0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
80 tayangan2 halaman
Cerita ini menceritakan tentang pertemuan dua orang sahabat dengan seekor beruang besar di hutan. Salah satu sahabat berhasil melarikan diri ke pohon tinggi, sementara sahabatnya yang tua tidak sanggup melarikan diri. Sahabat yang tua pura-pura mati, dan beruang itu mengendusnya sambil berbisik. Setelah beruang pergi, sahabat yang di pohon turun dan bertanya apa yang dibisikkan beruang. Sahabat
Cerita ini menceritakan tentang pertemuan dua orang sahabat dengan seekor beruang besar di hutan. Salah satu sahabat berhasil melarikan diri ke pohon tinggi, sementara sahabatnya yang tua tidak sanggup melarikan diri. Sahabat yang tua pura-pura mati, dan beruang itu mengendusnya sambil berbisik. Setelah beruang pergi, sahabat yang di pohon turun dan bertanya apa yang dibisikkan beruang. Sahabat
Cerita ini menceritakan tentang pertemuan dua orang sahabat dengan seekor beruang besar di hutan. Salah satu sahabat berhasil melarikan diri ke pohon tinggi, sementara sahabatnya yang tua tidak sanggup melarikan diri. Sahabat yang tua pura-pura mati, dan beruang itu mengendusnya sambil berbisik. Setelah beruang pergi, sahabat yang di pohon turun dan bertanya apa yang dibisikkan beruang. Sahabat
sebentar lagi akan tenggelam keperaduannya. Seekor serigala yang berbadan kurus kering kelihatan sangat frustasi betapa tidak, sudah seharian dia berburu namun tidak seekor mangsapun yang dia dapat. Dengan rasa haus yang berat diapun menhampiri sebuah sungai yang airnya sangat jernih dan asyik diminum. "Nampaknya kalau sore ini aku mendapatkan seekor kelinci yang gemuk, pasti makan malam yang cukup nikmat" dalam khayalnya. "Atau mungkin sore ini aku hanya dapatkan seekor burung kalkun yang gemuk, ya tak apalah inipun cukup untuk aku makan malam," khayalan terus berkelana kesana-kemari. Walaupun hidangan itu sebenarnya belum ada, mungkin ini halusinasi dari rasa laparnya yang begitu hebat. Dan lamunan itu berlanjut kembali, dalam lamunan kali ini dia membayangkan yang menjadi mangsanya adalah seekor anak biri-biri yang gemuk dengan dagingnya yang sangat empuk kalau dikunyah mulutnya. Sampai mendecak-decak itu lidah sang serigala mengeluarkan iler menetes, betapa menyiksanya perut lapar ini. Mau loncat saja sang serigala karena terkejut dari lamunannya sebuah suara gemerisik telah membuyarkan khayalan nikmatnya. Ternyata sumber suara itu berasal dari seekor anak biri-biri yang sedang asyik bermain tidak jauh dari sungai tempat dia minum. Hampir tidak percaya dengan penglihatannya maka digeleng-gelengkan kepalanya takut itu hanya halusinasi saja. "Ternyata ini sebuah kenyataan aku tidak sedang bermimpi," khayalan yang menjadi kenyataan pikirnya, makanan lezat telah tersaji didepan matanya. Jarak mereka begitu dekat, sang serigala dengan senyuman ramahnya memperlihatkan barisan gigi putihnya penuh daya tipu muslihat. Sang anak biri-biri ini semenjak dari tadi tidak menyadari bahwa didekatnya ada seekor serigala lapar, tentu saja dia sangat ketakutan sekali. "Oh, ternyata hanya seekor anak biri-biri!, Seluruh air disungai ini menjadi keruh dan aku tidak bisa minum air yang kotor begini.!" "Tidak aku tidak berbuat demikian! bapak serigala harus berpikir dengan jelas. mana mungkin air yang bapak minum itu keruh sementara aku ada dibawah alirannya," jawabnya menjelaskan kepada sang serigala. "Namun aku tahu sekarang siapa kamu!" sang serigala berkata kembali. "Kamu adalah sang anak biri-biri yang selalu berbohong dan membuat berita buruk tentang aku, satu tahun yang lalu ya!" "Tidak mungkin aku, bapak serigala! setahun kebelakang dari waktu ini aku belum dilahirkan" balasnya masih dengan ketakutan yang amat sangat sang biri-biri itu menjawab. "Baiklah mungkin bukan kamu yang menyebar berita bohong, mungkin ayahmu atau kakakmu aku tidak peduli!" sang serigala berkata demikian, sambil kakinya terus melangkah mendekati sang anak biri-biri itu. "Maafkanlah sang bapak serigala, segala kesalahan mereka diwaktu yang telah lalu itu! dengan demikian bapak serigala pun jangan menumpahkan kesalahan itu kepadaku yang tidak tahu apa-apa ................." "Baik-baiklah!" langkahnya semakin mendekat saja. "Aku tidak akan menyalahkanmu, dengan senyuman manisnya memperlihatkan gigi-gigi taring yang tajam!" Satu kali loncatan kecil saja sang anak biri-biri yang berdaging empuk itu telah berada dalam cengkeramannya, gigi taring yang tajam itu telah mengiris lehernya. Makan malam yang sangat lezat dan didapat dengan sangat mudah sekali. Sang anak biri- biri telah menjadi korban tipu muslihat yang jahat. Hati-hati dalam menjalani hidup ini sebab hidup harus tetap berjalan dan dalam perjalanan hidup ini pasti kita akan berjumpa dengan orang yang mungkin berhati jahat. Dua Sahabat dan Sang Beruang
Sang kemerahan mentari siang menjelang
sore itu berbias indah tatkala menyinari padang rumput hijau yang terhampar dihadapan kita. Berkelompok-kelompok binatang sedang istirahat ditempat kelompok persembunyian mereka masing-masing. Siang menjelang sore yang indah untuk dinikmati bersama kelompok keluarga besar mereka yang damai dan nyaman. Diiringi suara gemerisik air sungai kecil yang mengalir ditengah padang rumput hijau yang membentang luas seperti tidak ada ujungnya. Betapa merdunya suara nyanyian alam dan alangkah indahnya pemandangan kala zaman itu. Terlihat dua lelaki yang sedang berjalan dari balik rerumputan hijau dari sebuah belokkan yang menanjak. Mereka berjalan pelan saja, mungkin mereka sedikit kecapaian ditengah terik matahari. Wajah kedua orang itu memerah dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Dan tidak jauh dibelakang kedua orang tersebut, seekor beruang besar mengikuti mereka dengan mengendus-endus jejak kaki kedua orang tersebut. Dan ditikungan jalan berikutnya satu dari kedua orang tersebut melihat beruang besar itu dari kejauhan. Sang beruang besar sedang mengintainya untuk memangsa mereka pada waktu yang tepat. "Awas kawan, ada beruang besar mengikuti kita dari belakang!" teriaknya sudah tidak memperdulikan lagi sang kawan, dia berlari dan meloncat naik kesebuah pohon besar terus naik kesebuah cabang yang paling tinggi. "Selamatlah aku kini sudah berada diatas sebuah dahan pohon yang tinggi," pikirnya. Namun lain lagi dengan nasib kawannya yang ditinggal pergi lari, lelaki ini umurnya sudah tua dan dia tidak sanggup lagi untuk meloncat menggapai dahan pohon yang cukup lumayan tinggi itu. Sementara ditempat itu hanya pohon itu satu-satunya yang tumbuh tinggi, yang lainnya hanyalah padang rumput yang terbuka luas. Dengan putus asa akhirnya dia berpura-pura mati telengkup, berbaring sang lelaki tua itu diatas rumput tersebut. Sengaja sang lelaki tua ini menahan napasnya seolah-olah dia sudah tidak bernyawa lagi. Sampailah sang beruang besar ditempat itu. Dunia terasa sudah berhenti berputar, sudah basah kuyup celana yang dikenakan sang lelaki tua karena takutnya dia sampai terkencing- kencing. Raungan yang dahsyat terdengar ditelinga sang lelaki tua yang tidak berdaya itu seperti suara petir yang menyambar telinganya. Sekali lagi sang beruang besar itu memeriksa mangsanya dengan hidung mengendus-endus didekat telinga sang lelaki tua yang tidak berdaya itu. Sementara sang kawan yang berada diatas dahan pohon besar itupun sama menahan napas tatkala sang beruang besar itu memeriksa sang kawan dibawah sana. Sang beruang besar itupun berlalu dari tempat tersebut setelah mengendus seolah-olah berbisik mencium telinga sang kawannya. Meloncatlah sang lelaki muda itu dari atas pohon itu, dia merasa lega karena sang beruang telah pergi berlalu dari temapat itu. "Apa yang dibisikkan sang beruang besar itu kepadamu kawan?" Bertanya sang lelaki muda. "Oh itu tadi, sebenarnya ini rahasia saya tetapi kita sudah berkawan lama, untuk apa rahasia-rahasiahan segala!" "Tadi sang beruang hanya berkata demikian, jangan kamu berkawan dengan orang yang tidak mau menolong kawannya, disaat sang kawan lagi butuh pertolongan." Suka dan duka dijalani bersama itulah kawan yang setia, Maka carilah kawan setia dikala suka dan dikala duka.