Anda di halaman 1dari 4

CONTOH PARAGRAF DESKRIPSI, EKSPOSISI, ARGUMENTASI, NARASI, DAN

PERSUASI

A. Deskripsi 
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau
tempat.
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan
perasaan penulis.
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau
sebenarnya.
Contoh Paragraf:

Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku yang baru saja
dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi dulu. Sekarang aku
memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa mendirikan apotik di kota kelahiranku.
Apotik ini cukup luas, beberapa rak besar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-
kemasan obat warna-warni yang dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun
alfabetis. Pandangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku
tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Obat atau yang biasa
disebut kalangan farmasi dengan buku ISO. Setelah ku pandangi aku tersenyum dan
mengembalikannya ke tempat semula. buku ini adalah buku pertama yang kubeli saat aku
kuliah dulu. Aku memandang lagi secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan
sebuah computer di meja kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara terasa sejuk
di bulan Mei yang panas ini.

B. Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau
desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.

Ciri-ciri paragraf eksposisi:


Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau
desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
a. Memaparkan definisi (pengertian).
b. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.
Contoh:
Paragraph 1 (a)
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni
dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita
maupun sebagai pencegah penyakit.

Paragraph 2 (b)
Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagaimana cara
mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama,
persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu; kedua,
pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa
percaya diri; keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima,
untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melaluin
latihan atau belajar sungguh-sungguh.
Sumber : www.telukbone.org

C. Argumentasi
Karangan argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau
pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah
benar dan terbukti.
Ciri-ciri karangan argumentasi:
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.
Contoh:
Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap usaha pertanian.
Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tanah ini akan berkurang. Padahal
kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali dengan pemupukan dan penggunaan tanah itu
sebaik-baiknya. Teladan terbaik tentang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya
dapat kita peroleh pada hutan yang belum digarap petani.
Sumber : www.publicopinion.com

D. Narasi
Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:
Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
Dirangkai dalam urutan waktu.
Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
Ada konfliks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks.
Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi
diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat
berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
4. Memiliki nilai estetika.
5. Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan
kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih
memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Jenis-jenis Karangan Narasi
a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat
tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah
seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data
yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari
kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik.
Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga
tampak seolah-olah melihat.
Contoh:
a. Narasi ekspositoris
Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah
kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya.
Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad,
mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung
Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar
Ahma, sang pengantin….
Sumber : Tempo, 20 Februari 2005 dari alamat website www.scribd.com

b. Narasi sugestif
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke
tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum
mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut
pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang
melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal.
Sumber : Terampil Menulis Paragraf 2004: 66 dari alamat website www.scribd.com

Contoh lain :
Kemampuan apresiasi musik pada seorang anak dapat dibentuk melalui tiga cara. Pertama,
secara alamiah seseorang dibiasakan mendengarkan karya musik. Kebiasaan itu dimulai sejak
anak masih berupa janin dalam rahim ibunya. Persentuhan emosi sang ibu dengan berbagai
irama yang didengarkan akan ikut dirasakan oleh janin. Besar kemungkinan akan terjadi
respons motorik janin yang dirasakan oleh sang ibu. Kedua, sejak anak dilahirkan ia
dibiasakan dengan berbagai irama musik yang mengiringnya pada saat menjelang tidur atau
bermain. Alat pendengar anak menjadi peka menangkap berbagai irama dari instrumen musik
yang didengarnya. Lambat-laun, seiring dengan pertumbuhan fisik dan kognisinya, musik
akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak. Ketiga, apresiasi musik
dikembangkan melalui pendidikan formal. Untuk itu, pendidikan musik diarahkan kepada
pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan sikap kritis serta kreatif terhadap karya musik.

E. Persuasi
Paragraf persuasif adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar
mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai,
penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Contoh:
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi
harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia
yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura,
dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin
menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini
disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan
keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem
pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan
generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan
nasional.
Sumber : Kompas,14 Mei 2009 dengan perubahan seperlunya

Contoh 2: 
Kita semua mengetahui bahawa kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah sangat
memprihatinkan. Banyak sekali sungai yang kotor akibat pembuangan limbah yang tidak
teratur serta pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak. Ini
semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Jakarta, temasuk manusia.
Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota Jakarta tercemar. Oleh karena itu,
alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakarta berusaha untuk melestarikan
lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan penghijauan,
pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua
dapat mengendalikan keindahan Kota Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai