Anda di halaman 1dari 13

INOVASI SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENDEKATAN ASSET-BASED COMMUNITY

DEVELOPMENT DI KAMPUNG LAWAS MASPATI KECAMATAN BUBUTAN KOTA SURABAYA

Ardita Imara Intan Sanggel


intansanggel@gmail.com

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Departemen Administrasi,


Fakulas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

Abstract

This study aims to describe social innovation in the development of Kampung Lawas Maspati and community
capital contributions based on the perspective of asset-based community development. Kampung Lawas Maspati is a
community-based tourist village developed by the Surabaya City Government and PT. Pelindo III. Research question to
be answered was how criterias of social innovation in the development of Kampung Lawas Maspati and what
community capital contributes to the Development Kampung Lawas Maspati. To answer these, researcher uses five
criterias by Frank Moulaert, Flavia Martinell, Erik Swyngedouw, and Sara González and seven community capitals
based on an asset-based community development approach by Cornelia Butler Flora, Jan L Flora, and Susan Fey.
This study uses qualitative research method with case study research type. Data collection techniques uses in-
depth interviews, observation, documentation, and document studies. The selected informant uses purposeful sampling
techniques and snowballs. Total informants of this research are 22 informants consisting of Kampung Lawas Maspati
administrators, PT. Pelindo III, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya and Maspati villagers. Data
analysis techniques are data reduction, data presentation, and conclusion. Data validity checking techniques uses data
triangulation techniques.
The results of this study indicate that Development of Kampung Lawas Maspati has the criterias of social
innovation, includes solving social problems, creating new institutional relationships or collaboration, increasing
community capacity, improving community welfare, and having a 'sustainability' or long-term effect. Community
capitals that contributes to the development of Kampung Lawas Maspati are financial capital, natural capital, building
capital, and political capital. Financial capital that contributes to the components of amenities, natural capital
contributes to the components of tourist attraction and amenities, buildings capital on accessibility and political capital
for institutional components.
Keywords: Innovation, Social Innovation, Community Capital, Asset-Based Community Development

PENDAHULUAN Nellis (1986:5), desentralisasi adalah penyerahan


Indonesia merupakan negara dengan jumlah tanggungjawab perencanaan, manajemen, dan
penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Hal tersebut peningkatan serta alokasi sumber daya dari pemerintah
dibuktikan dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat pusat dan agensinya kepada unit lapangan, unit
Statistik, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai subordinat atau pemerintah bawahannya, otoritas
258.704.900 jiwa pada tahun 2016 (Badan Pusat publik otonom atau perusahaan, organisasi non
Statistik, 2013). Jumlah tersebut dapat dijadikan modal pemerintah, swasta atau organisasi sukarela.
yang utama dalam meningkatkan produktivitas untuk Berdasarkan perspektif Rondinelli dan Nellis,
melaksanakan pembangunan di Indonesia. Namun desentralisasi tidak hanya hubungan pusat dan daerah
sangat disayangkan, meski jumlah penduduk Indonesia dalam sebuah pemerintah, tetapi juga penyerahan
telah mencapai lebih dari seperempat milyar, kewenangan kepada organisasi di luar pemerintah,
pembangunan masih menjadi masalah di negara ini. seperti badan semi otonom, organisasi swasta, dan
Hal tersebut tidak didorong dengan pencapaian organisasi kemasyarakatan.
pembangunan manusia. Pada tahun 2015, UNDP Desentraliasi terdiri dari tiga tipe yaitu
merilis data Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dekonsetrasi, devolusi, dan delegasi. Dekonsentrasi
sebesar 0,689 dan Indonesia berada pada posisi 113 adalah pemindahan tanggung jawab administratif untuk
dari 188 negara. fungsi-fungsi tertentu kepada unit yang lebih rendah,
Pemerintah berupaya untuk terus delegasi adalah pemindahan tanggung jawab
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia manajerial kepada organisasi publik yang lain di luar
dengan mempercepat pembangunan melalui kontrol pemerintah pusat, dan devolusi adalah
pelaksanaan asas desentralisasi. Desentralisasi menurut pemindahan tanggung jawab fungsi tertentu ke tingkat
Smith (1985:1) yaitu membalikkan kosentrasi sub-nasional (publik atau swasta), yang sebagian besar
administrasi kekuasaan pusat dan menyerahkan di luar kendali langsung pemerintah pusat (Klugman
kekuasaan tersebut pada pemerintah lokal. Pendapat dalam Ferguson dan Chandrasekharan, 2004: 3).
yang lebih luas didefinisikan oleh Rondinelli dan Pelaksanaan pemerintahan desentralisasi di Indonesia

