Anda di halaman 1dari 27

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Boy’s Cake &
Bakery yang menjadi tempat penelitian dan membahas tentang teori-teori yang
berkaitan dengan tema yang diambil dalam penelitian.
2.1 Profil Perusahaan
Pada subbab ini akan menjelaskan tentang profil perusahaan yang meliputi
gambaran umum perusahaan, spesifikasi produk, aliran proses produksi, ukuran
dan jumlah mesin yang digunakan dalam proses produksi Boy’s Cake & Bakery,
serta luas lantai produksi Boy’s Cake & Bakery.
2.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Boy’s Cake & Bakery merupakan sebuah perusahaan (home industry) yang
bergerak dalam bidang pengolahan makanan (kue tradisional dan modern).
Perusahaan yang terletak di Jalan Solo-Karang Anyar atau Jalan Solo -Tawang
Mangu, Triyagan, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57554,
Indonesia tidak hanya memproduksi satu jenis produk saja, tetapi ada beberapa
jenis produk yang diproduksi yaitu croissant, cake marmer, muffin coklat, roti
abon, soes coklat, banana pie, dan lain-lain. Fokus pada penelitian ini yaitu pada
produk utama yaitu croissant. Salah satu faktor pendirian perusahaan ini adalah
karena kecenderungan masyarakat yang pasti membutuhkan perusahaan untuk
memproduksi berbagai jenis kue dan roti serta permintaan akan kue dan roti
sebagai kebutuhan berbagai kepentingan dan acara di daerah Karanganyar dan
Sukoharjo yang semakin tinggi dikarenakan masih sedikit perusahaan pengolahan
makanan yang berkembang di daerah tersebut. Oleh karena tingkat penjualannya
yang cukup tinggi, maka perusahaan ini masih dapat bertahan sampai saat ini. Dan
perusahaan ini dari tahun ke tahun dapat menambah hasil produksinya karena
adanya permintaan yang semakin tinggi dari pihak konsumen. Boy’s Cake &
Bakery dapat dikatakan sebagai perusahaan yang cukup berkembang di masa
sekarang ini, hal ini terbukti dengan tingkat penjualan yang semakin naik dari
tahun ke tahun.

II-1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Boy’s Cake & Bakery melakukan proses produksi berdasarkan permintaan


yang ada (make to order) dan menyediakan produk jadi (make to stock) pada
outlet yang dimiliki Boy’s Cake & Bakery sehingga konsumen yang tidak
melakukan pemesanan tetap dapat membeli produk dari Boy’s Cake & Bakery
secara langsung. Berdasarkan observasi dapat diidentifikasi adanya peletakan
fasilitas yang tidak beraturan dan tidak sesuai dengan aliran proses. Hal ini
menyebabkan ketidakefisiensian ruangan. Peletakan fasilitas yang tidak sesuai
dengan hubungan antar aktivitas menambah jarak tempuh yang harus dilalui
pekerja menjadi lebih lama karena harus memutar terlebih dahulu untuk mencapai
proses selanjutnya. Selain itu, produk yang telah selesai melalui proses pon
dikumpulkan terlebih dahulu agar pengangkutan menjadi lebih ringkas. Hal-hal
tersebut menyebabkan pekerja merasa tidak nyaman saat bekerja. Bagi
perusahaan, tentu saja hal ini merupakan sebuah kerugian karena menyebabkan
biaya pengangkutan (material handling) menjadi besar dan waktu produksi
menjadi lebih lama dikarenakan pekerja banyak memakan waktu dalam
pemindahan bahan dari proses satu ke proses yang lain.
2.1.2 Luas Lantai Produksi
Pada subbab ini berisi tentang luas lantai produksi yang ada pada Boys
Bakery and Cake. Total luas bangunan dari Boys Bakery and Cake adalah 229,36
m2 Luas tempat produksi roti di Boys Bakery and Cake adalah 145,66 m2. Luas
lantai produksi yang ada pada Boys Bakery and Cake dapat dilihat pada Tabel 2.1.
berikut:
Tabel 2.1 Luas Lantai Produksi
Ukuran
Area Produksi yang Tersedia Luas (m2)
Panjang (m) Lebar (m)
Ruang Packing 3.30 2.80 9.24
Gudang Bahan Baku 1 2.50 2.80 7.00
Gudang Bahan Baku 1 2.50 2.80 7.00
Area Percamburan Bahan 8.30 3.20 26.56
Area Pembentukan 5.80 3.40 19.72
Ruang Produksi Cake 8.10 9.40 76.14
Total 145.66

Layout dan diagram alir Boys Bakery and Cake dapat dilihat pada Gambar
2.1.

