ESSAI DR - Hanan Afifah
ESSAI DR - Hanan Afifah
Oleh
dr.Hanan Afifah, S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2020
Berfikir Kritis Sebagai Keterampilan Dasar Mahasiswa
Menurut kuliah umum yang disampaikan oleh DR. dr. H. Artha Budhi Susila Duarsa,
M.Kes, berpikir kritis merupakan suatu keterampilan penting yang dapat menunjang keberhasilan
studi atau pembelajaran, bekerja, dan untuk menghadapi era teknologi dan informasi di abad ini.
Berpikir kritis sendiri merupakan suatu kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, yang
meliputi kemampuan untuk berpikir reflektif dan independent.
Adapun pengertian tentang berpikir kritis juga disampaikan oleh Michael Scriven dan
Richard Paul sebagai suatu proses disiplin intelektual yang dengan aktif dan terampil dalam
mengkonsepkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi semua informasi
yang dihasilkan baik dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, guna memandu keyakinan
dan tindakan yang akan di lakukan.
Berpikir kritis telah menjadi salah satu kompetensi dari beberapa tujuan pendidikan pada
perguruan tinggi di berbagai negara. Pada negara-negara yang telah maju dalam dunia pendidikan,
berpikir kritis telah dianggap sebagai suatu sasaran yang wajib di capai dan bahkan telah di muat
dalam goals 2000 : Educate America Act of 1990 (Duldt-Battey BW., 1997; Phillips V., Bond C.,
2004).
Berpikir kritis mengarahkan dan membantu kita untuk menentukan informasi yang layak
serap dan yang tidak layak, berdasarkan keabshahan informasi tersebut, tidak semua informasi
dapat dijadikan pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam
bertindak, demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak selalu merupakan informasi
yang benar, informasi tersebut seharusnya memerlukan pengkajian terlebih dahulu melalui
berbagai kriteria seperti kejelasan informasi, ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemamputerapan,
argumentasi yang digunakan dalam menyusun kesimpulan, kedalaman, keluasan, serta
kewajarannya.
Berpikir kritis sendiri berbeda dengan berdebad atau mengkritisi orang lain. Kata kritis
dalam suatu argument tidaklah identik dengan suatu ketidaksetujuan terhadap argumen atau
pandangan orang lain. Berpikir kritis juga dapat dilakukan terhadap argumen yang baik, sebab
berpikir kritis haruslah bersifat netral, imparsial, dan tidak emosinal. Jika mahasiswa dapat
mengkaji lebih dalam dan mengkritisi dengan netral serta objektif informasi yang diterima, maka
dapat menghindarkan mahasiswa dari informasi yang bersifat hoax atau yang masih diragukan
kebenarannya tanpa menyerang sumber informasi secara emosional.
Ada 3 syarat yang diperlukan seseorang untuk memiliki kemampuan berpikir kritis :
1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat suatu
permasalahan, dengan menggunakan pengalaman dan bukti yang ada.
2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan dengan logis.
3. Keterampilan untuk menerapkan metode tersebut.
Berpikir kritis dapat terjadi jika seseorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah, kerangka berpikir kritis akan tampak apabila seseorang mulai mempertimbangkan
apakah akan mempercayai, melakukan, atau tidak melakukan suatu tindakan, atau
mempertimbangkan untuk bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat.
Orang yang bersikap berpikir kritis memiliki berbagai karakteristik, sebagai berikut :
Berpikir kritis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki mahasiswa, namun
kemampuan ini tidak serta merta terbentuk tanpa adanya dukungan dan dorongan yang diberikan
oleh lingkungan belajar.
DAFTAR REFERENSI
Kuliah pakar oleh DR. dr. H. Artha Budhi Susila Duarsa, M.Kes (2020)
Cottrell S (2005). Critical Thinking Skills : Developing effective analysis and argument.
Kelly J, Hokanson B (2009). Study guides and strategies: Reading Critically. Interactive Media
School of design, University of Minnesota.