1
diatur dalam undang-undang No. 23 Tahun 2014 juga menunjukan terjadi peningkatan kunjungan wisata
tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur mengenai yang signifikan di periode tahun 2008 hingga 2013 lalu
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah. Urusan turun secara drastis pada tahun 2014. Hal tersebut
Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi di
menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya Surabaya. Berikut diagram pertumbuhan ekonomi
dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara Surabaya tahun 2008-2014.
Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani, Diagram 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Surabaya
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat. tahun 2008 – 2014
Dalam pelaksanaan pemerintahan desentralisasi,
khususnya devolusi, pemerintah daerah dituntut untuk Persentase…
dapat mengolah pendapatan dan alokasi sumber daya
secara mandiri. Pemerintah daerah harus meningkatkan
pendapatan yang dimiliki dengan memaksimalkan
potensi yang dimiliki oleh daerahnya.
8
Surabaya merupakan salah satu daerah di
Indonesia yang memanfaatkan potensi pariwisata 7,5
sebagai salah satu sumber pendapatan pariwisata di
Kota Surabaya. Kota Surabaya merupakan Kota 7
terbesar kedua di Indonesia yang menjadi pusat
6,5
pertumbuhan kawasan Indonesia Timur & pusat
perdagangan yang dinamis, sekaligus menjadi kawasan 6
potensial untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan 2010 2011 2012 2013 2014
wisata (BAPPEKO, 2004:1). Fasilitas rekreasi yang
dimiliki Surabaya tidak sedikit diantaranya yaitu hotel
Sumber: BPS Kota Surabaya 2015, 2017 (data diolah)
berbintang, tempat perbelanjaan, pusat hiburan, dan
lain sebagainya – yang semua menjadi modal dasar
Kedua data diagram tersebut telah
dalam pengembangan sektor wisata.
menunjukkan bahwa sektor pariwisata secara tidak
Diagram 1.1. Jumlah Wisatawan Kota Surabaya
langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kota
2008-2014
Surabaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Murdiastuti
12.000.000 et. al. (2014:26) dalam bukunya Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Berbasis Democaric
Governance bahwa sektor pariwisata menjadi faktor
10.000.000 yang berpengaruh dalam pertumbuhan perekonomian
melalui penerimaan devisa akibat konsumsi wisatawan,
penyerapan tenaga kerja, pembangunan infrastrusktur
8.000.000 pariwisata dan destinasi wisata sebagai generator
pemberdayaan perekonomian. Sektor pariwisata perlu
dikembangkan sehingga pertumbuhan ekonomi di
6.000.000 Surabaya kembali stabil di kisaran angka 7%.
Salah satu potensi utama pariwisata yang
dimiliki Kota Surabaya adalah kawasan preservasi
4.000.000
bangunan peninggalan masa penjajahan kolonial
Belanda. Bangunan kuno historis yang berdiri tegak
2.000.000
tersebut telah menjadi identitas yang dimiliki Kota
Surabaya hingga saat ini. Pemerintah berupaya untuk
mempertahankan serta melindungi bangunan cagar
0 budaya yang ada melalui Peraturan penetapan
bangunan cagar budaya diatur dalam Peraturan Daerah
1 2 3 4 5 6 7
Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Pelestarian Bangunan
Dan/Atau Lingkungan Cagar Budaya. Namun
Wisatawan Mancanegara sayangnya, upaya tersebut belum cukup untuk
Wisatawan Nusantara mengoptimalisasikan bangunan cagar budaya sebagai
sumber utama untuk menarik wisatawan berkunjung ke
Sumber : Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Surabaya Surabaya.
2015, 2017 (data diolah) Upaya lain yang dilakukan Pemerintah Kota
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat Surabaya adalah dengan mengembangkan Kawasan
jumlah yang sangat terpaut jauh antara wisatawan Wisata Kampung Lawas Maspati. Kampung Lawas
mancanegara dengan wisatawan nusantara yang datang
Maspati adalah kampung wisata berbasis masyarakat
ke Surabaya pada tahun 2008-2014. Diagram tersebut
yang baru saja diresmikan oleh Tri Risma Harini
2
sebagai perwakilan Pemerintah Kota Surabaya bersama Maspati. Berdasarkan preliminary study, Kampung
PT. Pelindo III pada tanggal 24 Januari 2016. Lawas Maspati memiliki sejumlah modal masyararakat
Semenjak diresmikan, Kawasan Wisata Kampung yang dapat dikembangkan. Modal sosial merupakan
interaksi yang terjalin diantara para warga, hasil
Lawas Maspati dengan cepat menarik wisatawan
penelusuran di internet menunjukkan bahwa Kampung
domestik dan mancanegara. Hal tersebut dalam dilihat Lawas Maspati memiliki kekompakan dibuktikan
dengan data jumlah wisatawan yang mengunjungi dengan kemenangan Kampung Lawas Maspati pada
Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati. lomba Green and Clean pada tahun 2015. Modal
budaya merupakan kebiasaan yang dimiliki masyarakat
Diagram 1.1 Kunjungan Wisatawan Kampung Lawas Maspati. Modal budaya adalah
masyarakat yang masih menggunakan sarung serta
2000 udeng setiap hari Jum‟at. Ketiga, modal manusia,
modal manusia merupakan kemampuan serta
1500
keterampilan manusia. Kampung Lawas Maspati
1000 memiliki sejumlah produk unggulan yang diolah
sendiri berdasarkan keterampilan dan kretivitas
500 warganya. Produk unggulan tersebut diantaranya
adalah kue semprit jahe, es cincau, sirup markisa,
0 kripik lidah budaya dan minuman herbal. Kampung
2014 2015 2016 2017 Lawas Maspati juga memiliki modal alam yakni
bangunan lawas yang memberikan nuansa „lawas‟ bagi
Domestik Mancanegara wisatawan yang berkunjung. Modal finansial juga
dimiliki masyarakat Kampung Lawas Maspati yang
Sumber : Dokumen Kampung Lawas Maspati, 2018 didapatkan melalui Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan PT. Pelindo III. Terakhir, modal politik,
Berdasarkan diagram tersebut jumlah terdapat tokoh sentral yaitu Bapak Sabar selaku ketua
RW VI Kampung Maspati yang menjadi pioneer
kunjungan wisatawan domestik mencapai 300 orang
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas
dan wisatawan mancanegara mencapai 1500 orang di Maspati. Secara lebih dalam peneliti mencoba untuk
tahun 2017. Fenomena tersebut menarik perhatian menelusuri dan mendeskripsikan kontribusi modal
peneliti. masyarakat bagi Pengembangan Kawasan Wisata
Pemerintah Kota Surabaya yaitu Risma Harini Kampung Lawas Maspati.
mengembangkan sebuah ide untuk menjadikan Inovasi sosial dalam penelitian ini adalah
Kampung Lawas Maspati sebagai destinasi pariwisata. Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas
Maspati. Asset-based community development dalam
Ide tersebut dalam ranah kajian akademis dapat kita
penelitian ini merupakan pendekatan yang digunakan
sebut sebagai inovasi sosial. Inovasi sosial memiliki dalam pembangunan masyarakat yang berfokus pada
kriteria yang berbeda dengan inovasi. Murray et.al. modal atau aset yang dimiliki oleh kelompok
(2010: 3) mendefinisikan inovasi sosial sebagai inovasi masyarakat diantaranya yaitu modal sosial, modal
yang bersifat sosial baik secara keberpihakan maupun budaya, modal manusia, modal alam, modal finansial,
cara yang dilakukan. Inovasi sosial menawarkan ruang modal untuk membangun, dan modal politik. Oleh
kerjasama antar aktor yang berbeda (Ziegler, 2017:1). sebab itu, peneliti tertarik untuk menganalisis
bagaimana inovasi sosial pada Pengembangan
Dalam mengembangkan Kampung Maspati menjadi
Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati. Secara
Kawasan Wisata Kampung Lawas melibatkan lebih mendalam peneliti menelusuri dan memahami
kolaborasi antar ketiga aktor yang berbeda yaitu apa saja dan bagaimana modal masyarakat
masyarakat Kampung Lawas Maspati, PT. Pelindo III, berkontribusi dalam Pengembangan Kawasan Wisata
dan Pemerintah Kota Surabaya. Inovasi sosial Kampung Lawas Maspati..
didefinisikan sebagai proses penerapan gagasan baru Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tujuan
dari penelitian ini adalah mendeskripsikan inovasi
yang melibatkan kolaborasi antar aktor yang berbeda,
sosial pada Pengembangan Kawasan Wisata Kampung
memberdayakan masyakat, dan meningkatkan Lawas Maspati, dan kontribusi modal masyarakat
kapasitas masyarakat guna peningkatan kesejahteraan berdasarkan pendekatan asset-based community
masyarakat. Dengan kata lain, inovasi tersebut baik development dalam Pengembangan Kawasan Wisata
bagi masyarakat terutama dalam peningkatan kapasitas Kampung Lawas Maspati Surabaya.
masyarakat sekaligus kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
Sebagai sebuah inovasi sosial, Pengembangan dengan tipe penelitian studi kasus. Data dikumpulkan
Kawasan Kampung Lawas Maspati memanfaatkan melalui metode wawancara mendalam, observasi,
modal masyarakat yang dimiliki oleh Kampung Lawas dokumentasi dan studi dokumen. Penentuan informan
dilakukan secara purposefull dan snowball dengan total

