Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRESENTASI JURNAL SYSTEM REVIEW

STASE KARDIOVASKULAR PULMONAL

CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE RECEIVING PHYSICAL

THERAPY

MUH. HAIDIR AGUN, S.Kes


PO. 715.241.202.019

POLTEKES KEMENKES MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

2020-2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Presentasi jurnal

Stase Fisioterapi Kardiovaskular Pulmonal

MUH. HAIDIR AGUN, S.Kes

PO 715-241-202-019

Dengan Judul

Chronic Obstructive Pulmonary Disease Receiving Physical Therapy

Periode 3 Tanggal 12 April Sampai Dengan 30 April 2021 Di Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Kota Mkassar Telah Disetujui Oleh

Pembimbing Lahan/ Clinical Educator

Makassar, 23 April 2021

Preceptor Clinical Educator,

St. Muthiah, S.ST.Ft.,Physio Lusi Sulandri, S.St.Ft


NIP. 19661027199990032003 NIP. 198310032008012008
ABSTRAK
Latar Belakang: Latihan olahraga bertujuan untuk mengurangi gangguan spesifik

penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK). Eksaserbasi PPOK secara khusus berdampak negatif pada

perkembangan PPOK. Intervensi terapi fisik tampaknya diindikasikan untuk

mempengaruhi eksaserbasi dan konsekuensinya. Namun, informasi tentang pengaruh

terapi fisik pada kejadian eksaserbasi masih langka. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui potensi program terapi fisik yang diarahkan pada protokol sebagai sarana

untuk mencegah atau menunda eksaserbasi, mempersingkat durasi atau menurunkan

keparahan eksaserbasi pada pasien PPOK yang baru saja mengalami eksaserbasi. Selain

itu, penelitian ini berfokus pada pengaruh terapi fisik yang diarahkan protokol pada

status kesehatan dan kualitas hidup serta pada efektivitas biaya dan utilitas biaya pada

pasien PPOK yang baru-baru ini mengalami eksaserbasi.

eksaserbasi akut merupakan ciri penting penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),

dengan implikasi jangka panjang bagi pasien dan sistem kesehatan. Fisioterapis

memainkan peran integral dalam pengobatan orang dengan eksaserbasi PPOK, dengan

bukti tingkat tinggi bahwa intervensi fisioterapi dapat membantu pemulihan dan

mencegah kekambuhan. Ulasan ini merangkum konsekuensi pernapasan dan sistemik

dari eksaserbasi akut PPOK (AECOPD); beban eksaserbasi bagi individu dan sistem

kesehatan; pengelolaan AECOPD, dengan fokus pada intervensi fisioterapi penting;

pencegahan AECOPD; dan arah masa depan untuk penelitian dan praktik.
A. PENDAHULUAN

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) saat ini didefinisikan sebagai

“penyakit umum yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan

keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya progresif dan terkait

dengan peningkatan respons inflamasi kronis di saluran udara dan paru-paru

terhadap partikel atau gas berbahaya. Eksaserbasi dan komorbiditas

berkontribusi pada keparahan keseluruhan pada pasien individu . Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan PPOK sebagai penyakit paling

umum kesepuluh di seluruh dunia dan penyebab kematian keempat paling

umum di dunia, bertanggung jawab atas 5% dari keseluruhan kematian.

Karena populasi yang menua, perilaku merokok yang meningkat, diagnosis

PPOK lebih dini dan penurunan moralitas dari penyebab umum kematian

lainnya, jumlah total orang dengan PPOK akan meningkat dalam waktu

dekat. Ini akan menempatkan PPOK kelima di seluruh dunia dalam beban

penyakit pada tahun 2020.

