Anda di halaman 1dari 40

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HIPERTENSI PADA

LANSIA DI PUSKESMAS CIKOKOL

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

AHLI MADYA KEPERAWATAN

NAMA : Diyan Nur Fatimah

NIM : 1814401036

AKADEMI KEPERAWATAN ANDALUSIA

JAKARTA

2020/2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Diyan Nur Fatimah

NIM : 1814401036

Tanda Tangan :

Tanggal :

HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir ini diajukan oleh

Nama : Diyan Nur Fatimah

NIM : 1814401036

Program Studi : D3 Keperawatan

Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi

Pada Lansia Di Puskesmas Cikokol

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di Akademi Keperawatan Andalusia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Rutmauli Hutagaol, M.Kep

Penguji :

Ditetapkan di : Tangerang

Tanggal :
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena-Nya saya dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis Tugas Akhir ini merupakan bentuk dari komitmen
saya untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di
Akademi Keperawatan Andalusia. Saya sangat menyadari baha sangat sulit untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini bila tanpa kontribusi dari berbagai pihak dari mulai
perkuliahan hingga proses penyusunan Tugas Akhir. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Yayasan Andalusis Nusantara Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menuntut ilmu di Akademi Keperawatan Andalusia.
2. Bapak Ns. Arozamati W. Lase, M.Kep, Selaku Direktur Akademi Keperawatan Andalusia
atas masukan dan motivasi yang diberikan kepada saya untuk tetap semangat
menyelesaikan Tugas Akhir.
3. Ibu Ns. Rutmauli Hutagaol, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan tugas
akhir ini.
4. Para Dosen Akademi Keperawatan Andalusia dan Akademi Gizi Andalusia yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan ilmu kepada saya.
5. Orang tua saya yang telah mendukung saya baik secara material maupun moral agar saya
senantiasa berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Kepada Kampus Akademi Keperawatan Andalusia Jakarta yang telah mengizinkan saya
untuk melakukan penelitian.
7. Para sahabat saya yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan bagi semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Saya menyadari bahwa Tugas Akhir
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Selain itu, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat dalam upaya pengembangan ilmu
pengetahuan.

Jakarta, Bulan Tahun


Penulis

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas Akademi Keperawatan Andalusia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Diyan Nur Fatimah

NIM : 1814401036

Program Studi : D3 Keperawatan

Institusi : Akademi Kesehatan Andalusia

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya setuju untuk memberikan kepada Akademi Hak
Bebas Royalti Non Ekslusif ( Non-eksklusif Royalty-Free right) atas kaya ilmiah saya yang
berjudul :

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Cikokol

Berikut perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Akademi Keperawatan Andalusia berhak menyimpan, memformat, mengelola dalam bentuk
basis data (database), merawat dan memublikasi Tugas Akhir saya selama nama saya tetap
tercantum sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :

Pada Tanggal :

Yang menyatakan

(........................................)
ABSTRAK

Nama : Diyan Nur Fatimah

Program Study : DII Keperawatan

Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktot Yang Menyebabkan Hipertensi Pada Lansia Di

Puskesmas Cikokol

Pembimbing : Ns. Rutmauli Hutagaol, M.Kep

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HIPERTENSI PADA LANSIA

... halaman + .... tabel + ... gambar + ... lampiran

Latar belakang : Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam pembangunan
Kesehatan adalah dengan melihat peningkatan angka Usia Harapan Hidup (UHH) dari
masyarakatnya. Data dari kementrian bahwa proporsi penduduk dunia umur 60 tahun keatas
pada tahun 2010 yaitu sekitar 524 juta atau sebesar 8% dari jumlah penduduk indonesia
bahkan dan diperkirakan tahun 2050 akan meningkat menjadi tiga kali lipat yaitu sekitar 1,5
miliar atau setara dengan 16% populasi dunia. Jumlah proporsi penduduk dunia dunia umur
60 tahun ke atas diperkirakan akan akan terus mengalami peningkatan yang berdampak pada
pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif seperti hipertensi.

Tujuan Penelitian : tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan hipertensi pada lansia di tahun 2021.

Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional study, yang menekankan pada waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada
suatu saat penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya hipertensi pada lansia.

Responden : Berdasarkan pengambilan data subjektif pada penelitian ini menggunakan


teknik sempling yaitu dilakukan pada pasien lansia di RSUD Tangerang. Didapatkan
sebanyak .... orang yaitu lansia yang terdaftar sebagai....(penduduk/pasien)...... di RSUD
Tangerang dengan kriteria Inklusi dan Eksklusi.

Kata Kunci : Hipertensi, Penyebab hipertensi.