II-2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1 Gambar Layout Boy’s Cake and Bakery


Keterangan :
• Merah = diagram alir produksi bakery
• Hijau = diagram alir produksi cake

II-3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.3 Ukuran dan Jumlah Mesin


Pada subbab ini membahas tentang ukuran dan jumlah mesin yang ada pada
setiap stasiun di Boys Bakery and Cake. Ukuran dan jumlah mesin pada Boy’s
Cake & Bakery tersebut pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Ukuran dan Jumlah Mesin
Ukuran
Mesin Jumlah
Panjang (m) Lebar (m)
Mixer 4 0.4 0.4
Oven 2 1.0 1.3
Dough Roller 1 0.8 1.0

2.1.4 Spesifikasi Produk


Subbab ini berisi tentang spesifikasi produk yang ada pada Boy’s Cake &
Bakery. Boy’s Cake & Bakery terletak di jalan Solo-Tawangmangu, Triyagan,
Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. Boy’s Cake & Bakery
merupakan perusahaan yang bergerak dalam memproduksi dan menjual beragam
bentuk dan olahan roti dan kue. Beberapa roti dan kue yang diproduksi dan dijual
oleh Boys Bakery and Cake berupa roti cokelat, roti keju, banana cake, roti tawar,
brownies, cup cake, croissant, tart dan lain-lain. Dalam melakukan produksinya,
perusahaan ini membedakan proses produksi antara produk roti dan kue, hal ini
dikarenakan proses yang berbeda antara kedua jenis produk tersebut. Penelitian
ini berfokus pada produk roti yaitu roti croissant. Berikut ini adalah daftar bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatan roti croissant, komposisi bahan dibawah
ini digunakan untuk menghasilkan 15 croissant dengan diameter kurang lebih 12-
13 cm:
1. Tepung terigu : 500 gr
2. Ragi : 30 gr
3. Telur : 2 buah
4. Air hangat : 220 ml
5. Susu bubuk : 30 gr
6. Garam : 20 gr
7. Gula pasir : 70 gr
8. Mentega : 250 gr

II-4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2. Produk Boy’s Cake and Bakery


2.1.5 Aliran Proses Produksi
Pada subbab ini menjelaskan tentang aliran proses produksi. Aliran proses
produksi pada pabrik Boy’s Bakery and Cake sebagai berikut :
Flowchart proses produksi dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

Gambar 2.3. Flowchart Proses Produksi


Langkah awal pada pembuatan roti Croissant adalah proses pencampuran
bahan baku berupa tepung terigu, mentega, telur, air dan bahan pelengkap (ragi,
garam, gula dan susu bubuk) dengan menggunakan mesin mixer. Jumlah bahan
yang digunakan tergantung dengan jumlah croissant yang akan diproduksi.

II-5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah melakukan pencampuran bahan, adonan tersebut dikembangkan selama


beberapa menit di rak pengembang. Proses selanjutnya yaitu memipihkan adonan
yang telah mengembang tersebut menggunakan mesin roll. Setelah adonan
dipipihkan, adonan tersebut di timbang untuk dibagi-bagi dan di bentuk sesuai
dengan bentuk roti croissant. Selanjutnya, adonan yang telah dibentuk tersebut
diletakkan pada loyang yang kemudian akan dilakukan proses pemanggangan
dengan menggunakan mesin oven. Pemangganan dilakukan dalam beberapa
menit. Langkah selanjutnya yaitu roti yang telah dipanggang dikeluarkan dari
oven kemudian dilakukan pendinginan pada rak pendingin. Lalu roti croissant
yang telah selesai didinginkan tersebut diangkut secara manual handling ke
bagian packaging untuk dilakukan proses pengepakan sedangkan sebagian lainnya
diangkut ke toko untuk dijual. Peta proses operasi dari produk Boy’s Bakery &
Cake yang berupa roti croissant dapat dilihat pada Gambar 2.4.

II-6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PETA PROSES OPERASI


NAMA OBYEK : ROTI CROISSANT
NOMOR PETA :1
DIPETAKAN OLEH :-
TANGGAL DIPETAKAN : 10 April 2018

Ringkasan
Kegiatan Jumlah Waktu
Operasi 15 1517"
Pemeriksaan 1 58"
Total 1585"

Gambar 2.4 PPO Croissant

II-7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2 Landasan Teori


Pada sub bab ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan
dengan tema penelitian.
2.2.1 Definisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar tenaga
kerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaaan yang dibebankan. Lingkungan Kerja menurut Nitisemito (2001) dalam
Sasono dan Purwaningsih (2015) adalah sebagai sesuatu yang ada disekitar para
pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan
memungkinkan pegawai untuk bekerja secara optimal. Sedarmayanti (2007)
mendefinisikan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang yang diembankan. Maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja
merupakan suatu lingkup atau ruang yang terdapat pada seseorang yang bekerja
pada suatu tempat atau perusahaan dan mempengaruhi kondisi fisik serta mental
secara langsung dalam menyelesaikan tugas dalam pekerjaannya.
2.2.2 Iklim Kerja
Menurut Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011, iklim kerja adalah
hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannnya.
1. Suhu
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan
suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan antara panas
yang dihasilkan metabolisme tubuh dengan pertukaran panas di antara tubuh
dengan lingkungan sekitarnya (Suma’mur, 1984 dan Priatna, 1990 dalam
Tarwaka, 2004). Besarnya panas yang hilang tergantung pada besarnya perbedaan
antara suhu kulit dengan media penghantar.
2. Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara yang
biasanya dinyatakan dalam persentase (Sedarmayanti, 2009). Pengukuran