Manifestasi klinis paru yang umum terlihat pada pasien PPOK adalah

sesak disertai batuk kronis, produksi sputum, dan pernapasan berulang pada

feksi. Selain itu, dengan perkembangan penyakit efek sistemik

ekstrapulmonal yang signifikan dapat diamati pada pasien, terutama pada

pasien dengan obstruksi jalan napas sedang sampai berat: disfungsi dan

kelemahan otot rangka, kelainan nutrisi dan penurunan berat badan. Saat ini,

efek sistemik PPOK diakui sebagai karakteristik penting dari penyakit ini,

yang berkontribusi secara signifikan terhadap penurunan kapasitas olahraga,

penurunan status kesehatan, penurunan kualitas hidup terkait kesehatan


(HRQL), lebih banyak pemanfaatan sumber daya perawatan kesehatan dan

peningkatan mortalitas.

Meskipun modalitas pengobatan medis untuk COPD telah meningkat,

masih belum ada terapi farmakologis yang tersedia yang mengurangi

perkembangan penyakit. Meskipun demikian, pasien dengan COPD, terlepas

dari stadium penyakitnya, telah menunjukkan manfaat dari program olahraga

yang menghasilkan peningkatan kinerja olahraga dan status kesehatan

Bukti, untuk mendukung masuk akal biologis dari efek positif dari

pelatihan latihan fisik pada PPOK, mengarah ke program pelatihan latihan

intensitas tinggi yang lebih lama. Latihan latihan intensitas tinggi telah

terbukti meningkatkan toleransi latihan Pertama, latihan olahraga

meningkatkan kapasitas oksidatif otot dan kinetika pemulihan oksigen pada

pasien PPOK. Kedua, pasien PPOK yang mengalami asidosis laktat du ring

dapat memperoleh respons pelatihan fisiologis dari program pelatihan

latihan fisik. Performa latihan dapat ditingkatkan dengan mengurangi

kebutuhan ventilasi untuk tingkat aktivitas tertentu. Saat bioenergetika otot

rangka meningkat, kadar laktat darah berkurang pada tingkat latihan

tertentu; sehingga mengurangi jumlah karbon dioksida non-metabolik (CO2)

yang dihasilkan oleh sistem penyangga bikarbonat.

B. METODE

Penelitian yang dilakukan oleh (Diego et all, 2014) ini adalah penelitian

bersifat observasional, studi longitudinal dan prospektif berbentuk eksperimen

terhadap pasien PPOK, dipenelitian yang dilakukan oleh (Juan,et all, 2016),

menggunaka analisi uji coba terkontrol secara acak di ke empat kelompok


eksperimen, yang menerima latihan thai chi, menggunakan total body recumbent

stepper (TBRS), kombinasi keduanya dan kelompok control. Dan di penelitian

yang dilakukan (Beekman et all, 2014) menggunakan metode uji coba terkontrol

secara acak dari 300 pasien PPOK.