ABSTRAK

Nama : Diyan Nur Fatimah

Program Study : DII Keperawatan

Judul Tugas Akhir : Faktor-Faktot Yang Meneyebabkan Hipertensi Pada Lansia Di

Puskesmas Cikokol

Pembimbing : Ns. Rutmauli Hutagaol, M.Kep

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN HIPERTENSI PADA LANSIA

... halaman + .... tabel + ... gambar + ... lampiran

Background: One indicator of a country's success in health development is by looking at the


increase in the Life Expectancy Rate (UHH) of its people. Data from the ministry shows that
the proportion of the world's population aged 60 years and over in 2010 is around 524 million
or 8% of Indonesia's population and it is estimated that in 2050 it will triple to around 1.5
billion or equivalent to 16% of the world's population. . The proportion of the world's
population aged 60 years and over is predicted to continue to experience an increase, which
will result in a shift in disease patterns from infectious diseases to degenerative diseases such
as hypertension.

Research Objectives: The aim of this research is to determine the factors that cause
hypertension in the elderly in 2021.

Research Methods: The type of research used in this research is descriptive analytical
research with a cross-sectional study approach, which emphasizes the measurement or
observation of data on the independent and dependent variables only once, at one time this
research is intended to determine the factors that cause the occurrence of research.
hypertension in the elderly.

Respondents: Based on subjective data collection in this study using sempling technique,
which was carried out on elderly patients at Tangerang Hospital. Obtained as many as ....
elderly people who are registered as .... (residents / patients) ...... in Tangerang Hospital with
inclusion and exclusion criteria.

Keywords: Hypertension, Causes of hypertension.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ..................................................

ABSTRAK...................................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

1. Latar Belakang..................................................................................................................
2. Perumusan masalah...........................................................................................................
3. Tujuan Penelitian..............................................................................................................
4. Manfaat Penelitian............................................................................................................
5. Batas Penelitian.................................................................................................................
6. Model Operasional Penelitian...........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

LAMPIRAN.................................................................................................................................
DAFRTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam pembangunan Kesehatan
adalah dengan melihat peningkatan angka Usia Harapan Hidup (UHH) dari
masyarakatnya. Data dari kementrian bahwa proporsi penduduk dunia umur 60 tahun
keatas pada tahun 2010 yaitu sekitar 524 juta atau sebesar 8% dari jumlah penduduk
indonesia bahkan dan diperkirakan tahun 2050 akan meningkat menjadi tiga kali lipat
yaitu sekitar 1,5 miliar atau setara dengan 16% populasi dunia. Jumlah proporsi
penduduk dunia dunia umur 60 tahun ke atas diperkirakan akan akan terus
mengalami peningkatan yang berdampak pada pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit degeneratif seperti hipertensi.
Penderita penyakit hipertensi seluruh dunia cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan data dari WHO tahun 2015 menunjukan
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliyar orang yang terkena
hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Angka ini semakin mengkhawatirkan dan diperkirakan
akan terus meningkat seiring dengan pertambahan proporsi UHH di seluruh dunia.
Jumlah penderita hipertensi di negara berkembang 35% sedangkan negara maju 45%
dari populasi dewasa.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya. Hipertensi
merupakan The silnt killer sehingga pengobatannya seringkali terlihat (Sartik,
Tjekyan, Zulkarnain, 2017) Menurut data dari WHO (2013) Penyakit tidak menular
yang banyak mempengaruhi angka kesakitan dan kematian di Dunia adalah penyakit
kardiovaskular. Salah satu penyakit kardiovasculer yang banyak menyebabkan
kematian yaitu hipertensi. Menurut data dari WHO (2015) jumlah penderita yang
meninggal akibat hipertensi diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya.
Berdasarkan jurnal (Riskesdas, 2018) penderita hipertensi di Indonesia
mencapai 8,4% . Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga
tahun 2018 dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. mengatakan
bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita hipertensi terdapat pada
provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi penderita sekitar 44,1% atau lebih
tinggi dari rata-rata prevalensi hasil pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa
Yogyakarta sendiri berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu
menempati posisi ke-13 dan prevalensi rata-rata penderita hipertensi berada dibawah
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kota Barat didapatkan bahwa pada tahun
2015 tercatat 618 kasus Hipertensi, tahun 2016 terdapat 683 kasus dan pada tahun
2017 tercatat terjadi 698 kasus Hipertensi serta pada tahun 2018 bulan Januari sampai
dengan Oktober tercatat jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Barat
sebanyak 14.142 jiwa. Sementara itu jumlah kasus Hipertensi yang terjadi sebanyak
395 kasus dan menempati peringkat ke 6 pada 10 penyakit menonjol sampai dengan
bulan Agustus 2018. Data Prolanis menunjukkan bahwa terdapat 83 orang lansia
penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota Barat.
Sementara itu di negara maju juga terdapat penderita hipertensi berdasarkan
data Global Status Report on Noncommunicable Diseases tahun 2014 menyebutkan
40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara
maju hanya 35%. Menurut data dari WHO menyebutkan bahwa kejadian hipertensi
terbanyak ditemukan di Afrika, dengan presentasi sebanyak 46% dari jumlah
keseluruhan kasus dunia, baik pada laki-laki maupun perempuan (Prins &
Thenappan, 2016). Hipertensi pada lansia di Amerika mempunyai prevalensi
yang tinggi pada usia 65 tahun didapatkan 60-80% atau sekitar lima puluh
juta warga lansia Amerika mempunyai prevalensi tinggi untuk hipertensi
(Robinson et al., 2016). Dampak dari seorang penderita hipertensi mungkin akan
menjadi cemas disebabkan penyakit hipertensi yang cenderung memerlukan
pengobatan yang relatif lama, terdapat risiko komplikasi dan dapat memperpendek
usia.
Hipertensi dapat terjadi oleh karena berbagai macam faktor. Menurut Menurut
Melonis et.al (2012) mengungkapkan beberapa faktot yang mempengaruhi
kekambuhan hipertensi antara lain faktor gaya hidup meliputi pola makan atau diet
rendah garam, pengobatan, olahraga, kontrol yang teratur, dan manajemen stress.
Adapun tingginya prevalensi Hipertensi menurut Ainun, dkk (2014) juga mengatakan
hipertensi dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya
olahraga/aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi makanan yang tinggi
kadar lemaknya. Hal ini disebabkan karena hipertensi pada lansia disebabkan oleh
penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan katub jantung yang membuat kaku
katub, menurunnya kemampuan memompa jantung, kehilangan elastisitas pembuluh
darah perifer, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif A.H. &
Kusuma H., 2016), hal ini dijelaskan juga oleh Gama et al. (2014) karena pada lansia
semakin bertambahnya usia maka elastisitas kulit dan pembuluh darah akan menurun,
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan seperti kekakuan sendi-sendi dan aliran
darah yang tidak normal menuju ke otak, seiring bertambahnya usia akan
meningkatkan kejadian hipertensi.