II-8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelembaban udara penting dilakukan karena merupakan salah satu faktor kunci
dari iklim yang mempengaruhi proses perpindahan panas dari tubuh dengan
lingkungan melalui evaporasi (penguapan).
Di dalam tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan (paru-paru)
dan keringat (kulit). Penguapan yang paling banyak terjadi yaitu melalui kulit.
Keringat yang keluar akan cepat menguap bila kelembaban udara rendah.
Penguapan ini terjadi dengan mengambil panas tubuh. Jadi berkeringat dapat
menurunkan suhu tubuh.
3. Kecepatan Angin
Angin terjadi karena ada perbedaan tekanan udara sehingga udara bergerak
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Pergerakan udara juga dapat disebabkan
oleh perbedaan suhu di antara dua tempat dimana udara mengalir dari tempat yang
bersuhu rendah ke tempat yang bersuhu tinggi. Kecepatan angin berperan dalam
proses pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan khususnya melalui proses
konveksi dan evaporasi.
4. Panas Radiasi
Radiasi adalah proses gelombang elektromagnetik dipindahkan tanpa
pemindahan materi. Pada tubuh manusia, menerima atau kehilangan panas lewat
mekanisme radiasi tergantung dari suhu benda-benda di sekitar. Pada dasarnya
setiap benda maupun tubuh manusia mengeluarkan gelombang-gelombang
elektromagnetik.
2.2.3 Jenis-Jenis Iklim Kerja
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri telah
menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim kerja berupa iklim
kerja panas dan iklim kerja dingin.
1. Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat
disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar
matahari (Budiono, 2008). Kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu
tinggi adalah tekanan panas (heat stres). Faktor-faktor yang menyebabkan
pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar adalah konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi (Suma’mur, 1996).

II-9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Konduksi
Konduksi adalah transfer panas melalui kontak langsung dengan objek
menuruni gradiennya dari molekul ke molekul. Molekul-molekul ini
bergetar konstan dimana molekul yang lebih panas bergerak lebih cepat
dibandingkan yang dingin. Ketika bersentuhan, molekul yang panas
memanaskan molekul yang dingin hingga molekul kedua objek tersebut
bersuhu sama. Laju dari transfer ini tergantung dari perbedaan temperatur
antara kedua objek serta konduktivitas dari substansi yang terlibat. Tubuh
dapat kehilangan panas melalui konduksi dengan udara. Transfer panas
terjadi tergantung dari suhu udara lebih panas atau lebih dingin dari kulit.
b. Konveksi
Konveksi adalah transfer dari energi panas oleh arus udara maupun air.
Saat tubuh kehilangan panas melalui konduksi dengan udara sekitar yang
lebih dingin maka udara yang bersentuhan dengan kulit menjadi hangat.
Karena udara panas lebih ringan dibandingkan udara dingin maka udara
panas berpindah, udara dingin bergerak ke kulit untuk menggantikan udara
panas. Pergerakan udara ini disebut arus konveksi yang membantu
membawa panas dari tubuh.
c. Radiasi
Radiasi adalah emisi dari energi panas dari permukaan tubuh yang
hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang panas
melalui udara. Ketika energi yang dipancarkan terhadap suatu objek diserap
maka energi panas tersebut ditransformasi menjadi panas pada objek
tersebut. Tubuh mendapat atau kehilangan panas dengan radiasi tergantung
pada perbedaan temperatur permukaan kulit dan permukaan objek lain di
sekitarnya karena transfer oleh radiasi selalu terjadi dari objek yang lebih
panas ke objek yang lebih dingin seperti dari panas matahari ke kulit.
d. Evaporasi
Berkeringat adalah proses evaporasi dibawah kontrol nervus simpatik.
Berkeringat adalah upaya untuk pengurangan panas dari dalam tubuh.
Selama evaporasi berlangsung di permukaan kulit, panas diharuskan

II-10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengubah air dari cairan menjadi gas yang diserap dari kulit untuk
mendinginkan tubuh
2. Iklim Kerja Dingin
Jika temperatur suhu udara dingin maka terjadi perbedaan temperatur yang
signifikan pada bagian kulit dari bagian dalam kulit sampai ke luar kulit.
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah
terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut
dengan chilblains, trench foot dan frostbite.
a. Chilblains
Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah, panas dan sakit
diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerja ditempat dingin dengan
waktu lama dan akibat defisiensi besi.
b. Trench foot
Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat kelembaban atau dingin
walau suhu diatas titik beku. Stadium ini diikuti tingkat hyperthermis yaitu
kaki membengkak, merah, dan sakit. Penyakit ini berakibat cacat sementara.
c. Frosbite
Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisinya sama seperti
trenchfoot namun stadium akhir penyakit frosbite adalah gangrene (luka
yang sudah membusuk dan bisa melebar) dan bisa berakibat cacat tetap.
2.2.4 Pengukuran Iklim Kerja
Subbab ini menjelaskan pengukuran dan perhitungan pada lingkungan
kerja di tempat kerja.
Sesuai Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor
fisika di tempat kerja menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan
Bola) dengan terminasi Inggris WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) atas
ketentuan sebagai berikut :
1. Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.

II-11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) merupakan parameter untuk menilai
tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara
kering, suhu basah alami, dan suhu bola.
4. Suhu udara kering (dry bulb temperature) merupakan suhu yang
ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
5. Suhu basah alami (natural wet bulb temperature) merupakan suhu yang
ditunjukkan oleh termometer bola basah alami. Merupakan suhu penguapan
air yang pada suhu yang sama menyebabkan terjadinya keseimbangan uap
air di udara. Suhu ini biasanya lebih rendah dari suhu kering.
6. Suhu bola (globe temperature) merupakan suhu yang ditunjukkan oleh
termometer bola. Suhu ini sebagai indikator tingkat radiasi.
2.2.5 Alat Pengukur
Subbab ini menjelaskan alat ukur yang digunakan untuk pengukuran faktor
iklim kerja yang berupa temperatur di tempat kerja dan cara mengoperasikan alat
ukur tersebut. Alat ukur temperatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4
in 1 Multi-function Environtment Meter. 4 in 1 Multi-function Environtment Meter
adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk empat macam pengukuran, yaitu :
a. Relative Humidity Meter untuk pengukuran kelembaban udara di tempat
kerja.
b. Sound Level Meter untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja.
c. Temperature Meter untuk pengukuran suhu ruangan tempat kerja.
d. Light Meter untuk pengukuran intensitas cahaya di tempat kerja.
Pengukuran dengan 4 in 1 Multi-function Environtment Meter dengan
fungsi temperature meter dan humidity meter sebagai berikut:
a. Menentukan titik pengukuran.
b. Mengarahkankan tombol ke dalam satuan temperatur atau kelembaban.
c. Menghidupkan 4 in 1 Multi-function Environtment Meter dengan
menekan tombol ON/OFF.

II-12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Mengarahkan sensor photo cell ke titik pengukuran.


e. Membaca dan mencatat hasil pengukuran pada display

Gambar 2.5 4 in 1 Multi-function Environtment Meter


2.2.6 Titik Pengukuran
Subbab ini menjelaskan cara menetukan titik pengukuran sebelum
mengukur lingkungan kerja dengan alat ukur.
1. Penentuan Titik Pengukuran Iklim Kerja (SNI-16-7061-2004)
Tidak ada formula yang baku untuk menentukan berapa jumlah titik
pengukuran pada suatu area yang mempunyai panas yang tinggi. Secara umum
jumlah titik pengukuran dipengaruhi oleh jumlah sumber panas dan luas area yang
terpajan panas yang mana terdapat aktivitas pekerja di area tersebut.
Pengukuran dilakukan pada tingkat gradien ketinggian pengukuran terdiri
dari 3 titik yaitu ketinggian 0,1m; 1,1m dan 1,7m. Hal ini berdasarkan standar
pengukuran ASHRAE 55. Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat
tenaga kerja melakukan pekerjaan.
Berdasarkan SNI- 16-7061-2004 tentang Pengukuran iklim kerja (panas)
dengan parameter indeks suhu basah dan bola tidak dijelaskan berapa pengukuran
dilakukan pada setiap titik pengukuran. SNI-16-7061-2004 hanya menyatakan
bahwa pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali selama 8 jam kerja, yaitu pada awal
shift, tengah shift, dan di akhir shift. Menurut OSHA Technical Manual, lama
pengukuran indeks WBGT dapat dilakukan secara kontinyu (selama 8 jam kerja)
atau hanya pada waktu-waktu paparan tertentu. Pengukuran seharusnya dilakukan
dengan periode waktu minimal 60 menit. Sedangkan untuk pajanan yang terputus-
putus minimal selama 120 menit.

