klinis klien abortus:

31
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan KB Pasca persalinan dilakukan terhadap peserta KB Baru yang menggunakan metode
kontrasepsi modern setelah melahirkan dalam kurun waktu 42 hari setelah dilakukan pelayanan KB
pasca persalinan.

Pencatatan KB Pasca keguguran dilakukan terhadap peserta KB Baru yang menggunakan metode
kontrasepsi modern setelah penanganan keguguran saat di faskes ataupun 14 (empat belas) hari
setelah keguguran.

Metode Amenoroe Laktasi tidak dimasukkan dalam pencatatan dan pelaporan.

Hasil pelayanan KB dicatat dan dilaporkan dengan mekanisme sebagai berikut:

- Hasil pelayanan KB PP dan PK yang didapatkan di fasilitas kesehatan (yang telah terigester
K/O/KB) dilaporkan melalui F/II/KB di faskes baik secara manual ataupun online ke OPD KB
ataupun langsung ke tingkat pusat;

- OPD KB melaporkan hasil rekapitulasi F/II/KB Kabupaten secara online ke provinsi ataupun
ke tingkat pusat;

- Perwakilan BKKBN Provinsi melaporkan rekapitulasi F/II/KB provinsi secara on line ke pusat;
dan

- BKKBN pusat akan memberikan umpan balik secara terstruktur mulai dari Perwakilan
BKKBN Propinsi, OPD KB dan Fasilitas kesehatan.

5. Metode kontrasepsi darurat


Kontrasepsi darurat disebut pula sebagai kontrasepsi pascasenggama karena digunakan segera
setelah melakukan senggama atau hubungan seksual. Metode kontrasepsi yang dipakai dalam
kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil (pil kombinasi: neogynon, eugynon 50, ovral, microgynon 30,

32
nordette dan pil hanya progestin: postinor-2, microlut) dan AKDR (copper-T). (Handayani, 2010,p.35-
36).

Kontrasepsi darurat diberikan kepada ibu tidak terlindungi kontrasepsi atau korban perkosaan untuk
mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi darurat pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi
meliputi:
- kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya;
- diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat;
- kegagalan senggama terputus (misal : ejakulasi di vagina atau pada genitalia externa)
- salah hitung masa subur;
- AKDR ekspulsi;
- lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet;
- terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan; dan - terlambat lebih dari
2 minggu untuk suntik KB yang tiga bulanan.

- Hal ini diindikasikan pula pada kasus perkosaan.

Macam dan cara pemberian kontrasepsi darurat:

33
Melakukan Kolaborasi Interprofesional Dalam Penatalaksanaan Efek
Samping Kontrasepsi AKDR (Spotting, Amenorrhea, Mual, Pusing,
Kenaikan BB, Hiperpigmentasi, Menometroraghi)

Kelompok 3
Di susun oleh :
 Hani Nurcahyati (1915201002)
 Putri habibah (1915201009)
 Iklima Novianti (1915201011)
 Zahra salsabila (1916201047)
 Dela adila (1915201021)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

TAHUN 2021

34
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan tugas pembuatan makalah.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Tangerang, 21 juni 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar belakang 1
2. Rumusan masalah 2
3. Tujua 2
BAB II PEMBAHASAN 3

1. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi


AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi) 3
2. Pelayanan kontrasepsi IUD 9
BAB III PENUTUP 16

1. kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat.
Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan bantuan alat
apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur, cara
ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah memperkecil
kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat sedangkan
kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset
dan tidak akurat.23

AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam
uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dengan
angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat mencegah akseptor
AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan lama penggunaan
AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor AKDR.

Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan sejak
berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah alat yang
dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR bekerja dengan
cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui
perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap benda asing disertai
peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum dan sperma bertemu dan
menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga yang terdapat pada AKDR
bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007: 197). Dilihat dari jenisnya,
AKDR yang telah beredar terdiri dari dua jenis yaitu AKDR yang mengandung obat:
Copper T 380 A, Copper T 200, Copper T 220, Multiload 375, Multiload 250, dan Nova
T. Sedangkan AKDR yang tidak mengandung obat: Lippes Loop dan cincin baja tahan-
karat tunggal atau ganda (WHO, 2006: 20).

1
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi) ?
b. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi IUD?

3. Tujuan
3. Untuk mengetahui Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek
samping kontrasepsi AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi)
4. Untuk mengetahui Pelayanan kontrasepsi IUD
4.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi


AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi)

Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau


‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami
dan bantuan alat. Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan
bantuan alat apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada
masa subur, cara ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah
memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat
sedangkan kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa
meleset dan tidak akurat.23

 AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
 Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan
sejak berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah
alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR
bekerja dengan cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum
dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga
yang terdapat pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007:
197). Dilihat dari jenisnya, AKDR yang telah beredar terdiri dari dua jenis yaitu
AKDR yang mengandung obat: Copper T 380 A, Copper T 200, Copper T 220,

3
Multiload 375, Multiload 250, dan Nova T. Sedangkan AKDR yang tidak
mengandung obat: Lippes Loop dan cincin baja tahan-karat tunggal atau ganda
(WHO, 2006: 20).

4
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Pemakaian metode KB jelas berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak, namun sebagian wanita mungkin enggan
memakai suatu kontrasepsi dikarenakan takut akan efek samping yang
ditimbulkannya (WHO, 2006: 15). Dilihat dari keefektifannya, AKDR merupakan
salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang efektif dengan angka
kegagalan yang rendah sekitar 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama. Akan tetapi kebanyakan wanita khawatir mengenai nyeri akibat pemasangan
AKDR. Selain itu efek samping yang sering timbul dikarenakan pemakaian AKDR
dengan obat ataupun tanpa obat adalah amenorea, kejang/kram, perdarahan vagina
yang hebat dan tidak teratur, benang yang hilang/gangguan benang, adanya
pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya Penyakit Radang Panggul (PRP)
yang menyebabkan pemakainya tidak nyaman dan menjadi alasan untuk
menghentikan pemakaiannya

Minimnya peminat AKDR dikarenakan kebanyakan masyarakat masih takut


menggunakannya padahal kontrasepsi AKDR paling bagus untuk mencegah
kehamilan. Meskipun AKDR dapat dipakai dalam waktu yang cukup lama,

pemakaian AKDR yang melebihi masa pemakaian juga dikhawatirkan menimbulkan


efek samping yaitu kandungan tembaga yang mengalami dislokasi. Hal ini perlu
ditangani dengan segera karena dapat mengakibatkan penyumbatan usus yang disertai
nyeri, muntah-muntah dan demam. Atau yang lebih parahnya dapat mengakibatkan
peradangan dan perdarahan (Arum & Sujiatini, 2009: 155). Pemeriksaan AKDR
secara dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri oleh ibu dirumah tanpa harus
melibatkan bidan. Hal ini lebih menguntungkan karena bila terjadi efek samping
seprti benang AKDR hilang ibu akan mengatahuinya sejak dini dan dapat pergi ke
bidan untuk diberikan tindakan.Dari permasalahan diatas solusi yang juga dapat
dilakukan adalah penapisan rutin yang sangat diperlukan dalam upaya mencegah
5
akseptor AKDR drop out. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kunjungan ulang pada
akseptor AKDR sesuai dengan jadwal yang diberikan yaitu 1 bulan

setelah pemasangan, setiap 6 bulan, 1 tahun sekali dan sewaktu-waktu apabila terjadi
keluhan (Marmi, 2010: 215). Langkah ini diambil sebagai bahan evaluasi agar efek
samping yang biasa terjadi dapat ditanggulangi dan tidak berdampak pada drop out-
nya jumlah akseptor AKDR.

2. Intra Uterine Device (IUD)


a. Pengertian Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim
merupakan alat kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa 12 kerangka dari plastik
yang fleksibel yang diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), sangat
efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun : CuT.380A).7 IUD
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi, kecuali oleh perempuan yang
terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).
b. Jenis Tersedia dua jenis IUD yaitu hormonal (mengeluarkan hormon progesterone)
dan non-hormonal. IUD jenis CuT.380A berbentuk huruf T, diselubungi kawat halus
yang terbuat dari tembaga (Cu), dan tersedia di Indonesia. IUD jenis lain yang beredar
di Indonesia adalah NOVA T (Schering).7
c. Cara kerja IUD bekerja dengan cara menghambat kemampuan sperma untuk masuk
ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. IUD
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, dan mencegah terjadinya
implantasi telur dalam uterus.7 d. Efektivitas IUD merupakan alat kontrasepsi yang
sangat efektif. Dari 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama terdapat
1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.7 Efektivitas IUD bergantung pada ukuran,
bentuk, dan kandungan bahan dalam IUD. 13 Selain itu, umur, paritas, dan frekuensi
senggama akseptor juga mempengaruhi efektivitasnya.
e. Keuntungan Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan sekali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah. Selain
itu, keuntungan dari pemaikaian IUD di antaranya tidak menimbulkan efek sistemik,
efektivitas cukup tinggi, reversible, dan cocok untuk penggunaan secara massal.23
Keuntungan yang lain dari IUD antara lain dapat diterima masyarakat dengan baik,
pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit, kontrol medis ringan, penyulit
tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.23
6
Pemakaian IUD juga memiliki keuntungan yaitu tidak mempengaruhi hubungan
seksual, tidak mahal jika ditinjau dari rasio biaya dan waktu penggunaan kontrasepsi,
metode yang nyaman, tidak perlu disediakan setiap bulan dan pemeriksaan berulang.
IUD dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir),
dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi), tidak ada interaksi dengan obat-obat.7 14
f. Kerugian Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain :
 Terdapat perdarahan (spotting atau perdarahan bercak, dan menometroragia),
tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu
hubungan seksual.23
Pemakaian IUD juga dapat mengalami komplikasi seperti;

 merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,


 merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan,
 perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia,
 perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). IUD
tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS,
 tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan,
 penyakit radang panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD karena PRP dapat memicu infertilitas,
 dan tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi
IUD untuk mencegah kehamilan normal.7
g. Indikasi IUD dapat digunakan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi dengan
tingkat efektivitas yang tinggi, dan jangka panjang; dan tidak ingin punya anak lagi
atau ingin menjarangkan anak. Beberapa indikasi penggunaan IUD antara lain:
 Usia reproduktif, keadaan nulipara, menyusui yang menginginkan 15
menggunakan kontrasepsi,
 setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus
dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari IMS,
 tidak menghendaki metode hormonal, tidak menyukai untuk mengingat-ingat
minum pil setiap hari,
 tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.7
7
h. Kontraindikasi Adapun kontraindikasi pengguna IUD diantaranya :
 Hamil atau diduga hamil, infeksi leher rahim atau rongga panggul,
 termasuk penderita penyakit kelamin,
 pernah menderita radang rongga panggul,
 penderita perdarahan pervaginam yang abnormal,
 riwayat kehamilan ektopik, penderita kanker alat kelamin.20 Kontraindikasi
yang lain yaitu : Alergi terhadap tembaga (hanya untuk alat yang mengandung
tembaga), dan ukuran ronga rahim kurang dari 5 cm.23,7
Efek samping Efek samping yang mungkin terjadi di antaranya
 mengalami perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan),
 perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan,
dapat juga terjadi spotting antar waktu menstruasi.
 Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu
pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi)
sebagian atau seluruhnya.
 Pemasangan IUD mungkin 16 menimbulkan rasa tidak nyaman, dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim.7,20 3.
 Pasangan Usia Subur Perkawinan di Indonesia bisa berlangsung apabila pria
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai
usia 16 (enam belas) tahun. Ketentuan tersebut tercantum dalam Undang-
Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut peraturan tersebut,
seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat
izin kedua orang tua.24
 Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran.
 Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih
dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada
kisaran usia 15-49 tahun.9 Usia 34 thn), terlalu sering melahirkan (> 3 kali),
dan 22 terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan
berikutnya (< 2 thn).20

8
 Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam
pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak,
karena suami dipandang sebagai pelindung,
 pencari nafkah dan pembuat keputusan.21 Peran atau partisipasi suami istri
dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut pemakaian alat
kontrasepsi,
 tempat mendapatkan pelayanan,
 lama pemakaian, efek samping dari penggunaan kontrasepsi, siapa yang harus
menggunakan kontrasepsi.20 Suami menjadi individu yang berperan sebagai
dukungan sosial bagi istri dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipilih.
Menurut Uchino,
 dukungan sosial merupakan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, ataupun
bantuan yang tersedia bagi individu dari individu lain ataupun kelompok.30

B. Pelayanan kontrasepsi IUD

Aspek-aspek dukungan sosial meliputi :


1) Dukungan emosional, merupakan ekspresi dari empati, kasih sayang, kepercayaan,
dan perilaku afeksi sehingga individu merasa dicintai, diperhatikan, nyaman, dan
dipercaya.
2) Dukungan penghargaan, merupakan ekspresi hormat yang positif, memberikan
dorongan untuk maju, setuju dan penilaian positif terhadap ide, perasaan dan
performa 23 orang lain untuk melihat segi positif yang ada, menambah penghargaan
diri, membentuk percaya diri, dan kemampuan,
3) Dukungan instrumental, merupakan pemberian bantuan secara langsung berupa
barang atau jasa.
4) Dukungan informasi, merupakan pemberian nasihat, saran, dan pengarahan untuk
membantu mencari jalan keluar dan mengatasi masalahnya.31 Beberapa penelitian
menyebutkan adanya hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi.21,32 Hasil penelitian Anguzu menyebutkan bahwa persepsi terhadap
keputusan pasangan secara positif mempengaruhi pemilihan kontrasepsi mereka.17
Hasil penelitian Gbogba menunjukkan bahwa beberapa wanita yang pernah
menggunakan IUD memutuskan untuk melepas IUD karena takut akan berdampak

9
negatif terhadap hubungan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa pasangan
yang tidak mengetahui mengenai alat kontrasepsi yang digunakan juga membuat
mereka memilih untuk melepas IUD. Dalam pandangan mereka, 'tali pada IUD'
meningkatkan ketidaksukaan mereka terhadap IUD, karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan yang diperlihatkan oleh pasangan mereka sehingga beberapa
memilih melepasnya.
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam

10
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Efek Samping Penggunaan Kontrasepsi
IUD
2.2.1 Lama Pemakaian IUD
Lama pemakaian kontrasepsi IUD yaitu untuk Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T
220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun)
( Handayani, 2010). Resiko terjadinya efek samping pada pengguna kontrasepsi IUD
meningkat dengan makin lamanya pemakaian kontrasepsi IUD. Pada pemakaian 5
tahun atau
lebih resiko terjadinya infeksi meningkat 5 kali, apabila ditambah dengan partner
seksual yang lebih dari satu atau sering berganti-ganti pasangan (Hartanto, 2004)
2.2.2 Jenis IUD
Jenis IUD menurut Handayani (2010, p.140-141) dikategorikan menjadi 2
yaitu :
1. AKDR non hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang
ditambah obat ataupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device)Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles,
Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device)Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg
Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicatet IUD
Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300
(daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5
tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
2) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf- T Coil, Antigon.
2. IUD yang mengandung hormonal IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm,lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam

11
2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesterone per hari
3) Tabung insersinya terbentuk lengkung
4) Teknik insersi : plunging (Modified Withdrawal)
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari
2) Sedang di teliti di Finlandia
3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih
tinggi dibandingkan IUD lainya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan
haid yang sangat sedikit.Untuk AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang
mengandung hormon progesterone, lendir serviks menjadi lebih kental/tebal karena
pengaruh progestin, keuntungan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) antara lain
untuk Cu T AKDR kejadian ekspulsi lebih jarang dan untuk AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) yang mengandung hormonal dapat mengurangi volume darah haid
(Hartanto, 2004). Pada jenis Nova-T kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya
efek samping hormonal dan amenorhea. Pengeluaran darah saat menstruasi menjadi
meningkat dua kali lipat. AKDR perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun,
Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak/spotting.
Insiden
kehamilan ektopik jauh lebih tinggi (Hartanto, 2004).Ukuran dan jenis IUD juga
mempengaruhi terjadinya ekspulsi, semakin kecil ukurannya, semakin besar
kemungkinan terjadinya ekspulsi. Selain itu jenis bahan yang dipakai dapat
berpengaruh, semakin elastis semakin besar kemungkinan ekspulsinya
(Prawirohardjo,2008).

Apa saja efek samping IUD?


Sama seperti alat kontrasepsi lainnya, KB IUD (jenis IUD hormon atau tembaga)
hadir dengan berbagai kekurangan dan kelebihan IUD. Tak lupa, kadang juga timbul
satu atau lebih efek samping yang menyertai pemakaian KB spiral ini, antara lain:
1. Rasa nyeri saat pemasangan IUD

12
Salah satu efek samping penggunaan KB spiral adalah rasa nyeri yang terasa saat
pemasangan IUD. Meski tidak semua wanita mengalami hal ini, tapi kondisi ini
adalah salah satu efek samping yang mungkin terjadi.

Biasanya, rasa sakit ini tidak bertahan dalam waktu yang lama, maka itu Anda tidak
perlu risau. Bahkan, rasa sakit ini mungkin hanya akan bertahan beberapa saat saja.
Meski begitu, Anda mungkin butuh didampingi oleh orang lain saat menjalani proses
ini. Pasalnya, Anda mungkin tidak bisa pulang sendiri jika mengalami rasa nyeri atau
sakit.
2. Menstruasi tidak teratur

Efek samping lain yang mungkin terjadi saat Anda menggunakan IUD adalah siklus
menstruasi yang berubah menjadi tidak teratur. Biasanya, siklus menstruasi yang tidak
teratur bergantung pada jenis KB spiral yang digunakan. Apalagi, mengingat bahwa
terdapat dua jenis IUD yang bisa Anda gunakan.

Sebagai contoh, jika Anda menggunakan KB spiral hormonal, biasanya Anda akan
mengalami perdarahan ringan tapi dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Sementara itu, saat Anda menggunakan KB spiral nonhormonal, Anda mungkin
mengalami perdarahan yang lebih berat
3. Kram perut setelah pemasangan IUD

Efek samping lain yang juga bisa Anda alami setelah menggunakan IUD adalah kram
perut. Ya, Anda sangat mungkin mengalami sakit atau kram pada area perut setelah
KB spiral dipasang di rahim Anda. Kram perut ini juga bisa muncul saat Anda sedang
menstruasi.