Penderita hipertensi di indonesia cukup banyak. Data dari Riskesdas (2018)


menyatakan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada
penduduk usia ≥ 18 tahun sebesar 34,1%, tertiggi di kalimantan selatan (44,1%),
sedangkan terendah di papua sebesar 22,2%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di
indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di indonesia akibat
hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44
tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%) umur 55-64 tahun (55,2%). Hipertensi pada
lansia mempunyai prevalensi yang tinggi, pada usia diatas 65 tahun didapatkan antara
60-80%. Sekitar 60% hipertensi pada usia lanjut adalah hipertensi sistolik terisolasi
(Isolated Systolic Hypertension) dimana terdapat kenaikan tekanan darah sistolik
disertai penurunan tekanan darah diastolik. Peningkatan tekanan darah sistolik
disebabkan terutama oleh kekakuan arteri atau berkurangnya elastisitas aorta
(Manurung, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dwi Ayu Lestari, dkk
(2019) menunjukan bahwa sebagian besar responden yang menderita hipertensi dalam
keluarga sebesar 60% dibandingkan dengan responden yang tidak menderita
hipertensi 17,5%. Berdasarkan profil Kesehatan Dinkes Tangerang hipertensi
termasuk pada 10 jenis penyakit tidak menular tertinggi di kabupaten Tangerang,
Prevalensi hipertensi sebesar (49,7%) atau 48,662 orang yang menderita hipertensi.
Data yang diperoleh peneliti dari Rumah Sakit An-Nisa Tangerang Oktober sampai
dengan Desember didapatkan jumlah penderita hipertensi yang berobat dan
dirawat di RS An-Nisa sejumlah 210 pasien (Helling, Wahyudi, & Hasanudin,
2019). Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada tahun 2016 mencatat presentase
hipertensi sebesar 24,69% dengan pembagian 26,36% pada pria dan 14,77%
pada wanita (Dinkes, Banten, 2016). Sebanyak 186.987 kasus termasuk hipertensi
merupakan 10 jenis penyakit tidak menular tertinggi di Kabupaten Tangerang
sebesar 56,41%. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 6,71% dari
tahun 2016 (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2017). Puskesmas Balaraja jumlah
kasus penderita hipertensi pada tahun 2016 sebesar 2.840 jiwa (6,44%) yang
terbagi berdasarkan jenis kelamin yaitu pria sebanyak 542 jiwa (2,55%) dan
perempuan 2.298 jiwa (10,03%) (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2016).