II-13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Penentuan Titik Pengukuran dengan SNI 16-7062-2004


Pada penelitian ini penetuan titik pengukuran dilakukan sesuai dengan SNI
16-7062-2004 karena dengan aturan ini dapat memudahkan peneliti untuk
melakukan penelitian dengan software surfer 11. Aturan penentuan titik menurut
SNI 16-7062-2004 dilakukan sebagai berikut :
a. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun
peralatan.Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di
atas meja yang ada.
b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak
tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1
(satu) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum
untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Penentuan titik pengukuran penerangan umum


dengan luas kurang dari 10 m2
2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas
ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar
2.7.

II-14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.7 Penentuan titik pengukuran penerangan umum


dengan luas 10 m2-100 m2
3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.Contoh denah
pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas
lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Penentuan titik pengukuran penerangan umum


dengan luas lebih dari 100 m2
2.2.7 Nilai Ambang Batas Temperatur
Nilai ambang batas faktor iklim kerja tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/200. Di dalam
KepMenKesRI tersebut dicantumkan bahwa NAB dari temperatur udara suatu
ruang kerja adalah sebesar 18 oC sampai dengan 28 oC.
2.2.8 Dampak Iklim Kerja Panas
Subbab ini menjelaskan dampak dan pengaruh lingkungan kerja yang buruk
bagi kesehatan manusia. Menurut Gesang (2011) gangguan kesehatan akibat
paparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagi berikut :

II-15
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan,


sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.
a. Kelelahan
Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam
kerja seseorang harus istirahat karena terjadi penurunan kadar gula dalam
darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan
kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas.
b. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah
cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk
(Buanasita, Andriyanto dan Sulistiowati, 2015). Rasa haus saja tidak dapat
menjadi patokan atas jumlah kehilangan cairan akibat bekerja secara terus
menerus pada lingkungan panas, hal ini merupakan indikator buruk untuk
mengetahui tingkat dehidrasi yang terjadi. Kebutuhan cairan sehari hari bagi
seorang yang beraktivitas pasif hingga yang sangat aktif berkisar 2-4 liter
per hari pada lingkungan yang normal dan 4-10 liter per hari pada
lingkungan yang panas (Sawka, 2005).
c. Heat rash
Seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi
kulit terus basah.
d. Heat Fatique
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan
tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap tugas.
e. Heat cramps.
Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit
garam natrium.
f. Heat syncope
Keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup
karena sebagian besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit atau perifer
yang disebabkan pemaparan suhu tinggi

II-16
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. Heat exhaustion
Keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan
atau kehingan garam, dengan gejalanya: mulut kering, sangat haus, lemah,
dan sangat lelah). Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu
badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih
cepat sehingga penderita akan merasa lemah dan mungkin pingsan
(Suma’mur, 1996).
h. Heat stroke
Heat stroke adalah pengaruh panas kepada pusat pengatur panas di otak
(Suma’mur, 1996). Heat stroke terjadi karena pengaruh suhu panas yang
sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit menjadi kering, dan panas
(Budiono, 2003). Biasanya yang terkena heat stroke adalah laki-laki yang
mempunyai pekerjaan berat dan belum beraklimatisasi. Gejala-gejala yang
paling utama adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas. Gejala-gejala
syaraf pusat juga dapat terlihat seperti vertigo, tremor, konvulsi, dan
delirium. Ketika mengalamai heat stroke maka akan terjadi kerusakan serius
yang bekaitan dengan kesalahan pada pusat pengatur suhu tubuh. Pada
kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak berfungsi lagi disertai hambatan
proses penguapan secara tiba-tiba (Ramdan, 2007).
i. Multiorgan-dysfunction syndrome Continuum.
Rangkaian sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/sebagian
anggota tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.
j. Miliaria
Kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat yang berlebihan
(Suma’mur, 1996).
2.2.9 Perbaikan dan Pengendalian Iklim Kerja
Subbab ini menjelaskan perbaikan dan pengendalian lingkungan kerja pada
tempat kerja agar sesuai standar yang sudah ditentukan.
Upaya pengendalian kondisi termal dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pengendalian teknik secara khusu dan secara umum.
1. Pengendalian Teknik secara Khusus (Job-Spesific Controls)
a. Pengendalian secara Teknik

II-17
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengendalian secara teknis dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1) Pengadalian ventilasi umum
Pengadalian ventilasi umum diharapkan panas yang menyebar
secara radiasi, konduksi dan konveksi ke seluruh ruang kerja dapat
mengalir keluar dimana suhu udaranya lebih rendah serta memberikan
dengan tujuan mengalirkan panas secara konveksi ke tempat dengan
suhu udara yang lebih rendah (Ardyanto, 2005). Tetapi panas yang
terjadi pada lingkungan kerja umumnya secara terus menerus dan
kontinyu, sehingga pengadaan ventilasi umum dirasakan kurang.
2) Pemasangan fan
Fan berfungsi untuk mengalirkan panas secara konveksi ke tempat
dengan suhu udara yang lebih rendah. Sebenarnya pemasangan fan
dengan radiasi panas yang tinggi dapat membahayakan kesehatan
tenaga kerja, karena radiasi panas dari sumber panas akan langsung
terkena tenaga kerja yang dapat menyebabkan efek kesehatan bagi
tenaga kerja.
3) Pemasangan Exhaust fan
Exhaust fan berfungsi untuk mengisap udara panas dari dalam
ruang dan membuangnya ke luar dan pada saat bersamaan menghisap
udara segar dari luar masuk ke dalam ruangan. Exhaust fan merupakan
upaya buatan untuk mengoptimalkan pergantian udara dalam ruang
kerja.
4) Mengurangi beban kerja
5) Menurunkan suhu udara
Apabila suhu udara di atas 40˚C, tenaga kerja mendapat tambahan
panas secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah 32˚C, maka
ada pelepasan panas dari tubuh secara nyata. Suhu udara dapat
diturunkan dengan memasang ventilasi, pendinginan secara aktif atau
melakukan pemindahan sumber panas.
6) Menurunkan kelembaban udara
Menurunkan kelembaban udara dilakukan dengan menggunakan
ruangan yang dingin akan menurunkan tekanan panas, hal ini

II-18
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

disebabkan oleh karena suhu udara dan kelembaban udara yang lebih
rendah, sehingga meningkatkan kecepatan penguapan dengan
pendinginan.
7) Menurunkan panas radiasi
Jika Suhu bola lebih dari 43˚C maka panas radiasi merupakan
sumber tekanan panas secara nyata. Maka, digunakan lembaran logam
atau permukaan benda yang dapat digunakan sebagai perisai untuk
menurunkan panas radiasi.
b. Pengendalian secara Administratif
Pengendalian secara administratif yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan kesehatan berkala, poliklinik dibuka selama 7 hari/minggu,
dokter perusahaan hadir paruh waktu (3 hari/minggu), paramedis hadir
penuh waktu, tenaga kerja ikut menjadi peserta Jamsostek, jam kerja
selama 8 jam/hari atau 40 jam/minggu, jam istirahat selama 1 jam/hari,
adanya organisasi P2K3 dan SPSI, tenaga kerja mendapat makan dan
minum berkaitan dengan tempat kerja yang panas, perusahaan memiliki
ruang makan untuk tenaga kerja, kamar mandi (Ardyanto, 2005).
c. Pengadaan alat pelindung diri (APD)
Pengadaan alat pelindung diri (APD) berupa masker , pakaian yang
sesuai dan helm. Pemberian APD hendaknya diberi konsisten dan
konsekuen agar tenaga kerja terhindar dari bahaya di tempat kerja.
Pemberian pakaian kerja setiap enam bulan sekali (Ardyanto, 2005).
Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan terutama yaitu
menggunakan pakaian pendingin, yang juga merupakan pakaian yang
dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi dalam lingkungan tempat
kerja panas.
2. Pengendalian Teknik secara Umum (General Controls)
a. Training (pendidikan/latihan)
Training yang dilakukan adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon
tenaga kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala.
b. Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene
Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene adalah :

II-19
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Pengendalian cairan.
2) Aklimatisasi.
3) Self determination adalah pembatasan terhadap pajanan panas
dimana tenaga kerja menghindari terhadap cuaca panas apabila ia
sudah merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.
4) Diet dengan cara tidak menganjurkan memakan makanan yang
terlalu manis atau mengandung karbohidrat berlebihan karena akan
menahan cairan melalui ginjal atau keringat.
5) Gaya hidup dan status kesehatan
6) Pakaian kerja yaitu untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya
dari bahan yang mudah menyerap keringat seperti bahan yang
terbuat dari katun sehingga penguapan mudah terjadi.
7) Menyediakan instruksi yang jelas secara verbal dan tertulis, program
pelatihan rutin, serta informasi lain tentang heat stress
8) Pemberian ijin pada pekerja untuk membatasi paparan panas
terhadap dirinya, dan menganjurkan teman sekerja mendeteksi tanda
dan gejala heat strain.
2.2.9 Sofware Suffer
Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat
lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-
titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan
horisontal yang dalam surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar
pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini
memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang
berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan
rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding
ini adalah file grid yang tersimpan pada file .grd.