Namun, rasa kram perut yang Anda rasakan ini mungkin sedikit berbeda dengan
kram atau nyeri yang biasa Anda rasakan saat sedang haid. Maka itu, saat Anda
mengalami kram perut yang tidak wajar, Anda mungkin perlu memeriksakan benang
KB spiral ini atau berkonsultasi dengan dokter.
4. Timbul bercak perdarahan

13
Jika Anda mengalami bercak perdarahan setelah pemasangan KB spiral, Anda tidak
perlu merasa khawatir. Pasalnya, itu mungkin salah satu efek samping dari
penggunaan IUD. Hal ini biasanya terjadi karena tubuh Anda masih membutuhkan
waktu untuk beradaptasi dengan keberadaan benda asing ini.

Namun, ada kemungkinan terjadi perdarahan setelah berhubungan seks. Meskipun,


sebenarnya keberadaan IUD di dalam vagina seharusnya tidak mengganggu aktivitas
seks Anda dengan pasangan.
5. Mual dan sakit perut

Tak jarang, efek samping lain yang mungkin Anda alami setelah pemasangan IUD
atau KB spiral adalah mual. Rasa mual yang Anda alami ini akan sedikit berbeda dari
rasa mual yang mungkin Anda dapatkan dari menggunakan alat kontrasepsi yang lain.

Anda bisa mengurangi rasa mual yang Anda rasakan dengan mengonsumsi banyak
air mineral. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi jus buah atau sayur yang
menurut Anda bisa mengurangi rasa mual dan pusing yang Anda rasakan.
6. Infeksi vagina

Salah satu efek samping yang cukup serius yang mungkin Anda alami setelah
pemasangan IUD adalah infeksi. Infeksi yang Anda alami biasanya terjadi pada
vagina. Namun, hal ini hanya mungkin terjadi jika dokter atau ahli kesehatan
profesional lainnya tidak melakukan pemasangan IUD dengan benar.

Artinya, selama Anda dan dokter mengikuti langkah pemasangan KB spiral sesuai
aturan, kemungkinan terjadi efek samping yang satu ini amat kecil. Akan tetapi,
dilansir dari Office on Women’s Health, setelah pemasangan, risiko Anda mengalami
infeksi pada organ reproduksi Anda memang meningkat. Meski begitu, bukan berarti
setiap wanita yang menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi akan mengalami
kondisi ini.
: 7. Posisi IUD bergeser

Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi dari penggunaan IUD adalah posisinya di
dalam rahim yang bergeser. Bahkan, posisi ini bisa bergeser seluruhnya hingga keluar
14
dari rahim Anda. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk rutin memeriksa posisi
benang IUD. Hal ini dapat membantu Anda memastikan bahwa IUD masih berada di
posisinya semula.

Jika Anda merasa khawatir bahwa posisi IUD telah bergeser atau benang IUD tidak
terasa, gunakan alat kontrasepsi cadangan hingga Anda memiliki waktu untuk
menemui dokter.

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan
sejak berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah
alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR
bekerja dengan cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum
dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga
yang terdapat pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007:))

16
DAFTAR PUSTAKA
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/900/808
https://hellosehat-
com.cdn.ampproject.org/v/s/hellosehat.com/seks/kontrasepsi/berbagai-efek-
samping-iud/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&amp=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16243613327744&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fhellosehat.com%2Fseks%2Fkontrasepsi%2Fberbagai-efek-samping-
iud%2F%3Famp%3D1%23aoh%3D16243613327744%26referrer%3Dhttps
%253A%252F%252Fwww.google.com%26amp_tf%3DDari
%2520%25251%2524s

17
“I. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi
(Kondom,Pil,Suntik). II. Membuat
Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat. III.
Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi
Darurat Sesuai Kewewenangan, Kebijakan
Lokal, Protokol Dan Hukum. IV.
Pencatatan Dan Pelaporan Dalam
Kontrasepsi”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Asuhan


Kebidanan pada KB dan Pelayanan Kontrasepsi

DISUSUN OLEH :

1. Selsadila Aning Puspandari (1915201041)

2. Elah (1915201005)

18
3. Nadila Mindaratu. (1915201020)

4.Piraini Rahmiyati. (1915201035)

5.Reka Nurahayu S.T. (1915201022)

PROGRAM STUDI S1

KEBIDANAN FAKULTAS ILMU

KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

Tahun 2021

19
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga modul dengan judul bisa terselesaikan dengan baik.
Adapun modul ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan pada Keluarga Berencana. Selain itu, penyusunan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang Kontrasepsi
Darurat.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepada ibu selaku dosen mata
kuliah asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana. Berkat tugas yang diberikan
ini, penulis dapat menambah wawasan berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Tangerang, 2 Juli 2021

Penulis

20
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik).........................................3
B. Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat...........................................................5
C. Mengetahui Cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat
Sesuai Kewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol dan Hukum.......................................6
D. Pencatatan dan Pelporan dalam Kontrasepsi..................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

21
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
KB Pasca Persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan
alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/ 6 minggu
setelah melahirkan, sedangkan KB Pasca Keguguran merupakan upaya pencegahan
kehamilan dengan menggunakan alat dan obat kontrasepsi setelah mengalami keguguran
sampai dengan kurun waktu 14 hari.
Berdasarkan penelitian di WHO di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar
500.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara
berkembang sebesar 99% .WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata rata 3
bayi, maka kematian ibu dapat di turunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi
sebesar 5.600.000 jiwa per tahun. Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi antara
130 dan 780 dalam 100.000 persalinan hidup. Di dunia Kontrasepsi Darurat sangat
penting digunakan pada kasus kasus kekerasan seksual, Kontrasepsi Darurat lebih efektif
apabila digunakan lebih dini. Kontrasepsi darurat perlu dipromosikan secara luas dan para
penyedia layanan ini harus menyediakan akses yang mudah dan cepat, mungkin dengan
menawarkan layanan Kontrasepsi darurat tanpa perjanjian terlebih dahulu. Yang harus
didorong adalah penyediaan Kontrasepsi darurat secara bebas. ( Handayani 2010 ).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik)
2. Bagaimanakah cara Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat
3. Bagaimana cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat Sesuai
Kewewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol Dan Hukum
4. Bagaimana Pencatatan Dan Pelaporan Dalam Kontrasepsi

1
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui bentuk Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik)
2. Untuk Mengetahui cara Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat
3. Untuk Mengetahui cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat Sesuai
Kewewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol dan Hukum
4. Untuk Mengetahui Pencatatan dan Pelaporan dalam Kontrasepsi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik)


KB Pasca Keguguran yang selanjutnya disingkat PK adalah pelayanan KB
yang diberikan setelah penanganan keguguran saat di faskes atau 14 (empat belas)
hari pasca keguguran. Peserta KB Baru yang kemudian disingkat menjadi PB adalah
peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka
yang pasca persalinan pasca keguguran.
Konseling KB PK dapat dilakukan di fasilitas kesehatan yang memberi-kan
penanganan keguguran. Konseling KB PK yang diberikan pada pasca keguguran
dilakukan dengan pendekatan khusus dan waktu yang lebih lama. Pendekatan khusus
bagi wanita yang menghadapi risiko ganda terhadap kehamilan dan aborsi diinduksi,
kasus perkosaan dan incest.
Pilihan metode Kontrasepsi bagi ibu pasca persalinan atau pasca keguguran
disesuaikan dengan usia dan kebutuhan reproduksinya. Pilihan kontrasepsi bagi
pelayanan pasca keguguran meliputi;
1. Metode hormonal seperti pil, suntik dan implan dapat segera diberikan
setelah keguguran;
2. Mow dan akdr dapat segera diberikan, namun harus dipastikan
sebelumnya bahwa tidak adanya komplikasi pasca keguguran;
3. Penggunaan kondom sangat dianjurkan apabila adanya risiko penularan
infeksi menular seksual (IMS) atau HIV, akan sangat efektif sebagai
perlindungan ganda apabila digunakan bersama metode kontrasepsi lain
yang efektif; dan
4. Metode kontrasepsi alami tidak dianjurkan hingga siklus menstruasi telah
kembali.
TATA CARA KONSELING KB PASCA PERSALINAN DAN
PASCA KEGUGURAN:

1. Enam langkah dalam memberikan konseling salah satunya dengan


kata kunci “SATU TUJU’;
a. SA : Sapa dan salam kepada peserta KB secara sopan dan ramah.
b. T : Tanyakan kepada peserta KB informasi tentang dirinya,
pengalaman ber-KB dan keinginan metode yang akan digunakan.
c. U : Uraikan kepada peserta KB tent ang beberapa pilihan Metode KB
PP persalinan yang direkomendasikan.
d. TU : BanTU peserta KB dalam mem ilih dan memutuskan Pilihan.
e. J : Jelaskan secara lengkap tent ang metode kontrasepsi yang dipilih
peserta KB.
f. U : Buat rencana kunjungan Ulang dan kapan peserta KB akan
kembali.

Pertimbangan berdasarkan kondisi klinis klien


abortus:
B. Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi Darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila di
gunakan segera setelah berhubungan seksual ( Saifuddin 2010 ).

Kontrasepsi Darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah senggama oleh


wanita yang tidak hamil untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan ( Mulyani,
2013 ).
Kontrasepsi Darurat adalah Kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila
di gunakan setelah hubungan seksual. Atau sering disebut juga “ Kontrasepsi Pasca
Senggama” atau “ Morning after treatment” (Setiyaningrum, 2014 )
Ada PIL Kontrasepsi Darurat (Pil Kondar), apa itu pil Kontrasepsi Darurat (Pil
KonDar)? Pil kondar adalah pil kontrasepsi dengan dosis tinggi yang harus diminum
sesegera mungkin dalam waktu paling lambat 3 hari setelah berhubungan seks tanpa
terlindungi oleh alat KB.
Yang membutuhkan kontrasepsi darurat ialah mereka yang berhubungan seks
tetapi tidak ingin hamil karena:
1. Lupa minum pil KB lebih dari 2 hari berturut-turut
2. Lupa atau terlambat suntik ulang lebih dari 1 minggu
3. Kondom yang horor atau lepas
4. Wanita yang tidak pakal KB karena suaminya sering bepergian dalam
waktu yang lama

C. Mengetahui cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat


Sesuai Kewewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol dan Hukum
Paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan
tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan.

Merek lain dari obat yang sejenis mungkin memiliki aturan penyimpanan yang
berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada
apoteker. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali
bila diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlaku obat telah habis atau bila
sudah tidak diperlukan lagi.

Pemberian Kontrasepsi Darurat

Cara Dosis Waktu Pemberian


I. Mekanik 1x Pemasangan Dalam waktu
AKDR-Cu < 7 hari pascasenggama
II. Medik
Pil kombinasi 2x2 Tablet Dalam waktu 3 hari
pascasenggama dosis kedua
12 jam kemudian

Dalam waktu 3 hari


pascasenggama dosis kedua
12 jam kemudian
Progestin 2X1 Tablet Dalam waktu 3 hari
pascasenggama dosis kedua
12 jam kemudian
Estrogen 2,5 mg/dosis Dalam waktu 3 hari
10 mg/dosis pascasenggama 2x 1 dosis
10 mg/dosis selama 5 hari
Mifepriston 1 x 600 mg Dalam waktu 3 hari
pascasenggama
Danazol 2 x 4 tablet Dalam waktu 3 hari pasca
senggama dosis kedua 12
jam kemudian

D. Pencatatan dan Pelaporan dalam Kontrasepsi


1. Pada waktu mendaftar untuk pembukuan/peresmian klinik KB baru dibuat Kartu
Pendaftaran Klinik KB(K/O/KB/85) dalam rangkap 5, masing masing untuk BKKBN
Pusat, BKKBN Provinsi, Unit pelaksana KB tingkat provinsi, BKKBN
Kabupaten/Kotamadya, Unit Pelaksana KB tingkat kabupaten/kotamadya dan arsip.

2. Setiap bulan Maret dilakukan pendaftaran ulang klinik KB dengan mengisi K/O/KB 85
untuk setiap klinik KB. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan "updating” data dan
informasi mengenai khnik KB yang bersangkutan.
3. Bagi setiap pengunjung baru di Klinik KB, yaitu mehputi peserta KB baru dan peserta
KB pindahan dari klinik KB atau tempat pelayanan kontrasepsi lainya, dibuatkan
Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/KB/89) untuk peserta KB yang bersangkutan.
4. Bagi setiap pengunjung baru tersebut dibuat pula kartu status peserta KB
(K/IV/KB/85) yang antara lain memuat ciri ciri peserta KB yang bersangkutan. Kartu
ini disimpan di klinik KB yang bersangkutan untuk digunakan kembali sewaktu
peserta KB melakukan kunjungan ulang di klinuk tersebut. Untuk seorang peserta KB,
menurut seri peserta KB dalam K/IB/KB/85 harus sema dengan nomor seri peserta
KB pada K/I/KB/89.
5. Semua hasil pelayanan kontrasepsi oleh klinik KB setiap kari, baik di dalarn maupun
di luar klirik KB tersebut, diCatat di dalam register khnik KB (R/A/KB/90).
6. Semua penerimaan pengeluaran alat kontrasepsi oleh khrik KB setiap hari dicatat di
dalam Register alat-alat kontrasepsi Klinik KB (R/11/85).
7. Setiap akhir bulan, data pada R/I/KB/90 dan R/II/KB/85 dijumlahkan untuk
selanjutnya dimasukan ke dalam Laporan Bulanan Klinik KB.
8. Laporan Bulanan Klimk KB (F/II KB/90) dibuat oleh petugas klinik KB setiap awal
bulan berikutnya dengan sumber-sumber data dari R/T/KB/90, R/II/KB/85 dan F
/I/PLKB/ 90.
9. Laporan bulanan klinik KB (F/I/KB/90) dibuat dalam rangkap 5, masing masing dikirim
kepada: BKKBN Pusat, BKKBN Kabupaten/Kotamadya, Unit Pelaksan tingkat
Kabupaten/Kotamadya, Camat dan Arsip. Selambat-lambatnya tanggai 5 bulan
berikutnya, laporan ini sudah harus dikimmkan dani klinik KB.
a. Lembar pertama Laporan Bulanan Khnik KB (F/II/KB/90), dikirim ke BKKBN Pusat
minat Biro Pencataan dan Pelaporan, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
b. Lembar kedua Lembar Bulanan Klinik KB (F/Il/KB/90) dikirim ke BKKBN Kabupaten
Kotamadya yang bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
c. Lembar ketiga Laporan Bulanan Klinik Kb (F/II KB 90) dikirim ke Unit Pelaksana
Kabupaten Kotamadya yang bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
d. Lembar keempat Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/ KB 90) dikirim ke Camat yang
bersangkutan, minat Pengawas PLKB setambat lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
e. BKKBN Kabupaten/Kotamadya setiap bulan merekapitulasi F/II/Kb/90 yang
diterima dan klinik KB di wilayah Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan ke
dalam Rek/F/II/KB/90. Rekapitulasi ini dibuat dalam rangkap uga masing masing
untuk dikinmkan ke BKKBN Provinsi, Unit Pelaksana Depkes tingkat Kabupaten/
Kotamadya dan Arsip.
1) Rekapitulasi laporan Bulanan Klink KB (Rek/F/I/ KB/90), dikirim ke BKKBN Provinsi
selambat lambatnya tanggal 5 bulan benkutnya
2) Lembar kedua Rekapitulasi taporan Bulanan Klinik KB (Rek/F/II/KB/90), dikim ke
Unit Pelaksana KB Depkes di Kabupaten/Kotamadya di wilayah kerjanya selambat
lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
10. BKKBN Pusat (Biro Pencatatan dan Pelaporan) Menyampaikan umpan balik ke
komponen-komponen di BKKBN Pusat, BKKB Provinsi dan Instasi lam di tingkat pusat
selambat-lambatnya 2 bulan sesudah bulan laporan.
11. BKKBN Provinsi di Bidang Bina Program, Menyampaikan umpan balik kepada BKKBN
Kabupaten/Kotamadya di wilayah kerjanya dengan tembusan kepada bidang bidang
lain di BKKBN Provinsi dan instansi terkait di Provinsi selambat-lambatnya 1 bulan
sesudah bulan laporan.
12. Analisa. Tujuan dari analisa Ini adalah untuk melihat teng (perkembangan dengan
cara membandingkan hasil kegiatan pelayanan, kontrasepsi dari bulan kebulan
(tahun. ketahun). Misalnya mengenai:
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontrasepsi Darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah senggama oleh


wanita yang tidak hamil untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan ( Mulyani,
2013 ).
KB Pasca Keguguran yang selanjutnya disingkat PK adalah pelayanan KB
yang diberikan setelah penanganan keguguran saat di faskes atau 14 (empat belas)
hari pasca keguguran. Peserta KB Baru yang kemudian disingkat menjadi PB adalah
peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka
yang pasca persalinan pasca keguguran.
. Perhatikan instruksi penyimpanan kontrasepsi pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan
hewan peliharaan. Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran
pembuangan kecuali bila diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlaku obat
telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang kontrasepsi darurat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mega, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Dilengkapi


Dengan Soal-Soal Uji Kompetensi Bidan. Cv. Trans Info Media; Jakarta
Timur
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
http://www.kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Peraturan
%20Regulation/ Peraturan
%20Pusat/peraturan_menteri_kesehatan_republik_indonesia_nomor_
97_tahun_2014_tentang_pelayanan_kesehatan_masa_sebelum_hamil_m
asa_hamil
persalinan_dan_masa_sesudah_melahirkan_penyelenggaraan_pelayanan
_kontras epsi_serta_pelayana.pdf Diakses pada 25 Juni 21
3. https://med.unhas.ac.id/obgin/?p=108 Diakses pada tanggal 26 Juni 21
4. http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/114/2760.bpkp Diakses pada
tanggal 26 Jun. 21

1
KOLABORASI INTERPROFESIONAL DALAM
PENATALAKSANAANEFEK SAMPING KONTRASEPSI AKBK

(spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikanBB, hiperpigmentasi,


menometroraghi)

Dosen pembimbing : Siti Mardhatillah Musa, M.Keb

Disusun oleh

1. Dita Mutia Hermawan(1915201003)


2. Feby Nurfadillah (1915201024)
3. Erika Azzahrani (1915201026)
4. Diba Stevani (1915201038)
5. Febriani Nurantika (1915201044)

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2021

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah pembelajaran “Blok 10C
(Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi)” tentang “KOLABORASI
INTERPROFESIONAL DALAM PENATALAKSANAAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI
AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikanBB, hiperpigmentasi, menometroraghi)”.