Pengetahuan akan faktor-faktor penyebab hipertensi pada lansia dapat


membantu untuk mengatasi hipertensi pada lansia. Penelitian sebelumnya di
Puskersmas Cikokol tentang faktor-faktor penyebab hipertensi pada lansia belum
pernah dilakukan sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi pada lansia di puskesmas cikokol”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah “ Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi pada lansia di
Puskesmas Cikokol? ”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebakan hipertensi pada lansia di
Puskesmas Cikokol.

2.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui faktor penyebab hipertensi pada lansia berdasarkan pola
makan.
2. Mengetahui faktor penyebab hipertensi pada lansia berdasarkan
kebiasaan merokok.
3. Mengetahui faktor penyebab hipertensi pada lansia berdasarkan
kebiasaan olahraga.
4. Mengetahui faktor penyebab hipertensi pada lansia berdasarkan faktor
keturunan.
5. Mengetahui faktor penyebab hipertensi pada lansia berdasarkan faktor
jenis kelamin.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Institut Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi,
sumber bacaan, dan acuan penelitian selanjutnya terutama mengenai faktor-
faktor yang menyebabkan hipertensi pada lansia.

1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu


pengetahuan khusunya tentang faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi
pada lansia.

1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi


penelitian selanjutnya terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan
hipertensi pada lansia.

1.5 Batasan Penelitian


Dalam penelitian ini yang menjadi batasan penelitian adalah faktor-faktor yang
menyebabkan hipertenesi pada lansia.
1.6 Model Operasional Penelitian
Dalam penelitian ini model operasional penelitian adalah menggunakan data
kuesioner berbentuk pertanyaan dengan pilihan (Ya/Tidak) dan essai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


2.1.1 Pengertian
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang ditandai dengan sistolik 140
mmHg dan diastolik 90 mmHg (American Heart Assocition, 2017). Hipetensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastol
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat. Tekanan sistolik menunjukan fase darah yang dipompa oleh
jantung dan tekanan diastolik menunjukan fase darah kembali kedalam jantung
(Kemenkes RI, 2013).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam kemenkes (2018)


hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada
setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat di tengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2.1.2 Klasifikasi
Pada tanggal 13 November 2017,  American Heart Association (AHA)
dan American College of Cardiology (ACC) mengeluarkan pedoman hipertensi
terbaru. Pedoman ini berisikan banyak perubahan besar dalam pengelolaan hipertensi.
Salah satu lompatan terbesar pedoman ini adalah perubahan klasifikasi atau bahkan
definisi hipertensi dimana sebelumnya hipertensi dinyatakan sebagai peningkatan
tekanan darah arteri sistemik yang menetap dimana tekanan darah sistolik  ≥ 140
Hgmm atau tekanan darah diastolik  ≥ 90 mmHg. Pada pedoman hipertensi tersebut
maka hipertensi ditetapkan apabila tekanan darah sistolik  ≥ 130 mmHg atau tekanan
darah diastolik  ≥ 80 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah menurut AHA (2018) terbagi menjadi lima, yaitu
:
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi TD Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Hipertensi 120-129 <80
Hipertensi stadium I 130-139 80-89
Hipertensi Stadium II >140 >90
Hipertensi stadium III >180 >120

2.1.3 Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien, etiologi patofisiologinya tidak diketahui (hipertensi primer atau
esensial). Hipertensi ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok
lain dari populasi dengan presentasi rendah mempunyai penyebab yang khusus,
dikenal dengan hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder, baik
endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,
hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.
2.1.4 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat faso motor bermula jalar saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toras dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepas asetikolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya neropineprin mengakibatkan kontraksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang faktor vasokontriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sinsetive terhadap neropineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).
Smeltzer & Bare (2010) menyebutkan bahwa hipertensi pada lansia terjadi
karena adanya perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung,
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

PATHWAY

Umur Jenis Gaya Hidup Obesitas


Kelamin

Elastisitas ↓,
alterioklerosi
s

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah

Perubahan
strktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontrik
si
Vasokontriks
i Retina
Otak Ginjal Pembuluh
Vasokontriks Vasokontriks Darah Spasme
i i Vasokontriksi arteriole
Vasokontrisi Spasme
Spasme
Resusitas Suplai O2 pembuluh Sistemi Korone arteriole
arteriole
Pembuluh otak↓ darah ginjal k r Vasokont
darah otak↑ riksi
Vasokont
Vasokonstri Iskemi diplopia
riksi
ksi miokard
Blood flow↓
Nyeri Gangguan Afterload Vasokontri
Nyeri Resiko
kepala pola tidur Vasokontriksi Vasokontriks

Respon RAA ksi injuri
Vasokontri Vasokontri i kepala
ksi ksi Spasme
Vasokontri
Vasokontriks Vasokon arteriole
Sinkop Rangsang
i
ksi
Spasme
aldosteron triksi
arteriole
Vasokontriks
Gangguan
i ↓curah Fatique Vasokont
perfusi Retensi Na
jantung riksi
jaringan Vasokon
Intoleransi
Vasokontriks
Edema Vasokon triksi
aktivitas
i
triksi
Vasokon Vasokontriksi
triksi
Fungsi masing-masing anatomi jantung :

