Laporan Presentasi Jurnal COPD
Laporan Presentasi Jurnal COPD
THERAPY
2020-2021
HALAMAN PENGESAHAN
PO 715-241-202-019
Dengan Judul
penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit paru obstruktif
terapi fisik pada kejadian eksaserbasi masih langka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui potensi program terapi fisik yang diarahkan pada protokol sebagai sarana
keparahan eksaserbasi pada pasien PPOK yang baru saja mengalami eksaserbasi. Selain
itu, penelitian ini berfokus pada pengaruh terapi fisik yang diarahkan protokol pada
status kesehatan dan kualitas hidup serta pada efektivitas biaya dan utilitas biaya pada
eksaserbasi akut merupakan ciri penting penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
dengan implikasi jangka panjang bagi pasien dan sistem kesehatan. Fisioterapis
memainkan peran integral dalam pengobatan orang dengan eksaserbasi PPOK, dengan
bukti tingkat tinggi bahwa intervensi fisioterapi dapat membantu pemulihan dan
dari eksaserbasi akut PPOK (AECOPD); beban eksaserbasi bagi individu dan sistem
pencegahan AECOPD; dan arah masa depan untuk penelitian dan praktik.
A. PENDAHULUAN
PPOK lebih dini dan penurunan moralitas dari penyebab umum kematian
lainnya, jumlah total orang dengan PPOK akan meningkat dalam waktu
dekat. Ini akan menempatkan PPOK kelima di seluruh dunia dalam beban
Manifestasi klinis paru yang umum terlihat pada pasien PPOK adalah
sesak disertai batuk kronis, produksi sputum, dan pernapasan berulang pada
pasien dengan obstruksi jalan napas sedang sampai berat: disfungsi dan
kelemahan otot rangka, kelainan nutrisi dan penurunan berat badan. Saat ini,
efek sistemik PPOK diakui sebagai karakteristik penting dari penyakit ini,
peningkatan mortalitas.
Bukti, untuk mendukung masuk akal biologis dari efek positif dari
intensitas tinggi yang lebih lama. Latihan latihan intensitas tinggi telah
pasien PPOK. Kedua, pasien PPOK yang mengalami asidosis laktat du ring
B. METODE
Penelitian yang dilakukan oleh (Diego et all, 2014) ini adalah penelitian
terhadap pasien PPOK, dipenelitian yang dilakukan oleh (Juan,et all, 2016),
yang dilakukan (Beekman et all, 2014) menggunakan metode uji coba terkontrol
C. ANALISIS PICOS
Kriteria Keterangan
Population/Problem (Beekman, 2014) Sebuah kelompok
prospektif yang terdiri dari 300 pasien
PPOK Kelompok kontrol : Tidak
disebutkan, pasien yang telah dirujuk
oleh dokter spesialis paru dengan
pasien pasca bronkodilator dengan
stadium 2-4.
Kriteria inklusi : pasien dgn stadium 2-
4 post-bronkodilator,
Eksklusi : pasien yang memiliki
riwayat gangguan jantung, gangguan
auto imun.
Problem yang dialami pada penelitian
ini adalahn tujuan jangka pendek
mencakup peningkatan pengetahuan
pasien menajemen diri dan
kepercayaan diri untuk menyelesaikan
aktivitas. Tujuan jangka menengah
menghilangkan dyspnea, meningkatkan
pembersihan jalan nafas (Lendir) dan
meningkatkan atau mempertahankan
kinerja olahraga dan aktiviitas fisik
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
jangka panjng memerlukan perbaikan
atau pelestarian kualitas hidup yang
berhubungan dengan penyakit.
(Diego, 2014) dimana 63 pasien PPOK
dengan stadium 2 & 3 yang akan
dimasukkan kedalam program latihan
fisik yang terdiri dari 3 periode
penilaian selama 6 bulan. Kriteria
inklusi eksklusi
Inklusi : dengan diagnosis klinis PPOK
jenis kelamin laki-lai dan perempuan,
didukung oleh pemeriksaan spirometri
dari hasil FEV atau FVC dengan
obstruksi sedang hingga berat dan
mantan perokok dan pasien stabil pada
saat dihubungi.
Eksklusi : termasuk dengan infeksi
paru pada kontak awal, penyakit yang
berhubungan dengan kardiopati,
penyakit reumatik dan ortopedi yang
tidak memungkinkan untuk melakukan
tes papun karena keterbatasan
olahraga. Namun pada saat penelitian
berlangsung sampel banyak yang
gugur dikarenakan beberapa hal :
12 pasien hanya berpartisipasi di
evaluasi pertama
Sehingga tidak mungkin untuk
memantau mereka selama 6
periode karena alasan pribadi.
4 keluar langsung
6 jatuh
1 operasi
Sehingga 51 pasien yang tetap dalam
penelitian, 20 menunjukkan obstruktif
stadium II, 31 stadium III. Dan tidak
ada kejadian kematian selama
penelitian.
(Juan, 2016) peserta dengan PPOK
stabil meliputi gejala kualitas hidup,
kapasitas olahraga, status fungsional,
dan psikologis. Untuk yang memiliki
penyakit kardiovaskular tidak
diperlakukan. Pasien yang diikut
seratakan
- Diagnose COPD
- Stadium sedang hingga berat
- Volume ekspirasi aska
bronkoldilator dalam 1 detik
(FEV1) <80% berusia 45-75 tahun
- Stabil secara klinis
- Tidak ada konfirmasi penggunaan
antibiotic, kortikosteroid dan
kunjungan rawat jalan IGD,
- Serta bersedia mengisi infon
consenst.
Intervention (Beekman, 2014) meskipun modalitas
pengobatan medis untuk PPOK telah
meningkat, masih belum ada terapi
farmakologi yang tersedia yang
pengurangi perkembangan
penyakit. Menurut (Beekman, 2014)
bahwa terapi latihan fisik masuk akal
bilogis dari efek positif dari latihan
fisik pada PPOK mengerah ke
program latihan intensitas tinggi
yang lebih lama. Latihan intensitas
tinggi telah terbukti meningkatkan
tolernsi latihan. Pertama latihan
olahraga meningkatkan kapasitas
oksidatif otot dan kinerja pemulihan
oksigen pada pasien PPOK. Kedua
pasien mengalami asidosis laltat
dapat mempperoleh respons
fisiologis dari program latihan fisik.
Intervensi
Cohort (gdPT)
- Latihan olahraga
- Latihan otot pernafasan
- Latihan ADL
- Stimulasi otot listrik (Modalitas)
Dengan intensitas penuh dengan
durasi waktu 30 menit dan
dilakukan 3 kali dalam seminggu.
Dengan evaluasi waktu selama 3
bulan.
D. HASIL PENELITIAN
E. IMPILKASI KLINIS
terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan napas. Penyakit ini sering
didapatkan tujuan untuk mengetahui potensi program terapi fisik yang diarahkan
F. KESIMPULAN
Diskusi dalam artikel ini mengenai tentang efek dan keefektifan biaya
terapi fisik standar tindakan suportif untuk mencegah atau menunda eksaserbasi
eksaserbasi masa depan pada pasien PPOK. Fokus pada pencegahan eksaserbasi
dengan cara terapi fisik coock dengan salah satu tujuan manajemen untama
untuk PPOK. Yaitu mengurangi frekuensi rawat inap karena eksaserbasi. Hasil
terapi fisik terhadap eksaserbasi, yang dapat mengubah peran terapi fisik dalam
menangani kasus PPOK. Pendekatan berbasis peristiwa ini tidak hanya akan
diterapkan dalam uji coba ini, pendekatan berbasis gejala juga akan berguna.