Kami menyadari bahwa makalah pembelajaran ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasihn kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan modul pembelajaran ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Tangerang, 1 juli 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi
AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi)...................................................................................................3
a. Spooting...............................................................................................................3
b. Amenorhea...........................................................................................................4
c. Mual.....................................................................................................................6
d. Pusing...................................................................................................................6
e. Kenaikan BB........................................................................................................7
f. Hiperpigmentasi...................................................................................................7
g. Menometroraghi...................................................................................................8
B. Pelayanan kontrasepsi implant..............................................................................9
BAB III..........................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat.
Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan bantuan alat
apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur, cara
ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah memperkecil
kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat sedangkan
kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset
dan tidak akurat.Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pengaturan
kehamilan untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Keberhasilan program KB
ditentukan oleh 3 indikator yaitu Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Total Fertility
Rate (TFR), dan unmet need. Ketiga indikator tersebut mengalami stagnan dalam dekade
terakhir.(BPS et al., 2013, BKKBN, 2016, Indonesia, 2018).

AKBK merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang memiliki efektifitas cukup
tinggi yaitu 97-99% dan merupakan rekomendasi dari pemerintah. AKBK terbaru bisa
digunakan selama 3 tahun dengan kandungan hormon progestin yang lebih baik dari
generasi sebelumnya, menggunakan 1 atau 2 kapsul sehingga pemasangannya cukup
singkat, tidak memerlukan kunjungan ulang kecuali jika ada indikasi, bisa digunakan
untuk ibu menyusui dan tidak menggangu hubungan seksual.(BPS et al., 2013, BKKBN,
2012). Kelebihan mengenai penggunaan AKBK belum sepenuhnya dipahami oleh wanita
usia subur (WUS). Berbagai mitos muncul di kalangan masyarakat seperti anggapan
bahwa pemasangan dan pencabutan AKBK merupakan tindakan operatif, kapsul AKBK
bisa berjalan sampai perut dan dada, wanita yang menggunakan AKBK tidak boleh
menggendong anak sehingga akan mengganggu aktifitas seharihari. Berbagai mitos terus
berkembang dan kurang mendapat perhatian dari tenaga kesehatan terutama bidan.
(Bharadwaj et al., 2012, Kavanaugh et al., 2011, Hubacher et al., 2011) Tenaga kesehatan
terutama bidan seharusnya mampu untuk mengatasi mitos yang berkembang di
masyarakat dengan melakukan pendekatan konseling yang tepat. Hal ini dikarenakan
konseling tidak hanya mampu untuk mempertimbangkan masalah medis terkait
penggunaan kontrasepsi tetapi mampu mempertimbnagkan isu-isu pribadi, keinginan
kesubuan, mitos dn kekhawatiran yang dirasakan klien. (Dehlendorf et al., 2014)

1
B. RUMUSAN MASALAH
c. Bagaimana Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi) ?
d. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi Implant?

C. TUJUAN
5. Untuk mengetahui Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi)
6. Untuk mengetahui Pelayanan kontrasepsi Implant
D.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi


AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi)
a. Spooting
Spotting adalah perdarahan inter-menstrual yang jumlahnya sedikit sekali sehingga
tidak memerlukan pemakaian tampon atau kain atau kasa pembalut (Hartanto, 2015).
Spotting yaitu perubahan pola haid berupa perdarahan bercak ringan (Sulistywati,
2014). Spotting adalah perdarahan yang tidak ada hubungan dengan haid dan dapat
disebabkan kelainan organic dan kelainan hormone (DewiKurnia, 2013)
1. Penyebab
Disebabkan karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan terhambatnya
pembentukan endometrium dan menimbulkan perdarahan yang tidak teratur sama
sekali, penyebab lain stres psikologi serta komplikasi dan pemakaian alat
kontrasepsi (Irianto, 2015).
2. Penatalaksanaan kasus spotting
Menurut Handayani (2010), penatalaksanaan kasus spotting adalah Spotting
sering ditemukan terutama pada tahun pertama pemakaian implan bila tidak ada
masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien
mengeluh dapat diberikan:
a. Kotrasepsi oral kombinasi (30-50 µg) selama 1siklus.
b. Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari). Terangkan pada klien bahwa
akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis
c. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi
selama 3-7 hari dan lanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi.
d. Penatalaksanaan kasus spotting menurut Saifuddin, (2006) adalah:
1) Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun
pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun.

3
2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan
pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen
3x800 mg selama lima hari. Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan
setelah pil kombinasi habis.
3) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi
untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau
dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equenkonjugasi
14-21 hari.
4) Bila perdarahan belum berhenti rujuk ke SPOG atau anjurkan ibu untuk
melepas implan atau ganti metode lain ( Arum , D.N.S, Sujiyatini, 2009 )

b. Amenorhea
Amenorea adalah keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan berturut-turut
(Manuaba,2008). Untuk memulai penggunanaan kontrasepsi hormonal harus
dipastikan bahwa penyebab amenorea bukan kehamilan , tetapi karena adanya
gangguan hormonal.Tidak terjadinya haid disebabkan oleh kurangnya adekuat
pengaruh esterogen terhadap endometrium, sehingga proliferasi endometrium kurang
sempurna. Pengguna kontrasepsi gestagen dosis tinggi akan menyebabkan atrofi
endometrium , sementara penggunaan kontrasepsi gestagen dosis rendah, ada
kemungkinan terjadi perdarahan bercak (Baziad,2002).
1. Klasifikasi
Seperti dikatakan diatas,amenorea primer dan amenorea sekunder masing-masing
mempunyai sebab-sebab sendiri, pada amenorea primer kelainan gonad
memegang peranan penting.Akan tetapi, banyak sebab yang ditemukan pada
kedua jenis amenorea, oleh karena itu klasifikasi di bawah ini mencakup sebab-
sebab pada amenorea primer dan amenorea skunder.
a. Gangguan organik pusat : tumor,radang, destruksi
b. Gangguan kejiwaan : syok emosional,psikosis
c. Gangguan hipotalamus :sindrom amenoria-galaktore, amenorea hipotalamik
d. Gangguan gonad : kelainan kongenital
2. Etiologi

4
Ada beberapa etiologi yang berkaitan dengan terjadinya amenore sekunder pada
wanita. Beberapa teori dibawah ini mencakup sebab-sebab amenore
sekunder.Benson (2009) menyebutkan ada 3 penyebab amenore sekunder, yaitu :
a. Disfungsi Ovarium
Penyebab disfungsi ovarium yang paling sering menyebabkan amenore sekunder
adalah Sindrom Ovarium Polikistik (polycistic ovary syndrome,PCOS). Kelainan
ini akibat dari peningkatan androgen (baik dari ovarium maupun maupun
kelenjar adrenal) diikuti perubahan menjadi estrogen dalam jaringan lemak.
Peningkatan estrogen memacu hipofisis untuk meningkatkan LH dan menekan
FSH yang menyebabkan penyimpangan perkembangan folikel, anovulasi, dan
peningkatan produksi androgen ovarium. Menurut Norwitz E. (2008) kelainan ini
merupakan kerusakan yang disebabkan pengiriman sinyal yang “tidak
seharusnya” ke hipotalamus dan hipofisis.
b. Gagal ovarium

Gagal ovarium primer ditandai dengan adanya peningkatan gonadotropin dan


rendahnya estradiol (hipogonadisme hipergonadotropik). Gagal ovarium
sekunder ditandai dengan kadar gonadotropin normal atau rendah dan rendahnya
estradiol (hipogonadisme hipogonadotropik). Akibat yang ditimbulkan dari
penyebab ini adalah kegagalan ovarium prematur (premature ovarian failure,
POF), yaitu hilangnya semua folikel ovarium disertai berhentinya menstruasi
sebelum usia 40 tahun. Penyebab tersering dari kasus ini adalah proses autoimun,
kemoterapi, radiasi, infeksi (Norwitz, 2008).

3) Penyebab Sistemik

Selain penyebab yang disebutkan diatas, ada beberapa penyebab lain yang sudah
terbukti menyebabkan terjadinya ameneore sekunder, antara lain
ketidakseimbangan hormon yang disebabkan stress hingga mengganggu fungsi
dari hipotalamus.

3. Penatalaksanaan

5
Menurut Sulistyawati,2009 penatalaksanaan dari kb implant dengan amenorea
yaitu :
a. Informasikan pada ibu hamil atau tidak, apabila tidak hamil, tidak
memerlukan penanganan khusu, cukup konseling saja.
b. Informasikan pada klien kalau klien tidak dapat menerima angkat implant
dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lainnya.
c. Beritahu klien bahwa sedang hamil dan klien ingin melanjutkan kehamilan ,
cabut implant dean jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin
.Apabila diduga terjadi kehamilan ektopik , klien dirujuk.Tidk ada gunanya
memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.
d. Dengan pengobatan diatas perdarahanya tidak berhenti, hendaknya dirujuk ke
dokter kandungan dan atau hentikan penggunaan kb implan dan ganti dengan
kb jenis yang lain.
c. Mual
Penatalaksanaan:
Efek samping lainnya adalah sakit kepala, nyeri payudara, mual, penambahan berat
badan, kista ovarium, infeksi di tempat implan dimasukkan. Untungnya, kondisi itu
biasanya hilang dalam beberapa bulan dan jarang yang serius.
Parin Patel, dokter dan asisten profesor di Departemen Obstetri dan Ginekologi di
Cabang Medis Universitas Texas di Galveston, Texas, mengatakan ini karena
pengaruh perubahan hormon.
"Beberapa orang mendapatkan semua efek samping, beberapa orang tidak
mengalami sama sekali, semua orang merespons hormon secara berbeda,"
d. Pusing
Penatalaksanaan:
setiap jenis kontrasepsi terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Susuk
implant pada dasarnya mengandung 1 jnis hormon yang sama / serupa, yaitu
progesteron / turunannya, sehingga tidak heran jika Anda merasakan gejala yang
serupa. sangat mungkin gejala tersebut disebabkan pemakaian kontrasepsi hormonal.
Kelebihan preparat susuk atau terutama hormonal sebaiknya menjalani konseling
dahulu mengenai keunggulan dan kerugian masing-masing KB tersebut. Jika

6
memang efek tersebut dirasakan tidak dapt ditoleransi, maka sebaiknya lakukan
penghentian pemakaian KB implant Setelah menghentikan pemakaian, mungkin
diperlukan waktu hingga kembali seperti semula, karena KB tersebut setelah
disuntikkan akan bertahan setidaknya selama 3 bulan dalam tubuh (kesuburan sendiri
kembali dalam 3-12 bulan).
e. Kenaikan BB
1. Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal.
Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih.
2. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari
metode lain.
f. Hiperpigmentasi
KB implan mengandung hormon progesteron sintetik, yang jika digunakan dengan
benar, bisa membantu mencegah kehamilan, melalui kemampuannya menghambat
ovulasi, fertilisasi, dan implantasi. KB ini banyak dipilih orang sebab kemudahan
penggunaannya, sehingga tidak mengharuskan Anda kontrol sering-sering ke dokter.
Meski begitu, sebagaimana kebanyakan KB lainnya, KB implan pun bukannya tanpa
efek samping. Akibat pengaruh hormon di dalamnya, KB implan bisa membuat kulit
menjadi lebih kusam, kering, dan terasa gatal. Namun, bukan hanya karena KB-nya,
kulit yang berwarna gelap dan tumbuh seperti daging kecil yang Anda alami
mungkin pula disebabkan oleh hal lain, seperti hiperkeratosis, hiperpigmentasi pasca
radang, infeksi kulit, dermatitis kontak, skin tag, neurodermatitis, dermatitis atopik,
tumor jinak atau ganas, dan sebagainya.
Upaya untuk mencegah kulit rusak ialah:
a. Rajin mandi, bersihkan leher Anda menggunakan sabun yang ringan
b. Jangan memanipulasi berlebihan daging yang muncul di leher Anda
c. Hindari kulit Anda dari kontak dengan substansi pencetus alergi dan iritasi
d. Sebelum beraktifitas, kenakan dulu pelembab dan tabir surya agar kulit lebih
cerah dan tidak kering
e. Jangan sembarangan bertukaran barang pribadi dengan orang lain
f. Nutrisi kulit dari dalam dengan banyak minum air putih dan makan buah serta
sayur yang mengandung kaya antioksidan

7
g. Menometroraghi
Menometroragia merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari). Salah satu masalah terpenting seperti yang dihadapi oleh
negara berkembang seperti di Indonesia yaitu Ledakan penduduk Ledakan penduduk
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya
pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga
berencana (KB).
Pelayanan keluarga berencana merupakan usaha-usaha mencegah kehamilan,
diantaranya mengunakan kontrasepsi hormonal yang berupa suntik progestis. Suntik
progestis memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan diantaranya dapat
menimbulka efek samping yaitu terjadi perubahan pola haid tidak teratur, perdarahan
bercak atau Menomertoragia dan perdarahan sela sampai 10 hari, mual, penambahan
berat badan (Prawiroharjo : 2007).

Menometoragia disebabkan karena ketindakseimbangan hormone yang


mempengaruhi siklus haid, sebab-sebab organis perdarahan dari uterus, tuba, dan
ovarium. Menometoragia yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu
dilakukan suatu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
kontrasepsi suntik terhadap gangguan siklus haid yakni Menometoragia
(Prawiroharjo : 2008).
Faktor-faktor yang menyebabkan Menometroragia diantaranya adalah :
a. pengaruh hormon
b. penyakit dan
c. pemakaian kontrasepsi.
Dalam hal ini merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi pada akseptor KB
suntik dan berhenti pada suntikan ke 2-3 dan ini juga bisa menganggu kondisi
akseptor antara lain cemas takut gagal, dan gangguan pola hubungan seksual .
Beberapa buku menyatakan bahwa Menometroragia merupakan salah satu efek
samping dari KB suntik (Prawirohardjo : 2006). Dampak dari menometroragia

8
yang berlarut-larut akan terjadi infeksi bahkan dapat mengalami kesulitan hamil
dan terseranganemia. Hal ini karena penderita menometroragia mengalami
pengeluaran darah yang melebihi normal dan lebih lama
Upaya untuk mengatasi masalah menometroragia adalah :
a. meningkatkan pengetahuan akseptor KB maka dibutuhkan peran petugas
kesehatan, yaitu dengan cara pemberian konseling , pemberian terapi, serta
menganjurkan untuk segera mungkin untuk memeriksakan diri ke petugas
kesehatan atau dokter apabila perdarahan bercak berkelanjutan.
B. Pelayanan kontrasepsi implant
1. Definisi
KB adalah suatu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran dalam
mewujudkan kesehatan ibu dan anak serat kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2017).
KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga yang
bahagia dan sejahtera (Kurniawati,2015:23).
KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga kecil, bahagia dan sejahtera adalah yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual, material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan serasi, selaras,seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat serta lingkungan (Sari, 2014).
Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah lapisan kulit (subkutin) pada
lengan atas bagian samping dalam. Kontrasepsi yang populer dengan nama susuk KB
ini berisi progestin yang memiliki efektivitas yang cukup tinggi 99% - 99,8% dengan
angka kegagalan kurang dari 1% kegagalan dalam setiap 100 wanita/ tahun untuk 5
tahun pertama (Yuhedi dan Kurniawati, 2015: 83). Implan adalah alat kontrasepsi
yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat
hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan di dalam kulit bagian lengan
atas (Purwoastuti dan Mulyani, 2015:203).

9
Metode ini dikembangkan oleh The Population Council yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi, implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga tahun hingga lima tahun
(Affandi, 2012: MK-55). Kontrasepsi implan sangat efektif, bekerja lama dan cocok
untuk hampir semua wanita untuk menunda atau membatasi kehamilan (Jacobstein
dan Stanley, 2013) dan implan memberikan perlindungan yang sangat efektif 3-5
tahun (Samal dan Ranjit, 2015).
2. Jenis-jenis implan
Menurut Affandi dkk (2012: MK-55), jenis- jenis alat kontrasepsi hormonal implan
dibagi atas tiga antara lain:
a. Norplan
Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total mengandung 216 mg
levonorgestrel, panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul
terbuat dari bahan silastik medik yang fleksibel dimana kedua ujungnya terdapat
penyumbat sintetik yang tidak menganggu kesehatan klien, enam kapsul yang
dipasang menurut konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas.
b. Implanon
Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 20 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- ketodesogestrel dan lama kerjanya
3 tahun.
c. Jadena atau Norplant II
Jadena terdiri dari 2 batang yang berisi levonorgestrel dan memilki daya kerja 3
tahun (Yuhedi dan Kurniawati, 2015). Alat tersebut telah dikembangkan sejak 20
tahun yang lalu dan setelah diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan
pengawasan obat internasional, implan ini banyak digunakan dibanyak negara,
cara kerja jadena ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan melepaskan
secara perlahan kandungan hormon levonorgestrel.