1. Aorta
Aorta berfungsi membawa darah yang mengandung zat oksigen dari
bagian ventrikel kiri sampai ke seluruh tubuh manusia.
2. Vena Kava Superior
vena kava superior ialah untuk membawa kembali aliran darah yang
mengandung karbon dioksida yang asalnya dari seluruh tubuh dibagian
atas menuju ke jantung.
3. Arteri Pulmonalis
Fungsi dari arteri pulmonalis ini ialah untuk mengganti kandungan
karbon dioksida dengan uap air dalam darah menjadi oksigen.
4. Katup Aorta
Fungsi dari katup aorta sendiri ialah untuk mencegah darah didalam
tubuh mengalir pada arah yang keliru.
5. Atrium
Disini ada dua atrium yakni atrium kiri atau (serambi kiri) dengan
atrium kanan atau (serambi kanan). Letak atrium ada di dua ruangan
teratas pada empat ruang utama organ jantung. Fungsi dari atrium kiri
ialah menerima darah yang berasal dari organ paru-paru mengandung
oksigen kemudian membawanya pada ventrikel kiri. Adapun fungsi
atrium kanan ialah menerima darah berasal dari seluruh bagian tubuh
yang mengandung karbon dioksida yang membawa ke ventrikel bagian
kanan.
6. Vena pulmonalis
Vena pulmonalis berfungsi membawa darah mengndung oksigen
kembali lagi ke jantung yang selanjutnya akan diedarkan ke seluruh
bagian tubuh manusia.
7. Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berfungsi memisahkan atrium kanan dengan
ventrikel kanan guna membantu mengalirkan darah sedikit oksigen
dari organ atrium kanan menuju ke ventrikel kanan.
8. Katup Mitral
Katup mitral berfungsi untuk mencegah agar darah yang sudah ada
pada ventrikel kiri kembali pada atrium kiri.
9. Ventrikel
Terdapat dua jenis ventrikel, yakni ventrikel kiri atau (bilik kiri)
dengan ventrikel kanan atau (bilik kanan). Ventrikel berfungsi
menerima darah dari organ atrium lalu akan dibawa keluar dari organ
jantung. Ventrikel kiri berfungsi menerima darah dari organ atrium kiri
serta membawanya menuju ke seluruh tubuh. Ventrikel kanan
berfungsi menerima darah yang berasal dari atrium kanan kemudian
membawanya menuju ke paru-paru.
10. Vena Kava Inferior
Vena kava inferior berfungsi membawa darah yang berasal dari tubuh
bagian bawah menuju ke atrium bagian kanan jantung.
11. Katup Atrioventrikel
 Katup atrioventrikular berfungsi membuat darah Cuma bisa mengalir
dari atrium menuju pada ventrikel.
12. Dinding Jantung
Dinding jantung berfungsi membuat jantung berdetak serta mencegah
agar jantung tidak bocor.
2.1.5 Manifestasi Klinik
Para penderita hipertensi mayoritas tidak merasakan gejala apapun walau
beberapa gejala terjadi secara bersamaan secara tidak disengaja dan diperkirakan
berkaitan dengan tekanan darah tinggi (walaupun bisa saja tidak berkaitan). Gejala
yang dimaksud tersebut termasuk sakit kepala, perdarahan dari hidung, rasa pusing,
kemerahan pada wajah dan rasa lelah yang bisa saja dialami oleh orang yang bukan
penderita hipertensi yaitu orang yang mempunyai tekanan darah yang normal
(Manutung, 2018).
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016)
menyebutkan tanda dan gejala hipertesi ;
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hpertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak
teratur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
2.1.6 Faktor-faktor risiko
Menurut Aulia , R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua kelompok :
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Riwayat keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti ayah, ibu, kakak kandung/ saudara
kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena
hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-
laki meningkat pada usia lebih dati 45 tahun sedang pada wanita meningkat
pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria dari pad wanita.
d) Ras/Etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negri hiperstensi
banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika dari pada Kaukasia atau Amerika
Hispanik.
2) Fator yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain
yaitu :
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam
rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan
menyempatkan pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat
karena tekanan darah yang makin tinggi (Murnu dan Andrea, G.Y., 2013).
b) Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan
diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017)
c) Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu
dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung
dipaksa memompa lebih kuat lagi agar darah sampai kejaringan mencukupi
(komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013).
d) Kebiasaan minum kopi
Kopi sering dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan
tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan
polifenol, kalium, dan kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan
cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adiosa
didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh
dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga
20 jam (Indriyansi dalam Bistaran D.N., & Kartini Y., 2018).
e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Menurut Sarlina, Palimbong,S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium
merupakan kation utama dalam cairn ekstraseluler tubuh yang berfungsi
menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites dan
hiperteni.
f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Lemak didalam makan atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung
lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalesi
penyakit hipertensi.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hiperteni adalah :
1) Sroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrfi dan
penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalamin arlterosklerotik tidak
pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terjadi thrombus yang
dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Membuat darah mengalir ke unit fungsional ginjal, neuron terganggu,
dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulur menyebabkan
protein keluar melalui urin dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma
berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4) Ensefalopi
Ensefalopi (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (Hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diselurus susunan saraf pusat. Akibatnya neuron-neuron
disekitarnya terjadi koma dan kematian.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang untuk penderita hipertensi (padila, 2013) :
1) Riwayat dan pemeriksaan secara menyeluruh.
2) Pemeriksaan retina
Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang mata)
merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi pada retina mirip dengan perubahan yang
terjadi didalam pembuluh darah lainnya didalam tubuh seperti ginjal. Untuk
memeriksa retina digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat
kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan bertanya hipertensi.
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung. Pemeriksaan awal pada kerusakan ginjal bila diketahui dengan melalui
pemeriksaan air kemih dan pemeriksaan jantung bisa ditemukan pada
elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.
4) EKG untuk mengetahui hipertrofi ventrikel kiri.
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah dan glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan.
2.1.9 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan hipertensi meliputi (padila,2013) :
2.1.9.1 Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Retriksi garam secara moderat dari 20 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
f) Diet tinggi kalium
2) Latian fisik
Latian fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi.
3) Edukasi psikologis
Pemberian edukasi pada psikologi ada dua :
a) Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukan pada
subyek mengenai tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan beofeedback
terutama dipakai untuk mengtasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
b) Teknik relaksasi
Suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat
belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rilaks.
4) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2.1.9.2 Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Commite on Detection,
Evaluation and Treatment pf High Blood Pressure, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretik, penyekat beta, antagonis alsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1 : obat pilihan pertama (diuretik, beta bloker, Ca antagonis, ACE
inhibitor).
2) Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
a) Dosis pertama dinaikan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat kedua jenis lain dapat berupa diuretik, beta bloker, Ca
antagonis, alfa bloker, Clonidin, Reserphin, Vasodilator.
3) Step 3 : Alternatif yang ditempuh
a) Obat kedua diganti
b) Ditambah obat ketiga jeniis lain
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ketiga dan keempat
b) Re-evaluasi dan konsultasi