II-20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2.9 Sofware Surfer 11


Sistem operasi dan perangkat keras surfer tidak mensyaratkan perangkat
keras ataupun sistem operasi yang tinggi. Oleh karena itu surfer relatif mudah
dalam aplikasinya. Surfer bekerja pada sistem operasi Windows 9x dan Windows
NT. Berikut adalah spesifikasi minimal untuk aplikasi Surfer adalah tersedia
ruang untuk program minimal 4 MB, menggunakan sistem operasi Windows 9x
atau Windows NT dan RAM minimal 4 MB serta monitor VGA atau SVGA. Cara
pemasangan program surfer (install) yaitu dengan masukkan master program
Surfer pada CD ROM atau media lain. Lalu buka melalui eksplorer dan klik dobel
pada setup. Surfer menanyakan lokasi pemasangan. Jawab drive yang diinginkan.
Jawab pertanyaan selanjutnya dengan Yes. Lembar Kerja Surfer Lembar kerja
Surfer terdiri dari tiga bagian, yaitu: Surface plot, Worksheet, Editor dan Overlay
peta kontur.
1. Surface plot
Surface plot adalah lembar kerja yang digunakan untuk membuat peta atau
file grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja ini berada pada kondisi yang masih
kosong. Pada lembar plot ini peta dibentuk dan diolah untuk selanjutnya disajikan.
Lembar plot digunakanuntuk mengolah dan membentuk peta dalam dua
dimensional, seperti peta kontur, danpeta tiga dimensional seperti bentukan muka
tiga dimensi. Lembar plot ini menyerupai lembar layout di mana operator
melakukan pengaturan ukuran, teks, posisi obyek, garis, dan berbagai properti
lain. Pada lembar ini pula diatur ukuran kertas kerja yang nanti akan digunakan
sebagai media pencetakan peta.
2. Worksheet

II-21
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Worksheet merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan input


data XYZ. Data XYZ adalah modal utama dalam pembuatan peta pada surfer.
Dari data XYZ ini dibentuk file grid yang selanjutnya diinterpolasikan menjadi
peta-peta kontur atau peta tiga dimensi. Lembar worksheet memiliki antarmuka
yang hampir mirip dengan lembar kerja MS Excel. Worksheet pada Surfer terdiri
dari sel-sel yang merupakan perpotongan baris dan kolom. Data yang dimasukkan
dari worksheet ini akan disimpan dalam file .dat.
3. Editor
Jendela editor adalah tempat yang digunakan untuk membuat atau
mengolah file teks ASCII. Teks yang dibuat dalam jendela editor dapat dikopi dan
ditempel dalam jendela plot. Kemampuan ini memungkinkan penggunaan sebuah
kelompok teks yang sama untuk dipasangkan pada berbagai peta. Jendela editor
juga digunakan untuk menangkap hasil perhitungan volume. Sekelompok teks
hasil perhitungan volume file grid akan ditampilkan dalam sebuah jendela editor.
Jendela tersebut dapat disimpan menjadi sebuah file ASCII dengan ekstensi .txt.
4. Overlay peta kontur
Overlay peta kontur yang dimaksudkan adalah menampakkan sebuah peta
kontur dengan sebuah data raster, atau sebuah peta kontur dengan model tiga
dimensi. Overlay ini memudahkan analisis sebuah wilayah dalam kaitannya
dengan kontur atntuk morfologi lahan setempat.

II-22
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3 Jurnal Referensi


Bagian ini berisi paper referensi tentang masalah yang berkaitan dengan bidang permasalahan iklim kerja yang diteliti dalam
penelitian di Boy’s Cake & Bakery. Paper referensi yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 2.8 Tabel Jurnal Referensi
No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Isi Hasil Kesimpulan
1. Reena Shukla 2015 Ergonomic Kuantitatif Penelitian ini Analisis hasil audit Pada penelitian ini
dan Rajeswara Analysis of dengan membahas tentang mengungkapkan bahwa didapatkan bahwa
Rao K. V. S. Environmental mengukur audit lingkungan suhu tinggi di bagian suhu di bagian
Conditions in faktor yang dilakukan di pemotongan dan pemotongan dan
Garment lingkungan beberapa bagian penjahitan. Ini dapat penjahitan. Tingkat
Manufacturing kerja industri garmen dikaitkan dengan pencahayaan juga
Industries in untuk melihat kondisi iklim, paparan buruk bahkan di
Bengaluru, apakah lingkungan panas di tempat kerja semua bagian. Dan
India kerja dan desain buruk dari pada saat pengamatan
menguntungkan bagi tata letak kerja itu didapatkan bahwa
pekerja. Parameter sendiri. Tingkat pekerja terpapar debu
lingkungan seperti pencahayaan buruk di kapas sehingga sangat
tingkat kebisingan, hampir semua bagian tidak aman bagi
pencahayaan dan dan tingkat kebisingan pekerja.
suhu diukur dengan namun nilai ini telah
menggunakan alat berada dalam NAB
ukut seperti sound yang sesuai standar
level meter, luxmeter OSHA. Oleh karena itu
dan hand held strategi intervensi yang
thermometer dan tepat telah disarankan
dibandingkan berdasarkan tinjauan

II-23
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan standar pustaka yang luas yang


OSHA dilakukan untuk
(Occupational Safety memperbaiki kondisi
and Health lingkungan di unit yang
Administration). dipertimbangkan. Ini
Studi ini akan memiliki pengaruh
mengungkapkan positif pada kesehatan,
bahwa workstation keselamatan,
dirancang dengan kenyamanan dan
area kerja padat, kinerja para karyawan.
pencahayaan buruk,
suhu tinggi, ventilasi
yang tidak tepat.
Oleh karena itu
strategi intervensi
yang sesuai telah
disarankan untuk
meningkatkan
kesehatan,
keselamatan dan
kenyamanan orang-
orang di lingkungan
kerja.

