Anda di halaman 1dari 1

Sindrom Pasca-COVID merupakan kumpulan gejala persisten yang

kemungkinan terkait dengan sisa peradangan pada fase pemulihan, kerusakan


organ, efek non spesifik rawat inap, penggunaan alat ventilasi yang lama
(sindrom perawatan pasca-intensif), serta efek isolasi sosial.[a]
Penelitian yang telah dilakukan oleh General University Hospital - Alicante
Institute of Health and Biomedical Research (ISABIAL), Spain mengkonfirmasi
tingginya insiden gejala persisten pada pasien dengan COVID-19 (sekitar
50%), yang terjadi 10-14 minggu setelah onset penyakit. Gejala-gejala tersebut
kebanyakan bersifat umum yakni dengan keluhan ringan (kelelahan),
pernapasan (dispnea) atau keluhan neurologis. Hasil penelitian didapatkan
gejala yang paling sering adalah dispnea dan kelelahan. Anosmia-dysgeusia
dikaitkan dengan usia yang lebih muda (usia kuranng dari 65 tahun sebesar
24,9% (48/194) dibandingkan usia diatas 65 tahun 13,5% (11/83), p 0,03). [a]
Perubahan radiologis dan perubahan spirometri diamati kurang dari 25%.
Disamping pengobatan direkomendasikan pasien memerlukan dukungan
psikologis untuk mengembalikan kualitas hidup. Gejala pernafasan dan
neurologisnya, drastis membaik 16-18 minggu.[a] Setelah dilakukan analisis
multivariat, tidak ada gambaran klinis dasar, baik usia, jenis kelamin,
komorbiditas, tingkat keparahan infeksi COVID-19 akut, , penanda inflamasi,
penerimaan ICU, lama rawat di rumah sakit / ICU, atau pengobatan berperilaku
sebagai prediktor independen post covid sindrom. Pada pneumonia berat,
dengan adanya gambaran konsolidasi paru lebih dari 50% (OR 2,87 (1,13-
7,32), p = 0,027) dan takipneu saat masuk (OR 1,03 (1,01-1,06, p = 0,04),
merupakan faktor independen sindrom pasca-COVID. [a]

Penelitian mengenai kejadian dan evolusi perubahan pasca COVID masih


terbatas dan memiliki gejala yang heterogen. Halpin dkk. [b], Tenforde dkk. [c]
dan Carvalho-Schneider et al. [d], melaporkan hasil wawancara memelaui
telepon tentang sisa gejala setelah tahap infeksi akut. Halpin dkk.
mengevaluasi 100 pasien termasuk 32 pasien yang dirawat di ICU, rata-rata 48
hari setelah keluar dari rumah sakit, keluhan kelelahan adalah gejala yang
paling sering dilaporkan sebesar 72%, sesak napas dan tekanan psikologis
46,9%. [2]. Tendforde dkk. melaporkan serangkaian 292 pasien dengan
COVID-19 ringan (tanpa masuk rumah sakit), 94% dilaporkan mengalami satu
atau lebih gejala pada saat penelitian (batuk 43%, kelelahan 35%, atau sesak
napas 29%) [3]. Terakhir, Carvalho-Schneider dkk. [c] menunjukkan bahwa
hingga 2 bulan setelah timbulnya gejala, dua pertiga dari 150 orang dewasa
dengan COVID-19 tidak kritis masih menderita keluhan, terutama anosmia dan
ageusia. [d]
Mengenai disfungsi paru, Penelitian Zhao et al. [e] melaporkan bahwa pada 55
pasien, 3 bulan setelah terdiagnosis terkonfirmasi Covid19, 64% memiliki gejala
persisten dan 71% kelainan radiologis dan 25% mengalami penurunan
kapasitas difusi paru. [e]

Anda mungkin juga menyukai