3. Cara kerja

10
Cara kerja implan menurut Saifuddin (2010: MK-29), adalah menekan ovulasi,
menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma, mengurangi transportasi
sprema. Menurut Affandi (2012: MK-58), mekanisme kerja implan yaitu implan
mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara sama halnya dengan
mekanisme kerja kontrasepsi yang mengandung progestin pada umumnya,
mekanisme utamanya adalah menebalkan lendir serviks sehingga tidak bisa dilewati
oleh sperma, perubahan terjadi setelah pemasangan implan progestin menekan
pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofisis, levonogestrel yang
terkandung pada kapsul implan menekan lonjakan LH agar tidak terjadi ovulasi,
penggunaan progestin dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipotropisme pada
endometrium sehingga dapat menganggu proses implantasi.
4. Efektifitas
Menurut The NSW Ministry of Health (2013), implan adalah metode yang sangat
efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99,9% efektif. Menekan ovulasi,
menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportasi sperma, lendir serviks menjadi kental (Tresnawati, 2013:
125).
5. Keuntungan
Saifuddin (2010), menyatakan bahwa keuntungan implan dibagi atas dua yaitu
keuntungan sebagai kontrasepsi dan nonkontrasepsi. Adapun keuntungan implan
sebagai kontrasepsi menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013: 105), yaitu daya guna
tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak
mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat
dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan nonkontrasepsi yaitu
mengurangi rasa nyeri dan jumlah darah haid serta menurunkan angka kejadian
endometriosis (Saifuddin, 2010 dan BKKBN, 2017).
6. Kerugian

11
Kerugian implan menurut Tresnawati (2013: 124), yaitu tidak memberikan efek
protektif terhadap penyakit menular seksual, termasuk AIDS, membutuhkan tindak
pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak dapat menghentikan
sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik
untuk pencabutan, memiliki semua resiko sebagai layaknya setiap tindak bedah
minor (infeksi, hematoma dan perdarahan), pada kebanyakan klien dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pola haid. Keluhan-keluhan yang mungkin
berhubungan dengan pemakaian susuk norplan seperti peningkatan/penurunan berat
badan, dermatitis atau jerawat (Saifuddin, 2010).
7. Indikasi
Indikasi implan menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013: 105), adalah wanita usia
reproduksi, wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum
mempunyai anak, wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektivitas yang tinggi, wanita yang setelah keguguran dan setelah
melahirkan, yang menyusui atau tidak menyusui, wanita yang tidak menginginkan
anak lagi tapi menolak untuk sterilisasi, wanita yang tekanan darahnya kurang dari
180/110 mmHg, wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.
8. Kontra indikasi
Kontra indikasi menurut Tresnawati (2013: 123), yaitu hamil atau diduga hamil,
perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi,
menderita mioma uterus, penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, penyakit
tromboemboli, gangguan toleransi glukosa
9. Waktu mulai menggunakan implan
Menurut Affandi (2012: MK-67), adapun waktu yang tepat untuk memulai
menggunakan implan antara lain:
a) Setiap saat selama siklus haid hari ke- 2 sampai hari ke- 7 tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
b) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.
Bila diinsersi setelah hari ke- 7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan
seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

12
c) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
d) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan. Insersi
dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai
metode kontrasepsi lain.
e) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksul selama 7 hari
atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari.
f) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien
tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan
benar.
g) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali IUD)
dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan
setiap saat, asal saja yakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah IUD dan klien ingin menggantinya
dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. IUD segera dicabut.
i) Pasca keguguran implan dapat diinsersikan.
10. Prosedur pemasangan
Ada beberapa prosedur pemasangan kontrasepsi implan, salah satunya menurut
Affandi (2012), sebagai berikut :
A. Persiapan pemasangan
1. Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan implan,
ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan atau ramai di rumah
sakit serta harus memilih pencahayaan yang cukup, terbebas dari debu dan
serangga, memiliki ventilasi yang baik selain itu juga perlu ada fasilitas untuk
mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir.

13
2. Peralatan untuk pemasangan harus tersedia lengkap di setiap klinik atau
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Yang penting,
semua peralatan dan bahan harus dalam kondisi baik (misalnya: trokar dan
skapel harus tajam). Pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan steril atau
DTT.
3. Kapsul implan-2 dikemas dalam wadah steril, tertutup baik dan tetap steril
selama tiga tahun sesuai dengan jaminan sterilitas dan masa aktif dari
produsennya, kemasannya tidak rusak dan disimpan di tempat yang sejuk dan
kering.
4. Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah sebagai berikut
(Gambar 2.4):
a) Tempat tidur.
b) Sabun untuk mencuci tangan.
c) 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril (sudah terdapat skapel dan
trokar 1 set dengan pendorong).
d) Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
e) 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk betadine, 1 tempat air DTT/steril,
kasa).
f) Sepasang sarung tangan steril/DTT.
g) Larutan antiseptik.
h) Anestesi lokal (lidokain 5cc).
i) Tabung suntik dan jarum suntik (5 atau 10 ml).
j) Jika ingin menandai posisi kapsul dapat digunakan bolpoin. k) Band aid
(plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plester.
B. Persiapan pemasangan
1. Langkah 1 Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan
efektivitas antiseptik tertentu.
2. Langkah 2 Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.
3. Langkah 3 Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,
ditempatkan di atas kain yang telah disiapkan, lengan atas membentuk sudut

14
30° terhadap bahu dan sendi siku 90° untuk memudahkan petugas
melakukan pemasangan (Gambar 2.5).
4. Langkah 4 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di atas
lipat siku. Tandai posisi lengan yang dengan berbentuk V
5. Langkah 5 Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada di dalamnya (gambar 2.5).
C. Tindakan sebelum pemasangan
1. Langkah 1 Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih.
2. Langkah 2 Pakai sarung tangan steril atau DTT (Gambar 2.6).
3. Langkah 3 Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik (betadine)
menggunakan kasa. Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi
ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm (3-5 inci) dan biarkan
kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan (Gambar 2.6).
4. Langkah 4 Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk
memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat juga dengan
menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
5. Langkah 5 Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi (lidocaine
1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit
selama memasang dua kapsul implan-2 (Gambar 2.6).
6. Langkah 6 Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi,
kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam
pembuluh darah. Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat intrakutan, kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke subdermal. Hal ini akan membuat kulit
terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum menelusuri
bawah kulit hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan
anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml) membentuk huruf V
(Gambar 2.6)

15
D. Pemasangan kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah berlangsung dan sensasi
nyeri hilang.
1. Langkah 1 Ingat kegunaan kedua tanda pada trokar. Trokar harus dipegang
dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar, tanda
(1) dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit
sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda (2) dekat ujung menunjukkan
batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul
(Gambar 2.7).
2. Langkah 2 Dengan trokar dimana posisi angka dan panah menghadap keatas
masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi 45° (saat memasukkan
ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 30° saat memasuki lapisan
subdermal dan sejajar permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3-5
mm dari pangkal trokar).
3. Langkah 3 Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke
atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati
ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat
diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit
selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat di bawah
kulit. Jangan menyentuh trokar terutama bagian tabung yang masuk ke
bawah kulit untuk mencegah trokar terkontaminasi pada waktu memasukkan
dan menarik keluar.
4. Langkah 4 Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai sambil meraba dan menahan bagian
kapsul untuk memastikan bahwa kapsul sudah keluar dari trokar dan sudah
berada dalam kulit.
5. Langkah 5 Tarik trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah
luka insisi atau mendekati pangkal pendorong sampai tanda 2 muncul di luka
insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Pangkal trokar tidak
akan mencapai pangkal pendorong karena akan tertahan di tengah karena

16
terhalang oleh ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul
kedua.
6. Langkah 6 Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke
arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula. Untuk memastikan
kapsul pertama bebas, kapsul kedua ditempatkan setelah trokar didorong
kembali mengikuti kaki V sebelahnya hingga tanda 1, kemudian dorong
pendorong sampai kapsul keluar dari trokar.
7. Langkah 7 Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua
kapsul telah terpasang. Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh
dari luka insisi.
8. Langkah 8 Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah di
pastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari
menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan pendarahan.
Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik.

E. Tindakan setelah pemasangan kapsul


1. Menutup luka insisi Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau
plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Periksa adanya
perdarahan, selanjutnya buang sampah sekali pakai yang telah
terkontaminasi oleh klien, cuci alat lalu rendam dengan larutan klorin selama
10 menit dan sterilkan. Cuci tangan segera dengan sabun dan air (Affandi,
2012 PK-26).
2. Perawatan klien Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul
dan kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan. Amati
klien lebih kurang 15 sampai 20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari
luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk
perawatan luka insisi setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis
(Affandi, 2012 PK-27).
3. Petunjuk perawatan luka insisi di rumah

17
a. Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi
selama beberapa hari, Hal ini normal.
b. Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam.
Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci
pakaian.
c. Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di
tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
d. Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di
daerah tersebut atau menambahkan tekanan.
e. Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
f. Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari,
segera kembali ke klinik (Affandi, 2012: PK-27)
4. Bila terjadi infeksi obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal
dan bila terjadi abses (tanpa ekspulsi kapsul), cabut semua kapsul.
5. Kunci keberhasilan pemasangan
a. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang
digunakan.
b. Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
c. Pastikan kapsul-kapsul tersebut di tempatkan sedikitnya 8 cm (3inci) di
atas lipat siku, di daerah medial lengan.
d. Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus kulit.
Gunakan trokar tajam untuk membuat insisi.
e. Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisial
tepat di bawah kulit. Waktu memasukkan trokar jangan dipaksakan.
Trokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat, untuk memastikan
pemasangan tepat di bawah kulit. Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar
dari trokar sebelum memasang kapsul berikutnya (untuk mencegah
kerusakan kapsul sebelumnya, pegang kapsul yang sudah terpasang

18
tersebut dengan jari tengah dan masukkan trokar pelan-pelan
disepanjang tepi jari tersebut.
f. Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar
atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan
dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
g. Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul
dipasang dan diperiksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan
bahwa kedua kapsul dipasang dengan posisi yang benar dan pada bidang
yang sama di bawah kulit. h) Melakukan dokumentasi pada rekam
medik dan buat catatan bila ada kejadian tidak umum yang mungkin
terjadi selama pemasangan.
11. Efek Samping dan Penanganannya
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013:115), efek samping dan penanganan implan
adalah sebagai berikut:
A. Amenorea
Penanganan : Lakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan apakah klien
hamil atau tidak. Apabila klien tidak hamil, tidak perlu penanganan khusus.
Apabila terjadi kehamilan dan ingin melanjutkan kehamilan cabut implan. Rujuk
klien jika diduga terjadi kehamilan.
B. Perdarahan bercak (spotting) ringan
Penanganan : Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus atau ibu
profen 3x800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi
perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari
biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi.
C. Ekspulsi
Penanganan : Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
ditempat dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada

19
infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah
pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada
dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain.
D. Infeksi pada daerah insersi
Penanganan : Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air
atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan
dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.

E. Berat badan naik / turun


Penanganan : Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg
adalah normal, kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penatalaksaan efek samping AKBK sangat berguna untuk menangani kasus efek samping
AKBK mengetahui efek samping penggunaan AKBK sangat banyak diantaranya
spotting,amenorrhea,mual,pusing,kenaikan BB,hiperpigmentasi,menometroraghi. Kita
sebagai tenaga kesehatan harus bisa memberikan penatalaksanaannya terhadap efek
samping kb dan juga memberika pelayanan yang baik dalam pelayanan kb implant.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN NY.K AKSEPTOR KB


IMPLANT DI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN KECAMATAN MEDAN
TUNTUNGAN KOTAMADYA MEDAN TAHUN 2018.
2. JURNAL KEBIDANAN PENGEMBANGAN MODUL KONSELING ALAT
KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK) BAGI BIDAN: PENDEKATAN
KUALITATIF Development Of Subdermal Contraceptive Counselling Module
For Midwives With Qualitative Approach
3. http://repository.unimus.ac.id/4164/
4. https://www.alodokter.com/komunitas/topic/hamil-atau-efeksamping-kb
5. https://cantik.tempo.co/read/1427315/efek-kb-implan-paling-umum-gangguan-
menstruasi-hingga-sakit-kepala/full?view=ok
6. Asuhan Kebidanan Pada Ny D Umur 38 Tahun P3a0 Akseptor Keluarga
Berencana Implan Dengan Amenorea Di Puskesmas Ngoresan .Septiana Putri
Fajarini.UNS (Sebelas Maret University), 2014
7. https://www.alodokter.com/komunitas/topic/masalah-kb-implan3259ca

1
KOLABORASI INTERPROFESIONAL DALAM PENATALAKSANAAN EFEK
SAMPING KONTRASEPSI PIL DAN SUNTIK

A. PIL Kombinasi

Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi yang
digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif mudah didapat dan
digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).

Pil KB yang banyak dipakai pada umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan
progesterone.Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja
menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak
terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.Angka keberhasilan memakai pil bisa dibilang
hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua wanita boleh memilih pil
jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan
payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices thrombophlebitis,
atau yang pernah terkena serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka
mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain
(Sastrawinata,2000). Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil apabila mengidap
darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena
obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor
efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala dan nyeri
payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur,
nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan
kemungkinan payudara mengecil (Nadesul, 2007).

Jenis Pil kombinasi menurut Sulistyawati (2013) yaitu:

a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen
atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan
porsi hormonnya konstan setiap hari.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen,
progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau
progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi setiap hari (Sulistyawati, 2013).

2
Cara kerja KB Pil kombinasi menurut Saifuddin (2010) yaitu:

a. Menekan hormon ovarium selama siklus haid normal, sehingga juga menekan releashing
–factor diotak dan akhirnya mencegah ovulasi;

b. Mencegah implantasi karena terjadinya perubahan kelenjar dalam endometrium timbul


lebih awal dan dengan intensitas lebih besar sehingga endometrium tidak berada pada fase
yang sesuai dengan ovulasi dan kurang dapat mendukung ovum yang dilepaskan dan
mengalami fertilisasi;
c. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma;
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
Keuntungan KB Pil kombinasi menurut Handayani (2010) yaitu:

a. Efektivitas tinggi bila digunakan setiap hari;


b. Mudah diperoleh;
c. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil;
d. Resiko anemia lebih sedikit karena haid lebih sedikit;
e. Mengurangi disminorea dan menoragi;
f. Memberi perlindungan terhadap osteoporosis;
g. Memberi perlindungan terhadap kanker endometrium, kista ovarium;
h. Mengurangi penyakit radang panggul;
i. Mengurangi kelainan jinak pada payudara;
j. Menurunkan resiko penyakit tiroid kurang aktif atau overaktif.
Keterbatasan KB Pil kombinasi menurut Sinclair (2010) yaitu:

a. Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari;


b. Mual, 3 bulan pertama;
c. Pusing;
d. Nyeri payudara;
e. Berat badan naik sedikit;
f. Berhenti haid;
g. Mengurangi ASI;
h. Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan
pembekuan darah vena dalam sedikit meningkat;
i. Tidak mencegah IMS.
Kontraindikasi pil kombinasi adalah:

a. Kehamilan (diketahui atau dicurigai);


b. Menyusui;
c. Perdarahan pervaginam atau uterus yang tidak terdiagnosis;
d. Trombosis vena dan trombosis arteri pada saat ini atau masa lalu;
e. penyakit kardio vaskuler dan jantung iskemik;
f. Gangguan lipit;
g. Migrain fokal dan kresendo;
h. Perdarahan otak;

3
i. Serangan iskemik sementara;
j. Penyakit hati aktif;
k. Neoplasma bergantung estrogen;
l. 4 minggu sebelum pembedahan mayor atau pembedahan tungkai;
m. Perokok dengan usia >35 tahun;
n. Diabetes mellitus;
o. Penyakit sel sabit;
p. Depresi berat;
q. Penyakit radang usus tahap remisi;
r. Penyakit dengan terapinya mempengaruhi efektivitas pil kombinasi (Epilepsi da
Tuberkulosis).

Waktu mulai menggunakan pil kombinasi adalah:

a. Setiap saat haid;


b. Hari pertama sampai hari ke -7 siklus haid;
c. Jika pada siklus haid hari ke-8, perlu menggunakan kontrasepsi yang lain (kondom) mulai
hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai paket pil habis; d.
Setelah melahirkan;
e. Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif;
f. Setelah 3 bulan dan tidak menyusui;
g. Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari);
h. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

Efek samping dan penanganan pil kombinasi adalah:

1. Amenorea:
a) Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar
maka tenang aja karena masih aman. Tidak datangnya haid kemungkinan besar karena
efek estrogen terhadap endometrium kurang adekuat. Pada kondisi ini tidak
memerlukan pengobatan khusus.
b) Coba berikan pil dengan dosis tetap, tetapi dosis progestin dikurangi.
c) Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil dan yakinkan pasien bahwa pil yang telah
diminum tidak menimbulkan efek pada janin;
2. Mual, pusing, atau muntah:
Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi. Bila tidak hamil disarankan minum pil
saat makan malam atau sebelum tidur;

3. Perdarahan pervaginam:
a) Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi,

4
b) Disarankan minum pil pada waktu yang sama, jelaskan bahwa perdarahan/spotting
merupakan hal yang biasa terjadi pada tiga bulan pertama yang lambat laun akan
berhenti,
c) Apabila perdarahan tetap terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 µg
atau ganti dengan metode kontrasepsi lain).
4. Berat badan naik:
a) Menerapkan pola makan yang baik dengan membatasi asupan karbohidrat olahan
seperti roti, pasta.
b) Mengkonsumsi banyak air putih
c) Rutin melakukan aktifitas olahraga.
d) Jika sudah menerapkan pola hidup sehat tetapi masih ada peningkatan berat badan
saat minum pil KB, boleh mengganti jenis pil KB dengan dosis atau kombinasi hormon
yang berbeda yang diberikan oleh petugas kesehatan.
5. Hiperpigmentasi:
a) Komunikasikan dengan petugas medis untuk mengubah dosis atau bentuk KB lainnya
sehingga dapat membantu menghilangkan flek hitam pada wajah.
b) Langkah-langkah untuk membantu memudarkan hiperpigmentasi adalah dengan
melakukan eksfoliasi rutin dan menggunakan serum.
6. Menometroragia (perdarahan yang terjadi secara tidak teratur):
Pengobatan yang dapat digunakan pada keadaan menorrhagia adalah obat-obatan
kontrasepsi, non-steroid antiinflammatory drugs (NSAID), asam traneksamat, dan obat
hormonal lainnya.
Jadwal kunjungan Pil Kombinasi adalah:

a) Kunjungan Pertama : berbagai topik yang dapat diangkat pada saat kunjungan
pertama, antara lain: riwayat medis yang lau dan saat ini untuk menemukan setiap
kontraindikasi absolut atau relatif, obat yang sedang dikonsumsi saat ini, untuk
mengetahui efektivitas pil oral kombinasi, tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
dan indeks masa tubuh, riwayat merokok, riwayat kontrasepsi sebelumnya: metode
apa yang sebelumnya digunakan dan masalah apa yang dihadapi selama menggunakan
metode tersebut, metode kontrasepsi yang digunakan baru-baru ini, hari pertama haid
terakhir, tanggal terakhir melakukan uji apusan serviks, perubahan rabas vagina normal
(keputihan), ansietas seksual dan masalah seksual. Selanjutya memberikan informasi
mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan pil oral kombinasi, bagaimana
menggunakan pil, kapan memulainya, kapan menerapkan kewaspadaan ekstra.
b) Kunjungan berikutnya adalah Setiap kunjungan perlu dilakukan pemeriksaan tekanan
darah dan berat badan untuk mengetahui tetap pada batas normal, memastikan

5
apakah terdapat riwayat medis relevan baru untuk klien atau keluarga klien, apakah
ada masalah pada siklus haidnya. Kunjungan tindak lanjut yaitu memastikan klien
minum pil dengan benar, jika tidak ada masalah dapat diberikan resep pil oral
kombinasi untuk 6 bulan, dorong klien untuk menggunakan kondom bila perlu.