II-24
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Bambang 2017 Work climate Kualitatif Jurnal ini ingin Hasil penelitian Iklim kerja dan beban
Suhardi, Sry and work load dengan mengetahui menunjukkan bahwa kerja di tempat kerja
Yohana measurement in wawancara bagaimana kondisi iklim tempat kerja dan Merak Manis melebihi
Simanjutak, production room dan kuantitatif dan nilai iklim kerja beban kerja di delapan NAB yang ditetapkan.
Pringgo Widyo of Batik Merak dengan di tempat produksi stasiun di ruang
Laksono, dan Manis Laweyan melakukan Merak Manis dan produksi Merak Manis
Dewanto pengukuran bagaimana beban tidak sesuai dengan
Herjunowibowo iklim kerja dan kerja dari para nilai ambang batas yang
beban kerja pekerjanya. Dengan telah ditetapkan. Oleh
ini makan peneliti karena itu, dianjurkan
akan mengetahui untuk menambahkan
apakah nilai iklim lebih banyak jendela
kerja dan beban pembuka untuk
kerja di Merak menambah kecepatan
Manis sudah sesuai udara di dalam gedung
dengan nilai ambang sehingga kelembaban
batas yang telah dan suhu mungkin
ditentukan atau berkurang.
belum.
3. Mufrida Meri 2016 Pengendalian Kualitatif Jurnal ini ingin Dari hasil pengukuran Dari hasil penelitian
dan Hendra Tekanan Panas dengan mengetahui apakah Indeks Suhu Basah dan ini nilai iklim kerja
Risda Eka Putra (Heat Stress) wawancara iklim kerja di Bola didapati bahwa dan beban kerja diatas
Lingkungan dan kuesioner industri kerupuk kondisi paparan tekanan NAB sehingga dapat
Kerja dan kuantitatif Palembang Jaya panas di area ini telah disimpulkan bahwa
Berdasarkan dengan sudah sesuai dengan melebihi NAB. Begitu ruang kerja tidak
Metode ISBB melakukan nilai ambang batas pula kelembaban jauh ergonomis.
pengukuran yang ditetapkan oleh di atas NAB serta hasil
iklim kerja dan Kementrian Tenaga penilaian kuesioner

II-25
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

beban kerja Kerja dan terhadap 7 orang


Tansmigrasi dengan pekerja pada bagian
menggunakan penggorengan dan
parameter Indeks pengukusan di industri
Suhu Basah dan kerupuk Palembang
Bola (ISBB) dan Jaya dapat diketahui
bagaimana upaya bahwa, persepsi yang
pengendaliannya. dirasakan responden
tentang tekanan panas
dilingkungan kerjanya
adalah sama dengan
hasil pengukuran yang
dilakukan, dimana
kondisi ruangan kerja
mereka kurang baik.
4. Afgan Suffan 2017 Perbaikan Kuantitatif Pada penelitian ini Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan di
Aviv, Bambang Tingkat dengan dilakukan tingkat kebisingan pada 10 stasiun Yessy's
Suhardi dan Kebisingan melakukan identifikasi dan 10 stasiun di ruang Collection diatas NAB
Pringgo Widyo pada Ruang pengukuran analisa lingkungan Produksi Yessy’s yang ditentukan
Laksono Produksi kebisingan dan kerja fisik terutama Collection berada sehingga nilai ISBB
Yessy’s beban kerja tingkat kebisingan dibawah NAB (Nilai banyak yang sedang
Collection sehingga dapat Ambang Batas) yang ke sangat berat.
dengan merancang telah ditentukan kecuali
Pendekatan perbaikan kebisingan pada 1 koordinat di
Ergonomi npada industri stasiun penyesekan
kerajinan sepatu yang diatas NAB (Nilai
Yessy’s Collection Ambang Batas) yang
dengan aplikasi telah ditentukan Usulan

II-26
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

surfer 11. perbaikan sebagai


upaya pengendalian
kebisingan yang
diharapkan dapat
diterapkan di Industri
Kerajinan Sepatu
Yessy’s Collection pada
stasiun penyesekan
adalah engineering
control, administrative
control dan penggunaan
APD. Engineering
control yaitu dengan
mengisolasi mesin,
maintenance atau
memodifikasi mesin.
Administrative control
yaitu dengan
mengadakan rotasi
kerja. Sedangkan
penggunaan APD
dengan pemakaian alat
pelindung telinga.

II-27

Anda mungkin juga menyukai