C. ANALISIS PICOS

Kriteria Keterangan
Population/Problem  (Beekman, 2014) Sebuah kelompok
prospektif yang terdiri dari 300 pasien
PPOK Kelompok kontrol : Tidak
disebutkan, pasien yang telah dirujuk
oleh dokter spesialis paru dengan
pasien pasca bronkodilator dengan
stadium 2-4.
Kriteria inklusi : pasien dgn stadium 2-
4 post-bronkodilator,
Eksklusi : pasien yang memiliki
riwayat gangguan jantung, gangguan
auto imun.
Problem yang dialami pada penelitian
ini adalahn tujuan jangka pendek
mencakup peningkatan pengetahuan
pasien menajemen diri dan
kepercayaan diri untuk menyelesaikan
aktivitas. Tujuan jangka menengah
menghilangkan dyspnea, meningkatkan
pembersihan jalan nafas (Lendir) dan
meningkatkan atau mempertahankan
kinerja olahraga dan aktiviitas fisik
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
jangka panjng memerlukan perbaikan
atau pelestarian kualitas hidup yang
berhubungan dengan penyakit.
 (Diego, 2014) dimana 63 pasien PPOK
dengan stadium 2 & 3 yang akan
dimasukkan kedalam program latihan
fisik yang terdiri dari 3 periode
penilaian selama 6 bulan. Kriteria
inklusi eksklusi
Inklusi : dengan diagnosis klinis PPOK
jenis kelamin laki-lai dan perempuan,
didukung oleh pemeriksaan spirometri
dari hasil FEV atau FVC dengan
obstruksi sedang hingga berat dan
mantan perokok dan pasien stabil pada
saat dihubungi.
Eksklusi : termasuk dengan infeksi
paru pada kontak awal, penyakit yang
berhubungan dengan kardiopati,
penyakit reumatik dan ortopedi yang
tidak memungkinkan untuk melakukan
tes papun karena keterbatasan
olahraga. Namun pada saat penelitian
berlangsung sampel banyak yang
gugur dikarenakan beberapa hal :
 12 pasien hanya berpartisipasi di
evaluasi pertama
Sehingga tidak mungkin untuk
memantau mereka selama 6
periode karena alasan pribadi.
4 keluar langsung
6 jatuh
1 operasi
Sehingga 51 pasien yang tetap dalam
penelitian, 20 menunjukkan obstruktif
stadium II, 31 stadium III. Dan tidak
ada kejadian kematian selama
penelitian.
 (Juan, 2016) peserta dengan PPOK
stabil meliputi gejala kualitas hidup,
kapasitas olahraga, status fungsional,
dan psikologis. Untuk yang memiliki
penyakit kardiovaskular tidak
diperlakukan. Pasien yang diikut
seratakan
- Diagnose COPD
- Stadium sedang hingga berat
- Volume ekspirasi aska
bronkoldilator dalam 1 detik
(FEV1) <80% berusia 45-75 tahun
- Stabil secara klinis
- Tidak ada konfirmasi penggunaan
antibiotic, kortikosteroid dan
kunjungan rawat jalan IGD,
- Serta bersedia mengisi infon
consenst.
Intervention  (Beekman, 2014) meskipun modalitas
pengobatan medis untuk PPOK telah
meningkat, masih belum ada terapi
farmakologi yang tersedia yang
pengurangi perkembangan
penyakit. Menurut (Beekman, 2014)
bahwa terapi latihan fisik masuk akal
bilogis dari efek positif dari latihan
fisik pada PPOK mengerah ke
program latihan intensitas tinggi
yang lebih lama. Latihan intensitas
tinggi telah terbukti meningkatkan
tolernsi latihan. Pertama latihan
olahraga meningkatkan kapasitas
oksidatif otot dan kinerja pemulihan
oksigen pada pasien PPOK. Kedua
pasien mengalami asidosis laltat
dapat mempperoleh respons
fisiologis dari program latihan fisik.
Intervensi
Cohort (gdPT)
- Latihan olahraga
- Latihan otot pernafasan
- Latihan ADL
- Stimulasi otot listrik (Modalitas)
Dengan intensitas penuh dengan
durasi waktu 30 menit dan
dilakukan 3 kali dalam seminggu.
Dengan evaluasi waktu selama 3
bulan.

Kelompok Eksperimen (RCT):


dilakukan latihan fisik, latiahn otot
pernafasan dan terapi bernafas serta
penggunaan electrical muchel
stimulasi
Dengan intensitas endurance
≥60% (sub) maximum muchel
strengthening dan ≥80%
maximum dengan skala borg ≥5
dengan durasi latihan 3 X
seminggu selama 1 jam selam 3-12
bulan dengan evaluasi