B. Mini PIL
Mini Pil atau pil progestin merupakan kontrasepsi yang megandung hormon sintesis
progesteron. Jenis : kemasan dengan isi 35 pil 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretrindon,
kemasan dengan isi 28 pil 75 µg desogestrel.

Cara kerja mini pil adalah:

a. Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus;


b. Perubahan dalam motilitas tuba;
c. Perubahan dalam fungsi corpus luteum;
d. Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa;
e. Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin
terjadi.

Keuntungan mini pil :

a. Tidak menghambat laktasi sehingga cocok untuk ibu yang menyusui;


b. Aliran darah yang keluar pada periode menstruasi serta disminorea akan berkurang jika
wanita menggunakan pil yang hanya mengandung progestin;
c. Tidak ada bukti peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, tromboembolisme vena,
hipertensi, cocok untuk penderita penderita diabetes dan migren fokal;
d. Dapat digunakan untuk klien yang tidak biasa mengkonsumsi estrogen.
e. Kesuburan cepat kembali;
f. Tidak mengganggu hubungan seksual;
g. Sedikit efek samping;
h. Dapat dihentikan setiap saat;
i. Mencegah kanker endometrium;
j. Melindungi dari penyakit radang panggul;
k. Menurunkan tingkat anemia.
Keterbatasan mini pil adalah:

a. Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea);


b. Penigkatan / penurunan berat badan;
c. Harus digunakan setiap hari;
d. Bila lupa satu jam saja, kegagalan menjadi lebih besar;
e. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat;
f. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan);

6
g. Efektivitasnya rendah bila bersamaan denga obat tuberculosis dan obat epilepsi;
h. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS;
i. Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka.
Kontraindikasi mini pil adalah:

a. Hamil (diketahui atau dicurigai);


b. Perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis;
c. Penyakit arteri berta pada masa lalu atau saat ini;
d. Kelainan lipid berat;
e. Menderita penyakit trofoblastik;
f. Kehamilan ektopik sebelumnya;
g. Menderita penyakit hati, adenoma atau kanker hati saat ini.
Efek samping dan penanganan mini pil adalah:

1. Amenorea (tidak terjadi perdarahan) :


a) Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Cukup
konseling.
b) Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik.
c) Bila hamil, hentikan pil dan kehamilan dilanjutkan.
d) Bila kehamilan ektopik, lakukan rujukan.
e) Jangan berikan obat-obat hormonal untuk menimbulkan haid karena tidak ada
gunanya.
2. Perdarahan tidak teratur/spotting :
a) Bila tidak ada masalah kesehatan/tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus.
b) Bila klien tetap saja tidak dapat saja tidak dapat menerima kejadian tersebut, perlu
dicari metode konrasepsi lain.

Jadwal kunjungan kontrasepsi mini pil:

a) Pada kunjungan awal yaitu jelaskan cara menggunakan pil oral progestin; jelaskan
keuntungan dan kerugian penggunaan pil; pastikan klien tidak menggunkan setiap obat
yang mengurangi efektivitas pil oral progestin; kaji riwayat penyakit secara
menyeluruh; ukur tekanan darah dan berat badan; lakukan diskusi mengenai seks yang
aman, lakukan diskusi mengenai kontrasepsi darurat; dukung informasi dengan
menggunakan leaflet; berikan tiga paket pil, dan tinjau sebelum paket pil habis.
b) Pada Kunjungan tindak lanjut : ketahui jika terdapat masalah dengan penggunaan pil
oral progestin; tanyakan apakah pola haid teratur, tanpa disertai perdaraha
menyerupai haid atau amenorea; periksa tekanan darah dan berat badan; lakukan uji
apusan serviks dilakukan jika perlu.

C. Suntik Kombinasi (Satu Bulan)


7
Suntik kombinasi adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis estrogen dan
progerteron. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medrokdiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretrindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan
sekali.

Cara kerja suntik kombinasi adalah:

a. Menekan ovulasi;
b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu;
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan suntik kombinasi adalah:

a. Risiko terhadap kesehatan kecil;


b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri;
c. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam;
d. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik;
e. Mengurangi jumlah perdarahan;
f. Mengurangi nyeri haid;
g. Mencegah anemia;
h. Mencegah kanker ovarium dan kanker endometrium;
i. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium;
j. Mencegah kehamilan ektopik;
k. Melindungi dari penyakit radang panggul.
Efek samping pada suntik kombinasi adalah:

1. Amenorea :

a. Bila terjadi kehamilan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid
berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya
datangnya haid masih menjadi masalah;
b. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon
progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.

2. Mual / pusing / muntah :

a. Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil;
b. informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
3. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting) :

a. Bila hamil, rujuk;


b. Bila tidak hamil cari penyebabnya. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan
hal biasa;

8
c. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan, mengganti dengan metode
kontrasepsi lain.

D. Suntik Progestin (Tiga Bulan)


Suntik Progestin merupakan kotrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron. Terdiri
dari 2 jenis: a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) , 150 mg DMPA setiap 3 bulan
sekali secara intamuskuler; b) NET-EN (Noretindron Enanthate) 200 mg setiap 2 bulan secara
intramuskuler.

Cara kerja suntik progestin adalah:

a. Mencegah ovulasi;
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menjadi barier terhadap spermatozoa;
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi;
d. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii.
Keuntungan suntik progestin adalah:

a. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri;


b. Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak berdampak serius pada terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah;
c. Tidak berpengaruh pada ASI;
d. Sedikit efek samping;
e. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik;
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause;
g. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik;
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara;
i. Mencegah penyakit radang panggul;
j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit.
Efek samping suntik progestin adalah:

1. Amenorea :
a) Apabila tidak hamil, maka tidak perlu pegobatan apapun. Jelasan bahwa darah haid
terkumpul dalam rahim dan nasihat untuk kembali ke klinik;
b) Bila hamil,lakukan rujukan dan hentikan penyuntikan;
c) Bila terjadi kehamilan ektopik, lakukan rujukan;
d) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
2. Perdarahan/ perdarahan bercak:

9
a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi itu bukan hal yang
serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan;
b) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan,
bisa disarankan pengobatan yaitu preparat estrogen atau progesterone.

10
MAKALAH

PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB

Ika Oktviani, SST, MKM

Disusun Oleh :

Nabila Aulia Rahma 1915201027

Diyo Alce Lewina 1915201004

Leni apriliani 1915201029

Rida denisa 1915201042

Julia hamerinda 1915201010

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


TANGERANG

TAHUN AJARAN 2019-2020

11
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pelayanan Kontrasepsi Sederhana tepat waktu.

Makalah pencatatan dan pelaporan KB disusun guna memenuhi tugas pada Ika Oktaviani,
SST,MKM. dengan mata kuliah Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi di
Universitas Muhammadiyah Tangerang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Pelayanan Kontrasepsi

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ika Oktaviani, SST,MKM.


selaku dosen mata kuliah Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 13 juli 2021

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................5
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana....................................5
Pendokumentasian Rujukan KB...........................................................................7
Monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
........................................................................................................................9
Mekanisme Pencacatan dan Pelaporan KB..........................................................10
Alur pelaporan pelayanan informasi....................................................................10
BAB III....................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................11
Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan kb.

Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi gerakan keluarga
berencana nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana kb adalah
mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan
serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrument-instrumen pencatatan
dan pelaporan yang dipergunakan, cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus
pencatatan dan pelaporan tersebut.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pencatatan dan pelaporan kb ?

2. Apa saja yang meliputi pencatatan dan pelaporan kb ?

3. Apa yang dimaksud dengan penggunaan kartu catatan pasien ?

4. Apa saja yang meliputi rujukan kb ?

5. Bagaimana mekanisme pencatatan dan pelaporan KB?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pencatatan dan pelaporan kb

2. Untuk mengetahui hal-hal yang meliputi pencatatan dan pelaporan kb

3. Untuk mengetahaui apa itu penggunaan kartu catatan pasien

4. Untuk mengetahuo apa saja yang meliputi rujukan kb

5. Utntuk mengetahui mekanisme pelaporan dan pencatatan kb

14
BAB II
PEMBAHASAN

Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana

Pencatatan dan pelaporan keluarga berencana adalah suatu kegiatan mencatat dan melaporkan
berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB,
BPS, atau tempat pelayanan lainnya.

Akses terhadap keluarga pelayanan berencana yang bermutu merupakan suatu unsur penting
dalam upaya mencapai pelayanan reproduksi. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria
dalam keluarga berencana perlu ditingkatkan. Program keluarga berencana perlu di
tingkatakan agar pria dapat mendukung pilihan kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan
komunikasi diantara suami istri, meningkatakan penggunaan metode kontrasepsi pria,
meningkatkan upaya pencegahan IMS dll.

Hal- hal yang meliputi Pelayanan Keluarga Berencana

Pelayanan kelurga berencana yang bermutu meliputi hal-hal antara lain:

• Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien


• Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standard pelayanan
• Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
• Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lam untuk dilayani
• Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
• Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan
dalam melayani berbagai pilihan kontrasepsi
• Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang di tentukan

Penggunaan kartu catatan pasien

a. Kartu Pendaftaran Klinik KB

Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat didirikan
dan pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama, dilakukan setiap akhir tahun
anggaran( setiap bulan maret). Kartu ini berisi informasi tentang identitas, jumlah tenaga dan
saran klinik KB yang bersangkutan.

b. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB

15
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan data dan informasi tentang identitas, jumlah
tenaga dan sarana klinik KB diwilayah kabupaten dan kotamadya.

c. Kartu peserta KB

Digunakan sebagai media pengenal dan bukti setiap peserta KB untuk status peserta KB juga
berguna bagi peserta KB untuk memperoleh pelayanan ulang disemua klinik KB. Kartu ini
merupakan sumber informasi bagi PPKBD atau sub PPKBD tentang kesertaan anggota
binaannya dalam ber KB.

d. Kartu status peserta KB

Dibuat untuk khususnya peserta KB baru dan peserta KB baru pindahan dari klinik atau
tempat pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat identitas peserta KB,
kunjungan ulang dan informed concent.

e. Registrasi klinik KB

Digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi yang diberikan kepada peserta KB
pada setiap hari pelayanan dan untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat
laporan bulanan klinik KB pada akhir bulan.

f. Register alat kontrasepsi klinik KB

Digunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi) alat-alat kontrasepsi di


klinik KB, dengan tujuan untuk memudahyan membuat laporan bulanan klinik KB tentang
keadaan alat kontrasepsi setiap akhir bulan.

g. Laporan bulanan klinik

Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan
kontrasepsi oleh klinik KB, dokter/bidan praktek swasta serta tempat pelayanan lainnya. Juga
meliputi hasil pelayanan KB, peserta ganti cara, komplikasi, kegagalan, pencabutan implant,
serta persediaan alat kontrasepsi yang ada di klinik KB setiap bulan.

h. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB

Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan dan hasil-hasil kegiatan
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, dokter/bidan praktek swasta dan
tempat pelayanan lainnya yang berada diwilayah kabupaten dan kotamadya. Laporan ini
merupakan hasil rekapiyulasi dari semua laporan bulanan klinik KB, yang diterima oleh
BKKBN kabupaten kotamadya yang bersangkutan.

i.Buku bantu dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya

Digunakan sebagai sarana untuk mencatat hasil pelayanan peserta KB baru dan pencabutan
implant oleh dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya.

16
j. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter/bidan
praktek swasta dan tempat pelayanan lain.

Formulir ini digunakan sebagai sarana untuk mencatat dan melaporkan hjasil pelayanan
kontrasepsi yang dilakukan oleh dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya.
Laporan ini dibuat oleh petugas

penghubung DBS dan tempat pelayanan lainnya setaip bulan dengan cara
mengambil/mencatat data atau informasi dari buku bantu dokter/bidan praktek swasta.

Pendokumentasian Rujukan KB
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung mjawab secara timbal balikatas
masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan yang
lebih kompeten, terjangkau, dan rasional. Tidak di batasi oleh wilayah administrasi dengan
pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggulangan masalah yang sedang
dihadapi.

Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:

• Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk


• Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh ditempat rujukan
• Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
• Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien
saat ini dan riwayat sebelumnya dan riwayat serta upaya/tindakan yang telah
diberikan

1) Fasilitas pelayanan yang merujuk

a. Mencatat penderita ayng dirujuk dalam register klinik


b. Membuet surat pengiriman pemerintah
c. Melaporkan jumlah penderita yang dirujuk dalam laporan bulanan klinik.

2) Fasilitas pelayanan yang menerima rujukan

a) Membuet tanda terima penderita


b) Mencatat penderita dalam register
c) Memberikan informasi kepada fasilitas pelayanan yang merujuk tentang pemeriksaan
yang dilakukan terhadap penderita, bila penderita yang dirujuk perlu perawatan dan
pengobatans di fasilitas pelayanan yang merujuk.
d) Membuat pengiriman kambali dan memberikan informasi tentang perawatan dan
pengobatan yang diberikan kepada penderita yang dirujuk, jika penderita memerlukan
lanjutan di fasilitas pelayanan yang merujuk

17
Tujuan kebijakan pemberian pelayanan keluarga berencana adalah memberikan pelayanan
yang berkualitas, yang menempatkan keselamatan klien sebagai prioritas. Kebijakan tersebut
dilaksanakan melalui penyediaan tenaga pemberi pelayanan yang kompeten serta patuh
terhadap standar pelayanan yang sudah ditetapkan, pemenuhan sarana yng memadai,
pemberian pelayanan konseling yang berkualitas, penapisan klien, pelayanan pasca tindakan
serta pelayanan rujukan yang optimal. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan

Tata laksana

Rujukan medis dapat berlangsung:

• Inteernal antar petugas disatu puskesmas

• Antara puskesmas pembantu & puskesmas

• Antara puskesmas dan masyarakat

• Antara satu puskesmas & puskesmas lain

• Antara puskesmas dan rumah sakit, lab/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

• Interrnal antara bagian/unit pelayanan disatu rumah sakit

• Antara rumah sakit/lab fasilitas pelayanan lain dirumah sakit

Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut berjenjang
lain yang paling sederhana ditingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan
nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah
administrasi.

Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pambarian
pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberikan upaya


penanggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien
ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan:

• Konseling tentang kondisi klien sebalum dan sesudah diberi upaya penaggulangan
• Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai lanjutan penggunaan kontrasepsi
• Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi
klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya

18
pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tantang penggunaan
kontrasepsi.

Monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi

Dalam pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi masih dirasakan
adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi dan hasil monitoring dan
evauasi tersebut dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kegiatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.

Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

Cakupan laporan

Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya meliputi jumlah,
ketepatan pengisian dan ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat klinik,
lapangan sampai ke tingkat pusat.

Kualitas data

Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi perlu dilihat bagaiman melakukan laporannya, baik laporn bulanan maupun
tahunan serta bagaimana informasi yang disajikan setiap bulanan ataupun tahunan. Dalam hal
ini sering/dapat terjadi laporan atau mengenai keterlambatan dan cakupannya belum dapat
optimal dmaupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi yang disampaikan belum
optimal. Keterlambatan penyajian data dan informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh
proses pengumpulan laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengolahan kebawah
dan kesamping sehingga memperlambat proses pengolahannya.

Tenaga

Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi,
hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga:

• ketersediaan/jumlah tenaga

Bagaiman kondisi jumlah petugas RR klinik yang melakukan pencatatan pelaporan pelayanan
kontrasepsi

• kualitas tenaga

Apakah petugas RR klinik sudah mengikuti pelatihan RR

Sarana

19
Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat bagaimana sarana mendukung
kelancaran pelaksanaan pencatatan pelaporan di antaranya:

 ketersediaan formulir dan kartu


 ketersediaanBuku Petunjuk Teknis Pencatatan dan Pelaporan Sistem Pelayanan
Kontrasepsi
 ketersediaan faksimil untuk seluruh Kabupaten/Kota untuk kecepatan pelaporan

Mekanisme Pencacatan dan Pelaporan KB

Mekanisme Pencacatan dan Pelaporan KB Sistem pencacatan dan pelaporan pelayanan KB


dikembangkan berdasarkan konsep wilayah. Semua FPK harus mencagkup datanya dalam
informasi KB puskesmas. Indikator cakupan KB dilaporkan secara bulanan sedangkan
indikator ketenagaan dilaporkan secara tahunan.

1. Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB atau pendaftaran ulang setiap
bulan januari,semua klinik KB mengisi kartu pendaftaran klinik KB
2. Setiap peserta KB baru dan pindahan dibuatkan kartu status peserta KB
3. Pencacatan dalam register klinik KB setiap akhir bulan dijumlahkan
4. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat KB oleh klinik dicatat dalam register
klinik KB
5. Pelayanan KB dilakukan oleh dokter atau bidan setiap hari dicatat dalam buku bantu
hasil pelayanan kontrasepsi
6. setiap bulan PKB atau PLKB ditunjuk sebagai petugas penghubung dokter atau bidan
membuat laporan bulanan
7. Setiap bulan petugas klinik KB membuat laporan klinik yang sumber datanya diambil
dari register

Alur pelaporan pelayanan informasi

1. Kartu pendaftaran klinik KB dibuat rangkap dua oleh klinik KB


2. Laporan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter atau bidan dibuat
oleh PLKB atau PKB
3. Laporan bulanan klinik KB dibuat oleh klinik KB dalam rangkap empat
4. Rekapitulasi kartu pendaftran klinik KB tingkat kabupaten atau kota dibuat rangkap dua
oleh kantor BKKBN kabupaten atau kota
5. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat kabupaten atau kota dibuat rangkap dua
setiap bulan oleh kantor BKKBN kabupaten atau kota

20
6. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat provinsi dibuat rangkap dua oleh
kanwil BKKBN provinsi
7. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat provinsi dibuat rangkap dua oleh kanwil
BKKBN provinsi
8. BKKBN kabupaten atau kota setiap bulan menyampaikan laporan umpan balik kepada
camat dan mitra kerja tingkat dua 9. BKKBN pusat setiap bulan menyampaikan laporan
umpan balik kepada semua pimpinan dijajaran BKKBN pusat, ke kanwil BKKBN,
provinsi, dan mitra kerja tingkat pusat

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pencatatan dan pelaporan keluarga berencana adalah suatu kegiatan mencatat dan melaporkan
berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB,
BPS, atau tempat pelayanan lainnya. Program keluarga berencana perlu di tingkatakan agar
pria dapat mendukung pilihan kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan komunikasi diantara
suami istri, meningkatakan penggunaan metode kontrasepsi pria, meningkatkan upaya
pencegahan IMS dll.

Saran

Setiap petugas dan pelaksana kb harus mengetahui dan memahami batasan-batasan


pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan serta mengetahui dan memahami berbagai
jenis dan fungsi instrument-instrumen pencatatan dan pelaporan yang dipergunakan

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/laurachiedarddil/mekanisme-pencatatan-pelaporan-kb

dih.belitungtimurkab.go.id/sites/default/files/dokumen/produk_hukum/46.%20PENCATATAN
%20DAN%20PELAPORAN%20KB.pdfj

23
MAKALAH

KELUARGA BERENCANA & PELAYANAN KONTRASEPSI

“KONSELING PADA KONTRASEPSI”


DOSEN MATA KULIAH : ZUHROTUNIDA, SST, M.Kes

Disusun Oleh :
Laily Zaimatul F (1915201018)
Ayu Puji Lestari (1915201031)
Siti Nurhalimah (1915201032)
Diany Safitri (1915201036)
Ayu Marhamah (1915201028)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

24
Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Bagi penulis,
penyusunan makalah yang berjudul “KONSELING PADA KONTRASEPSI” ini
merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam
proses penyusunan makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Kalaupun pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.

Tangerang, Juli 2021

Penyusun.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATAPENGANTAR............................................................................................................i

DAFTARISI.........................................................................................................................ii

25
BAB I....................................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Konseling Pada Kontrasepsi ..........................................................................................3

B. Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat...................................................................7

C. Barrier ............................................................................................................................9

D. Steroid..........................................................................................................................13

E. Mekanik........................................................................................................................14

F. Kimia............................................................................................................................16

G. Pembedahan..................................................................................................................16

BAB III PENUTUP............................................................................................................19

A. Kesimpulan...................................................................................................................19

B. Saran.............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

26
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai
dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (UU Kependudukan
Nomor 52 tahun 2009). Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan
setiap orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan melalui
informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi (WHO, 2014).
Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, persetujuan atau
dukungan suami, informasi keluarga berencana, pelayanan keluara berencana, faktor
ekonomi, durasi menyusui, usia dan paritas (Bwazi et al., 2014;Kripa S etal., 2017;
Jalang’o et al., 2017; Widyastuti, 2010).
Pengetahuan merupakan unsur penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoadmodjo, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Konseling Pada Kontrasepsi?
b. Apa yang dimaksud dengan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat?
c. Apa yang dimaksud dengan Barrier?
d. Apa yang dimaksud dengan Steroid?
e. Apa yang dimaksud dengan Mekanik?
f. Apa yang dimaksud dengan Kimia?
g. Apa yang dimaksud Pembedahan?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk Mengetahui Konseling Pada Kontrasepsi.
b. Untuk Mengetahui Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat.
c. Untuk Mengetahui Metode Barrier.
d. Untuk Mengetahui Metode Steroid.
e. Untuk Mengetahui Metode Mekanik.

1
f. Untuk Mengetahui Metode Kimia.
g. Untuk Mengetahui Metode Pembedahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSELING PADA KONTRASEPSI


Konseling menurut Sarwono adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan
dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Konseling
merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai
dengan pilihannya, di samping itu dapat membuat klien merasa lebih puas (Sarwono,
2006).
Konseling kontrasepsi adalah proses pemberian informasi yang objektif dan
lengkap mengenai kontrasepsi dengan dasar pengetahuan dengan tujuan membantu
klien untuk memilih metode kontrasepsi. Konseling kontrasepsi meliputi informasi
tentang pengertian kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, berbagai jenis kontrasepsi,
keunggulan, angka kegagalan, efek samping serta biaya dari setiap jenis kontrasepsi
(Fadjar, 2013).
1. HAK DAN PERSETUJUAN DALAM KONSELING KB
a. Informed choice
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode
kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang
paling sesuai dengan dirinya atau keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil
bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti
oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif
yang tersedia
b. Informed consent
Informed consent merupakan:
1) Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode
kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.

3
2) Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
3) Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap
keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga
sebelumnya).

Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan


reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan. Ada
penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut. Informed consent
juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut:

1) Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar
telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.
2) Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan
(atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus tertentu.
3) Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan
persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan
terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan
sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.
2. JENIS KONSELING KB
a) Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) serta kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar.
Konseling umum sering dilakukan di lapangan (nonklinik). Tugas utama
dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun
secara perseorangan. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai
metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan
fungsi reproduksi keluarga.
b) Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan
konseling spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara
perorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk

4
melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
c) Konseling pra dan pasca Tindakan
Konseling pra dan pasca Tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor /
dokter / bidan. Pelayanan konseling ini juga dilakukan di klinik secara
perseorangan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang
akan dilaksanakan ( pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis
asuhan mandiri.
3. TEKNIK KONSELING KB
Cara suportif untuk memberikan dukungan kepada klien:

a) Bicaralah dengan suara yang menunjukkan perhatian dan minat untuk membantu
dan menunjukkan sikap bersahabat.
b) Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah jawaban

c) Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang memungkinkan klien untuk menjawab


dalam bentuk cerita, misalnya tentang keadaan keluarganya, kesulitan hidup,
pekerjaan, dan sebagainya yang mungkin menjadi dasar keinginannya untuk
melaksanakan KB atau memilih cara KB.
d) Hindari menggunakan bentuk pertanyaan tertutup yang hanya mungkin dijawab
dengan “ya” atau “tidak”. Perhatikan pula bahwa anda mengajukan pertanyaan
yang tidak mengarahkan, tetapi mendorong agar klien mau dan merasa bebas
untuk bercerita lebih lanjut, misalnya kalimat sebagai berikut.
“Apa yang bisa saya bantu?”
“Apa yang anda ketahui mengenai ”

e) Pakailah kata-kata seperti “Lalu?”, “Dan?”, “Oooo”. Komentar kecil ini biasanya
mampu mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut.
f) Jangan mengajukan pertanyaan bernada memojokkan seperti “mengapa begitu?”,
“kok begitu?”. Meskipun seringkali anda bermaksud mengetahui alasannya, nada
demikian dapat menimbulkan salah pengertian, misalnya ia merasa disalahkan.
g) Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien tidak begitu mengerti maksud

5
pertanyaan anda.

4. CONTOH PEMBERIAN KONSELING KB


a. GATHER
G-Geet :Memberi salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi

A-Ask :Menanyakan keluhan / kebutuhan klien dan menilai apakah


keluhan / keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan
kondisi yg dihadapi
T-Tell :Memberikan informasi dan pilihan mengenai metode KB yang
tersedia dan yang cocok untuk klien (kelebihan dan keterbatasan).
Tanyakan mengenai 4 hal berikut:
“Apakah masih ingin memiliki anak?”

“Apakah sedang menyusui anak berusai <6 bulan?”

“Apakah suami mau bekerjasama dalam menggunakan


kontrasepsi yang diinginkan? (Pantang berkala, kondom)”
“Apakah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan
metode KB sebelumnya?”

H-Help :Bantu klien untuk memutuskan metode KB terbaik sesuai dengan


kebutuhan (Informed Choice). Apabila terdapat kontraindikasi
terhadap metode yang diinginkan, bantu klien untuk memilih
metode KB alternatif
E-Explain :Menjelaskan mengenai cara penggunaan metode KB yang tepat
lalu meminta klien untuk menjelaskan kembali. Ingatkan juga klien
tentang efek samping yang mungkin terjadi dan kapan diperlukan
kunjungan kembali
R- Return :Jelaskan bahwa klien perlu untuk kembali apabila :
-Ingin memakai metode yang berbeda
-Mengalami efek samping dalam menggunakan KB
-Ada tanda bahaya
-Butuh kontrasepsi darurat

6
-Kontrol dalam penggunaan AKDR
b. SATU TUJU
SA :SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang
perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang diperoleh.
T :Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengalami pengalaman Keluarga Berencana.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan
diri kita didalam hati klien.

U :Uraian dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi, bantu klien pada
jenis kontrasepsi yang diingini.

TU :banTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir


mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan
keinginannya dan mengajukan pertanyaan

J :Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi


pilihannya

U :Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah


perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan.
B. METODE KONTRASEPSI SEDERHANA TANPA ALAT
1. KB ALAMIAH
Metode alamiah sering juga disebut dengan metode pantang berkala, yaitu tidak
melakukan hubungan seksual pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu
terjadinya ovulasi.
2. METODE KALENDER
Metode Kalender adalah metode kontrasepsi sederhana ysng dilakukan oleh pasangan
suami istri dengan tidak melakukan s hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.

7
Knaus (ahli kebidanan Vienna) berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari
sebelum menstrusi berikutnya. Sedangkan Ogino (ahli ginekologi Jepang) 
berpendapat bahwa ovulasi tidak terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi tetapi
terjadi 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
3. METODE SUHU BASAL
Suhu basal adalah cara mengukur suhu badan memakai termometer, sewaktu bangun
pagi hari (dalam keadaan istirahat penuh), setiap hari. Hasil pengukiran dicatat pada
Kartu Pencatatan Suhu Badan. (Sofian Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta:
Buku Kedokteran Halaman 199).
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa thermometer basal. Thermometer
basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan
pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36,0 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih
dahulu dan naik menjadi 37-38,0 C kemudian tidak akan kembali pada suhu 350 C.
Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan
terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya
kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi
progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila
sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi
hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
4. METODE LENDIR SERVIKS
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.

8
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks
setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin.
Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi,
setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu
lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.
5. METODE SYMTOTHERMAL
Metode Simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah ( KBA ) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal
mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Metode ini
mengamati tiga indikator kesuburann yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan
mukosa/ lendir serviks, dan perhitungan masa subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita
daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini
bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi.
6. COITUS INTERPUTUS
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi
atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam
bahasa latin disebut juga interrupted intercourse.
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum
terjadinya ejakulasi (Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina
Pustaka Halaman 438).
7. METODE AMENOREA LAKTASI
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)
adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lainnya.
Pada periode menyusui sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon laktasi.
Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja
dengan baik, ibu-ibu harus memberikan ASI (eksklusif). Interval menyusui pada

9
malam hari tidak melebihi 6 jam dan interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering
dan lama bayi menyusui maka semakin kecil ovulasi akan timbul.
C. BARRIER
Metode barrier/penghalang adalah metode kontrasepsi dengan cara menghalangi
pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara. Yakni menghalangi
masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis. Metode ini antara lain sebagai
berikut:
1. Kondom
a. Kondom Pria
Kondom merupakan suatu kantong berbentuk pipa yang terbuat dari karet dan
digunakan laki-laki saat melakukan hubungan seksual. karena cairan semen laki-
laki akan tertinggal di dalam kondom, maka sperma yang dikeluarkan tidak akan
masuk ke dalam tubuh perempuan. Kondom merupakan metode kontrasepsi
paling baik untuk mencegah infeksi menular seksual dan HIV.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus
dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi untuk menampung sperma. Diameternya ± 31-36,5 mm dan
panjangnya ± 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat
spermatisid.
Bagaimana cara menggunakan kondom:
1. Jika seorang laki-laki tidak disunat, tarik kulit pada ujung penis ke belakang.

Tekanlah ujung kondom dan kemudian masukkan


pada ujung penis yang mengeras.

2. Tetap tekan bagian ujung kondom saat melepaskan gulungannya sampai


menutup seluruh bagian penis.
Bagian ujung kondom yang agak longgar nantinya
akan menampung cairan sperma yang dikeluarkan
oleh laki-laki. Jika anda tidak dapat melonggarkan

10
bagian ujung kondom tersebut saat cairan sperma
keluar, maka kondom tersebut kemungkinan besar
akan robek.
3. Setelah laki-laki mengeluarkan cairan spermanya, maka
Dia harus memegang kondom yang dipakainya dan
mengeluarkannya dari vagina perempuan pada
saat penis masih mengeras.

4. Lepaskan kondom dari penis

Jangan sampai cairan semennya tumpah atau


merembes.

5. Ikat kondom pada bagian tengah


Buanglah pada tempat yang jauh dari jangkauan
anak-anak dan hewan.

b. Kondom Wanita
Kondom untuk perempuan, yang pas dimasukkan ke dalam vagina dan
membungkus bagian luar dari bibir kemaluan, dapat dipasang pada vagina kapan
pun sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom ini sebaiknya hanya
digunakan sekali saja, karena jika digunakan lagi akan mudah robek. Tetapi jika
anda tidak memiliki kondom lain, anda dapat membersihkannya dan
menggunakannya lagi sampai maksimal 5 kali penggunaan. Kondom untuk
perempuan ini tidak dapat digunakan bersamaan dengan kondom laki-laki.
Kondom untuk perempuan ini merupakan alat yang paling efektif bagi perempuan
untuk mencegah kehamilan dan juga infeksi menular seksual, termasuk HIV.
Bagaimana cara penggunaan kondom perempuan:

11
1. Bukalah kemasan 2. Temukan lingkaran 3. Tekuklah lingkaran
kondom dengan hati- dalam yang terdapat dalam tersebut.
hati. pada ujung kondom.

4. Masukkan lingkaran 5. Dorong lingkaran 6. Ketika Anda


dalam ke dalam vagina. dalam tersebut ke berhubungan seksual,
dalam vagina arahkan penis masuk
menggunakan jari ke dalam lingkaran
anda. Lingkaran luar luar.
tetap berada di luar
vagina.

2. Diafragma

Diafragma merupakan sebuah alat yang menyerupai mangkok kecil yang terbuat dari
karet lunak dan digunakan perempuan pada vaginanya saat melakukan hubungan
seks. Diafragma ini menutupi leher rahim sehingga sperma laki-laki tidak dapat
masuk ke dalam rahim.

Diafragma harus digunakan bersama dengan spermisida. Jika tidak memiliki


spermisida, tetap dapat menggunakan diafragma, tetapi alat ini tidak akan bekerja
baik untuk mencegah kehamilan. Diafragma dapat berlubang, terutama setelah
digunakan lebih dari setahun. Sebaiknya kita selalu memeriksa kondisi diafragma .
Jangan gunakan diafragma yang sudah mengeras atau kering, atau jika sudah
berlubang.

12
Diafragma dapat dipasang sesaat sebelum melakukan hubungan seksual atau sampai 6
jam sebelumnya. Jika diafragma digunakan dengan benar, maka alat ini dapat
mencegah kehamilan dan juga melindungi beberapa infeksi menular seksual.

3. Kimiawi (Spermisida)

Spermisida dapat dibuat dalam berbagai bentuk, seperti busa, tablet, dan krim,
atau jeli, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam vagina sesaat sebelum melakukan
hubungan seksual. Spermisida ini akan membunuh sperma laki-laki sebelum
mencapai rahim.

Jika spermisida ini digunakan secara terpisah/tersendiri, bahan ini kurang


efektif dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. Tetapi bahan ini dapat
membantu untuk memberikan perlindungan tambahan bersama dengan metode
kontrasepsi lain, seperti diafragma atau kondom.

D. STEROID
Kontrasepsi hormonal berisi 2 hormon steroid yaitu hormon estrogen dan
progesteron. Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol dan progesteron sintetik
adalah progestin, norethindron, noretinodrel, etinodiol, norgestrel. Alasan utama untuk
menggunakan estrogen dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir
seluruhnya akan dirusak oleh hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi dari saluran
cerna ke dalam sirkulasi porta (Guyton, 2008).
Macam-macam kontrasepsi hormon steroid :
1) Pil Oral Kombinasi (POK)

Pil Oral Kombinasi merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung


hormon estrogen dan progesteron sintetis yang memiliki efektifitas tinggi bila
diminum setiap hari. Pil oral kombinasi mengandung hormon estrogen yang
berperan dalam regulasi releasing factor di hipotalamus serta melalui hipotalamus
hipofisis estrogen menghambat pengeluaran folicel stimulating hormone (FSH)
sehingga perkembangan dan proses pematangan folikel de Graff tidak terjadi.
Progesteron memberikan umpan balik ke hipotalamus hipofisis sehingga
pengeluaran LH tidak terjadi dan mengakibatkan hambatan pada proses ovulasi. Pil

13
Oral Kombinasi (POK) terdiri atas tiga jenis yaitu monofasik, bifasik dan trifasik
yang dibedakan berdasarkan dosisnya. Efek samping penggunaan POK berupa mual,
muntah, perdarahan bercak, peningkatan berat badan serta gangguan suasana hati.

Terdiri dari 21-22 pil yang setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis
kecil, untuk penggunaan satu siklus. Pil pertama mulai diminum pada hari kelima
siklus haid selanjutnya setiap hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya 2-3 hari
sesudah pil terakhir diminum akan timbul perdarahan haid yang merupakan
perdarahan putus obat (withdrawal bleeding). Penggunaan pada siklus selanjutnya
sama seperti siklus sebelumnya yaitu pil pertama ditelan pada hari kelima siklus
siklus haid (Manuaba, 1998).