2.2 Lansia
2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut Utomo, S.T,R.I. (2015), lansia merupakan tahap akhir siklus tahapan
manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindari dan
akan dialami setiap individu. Pada tahan ini individu mengalami banyak
kemunduran dalam berbagi fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Hurlock (2017), mengatakan Usia tua merupakan masa akhir dalam rentang
kehidupan yang sebelumnya telah melewati masa kanak-kanak, remaja dan
dewasa serta sering melihat masa lalunya yang penuh dengan penyesalan.
2.2.2 Batasan Lansia
Batasan menurut WHO (dalam Utomo, S.T.R., 2015) lanjut usia meliput :
a) Usia pertengahan (midelle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun.
b) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
c) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.2.3 Penyakit yang menonjol pada lansia
Menurut Nugroho (dalam Utomo, S.T.R.I., 2015), penyakit yang menonjol pada
lansia yaitu :
a) Gangguan pembuluh darah (hipertensi dan stroke)
Tekanan darah tinggi merupakan gangguan peredaran darah dimana tekanan
darah berada diatas normal (lebih dari 120/80 mmHg). Gejala gangguan
peredaran darah yang datu ini adalah jantung penderita bekerja lebih keras
yang dapat memecahkan pembuluh darah.
b) Gangguan metabolik DM
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemi kronis akibat defek pada sekresi insulin, aksi
insulin, atau keduanya (Habtewold, 2016).
c) Gangguan persendian antritis, sakit punggung dan terjatuh
Tanda dan Gejala dari penyakit (Rheumathoid arthritis) yaitu nyeri pada
persendian, bengkak, kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada
pagi hari, terbatasnya pergerakan, sendi-sendi terasa panas, akan menimbulkan
demam, Anemia dan berat badan menurun (Nasrullah, Dede, 2016).
d) Gangguan sosial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi

Kemunduran pada fungsi tubuh khususnya lansia menyebabkan rawan terhadap


serangan sebagai penyakit kronik, seperti diabetes melitus, stroke, gagal ginjal,
kanker, hipertensi, dan jantung. Jenis-jenis keluhan kesehatan pada lansia dapat
mengindikasikan gejala awal dari penyakit kronis yang sebenarnya tengah
diderita. Adapun jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami lansia
adalah keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan kesehatan yang secara khusus
memang diderita lansia seperti asam urat, darah tinggi, darah rendah, reumatik,
diabetes dan berbagai jenis penyakit kronis lainnya (Badan Pusat statistik, 2015).
BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2017:2) yang dimaksud metode penelitian yaitu “metode


penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”.

3.1 Desain peneliti


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Deskriptif
Analitik dengan pendekatan cross sectional study, yang menekankan pada waktu
pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada
suatu saat penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya hipertensi pada lansia.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cikokol,
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari awal pembuatan proposal yang sedang
dilaksanakan sejak bulan Desember 2020 sampai bulan Juni 2021.
Jadwal Penelitian

Nov Des Jan Feb Mar April Juni


Penyusunan
proposal
Ujian proposal
Revisi proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan dan
analisis data
Ujian hasil

3.3 Populasi dan Sempel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti, sedang objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini
disebut sempel penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Menurut sugiyono (2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas ; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak .... orang yaitu lansia yang terdaftar
sebagai....(penduduk/pasien)...... di Puskesmas Karawaci Baru.
3.3.2 Sempel
Sugiyono (2017:81) menjelaskan sempel adalah bagian dari jmlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu”.
Teknik sempling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan (Sugiyono, 2017:81). Jadi, sempel dalam penelitian ini
mewakili jumlah lansia yang berada di RSUD Tangerang.
Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria dalam
pengambilan sebagai berikut :
1) Kriteria Inklusi
Menurut Nursalam (2016) kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek
penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel. Adapun kriteria Inklus sempel yang akan diteliti adalah :
a) Lansia dengan riwayat hipertensi.
b) Bersedia menjadi responden.
c) Ada pada saat penelitian.
d) Lansia yang masih bisa membaca.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016), yang
meliputi :
a) Ada gangguan jiwa.
b) Tidak ada pada saat penelitian.
c) lanjut usia atau lansia yang tidak bersedia menjadi responden.
d) Lansia dengan penurunan fungsi mata atau tidak dapat membaca.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Pada dasarnya penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data yang
telah dikumpulkan, maka hasil penelitian tidak akan terwujud dan penelitian tidak
akan berjalan . Menurut sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu (Saryono,
2013) :
a) Data Primer
Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh langsung
dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau alat
[pengambilan data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang
dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi. Sedang
kelemahannya berupa ketidak efisien, untuk memperolehnya memerlukan
sumber data yang lebih besar.
b) Data Skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Keuntungan data skunder
adalah efisien tinggi, dengan kelemahan yaitu kurang akurat.
3.4.2 Teknik pengumpulan Data
1) Wawancara
Notoatmodjo (2010) menjelaskan wawancara merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran peneliti
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(face to face). Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin atau wawancara yang dilakukan dengan pedoman-pedoman berupa
kuesioner dan wawancancara mendalam (indepethinterview). Pedoman dari
kuesioner disusun dari variabel-variabel yang diteliti.
2) Pemeriksaan Tekanan Darah
Untuk mengetahui data mengenai status hipertensi dilakukan pemeriksaan
tekanan darah (tensi) pada responden.
3) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Untuk mengetahui data mengenai status obesitas dilakukan dengan cara
perhitungan antara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m)
dikuadratkan, sehingga didapat index masa tubuh (IMT) responden.

3.4.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat ukur atau pedoman yang


digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebuah kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden baik


secara Iangsung maupun tidak Iangsung. Kuesioner atau angket secara umum
dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab sesuai bentuk
angket. Apabila angket tertutup cara menjawab cukup dengan membubuhkan
check list (√) pada kolom. Sementara itu, apabila angket bersifat terbuka, cara
menjawabnya dengan mengisi jawaban pada kolom yang tersedia.
(DosenSosiologi.Com 2018). Sedangkan menurur Danang (2012), Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
komunikasi dengan sumber data.

Kuesioner diberikan kepada lansia di ruang... RSUD Kabupaten Tangerang


untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hipertensi. Kuesioner
terdiri dari 5 pilihan ganda dan 5 esai.

3.5 Prosedur penelitian


3.5.1 Tahap Awal
Tahap awal penelitian adalah kegiatan sebelum melakukan penelitian. Adapun
kegiatan awal penelitian adalah :
1) Menyusun rancangan penelitian.
2) Menetunkan sempel yang akan diteliti.
a. Mengurus perizinan.
b. Menyiapkan instrumen peneliti untuk mengumpulkan data primer.
c. Menyesuaikan etika penelitian.
3.5.2 Tahap Penelitian
Tahapan penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan
penelitian. Pelaksanaan penelitian meliputi :
1) Menemui responden secara langsung.
2) Mewawancarai responden dengan menggunakan kuesioner.
3) Mendokumentasikan pelitian dalam bentuk foto.
3.5.3 Akhir Penelitian
Akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan pada saat setelah selesai
penelitian :
1) Pencatatan hasil penelitian.
2) Analisa data.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui langkah-
langkah sebagai berikut (Notoatmodji, 2012) :
a) Editing (Penyuntingan data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner
perlu disunting terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang
tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner
tersebut dikeluarkan (droup out).
b) Coding Sheet (Membuat Lembaran Kode)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam
data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan nomor-
nomor pertanyaan.
c) Data Entery (Memasukan Data)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai
dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d) Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuaan penelitian atau yang
digunakan oleh peneliti.
3.7 Analisa Data
3.7.1 Analisa Univariat
Saryono (2013) menjelaskan pada analisa univariat, data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran
tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean
dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai
ukuran penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan median
sebagai ukuran pemusatan dan minimun-maksimum sebagai ukuran penyebaran.
3.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional
ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan
cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan
karakteristiknya. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala
Ukur
Jenis kelamin Menurut Hungu (dalam Kuesioner 1. Pria Nominal
Putri, 2016) jenis kelamin dan Kartu 2. Wanita
(seks) adalah perbedaan Identitas
antara perempuan dengan
laki-laki secara biologis
sejak seorang itu dilahirkan.
Perbedaan biologis dan
fungsi biologis laki-laki dan
perempuan tidak dapat
dipertukarkan diantara
keduanya, dan fungsinya
tetap dengan laki-laki dan
perempuan yang ada di
muka bumi.
Usia Pengertian umur menurut Kuesioner Usia dalam Ordinal
KBBI (2011) adalah lama dan Kartu tahun
waktu hidup atau ada sejak Identitas berdasar
lahir. tanggal lahir
Riwayat Riwayat keluarga adalah Kuesioner Ada tidaknya Nominal
Keluarga penilaian adanya riwayat riwayat
keluarga (ayah, ibu, kakek, hipertensi
nenek, saudara, dll) yang dari keluarga
menderita hipertensi dan
memiliki hubungan garis
keturunan langsung.
Merokok Merokok adalah kebiasaan Kuesioner Riwayat Nominal
tanpa tujuan positif yang responden
merugikan bagi kesehatan dan
karena suatu proses Frekuensi
pembakaran tembakau yang merokok
menimbulkan polusi udara dalam sehari
yang secara sadar langsung
dihirup dan diserap oleh
tubuh bersama udara
pernapasan, yang diteliti
sekitar 3 tahun yang lalu.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Lusiana. 2019. “Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia.” Jambura Health and Sport
Journal 1(2):82–89. doi: 10.37311/jhsj.v1i2.2558.

Artiyaningrum, Budi. 2016. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi


Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan Rutin Di Puskesmas
Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2016.” Public Health Perspective Journal
1(1):12–20.

Astiari, Ni Putu Tuna. 2016. “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI DEWASA DI PUSKESMAS PAYANGAN,
KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR.” Media Conservasi
9(2):118–31.

Kemenkes.RI. 2014. “Pusdatin Hipertensi.” Infodatin (Hipertensi):1–7. doi:


10.1177/109019817400200403.

Kesehatan, Jurnal. 2020. “PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON ( Musa


Paradisiaca Var . Sapientum Linnaeus ) TERHADAP PENURUNAN.” 9(2):63–72. doi:
10.37048/kesehatan.v9i2.276.

Kurniadi, H., and U. Nurrahmani. 2014. “STOP! Gejala Penyakit Jantung Koroner,
Kolesterol Tinggi, Diabetes Mellitus, Hipertensi.”XMaiti, and Bidinger. 1981.
“Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Riwayat
Hipertensi Di Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9):1689–99.

Pramana, Lina Dwi Yoga. 2016. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Hipertensi.” Skripsi 1–67.

Purwanto, Heri. 2018. “Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi Di Dusun Clapar
III Hargowilis Kokap Kulon Progo Yogyakarta.” Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta.

Rahayu, Anissa Dwi, Universitas Bhayangkara, Jakarta Raya, Rorim Panday, Universitas
Bhayangkara, and Jakarta Raya. 2021. “Korelasi Antara Unit Kegiatan Mahasiswa
( Ukm ) Terhadap Pengembangan Diri Mahasiswa Di Universitas Bhayangkara.”
(January).
Saputra, Rendi. 2019. “FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI STADIUM 1 DAN STADIUM 2 PADA LANSIA DESA
BORIMATANGKASA DUSUN BONTOSUNGGU KEC.BAJENG BARAT Skripsi.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.

Anda mungkin juga menyukai