Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal
Kelompok
Jiihan Latiifah Azzahroh (1915201040)
Dita Siti Nurfadhilah (1915201008)
Anissawida Maharani (1915201045)
Tiara Safitri (1915201006)
Muhlina Putri (1915201014)
Rohmah (1915201037)
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Banyak hal yang akan kami sampaikan kepada pembaca mengenai “Kontrasepsi
Sederhana Tanpa Alat Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus,
Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal”
untuk membaca lebih lengkap, Anda dapat membaca hasil makalah Kami.
Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca
lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang
salah. Demikian Kami ucapkan terima kasih atas waktunya telah membaca hasil
makalah Kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian . 3
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)?
2. Coitus Interuptus?
3. Metode Kalender?
4. Metode Lendir Serviks?
5. Metode Suhu Basal?
6. Simptotermal
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahiu
apa saja hal-hal yang terkait dengan Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat Metode
Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Metoda kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh
peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Hasil yang
diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan cara-cara yang
lain.
1. Ibu harus menyusui bayi secara ekslusif. Eksklusif berarti penuh atau hampir penuh selama
24 jam dalam sehari termasuk malam hari. Ibu harus menyusui bayi selama 8x sehari atau
lebih, biasanya sebanyak 10-12x dalam sehari. Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam.
Bayi harus menghisap payudara ibu secara langsung.
2. Bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jika bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan maka
kebutuhan akan MPASI meningkat dan frekuensi pemberian asi akan berkurang.
3. Ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi. Jika ibu sudah mengalami menstruasi
maka metode ini tidak dapat digunakan lagi karena ovulasi dapat terjadi setelah menstruasi.
Pendarahan sebelum 56 hari paska salin belum dianggap sebagai haid. Pada ibu yang
menyusui secara eksklusif ovulasi tidak akan terjadi sampai 10 minggu paska persalinan.
MAL sebagai kontrasepsi memiliki banyak keunggulan baik bagi Ibu maupun bayi.
Bagi ibu menyusui secara ekslusif dapat mengurangi kejadian pendarahan setelah persalinan.
MAL tidak memiliki efek samping sistemik bagi ibu. Untuk bayi pemberian ASI secara
ekslusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena ASI mengandung antibodi yang
3
dibutuhkan oleh bayi. Bayi juga mendapatkan gizi yang terbaik dari nutrisi yang terdapat
pada asi. Yang paling penting, MAL meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan
bayi.
Coitus Interuptus Nama lain dari coitus interuptus ; senggama terputus atau ekspulsi
pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method.
Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Pengertian Coitus interuptus atau
senggama terputus ; metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Alat kelamin
(penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka
tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar
vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.
Efektifitas Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan
konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang
mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan
metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping.
5. Tidak membutuhkan biaya.
6. Tidak memerlukan persiapan khusus
. 7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.
4
2.4 Metode kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari
Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada
siklus haid/menstruasi wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari
sebelum menstruasiberikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu
terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem
kalender. Pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atauhubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.
a. Manfaat:
Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
1. Manfaat kontrasepsi yaitu sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegahk
ehamilan.
2. Manfaat konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisa hamil.
b. Keuntungan
8. Keterbatasan
5
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain:
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
c. Keefektifitas
Akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan
metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa
subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam
kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-
kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan
metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100
wanita per tahun.
6
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel
sekretori serviksdan mengandung tiga komponen penting yaitu:
a) Molekul lendir.
b) Air.
c) Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh
sel-selvagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap
adanya lendir padamasa subur/ovulasi.
vulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada
saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita
sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan
sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir
pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah
pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang
mengontrol kelangsungan hidupsperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian
akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda
kehamilan.
b) Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan
berpantangsenggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi
wanita yang menginginkan kehamilan.
c) Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat,
pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks,
serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka
kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per
tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau
7
ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah
kehamilan 99 persen.
d) Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
e) Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan
metodekontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
f) Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
g) Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahanperasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
8
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu
siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan
maupun pola dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama
tergolongaman pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang
bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak
subur.
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini
merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari
subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya
9
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
1. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
2. Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
3. Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
4. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti popok bayi pukul
6 pagi,
5. Jam tidur yang ireguler
6. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum penngambilan suhu badan basal.
7. Pemakaian selimut elektris.
8. Kegagalan membaca termometer dengan tepat atau baik.
10
Manfaat Konsepsi Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau
menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi
subur
Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu
untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau
menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur. Hal yang
Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif Metode simptothermal dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain:
Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari. Wanita yang
mempunyai penyakit. Pasca perjalanan. Konsumsi alkohol.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
3.1 Saran
1.Bagi PenulisPenulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
penulis berharap dapat memperbaikikekurangan dalam penyusunan makalah yang akan
datang.
2.Bagi Institusi
12
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan keefektivan dalam
belajar, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilanmahasiswa dalam menerapkan atau
mengaplikasi materi yang sudah didapatkan, serta untuk melengkapi sumber – sumber
buku perpustakaansebagai bahan informasi dan referensi yang penting dalam mendukung
pembuatan makalah selanjutnya.
3.Bagi Pembaca Penulis berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini
yang penulis buat, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermsayarakat
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/metode-simptothermal-pdf-free.html
https://skata.info/article/detail/155/metode-amenore-laktasi-kontrasepsi-alami-selepas-
melahirkan
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/kb-alamiah-metode-kalender-metode-
suhu.html?m=1
https://en.wikipedia.org/wiki/Coitus_interruptus
13
KOLABORASI INTERPROFESIONAL DALAM PENATALAKSANAAN EFEK
SAMPING KONTRASEPSI PIL DAN SUNTIK
A. PIL Kombinasi
Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi yang
digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif mudah didapat dan
digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).
Pil KB yang banyak dipakai pada umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan
progesterone.Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja
menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak
terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.Angka keberhasilan memakai pil bisa dibilang
hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua wanita boleh memilih pil
jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan
payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices thrombophlebitis,
atau yang pernah terkena serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka
mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain
(Sastrawinata,2000). Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil apabila mengidap
darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena
obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor
efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala dan nyeri
payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur,
nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan
kemungkinan payudara mengecil (Nadesul, 2007).
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen
atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan
porsi hormonnya konstan setiap hari.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen,
progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
14
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau
progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi setiap hari (Sulistyawati, 2013).
a. Menekan hormon ovarium selama siklus haid normal, sehingga juga menekan releashing
–factor diotak dan akhirnya mencegah ovulasi;
15
h. Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan
pembekuan darah vena dalam sedikit meningkat;
16
h. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.
1. Amenorea:
a) Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar
maka tenang aja karena masih aman. Tidak datangnya haid kemungkinan besar karena
efek estrogen terhadap endometrium kurang adekuat. Pada kondisi ini tidak
memerlukan pengobatan khusus.
b) Coba berikan pil dengan dosis tetap, tetapi dosis progestin dikurangi.
c) Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil dan yakinkan pasien bahwa pil yang telah
diminum tidak menimbulkan efek pada janin;
3. Perdarahan pervaginam:
a) Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi,
b) Disarankan minum pil pada waktu yang sama, jelaskan bahwa perdarahan/spotting
merupakan hal yang biasa terjadi pada tiga bulan pertama yang lambat laun akan
berhenti,
c) Apabila perdarahan tetap terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 µg
atau ganti dengan metode kontrasepsi lain).
5. Hiperpigmentasi:
17
a) Komunikasikan dengan petugas medis untuk mengubah dosis atau bentuk KB lainnya
sehingga dapat membantu menghilangkan flek hitam pada wajah.
a) Kunjungan Pertama : berbagai topik yang dapat diangkat pada saat kunjungan
pertama, antara lain: riwayat medis yang lau dan saat ini untuk menemukan setiap
kontraindikasi absolut atau relatif, obat yang sedang dikonsumsi saat ini, untuk
mengetahui efektivitas pil oral kombinasi, tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
dan indeks masa tubuh, riwayat merokok, riwayat kontrasepsi sebelumnya: metode
apa yang sebelumnya digunakan dan masalah apa yang dihadapi selama menggunakan
metode tersebut, metode kontrasepsi yang digunakan baru-baru ini, hari pertama haid
terakhir, tanggal terakhir melakukan uji apusan serviks, perubahan rabas vagina normal
(keputihan), ansietas seksual dan masalah seksual. Selanjutya memberikan informasi
mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan pil oral kombinasi, bagaimana
menggunakan pil, kapan memulainya, kapan menerapkan kewaspadaan ekstra.
B. Mini PIL
Mini Pil atau pil progestin merupakan kontrasepsi yang megandung hormon sintesis
progesteron. Jenis : kemasan dengan isi 35 pil 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretrindon,
kemasan dengan isi 28 pil 75 µg desogestrel.
18
a. Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus;
b. Perubahan dalam motilitas tuba;
c. Perubahan dalam fungsi corpus luteum;
d. Perubahan lendir serviks, yang menggangu motilitas atau daya hidup spermatozoa;
e. Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin
terjadi.
19
b. Perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis;
c. Penyakit arteri berta pada masa lalu atau saat ini;
d. Kelainan lipid berat;
e. Menderita penyakit trofoblastik;
f. Kehamilan ektopik sebelumnya;
g. Menderita penyakit hati, adenoma atau kanker hati saat ini.
Efek samping dan penanganan mini pil adalah:
b) Bila amenorea berlanjut atau hal tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik.
c) Bila hamil, hentikan pil dan kehamilan dilanjutkan.
d) Bila kehamilan ektopik, lakukan rujukan.
e) Jangan berikan obat-obat hormonal untuk menimbulkan haid karena tidak ada
gunanya.
a) Pada kunjungan awal yaitu jelaskan cara menggunakan pil oral progestin; jelaskan
keuntungan dan kerugian penggunaan pil; pastikan klien tidak menggunkan setiap obat
yang mengurangi efektivitas pil oral progestin; kaji riwayat penyakit secara
menyeluruh; ukur tekanan darah dan berat badan; lakukan diskusi mengenai seks yang
aman, lakukan diskusi mengenai kontrasepsi darurat; dukung informasi dengan
menggunakan leaflet; berikan tiga paket pil, dan tinjau sebelum paket pil habis.
b) Pada Kunjungan tindak lanjut : ketahui jika terdapat masalah dengan penggunaan pil
oral progestin; tanyakan apakah pola haid teratur, tanpa disertai perdaraha
menyerupai haid atau amenorea; periksa tekanan darah dan berat badan; lakukan uji
apusan serviks dilakukan jika perlu.
20
Suntik kombinasi adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis estrogen dan
progerteron. Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medrokdiprogesteron Asetat dan 5
mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretrindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi Intramuskuler sebulan
sekali.
a. Menekan ovulasi;
b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu;
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan suntik kombinasi adalah:
1. Amenorea :
a. Bila terjadi kehamilan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid
berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya
datangnya haid masih menjadi masalah;
b. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon
progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
a. Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil;
21
b. informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
3. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting) :
a. Mencegah ovulasi;
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menjadi barier terhadap spermatozoa;
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi;
22
Efek samping suntik progestin adalah:
1. Amenorea :
a) Apabila tidak hamil, maka tidak perlu pegobatan apapun. Jelasan bahwa darah haid
terkumpul dalam rahim dan nasihat untuk kembali ke klinik;
b) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan,
bisa disarankan pengobatan yaitu preparat estrogen atau progesterone.
23
PELAYANAN KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN DAN PASCA ABORSI
KB Pasca Persalinan yang selanjutnya disingkat KB PP adalah pelayanan KB yang diberikan setelah
persalinan sampai dengan 5 kurun waktu 42 (empat puluh dua) hari. KB Pasca Keguguran yang
selanjutnya disingkat PK adalah pelayanan KB yang diberikan setelah penanganan keguguran saat di
faskes atau 14 (empat belas) hari pasca keguguran.
Peserta KB Baru yang kemudian disingkat menjadi PB adalah peserta yang baru pertama kali
menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka yang pasca persalinan pasca keguguran.
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertetu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kehamilan dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
- melakukan analisis dan pemetaan kebutuhan medis maupun non medis pelayanan KB PP dan
PK; - melakukan advokasi kepada mitra kerja dan stakeholder.
Perencanaan pelayanan KB PP dan PK yang dilakukan di OPD Bidang Dalduk dan KB OPD
Kabupaten/ Kota meliputi :
- melakukan analisis dan pemetaan fasilitas kesehatan yang dapat melayani KB PP dan PK;
- melakukan analisis dan pemetaan kelompok kegiatan yang aktif;
- memetakan rencana kebutuhan pelatihan peningkatan kompetensi pelayanan KB PP dan PK
serta pelatihan KIP/K bagi provider;
- memetakan rencana kebutuhan pelatihan peningkatan ketrampilan KIE bagi PLKB dan Kader
Poktan.
- melakukan analisis kebutuhan alat kontrasepsi dan sarana prasarana penunjang pelayanan KB
PP dan PK di faskes;
- memastikan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi sebanyak 70% (tujuh puluh persen) dari
jumlah persalinan di faskes;
24
- melakukan analisis kebutuhan peningkatan kompetensi bagi provider;
- menetapkan sasaran dan indikator keberhasilan KB PP dan PK;
- sasaran KB PP adalah Jumlah ibu bersalin
- jumlah ibu bersalin diperoleh dari 1.05 (satu koma nol lima) x angka kelahiran kasar (CBR) x
jumlah penduduk.
Penggerakan KB PP dan PK
Penggerakkan KB PP dan PK merupakan rangkaian kegiatan berupa pemantapan calon peserta
khususnya ibu hamil/ibu pasca persalinan/ibu menyusui ataupun pasca keguguran agar bersedia
menggunakan KB khususnya MKJP. Penggerakkan dilakukan kegiatan meliputi:
- KIE
- konseling
- penapisan
- pembiayaan penggerakan
KIE KB PP dan PK merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku kepada ibu hamil/ibu pasca persalinan/ibu menyusui
ataupun ibu pasca keguguran dan keluarga/pasangannya.
KIE KB PP dan PK dapat dilakukan secara langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi
kepada penerima pesan agar dapat secara 18 langsung untuk menggunakan kontrasepsi.
Konseling KB PP dan PK
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif tentang KB, dilakukan antara
calon peserta KB dan petugas untuk membantu calon peserta KB mengenali kebutuhan ber-KBnya
serta memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Pemberian konseling KB PP dan PK dilakukan oleh petugas kesehatan yang telah mendapatkan
pelatihan KIP/K.
Konseling yang dilakukan oleh tenaga kesehatan menggunakan Alat Bantu Konseling, misalkan
dengan media lembar balik, kartu konseling berimbang, leaflet atau poster. Pelaksanaan konseling
dilakukan oleh konselor. Pelaksanaan konseling meliputi:
25
masyarakat. Kegiatan konseling KB PP dan PK yang dilakukan di fasilitas kesehatan dapat
dilakukan terintegrasi dengan pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), kelas ibu hamil,
kegiatan terpadu lainnya (P4K), sesaat setelah bersalin di ruang bersalin, kunjungan PNC, atau
kelas ibu menyusui. Kegiatan konseling KB PP dan PK yang dilakukan di masyarakat dapat
terintegrasi dengan kegiatan posyandu ataupun kelompok kegiatan lainnya.
- pasca keguguran lebih sedikit terpapar dengan layanan kesehatan dibandingkan dengan pasca
persalinan (PNC), sehingga gunakan kesempatan selama di fasilitas kesehatan untuk
memberikan konseling KB PK;
- jarak tempuh faskes dari rumah peserta KB, apabila rumah klien jauh, gunakan kesempatan
selama di fasilitas kesehatan untuk memberikan konseling KB PK;
- jika tidak ingin memiliki anak dalam waktu dekat, motivasi klien untuk gunakan PK agar
menghindari dari keguguran yang berulang; dan
- penerimaan ibu pasca keguguran terhadap kondisi fisiknya sendiri, sehingga gunakan bahasa
yang tidak menyinggung klien.
PELAYANAN KB PP DAN KB PK
Pelayanan KB PP dan PK merupakan upaya kelanjutan dari kegiatan pra pelayanan. Pelayanan KB PP
dan PK memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain:
1. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan KB PP dan PK adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama beserta jejaring/
jaringannya dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan. Pelayanan KB PP dan PK yang
dilakukan di FKTP meliputi pelayanan KB dasar, Implan, IUD dan MOP. Pelayanan KB PP dan PK yang
dilakukan di FKRTL meliputi semua pelayanan KB yang dapat dilakukan di FKTP dan pelayanan MOW.
Dalam melakukan pelayanan KB PP dan PK FKTP ataupun FKRTL diperlukan sarana dan prasarana
pendukung pelayanan KB PP dan PK. Sarana dan Prasarana penunjang kebutuhan pelayanan KB PP
dan PK dapat difasilitasi ketersediaannya oleh BKKBN.
26
Prasarana penunjang adalah antara lain adalah: iud kit, implan removal kit, obgyn bed, vtp kit dan
alat bantu konseling.
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Alat dan obat kontrasepsi meliputi: AKDR/IUD;
AKBK/Implan; suntik 3 bulanan; kondom; pil kombinasi. Alkon yang tersedia di fasilitas kesehatan
pemberi layanan KB PP dan PK paling sedikit 70 persen dari jumlah persalinan.
3. Jenis-jenis kontrasepsi
Pilihan metode Kontrasepsi bagi ibu pasca persalinan dan/ atau pasca keguguran disesuaikan dengan
usia dan kebutuhan reproduksinya. Jenis pilihan metode kontrasepsi berdasarkan jangka waktu
pemakaian terbagi menjadi metode kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek. Jenis pilihan
metode kontrasepsi berdasarkan komposisi terbagi menjadi hormonal dan non homonal. Metode KB
PP dan PK baru dapat diberikan apabila klien telah layak setelah melalui penapisan medis.
Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka panjang terdiri atas: kontrasepsi mantap; AKDR; dan AKBK.
Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka pendek terdiri atas: suntikan; pil; dan kondom. Kontrasepsi
mantap terdiri atas: metode operasi wanita atau tubektomi; dan metode kontrasepsi pria atau
vasektomi. Jenis pilihan metode kontrasepsi hormonal terdiri atas: progestin; dan kombinasi terdiri
dari progestin dan estrogen. Jenis pilihan metode kontrasepsi non hormonal terdiri atas: kontrasepsi
mantap; AKDR; kondom; dan metode amenoroe laktasi.
Kontrasepsi hormonal Progestin terdiri atas: pil; injeksi; dan implan. Kontrasepsi hormonal
kombinasi terdiri atas: pil; dan injeksi. Kontrasepsi Mantap terdiri atas: tubektomi; dan vasektomi.
27
- Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD;
- Alat Kontrasepsi bawah Kulit (AKBK)/Implan;
- Suntikan KB;
- Pil KB;
- Kondom;
- Metode Amenoroe Laktasi (MAL).
Kesuburan akan segera kembali dalam kurun waktu 7 hingga 14 hari setelah keguguran,
sehingga sangat penting memastikan ibu pasca keguguran terlindung dari kehamilan yang tidak
diinginkan dikemudian hari.
Penggunaan kontrasepsi pasca keguguran dilakukan selama tidak mengakibatkan risiko khusus
setelah penanganan komplikasi keguguran. Untuk menjaga kesehatan Ibu dan bayi dikemudian hari,
28
bagi ibu yang mengalami keguguran diupayakan untuk menunda kehamilan berikutnya dalam kurun
waktu minimal 6 (enam) bulan kedepan.
- penggunaan kondom sangat dianjurkan apabila adanya risiko penularan infeksi menular
seksual (IMS) atau HIV, akan sangat efektif sebagai perlindungan ganda apabila digunakan
bersama metode kontrasepsi lain yang efektif; dan
- metode kontrasepsi alami tidak dianjurkan hingga siklus menstruasi telah kembali.
Faktor individual yang perlu dipertimbangkan dalam konseling KB Pasca Keguguran adalah:
29
30
Pertimbangan berdasarkan kondisi klinis klien abortus:
31
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan KB Pasca persalinan dilakukan terhadap peserta KB Baru yang menggunakan metode
kontrasepsi modern setelah melahirkan dalam kurun waktu 42 hari setelah dilakukan pelayanan KB
pasca persalinan.
Pencatatan KB Pasca keguguran dilakukan terhadap peserta KB Baru yang menggunakan metode
kontrasepsi modern setelah penanganan keguguran saat di faskes ataupun 14 (empat belas) hari
setelah keguguran.
- Hasil pelayanan KB PP dan PK yang didapatkan di fasilitas kesehatan (yang telah terigester
K/O/KB) dilaporkan melalui F/II/KB di faskes baik secara manual ataupun online ke OPD KB
ataupun langsung ke tingkat pusat;
- OPD KB melaporkan hasil rekapitulasi F/II/KB Kabupaten secara online ke provinsi ataupun
ke tingkat pusat;
- Perwakilan BKKBN Provinsi melaporkan rekapitulasi F/II/KB provinsi secara on line ke pusat;
dan
- BKKBN pusat akan memberikan umpan balik secara terstruktur mulai dari Perwakilan
BKKBN Propinsi, OPD KB dan Fasilitas kesehatan.
32
nordette dan pil hanya progestin: postinor-2, microlut) dan AKDR (copper-T). (Handayani, 2010,p.35-
36).
Kontrasepsi darurat diberikan kepada ibu tidak terlindungi kontrasepsi atau korban perkosaan untuk
mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi darurat pada ibu yang tidak terlindungi kontrasepsi
meliputi:
- kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya;
- diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat;
- kegagalan senggama terputus (misal : ejakulasi di vagina atau pada genitalia externa)
- salah hitung masa subur;
- AKDR ekspulsi;
- lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet;
- terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan; dan - terlambat lebih dari
2 minggu untuk suntik KB yang tiga bulanan.
33
Melakukan Kolaborasi Interprofesional Dalam Penatalaksanaan Efek
Samping Kontrasepsi AKDR (Spotting, Amenorrhea, Mual, Pusing,
Kenaikan BB, Hiperpigmentasi, Menometroraghi)
Kelompok 3
Di susun oleh :
Hani Nurcahyati (1915201002)
Putri habibah (1915201009)
Iklima Novianti (1915201011)
Zahra salsabila (1916201047)
Dela adila (1915201021)
TAHUN 2021
34
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan tugas pembuatan makalah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar belakang 1
2. Rumusan masalah 2
3. Tujua 2
BAB II PEMBAHASAN 3
1. kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’
dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat.
Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan bantuan alat
apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur, cara
ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah memperkecil
kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat sedangkan
kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset
dan tidak akurat.23
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam
uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dengan
angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat mencegah akseptor
AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan lama penggunaan
AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor AKDR.
Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan sejak
berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah alat yang
dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR bekerja dengan
cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan ovum melalui
perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap benda asing disertai
peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum dan sperma bertemu dan
menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga yang terdapat pada AKDR
bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007: 197). Dilihat dari jenisnya,
AKDR yang telah beredar terdiri dari dua jenis yaitu AKDR yang mengandung obat:
Copper T 380 A, Copper T 200, Copper T 220, Multiload 375, Multiload 250, dan Nova
T. Sedangkan AKDR yang tidak mengandung obat: Lippes Loop dan cincin baja tahan-
karat tunggal atau ganda (WHO, 2006: 20).
1
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi) ?
b. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi IUD?
3. Tujuan
3. Untuk mengetahui Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek
samping kontrasepsi AKDR (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi)
4. Untuk mengetahui Pelayanan kontrasepsi IUD
4.
2
BAB II
PEMBAHASAN
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan
sejak berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah
alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR
bekerja dengan cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum
dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga
yang terdapat pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007:
197). Dilihat dari jenisnya, AKDR yang telah beredar terdiri dari dua jenis yaitu
AKDR yang mengandung obat: Copper T 380 A, Copper T 200, Copper T 220,
3
Multiload 375, Multiload 250, dan Nova T. Sedangkan AKDR yang tidak
mengandung obat: Lippes Loop dan cincin baja tahan-karat tunggal atau ganda
(WHO, 2006: 20).
4
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Pemakaian metode KB jelas berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak, namun sebagian wanita mungkin enggan
memakai suatu kontrasepsi dikarenakan takut akan efek samping yang
ditimbulkannya (WHO, 2006: 15). Dilihat dari keefektifannya, AKDR merupakan
salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang efektif dengan angka
kegagalan yang rendah sekitar 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama. Akan tetapi kebanyakan wanita khawatir mengenai nyeri akibat pemasangan
AKDR. Selain itu efek samping yang sering timbul dikarenakan pemakaian AKDR
dengan obat ataupun tanpa obat adalah amenorea, kejang/kram, perdarahan vagina
yang hebat dan tidak teratur, benang yang hilang/gangguan benang, adanya
pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya Penyakit Radang Panggul (PRP)
yang menyebabkan pemakainya tidak nyaman dan menjadi alasan untuk
menghentikan pemakaiannya
setelah pemasangan, setiap 6 bulan, 1 tahun sekali dan sewaktu-waktu apabila terjadi
keluhan (Marmi, 2010: 215). Langkah ini diambil sebagai bahan evaluasi agar efek
samping yang biasa terjadi dapat ditanggulangi dan tidak berdampak pada drop out-
nya jumlah akseptor AKDR.
8
Peran suami dalam keluarga sangat dominan dan memegang kekuasaan dalam
pengambilan keputusan apakah istri akan menggunakan kontrasepsi atau tidak,
karena suami dipandang sebagai pelindung,
pencari nafkah dan pembuat keputusan.21 Peran atau partisipasi suami istri
dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut pemakaian alat
kontrasepsi,
tempat mendapatkan pelayanan,
lama pemakaian, efek samping dari penggunaan kontrasepsi, siapa yang harus
menggunakan kontrasepsi.20 Suami menjadi individu yang berperan sebagai
dukungan sosial bagi istri dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipilih.
Menurut Uchino,
dukungan sosial merupakan rasa nyaman, perhatian, penghargaan, ataupun
bantuan yang tersedia bagi individu dari individu lain ataupun kelompok.30
9
negatif terhadap hubungan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa pasangan
yang tidak mengetahui mengenai alat kontrasepsi yang digunakan juga membuat
mereka memilih untuk melepas IUD. Dalam pandangan mereka, 'tali pada IUD'
meningkatkan ketidaksukaan mereka terhadap IUD, karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan yang diperlihatkan oleh pasangan mereka sehingga beberapa
memilih melepasnya.
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam
10
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Efek Samping Penggunaan Kontrasepsi
IUD
2.2.1 Lama Pemakaian IUD
Lama pemakaian kontrasepsi IUD yaitu untuk Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T
220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun)
( Handayani, 2010). Resiko terjadinya efek samping pada pengguna kontrasepsi IUD
meningkat dengan makin lamanya pemakaian kontrasepsi IUD. Pada pemakaian 5
tahun atau
lebih resiko terjadinya infeksi meningkat 5 kali, apabila ditambah dengan partner
seksual yang lebih dari satu atau sering berganti-ganti pasangan (Hartanto, 2004)
2.2.2 Jenis IUD
Jenis IUD menurut Handayani (2010, p.140-141) dikategorikan menjadi 2
yaitu :
1. AKDR non hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4 karena berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutera dan logam sampai generasi plastik (polietilen), baik yang
ditambah obat ataupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi 2 :
1) Bentuk terbuka (oven device)Misalnya : Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles,
Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device)Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg
Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicatet IUD
Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300
(daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5
tahun), ML- Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
2) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf- T Coil, Antigon.
2. IUD yang mengandung hormonal IUD yang mengandung hormonal terdiri dari :
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm,lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam
11
2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesterone per hari
3) Tabung insersinya terbentuk lengkung
4) Teknik insersi : plunging (Modified Withdrawal)
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari
2) Sedang di teliti di Finlandia
3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih
tinggi dibandingkan IUD lainya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan
haid yang sangat sedikit.Untuk AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang
mengandung hormon progesterone, lendir serviks menjadi lebih kental/tebal karena
pengaruh progestin, keuntungan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) antara lain
untuk Cu T AKDR kejadian ekspulsi lebih jarang dan untuk AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) yang mengandung hormonal dapat mengurangi volume darah haid
(Hartanto, 2004). Pada jenis Nova-T kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya
efek samping hormonal dan amenorhea. Pengeluaran darah saat menstruasi menjadi
meningkat dua kali lipat. AKDR perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun,
Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak/spotting.
Insiden
kehamilan ektopik jauh lebih tinggi (Hartanto, 2004).Ukuran dan jenis IUD juga
mempengaruhi terjadinya ekspulsi, semakin kecil ukurannya, semakin besar
kemungkinan terjadinya ekspulsi. Selain itu jenis bahan yang dipakai dapat
berpengaruh, semakin elastis semakin besar kemungkinan ekspulsinya
(Prawirohardjo,2008).
12
Salah satu efek samping penggunaan KB spiral adalah rasa nyeri yang terasa saat
pemasangan IUD. Meski tidak semua wanita mengalami hal ini, tapi kondisi ini
adalah salah satu efek samping yang mungkin terjadi.
Biasanya, rasa sakit ini tidak bertahan dalam waktu yang lama, maka itu Anda tidak
perlu risau. Bahkan, rasa sakit ini mungkin hanya akan bertahan beberapa saat saja.
Meski begitu, Anda mungkin butuh didampingi oleh orang lain saat menjalani proses
ini. Pasalnya, Anda mungkin tidak bisa pulang sendiri jika mengalami rasa nyeri atau
sakit.
2. Menstruasi tidak teratur
Efek samping lain yang mungkin terjadi saat Anda menggunakan IUD adalah siklus
menstruasi yang berubah menjadi tidak teratur. Biasanya, siklus menstruasi yang tidak
teratur bergantung pada jenis KB spiral yang digunakan. Apalagi, mengingat bahwa
terdapat dua jenis IUD yang bisa Anda gunakan.
Sebagai contoh, jika Anda menggunakan KB spiral hormonal, biasanya Anda akan
mengalami perdarahan ringan tapi dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Sementara itu, saat Anda menggunakan KB spiral nonhormonal, Anda mungkin
mengalami perdarahan yang lebih berat
3. Kram perut setelah pemasangan IUD
Efek samping lain yang juga bisa Anda alami setelah menggunakan IUD adalah kram
perut. Ya, Anda sangat mungkin mengalami sakit atau kram pada area perut setelah
KB spiral dipasang di rahim Anda. Kram perut ini juga bisa muncul saat Anda sedang
menstruasi.
Namun, rasa kram perut yang Anda rasakan ini mungkin sedikit berbeda dengan
kram atau nyeri yang biasa Anda rasakan saat sedang haid. Maka itu, saat Anda
mengalami kram perut yang tidak wajar, Anda mungkin perlu memeriksakan benang
KB spiral ini atau berkonsultasi dengan dokter.
4. Timbul bercak perdarahan
13
Jika Anda mengalami bercak perdarahan setelah pemasangan KB spiral, Anda tidak
perlu merasa khawatir. Pasalnya, itu mungkin salah satu efek samping dari
penggunaan IUD. Hal ini biasanya terjadi karena tubuh Anda masih membutuhkan
waktu untuk beradaptasi dengan keberadaan benda asing ini.
Tak jarang, efek samping lain yang mungkin Anda alami setelah pemasangan IUD
atau KB spiral adalah mual. Rasa mual yang Anda alami ini akan sedikit berbeda dari
rasa mual yang mungkin Anda dapatkan dari menggunakan alat kontrasepsi yang lain.
Anda bisa mengurangi rasa mual yang Anda rasakan dengan mengonsumsi banyak
air mineral. Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi jus buah atau sayur yang
menurut Anda bisa mengurangi rasa mual dan pusing yang Anda rasakan.
6. Infeksi vagina
Salah satu efek samping yang cukup serius yang mungkin Anda alami setelah
pemasangan IUD adalah infeksi. Infeksi yang Anda alami biasanya terjadi pada
vagina. Namun, hal ini hanya mungkin terjadi jika dokter atau ahli kesehatan
profesional lainnya tidak melakukan pemasangan IUD dengan benar.
Artinya, selama Anda dan dokter mengikuti langkah pemasangan KB spiral sesuai
aturan, kemungkinan terjadi efek samping yang satu ini amat kecil. Akan tetapi,
dilansir dari Office on Women’s Health, setelah pemasangan, risiko Anda mengalami
infeksi pada organ reproduksi Anda memang meningkat. Meski begitu, bukan berarti
setiap wanita yang menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi akan mengalami
kondisi ini.
: 7. Posisi IUD bergeser
Salah satu kemungkinan yang bisa terjadi dari penggunaan IUD adalah posisinya di
dalam rahim yang bergeser. Bahkan, posisi ini bisa bergeser seluruhnya hingga keluar
14
dari rahim Anda. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk rutin memeriksa posisi
benang IUD. Hal ini dapat membantu Anda memastikan bahwa IUD masih berada di
posisinya semula.
Jika Anda merasa khawatir bahwa posisi IUD telah bergeser atau benang IUD tidak
terasa, gunakan alat kontrasepsi cadangan hingga Anda memiliki waktu untuk
menemui dokter.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
AKDR adalah sebuah alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang
dalam uterus. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi jangka panjang yang
efektif dengan angka kegagalan rendah. Kontrol rutin setelah pemasangan dapat
mencegah akseptor AKDR drop out. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan lama penggunaan AKDR dengan kejadian efek samping pada akseptor
AKDR.
Penggunaan AKDR merupakan salah satu usaha manusia untuk menekan kesuburan
sejak berabad-abad lalu. Adapun penjelasan tentang metode AKDR adalah sebuah
alat yang dimasukkan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. AKDR
bekerja dengan cara mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma
dan ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus; ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mengurangi kesempatan ovum
dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Sebagian percaya bahwa tembaga
yang terdapat pada AKDR bersifat toksik terhadap sperma dan ovum (Everett, 2007:))
16
DAFTAR PUSTAKA
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/900/808
https://hellosehat-
com.cdn.ampproject.org/v/s/hellosehat.com/seks/kontrasepsi/berbagai-efek-
samping-iud/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16243613327744&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A
%2F%2Fhellosehat.com%2Fseks%2Fkontrasepsi%2Fberbagai-efek-samping-
iud%2F%3Famp%3D1%23aoh%3D16243613327744%26referrer%3Dhttps
%253A%252F%252Fwww.google.com%26amp_tf%3DDari
%2520%25251%2524s
17
“I. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi
(Kondom,Pil,Suntik). II. Membuat
Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat. III.
Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi
Darurat Sesuai Kewewenangan, Kebijakan
Lokal, Protokol Dan Hukum. IV.
Pencatatan Dan Pelaporan Dalam
Kontrasepsi”
DISUSUN OLEH :
2. Elah (1915201005)
18
3. Nadila Mindaratu. (1915201020)
PROGRAM STUDI S1
KESEHATAN
Tahun 2021
19
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga modul dengan judul bisa terselesaikan dengan baik.
Adapun modul ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan pada Keluarga Berencana. Selain itu, penyusunan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang Kontrasepsi
Darurat.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepada ibu selaku dosen mata
kuliah asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana. Berkat tugas yang diberikan
ini, penulis dapat menambah wawasan berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis
20
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik).........................................3
B. Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat...........................................................5
C. Mengetahui Cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat
Sesuai Kewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol dan Hukum.......................................6
D. Pencatatan dan Pelporan dalam Kontrasepsi..................................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11
21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
KB Pasca Persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan
alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/ 6 minggu
setelah melahirkan, sedangkan KB Pasca Keguguran merupakan upaya pencegahan
kehamilan dengan menggunakan alat dan obat kontrasepsi setelah mengalami keguguran
sampai dengan kurun waktu 14 hari.
Berdasarkan penelitian di WHO di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar
500.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara
berkembang sebesar 99% .WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata rata 3
bayi, maka kematian ibu dapat di turunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi
sebesar 5.600.000 jiwa per tahun. Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi antara
130 dan 780 dalam 100.000 persalinan hidup. Di dunia Kontrasepsi Darurat sangat
penting digunakan pada kasus kasus kekerasan seksual, Kontrasepsi Darurat lebih efektif
apabila digunakan lebih dini. Kontrasepsi darurat perlu dipromosikan secara luas dan para
penyedia layanan ini harus menyediakan akses yang mudah dan cepat, mungkin dengan
menawarkan layanan Kontrasepsi darurat tanpa perjanjian terlebih dahulu. Yang harus
didorong adalah penyediaan Kontrasepsi darurat secara bebas. ( Handayani 2010 ).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik)
2. Bagaimanakah cara Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat
3. Bagaimana cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat Sesuai
Kewewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol Dan Hukum
4. Bagaimana Pencatatan Dan Pelaporan Dalam Kontrasepsi
1
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui bentuk Pelayanan Kontrasepsi Pasca Aborsi (Kondom, Pil, Suntik)
2. Untuk Mengetahui cara Membuat Permintaan Obat Kontrasepsi Darurat
3. Untuk Mengetahui cara Menyimpan dan Memberikan Kontrasepsi Darurat Sesuai
Kewewenangan, Kebijakan Lokal, Protokol dan Hukum
4. Untuk Mengetahui Pencatatan dan Pelaporan dalam Kontrasepsi
BAB II
PEMBAHASAN
Merek lain dari obat yang sejenis mungkin memiliki aturan penyimpanan yang
berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada
apoteker. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali
bila diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlaku obat telah habis atau bila
sudah tidak diperlukan lagi.
2. Setiap bulan Maret dilakukan pendaftaran ulang klinik KB dengan mengisi K/O/KB 85
untuk setiap klinik KB. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan "updating” data dan
informasi mengenai khnik KB yang bersangkutan.
3. Bagi setiap pengunjung baru di Klinik KB, yaitu mehputi peserta KB baru dan peserta
KB pindahan dari klinik KB atau tempat pelayanan kontrasepsi lainya, dibuatkan
Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/KB/89) untuk peserta KB yang bersangkutan.
4. Bagi setiap pengunjung baru tersebut dibuat pula kartu status peserta KB
(K/IV/KB/85) yang antara lain memuat ciri ciri peserta KB yang bersangkutan. Kartu
ini disimpan di klinik KB yang bersangkutan untuk digunakan kembali sewaktu
peserta KB melakukan kunjungan ulang di klinuk tersebut. Untuk seorang peserta KB,
menurut seri peserta KB dalam K/IB/KB/85 harus sema dengan nomor seri peserta
KB pada K/I/KB/89.
5. Semua hasil pelayanan kontrasepsi oleh klinik KB setiap kari, baik di dalarn maupun
di luar klirik KB tersebut, diCatat di dalam register khnik KB (R/A/KB/90).
6. Semua penerimaan pengeluaran alat kontrasepsi oleh khrik KB setiap hari dicatat di
dalam Register alat-alat kontrasepsi Klinik KB (R/11/85).
7. Setiap akhir bulan, data pada R/I/KB/90 dan R/II/KB/85 dijumlahkan untuk
selanjutnya dimasukan ke dalam Laporan Bulanan Klinik KB.
8. Laporan Bulanan Klimk KB (F/II KB/90) dibuat oleh petugas klinik KB setiap awal
bulan berikutnya dengan sumber-sumber data dari R/T/KB/90, R/II/KB/85 dan F
/I/PLKB/ 90.
9. Laporan bulanan klinik KB (F/I/KB/90) dibuat dalam rangkap 5, masing masing dikirim
kepada: BKKBN Pusat, BKKBN Kabupaten/Kotamadya, Unit Pelaksan tingkat
Kabupaten/Kotamadya, Camat dan Arsip. Selambat-lambatnya tanggai 5 bulan
berikutnya, laporan ini sudah harus dikimmkan dani klinik KB.
a. Lembar pertama Laporan Bulanan Khnik KB (F/II/KB/90), dikirim ke BKKBN Pusat
minat Biro Pencataan dan Pelaporan, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
b. Lembar kedua Lembar Bulanan Klinik KB (F/Il/KB/90) dikirim ke BKKBN Kabupaten
Kotamadya yang bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
c. Lembar ketiga Laporan Bulanan Klinik Kb (F/II KB 90) dikirim ke Unit Pelaksana
Kabupaten Kotamadya yang bersangkutan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
d. Lembar keempat Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/ KB 90) dikirim ke Camat yang
bersangkutan, minat Pengawas PLKB setambat lambatnya tanggal 5 bulan
berikutnya.
e. BKKBN Kabupaten/Kotamadya setiap bulan merekapitulasi F/II/Kb/90 yang
diterima dan klinik KB di wilayah Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan ke
dalam Rek/F/II/KB/90. Rekapitulasi ini dibuat dalam rangkap uga masing masing
untuk dikinmkan ke BKKBN Provinsi, Unit Pelaksana Depkes tingkat Kabupaten/
Kotamadya dan Arsip.
1) Rekapitulasi laporan Bulanan Klink KB (Rek/F/I/ KB/90), dikirim ke BKKBN Provinsi
selambat lambatnya tanggal 5 bulan benkutnya
2) Lembar kedua Rekapitulasi taporan Bulanan Klinik KB (Rek/F/II/KB/90), dikim ke
Unit Pelaksana KB Depkes di Kabupaten/Kotamadya di wilayah kerjanya selambat
lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
10. BKKBN Pusat (Biro Pencatatan dan Pelaporan) Menyampaikan umpan balik ke
komponen-komponen di BKKBN Pusat, BKKB Provinsi dan Instasi lam di tingkat pusat
selambat-lambatnya 2 bulan sesudah bulan laporan.
11. BKKBN Provinsi di Bidang Bina Program, Menyampaikan umpan balik kepada BKKBN
Kabupaten/Kotamadya di wilayah kerjanya dengan tembusan kepada bidang bidang
lain di BKKBN Provinsi dan instansi terkait di Provinsi selambat-lambatnya 1 bulan
sesudah bulan laporan.
12. Analisa. Tujuan dari analisa Ini adalah untuk melihat teng (perkembangan dengan
cara membandingkan hasil kegiatan pelayanan, kontrasepsi dari bulan kebulan
(tahun. ketahun). Misalnya mengenai:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang kontrasepsi darurat.
DAFTAR PUSTAKA
1
KOLABORASI INTERPROFESIONAL DALAM
PENATALAKSANAANEFEK SAMPING KONTRASEPSI AKBK
Disusun oleh
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah pembelajaran “Blok 10C
(Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi)” tentang “KOLABORASI
INTERPROFESIONAL DALAM PENATALAKSANAAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI
AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikanBB, hiperpigmentasi, menometroraghi)”.
Kami menyadari bahwa makalah pembelajaran ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasihn kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan modul pembelajaran ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping kontrasepsi
AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB, hiperpigmentasi,
menometroraghi)...................................................................................................3
a. Spooting...............................................................................................................3
b. Amenorhea...........................................................................................................4
c. Mual.....................................................................................................................6
d. Pusing...................................................................................................................6
e. Kenaikan BB........................................................................................................7
f. Hiperpigmentasi...................................................................................................7
g. Menometroraghi...................................................................................................8
B. Pelayanan kontrasepsi implant..............................................................................9
BAB III..........................................................................................................................21
PENUTUP.....................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan
konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sperma tersebut. 22 Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat.
Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan bantuan alat
apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur, cara
ini lebih dikenal dengan metode kalender. Kelebihannya adalah memperkecil
kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak menggunakan alat sedangkan
kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset
dan tidak akurat.Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pengaturan
kehamilan untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Keberhasilan program KB
ditentukan oleh 3 indikator yaitu Contraceptive Prevalence Rate (CPR), Total Fertility
Rate (TFR), dan unmet need. Ketiga indikator tersebut mengalami stagnan dalam dekade
terakhir.(BPS et al., 2013, BKKBN, 2016, Indonesia, 2018).
AKBK merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang memiliki efektifitas cukup
tinggi yaitu 97-99% dan merupakan rekomendasi dari pemerintah. AKBK terbaru bisa
digunakan selama 3 tahun dengan kandungan hormon progestin yang lebih baik dari
generasi sebelumnya, menggunakan 1 atau 2 kapsul sehingga pemasangannya cukup
singkat, tidak memerlukan kunjungan ulang kecuali jika ada indikasi, bisa digunakan
untuk ibu menyusui dan tidak menggangu hubungan seksual.(BPS et al., 2013, BKKBN,
2012). Kelebihan mengenai penggunaan AKBK belum sepenuhnya dipahami oleh wanita
usia subur (WUS). Berbagai mitos muncul di kalangan masyarakat seperti anggapan
bahwa pemasangan dan pencabutan AKBK merupakan tindakan operatif, kapsul AKBK
bisa berjalan sampai perut dan dada, wanita yang menggunakan AKBK tidak boleh
menggendong anak sehingga akan mengganggu aktifitas seharihari. Berbagai mitos terus
berkembang dan kurang mendapat perhatian dari tenaga kesehatan terutama bidan.
(Bharadwaj et al., 2012, Kavanaugh et al., 2011, Hubacher et al., 2011) Tenaga kesehatan
terutama bidan seharusnya mampu untuk mengatasi mitos yang berkembang di
masyarakat dengan melakukan pendekatan konseling yang tepat. Hal ini dikarenakan
konseling tidak hanya mampu untuk mempertimbangkan masalah medis terkait
penggunaan kontrasepsi tetapi mampu mempertimbnagkan isu-isu pribadi, keinginan
kesubuan, mitos dn kekhawatiran yang dirasakan klien. (Dehlendorf et al., 2014)
1
B. RUMUSAN MASALAH
c. Bagaimana Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi) ?
d. Bagaimana Pelayanan kontrasepsi Implant?
C. TUJUAN
5. Untuk mengetahui Kolaborasi interprofesional dalam penatalaksanaan efek samping
kontrasepsi AKBK (spotting, amenorrhea, mual, pusing, kenaikan BB,
hiperpigmentasi, menometroraghi)
6. Untuk mengetahui Pelayanan kontrasepsi Implant
D.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2) Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan
pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen
3x800 mg selama lima hari. Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan
setelah pil kombinasi habis.
3) Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi
untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau
dapat juga diberikan 50 µg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen equenkonjugasi
14-21 hari.
4) Bila perdarahan belum berhenti rujuk ke SPOG atau anjurkan ibu untuk
melepas implan atau ganti metode lain ( Arum , D.N.S, Sujiyatini, 2009 )
b. Amenorhea
Amenorea adalah keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan berturut-turut
(Manuaba,2008). Untuk memulai penggunanaan kontrasepsi hormonal harus
dipastikan bahwa penyebab amenorea bukan kehamilan , tetapi karena adanya
gangguan hormonal.Tidak terjadinya haid disebabkan oleh kurangnya adekuat
pengaruh esterogen terhadap endometrium, sehingga proliferasi endometrium kurang
sempurna. Pengguna kontrasepsi gestagen dosis tinggi akan menyebabkan atrofi
endometrium , sementara penggunaan kontrasepsi gestagen dosis rendah, ada
kemungkinan terjadi perdarahan bercak (Baziad,2002).
1. Klasifikasi
Seperti dikatakan diatas,amenorea primer dan amenorea sekunder masing-masing
mempunyai sebab-sebab sendiri, pada amenorea primer kelainan gonad
memegang peranan penting.Akan tetapi, banyak sebab yang ditemukan pada
kedua jenis amenorea, oleh karena itu klasifikasi di bawah ini mencakup sebab-
sebab pada amenorea primer dan amenorea skunder.
a. Gangguan organik pusat : tumor,radang, destruksi
b. Gangguan kejiwaan : syok emosional,psikosis
c. Gangguan hipotalamus :sindrom amenoria-galaktore, amenorea hipotalamik
d. Gangguan gonad : kelainan kongenital
2. Etiologi
4
Ada beberapa etiologi yang berkaitan dengan terjadinya amenore sekunder pada
wanita. Beberapa teori dibawah ini mencakup sebab-sebab amenore
sekunder.Benson (2009) menyebutkan ada 3 penyebab amenore sekunder, yaitu :
a. Disfungsi Ovarium
Penyebab disfungsi ovarium yang paling sering menyebabkan amenore sekunder
adalah Sindrom Ovarium Polikistik (polycistic ovary syndrome,PCOS). Kelainan
ini akibat dari peningkatan androgen (baik dari ovarium maupun maupun
kelenjar adrenal) diikuti perubahan menjadi estrogen dalam jaringan lemak.
Peningkatan estrogen memacu hipofisis untuk meningkatkan LH dan menekan
FSH yang menyebabkan penyimpangan perkembangan folikel, anovulasi, dan
peningkatan produksi androgen ovarium. Menurut Norwitz E. (2008) kelainan ini
merupakan kerusakan yang disebabkan pengiriman sinyal yang “tidak
seharusnya” ke hipotalamus dan hipofisis.
b. Gagal ovarium
3) Penyebab Sistemik
Selain penyebab yang disebutkan diatas, ada beberapa penyebab lain yang sudah
terbukti menyebabkan terjadinya ameneore sekunder, antara lain
ketidakseimbangan hormon yang disebabkan stress hingga mengganggu fungsi
dari hipotalamus.
3. Penatalaksanaan
5
Menurut Sulistyawati,2009 penatalaksanaan dari kb implant dengan amenorea
yaitu :
a. Informasikan pada ibu hamil atau tidak, apabila tidak hamil, tidak
memerlukan penanganan khusu, cukup konseling saja.
b. Informasikan pada klien kalau klien tidak dapat menerima angkat implant
dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lainnya.
c. Beritahu klien bahwa sedang hamil dan klien ingin melanjutkan kehamilan ,
cabut implant dean jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin
.Apabila diduga terjadi kehamilan ektopik , klien dirujuk.Tidk ada gunanya
memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.
d. Dengan pengobatan diatas perdarahanya tidak berhenti, hendaknya dirujuk ke
dokter kandungan dan atau hentikan penggunaan kb implan dan ganti dengan
kb jenis yang lain.
c. Mual
Penatalaksanaan:
Efek samping lainnya adalah sakit kepala, nyeri payudara, mual, penambahan berat
badan, kista ovarium, infeksi di tempat implan dimasukkan. Untungnya, kondisi itu
biasanya hilang dalam beberapa bulan dan jarang yang serius.
Parin Patel, dokter dan asisten profesor di Departemen Obstetri dan Ginekologi di
Cabang Medis Universitas Texas di Galveston, Texas, mengatakan ini karena
pengaruh perubahan hormon.
"Beberapa orang mendapatkan semua efek samping, beberapa orang tidak
mengalami sama sekali, semua orang merespons hormon secara berbeda,"
d. Pusing
Penatalaksanaan:
setiap jenis kontrasepsi terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Susuk
implant pada dasarnya mengandung 1 jnis hormon yang sama / serupa, yaitu
progesteron / turunannya, sehingga tidak heran jika Anda merasakan gejala yang
serupa. sangat mungkin gejala tersebut disebabkan pemakaian kontrasepsi hormonal.
Kelebihan preparat susuk atau terutama hormonal sebaiknya menjalani konseling
dahulu mengenai keunggulan dan kerugian masing-masing KB tersebut. Jika
6
memang efek tersebut dirasakan tidak dapt ditoleransi, maka sebaiknya lakukan
penghentian pemakaian KB implant Setelah menghentikan pemakaian, mungkin
diperlukan waktu hingga kembali seperti semula, karena KB tersebut setelah
disuntikkan akan bertahan setidaknya selama 3 bulan dalam tubuh (kesuburan sendiri
kembali dalam 3-12 bulan).
e. Kenaikan BB
1. Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal.
Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih.
2. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari
metode lain.
f. Hiperpigmentasi
KB implan mengandung hormon progesteron sintetik, yang jika digunakan dengan
benar, bisa membantu mencegah kehamilan, melalui kemampuannya menghambat
ovulasi, fertilisasi, dan implantasi. KB ini banyak dipilih orang sebab kemudahan
penggunaannya, sehingga tidak mengharuskan Anda kontrol sering-sering ke dokter.
Meski begitu, sebagaimana kebanyakan KB lainnya, KB implan pun bukannya tanpa
efek samping. Akibat pengaruh hormon di dalamnya, KB implan bisa membuat kulit
menjadi lebih kusam, kering, dan terasa gatal. Namun, bukan hanya karena KB-nya,
kulit yang berwarna gelap dan tumbuh seperti daging kecil yang Anda alami
mungkin pula disebabkan oleh hal lain, seperti hiperkeratosis, hiperpigmentasi pasca
radang, infeksi kulit, dermatitis kontak, skin tag, neurodermatitis, dermatitis atopik,
tumor jinak atau ganas, dan sebagainya.
Upaya untuk mencegah kulit rusak ialah:
a. Rajin mandi, bersihkan leher Anda menggunakan sabun yang ringan
b. Jangan memanipulasi berlebihan daging yang muncul di leher Anda
c. Hindari kulit Anda dari kontak dengan substansi pencetus alergi dan iritasi
d. Sebelum beraktifitas, kenakan dulu pelembab dan tabir surya agar kulit lebih
cerah dan tidak kering
e. Jangan sembarangan bertukaran barang pribadi dengan orang lain
f. Nutrisi kulit dari dalam dengan banyak minum air putih dan makan buah serta
sayur yang mengandung kaya antioksidan
7
g. Menometroraghi
Menometroragia merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari). Salah satu masalah terpenting seperti yang dihadapi oleh
negara berkembang seperti di Indonesia yaitu Ledakan penduduk Ledakan penduduk
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya
pengetahuan serta pola budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga
berencana (KB).
Pelayanan keluarga berencana merupakan usaha-usaha mencegah kehamilan,
diantaranya mengunakan kontrasepsi hormonal yang berupa suntik progestis. Suntik
progestis memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan diantaranya dapat
menimbulka efek samping yaitu terjadi perubahan pola haid tidak teratur, perdarahan
bercak atau Menomertoragia dan perdarahan sela sampai 10 hari, mual, penambahan
berat badan (Prawiroharjo : 2007).
8
yang berlarut-larut akan terjadi infeksi bahkan dapat mengalami kesulitan hamil
dan terseranganemia. Hal ini karena penderita menometroragia mengalami
pengeluaran darah yang melebihi normal dan lebih lama
Upaya untuk mengatasi masalah menometroragia adalah :
a. meningkatkan pengetahuan akseptor KB maka dibutuhkan peran petugas
kesehatan, yaitu dengan cara pemberian konseling , pemberian terapi, serta
menganjurkan untuk segera mungkin untuk memeriksakan diri ke petugas
kesehatan atau dokter apabila perdarahan bercak berkelanjutan.
B. Pelayanan kontrasepsi implant
1. Definisi
KB adalah suatu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran dalam
mewujudkan kesehatan ibu dan anak serat kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2017).
KB merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan, usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga yang
bahagia dan sejahtera (Kurniawati,2015:23).
KB merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga kecil, bahagia dan sejahtera adalah yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual, material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan serasi, selaras,seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat serta lingkungan (Sari, 2014).
Implan adalah alat kontrasepsi yang dipasang dibawah lapisan kulit (subkutin) pada
lengan atas bagian samping dalam. Kontrasepsi yang populer dengan nama susuk KB
ini berisi progestin yang memiliki efektivitas yang cukup tinggi 99% - 99,8% dengan
angka kegagalan kurang dari 1% kegagalan dalam setiap 100 wanita/ tahun untuk 5
tahun pertama (Yuhedi dan Kurniawati, 2015: 83). Implan adalah alat kontrasepsi
yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat
hormon progesteron, implan ini kemudian dimasukkan di dalam kulit bagian lengan
atas (Purwoastuti dan Mulyani, 2015:203).
9
Metode ini dikembangkan oleh The Population Council yaitu suatu organisasi
internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi
kontrasepsi, implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga tahun hingga lima tahun
(Affandi, 2012: MK-55). Kontrasepsi implan sangat efektif, bekerja lama dan cocok
untuk hampir semua wanita untuk menunda atau membatasi kehamilan (Jacobstein
dan Stanley, 2013) dan implan memberikan perlindungan yang sangat efektif 3-5
tahun (Samal dan Ranjit, 2015).
2. Jenis-jenis implan
Menurut Affandi dkk (2012: MK-55), jenis- jenis alat kontrasepsi hormonal implan
dibagi atas tiga antara lain:
a. Norplan
Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total mengandung 216 mg
levonorgestrel, panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul
terbuat dari bahan silastik medik yang fleksibel dimana kedua ujungnya terdapat
penyumbat sintetik yang tidak menganggu kesehatan klien, enam kapsul yang
dipasang menurut konfigurasi kipas di lapisan subdermal lengan atas.
b. Implanon
Terdiri dari satu batang putih yang lentur memiliki panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 20 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- ketodesogestrel dan lama kerjanya
3 tahun.
c. Jadena atau Norplant II
Jadena terdiri dari 2 batang yang berisi levonorgestrel dan memilki daya kerja 3
tahun (Yuhedi dan Kurniawati, 2015). Alat tersebut telah dikembangkan sejak 20
tahun yang lalu dan setelah diproduksi dan penggunaannya disetujui oleh badan
pengawasan obat internasional, implan ini banyak digunakan dibanyak negara,
cara kerja jadena ini adalah sama dengan norplan yaitu dengan melepaskan
secara perlahan kandungan hormon levonorgestrel.
3. Cara kerja
10
Cara kerja implan menurut Saifuddin (2010: MK-29), adalah menekan ovulasi,
menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma, mengurangi transportasi
sprema. Menurut Affandi (2012: MK-58), mekanisme kerja implan yaitu implan
mencegah terjadinya kehamilan melalui berbagai cara sama halnya dengan
mekanisme kerja kontrasepsi yang mengandung progestin pada umumnya,
mekanisme utamanya adalah menebalkan lendir serviks sehingga tidak bisa dilewati
oleh sperma, perubahan terjadi setelah pemasangan implan progestin menekan
pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofisis, levonogestrel yang
terkandung pada kapsul implan menekan lonjakan LH agar tidak terjadi ovulasi,
penggunaan progestin dalam jangka panjang dapat menyebabkan hipotropisme pada
endometrium sehingga dapat menganggu proses implantasi.
4. Efektifitas
Menurut The NSW Ministry of Health (2013), implan adalah metode yang sangat
efektif untuk mencegah kehamilan lebih dari 99,9% efektif. Menekan ovulasi,
menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportasi sperma, lendir serviks menjadi kental (Tresnawati, 2013:
125).
5. Keuntungan
Saifuddin (2010), menyatakan bahwa keuntungan implan dibagi atas dua yaitu
keuntungan sebagai kontrasepsi dan nonkontrasepsi. Adapun keuntungan implan
sebagai kontrasepsi menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013: 105), yaitu daya guna
tinggi, perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam,
bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak
mengganggu ASI, klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, dapat
dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan nonkontrasepsi yaitu
mengurangi rasa nyeri dan jumlah darah haid serta menurunkan angka kejadian
endometriosis (Saifuddin, 2010 dan BKKBN, 2017).
6. Kerugian
11
Kerugian implan menurut Tresnawati (2013: 124), yaitu tidak memberikan efek
protektif terhadap penyakit menular seksual, termasuk AIDS, membutuhkan tindak
pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor tidak dapat menghentikan
sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik
untuk pencabutan, memiliki semua resiko sebagai layaknya setiap tindak bedah
minor (infeksi, hematoma dan perdarahan), pada kebanyakan klien dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pola haid. Keluhan-keluhan yang mungkin
berhubungan dengan pemakaian susuk norplan seperti peningkatan/penurunan berat
badan, dermatitis atau jerawat (Saifuddin, 2010).
7. Indikasi
Indikasi implan menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013: 105), adalah wanita usia
reproduksi, wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak atau yang belum
mempunyai anak, wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektivitas yang tinggi, wanita yang setelah keguguran dan setelah
melahirkan, yang menyusui atau tidak menyusui, wanita yang tidak menginginkan
anak lagi tapi menolak untuk sterilisasi, wanita yang tekanan darahnya kurang dari
180/110 mmHg, wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi.
8. Kontra indikasi
Kontra indikasi menurut Tresnawati (2013: 123), yaitu hamil atau diduga hamil,
perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi,
menderita mioma uterus, penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, penyakit
tromboemboli, gangguan toleransi glukosa
9. Waktu mulai menggunakan implan
Menurut Affandi (2012: MK-67), adapun waktu yang tepat untuk memulai
menggunakan implan antara lain:
a) Setiap saat selama siklus haid hari ke- 2 sampai hari ke- 7 tidak diperlukan
metode kontrasepsi tambahan.
b) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan.
Bila diinsersi setelah hari ke- 7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan
seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
12
c) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau gunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
d) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan. Insersi
dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai
metode kontrasepsi lain.
e) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksul selama 7 hari
atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari.
f) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien
tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan
benar.
g) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal (kecuali IUD)
dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi implan dapat dilakukan
setiap saat, asal saja yakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah IUD dan klien ingin menggantinya
dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. IUD segera dicabut.
i) Pasca keguguran implan dapat diinsersikan.
10. Prosedur pemasangan
Ada beberapa prosedur pemasangan kontrasepsi implan, salah satunya menurut
Affandi (2012), sebagai berikut :
A. Persiapan pemasangan
1. Pelaksanaan pelayanan untuk pemasangan maupun pencabutan implan,
ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan atau ramai di rumah
sakit serta harus memilih pencahayaan yang cukup, terbebas dari debu dan
serangga, memiliki ventilasi yang baik selain itu juga perlu ada fasilitas untuk
mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir.
13
2. Peralatan untuk pemasangan harus tersedia lengkap di setiap klinik atau
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Yang penting,
semua peralatan dan bahan harus dalam kondisi baik (misalnya: trokar dan
skapel harus tajam). Pastikan semua alat dan bahan dalam keadaan steril atau
DTT.
3. Kapsul implan-2 dikemas dalam wadah steril, tertutup baik dan tetap steril
selama tiga tahun sesuai dengan jaminan sterilitas dan masa aktif dari
produsennya, kemasannya tidak rusak dan disimpan di tempat yang sejuk dan
kering.
4. Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah sebagai berikut
(Gambar 2.4):
a) Tempat tidur.
b) Sabun untuk mencuci tangan.
c) 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril (sudah terdapat skapel dan
trokar 1 set dengan pendorong).
d) Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
e) 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk betadine, 1 tempat air DTT/steril,
kasa).
f) Sepasang sarung tangan steril/DTT.
g) Larutan antiseptik.
h) Anestesi lokal (lidokain 5cc).
i) Tabung suntik dan jarum suntik (5 atau 10 ml).
j) Jika ingin menandai posisi kapsul dapat digunakan bolpoin. k) Band aid
(plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan plester.
B. Persiapan pemasangan
1. Langkah 1 Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga
bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan
efektivitas antiseptik tertentu.
2. Langkah 2 Lapisi tempat penyangga lengan dengan kain bersih.
3. Langkah 3 Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,
ditempatkan di atas kain yang telah disiapkan, lengan atas membentuk sudut
14
30° terhadap bahu dan sendi siku 90° untuk memudahkan petugas
melakukan pemasangan (Gambar 2.5).
4. Langkah 4 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm (3 inci) di atas
lipat siku. Tandai posisi lengan yang dengan berbentuk V
5. Langkah 5 Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril
tanpa menyentuh peralatan yang ada di dalamnya (gambar 2.5).
C. Tindakan sebelum pemasangan
1. Langkah 1 Cuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air, keringkan dengan
kain bersih.
2. Langkah 2 Pakai sarung tangan steril atau DTT (Gambar 2.6).
3. Langkah 3 Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik (betadine)
menggunakan kasa. Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi
ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm (3-5 inci) dan biarkan
kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan (Gambar 2.6).
4. Langkah 4 Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang
untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk
memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat juga dengan
menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril.
5. Langkah 5 Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi (lidocaine
1% tanpa epinefrin). Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit
selama memasang dua kapsul implan-2 (Gambar 2.6).
6. Langkah 6 Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi,
kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam
pembuluh darah. Suntikkan sedikit (0,3 cc) obat intrakutan, kemudian tanpa
memindahkan jarum, masukkan ke subdermal. Hal ini akan membuat kulit
terangkat dari jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum menelusuri
bawah kulit hingga 4 cm, kemudian tarik jarum sambil menyuntikkan
anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml) membentuk huruf V
(Gambar 2.6)
15
D. Pemasangan kapsul
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anestesi telah berlangsung dan sensasi
nyeri hilang.
1. Langkah 1 Ingat kegunaan kedua tanda pada trokar. Trokar harus dipegang
dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar, tanda
(1) dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit
sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda (2) dekat ujung menunjukkan
batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul
(Gambar 2.7).
2. Langkah 2 Dengan trokar dimana posisi angka dan panah menghadap keatas
masukkan ujung trokar pada luka insisi dengan posisi 45° (saat memasukkan
ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 30° saat memasuki lapisan
subdermal dan sejajar permukaan kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3-5
mm dari pangkal trokar).
3. Langkah 3 Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit, angkat trokar ke
atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati
ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat
diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit
selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada tepat di bawah
kulit. Jangan menyentuh trokar terutama bagian tabung yang masuk ke
bawah kulit untuk mencegah trokar terkontaminasi pada waktu memasukkan
dan menarik keluar.
4. Langkah 4 Saat trokar masuk sampai tanda (1), dorong trokar (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai sambil meraba dan menahan bagian
kapsul untuk memastikan bahwa kapsul sudah keluar dari trokar dan sudah
berada dalam kulit.
5. Langkah 5 Tarik trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah
luka insisi atau mendekati pangkal pendorong sampai tanda 2 muncul di luka
insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Pangkal trokar tidak
akan mencapai pangkal pendorong karena akan tertahan di tengah karena
16
terhalang oleh ujung pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul
kedua.
6. Langkah 6 Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke
arah lateral kanan dan kembalikan lagi ke posisi semula. Untuk memastikan
kapsul pertama bebas, kapsul kedua ditempatkan setelah trokar didorong
kembali mengikuti kaki V sebelahnya hingga tanda 1, kemudian dorong
pendorong sampai kapsul keluar dari trokar.
7. Langkah 7 Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kedua
kapsul telah terpasang. Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh
dari luka insisi.
8. Langkah 8 Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah di
pastikan tepat keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari
menggunakan kasa selama 1 menit untuk menghentikan pendarahan.
Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik.
17
a. Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi
selama beberapa hari, Hal ini normal.
b. Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam.
Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci
pakaian.
c. Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di
tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5 hari).
d. Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di
daerah tersebut atau menambahkan tekanan.
e. Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
f. Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari,
segera kembali ke klinik (Affandi, 2012: PK-27)
4. Bila terjadi infeksi obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal
dan bila terjadi abses (tanpa ekspulsi kapsul), cabut semua kapsul.
5. Kunci keberhasilan pemasangan
a. Untuk tempat pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang
digunakan.
b. Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan.
c. Pastikan kapsul-kapsul tersebut di tempatkan sedikitnya 8 cm (3inci) di
atas lipat siku, di daerah medial lengan.
d. Insisi untuk pemasangan harus kecil, hanya sekedar menembus kulit.
Gunakan trokar tajam untuk membuat insisi.
e. Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisial
tepat di bawah kulit. Waktu memasukkan trokar jangan dipaksakan.
Trokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat, untuk memastikan
pemasangan tepat di bawah kulit. Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar
dari trokar sebelum memasang kapsul berikutnya (untuk mencegah
kerusakan kapsul sebelumnya, pegang kapsul yang sudah terpasang
18
tersebut dengan jari tengah dan masukkan trokar pelan-pelan
disepanjang tepi jari tersebut.
f. Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar
atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan
dipasang kembali dalam posisi yang tepat.
g. Jangan mencabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul
dipasang dan diperiksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan
bahwa kedua kapsul dipasang dengan posisi yang benar dan pada bidang
yang sama di bawah kulit. h) Melakukan dokumentasi pada rekam
medik dan buat catatan bila ada kejadian tidak umum yang mungkin
terjadi selama pemasangan.
11. Efek Samping dan Penanganannya
Menurut Yuhedi dan Kurniawati (2013:115), efek samping dan penanganan implan
adalah sebagai berikut:
A. Amenorea
Penanganan : Lakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan apakah klien
hamil atau tidak. Apabila klien tidak hamil, tidak perlu penanganan khusus.
Apabila terjadi kehamilan dan ingin melanjutkan kehamilan cabut implan. Rujuk
klien jika diduga terjadi kehamilan.
B. Perdarahan bercak (spotting) ringan
Penanganan : Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implan dapat diberikan pil kombinasi satu siklus atau ibu
profen 3x800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi
perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari
biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari dan kemudian dilanjutkan
dengan satu siklus pil kombinasi.
C. Ekspulsi
Penanganan : Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
ditempat dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah insersi. Bila tidak ada
19
infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah
pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada
dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan klien menggunakan
metode kontrasepsi lain.
D. Infeksi pada daerah insersi
Penanganan : Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air
atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implan jangan
dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksaan efek samping AKBK sangat berguna untuk menangani kasus efek samping
AKBK mengetahui efek samping penggunaan AKBK sangat banyak diantaranya
spotting,amenorrhea,mual,pusing,kenaikan BB,hiperpigmentasi,menometroraghi. Kita
sebagai tenaga kesehatan harus bisa memberikan penatalaksanaannya terhadap efek
samping kb dan juga memberika pelayanan yang baik dalam pelayanan kb implant.
21
DAFTAR PUSTAKA
1
KOLABORASI INTERPROFESIONAL DALAM PENATALAKSANAAN EFEK
SAMPING KONTRASEPSI PIL DAN SUNTIK
A. PIL Kombinasi
Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi yang
digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif mudah didapat dan
digunakan, serta harganya murah (Saifuddin, 2006).
Pil KB yang banyak dipakai pada umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan
progesterone.Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja
menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak
terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.Angka keberhasilan memakai pil bisa dibilang
hampir selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua wanita boleh memilih pil
jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan
payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices thrombophlebitis,
atau yang pernah terkena serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka
mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain
(Sastrawinata,2000). Yang perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil apabila mengidap
darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena
obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor
efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala dan nyeri
payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur,
nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan
kemungkinan payudara mengecil (Nadesul, 2007).
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen
atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan
porsi hormonnya konstan setiap hari.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen,
progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau
progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi setiap hari (Sulistyawati, 2013).
2
Cara kerja KB Pil kombinasi menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Menekan hormon ovarium selama siklus haid normal, sehingga juga menekan releashing
–factor diotak dan akhirnya mencegah ovulasi;
3
i. Serangan iskemik sementara;
j. Penyakit hati aktif;
k. Neoplasma bergantung estrogen;
l. 4 minggu sebelum pembedahan mayor atau pembedahan tungkai;
m. Perokok dengan usia >35 tahun;
n. Diabetes mellitus;
o. Penyakit sel sabit;
p. Depresi berat;
q. Penyakit radang usus tahap remisi;
r. Penyakit dengan terapinya mempengaruhi efektivitas pil kombinasi (Epilepsi da
Tuberkulosis).
1. Amenorea:
a) Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan klien minum pil dengan benar
maka tenang aja karena masih aman. Tidak datangnya haid kemungkinan besar karena
efek estrogen terhadap endometrium kurang adekuat. Pada kondisi ini tidak
memerlukan pengobatan khusus.
b) Coba berikan pil dengan dosis tetap, tetapi dosis progestin dikurangi.
c) Bila klien hamil intrauterin, hentikan pil dan yakinkan pasien bahwa pil yang telah
diminum tidak menimbulkan efek pada janin;
2. Mual, pusing, atau muntah:
Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi. Bila tidak hamil disarankan minum pil
saat makan malam atau sebelum tidur;
3. Perdarahan pervaginam:
a) Tes kehamilan atau lakukan pemeriksaan ginekologi,
4
b) Disarankan minum pil pada waktu yang sama, jelaskan bahwa perdarahan/spotting
merupakan hal yang biasa terjadi pada tiga bulan pertama yang lambat laun akan
berhenti,
c) Apabila perdarahan tetap terjadi, ganti pil dengan dosis estrogen lebih tinggi (50 µg
atau ganti dengan metode kontrasepsi lain).
4. Berat badan naik:
a) Menerapkan pola makan yang baik dengan membatasi asupan karbohidrat olahan
seperti roti, pasta.
b) Mengkonsumsi banyak air putih
c) Rutin melakukan aktifitas olahraga.
d) Jika sudah menerapkan pola hidup sehat tetapi masih ada peningkatan berat badan
saat minum pil KB, boleh mengganti jenis pil KB dengan dosis atau kombinasi hormon
yang berbeda yang diberikan oleh petugas kesehatan.
5. Hiperpigmentasi:
a) Komunikasikan dengan petugas medis untuk mengubah dosis atau bentuk KB lainnya
sehingga dapat membantu menghilangkan flek hitam pada wajah.
b) Langkah-langkah untuk membantu memudarkan hiperpigmentasi adalah dengan
melakukan eksfoliasi rutin dan menggunakan serum.
6. Menometroragia (perdarahan yang terjadi secara tidak teratur):
Pengobatan yang dapat digunakan pada keadaan menorrhagia adalah obat-obatan
kontrasepsi, non-steroid antiinflammatory drugs (NSAID), asam traneksamat, dan obat
hormonal lainnya.
Jadwal kunjungan Pil Kombinasi adalah:
a) Kunjungan Pertama : berbagai topik yang dapat diangkat pada saat kunjungan
pertama, antara lain: riwayat medis yang lau dan saat ini untuk menemukan setiap
kontraindikasi absolut atau relatif, obat yang sedang dikonsumsi saat ini, untuk
mengetahui efektivitas pil oral kombinasi, tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
dan indeks masa tubuh, riwayat merokok, riwayat kontrasepsi sebelumnya: metode
apa yang sebelumnya digunakan dan masalah apa yang dihadapi selama menggunakan
metode tersebut, metode kontrasepsi yang digunakan baru-baru ini, hari pertama haid
terakhir, tanggal terakhir melakukan uji apusan serviks, perubahan rabas vagina normal
(keputihan), ansietas seksual dan masalah seksual. Selanjutya memberikan informasi
mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan pil oral kombinasi, bagaimana
menggunakan pil, kapan memulainya, kapan menerapkan kewaspadaan ekstra.
b) Kunjungan berikutnya adalah Setiap kunjungan perlu dilakukan pemeriksaan tekanan
darah dan berat badan untuk mengetahui tetap pada batas normal, memastikan
5
apakah terdapat riwayat medis relevan baru untuk klien atau keluarga klien, apakah
ada masalah pada siklus haidnya. Kunjungan tindak lanjut yaitu memastikan klien
minum pil dengan benar, jika tidak ada masalah dapat diberikan resep pil oral
kombinasi untuk 6 bulan, dorong klien untuk menggunakan kondom bila perlu.
B. Mini PIL
Mini Pil atau pil progestin merupakan kontrasepsi yang megandung hormon sintesis
progesteron. Jenis : kemasan dengan isi 35 pil 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretrindon,
kemasan dengan isi 28 pil 75 µg desogestrel.
6
g. Efektivitasnya rendah bila bersamaan denga obat tuberculosis dan obat epilepsi;
h. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS;
i. Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka.
Kontraindikasi mini pil adalah:
a) Pada kunjungan awal yaitu jelaskan cara menggunakan pil oral progestin; jelaskan
keuntungan dan kerugian penggunaan pil; pastikan klien tidak menggunkan setiap obat
yang mengurangi efektivitas pil oral progestin; kaji riwayat penyakit secara
menyeluruh; ukur tekanan darah dan berat badan; lakukan diskusi mengenai seks yang
aman, lakukan diskusi mengenai kontrasepsi darurat; dukung informasi dengan
menggunakan leaflet; berikan tiga paket pil, dan tinjau sebelum paket pil habis.
b) Pada Kunjungan tindak lanjut : ketahui jika terdapat masalah dengan penggunaan pil
oral progestin; tanyakan apakah pola haid teratur, tanpa disertai perdaraha
menyerupai haid atau amenorea; periksa tekanan darah dan berat badan; lakukan uji
apusan serviks dilakukan jika perlu.
a. Menekan ovulasi;
b. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu;
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan suntik kombinasi adalah:
1. Amenorea :
a. Bila terjadi kehamilan tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan bahwa darah haid
berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya
datangnya haid masih menjadi masalah;
b. Bila klien hamil, rujuk klien. Hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon
progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin.
a. Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil;
b. informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
3. Perdarahan / perdarahan bercak (spotting) :
8
c. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan, mengganti dengan metode
kontrasepsi lain.
a. Mencegah ovulasi;
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menjadi barier terhadap spermatozoa;
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum yang telah
dibuahi;
d. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii.
Keuntungan suntik progestin adalah:
1. Amenorea :
a) Apabila tidak hamil, maka tidak perlu pegobatan apapun. Jelasan bahwa darah haid
terkumpul dalam rahim dan nasihat untuk kembali ke klinik;
b) Bila hamil,lakukan rujukan dan hentikan penyuntikan;
c) Bila terjadi kehamilan ektopik, lakukan rujukan;
d) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
2. Perdarahan/ perdarahan bercak:
9
a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi itu bukan hal yang
serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan;
b) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan,
bisa disarankan pengobatan yaitu preparat estrogen atau progesterone.
10
MAKALAH
Disusun Oleh :
11
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pelayanan Kontrasepsi Sederhana tepat waktu.
Makalah pencatatan dan pelaporan KB disusun guna memenuhi tugas pada Ika Oktaviani,
SST,MKM. dengan mata kuliah Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi di
Universitas Muhammadiyah Tangerang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Pelayanan Kontrasepsi
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................5
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana....................................5
Pendokumentasian Rujukan KB...........................................................................7
Monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
........................................................................................................................9
Mekanisme Pencacatan dan Pelaporan KB..........................................................10
Alur pelaporan pelayanan informasi....................................................................10
BAB III....................................................................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................11
Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan kb.
Dalam upaya mewujudkan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi gerakan keluarga
berencana nasional, hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap petugas dan pelaksana kb adalah
mengetahui dan memahami batasan-batasan pengertian dari istilah-istilah yang dipergunakan
serta mengetahui dan memahami berbagai jenis dan fungsi instrument-instrumen pencatatan
dan pelaporan yang dipergunakan, cara-cara pengisiannya serta mekanisme dan arus
pencatatan dan pelaporan tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pencatatan dan pelaporan kb ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu pencatatan dan pelaporan kb
14
BAB II
PEMBAHASAN
Pencatatan dan pelaporan keluarga berencana adalah suatu kegiatan mencatat dan melaporkan
berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB,
BPS, atau tempat pelayanan lainnya.
Akses terhadap keluarga pelayanan berencana yang bermutu merupakan suatu unsur penting
dalam upaya mencapai pelayanan reproduksi. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria
dalam keluarga berencana perlu ditingkatkan. Program keluarga berencana perlu di
tingkatakan agar pria dapat mendukung pilihan kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan
komunikasi diantara suami istri, meningkatakan penggunaan metode kontrasepsi pria,
meningkatkan upaya pencegahan IMS dll.
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat didirikan
dan pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama, dilakukan setiap akhir tahun
anggaran( setiap bulan maret). Kartu ini berisi informasi tentang identitas, jumlah tenaga dan
saran klinik KB yang bersangkutan.
15
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan data dan informasi tentang identitas, jumlah
tenaga dan sarana klinik KB diwilayah kabupaten dan kotamadya.
c. Kartu peserta KB
Digunakan sebagai media pengenal dan bukti setiap peserta KB untuk status peserta KB juga
berguna bagi peserta KB untuk memperoleh pelayanan ulang disemua klinik KB. Kartu ini
merupakan sumber informasi bagi PPKBD atau sub PPKBD tentang kesertaan anggota
binaannya dalam ber KB.
Dibuat untuk khususnya peserta KB baru dan peserta KB baru pindahan dari klinik atau
tempat pelayanan KB lain. Kartu ini berfungsi untuk mencatat identitas peserta KB,
kunjungan ulang dan informed concent.
e. Registrasi klinik KB
Digunakan untuk mencatat hasil pelayanan kontrasepsi yang diberikan kepada peserta KB
pada setiap hari pelayanan dan untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat
laporan bulanan klinik KB pada akhir bulan.
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan pelayanan
kontrasepsi oleh klinik KB, dokter/bidan praktek swasta serta tempat pelayanan lainnya. Juga
meliputi hasil pelayanan KB, peserta ganti cara, komplikasi, kegagalan, pencabutan implant,
serta persediaan alat kontrasepsi yang ada di klinik KB setiap bulan.
Digunakan sebagai sarana untuk melaporkan rekapitulasi kegiatan dan hasil-hasil kegiatan
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, dokter/bidan praktek swasta dan
tempat pelayanan lainnya yang berada diwilayah kabupaten dan kotamadya. Laporan ini
merupakan hasil rekapiyulasi dari semua laporan bulanan klinik KB, yang diterima oleh
BKKBN kabupaten kotamadya yang bersangkutan.
Digunakan sebagai sarana untuk mencatat hasil pelayanan peserta KB baru dan pencabutan
implant oleh dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya.
16
j. Laporan bulanan petugas penghubung hasil pelayanan kontrasepsi oleh dokter/bidan
praktek swasta dan tempat pelayanan lain.
Formulir ini digunakan sebagai sarana untuk mencatat dan melaporkan hjasil pelayanan
kontrasepsi yang dilakukan oleh dokter/bidan praktek swasta dan tempat pelayanan lainnya.
Laporan ini dibuat oleh petugas
penghubung DBS dan tempat pelayanan lainnya setaip bulan dengan cara
mengambil/mencatat data atau informasi dari buku bantu dokter/bidan praktek swasta.
Pendokumentasian Rujukan KB
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung mjawab secara timbal balikatas
masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas pelayanan yang
lebih kompeten, terjangkau, dan rasional. Tidak di batasi oleh wilayah administrasi dengan
pengertian tersebut, maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggulangan masalah yang sedang
dihadapi.
17
Tujuan kebijakan pemberian pelayanan keluarga berencana adalah memberikan pelayanan
yang berkualitas, yang menempatkan keselamatan klien sebagai prioritas. Kebijakan tersebut
dilaksanakan melalui penyediaan tenaga pemberi pelayanan yang kompeten serta patuh
terhadap standar pelayanan yang sudah ditetapkan, pemenuhan sarana yng memadai,
pemberian pelayanan konseling yang berkualitas, penapisan klien, pelayanan pasca tindakan
serta pelayanan rujukan yang optimal. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
Tata laksana
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan tersebut berjenjang
lain yang paling sederhana ditingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan kesehatan
nasional dengan dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah
administrasi.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengharuskan pambarian
pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.
• Konseling tentang kondisi klien sebalum dan sesudah diberi upaya penaggulangan
• Nasihat yang perlu diperhatikan klien mengenai lanjutan penggunaan kontrasepsi
• Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi
klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran-saran upaya
18
pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tantang penggunaan
kontrasepsi.
Dalam pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi masih dirasakan
adanya kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu selalu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi dan hasil monitoring dan
evauasi tersebut dapat diketahui hambatan dan permasalahan yang timbul, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kegiatan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem dan pelaporan pelayanan kontrasepsi
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Cakupan laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya meliputi jumlah,
ketepatan pengisian dan ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat klinik,
lapangan sampai ke tingkat pusat.
Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi perlu dilihat bagaiman melakukan laporannya, baik laporn bulanan maupun
tahunan serta bagaimana informasi yang disajikan setiap bulanan ataupun tahunan. Dalam hal
ini sering/dapat terjadi laporan atau mengenai keterlambatan dan cakupannya belum dapat
optimal dmaupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi yang disampaikan belum
optimal. Keterlambatan penyajian data dan informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh
proses pengumpulan laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengolahan kebawah
dan kesamping sehingga memperlambat proses pengolahannya.
Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi,
hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga:
• ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaiman kondisi jumlah petugas RR klinik yang melakukan pencatatan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
• kualitas tenaga
Sarana
19
Dalam melakukan evaluasi terhadap sarana, perlu dilihat bagaimana sarana mendukung
kelancaran pelaksanaan pencatatan pelaporan di antaranya:
1. Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB atau pendaftaran ulang setiap
bulan januari,semua klinik KB mengisi kartu pendaftaran klinik KB
2. Setiap peserta KB baru dan pindahan dibuatkan kartu status peserta KB
3. Pencacatan dalam register klinik KB setiap akhir bulan dijumlahkan
4. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat KB oleh klinik dicatat dalam register
klinik KB
5. Pelayanan KB dilakukan oleh dokter atau bidan setiap hari dicatat dalam buku bantu
hasil pelayanan kontrasepsi
6. setiap bulan PKB atau PLKB ditunjuk sebagai petugas penghubung dokter atau bidan
membuat laporan bulanan
7. Setiap bulan petugas klinik KB membuat laporan klinik yang sumber datanya diambil
dari register
20
6. Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat provinsi dibuat rangkap dua oleh
kanwil BKKBN provinsi
7. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat provinsi dibuat rangkap dua oleh kanwil
BKKBN provinsi
8. BKKBN kabupaten atau kota setiap bulan menyampaikan laporan umpan balik kepada
camat dan mitra kerja tingkat dua 9. BKKBN pusat setiap bulan menyampaikan laporan
umpan balik kepada semua pimpinan dijajaran BKKBN pusat, ke kanwil BKKBN,
provinsi, dan mitra kerja tingkat pusat
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pencatatan dan pelaporan keluarga berencana adalah suatu kegiatan mencatat dan melaporkan
berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB,
BPS, atau tempat pelayanan lainnya. Program keluarga berencana perlu di tingkatakan agar
pria dapat mendukung pilihan kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan komunikasi diantara
suami istri, meningkatakan penggunaan metode kontrasepsi pria, meningkatkan upaya
pencegahan IMS dll.
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/laurachiedarddil/mekanisme-pencatatan-pelaporan-kb
dih.belitungtimurkab.go.id/sites/default/files/dokumen/produk_hukum/46.%20PENCATATAN
%20DAN%20PELAPORAN%20KB.pdfj
23
MAKALAH
Disusun Oleh :
Laily Zaimatul F (1915201018)
Ayu Puji Lestari (1915201031)
Siti Nurhalimah (1915201032)
Diany Safitri (1915201036)
Ayu Marhamah (1915201028)
KATA PENGANTAR
24
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Bagi penulis,
penyusunan makalah yang berjudul “KONSELING PADA KONTRASEPSI” ini
merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam
proses penyusunan makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Kalaupun pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.
Penyusun.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATAPENGANTAR............................................................................................................i
DAFTARISI.........................................................................................................................ii
25
BAB I....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
C. Barrier ............................................................................................................................9
D. Steroid..........................................................................................................................13
E. Mekanik........................................................................................................................14
F. Kimia............................................................................................................................16
G. Pembedahan..................................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai
dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (UU Kependudukan
Nomor 52 tahun 2009). Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan
setiap orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan melalui
informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi (WHO, 2014).
Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, persetujuan atau
dukungan suami, informasi keluarga berencana, pelayanan keluara berencana, faktor
ekonomi, durasi menyusui, usia dan paritas (Bwazi et al., 2014;Kripa S etal., 2017;
Jalang’o et al., 2017; Widyastuti, 2010).
Pengetahuan merupakan unsur penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoadmodjo, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Konseling Pada Kontrasepsi?
b. Apa yang dimaksud dengan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat?
c. Apa yang dimaksud dengan Barrier?
d. Apa yang dimaksud dengan Steroid?
e. Apa yang dimaksud dengan Mekanik?
f. Apa yang dimaksud dengan Kimia?
g. Apa yang dimaksud Pembedahan?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk Mengetahui Konseling Pada Kontrasepsi.
b. Untuk Mengetahui Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat.
c. Untuk Mengetahui Metode Barrier.
d. Untuk Mengetahui Metode Steroid.
e. Untuk Mengetahui Metode Mekanik.
1
f. Untuk Mengetahui Metode Kimia.
g. Untuk Mengetahui Metode Pembedahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2) Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
3) Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap
keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga
sebelumnya).
1) Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar
telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.
2) Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan
(atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus tertentu.
3) Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan
persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan
terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan
sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.
2. JENIS KONSELING KB
a) Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) serta kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar.
Konseling umum sering dilakukan di lapangan (nonklinik). Tugas utama
dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun
secara perseorangan. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai
metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan
fungsi reproduksi keluarga.
b) Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan
konseling spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara
perorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk
4
melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
c) Konseling pra dan pasca Tindakan
Konseling pra dan pasca Tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor /
dokter / bidan. Pelayanan konseling ini juga dilakukan di klinik secara
perseorangan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang
akan dilaksanakan ( pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis
asuhan mandiri.
3. TEKNIK KONSELING KB
Cara suportif untuk memberikan dukungan kepada klien:
a) Bicaralah dengan suara yang menunjukkan perhatian dan minat untuk membantu
dan menunjukkan sikap bersahabat.
b) Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah jawaban
e) Pakailah kata-kata seperti “Lalu?”, “Dan?”, “Oooo”. Komentar kecil ini biasanya
mampu mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut.
f) Jangan mengajukan pertanyaan bernada memojokkan seperti “mengapa begitu?”,
“kok begitu?”. Meskipun seringkali anda bermaksud mengetahui alasannya, nada
demikian dapat menimbulkan salah pengertian, misalnya ia merasa disalahkan.
g) Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien tidak begitu mengerti maksud
5
pertanyaan anda.
6
-Kontrol dalam penggunaan AKDR
b. SATU TUJU
SA :SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang
perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang diperoleh.
T :Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicara mengalami pengalaman Keluarga Berencana.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan
diri kita didalam hati klien.
U :Uraian dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi, bantu klien pada
jenis kontrasepsi yang diingini.
7
Knaus (ahli kebidanan Vienna) berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari
sebelum menstrusi berikutnya. Sedangkan Ogino (ahli ginekologi Jepang)
berpendapat bahwa ovulasi tidak terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi tetapi
terjadi 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya.
3. METODE SUHU BASAL
Suhu basal adalah cara mengukur suhu badan memakai termometer, sewaktu bangun
pagi hari (dalam keadaan istirahat penuh), setiap hari. Hasil pengukiran dicatat pada
Kartu Pencatatan Suhu Badan. (Sofian Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta:
Buku Kedokteran Halaman 199).
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa thermometer basal. Thermometer
basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan
pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36,0 C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih
dahulu dan naik menjadi 37-38,0 C kemudian tidak akan kembali pada suhu 350 C.
Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan
terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya
kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi
progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus
berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila
sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi
hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi.
4. METODE LENDIR SERVIKS
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
8
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks
setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin.
Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi,
setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu
lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.
5. METODE SYMTOTHERMAL
Metode Simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah ( KBA ) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal
mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Metode ini
mengamati tiga indikator kesuburann yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan
mukosa/ lendir serviks, dan perhitungan masa subur melalui metode kalender.
Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita
daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini
bersama-sama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling
melengkapi.
6. COITUS INTERPUTUS
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi
atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam
bahasa latin disebut juga interrupted intercourse.
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum
terjadinya ejakulasi (Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina
Pustaka Halaman 438).
7. METODE AMENOREA LAKTASI
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)
adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lainnya.
Pada periode menyusui sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon laktasi.
Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja
dengan baik, ibu-ibu harus memberikan ASI (eksklusif). Interval menyusui pada
9
malam hari tidak melebihi 6 jam dan interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering
dan lama bayi menyusui maka semakin kecil ovulasi akan timbul.
C. BARRIER
Metode barrier/penghalang adalah metode kontrasepsi dengan cara menghalangi
pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya sementara. Yakni menghalangi
masuknya sperma dari vagina sampai kanalis servikalis. Metode ini antara lain sebagai
berikut:
1. Kondom
a. Kondom Pria
Kondom merupakan suatu kantong berbentuk pipa yang terbuat dari karet dan
digunakan laki-laki saat melakukan hubungan seksual. karena cairan semen laki-
laki akan tertinggal di dalam kondom, maka sperma yang dikeluarkan tidak akan
masuk ke dalam tubuh perempuan. Kondom merupakan metode kontrasepsi
paling baik untuk mencegah infeksi menular seksual dan HIV.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus
dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi untuk menampung sperma. Diameternya ± 31-36,5 mm dan
panjangnya ± 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai sifat
spermatisid.
Bagaimana cara menggunakan kondom:
1. Jika seorang laki-laki tidak disunat, tarik kulit pada ujung penis ke belakang.
10
bagian ujung kondom tersebut saat cairan sperma
keluar, maka kondom tersebut kemungkinan besar
akan robek.
3. Setelah laki-laki mengeluarkan cairan spermanya, maka
Dia harus memegang kondom yang dipakainya dan
mengeluarkannya dari vagina perempuan pada
saat penis masih mengeras.
b. Kondom Wanita
Kondom untuk perempuan, yang pas dimasukkan ke dalam vagina dan
membungkus bagian luar dari bibir kemaluan, dapat dipasang pada vagina kapan
pun sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom ini sebaiknya hanya
digunakan sekali saja, karena jika digunakan lagi akan mudah robek. Tetapi jika
anda tidak memiliki kondom lain, anda dapat membersihkannya dan
menggunakannya lagi sampai maksimal 5 kali penggunaan. Kondom untuk
perempuan ini tidak dapat digunakan bersamaan dengan kondom laki-laki.
Kondom untuk perempuan ini merupakan alat yang paling efektif bagi perempuan
untuk mencegah kehamilan dan juga infeksi menular seksual, termasuk HIV.
Bagaimana cara penggunaan kondom perempuan:
11
1. Bukalah kemasan 2. Temukan lingkaran 3. Tekuklah lingkaran
kondom dengan hati- dalam yang terdapat dalam tersebut.
hati. pada ujung kondom.
2. Diafragma
Diafragma merupakan sebuah alat yang menyerupai mangkok kecil yang terbuat dari
karet lunak dan digunakan perempuan pada vaginanya saat melakukan hubungan
seks. Diafragma ini menutupi leher rahim sehingga sperma laki-laki tidak dapat
masuk ke dalam rahim.
12
Diafragma dapat dipasang sesaat sebelum melakukan hubungan seksual atau sampai 6
jam sebelumnya. Jika diafragma digunakan dengan benar, maka alat ini dapat
mencegah kehamilan dan juga melindungi beberapa infeksi menular seksual.
3. Kimiawi (Spermisida)
Spermisida dapat dibuat dalam berbagai bentuk, seperti busa, tablet, dan krim,
atau jeli, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam vagina sesaat sebelum melakukan
hubungan seksual. Spermisida ini akan membunuh sperma laki-laki sebelum
mencapai rahim.
D. STEROID
Kontrasepsi hormonal berisi 2 hormon steroid yaitu hormon estrogen dan
progesteron. Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol dan progesteron sintetik
adalah progestin, norethindron, noretinodrel, etinodiol, norgestrel. Alasan utama untuk
menggunakan estrogen dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir
seluruhnya akan dirusak oleh hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi dari saluran
cerna ke dalam sirkulasi porta (Guyton, 2008).
Macam-macam kontrasepsi hormon steroid :
1) Pil Oral Kombinasi (POK)
13
Oral Kombinasi (POK) terdiri atas tiga jenis yaitu monofasik, bifasik dan trifasik
yang dibedakan berdasarkan dosisnya. Efek samping penggunaan POK berupa mual,
muntah, perdarahan bercak, peningkatan berat badan serta gangguan suasana hati.
Terdiri dari 21-22 pil yang setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis
kecil, untuk penggunaan satu siklus. Pil pertama mulai diminum pada hari kelima
siklus haid selanjutnya setiap hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya 2-3 hari
sesudah pil terakhir diminum akan timbul perdarahan haid yang merupakan
perdarahan putus obat (withdrawal bleeding). Penggunaan pada siklus selanjutnya
sama seperti siklus sebelumnya yaitu pil pertama ditelan pada hari kelima siklus
siklus haid (Manuaba, 1998).
Pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh, 12
pil pertama hanya mengandung estrogen, pil ke-13 dan seterusnya merupakan
kombinasi (Manuaba, 1998).
Hampir sama dengan tipe kombinasi atau tipe kombinasi atau tipe urutan di tambah
beberapa tablet (biasanya 7 buah) yang berisi vitamin atau mineral.
E. MEKANIK
Disebut kontrasepsi mekanik, karena memiliki sifat untuk melindungi.
Kontrasepsi mekanik ini bekerja dengan cara mencegah pertemuan antara sel sperma
dengan sel telur yang ada di dalam rahim. Yang termasuk dalam kontrassepsi mekanik
ini adalah :
1) Kondom
Kondom merupakan suatu kantong berbentuk pipa yang terbuat dari karet dan
digunakan laki-laki saat melakukan hubungan seksual. karena cairan semen laki-laki
akan tertinggal di dalam kondom, maka sperma yang dikeluarkan tidak akan masuk
ke dalam tubuh perempuan. Kondom merupakan metode kontrasepsi paling baik
untuk mencegah infeksi menular seksual dan HIV.
14
2) Diafragma / kondom Wanita
Diafragma merupakan sebuah alat yang menyerupai mangkok kecil yang terbuat dari
karet lunak dan digunakan perempuan pada vaginanya saat melakukan hubungan
seks. Diafragma ini menutupi leher rahim sehingga sperma laki-laki tidak dapat
masuk ke dalam rahim.
Diafragma dapat dipasang sesaat sebelum melakukan hubungan seksual atau sampai 6
jam sebelumnya. Jika diafragma digunakan dengan benar, maka alat ini dapat
mencegah kehamilan dan juga melindungi beberapa infeksi menular seksual.
Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormone dan
di masukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani,
2010).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit tembaga (Cu) ada
pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag).
Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).
4) Spermisida
Spermisida adalah satu dari berbagai alat kontrasepsi bagi pasangan yang hendak
menunda kehamilan. Spermisida (spermicide) berfungsi untuk membunuh sel sperma,
atau menghambat pergerakan sperma sebelum sampai pada sel telur. Manfaat
15
spermisida untuk mencegah terjadinya kehamilan ini dikarenakan kandungan bahan
kimia bernama nonoxynol-9, yang mana zat ini memang diformulasikan khusus untuk
membunuh atau menghambat pergerakan sperma.
F. KIMIA
Saat ini, di seluruh dunia jenis metode kontrasepsi ini adalah yang paling umum
digunakan oleh wanita. Ini karena tingkat efektivitasnya yang tinggi ketika Anda ingin
mencegah kehamilan (Femenina, 2016).
G. PEMBEDAHAN
Kontrasepsi mantap adalah suatu metode kontrasepsi yang pada pria disebut
vasektomi dan pada wanita disebut tubektomi. Tubektomi ialah suatu pembedahan
dengan cara mini laparatomi (minilap) yaitu tindakan pada tuba fallopii wanita melalui
irisan kecil di dinding perut ± 2-3 cm yang dapat mengakibatkan wanita tersebut tidak
dapat hamil.
Pembedahan tubektomi minilap merupakan salah satu teknik kontap pada wanita yang
resikonya sedikit tetapi manfaatnya banyak. Teknik ini sederhana, mudah serta aman
untuk dipelajari oleh dokter umum atau calon dokter. Dan karena kelebihan-kelebihan
yang dimilikinya praktis dapat dilakukan oleh dokter-dokter umum di rumah sakit
kabupaten atau puskesmas yang mempunyai perlengkapan dan peralatan bedah
sederhana. Teknik pembedahan tubektomi (Minilap) dapat dibedakan anatara pasca
persalinan, pasca keguguran, dan masa interval berdasarkan atas saat melakukan
pembedahan, lokasi minilaparotomi untuk mencapai tuba, dan teknik pembedahan
tubektomi.
16
a. Saat Melakukan Pembedahan
1) Pasca persalinan dan pasca keguguran
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu
tidak lebih dari 48 jam pasca bersalin. Pada waktu ini rahim masih besar, tuba
Fallopii masih panjang dan dinding perut masih cukup longgar sehingga
memudahkan mencapai tuba dengan irisan kecil pada peri umbilikus yang
berdekatan fundus rahim. Apabila dilakukan lebih dari waktu tersebut, rahim
telah mengalami involusi sehingga sulit untuk mencapai tuba.
Selain itu, keadaan tuba mengalami edema dan rapuh, mudah berdarah, dan
infeksi lebih sering terjadi pada pembedahan tubektomi minilaparotomi pasca
bersalin lebih dari 48 jam oleh karena lokia merupakan media untuk tumbuhnya
infeksi sehingga lama perawatan seluruhnya menjadi lebih lama dari lama
perawatan persalinan normal. Demikian pula halnya pasca keguguran, yaitu dapat
dilakukan pada hari yang sama setelah evakuasi rahim atau keesokan harinya.
2) Masa interval
Saat yang terbaik untuk melakukan pembedahan tubektomi minilaparotomi, yaitu
segera setelah haid selesai. Pada waktu ini diyakini kehamilan belum terjadi. Dan
apabila akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi dalam siklus tersebut
sebaiknya dilakukan dalam dua mjinggu pertama dari siklus haid, atau
setelahnya. Namun demikian, pembedahan tubektomi minilaparotomi masa
interval dapat dilakukan setiap saat. Apabila diragukan dan dilaksanakan dalam
fase luteal, kuretase rutin dapat dikerjakan sebelumnya. Bahkan beberapa klinik
menganjurkan melakukan kuretase rutin ini sesaat sebelum pembedahan
dilakukan.
b. Lokasi Minilaparotomi untuk Mencapai Tuba
1) Pasca persalinan
Lokasi irisan sesuai dengan tingginya fundus rahim saat itu. Jika fundus rahim
setinggi pusat atau kira-kira 1-2 jari bawah pusat, maka irisan dilakukan
setentang lipatan kulit bawah pusat atau periumbilikus melintang mengikuti garis
lekukan tepat bawah pusat. Dan jika lebih tinggi darii pusat (biasanya pada pasca
persalinan ganda atau anak besar) maka irisan dilakukan setentang lipatan kulit
17
atas pusat atau supra umbilicus melintang mengikuti garis lekukan tepat atas
pusat. Keuntungan kosmetik bekas luka/parutnya dapat tersembunyi atau tidak
nampak.
Jika fundus rahim jauh dibawah pusat (karena anak kecil atau rahim sudah
involusi) maka dilakukan irisan subumbilikus membujur mengikuti garis
tengah/mediana setinggi fundus rahim. Keuntungannya mudah diperluas apabila
perlu untuk memudahkan mencari tuba.
2) Masa interval, dan pasca keguguran
Lokasi irisan supra pubis disesuaikan fundus rahim kira-kira 2 jari atas simfisis
atau setentang batas atas rambut mons veneris, ditengah-tengah dibuat irisan
melintang. Keuntungannya bekas luka/parutnya kecil menyerupai lipatan kulit
saja atau biasanya kemudian ditutupi rambut.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konseling pada kontrasepsi dilakukan secara dua arah, dimana pihak satu
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat. Dalam mengambil
keputusan harus dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-
kemungkinan dari alternative, bersama dengan konsekuensi pada alat kontrasepsi, karena
metode atau alat kontrasepsi tidak selalu cocok bagi semua orang karena situasi dan
kondisi tubuh setiap individu selalu berbeda, sehingga perlu pengetahuan yang luas dan
tepat mengenai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing meode atau alat
kontrasepsi yang kemudian disesuaikan dengan kondisi tubuh pengguna.
Diharapkan stiap pasangan harus mempertimbangkan penggunaan metode atau
alat kontrasepsi secara rasional, efisien dan efektif dengan memperoleh informai yang
objektif dan lengkap berupa pengertian kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, berbagai jenis
kontrasepsi, keunggulan, angka kegagalan, efek samping serta biaya dari setiap jenis
kontrasepsi (Fadjar, 2013).
Bila setiap calon peserta KB sebelum memakai kontrasepsi melalui konseling yang baik,
maka kelangsungan pemakaian kontrasepsi akan lebih tinggi (Hartanto, 2004).
B. SARAN
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang konseling dalam kontrasepsi. Agar pemberian
konseling dalam kontrasepsi dapat dilakukan dengan baik, maka seorang bidan harus
memahami ilmu konseling dalam kontrasepsi.
19
DAFTAR PUSTAKA
FK, UPD, Bagian Obstetri & Ginekologi. 1980. Teknik Keluarga Berencana (Perawatan
Kesuburan). Bandung: ELSTAR OFFSET
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Halaman 438
Rambulangi, John. (18 oktober 2018) Ahli Kebidanan dan Kandungan, Konsultan Fertilitas
Endokrin Reproduksi.
Sari Silviana Kartika, Evi Sri Suryani dan Rohmi Handayani. 2010. Hubungan Konseling
Keluarga Berencana (KB) dengan Pengambilan Keputusan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 1 No. 1 Edisi
Desember 2010
Sofian Amru. 2011.Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: Buku Kedokteran Halaman 199
Wardani, sri. 2010. Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal pada Akseptor Kb
Hormonal di Desa Jatirowo Dawar Blandong Mojokerto. Hospital Majapahit. Vol 2. No 2.
1
KONSELING KELUARGA BERENCAN
Dra.Jomima.Batlajery ,MKes.
B. Tujuan Konseling
Yulifah dan Yuswanto (2009) menjelaskan tujuan konseling adalah sebagai berikut:
2
4. Meningkatkan kemampuan klien untuk membuat keputusan
Seseorang yang memiliki masalah yang rumit dan kompleks, akan membuat dirinya
sulit dalam mengambil keputusan. Tugas bidan adalah membantu klien memperoleh
informasi dan masalah-masalah yang dihadapi klien, sehingga ia mampu mengambil
keputusan secara realistis.
5. Mengembangkan perkembangan potensi klien.
Melalui konseling, bidan dapat mengembangkan potensi klien dalam memecahkan
masalahnya sendiri.
C. Manfaat Konseling
Konseling sangat bermanfaat dalam pelayanan KB. Manfaat konseling KB adalah sebagai
berikut:
Sebagai seorang bidan, memiliki kewajiban untuk memperhatikan dan memenuhi hak-hak
klien sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia yaitu sebagai berikut:
3
4. Hak mendapatkan pelayanan yang aman dan efektif
5. Hak memiliki privacy selama proses konseling atau pelayanan KB
6. Hak untuk dijaga kerahasiaan terkait informasi personal atau lainnya
7. Hak untuk dijaga martabatnya sebagai manusia, pelayanan yang dilakukan secara
sopan santun, dan penuh perhatian
8. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang nyaman
9. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkelanjutan termasuk dalam penyediaan
alat kontrasepsi
10. Hak untuk memberikan pandangan atau pendapat tentang pelayanan yang
diperolehnya
4
1. Memperlakukan klien dengan baik
2. Berinteraksi positif dalam posisi seimbang
3. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak
berlebihan
4. Mampu menjelaskan berbagai mekanisme dan ketersediaan metode kontrasepsi
5. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.
E. Langkah-langkah Konseling
1. Pembinaan hubungan baik (Teknik Raport )
Pembinaan hubungan baik merupakan dasar dari konseling KB antara bidan
dengan klien atau keluarganya. Bila bidan dapat membina hubungan baik dengan
klien, klien akan mudah percaya dengan bidan. Klien akan menyampaikan semua
masalah yang dihadapi sehingga bidan dapat membantu klien memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam konseling KB, bila hubungan baik telah terbina, klien tidak sungkan dan
malu menyampaikan tentang hal yang bersifat tabu seperti masalah seksual, alat
kontrasepsi yang diinginkan, masalah yang dihadapi, sehingga klien mau mengikuti
program KB dan menggunakan alat kontrasepsi dengan tepat.
Dalam membina hubungan baik, bidan perlu menunjukan sikap yang tepat, yang
dikenal dengan SOLER, yaitu sebagai berikut (Dep Kes RI, 2003):
S : face Your Client Squarely (menghadap kearah klien) dan Smile/Nod at Client
(senyum/mengangguk ke klien)
O :Open and non judgmental facial expression (Ekspresi Muka menunjukkan
sikap terbuka dan tidak menilai).
L : Lean toward client (tubuh condong ke arah klien)
E : Eye contact in culturally-acceptable manner (kontak mata/tatapan mata
sesuai dengan budaya setempat.
R : Relaxed and friendly manner (santai dan sikap terbuka).
Intonasi dan volume suara juga memegang peranan penting. Bidan sebaiknya
menggunakan intonasi yang lembut, tidak terlalu keras. Untuk memantapkan
hubungan baik yang telah dibina, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Menunjukkan tanda perhatian verbal
Bidan perlu menunjukan tanda perhatian verbal saat membina hubungan baik
dengan akseptor atau calon akseptor, berupa kata-kata pendek atau ungkapan
kata seperti; hemm.. ya..lalu…oh ya..terus…begitu ya…. Bidan mengulang kata-
kata yang penting yag diucapkan klien. Dengan tanda perhatian yang diberikan
oleh bidan, klien merasa bidan memperhatikan apa yang dikatakan klien. Selain
tanda perhatian verbal, bidan juga dapat melakukan tanda perhatian non
verbal, berupa sentuhan, mengangguk dan sebagainya.
5
b. Menjalin kerja sama
Dalam konseling KB, Bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan
hubungan baik dengan klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling
bidan selalu bekerja sama dengan klien.
c. Memberikan respon yang positif berupa pujian dan dukungan
Memberikan pujian adalah mengungkapkan persetujuan atau kekaguman
sehingga akseptor atau calon akseptor terdorong untuk melakukan perilaku
yang diinginkan bidan. Memberikan pujian sebaiknya dilakukan secara ikhlas.
Tidak berpura-pura dan menggunakan ekspresi yang tepat.
Contoh: “ Ibu bagus sekali sudah datang ke sini untuk konsultasi KB”.
Memberikan dukungan adalah memberikan dorongan, kepercayaan dan
harapan. Bidan mengungkapkan kata-kata agar klien menyadari
kemampuannya dalam mengatasi masalahnya, misalnya memberikan
alternative yang diharapkan, menekankan hal yang baik yang telah mereka
lakukan.
Contoh: “Saya tahu sepertinya bapak merasa tidak perlu untuk datang ke sini,
tapi saya akan menjelaskan mengapa bapak dan ibu perlu datang untuk
mendiskusikan tentang kontrasepsi yang akan digunakan”.
Perilaku respon positif yang dapat mendukung terciptanya hubungan baik yaitu
sbb:
a. Bersalaman dengan ramah
b. Mempersilahkan duduk
c. Bersabar
d. Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien
e. Menjaga kerahasiaan klien
f. Tidak melakukan penilaian
g. Mendengarkan dengan penuh perhatian
h. Menanyakan alas an kedatangan klien
i. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
6
b. Gunakan kata-kata yang dipahami oleh klien
c. Ajukan pertanyaan satu persatu. Tunggu jawaban dengan penuh minat
d. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara seperti; “Dan?”,
“bagaimana?”, :lalu?”, “maksudnya?”.
e. Bila harus menanyakan hal-hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal itu
perlu ditanyakan
f. Hindari penggunaan kata Tanya”mengapa”. Karena kemungkinan klien
merasa”disalahkan”.
g. Ajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara bila klien belum paham
h. Hindari pertanyaan yang mengarahkan
i. Gunakan “pertanyaan terbuka”, karena lebih efektif daripada “pertanyaan
tertutup”.
Saat bidan melakukan observasi, bidan perlu melakukan observasi tingkah laku non
verbal klien, Tingkah laku verbal dan kesesuaian antara tingkah laku verbal dan nor
verbal, antara dua buah pernyataan dan antara apa yang diucapkan dan apa yang
dikerjakan.
Dalam mendengarkan aktif, bidan perlu melakukan refleksi isi, refleksi perasaan
dan merangkum.
Refleksi isi
Refleksi isi adalah mengungkapkan kembali dengan kata-kata lain apa yang
dianggap sebagai inti dari apa yang baru dikatakan klien. Ketika bidan melakukan
refleksi isi, bidan menggunakan sebagian kata-kata bidan yang ditambah dengan
kata-kata klien.
Contoh:
“jadi dengan kata lain,……….”
“Jadi yang terjadi adalah…”
Refleksi perasaan
Refleksi perasaan adalah bidan mengungkapkan kembali apa yang dia fikirkan
tentang perasaan klien. Dengan refleksi isi, klien dapat berfikir bagaimana
perasaan yang sedang ia rasakan, bidan mengetahui apakah klien mengalami
perasaan yang dia fikirkan dan meluruskannya bersama melalui diskusi.
Contoh:
“jadi ibu merasa kesal dengan suami, karena tidak diizinkan menggunakan
kontrasepsi!”
“jadi ibu bingung, kontrasepsi apa yang akan ibu pilih!”.
Merangkum
7
Merangkum hampir sama dengan refleksi isi, namun berbeda. Merangkum
dilakukan setelah beberapa waktu yang lebih lama dan mencakup beberapa waktu
yang lebih lama dan mencakup beberapa informasi yang diucapkan klien. Biasanya
digunakan di awal, di akhir dan masa transisi antar topik.
Contoh:
“Baik ibu, dari apa yang sudah kita bicarakan tadi, bahwa ibu ingin mengganti
kontrasepsi yang bisa membuat ibu dapat haid kembali, memiliki anak dua orang,
laki-laki dan perempuan, anak terkecil 10 tahun. Sebelumnya pernah
menggunakan kontrasepsi suntikan yang tiga bulan”.
8
b. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan
c. Membantu klien mengevaluasi pilihan
d. Membantu klien menyusun rencana kerja
Dalam membantu mengambil keputusan perlu mengetahui kondisi masalah yang
dihadapi klien, keinginan atau pilihan kontrasepsi dari akseptor dan konsekuensi
setiap pilihan kontrasepsi baik keuntungan maupun keterbatasan untuk setiap
pilihan.
4. Menindaklanjuti konseling
Setelah konseling telah selesai dilakukan dan klien telah mengambil keputusan
dengan tepat, konseling dihentikan, klien tidak perlu disarankan untuk datang
kembali. Namun bila klien belum mampu mengambil keputusan, klien masih
bingung dengan masalahnya, bidan meminta klien untuk datang kembali pada
kunjungan berikutnya.
F. Teknik konseling
Gallen dan Leitenmaier (1987), menjelaskan dua teknik dalam melakukan konseling
yaitu GATHER dan SATU TUJU
GATHER
A : Ask, Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/kebutuhan sesuai
dengan kondisi yang dihadapi?
T : Tell, Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil tukar informasi dan
carikan upaya penyelesaiannya
E : Explain, Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat
segera terlihat/ diobservasi)
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Buat jadwal
kunjungan Ulang).
SATU TUJU
Di dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon akseptor KB, hendaknya diterapkan
enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU ini
tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci
SATU TUJU adalah sebagai berikut:
9
Sapa klien secara terbuka dan sopan. Kemudian beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi
pasien. Bangun percaya diri pasien. Bicarakan dengan nyaman serta terjamin privacynya.
Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
Tanyakan informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan. Berikan perhatian kepada klien
apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata , gerak isyarat dan caranya.
Perlihatkan bahwa kita memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, agar
kita dapat membantunya.
U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksiyang
paling sesuai, serta alternative pilihan beberapa jenis kontrasepsi .
Bantulah klien mendapatkan informasi jenis kontrasepsi yang paling ia inginkan, serta
jelaskan pula jenis kontasepsi lain yang ada. Jelaskan pula alternative kontrasepsi lain
yang mungkn diinginkan oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan penyakit
menular seksual termasuk HIV AIDS dan pilihan metode ganda.
Bantu klien memikirkan metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya.
Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Ingatkan klien untuk
segera kembali bila terjadi suatu masalah, atau rujuklah klien kepada tenaga kesehatan
atau fasilitas kesehatan yang memadai apabila terdapat kesulitan dan masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
10
Hal penting lainnya yang perlu dilakukan dalam pelayanan KB adalah informed choice
dan informed concent dan persetujuan tindakan medik.
Informed choice
Dalam melakukan informed choice, bidan memberikan informasi yang obyektif, akurat
dan mudah dimengerti oleh klien. Bidan memberikan berbagai pilihan metode kontrasepsi.
Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang
paling sesuai dengan dirinya/keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan
merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.
Informed concent
Informed concent adalah bukti tertulis tentang persetujuan klien untuk dilakukan
tindakan/prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang dipilih klien (setelah informed choice).
Bukti tertulis ini harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut. Persetujuan diminta apabila prosedur klinik
mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga
sebelumnya).
11
ABPK merupakan Pedoman bagi Klien dan Bidan. ABPK bukan flipchart biasa.
ABPK berbentuk booklet, yang terdiri dari dua bagian. Bagian muka berisi informasi
penting yang harus diketahui oleh klien, sedangkan bagian belakang berisi informasi
yang lebih detail tentang jenis alat kontrasepsi yang sedang dijelaskan kepada klien
pada bagian depan. ABPK dapat digunakan oleh providers (Bidan, Paramedis, Pengelola
Program KB) dan Kader-Kader yang sebelumnya dapat mengikuti pelatihan.
Alat bantu konseling ABPK, menawarkan :
a. Proses pengambilan keputusan : membantu klien memutuskan dan menggunakan
metoda KB yang paling tepat baginya
b. Informasi teknis yang mutakhir : menyediakan informasi penting yang diperlukan
provider untuk memberikan layanan KB yang berkualitas kepada Klien
c. Mengingatkan peningkatan mutu komunikasi : memberi tips dan bimbingan
bagaimana provider seharusnya berkomunikasi dengan klien dan memberikan
konseling yang efektif
2. Prinsip-prinsip ABPK:
a. Klien yang mengambil Keputusan
b. Bidan/Providers membantu klien mempertimbangkan dan membuat keputusan
yang paling sesuai
c. Hargai Keinginan Klien
d. Bidan/providers menanggapi penyataan, pertanyaan, serta kebutuhan klien
e. Bidan/providers harus mendengarkan apa yang disampaikan klien sehingga tahu
langkah selanjutnya yang harus dilakukan.
ABPK menerapkan Perilaku berkomunkasi untuk provider dan untuk klien, yaitu sebagai
berikut:
12
pribadinya
ABPK juga berfokus pada prinsip-prinsip konseling, karena didalam ABPK mengandung berbagai
Pilihan metode kontrasepsi sehingga akseptor:
4. Fungsi ABPK
ABPK merupakan alat bantu konseling yang berfungsi ganda yaitu sbb:
13
a. Membantu pengambilan keputusan metoda KB
b. Membantu pemecahan masalah dalam penggunaan KB
c. Alat bantu kerja bagi Provider
d. Menyediakan referensi / info teknis
e. Alat bantu visual untuk pelatihan provider baru.
5. Cara menggunakan ABPK
a. Bidan membuka lembaran yang sesuai dengan kebutuhan klien
14
c. Bila klien membutuhkan informasi tentang AKDR, bidan membuka lembaran
tentang AKDR……
15
16
17
Daftar Pustaka
1. Dep Kes RI, PP IBI, USAID. 2003. Modul Pelatihan ketrampilan Komunikasi Interpersonal
dan Konseling (KIP/K). Jakarta: Dep Kes RI, PP IBI, USAID.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rhineka
Cipta.
3. Priyatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Kesehatan
Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI.
4. Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuwanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
18