3
22 informan yang terdiri dari pengurus dan masyarakat Inovasi sosial pada pengembangan kawasan
Kampung Lawas Maspati, PT. Pelindo III, dan Dinas wisata dalam pendekatan asset-based community
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya. Analisis development adalah upaya untuk menarik wisatawan
data kualitatif dilakukan secara bertahap yaitu reduksi berkunjung dengan menggunakan modal masyarakat
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. merupakan sebuah gagasan atau ide baru yang
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dilakukan untuk mengatasi masalah sosial masyarakat,
adalah triangulasi sumber data. melibatkan perubahan hubungan kelembagaan atau
partisipasi atau kolaborasi, meningkatkan kapasitas
KERANGKA KONSEPTUAL juga kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan
Inovasi peluang jangka panjang.
Inovasi adalah ide atau gagasan yang diterima
dan disadari sebagai suatu hal yang baru dari INOVASI SOSIAL
sebelumnya. Berdasarkan pendapat Moulaert et. al. (2017:
Inovasi Sosial 25), inovasi sosial memiliki kriteria sebagai berikut: 1)
Inovasi sosial adalah gagasan atau ide baru mengatasi permasalahan sosial, 2) menciptakan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah sosial hubungan kelembagaan baru (kolaborasi), 3)
masyarakat, melibatkan perubahan hubungan Meningkatkan kapasitas, 4) Meningkatkan
kelembagaan (kolaborasi), meningkatkan kapasitas kesejahteraan, dan 5) Keberlanjutan. Berdasarkan data
juga kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan yang diperoleh peneliti di lapangan, Pengembangan
peluang jangka panjang atau keberlanjutan. Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati telah
Pengembangan Kawasan Wisata memenuhi kriteria inovasi sosia. Berikut penjelasan
Pengembangan kawasan wisata adalah cara kesesuaian karakertistik inovasi sosial :
yang dilakukan untuk menarik wisatawan berkunjung. 1. Masalah Sosial Masyarakat
Asset-based Community Development Kriteria pertama, inovasi sosial bertujuan untuk
Asset-based community development mengatasi permasalahan sosial masyarakat (Moulaert
merupakan pendekatan dalam pengembangan et. al., 2017: 25). Permasalahan sosial menurut
masyarakat yang berfokus pada penggunaan modal Soekanto (2006: 18) adalah permasalahan yang muncul
atau aset yang dimiliki oleh masyarakat diantaranya dalam masyarakat, bersifat sosial dan berhubungan erat
yaitu: modal sosial, modal budaya, modal manusia, dengan nilai-nilai sosial dan lembaga kemasyarakatan.
modal finansial, modal untuk membangun, modal Masalah sosial berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial
alam/lingkungan, dan modal politik. dan moral.
Modal Sosial Permasalahan sosial masyarakat di Kampung
Modal sosial adalah interaksi sosial yang Maspati adalah kebiasaan masyarakat yang tidak
terjalin diantara masyarakat. menjaga kondisi lingkungan. Hal tersebut
Modal Budaya menyebabkan lingkungan menjadi tidak tertata rapi dan
Modal budaya adalah perilaku yang dilakukan kotor. Kebiaaan masyarakat tersebut tidak sesuai
secara terus menerus sehingga menjadi sebuah dengan nilai sosial dan moral yang berlaku. Kebiasaan
kebiasaan. membuang sampah tidak pada tempatnya adalah
Modal Manusia masalah sosial. Permasalahan ini menjadi awal-mula
Modal manusia adalah kemampuan, pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas
keterampilan, dan kapasitas yang dimiliki oleh Maspati. Setelah berganti kepengurusan di tahun 2013.
manusia. Pengurus RW yang diketuai oleh Bapak Sabar
Modal Finansial Soeastono mulai gencar untuk mengajak warga
Modal finansial adalah instrumen moneter memperbaiki lingkungan. Salah satunya adalah dengan
(uang/anggaran). mengikutsertakan semua RT dalam lomba yang
Modal untuk Membangun diadakan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau
Modal untuk membangun adalah infrastruktur yaitu lomba Green & Clean.
yang tersedia guna menunjang pembangunan. Di tahun 2015, Kampung Maspati, yang terdiri
Modal alam/lingkungan dari lima RT, menjuarai berbagai kategori dalam ajang
Modal alam/lingkungan adalah kondisi tersebut. Kampung Maspati menjuarai Green And
lingkungan yang secara alamiah terbentuk juga dapat Clean 2015 kategori maju di dua RT, Green And Clean
pula secara spesifik meliputi flora, fauna, temperatur 2015 kategori berkembang, dan Green And Clean 2015
udara, dan sebagainya. kategori pemula di dua RT. Untuk dapat terus menjaga
Modal Politik kondisi lingkungan Kampung Maspati tetap bersih dan
Modal politik kemampuan untuk indah tanpa mengurangi pendapatan warga sekaligus
mempengaruhi agenda distribusi sumber daya. memberikan manfaat bagi warga, di tahun 2014
Inovasi Sosial pada Pengembangan Kawasan Wisata pengurus RW mulai memantangkan konsep untuk
dalam Pendekatan Asset-Based Community menjadikan Kampung Maspati sebagai destinasi
Development pariwisata.

4
Analisis tersebut menemukan bahwa tenant, dan tempat jualan UKM. Sedangkan, program
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas jangka panjangan dilakukan dengan menjadikan
Maspati berangkat dari permasalahan sosial Kampung Maspati sebagai tujuan destinasi pariwisata.
masyarakat Kampung Maspati. Permasalahan sosial di Analisis menemukan bahwa masyarakat
Kampung Maspati adalah kebiasaan masyarakat yang Kampung Maspati mengadopsi praktik baru yaitu
tidak menjaga kebersihan lingkungan sehingga kolaborasi. Ada hubungan kelembagaan baru antara
menimbulkan permasalahan lingkungan. Kondisi Pengurus Kampung Maspati, PT. Pelindo III, dan
lingkungan Kampung Maspati pada awalnya kotor dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.
tidak tertata rapi. Setelah mengikuti lomba Green dan Hubungan kelembagaan baru tersebut bertujuan untuk
Clean di tahun 2015, untuk dapat menjaga kondisi mengatasi permasalahan dan kebutuhan untuk
lingkungan tetap bersih dan rapi setelah lomba, maka mengembangkan Kampung Maspati menjadi destinasi
pengurus Kampung Maspati berinisiatif untuk pariwisata.
mengembangkan Kampung Maspati menjadi destinasi 3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat
pariwisata. Dengan mengembangkan Kawasan Wisata Inovasi sosial bertujuan untuk meningkatkan
Kampung Lawas Maspati juga ikut merubah kebiasaan kuantitas dan kualitas kehidupan masyarakat (Jali et al,
masyarakat agar lebih peduli dengan kondisi 2017: 48). Moulaert et. al. (2017: 25) menjelaskan
lingkungan Kampung Maspati. bahwa efek inovasi sosial melampaui pemenuhan
2. Perubahan Hubungan Kelembagaan kebutuhan, inovasi sosial dapat meningkatkan
(Kolaborasi) kapasitas sekaligus kesejahteraan masyarakat.
Kriteria kedua adalah perubahan hubungan Pengembangan Kawasan Wisata Kampung
kelembagaan (kolaborasi). Morais-Da-Silva (2016: Lawas Maspati telah meningkatkan kapasitas
138) mengerucutkan inovasi sosial kepada arah masyarakat Kampung Lawas Maspati. Saat ini jumlah
pengembangan. Pengembangan tersebut, di samping pemandu wisatawasan di Kampung Maspati meningkat
komitmen pengusaha sosial dan timnya, membutuhkan dari dua orang per RT menjadi lima orang dalam satu
sumber daya sendiri atau diperoleh melalui filantropi RT. Masyarakat juga memiliki kemampuan untuk
atau melalui kemitraan strategis yang membantu dalam memberikan pelayanan yang ramah bagi wisatawan.
pengembangan proses inovasi sosial. Secara lebih jelas, Kemampuan lain yang bertambah yaitu
Moulaert et. al. (2017: 25) mengatakan bahwa inovasi kemampuan di bidang kewirausahaan. Mansyarakat
sosial tidak memisahkan sarana dari ujung, tetapi berkreasi untuk menciptakan produk yang dapat
memperlakukan kebutuhan dan masalah yang melekat dijadikan buah tangan oleh para wisatawan yang
dalam hubungan sosial. Karena itu melibatkan berkunjung ke Maspati. Setiap RT memiliki UKM
perubahan hubungan melalui adopsi praktik sosial produk unggulan yang dikoordinir dan dikerjakan oleh
baru, pengaturan kelembagaan dan/atau bentuk masing-masing RT.
kolaborasi. 4. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Inovasi sosial bertujuan untuk meningkatkan
Lawas Maspati memerlukan bantuan dari berbagai kuantitas dan kualitas kehidupan masyarakat (Jali et al,
pihak untuk dapat direalisasikan. Ibu Risma menunjuk 2017: 48). Moulaert et. al. (2017: 25) menjelaskan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya bahwa efek inovasi sosial melampaui pemenuhan
untuk memberikan masukan bagi Kampung Maspati kebutuhan, inovasi sosial dapat meningkatkan
juga membantu mempromosikan Kampung Maspati kapasitas sekaligus kesejahteraan masyarakat.
pada acara-acara internasional yang diadakan Kesejahteraan merupakan konsep yang luas dengan
Pemerintah Kota Surabaya. indikator pengukuran yang juga sangat luas. Robert
Kerjasama juga dilakukan dengan PT. Pelindo McNamara ( dalam Todaro & Smith, 2011: 16),
III melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. mengatakan bahwa seseorang dikatakan sejahtera
PT. Pelindo III menghibahkan bantuan anggaran apabila individu tersebut kebutuhan dasar personal
sebanyak Rp. 221.000.000,00 sejak tahun 2016 hingga (sandang, pangan, papan) terpenuhi, memiliki akses ke
tahun 2018. Selain itu, PT. Pelindo III juga pelayanan dasar (air bersih, pendidikan, dan
mengadakan pelatihan Bahasa Inggris bagi warga kesehatan), memiliki akses ke pekerjaan yang digaji
masyarakat Kampung Maspati selama tiga bulan di dan kebutuhan kualitatif terpenuhi seperti lingkungan
Bulan Agustus - Oktober 2017. PT. Pelindo III juga yg sehat dan aman juga kemampuan untuk turut serta
memberikan prasarana berupa free stand bazar di dalam pengambilan keputusan.
Pelabuhan Surabaya North Quay ketika kunjungan Kebutuhan dasar masyarakat Kampung
kapal pesiar. Para tamu luar negeri juga akan diajak Maspati memenuhi dua per tiga kebutuhan dasar,
mengunjungi Kampung Maspati ketika kapal sedang Untuk kebutuhan pangan dan sandang sehari-hari
bersandar. terpenuhi. Sedangkan kebutuhan papan, tidak semua
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan warga masyarakat Kampung Maspati merupakan
oleh PT. Pelindo III secara garis besar dibagi menjadi penduduk asli, mereka adalah penduduk musiman yang
dua yakni program jangka pendek dan program jangka bertempat tinggal dengan cara kost atau mengkontrak.
panjang. Jangka pendek yaitu melakukan perbaikan Akses pelayanan dasar masyarakat
fasilitas umum seperti balai RW, gapura pintu masuk, Kampung Maspati terpenuhi. Sebagian besar