2) Pil Sequential (urutan)

Pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh, 12
pil pertama hanya mengandung estrogen, pil ke-13 dan seterusnya merupakan
kombinasi (Manuaba, 1998).

3) Pil Serial (berangkai)

Hampir sama dengan tipe kombinasi atau tipe kombinasi atau tipe urutan di tambah
beberapa tablet (biasanya 7 buah) yang berisi vitamin atau mineral.

E. MEKANIK
Disebut kontrasepsi mekanik, karena memiliki sifat untuk melindungi.
Kontrasepsi mekanik ini bekerja dengan cara mencegah pertemuan antara sel sperma
dengan sel telur yang ada di dalam rahim. Yang termasuk dalam kontrassepsi mekanik
ini adalah :
1) Kondom

Kondom merupakan suatu kantong berbentuk pipa yang terbuat dari karet dan
digunakan laki-laki saat melakukan hubungan seksual. karena cairan semen laki-laki
akan tertinggal di dalam kondom, maka sperma yang dikeluarkan tidak akan masuk
ke dalam tubuh perempuan. Kondom merupakan metode kontrasepsi paling baik
untuk mencegah infeksi menular seksual dan HIV.

14
2) Diafragma / kondom Wanita

Diafragma merupakan sebuah alat yang menyerupai mangkok kecil yang terbuat dari
karet lunak dan digunakan perempuan pada vaginanya saat melakukan hubungan
seks. Diafragma ini menutupi leher rahim sehingga sperma laki-laki tidak dapat
masuk ke dalam rahim.

Diafragma harus digunakan bersama dengan spermisida. Jika tidak memiliki


spermisida, tetap dapat menggunakan diafragma, tetapi alat ini tidak akan bekerja
baik untuk mencegah kehamilan. Diafragma dapat berlubang, terutama setelah
digunakan lebih dari setahun. Sebaiknya kita selalu memeriksa kondisi diafragma.
Jangan gunakan diafragma yang sudah mengeras atau kering, atau jika sudah
berlubang.

Diafragma dapat dipasang sesaat sebelum melakukan hubungan seksual atau sampai 6
jam sebelumnya. Jika diafragma digunakan dengan benar, maka alat ini dapat
mencegah kehamilan dan juga melindungi beberapa infeksi menular seksual.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)

Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormone dan
di masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani,
2010).

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada
pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag).
Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).

4) Spermisida

Spermisida adalah satu dari berbagai alat kontrasepsi bagi pasangan yang hendak
menunda kehamilan. Spermisida (spermicide) berfungsi untuk membunuh sel sperma,
atau menghambat pergerakan sperma sebelum sampai pada sel telur. Manfaat

15
spermisida untuk mencegah terjadinya kehamilan ini dikarenakan kandungan bahan
kimia bernama nonoxynol-9, yang mana zat ini memang diformulasikan khusus untuk
membunuh atau menghambat pergerakan sperma.

F. KIMIA

Metode kontrasepsi kimia yang digunakan sebelum melakukan hubungan seksual


diproduksi berdasarkan hormon progesteron dan estrogen. Ini biasanya dikonsumsi secara
oral dan dirancang untuk mencegah gamet betina (ovula) bertemu dengan yang jantan
(sperma). Metode kontrasepsi kimia yang digunakan setelah hubungan seksual adalah
spermisida vagina. Tujuannya adalah untuk menghancurkan sperma yang ada di vagina
berkat efek sitotoksik. Metode kontrasepsi ini juga dapat dibagi antara yang melepaskan
hormon dan yang tidak melepaskan hormon..

Saat ini, di seluruh dunia jenis metode kontrasepsi ini adalah yang paling umum
digunakan oleh wanita. Ini karena tingkat efektivitasnya yang tinggi ketika Anda ingin
mencegah kehamilan (Femenina, 2016).

G. PEMBEDAHAN
Kontrasepsi mantap adalah suatu metode kontrasepsi yang pada pria disebut
vasektomi dan pada wanita disebut tubektomi. Tubektomi ialah suatu pembedahan
dengan cara mini laparatomi (minilap) yaitu tindakan pada tuba fallopii wanita melalui
irisan kecil di dinding perut ± 2-3 cm yang dapat mengakibatkan wanita tersebut tidak
dapat hamil.
Pembedahan tubektomi minilap merupakan salah satu teknik kontap pada wanita yang
resikonya sedikit tetapi manfaatnya banyak. Teknik ini sederhana, mudah serta aman
untuk dipelajari oleh dokter umum atau calon dokter. Dan karena kelebihan-kelebihan
yang dimilikinya praktis dapat dilakukan oleh dokter-dokter umum di rumah sakit
kabupaten atau puskesmas yang mempunyai perlengkapan dan peralatan bedah
sederhana. Teknik pembedahan tubektomi (Minilap) dapat dibedakan anatara pasca
persalinan, pasca keguguran, dan masa interval berdasarkan atas saat melakukan
pembedahan, lokasi minilaparotomi untuk mencapai tuba, dan teknik pembedahan
tubektomi.

16
a. Saat Melakukan Pembedahan
1) Pasca persalinan dan pasca keguguran
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu
tidak lebih dari 48 jam pasca bersalin. Pada waktu ini rahim masih besar, tuba
Fallopii masih panjang dan dinding perut masih cukup longgar sehingga
memudahkan mencapai tuba dengan irisan kecil pada peri umbilikus yang
berdekatan fundus rahim. Apabila dilakukan lebih dari waktu tersebut, rahim
telah mengalami involusi sehingga sulit untuk mencapai tuba.
Selain itu, keadaan tuba mengalami edema dan rapuh, mudah berdarah, dan
infeksi lebih sering terjadi pada pembedahan tubektomi minilaparotomi pasca
bersalin lebih dari 48 jam oleh karena lokia merupakan media untuk tumbuhnya
infeksi sehingga lama perawatan seluruhnya menjadi lebih lama dari lama
perawatan persalinan normal. Demikian pula halnya pasca keguguran, yaitu dapat
dilakukan pada hari yang sama setelah evakuasi rahim atau keesokan harinya.
2) Masa interval
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu
segera setelah haid selesai. Pada waktu ini diyakini kehamilan belum terjadi. Dan
apabila akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi dalam siklus tersebut
sebaiknya dilakukan dalam dua mjinggu pertama dari siklus haid, atau
setelahnya. Namun demikian, pembedahan tubektomi minilaparotomi masa
interval dapat dilakukan setiap saat. Apabila diragukan dan dilaksanakan dalam
fase luteal, kuretase rutin dapat dikerjakan sebelumnya. Bahkan beberapa klinik
menganjurkan melakukan kuretase rutin ini sesaat sebelum pembedahan
dilakukan.
b. Lokasi Minilaparotomi untuk Mencapai Tuba
1) Pasca persalinan
Lokasi irisan sesuai dengan tingginya fundus rahim saat itu. Jika fundus rahim
setinggi pusat atau kira-kira 1-2 jari bawah pusat, maka irisan dilakukan
setentang lipatan kulit bawah pusat atau periumbilikus melintang mengikuti garis
lekukan tepat bawah pusat. Dan jika lebih tinggi darii pusat (biasanya pada pasca
persalinan ganda atau anak besar) maka irisan dilakukan setentang lipatan kulit

17
atas pusat atau supra umbilicus melintang mengikuti garis lekukan tepat atas
pusat. Keuntungan kosmetik bekas luka/parutnya dapat tersembunyi atau tidak
nampak.
Jika fundus rahim jauh dibawah pusat (karena anak kecil atau rahim sudah
involusi) maka dilakukan irisan subumbilikus membujur mengikuti garis
tengah/mediana setinggi fundus rahim. Keuntungannya mudah diperluas apabila
perlu untuk memudahkan mencari tuba.
2) Masa interval, dan pasca keguguran
Lokasi irisan supra pubis disesuaikan fundus rahim kira-kira 2 jari atas simfisis
atau setentang batas atas rambut mons veneris, ditengah-tengah dibuat irisan
melintang. Keuntungannya bekas luka/parutnya kecil menyerupai lipatan kulit
saja atau biasanya kemudian ditutupi rambut.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konseling pada kontrasepsi dilakukan secara dua arah, dimana pihak satu
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat. Dalam mengambil
keputusan harus dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-
kemungkinan dari alternative, bersama dengan konsekuensi pada alat kontrasepsi, karena
metode atau alat kontrasepsi tidak selalu cocok bagi semua orang karena situasi dan
kondisi tubuh setiap individu selalu berbeda, sehingga perlu pengetahuan yang luas dan
tepat mengenai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing meode atau alat
kontrasepsi yang kemudian disesuaikan dengan kondisi tubuh pengguna.
Diharapkan stiap pasangan harus mempertimbangkan penggunaan metode atau
alat kontrasepsi secara rasional, efisien dan efektif dengan memperoleh informai yang
objektif dan lengkap berupa pengertian kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, berbagai jenis
kontrasepsi, keunggulan, angka kegagalan, efek samping serta biaya dari setiap jenis
kontrasepsi (Fadjar, 2013).
Bila setiap calon peserta KB sebelum memakai kontrasepsi melalui konseling yang baik,
maka kelangsungan pemakaian kontrasepsi akan lebih tinggi (Hartanto, 2004).
B. SARAN
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang konseling dalam kontrasepsi. Agar pemberian
konseling dalam kontrasepsi dapat dilakukan dengan baik, maka seorang bidan harus
memahami ilmu konseling dalam kontrasepsi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Delvin, D. (19 Januari 2015). Netdoctor. Diperoleh dari kontrasepsi kimia: netdoctor.co.uk

Feminine, S. (26 April 2016). Kesehatan Perempuan. Memperoleh kontrasepsi kimia dan


hormonal: saludfemenina.net

FK, UPD, Bagian Obstetri & Ginekologi. 1980. Teknik Keluarga Berencana (Perawatan
Kesuburan). Bandung: ELSTAR OFFSET

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Halaman 438

Rambulangi, John. (18 oktober 2018) Ahli Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fertilitas
Endokrin Reproduksi.

Sari Silviana Kartika, Evi Sri Suryani dan Rohmi Handayani. 2010. Hubungan Konseling
Keluarga Berencana (KB) dengan Pengambilan Keputusan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 1 No. 1 Edisi
Desember 2010

Sofian Amru. 2011.Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: Buku Kedokteran Halaman 199

Teori medis : jtptunimus-gdl-nilanikmat-7512-2-babii.pdf

Wardani, sri. 2010. Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Kb
Hormonal di Desa Jatirowo Dawar Blandong Mojokerto. Hospital Majapahit. Vol 2. No 2.

Anonim. http://eprints.ums.ac.id/18564/2/BAB_1.pdf. Diakses pada 24 April 2021

Anonim. http://repository.unimus.ac.id/883/3/BAB%202.pdf. Diakses pada 24 April 2021

1
KONSELING KELUARGA BERENCAN
Dra.Jomima.Batlajery ,MKes.

A. Pengertian Konseling pada Pelayanan KB


Dalam pelayanan KB, konseling sangat diperlukan. Konseling adalah proses pemberian
bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan
suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan
klien (Dep.Kes RI, 2003). Konseling adalah Proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik
dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Orang yang
memberikan bantuan disebut konselor, sedangkan orang yang menerima bantuan agar ia bisa
mengambil keputusan yang tepat dinamakan konselee.
Di dalam konseling KB, bukan hanya terjadi proses pemberian informasi tentang
manfaat dan pentingnya KB, serta berbagai macam alat kontrasepsi, namun ada bantuan yang
diberikan oleh konselor agar konselee dapat memahami masalah yang terjadi, memahami
kondisi dan perasaan yang sedang ia alami sehingga konselee mampu mengambil keputusan
KB yang tepat, yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya sendiri. Prinsip dasar yang
membedakan antara pendidikan kesehatan dan konseling adalah terletak pada adanya proses
bantuan konselor dalam mengambil keputusan dalam penggunaan kontrasepsi. Sedangkan
pada pendidikan kesehatan tidak ada proses bantuan dalam mengambil keputusan ber KB.
Di dalam memberikan konseling, sebaiknya bidan tetap memperhatikan hak-hak klien
sbagai bagian dari Hak Asasi Manusia khususnya hak reproduksi.

B. Tujuan Konseling
Yulifah dan Yuswanto (2009) menjelaskan tujuan konseling adalah sebagai berikut:

1. Memfasilitasi perubahan tingkah laku klien


Melalui konseling, bidan dapat memberikan kesempatan kepada klien untuk
melakukan perubahan tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku yang diharapkan,
dapat berupa cara berfikir yang positif, cara pandang dirinya menjadi lebih
komprehensif terhadap masalah yang dihadapi.
2. Meningkatkan kemampuan klien untuk menciptakan dan memelihara hubungan
Proses konseling pada intinya menekankan hubungan baik antara bidan dan klien.
Bila hubungan baik ini telah terbina (Bina Trust), Klien akan mudah menciptakan
hubungan baik dengan dirinya maupun orang lain. Bidan harus berusaha
memperbaiki kualitas hubungan antar pribadi maupun interpribadi klien.
3. Mengembangkan keefektifan dan kemampuan klien untuk memecahkan masalah
Pada umumnya setiap orang telah memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalahnya sendiri, hanya terkadang mereka bingung bagaimana cara memecahkan
masalah secara efektif. Melalui konseling, bidan dapat membantu klien memecahkan
masalahnya secara efektif.

2
4. Meningkatkan kemampuan klien untuk membuat keputusan
Seseorang yang memiliki masalah yang rumit dan kompleks, akan membuat dirinya
sulit dalam mengambil keputusan. Tugas bidan adalah membantu klien memperoleh
informasi dan masalah-masalah yang dihadapi klien, sehingga ia mampu mengambil
keputusan secara realistis.
5. Mengembangkan perkembangan potensi klien.
Melalui konseling, bidan dapat mengembangkan potensi klien dalam memecahkan
masalahnya sendiri.

C. Manfaat Konseling

Konseling sangat bermanfaat dalam pelayanan KB. Manfaat konseling KB adalah sebagai
berikut:

1. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan


reproduksinya
2. Puas terhadap pilihannya sehingga dapat mengurangi keluhan atau penyesalan
3. Memberdayakan klien untuk menentukan metode dan lama penggunaan alat
kontrasepsi
4. Membangun rasa saling percaya
5. Menghormati hak klien dan petugas

Sebagai seorang bidan, memiliki kewajiban untuk memperhatikan dan memenuhi hak-hak
klien sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia yaitu sebagai berikut:

1. Terjaga harga diri dan martabatnya


2. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan
3. Memperoleh informasi tentang kondisi kesehatannya dan tindakan yang akan
dilaksanakan
4. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik
5. Menerima atau menolak pelayanan/tindakan yang akan dilakukan

Di dalam memberikan pelayanan KB, bidan wajib memenuhi hak-hak klien


sebagai berikut:
1. Hak mendapatkan informasi yang lengkap tentang keuntungan dan ketersediaan
pelayanan KB
2. Hak mendapatkan akses untuk mendapatkan pelayanan yang memperhatikan
tentang aspek seksual, keyakinan, status perkawinan dan lokasi
3. Hak untuk memilih dalam memutuskan secara bebas alat kontrasepsi yang akan
dipilih

3
4. Hak mendapatkan pelayanan yang aman dan efektif
5. Hak memiliki privacy selama proses konseling atau pelayanan KB
6. Hak untuk dijaga kerahasiaan terkait informasi personal atau lainnya
7. Hak untuk dijaga martabatnya sebagai manusia, pelayanan yang dilakukan secara
sopan santun, dan penuh perhatian
8. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang nyaman
9. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkelanjutan termasuk dalam penyediaan
alat kontrasepsi
10. Hak untuk memberikan pandangan atau pendapat tentang pelayanan yang
diperolehnya

D. Jenis Kegiatan Konseling


Dalam pelayanan KB, ada beberapa jenis konseling yang dapat dilakukan,
yaitu sebagai berikut:
1. Konseling Umum
Konseling ini berupa penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk
mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
Konseling ini dapat dilakukan oleh Petugas lapangan Keluarga Berencana (PLKB).
2. Konseling Spesifik
Konseling ini dilakuka berupa penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan,
alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan. Konseling ini dapat
dilakukan oleh dokter/bidan/konselor.
3. Konseling pra dan pascatindakan
Konseling ini berupa penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan
(pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan/instruksi tertulis asuhan mandiri.
Konseling ini dapat dilakukan oleh operator/ konselor/dokter/bidan.

Dalam melakukan konseling, konselor memegang peranan yang sangat penting.


Peran konselor dalam proses konseling KB adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan
yang paling sesuai dengan kebutuhannya
2. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai
metode kontrasepsi yang tersedia
3. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan
Tindakan Medik.

Ciri-ciri konselor yang baik

4
1. Memperlakukan klien dengan baik
2. Berinteraksi positif dalam posisi seimbang
3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak
berlebihan
4. Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode kontrasepsi
5. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.

E. Langkah-langkah Konseling
1. Pembinaan hubungan baik (Teknik Raport )
Pembinaan hubungan baik merupakan dasar dari konseling KB antara bidan
dengan klien atau keluarganya. Bila bidan dapat membina hubungan baik dengan
klien, klien akan mudah percaya dengan bidan. Klien akan menyampaikan semua
masalah yang dihadapi sehingga bidan dapat membantu klien memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam konseling KB, bila hubungan baik telah terbina, klien tidak sungkan dan
malu menyampaikan tentang hal yang bersifat tabu seperti masalah seksual, alat
kontrasepsi yang diinginkan, masalah yang dihadapi, sehingga klien mau mengikuti
program KB dan menggunakan alat kontrasepsi dengan tepat.
Dalam membina hubungan baik, bidan perlu menunjukan sikap yang tepat, yang
dikenal dengan SOLER, yaitu sebagai berikut (Dep Kes RI, 2003):
S : face Your Client Squarely (menghadap kearah klien) dan Smile/Nod at Client
(senyum/mengangguk ke klien)
O :Open and non judgmental facial expression (Ekspresi Muka menunjukkan
sikap terbuka dan tidak menilai).
L : Lean toward client (tubuh condong ke arah klien)
E : Eye contact in culturally-acceptable manner (kontak mata/tatapan mata
sesuai dengan budaya setempat.
R : Relaxed and friendly manner (santai dan sikap terbuka).
Intonasi dan volume suara juga memegang peranan penting. Bidan sebaiknya
menggunakan intonasi yang lembut, tidak terlalu keras. Untuk memantapkan
hubungan baik yang telah dibina, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Menunjukkan tanda perhatian verbal
Bidan perlu menunjukan tanda perhatian verbal saat membina hubungan baik
dengan akseptor atau calon akseptor, berupa kata-kata pendek atau ungkapan
kata seperti; hemm.. ya..lalu…oh ya..terus…begitu ya…. Bidan mengulang kata-
kata yang penting yag diucapkan klien. Dengan tanda perhatian yang diberikan
oleh bidan, klien merasa bidan memperhatikan apa yang dikatakan klien. Selain
tanda perhatian verbal, bidan juga dapat melakukan tanda perhatian non
verbal, berupa sentuhan, mengangguk dan sebagainya.

5
b. Menjalin kerja sama
Dalam konseling KB, Bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan
hubungan baik dengan klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling
bidan selalu bekerja sama dengan klien.
c. Memberikan respon yang positif berupa pujian dan dukungan
Memberikan pujian adalah mengungkapkan persetujuan atau kekaguman
sehingga akseptor atau calon akseptor terdorong untuk melakukan perilaku
yang diinginkan bidan. Memberikan pujian sebaiknya dilakukan secara ikhlas.
Tidak berpura-pura dan menggunakan ekspresi yang tepat.
Contoh: “ Ibu bagus sekali sudah datang ke sini untuk konsultasi KB”.
Memberikan dukungan adalah memberikan dorongan, kepercayaan dan
harapan. Bidan mengungkapkan kata-kata agar klien menyadari
kemampuannya dalam mengatasi masalahnya, misalnya memberikan
alternative yang diharapkan, menekankan hal yang baik yang telah mereka
lakukan.
Contoh: “Saya tahu sepertinya bapak merasa tidak perlu untuk datang ke sini,
tapi saya akan menjelaskan mengapa bapak dan ibu perlu datang untuk
mendiskusikan tentang kontrasepsi yang akan digunakan”.

Perilaku respon positif yang dapat mendukung terciptanya hubungan baik yaitu
sbb:
a. Bersalaman dengan ramah
b. Mempersilahkan duduk
c. Bersabar
d. Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien
e. Menjaga kerahasiaan klien
f. Tidak melakukan penilaian
g. Mendengarkan dengan penuh perhatian
h. Menanyakan alas an kedatangan klien
i. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien

2. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan dan kekuatan


serta pemberian informasi )
Pada tahap ini, bidan melakukan identifikasi masalah, kebutuhan klien , perasaan
dan kekuatan yang dimiliki oleh akseptor atau calon akseptor KB melalui cara
bertanya yang efektif, melakukan observasi dengan tepat, dan mendengar aktif.
Bertanya efektif dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tertutup,
terbuka dan pertanyaan mendalam. Hindari pertanyaan mengarahkan karena
bersifat sugestif.
Tips bertanya efektif adalah sebagai berikut:
a. Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban.

6
b. Gunakan kata-kata yang dipahami oleh klien
c. Ajukan pertanyaan satu persatu. Tunggu jawaban dengan penuh minat
d. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara seperti; “Dan?”,
“bagaimana?”, :lalu?”, “maksudnya?”.
e. Bila harus menanyakan hal-hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal itu
perlu ditanyakan
f. Hindari penggunaan kata Tanya”mengapa”. Karena kemungkinan klien
merasa”disalahkan”.
g. Ajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara bila klien belum paham
h. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
i. Gunakan “pertanyaan terbuka”, karena lebih efektif daripada “pertanyaan
tertutup”.

Saat bidan melakukan observasi, bidan perlu melakukan observasi tingkah laku non
verbal klien, Tingkah laku verbal dan kesesuaian antara tingkah laku verbal dan nor
verbal, antara dua buah pernyataan dan antara apa yang diucapkan dan apa yang
dikerjakan.

Dalam mendengarkan aktif, bidan perlu melakukan refleksi isi, refleksi perasaan
dan merangkum.
Refleksi isi
Refleksi isi adalah mengungkapkan kembali dengan kata-kata lain apa yang
dianggap sebagai inti dari apa yang baru dikatakan klien. Ketika bidan melakukan
refleksi isi, bidan menggunakan sebagian kata-kata bidan yang ditambah dengan
kata-kata klien.
Contoh:
“jadi dengan kata lain,……….”
“Jadi yang terjadi adalah…”

Refleksi perasaan
Refleksi perasaan adalah bidan mengungkapkan kembali apa yang dia fikirkan
tentang perasaan klien. Dengan refleksi isi, klien dapat berfikir bagaimana
perasaan yang sedang ia rasakan, bidan mengetahui apakah klien mengalami
perasaan yang dia fikirkan dan meluruskannya bersama melalui diskusi.

Contoh:
“jadi ibu merasa kesal dengan suami, karena tidak diizinkan menggunakan
kontrasepsi!”
“jadi ibu bingung, kontrasepsi apa yang akan ibu pilih!”.

Merangkum

7
Merangkum hampir sama dengan refleksi isi, namun berbeda. Merangkum
dilakukan setelah beberapa waktu yang lebih lama dan mencakup beberapa waktu
yang lebih lama dan mencakup beberapa informasi yang diucapkan klien. Biasanya
digunakan di awal, di akhir dan masa transisi antar topik.
Contoh:
“Baik ibu, dari apa yang sudah kita bicarakan tadi, bahwa ibu ingin mengganti
kontrasepsi yang bisa membuat ibu dapat haid kembali, memiliki anak dua orang,
laki-laki dan perempuan, anak terkecil 10 tahun. Sebelumnya pernah
menggunakan kontrasepsi suntikan yang tiga bulan”.

Tips dalam mendengarkan aktif adalah sebagai berikut:


a. Terima klien apa adanya. Hargai klien sebagai individu yang berbeda dari
individu lainnya.
b. Dengarkan apa yang dikatakan klien dan bagaimana ia mengatakan hal itu.
Perhatikan intonasi suara, pemilihan kata, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan
tubuh
c. Tempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan
d. Kadang-kadang lakukan mendengarkan pasif (diam). Beri waktu pada klien
untuk berfikir, bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan kecepatan klien
e. Dengarkan klien dengan seksama, jangan berfikir apa yang akan anda katakan
selanjutnya
f. Lakukan refleksi apa yang anda dengar, sehingga baik anda maupun klien anda
tahu bahwa anda telah paham.
g. Duduk menghadap klien dengan nyaman, hindari gerakan yang menganggu,
tatap dan perhatikan klien ketika berbicara
h. Tunjukkan tanda perhatian verbal dan non verbal.

Setelah diketahui masalah yang dihadapi, bidan memberikan informasi sesuai


kebutuhan klien. Pemberian informasi akan efektif bila:
a. Informasi yang diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam membuat
keputusan
b. Informasi disesuaikan dengan situasi klien dan mudah dimengerti
c. Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1) Singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yang perlu diingat klien)
2) Menggunakan bahasa sederhana
3) Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
4) Beri kesempatan klien bertanya dan meminta klien untuk mengulang hal-
hal yang penting yang perlu diingat.
3. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan
Upaya yang dilakukan untuk membantu klien mengambil keputusan:
a. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya

8
b. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan
c. Membantu klien mengevaluasi pilihan
d. Membantu klien menyusun rencana kerja
Dalam membantu mengambil keputusan perlu mengetahui kondisi masalah yang
dihadapi klien, keinginan atau pilihan kontrasepsi dari akseptor dan konsekuensi
setiap pilihan kontrasepsi baik keuntungan maupun keterbatasan untuk setiap
pilihan.
4. Menindaklanjuti konseling
Setelah konseling telah selesai dilakukan dan klien telah mengambil keputusan
dengan tepat, konseling dihentikan, klien tidak perlu disarankan untuk datang
kembali. Namun bila klien belum mampu mengambil keputusan, klien masih
bingung dengan masalahnya, bidan meminta klien untuk datang kembali pada
kunjungan berikutnya.

F. Teknik konseling
Gallen dan Leitenmaier (1987), menjelaskan dua teknik dalam melakukan konseling
yaitu GATHER dan SATU TUJU
GATHER

G  : Greet, Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi

A   : Ask, Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/kebutuhan sesuai
dengan kondisi yang dihadapi?

T   : Tell, Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil tukar informasi dan
carikan upaya penyelesaiannya

H  : Help, Bantu klien memahami & menyelesaikan masalahnya

E   : Explain, Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat
segera terlihat/ diobservasi)

R   : Refer/Return visit

Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Buat jadwal
kunjungan Ulang).

SATU TUJU

Di dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon akseptor KB, hendaknya diterapkan
enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU ini
tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci
SATU TUJU adalah sebagai berikut:

SA : Sapa dan salam kepada klien dengan sopan.

9
Sapa klien secara terbuka dan sopan. Kemudian beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi
pasien. Bangun percaya diri pasien. Bicarakan dengan nyaman serta terjamin privacynya.
Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

T   : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.

Tanyakan informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan. Berikan perhatian kepada klien
apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata , gerak isyarat dan caranya.
Perlihatkan bahwa kita memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, agar
kita dapat membantunya.

U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksiyang
paling sesuai, serta alternative pilihan beberapa jenis kontrasepsi .

Bantulah klien mendapatkan informasi jenis kontrasepsi yang paling ia inginkan, serta
jelaskan pula jenis kontasepsi lain yang ada. Jelaskan pula alternative kontrasepsi lain
yang mungkn diinginkan oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan penyakit
menular seksual termasuk HIV AIDS dan pilihan metode ganda.

TU: Bantulah klien menentukan pilihannya

Bantu klien memikirkan metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya.

J  : Jelaskan secara lengkap bagaimana mengguakan kontrasepsi pilihannya.

Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan diperlihatkan alat


kontrasepsinya. Jealskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya. Sekali lagi dorongkan klien untuk bertanya
dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga manfaat ganda. Cek
pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya, berilah pujian jika ia
menjawab dengan benar. Jika klien ingin menggunakan kontrasepsi ini sekarang. Lakukan
“penapisan kehamilan”.

U:  Rencanakan kunjungan Ulang.

Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Ingatkan klien untuk
segera kembali bila terjadi suatu masalah, atau rujuklah klien kepada tenaga kesehatan
atau fasilitas kesehatan yang memadai apabila terdapat kesulitan dan masalah yang tidak
dapat diselesaikan.

10
Hal penting lainnya yang perlu dilakukan dalam pelayanan KB adalah informed choice
dan informed concent dan persetujuan tindakan medik.

Informed choice
Dalam melakukan informed choice, bidan memberikan informasi yang obyektif, akurat
dan mudah dimengerti oleh klien. Bidan memberikan berbagai pilihan metode kontrasepsi.
Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang
paling sesuai dengan dirinya/keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan
merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.

Informed concent
Informed concent adalah bukti tertulis tentang persetujuan klien untuk dilakukan
tindakan/prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang dipilih klien (setelah informed choice).
Bukti tertulis ini harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut. Persetujuan diminta apabila prosedur klinik
mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga
sebelumnya).

Persetujuan tindakan medik


Persetujuan tindakan medik berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed choice,
dan prosedur klinik yang akan dilakukan. Ada penjelasan tentang risiko yang mungkin terjadi
saat melakuan prosedur klinik tersebut. Standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk
menghindarkan risiko. Klien menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan
secara sadar memberikan persetujuannya.

Persetujuan dari pasangannya


Dalam pelayanan KB, sesungguhnya pasangan hanya menjadi saksi terhadap pilihan yang
dibuat oleh klien secara sadar dan didasarkan informasi obyektif dan akurat dari petugas. Suami
tidak dapat menggantikan posisi isterinya untuk memberikan persetujuan (atau sebaliknya)
kecuali pada kondisi khusus/tertentu. Namun secara kultural (khususnya di Indonesia) suami
menjadi penentu untuk memberikan persetujuan tindakan medik tetapi secara hukum, hal
tersebut merupakan hak klien.

a. Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) ber KB


Agar konseling KB menjadi lebih optimal, diperlukan suatu alat bantu konseling,
salah satunya adalah Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) ber-KB. ABPK Ber-KB
tidak hanya berisi informasi mutakhir seputar kontrasepsi/KB namun juga standar
proses dan langkah konseling KB yang berlandaskan pada hak klien KB.
1. Pengertian ABPK
ABPK merupakan alat bantu yang berfungsi ganda, digunakan sebagai alat bantu
kerja bagi provider yang membantu pengambilan keputusan metode KB, membantu
pemecahan masalah dalam penggunaan KB, menyediakan referensi/info teknis serta
alat bantu visual untuk pelatihan provider baru (WHO, 2005).

11
ABPK merupakan Pedoman bagi Klien dan Bidan. ABPK bukan flipchart biasa.
ABPK berbentuk booklet, yang terdiri dari dua bagian. Bagian muka berisi informasi
penting yang harus diketahui oleh klien, sedangkan bagian belakang berisi informasi
yang lebih detail tentang jenis alat kontrasepsi yang sedang dijelaskan kepada klien
pada bagian depan. ABPK dapat digunakan oleh providers (Bidan, Paramedis, Pengelola
Program KB) dan Kader-Kader yang sebelumnya dapat mengikuti pelatihan.
Alat bantu konseling ABPK, menawarkan :
a. Proses pengambilan keputusan : membantu klien memutuskan dan menggunakan
metoda KB yang paling tepat baginya
b. Informasi teknis yang mutakhir : menyediakan informasi penting yang diperlukan
provider untuk memberikan layanan KB yang berkualitas kepada Klien
c. Mengingatkan peningkatan mutu komunikasi : memberi tips dan bimbingan
bagaimana provider seharusnya berkomunikasi dengan klien dan memberikan
konseling yang efektif

2. Prinsip-prinsip ABPK:
a. Klien yang mengambil Keputusan
b. Bidan/Providers membantu klien mempertimbangkan dan membuat keputusan
yang paling sesuai
c. Hargai Keinginan Klien
d. Bidan/providers menanggapi penyataan, pertanyaan, serta kebutuhan klien
e. Bidan/providers harus mendengarkan apa yang disampaikan klien sehingga tahu
langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

ABPK menerapkan Perilaku berkomunkasi untuk provider dan untuk klien, yaitu sebagai
berikut:

Untuk Providers Untuk Klien


o Bertanya dengan pertanyan  Memberi tahu provider apa yang
terbuka. dirasakannya.
o Menerima pernyataan Klien.  Bertanya.
o Mendengar Aktif  Memberitahu jika ia tak paham
o Menghindari mengkritik atau tentang suatu informasi atau
menyalahkan. penjelasan provider.
o Memastikan Klien paham  Merasa nyaman untuk
o Menanyakan apakah Klien punya menyampaikan kekuatiran,
pertanyaan ketakutan atau perasaan negatif
lainnya.
 Jujur/ terbuka tentang situasi

12
pribadinya

ABPK juga berfokus pada prinsip-prinsip konseling, karena didalam ABPK mengandung berbagai
Pilihan metode kontrasepsi sehingga akseptor:

a. Dapat memilih metode yang membuat mereka nyaman dan senang.


b. Tahu tentang efek samping
c. Tahu dengan baik tentang bagaimana penggunaan metode yang dipilihnya
d. Tahu kapan harus datang kembali
e. Mendapat bantuan dan dukungan dalam ber-KB
f. Tahu bagaimana jika menghadapi masalah dalam penggunaan sebuah metode KB
g. Tahu bahwa mereka bisa ganti metode jika mereka menginginkannya.

Prinsip konseling yang digunakan dalam ABPK

a. Klien yang membuat keputusan


b. Provider membantu klien menimbang dan membuat keputusan yang paling tepat
bagi klien
c. Sejauh memungkinkan keinginan Klien dihargai / dihormati
d. Provider menanggapi pernyataan, pertanyaan ataupun kebutuhan Klien
e. Provider harus mendengar apa yang dikatakan Klien untuk mengetahui apa yang
harus ia lakukan selanjutnya

3. Perbedaan ABPK dan Flip chart KB biasa


ABPK berbeda dengan Flip chart KB biasa, adapun perbedaan adalah sebagai berikut:
FlipChart KB Biasa ABPK

 Hanya untuk tujuan pemberian  Membimbing pengambilan


informasi. keputusan dan menyediakan
 Fokus pada fakta tentang metoda informasi.
 Fokus pada pemilihan dan
kontrasepsi.
penggunaan metode KB sekaligus
 Proses berorientasi pada provider.
mencakup isu HIV/AIDS dan Kespro
 Tiap klien melihat tiap lainnya.
halaman/bagian yang sama.  Proses tanggap/berorientasi
 Terutama digunakan untuk klien terhadap Klien.
yang akan memilih metode.  Tiap klien hanya melihat pada
halaman yang relevan baginya. Juga
berguna bagi klien kunjungan ulang
dan klien dengan kebutuhan khusus.

4. Fungsi ABPK
ABPK merupakan alat bantu konseling yang berfungsi ganda yaitu sbb:

13
a. Membantu pengambilan keputusan metoda KB
b. Membantu pemecahan masalah dalam penggunaan KB
c. Alat bantu kerja bagi Provider
d. Menyediakan referensi / info teknis
e. Alat bantu visual untuk pelatihan provider baru.
5. Cara menggunakan ABPK
a. Bidan membuka lembaran yang sesuai dengan kebutuhan klien

b. Bidan menanyakan metode kontrasepsi yang digunakan klien

14
c. Bila klien membutuhkan informasi tentang AKDR, bidan membuka lembaran
tentang AKDR……

d. Bila klien membutuhkan informasi tentang metode kontrasepsi pil


kombinasi, bidan membuka lembaran tentang metode kontrasepsi tersebut.
Demikian selanjutnya untuk kontrasepsi lainnya.

15
16
17
Daftar Pustaka

1. Dep Kes RI, PP IBI, USAID. 2003. Modul Pelatihan ketrampilan Komunikasi Interpersonal
dan Konseling (KIP/K). Jakarta: Dep Kes RI, PP IBI, USAID.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rhineka
Cipta.
3. Priyatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Kesehatan
Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI.
4. Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuwanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai