Anda di halaman 1dari 4

Sandy tando

XII ips 1

1. Identifikasikanlah apa jenis tajuk rencana tersebut dan mengapa!


 Interpretative Editorial
Karena teks editorial tersebut mengangkat tentang jsu-isu “Jakarta Darurat
Banjir” yang disertai dengan fakta-fakta untuk menjelaskan tentang isu
tersebut.

2. Temukan fakta dan opini dalam teks editorial tersebut!


 Fakta
1) Kerugian tak ternilai, diantaranya libur karyawan, libur sekolah, dan
perusahaan tutup operasional. Bahkan ASN (Aparatus Sipil Negara)
jajaran Pemprop DKI Jakarta, bisa mengambil cuti selama sebulan,
akibat banjir.
2) Kepedihan dampak banjir makin komplet, ditambah pemadaman listrik
oleh PLN, sebagai antisipasi bahaya arus liar akibat kabel putus.
Berdasar data PLN, lebih dari 2.200 gardu distribusi yang dipadamkan
dengan pertimbangan situasional.
3) Persyaratan cuti (sampai sebulan) telah disesuaikan dengan Peraturan
Badan Kepegawaian Nasional (BKN) Nomor 24 tahun 2017.
4) UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mengatur
penetapan status darurat hidrometerologi.
5) Pada pasal 51 ayat (2), menyatakan, penetapan status darurat bencana
skala nasional dilakukan oleh presiden, skala propinsi dilakukan oleh
gubernur.
 Opini
1) Warga Jakarta seolah-olah telah “kenyang” sengsara akibat banjir.
2) Seluruh profesi yang bekerja di darat, unit usaha mikro dan kecil, bagai
libur kerja.
3) Jakarta sudah sangat rawan terhadap hujan.
4) Maka bencana banjir di Jakarta, bukan sepele.
5) Kerugian tak ternilai, diantaranya libur karyawan, libur sekolah, dan
perusahaan tutup operasional.

3. Analisislah struktur teks editorial tersebut!


 Masalah/pernyataan pendapat

Jakarta sudah sangat rawan terhadap hujan. Semakin sering banjir, walau hujan tidak
lama. Sampai masuk kompleks istana negara. Maka fraksi-fraksi di DPRD DKI
Jakarta sepakat membentuk Pansus (Panitia Khusus) tentang banjir di ibukota. Akan
digali informasi penyebab banjir, dan upaya yang telah dilakukan Pemerintah Propinsi
DKI. Pansus Banjir sepakat, bahwa Jakarta telah dalam darurat banjir. Tetapi
gubernur Jakarta belum menetapkan tanggap darurat.

 Argumentasi

Kerugian tak ternilai, diantaranya libur karyawan, libur sekolah, dan perusahaan tutup
operasional. Bahkan ASN (Aparatus Sipil Negara) jajaran Pemprop DKI Jakarta, bisa
mengambil cuti selama sebulan, akibat banjir. Syaratnya, berupa Surat Keterangan
(RT dan RW) di lokasi banjir yang masuk rumah. Menyebabkan sulit beraktifitas,
sampai tidak bisa berangkat kerja.

Juga perlu menjaga keamanan rumah (dan lingkungan) ketika rumah tergenang banjir,
dan pembersihan rumah. Persyaratan cuti (sampai sebulan) telah disesuaikan dengan
Peraturan Badan Kepegawaian Nasional (BKN) Nomor 24 tahun 2017. Namun juga
diatur pengkhususan terhadap pegawai Satpol PP (termasuk Damkar-Linmas). Karena
seluruh personel Satpol PP dilibatkan dalam upaya pertolongan. Pemberian cuti
dilakukan pasca-banjir.

Kepedihan dampak banjir makin komplet, ditambah pemadaman listrik oleh PLN,
sebagai antisipasi bahaya arus liar akibat kabel putus. Berdasar data PLN, lebih dari
2.200 gardu distribusi yang dipadamkan dengan pertimbangan situasional. Gardu
yang beroperasi normal hanya seperempat kapasitas (638 unit). PLN Jakarta
mengerahkan seribu satgas, yang bekerja seksama memantau perkembangan banjir di
kampung-kampung.
Satgas patroli PLN juga aktif menelusuri perkampungan, turun memeriksa keamanan
sambungan listrik rumahtangga. Kampung yang tidak banjir (sudah surut), listrik akan
dinyalakan, sesuai permintaan Ketua RT dan Ketua RW, melalui prosedur berita
acara. Pemadaman listrik ditempuh, karena pengalaman hujan tahun baru 2020,
terdapat korban arus listrik. Disebabkan kabel distribusi di kampung-kampung putus
akibat hujan dan angin kencang.

Penetapan status tanggap darurat, merupakan kewenangan Kepala Daerah. UU Nomor


24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mengatur penetapan status darurat
hidrometerologi. Dilakukan oleh pemerintah pada tiap tingkatan. Pada pasal 51 ayat
(2), menyatakan, penetapan status darurat bencana skala nasional dilakukan oleh
presiden, skala propinsi dilakukan oleh gubernur. Serta skala kabupaten dilakukan
oleh bupati, dan skala kota dilakukan oleh walikota.

Warga Jakarta seolah-olah telah “kenyang” sengsara akibat banjir. Selama dua bulan
terakhir, sudah beberapa kali mengungsi. Ribuan unit usaha kuliner (gerobak dorong),
dan warung makan juga terpukul banjir. Seluruh profesi yang bekerja di darat, unit
usaha mikro dan kecil, bagai libur kerja. Sedangkan profesi kelautan tak kalah
sengsara. Nelayan juga menambatkan perahu di pinggir pantai, tidak melaut karena
badai dan angin laut.

Maka bencana banjir di Jakarta, bukan sepele. Perekonomian tingkat grass-root akan
menyusut tajam. Tidak terkecuali pedagang sayur dan buah, mengalami penyusutan
suplai. Seluruh jenis sayur dan buah, sangat rentan terhadap hujan. Harga bahan
pangan akan membubung. Kementerian Pertanian bersama Badan Ketahanan Pangan
telah membuka Toko Tani Indonesia (TTI) bagai pasar dadakan, dengan harga
“miring.”

 Penegasan ulang

Pemerintah pusat telah berbuat banyak menjaga kepentingan warga Jakarta. Sampai
melibatkan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dalam “operasi”
rekayasa cuaca. Kerjasama BPPT, BNPB, BMKG, LAPAN, dan TNI-AU, melakukan
penyiraman gumpalan awan dengan garam. Awan lebih cepat menjadi hujan, di laut.
Intensitas curah hujan di darat susut 35%. Mengurangi ke-parah-an potensi banjir.
Tetapi masyarakat lebih menunggu bazar operasi pasar harga murah.

4. Identifikasilah konjungsi kausalitas dalam teks editorial tersebut!


1) Karena seluruh personel Satpol PP dilibatkan dalam upaya pertolongan.
Pemberian cuti dilakukan pasca-banjir.
2) Pemadaman listrik ditempuh, karena pengalaman hujan tahun baru 2020,
terdapat korban arus listrik.
3) Maka fraksi-fraksi di DPRD DKI Jakarta sepakat membentuk Pansus (Panitia
Khusus) tentang banjir di ibukota.
4) Maka bencana banjir di Jakarta, bukan sepele.

Anda mungkin juga menyukai