5
masyarakat Kampung Maspati mendapatkan akses air batasan akses jalan Kampung Maspati yang hanya bisa
bersih Perusahaan Air Minum Daerah Kota Surabaya. diakses hingga pukul 12 malam.
Akses kesehatan, terdapat Puskesmas Gundih dan 5. Keberlanjutan
Puskemas Tambok Dukuh. Akses pendidikan Kriteria terakhir yang disampaikan oleh
mengalami peningkat. Saat ini Kampung Maspati Moulaert et. al. (2017: 25), inovasi sosial
memiliki PAUD Permata Bunda yang berlokasi di meningkatkan peluang jangka panjang bagi individu
Balai RW VI Maspati. Selain itu sarana pendidikan dan/atau komunitas, atau menghasilkan sarana yang
lain yang tersebar di sekitar Kampung Maspati: lebih efisien, efektif dan/atau berkelanjutan bagi
SD : SD Negeri Bubutan III, SD Negeri masyarakat untuk menghadapi tantangannya. Dalam
Bubutan IV, dan SD Negeri Bubutan V. hal ini, peneliti menginpretasikan keberlanjutan ini
SMP : SMP Negeri 3 Surabaya, SMP merupakan usaha para aktor untuk dapat menjaga
Negeri 4 Surabaya, dan SMP Negeri 43 Surabaya. keberadaan Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati
SMA : SMA Kristen Pirngadi Surabaya tetap ada di kemudian hari seiring dengan
dan SMA Katolik Stella Maris perkembangan atau perubahan jaman.
SMK : SMK Negeri 4 Surabaya dan SMK Pengurus Kampung Lawas Maspati
Negeri 7 Surabaya. membentuk RT kecil dan guide anak-anak agar anak-
Pekerjaan mayoritas yang dimiliki oleh anak Kampung Maspati nantinya dapat meneruskan
masyarakat Maspati adalah sebagai pedagang kaki tugas dan tanggungjawab sebagai Pengurus Kampung
lima dan pegawai swasta. Masyarakat Kampung Lawas Maspati. Selain itu, para pengurus juga terus
Maspati mendapatkan akses pada pekerjaan yang menjaga dengan konsisten semangat para warga
mendapatkan upah dengan ikut serta dalam tim Kampung Maspati.
wisata Kampung Lawas Maspati. Pengembangan
Kampung Lawas Maspati juga telah memberikan KONTRIBUSI MODAL MASYARAKAT DALAM
peluang atau kesempatan bagi warga untuk PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
mengembangkan kemampuan di bidang wirausaha. KAMPUNG LAWAS MASPATI
Meskipun tidak memberikan akses pada pekerjaan Pendekatan Asset-based Community Development
tetap yang digaji, tetapi Pengembangan Kampung berfokus pada modal masyarakat. Flora et.al. (2004:61)
Lawas Maspati memberikan kesempatan bagi warga mengembangkan tujuh bentuk modal masyarakat yaitu
untuk meningkatkan pendapatan di bidang pariwisata modal sosial, modal budaya, modal manusia, modal
dan wirausaha. alam, modal finansial, modal untuk membangun dan
Kebutuhan yang jelas terpenuhi setelah modal politik. Ketujuh modal masyarakat tersebut,
Pengembangan Kampung Lawas Maspati adalah enam diantaranya dimiliki oleh masyarakat Kampung
kebutuhan kualitatif. Setelah Pengembangan Maspati dan berkontribusi bagi Pengembangan
Kampung Lawas Maspati, kondisi lingkungan Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati.
menjadi bersih dan aman. Kebersihan Kampung 1. Modal Sosial
Maspati ditunjukan dengan kondisi lingkungan yang Modal sosial menjadi salah satu modal yang
bebas dari sampah. Sedangkan keamanan Kampung berperan penting diantara ketujuh modal masyarakat.
Maspati ditujukan dengan kondisi lingkungan yang Robert Putnam (1993 dalam Grotaert dan Thierry,
sudah tertata rapi, pemasangan cctv, pemberlakuan 2002: 22) menyebutkan modal sosial adalah interaksi
peraturan dilarang menyalakan kendaraan bermotor sosial yang memiliki manfaat ekonomi yang jelas dan
ketika memasuki Kawasan Wisata Kampung Lawas terus-menerus.
Maspati, dan batasan akses jalan Kampung Maspati Masyarakat Maspati memiliki modal sosial
yang hanya bisa diakses hingga pukul 12 malam. yang tidak berkontribusi bagi Pengembangan Kawasan
Analisis menemukan bahwa Pengembangan Wisata Kampung Lawas Maspati. Modal sosial
Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati telah masyarakat Kampung Maspati yaitu perasaan percaya
menciptakan peningkatan kesejahteraan masyarakat satu sama lain, perasaan saling memilki, dan
Kampung Maspati. Kebutuhan akses pelayanan dasar kebersamaan sesama warga Kampung Maspati. Modal
yaitu pendidikan meningkat. Hal ini dibutikan dengan sosial tersebut tidak berkontribusi bagi Pengembangan
keberadaan PAUD Permata Bunda di Kampung Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati karena
Maspati yang sebelumnya tidak ada sekarang ada. tidak dapat dimanfaatkan pada salah satu komponen
Kebutuhan kualitatif masyarakat Kampung Maspati pengembangan kawasan wisata yang disampaikan oleh
yang sebelumnya tidak terpenuhi, saat ini terpenuhi, Cooper et.al (dalam Sunaryo, 2013:159).
yaitu kondisi lingkungan menjadi bersih dan aman. Pengembangan kawasan wisata meliputi lima
Kebersihan Kampung Maspati ditunjukan dengan komponen, yakni, objek daya tarik wisatawan,
kondisi lingkungan yang bebas dari sampah. aksesibilitas, amenitas, fasilitas umum dan
Sedangkan keamanan Kampung Maspati ditujukan kelembagaan.
dengan kondisi lingkungan yang sudah tertata rapi, 2. Modal Budaya
pemasangan cctv, pemberlakuan peraturan dilarang Modal budaya merupakan kesamaan yang
menyalakan kendaraan bermotor ketika memasuki dominan dan kemampuan untuk mengembangkan
Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati, dan kesamaan tersebut baik melalui pengetahuan dan

6
perilaku, diinstitusionalisasi melalui pendidikan atau 5. Modal Finansial
diobjekkan melalui kepemilikan benda-benda budaya, Modal finansial adalah sumber daya yang
dan menciptakan keuntungan bagi dirinya dan diterjemahkan ke dalam instrumen moneter yang
lingkungan internal juga ekternal (Bourdieu 1986 mampu menghasilkan sumber daya lain, seperti
dalam Mollegaard dan Jaeger, 2015: 11). Secara lebih pendapatan. Modal finansial dapat mencakup
jelas Flora et. al. (2004:61) menjelaskan bahwa modal tabungan, pendapatan, dan hibah, jika uang itu akan
budaya dapat berupa pemahaman masyarakat tentang digunakan untuk menciptakan aset baru (Flora et.al.,
dirinya, peran sosial, ucapan, bahasa, pakaian, simbol, 2004:61).
warisan, dan gaya hidup. Masyarakat Kampung Lawas Maspati memiliki
Budaya gotong royong dan tepo seliro tidak modal finansial. Modal finansial tersebut adalah dana
berkontribusi bagi Pengembangan Kawasan Kampung hibah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.
Lawas Maspati. Budaya tersebut merupakan nilai atau Pelindo III sebesar Rp. 221.000.000,00. Sebagai
kebiasaan (gaya hidup) yang berkembang di sebuah instrument moneter, dana hibah berkontribusi
masyarakat Kampung Lawas Maspati, tetapi tidak bagi Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas
memberikan kontribusi bagi pengembangan Kawasan Maspati. Dana hibah tersebut, berkontribusi pada
Wisata Kampung Lawas Maspati. Gaya hidup gotong komponen amenitas (amenities) pengembangan
royong dan tepo seliro tersebut tidak dapat kawasan wisata, yang mencakup fasilitas penunjang
dimanfaatkan bagi salah satu komponen dan pendukung wisata. Sugiama (2011 dalam Sunaryo,
pengembangan kawasan wisata yaitu daya tarik objek 2013:174) menjelaskan bahwa amenitas meliputi
wisata. Obyek daya tarik wisata (Attraction) menurut “serangkaian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
Cooper et.al (dalam Sunaryo, 2013:159) mencakup akomodasi (tempat penginapan), penyediaan makanan
keunikan dan daya tarik berbasis alam, budaya, dan minuman, tempat hiburan (entertainment), tempat-
maupun buatan/artificial. Gotong royong dan tepo tempat perbelanjaan (retailing) dan layanan lainnya”
seliro tidak terlihat secara langsung oleh para Dana hibah tersebut digunakan untuk membangun
wisatawan karena tidak diubah kedalam bentuk suatu fasilitas penunjang dan pendukung pariwisata yaitu
objek kegiatan kebiasaan yang memang benar-benar biaya stan untuk event, preservasi bangunan lawas,
unik dan tidak terdapat di tempat lain yang menjadi pembangunan taman baca, pembangunan kanopi, dan
daya tarik wisatawan. lain sebagainya.
3. Modal Manusia 6. Modal untuk Membangun
Kretzmann dan McKnight (1993:5-6) Flora et.al. (2004:61) mendefinisikan modal
menjelaskan bahwa modal manusia berupa: untuk membangun termasuk utilitas, bangunan,
keterampilan, kapasitas dan pengetahuan penduduk permesinan, jalan, dan infrastruktur yang dibangun
setempat. Sependapat dengan Kretzman dan
manusia lainnya. Masyarakat Kampung Maspati
McKnight, Green dan Haines (2007: 81)
mendefinisikan bahwa modal manusia adalah memiliki modal untuk membangun yaitu infrastruktur
keterampilan, bakat, dan pengetahuan anggota ekonomi berupa kondisi jalan yang baik, ketersediaan
masyarakat. akses listrik dari Perusahaan Listrik Negara dan air
Kampung Maspati tidak memiliki modal bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota
manusia. Masyarakat Kampung Maspati tidak memiliki Surabaya. Modal untuk membangun tersebut
kemampuan, keterampilan, dan kapasitas manajemen
berkontribusi bagi Pengembangan Kawasan Wisata
pariwisata yang dapat berkontribusi bagi
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas Kampung Lawas yaitu komponen aksesibilitas
Maspati. (accessibility). Menurut French (dalam Sunaryo,
4. Modal Alam 2013:173), aksesibilitas (Accessibility) mencakup
Modal alam adalah sumber daya alam kemudahan sarana dan sistem transportasi.
(landscape, udara, air, tanah, flora dan fauna) dari Ketersediaan infrastrukstur jalan telah membantu
suatu daerah (Flora et.al., 2004:61). Masyarakat
aksesibilitas wisatawan yang berkunjung ke Kampung
Kampung Lawas memiliki modal alam yang
berkontribusi bagi komponen Pengembangan Kawasan Lawas Maspati. Terdapat dua akses masuk menuju
Wisata yaitu obyek daya tarik wisata (Attraction) dan Kampung Maspati yaitu melalui Jalan Semarang dan
amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas melalui Jalan Bubutan.
penunjang dan pendukung wisata (Sunaryo, 2013:159).
Modal alam (landscape) menjadi objek daya tarik 7. Modal Politik
Bangunan lawas tersebut memberikan nuansa ‘lawas’ Modal politik merupakan kemampuan untuk
yang menjadi daya tarik tersendiri. Bangunan lawas mempengaruhi distribusi sumber daya dalam unit
dimanfaatkan pada komponen amenitas, digunakan sosial, termasuk membantu mengatur agenda sumber
sebagai amenitas atau fasilitas penunjang wita yaitu daya apa yang tersedia Flora et.al. (2004:61).
digunakan sebagai tempat foto (photo booth).
Masyarakat Kampung Lawas Maspati memiliki
modal politik yang berkontribusi bagi Pengembangan