Kelompok Kontrol yang tidak


diberikan pelatihan atau diberikan
latihan dengan intensitas sangat
rendah, intervensi yang diberikan
hanya terapi latihan dengan
endurance ≥ 15% dari maximum
dengan skala borg ≥2 dengan dosis
30 menit 1 kali seminggu selama
12 bulan.
 (Juan, 2016) dibagi dalam 4
kelompok intervensi
- Tha Chi
- Senam konvensional
menggunakan total body
recumbent stepper (TBRS)
- Kombinasi keduanya
- Kelompok control
Latihan ini akan diawasi ketat oleh
dokter dan terapis setiap terapi
diberikan dosis dalam waktu 30
menit 3X seminggu selama 8 minggu
dan dilakukan dtindak lanjut hingga
12 bulan setelah pengukuran.
 ( diego, 2014) program terapi fisik
melibatkan pedoman latihan
pernafasan, latihan bebas tungkai atas
dan bawah, peregangan otot leher,
dan latihan maneuver hygiene
bronkial dilakukan jika diperlukan.
Evaluasi pertama dilakukan di bulan
ke 3, setiap pasien mendapatkan
latihan 2 hingga 3 per minggu
program ini terdiri dari aerobic.
Penelitian ini dilakukan selama 6
bulan.
Comparison semua artikel/jurnal penelitian memiliki
kelompok pembanding atau kontrol
 Penelitian (Beekman, 2014)
menggunakan intervensi diberikan
beberapa latihan fisik, pernafasan
hingga stimulasi muchel dengan dosis
yang telah ditentukan sedangkan
kelompok kontrol hanya diberikan
intervensi dengan intensitas sangat
rendah bahkan tidak dilakukan
penanganan.
 Penelitian (Juan, 2016) dibagi
menjadi 4 kelompok, (1) Thai chi (2)
TBRS (3) Gabungan (4) kelompok
kontrol, bandingkan
 Penelitian (Diego, 2016) semua
pasien menjalani terapi fisik selama 6
bulan.

Outcome  (Diego,2016) Hasil menunjukkan


signifikansi 5% hanya untuk latihan
DW di 6MWT yang menunjukkan
interaksi antara BMI dan FFM.
Perbandingan dari 3 periode penilaian
di seluruh kovariat yang diukur
menunjukkan perbedaan yang
signifikan hanya pada untuk DW
anatara evaluasi di 3 dan 6 bulan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
DW 6MWT terkait dengan BMI dan
FFM, dapat memprediksi risiko
eksaserbasi pada pasien PPOK.
 (Juan, 2016) Hasil utama untuk
pengukuran kualitas hidup yang
berhubungan dengan penyakit
obstruktif. Di ukur menggunakan
questioner St George’s Respiratory
Quesioner (SGRQ). Hasil sekunder
mengetahui kualitas hidup dan masa
eksaserbasi dari penyakit paru
obstruktif kronis. Menentukan
hubungan antara skor CAT dan fungsi
paru pasien PPOK stabil. Pemberian
questioner 8 peetanyaan.
Setelah dilakukan observasi hingga
akhir di dapatkan P <0,05 dan 0,8
efek pengobatan dari modalitas
latihan yang berbeda pada hasil yang
berkelanjutan akan diukur dengan
perbedaan sarana dan dibanidngkan
dengan perbedaan klinis yang
minimal penting untuk menentukan
kepentingan klinis.
 (Beekman 2014) hasil dari beberapa
evaluasi untuk analisis kovarian
kelompok (intervensi vs kontrol). Di
dapatkan kekuatan statistic 80% nilai
p lebih kecil dari 0,05 akan dianggap
signifikan.
Study Design  (Diego,2014) Study design
Longitudinal study
 (Beekman, 2016) Study design
eksperimen controlled trial
 (Juan, 2016) study design kelompok
kontrol secara acara

D. HASIL PENELITIAN

Nama Peneliti/ Judul Instrument Hasil Penelitian


Kumpulan dari beberapa jurnal menganai kasus PPOK dengan tujuan penelitian
berfokus untuk mengurangi gangguan spesifik penyakit dan meningkatkan kualitas
hidup pasien PPOK
Emmylou Beekman et all  Pengukuran Hasil yang didapatkan
(2014), Exacerbation in Antropometri BB TB adanya signifikan
patients with cronic  Merok atau tidak terhadap latihan fisik
obstructive pulmonary  Spirometri untuk penurunan
disease receiving Physical  Te jaln 6 menit eksaserbasi terhap pasien
therapy : a cohort-nested  CPET PPOK
randomized controlled  Skala BORG
trial
Juan-juan Fu et all (2016)  Oximetri Setelah dilakukan
Study design for a  St george’s respiratory intervensi untuk
randomized controlled questioner (SGRQ) mengetahui tingkat
trial to explore the  Skala BORG evektifitas dari penelitian
modality and mechanism  Tes jalan 6 menit ini digunakan kembali
of thai chi in the  COPD Assement Tes questioner (SGRQ) untuk
pulmonary rehabilitataion (CAT) melihat perubahan jumlah
of cronic obstructive skore dari sebelumnya.
pulmonary disease Diperlukan untuk
perbandingan kelompok
hasil penelitian
menunjukkan bahwa
perekrutan 25 peserta
akan mencapai kekuatan
0,74 dan 30 peserta akan
mencapai kekuatan 0,83.
Diego et all (2014)  Spirometri Hasil menunjukkan
Determination of  Skala BORG signifikan 5 % hanya
exacerbation predictors in  6MWT untuk DW di 6MWT.
patients with COPD in Pasien yang berjalan 357
physical therapy- a m. dalam 6MWT kira-kira
longitudinal study. 0,2 kali lebih rendah
tingkat eksaserbasi. Selain
itu dengan meningkatkan
DW hingga 500 m. risiko
ini menjadi sekitar 0,89
kali lebih rendah dengan
kata lain ; risiko ini
berkurang sekitar 90 %

Berdasarkan tabel di atas di dapatkan 3 jurnal penelitian yang

menjelaskan bahwa intervensi terapi latihan fisik maupun penggunaan

metode lainnya seperti penggunaan modalitas electrical muschel stimulation

latihan pernafasan yang telah dilakukan pengukuran dan dilakukan evaluasi

tingkat lanjut yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

untuk dapat beraktivitas secara mandiri membawakan hasil yang memuaskan

akan menurunkat tingkat eksaserbasi pada pasien PPOK.

E. IMPILKASI KLINIS

Memebrikan informasi kepada mahasiswa dan fisioterapi bahwa

penyakit PPOK adalah peradangan kronis pada paru-paru yang menyebabkan

terjadinya obstruksi aliran udara pada jalan napas. Penyakit ini sering

mengakibatkan pasien merasakan dyspnea saat beraktivitas maupun pada saat


istirahat mendapatkan serangan tiba-tiba. Tentu dengan adanya penilitian ini

berguna untuk mengetahui tingkat eksaserbasi dan konsekuensinya. Penelitia ini

didapatkan tujuan untuk mengetahui potensi program terapi fisik yang diarahkan

pada protocol sebagai sarana untuk mencegah atu menunda eksaserbasi.

F. KESIMPULAN

Diskusi dalam artikel ini mengenai tentang efek dan keefektifan biaya

terapi fisik standar tindakan suportif untuk mencegah atau menunda eksaserbasi

di masa depan. Untuk mempersingkat durasi atau menurunkkan keparahan

eksaserbasi masa depan pada pasien PPOK. Fokus pada pencegahan eksaserbasi

dengan cara terapi fisik coock dengan salah satu tujuan manajemen untama

untuk PPOK. Yaitu mengurangi frekuensi rawat inap karena eksaserbasi. Hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna tentang efek

terapi fisik terhadap eksaserbasi, yang dapat mengubah peran terapi fisik dalam

menangani kasus PPOK. Pendekatan berbasis peristiwa ini tidak hanya akan

diterapkan dalam uji coba ini, pendekatan berbasis gejala juga akan berguna.

Anda mungkin juga menyukai