7
Kawasan Kampung Lawas Maspati. Modal politik dilakukan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
tersebut dapat dimanfaatkan pada komponen Kota Surabaya dan PT. Pelindo III. Dinas Kebudayaan
pengembangan kawasan wisata yaitu kelembagaan atau dan Pariwisata Kota Surabaya memberikan masukan
institutions. Kelembagaan adalah pihak yang memiliki bagi Kampung Maspati juga membantu
kewenangan, tanggung jawab dan peran dalam mempromosikan Kampung Maspati pada acara-acara
mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata internasional yang diadakan Pemerintah Kota
(Sunaryo, 2013: 159). Modal politik merupakan Surabaya. Kerjasama juga dilakukan dengan PT.
kemampuan para pengurus Kampung Lawas Maspati Pelindo III melalui Program Kemitraan dan Bina
dalam mempengaruhi distribusi sumber daya, agenda Lingkungan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
sumber daya manusia juga sumber daya anggaran yang oleh PT. Pelindo III secara garis besar dibagi menjadi
tersedia di Kampung Maspati. Kontribusi modal politik dua yakni program jangka pendek dan program jangka
bagi Pengembangan Kawasan Kampung Lawas panjang. Jangka pendek yaitu melakukan perbaikan
Maspati adalah terdapat pihak yang memiliki fasilitas umum seperti balai RW, gapura pintu masuk,
kewenangan dan bertanggung jawab dalam mendukung tenant, dan tempat jualan UKM. Sedangkan, program
terlaksananya kegiatan pariwisaa yaitu pengurus jangka panjangan dilakukan dengan menjadikan
Kampung Lawas Maspati. Pengurus Kampung Lawas Kampung Maspati sebagai tujuan destinasi pariwisata.
Maspati memiliki kewenangan, peran, dan tanggung Ketiga, meningkatkan kapasitas masyarakat
jawab atas proses managerial sumber daya manusia Kampung Maspati. Saat ini masyarakat Kampung
juga anggaran Kampung Lawas Maspati. Para warga Maspati memiliki kapasitas di bidang pariwisata
juga tidak ada yang berselisih paham atau kepentingan (manajemen pariwisata & kemampuan bahasa) dan di
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada bidang kewirausahaan. Jumlah guide di Kampung
karena Pengurus Kampung Lawas Maspati secara Maspati meningkat dari dua orang menjadi lima orang
transparansi dan akuntabel melaporkan laporan setiap RT. Di bidang kewirausahaan, masyarakat
keuangan setiap bulan. memiliki kapasitas untuk mengolah sumber daya yang
dimiliki menjadi buah tangan atau oleh-oleh untuk
KESIMPULAN dijual kepada pengunjung.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Inovasi Keempat, meningkatkan kesejahteraan
Sosial Masyarakat dalam pendekatan asset-based masyarakat Kampung Maspati. Kebutuhan akses
community development di Kampung Lawas Maspati pelayanan dasar yaitu pendidikan meningkat. Hal ini
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: dibutikan dengan keberadaan PAUD Permata Bunda di
1. Kriteria Inovasi Sosial Masyarakat pada Kampung Maspati yang sebelumnya tidak ada
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung sekarang ada. Kebutuhan kualitatif masyarakat
Lawas Maspati. Kampung Maspati yang sebelumnya tidak terpenuhi,
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung saat ini terpenuhi, yaitu kondisi lingkungan menjadi
Lawas Maspati dapat disebut sebagai sebuah inovasi bersih dan aman. Kebersihan Kampung Maspati
sosial karena memiliki empat kriteria inovasi sosial. ditunjukan dengan kondisi lingkungan yang bebas dari
Kriteria inovasi sosial tersebut adalah muncul sebagai sampah. Sedangkan keamanan Kampung Maspati
solusi atas permasalahan sosial, melibatkan hubungan ditujukan dengan kondisi lingkungan yang sudah
kelembagaan baru (kolaborasi), meningkatkan tertata rapi, pemasangan cctv, pemberlakuan peraturan
kapasitas masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dilarang menyalakan kendaraan bermotor ketika
masyarakat, dan memiliki efek jangka panjang memasuki Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati,
(keberlanjutan). Pengembangan Kawasan Wisata dan batasan akses jalan Kampung Maspati yang hanya
Kampung Lawas Maspati merupakan sebuah ide atau bisa diakses hingga pukul 12 malam.
gagasan yang dicetuskan oleh Risma Harini (Walikota Kelima, efek jangka panjang atau
Surabaya) untuk mengoptimalisasi potensi pariwisata keberlanjutan Kawasan Wisata Kampung Lawas
di Kota Surabaya. Maspati. Keberlanjutan ini merupakan usaha para aktor
Pertama, muncul sebagai solusi atas untuk dapat menjaga keberadaan Kawasan Wisata
permasalahan sosial di Kampung Maspati. Kampung Lawas Maspati tetap ada di kemudian hari
Permasalahan sosial masyarakat di Kampung Maspati seiring dengan perkembangan atau perubahan jaman.
adalah permasalahan lingkungan. Kondisi lingkungan Pengurus Kampung Lawas Maspati membentuk RT
Kampung Maspati pada awalnya tidak tertata rapi dan kecil dan guide anak-anak agar anak-anak Kampung
kotor. Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Maspati nantinya dapat meneruskan tugas dan
Lawas Maspati menjadi solusi untuk dapat terus tanggungjawab sebagai Pengurus Kampung Lawas
menjaga kondisi lingkungan Kampung Maspati tetap Maspati. Selain itu, para pengurus juga terus menjaga
bersih dan indah tanpa mengurangi pendapatan warga dengan konsisten semangat para warga Kampung
sekaligus memberikan manfaat bagi warga. Maspati. PT. Pelindo III berkontribusi dengan
Kedua, melibatkan hubungan kelembagaan menjadikan Kampung Maspati sebagai destinasi
baru (kolaborasi). Pengembangan Kawasan Wisata pariwisata. Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas
Kampung Lawas Maspati memerlukan bantuan dari Kebudayaan dan Pariwisata berkontribusi juga dengan
berbagai pihak untuk dapat direalisasikan. Kerjasama menjadikan Kampung Maspati sebagai destinasi

8
pariwata Kota Surabaya. Para warga masyarakat jalan yang baik, ketersediaan akses listrik dari
Kampung Maspati juga berkontribusi dengan Perusahaan Listrik Negara dan air bersih dari
menbiasakan diri sebagai warga Kampung Wisata. Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surabaya. Modal
2. Kontribusi Modal Masyarakat bagi untuk membangun tersebut berkontribusi bagi
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung komponen Pengembangan Kawasan Wisata Kampung
Lawas Maspati Lawas Maspati yaitu aksesibilitas. Infratruktur jalan
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas digunakan untuk aksesibilitas wisatawan berkunjung
Maspati juga dapat berjalan karena adanya dukungan ke Kampung Lawas Maspati.
modal masyarakat. Modal masyarakat yang Keempat, modal politik yaitu kemampuan para
berkontribusi dalam Pengembangan Kawasan Wisata pengurus Kampung Lawas Maspati dalam
Kampung Lawas Maspati, yaitu modal sosial, modal mempengaruhi distribusi sumber daya, agenda sumber
alam, modal finansial, modal untuk membangun, dan daya manusia juga sumber daya anggaran yang tersedia
modal politik. di Kampung Maspati. Kontribusi modal politik bagi
Terdapat tiga modal yang tidak berkontribusi bagi Pengembangan Kawasan Kampung Lawas Maspati
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawass terdapat pihak yang memiliki kewenangan dan
Maspati. Pertama, modal sosial, interaksi sosial bertanggung jawab dalam mendukung terlaksananya
masyarakat Kampung Lawas Maspati tidak dapat kegiatan pariwisaa yaitu pengurus Kampung Lawas
dimanfaatkan pada salah satu komponen Maspati. Pengurus Kampung Lawas Maspati memiliki
pengembangan kawasan wisata baik itu objek daya kewenangan, peran, dan tanggung jawab atas proses
tarik wisata, aksesibilitas, amenitas, fasilitas umum, managerial sumber daya manusia juga anggaran
dan kelembagaan. Kedua, modal manusia, sebelum Kampung Lawas Maspati.
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas
Maspati, masyarakat Kampung Lawas Maspati tidak
memiliki kapasitas manajemen pariwisata yang dapat SARAN
berkontribusi bagi Pengembangan Kawasan Wisata Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas
Kampung Lawas Maspati. Ketiga, modal budaya, gaya Maspati sebagai inovasi sosial telah memenuhi kriteria
hidup gotong royong dan tepo seliro tersebut tidak inovasi sosial. Tetapi, terdapat beberapa kekurangan
dapat dijadikan objek daya tarik wisata. Gotong royong berkaitan dengan modal masyarakat yang dimiliki oleh
dan tepo seliro tidak terlihat secara langsung oleh para Kampung Lawas Maspati sehingga diperlukan
wisatawan karena tidak diubah kedalam bentuk suatu perbaikan. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung
objek kegiatan kebiasaan yang memang benar-benar keberhasilan Pengembangan Kawasan Wisata
unik dan tidak terdapat di tempat lain. Kampung Lawas Maspati.
Kampung Lawas Maspati memiliki empat modal 1. Modal Budaya, bagi masyarakat beserta pengurus
lain yang berkontribusi bagi Pengembangan Kawasan Kampung Lawas Maspati diharapkan dapat
Wisata Kampung Lawas Maspati. Pertama, modal memulai atau menginisiasi kebiasaan (budaya)
alam yaitu kondisi lingkungan Kampung Lawas yang dapat diperlihatkan bagi para wisatawan
Maspati yang terdiri atas bangunan lawas. Modal alam sebagai sebuah kebiasaan (budaya) yang unik dan
dapat dimanfaatkan pada komponen pengembangan menarik, contohnya: konsistensi penggunaan
kawasan wisata yaitu objek daya tarik wisata dan sarung dan udeng. Penggunaan sarung dan udeng
amenitas. Modal alam (landscape) menjadi objek daya dilakukan sebagai sebuah gaya hidup masyarakat
tarik Bangunan lawas tersebut memberikan nuansa Kampung Maspati. Hal tersebut tentunya akan
‘lawas’ yang menjadi daya tarik tersendiri. Bangunan menarik para wisatawan mancanegara juga
lawas dimanfaatkan pada komponen amenitas, domestik.
digunakan sebagai amenitas atau fasilitas penunjang 2. Modal Manusia, PT. Pelindo III bidang
wita yaitu digunakan sebagai tempat foto (photo Kemitraan Enterprise dan Pengembangan
booth). Masyarakat Kecil Menengah, menambahkan
Kedua, modal finansial yaitu dana hibah Program program jangka panjang yaitu pelatihan bagi
Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Pelindo III masyarakat secara berkelanjutan. Sejauh ini,
sebesar Rp. 221.000.000,00. Sebagai sebuah program jangka panjang hanya menjadikan
instrument moneter, dana hibah berkontribusi bagi Kampung Maspati sebagai destinasi pariwisata.
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas Program pelatihan berupa pelatihan bahasa
Maspati yaitu komponen amenitas (amenities), yang inggris hanya dilaksanakan selama tiga bulan di
mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata. bulan Agustus hingga Oktober 2017 dirasa kurang
Dana hibah tersebut digunakan untuk membangun oleh masyarakat Kampung Lawas Maspati.
fasilitas penunjang dan pendukung wisata diantaranya Begitu pula, dengan Dinas Kebudayaan dan
biaya stan untuk event, preservasi bangunan lawas, Pariwisata Kota Surabaya, untuk dapat
pembangunan taman baca, pembangunan kanopi, dan memberikan program pelatihan manajemen
lain sebagainya. pariwisata bagi pengurus beserta masyarakat
Ketiga, modal untuk membangun yaitu Kampung Lawas Maspati sehingga dapat
ketersediaan infrastruktur ekonomi berupa kondisi mengembangkan Kampung Lawas Maspati secara

9
terorganisir dengan baik. Bagi pengurus beserta Bradshaw, T. (2008). The Post-Place Community:
masyarakat Kampung Lawas Maspati dapat pula Contributions to the Debate about the
menegmbangkan keterampilan dan kemampuan Definition of Community. Community
secara mandiri dengan ikut serta di sejumlah Development. Volume 39. Halaman 5–16.
seminar dan pelatihan Kampung Wisata ataupun
menjalin kolaborasi dengan para akademisi untuk Cameron, R. (2002). Central-Local Financial Relations
memberikan pelatihan dan pengarahan berkaitan in South Africa. Local Government Studies.
dengan manajemen pariwisata juga kemampuan Volume 28. Nomor 3. Halaman 113-134.
bahasa masyarakat Kampung Lawas Maspati.
Selain itu, terdapat komponen yang tidak dimiliki Chaskin, R. (2001). Building Community Capacity: A
oleh Kampung Lawas Maspati untuk dapat Definitional Framework and Case Studies
dikembangkan sebagai destinasi pariwisata yaitu from a Comprehensive Community Initiative.
komponen fasilitas umum (Ancillary Service) yang Urban Affairs Review. Volume 36. Nomor 3.
mendukung kegiatan pariwisata. Sunaryo (2013: 159) Halaman 291–323.
menjelaskan ancillary service lebih kepada
ketersediaan sarana dan fasilitas umum yang digunakan Claiborne, Petra. (2010). Community Participation in
oleh wisatawan yang juga mendukung tourism Development and The Value of Social
terselenggaranya kegiatan wisata seperti bank, ATM, Capital: The Case of Bastimentos, Bocas del
telekomunikasi, rumah sakit dan sebagainya. Kampung Toro, Panama. Report. Gothenburg:
Lawas Maspati tidak memiliki salah satu fasilitas University of Gothenburg School of Business,
umum yang dapat digunakan oleh wisatawan. economics and Law.
Diharapkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
Pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas Cresswell, John W. (2013). Research Design
Maspati, yaitu masyarakat beserta pengurus Kampung Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Lawas Maspati, PT. Pelindo III, dan Dinas Diterjemahkan oleh Fawaid, Achmad.
Kebudayaan dan Pariwisata mengusahakan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembangunan fasilitas umum yang dapat digunakan
oleh wisatawan, seperti: ketersediaan ATM, toilet Cresswell, John W. (2015). Penelitian Kualitatif dan
umum, dan klinik fasilitas kesehatan tingkat satu. Desain Riset: Memilih di Antara Lima
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal Denzin, Norman K. dan Lincoln. Yvonna S. (2011).The
Asmorowati, Sulikah dan Reindrawati, Dian Yulie. SAGE Handbook of Qualitative Research.
(2017). Bisnis Sosial (Social Business) untuk California Sage Publications Ltd.
Pembangunan Inklusif. Surabaya: Universitas
Airlangga. Dobele, Lasma, Gunta Grinberga-Zalite, dan Linda
Kelle. (2015). Sustainable Economic
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Development: Scenarios for promotion of social
(BAPPEKO). (2004). Penyusunan innovation in Latvia. Journal of Security and
Pengembangan Pariwisata Kota Surabaya. Sustainability Issues. Volume 5. Nomor 2.
Surabaya: BAPPEKO. Halaman149-158

Badan Pusat Statistik. (2013). Sensus Penduduk (SP) Dorfman, D. (1998). Mapping community assets
2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010– workbook. Strengthening Community
2035 BPS/2010. Jakarta: Badan Pusat Education: The basis for sustainable renewal.
Statistik. Portland: Northwest Regional Educational
Laboratory.
Berg, B.L. (2001). Qualitative Research, Message for
the Social Sciences 4th Edition. Boston: Allin Ferguson, I. dan C. Chandrasekharan. (2004). Paths
and Bacon. and Pitfalls for Decentralization: What Effect Is
Decentralization Having on the Quest for
Bhattacharyya, J. (2004). Theorizing Community Sustainable Forest Management in the Asia-
Development. Community Development. Pasific Region. Itto Tropical Forest Update
Volume 34. Halaman 5–34. Volume 14. Nomor 3. Halaman 1-4.

Borzaga, Carlo dan Bodini, Ricardo. (2012). How to Ferguson, Ronald F., dan Dickens, William T. (1999).
Make of Social Innovation? Towards a Urban Problems and Community Development.
Framework for Policy Development. Social Washington D.C.: Brookings Intitution Press.
Policy and Society. Volume 13. Halaman 3.

10
Flora, Butler, Cornelia, Jan, L., dan Fey, Susan. Jali, Muhammad Nizam, Zakaria Abas, dan Ahmad
(2004). Rural Communities: Legacy and Shabudin. (2016). Social Innovation: A New
Change, 2nd edition. Colorado: Westview Paradigm Of Innovation Outcome Strategy In
Press. The Context Of Strategic Knowledge
Management Processes. Malaysia: UTM Press.
Goodsell, T. L., Flaherty, J., & Brown, R. B. (2014).
Community as Moral Proximity: Theorizing Manurung, L. 2010. Strategi dan Inovasi Model Bisnis
Community in A Global Economy. Morgantown: Meningkatkan Kinerja Usaha. Jakarta: PT
West Virginia University Press. Elex Media Komputindo.

Green, G.P. dan Haines, A. (2007). Asset Building and Marques, Pedro, Morgan K., dan Richardson R. (2017).
Community Development, 2nd edition. Social Innovation In Question: The Theoretical
California: Sage Publication Ltd. and Practical Implications of A Contested
Concept. Environment and Planning C: Politics
Green, G.P. et al. (2001). Vision to Action: Take and Space. Halaman 1-17.
Charge Too. Michigan: North Central Regional
Center for Rural Development. Martinez, F., O'Sullivan, P., Smith, M., dan Esposito,
M. (2017). Perspectives on The Role of
Gregoire, Maud. (2016). Exploring Various Business in Social Innovation. Journal of
Approaches of Social Innovation: A Management Development. Volume 36. Nomor
Francophone Literature Review and A Proposal 5.
Of Innovation Typology. Volume 17. Halaman
45-71. Matarrita-Cascante, D., dan Brennan, M. A. (2012).
Conceptualizing community development in the
Green, J. J. (2008). Community Development as Social twenty-first century. Community Development.
Movement: A Contribution to Models of Volume 43. Halaman 293–305.
Practice. Community Development. Volume 39.
Halaman 50–62. Mattessich, P. and Monsey, M. (2004). Community
Building: What Makes It Work. Minnesota:
Grootaert, Cristiaan dan Bastelaer, Thierry van. (2002). Wilder Foundation.
The Role of Social Capital in Development An
Empirical Assessment With a foreword by McKnight, J. dan Kretzmann, J. (1993). Building
Robert D. Putnam. Cambridge: Cambridge Communities from the Inside Out: A Path
University Press. Towards Finding and Mobilizing a
Community’s Assets. Chichago: Acta
Hess, M. dan Adams D. (2010). Social Innovation and Publications.
Why it has Policy Significance. The Economic
and Labour Relations Review. Volume 21. Moeleong, Lexy J. (2005). Metode Penelitian
Nomor 2. Halaman 139-156. Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Idemudia, U. (2007). Corporate partnerships and Møllegaarda, Stine dan Jæger, Mads Meier. (2015).
community development in the Nigerian oil The Effect of Grandparents’ Economic,
industry: Strengths and limitations. Program Cultural, and Social Capital on grandchildren’s
Paper, Markets, Business and Regulation. Educational Success. Research in Social
Nomor 2. Switzerland: United Nations Research Stratification and Mobility.Volume 42.
Institute for Social Development (UNRISD). Halaman 11–19.

Indarwati, Yulia (2017). Inovasi Program Kartu Morais-Da-Silva, Rodrigo Luiz. (2016). Scaling Up
Keluargaku Data Ulang (Kakekku Datang) Social Innovation: a meta-synthesis. Mackenzie
dalam Meningkatan Kualitas Pelayanan di Management Review Special Edition. Volume
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 17. Nomor 6.
Kabupaten Gresik. Surabaya: Universitas
Airlangga. Moulaert, Frank, Martinelli, F., Swyngedouw E., dan
González Sara. (2010). Social Innovation and
Jacobi, Nadia Von, Alex Nicholls, dan Enrica Community Development. London: Routledge
Chiappero- Martinetti. (2017). Theorizing Taylor & Francis Group, London.
Social Innovation to Address Marginalization.
Journal of Social Entrepreneurship. Volume 8. Mulgan, G., Tucker, S., Ali, R., dan Sanders, B.
Issue 3. Halaman 265- 270. (2007). Social Innovation: What It Is, Why It

11
Matters, How It Can Be Accelerated. UK: Skoll Optimism. Development Policy Review,
Centre for Social Entrepreneurship. Volume 4, Issue 1.

Mulgan, Geoff. (2006). The process of Social Roseland, M. (2000). Sustainable Community
Innovation. Innovations: Technology, Development: Integrating Environmental,
Governance, Globalization. Volume 1. Nomor Economic and Social Objectives. Progress in
2. Halaman 145-162. Planning. Volume 54. Nomor 2. Halaman 190-
207.
Murdiastuti, Anastasia, Hermanto Rohman, dan Suji.
(2014). Kebijakan Pengembangan Pariwisata Sintia, Andayani. (2016). Inovasi Pelayanan Publik
Berbasis Democratic Governance. Surabaya: (Studi Upaya Inovasi Paket Perizinan oleh
Pustaka Raja. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Sidoarjo dalam Meningkatkan
Murray R., Caulier-Grice J and Mulgan G. (2010). The Kualitas Pelayanan Perizinan. Surabaya:
Open Book of Social Innovation. London: Universitas Airlangga
NESTA.
Smith, B. C., (1985). Decentralization: The Teritorial
Muthuri, J. N. (2008). Corporate Citizenship and The Dimension of The State. London: George Allen
Reconstruction of Governance Roles And & Unwin, London.
Relationships: Corporate Community
Involvement of The Magadi Soda Company. Smith, Kirstie L. (2015). A City-Level Analysis Using
Unpublished PhD Dissertation. UK: University Asset-Based Community Development. Texas:
of Nottingham. Lamar University

Nurlea, Deka Dea. (2017). Inovasi Layanan Kepolisian Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif,
(Studi tentang Layanan Panic Button On Hand Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
untuk Masyarakat dilihat dari Prespektif
Pelayanan Prima di Polres Kota Malang). Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. (2002).
Surabaya: Universitas Airlangga Pembangunan Ekonomi. Jakaerta: Penerbit
Erlangga
OECD. (2005). Oslo Manual: Guidelines for
Collecting and Interpreting Innovation Data, Triyono, Agus. (2014). Pemberdayaan Masyarakat
3rd edition. Paris: OECD Publishing. melalui Community Development Program
Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) PT.
Osborne, Stephen dan Louise Brown. (2013). Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap. Solo:
Handbook of Innovation In Public Services. Universitas Muhammdiyah Surakarta.
United Kingdom: Edward Elgar Publishing
Wearing, Stephen dan Matthew McDonald. (2002).
Pawar, Manohar. (2014). Social and Community The development of Community Based Tourism:
Development Practice. India: SAGE Re Thinking The Relationship Between Tour
Publications India Pvt. Ltd. Operators and Development Agents as
Intermediaries in Rural and Isolated Area
Phillips, Rhonda dan Pittman, Robert H. (2009). An Communities. Journal of Sustainable Tourism.
Introduction to Community Development. Volume 10. Nomor 3. Halaman 191-206.
London: Routledge Taylor & Francis Group
World Bank. (1994). World Development Report 1994:
Pieterse, Jan Nederveen. (2010). Development Theory Infrastructure for Development. New York:
Deconstructions/Reconstructions Second Oxford University Press.
Edition. London: SAGE Publications Ltd.
Ziegler, Rafael. (2017). Social Innovation as a
Putra, Ade Maulana. (2013). Implementasi Program Collaborative Concept. The European Journal
Corporate Social Responsibility (CSR) Berbasis of Social Science Research. Halaman 1–18.
Community Development (Studi Tentang CSR
PT Greenfields Indonesia di Desa Babadan Peraturan Perundang Undangan
Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang). Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Tentang
Malang: Universitas Brawijaya. Pelestarian Bangunan Dan/Atau Lingkungan
Cagar Budaya.
Rondinelli, Dennis dan John R. Nellis. (1986).
Assessing Decentralization Policies in Sesuai Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-
Developing Countries: The Case for Cautious 09/MBU/07/2015 tanggal 3 Juli 2015 tentang

12
Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan Badan Usaha Milik Negara.

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 65 Tahun 2016


tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Uraian Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Surabaya.

13

Anda mungkin juga menyukai