Eksemplar Ku RETNO (1) - Digabungkan
Eksemplar Ku RETNO (1) - Digabungkan
SKRIPSI
OLEH :
RETNO OKTAVIA
17310234
i
PENELITIAN RETROSPEKTIF PASIEN SKABIES BERDASARKAN
FAKTOR USIA DAN JENIS KELAMIN DI POLIKLINIK
RS PERTAMINA BINTANG AMIN PERIODE
02 JANUARI 2016 - 31 DESEMBER 2018
SKRIPSI
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
RETNO OKTAVIA
17310234
ii
Judul Skripsi : PENELITIAN RETROSPEKTIF PASIEN
SKABIES BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN
JENIS KELAMIN DI POLIKLINIK RS
PERTAMINA BINTANG AMIN PERIODE 02
JANUARI 2016 – 31 DESEMBER 2018
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
iii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NPM : 17310234
penelitian, pemikiran dan pemaparan hasil dari penulis sendiri. Jika karya orang lain
Demikian lembar pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya atas kesadaran
Penulis
Retno Oktavia
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Malahayati, saya yang bertanda tanggan dibawah
ini:
Nama : Retno Oktavia
NPM : 17310234
Fakultas : Kedokteran Umum
Jenis Karya Ilmiah : SKRIPSI
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Malahayati Hak Bebas Royalti Noneksklusif (none-exclusive royalty free
right) : atau karya saya yang berjudul:
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan ini hak bebas royalti/noneksklusif
ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalihmediakan/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan
karya ilmiah saya selama tetap mencantumakan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik hak cipta.
Retno Oktavia
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Retno Oktavia
ABSTRAK
Latar Belakang: Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis. Skabies ditandai dengan gatal malam
hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis,
hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat ditandai dengan munculnya polimorfi yang
tersebar diseluruh tubuh.
Adapun penyakit skabies ini dapat dicegah dengan melakukan edukasi pada pasien
tentang penyakit scabies yang meliputi: perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi
tungau skabies, menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat.
Metodologi: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian studi retrospektif deskriptif dengan melihat catatan medik pasien skabies di
Poliklinik Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Periode 02 Januari 2016-31 Desember 2018.
Hasil dan kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan hasil prevalensi penyakit skabies
yaitu sebanyak 261 kasus (9%) dari 2924 pasien penyakit kulit dan kelamin periode 02
Januari 2016-31 Desember 2018 dengan prevalensi tertinggi yaitu pada tahun 2018
sebanyak 108 kasus (11%) dari 963 pasien penyakit kulit dan kelamin. skabies bisa
terjadi pada perempuan atau laki-laki dan anak-anak atau dewasa. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa usia terbanyak yang menderita skabies yaitu pada kelompok usia
20-59 tahun sebanyak 128 kasus (49%), dan jenis kelamin terbanyak yang menderita
skabies yaitu laki-laki sebanyak 163 kasus (62,5%).
Kepustakaan : 23(2012-2021)
vii
FACULTY OF MEDICINE
MALAHAYATI UNIVERSITY
ABSTRACT
Scabies disease can be prevented by educating patients about scabies thats are: disease
course, transmission, how to eradicate scabies mites, maintaining personal hygiene,
and procedures for applying drugs.
Objective: To determine the prevalence of the incidence of scabies and the factors that
influence the incidence of scabies based on age and sex at Pertamina Bintang Amin
Hospital for the period of January 2, 2016 - December 31, 2018.
Results and conclusions: In this study, the results of the prevalence of scabies were 261
cases (9%) of 2924 patients with skin and venereal diseases for the period of January
02 2016-31 December 2018 with the highest prevalence, namely in 2018 as many as
108 cases (11%) of 963 patients with skin and venereal diseases. Scabies can occur in
women or men and children or adults, the results of this study indicate that most people
who suffer from scabies are in the age group of 20-59 years as many as 128 cases
(49%), and the most sexes suffer from scabies. Scabies, namely male, as many as 163
cases (62.5%).
Literature: 23 (2012-2021)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat dan berkat-nya, serta shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga yang telah menuntun umatnya untuk
selalu berpegang di jalan allah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Penelitian Retrospektif Pasien Skabies Berdasarkan Faktor Usia, Jenis
Kelamin,, Pekerjaan, dan Status Pernikahan Di Poliklinik Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin Periode 02 Januari 2016-31 Desember 2018”. Yang bertujuan untuk
memenuhi tugas dan persyaratan dalam menempuh program Sarjana Strata – 1
Kedokteran Umum.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, maka
dengan selesainya skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
ix
5. dr. Arif Effendi, Sp.KK selaku pembimbing I yang telah meluangkan banyak
waktu, memberikan masukan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. dr. Eka Silvia, M. Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan banyak
waktu, memberikan masukan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Untuk Ayahanda saya, H Rozali dan Ibunda saya Hj Purwanti yang selalu
mendoakan, memfasilitasi dan mendukung saya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga skripsi
ini dapat berguna dan bermanfaat untuk semua, amin.
Retno Oktavia
x
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................................5
1.5. Ruang Lingkup ...............................................................................................6
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Halaman
4.1 Gambaran Penelitian......................................................................................25
4.2 Hasil Penelitian ..............................................................................................26
4.3 Pembahasan ...................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................................23
Tabel 4.1 Prevalensi Pasien Skabies Dari Pasien Penyakit Kulit Dan Kelamin .............29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pasien Skabies Berdasarkan Usia ..................................30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pasien Skabies Berdasarkan Jenis Kelamin ...................31
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sarcoptes Scabiei ....................................................................................7
Gambar 2.2 Kerangka Teori ......................................................................................18
Gambar 2.3 Kerangka Konsep...................................................................................19
Gambar 3.1 Alur Penelitian .......................................................................................27
xiv
DAFTAR SINGKATAN
IMS Infeksi Menular Seksual
S. scabiei Sarcoptes scabiei
LTAC Long Term Acute Care
WHO World Health Organization
SPSS Statistical Package For The Social Science
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Permohonan Izin Tempat Presurvey
2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Balasan Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Bebas Plagiarisme
5. Surat Keterangan Kelaikan Etik
6. Lembar Bimbingan Skripsi
7. Biodata Penulis
8. Persembahan
9. Motto
10. Foto Dokumentasi
11. Hasil Penelitian
12. Lembar Submit Jurnal
13. Format Jurnal
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiel var, hominis, dan produknya. Ditandai gatal malam
hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang
tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorfi tersebar diseluruh
130 juta orang setiap saat. Ini adalah penyakit terabaikan yang disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei. Skabies sering menyebabkan rasa gatal yang parah, dan
pada beberapa pasien, termasuk mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang
Penyakit ini dulu dikenal sebagai gatal 7 tahun, yaitu penyakit kulit menular
Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei, yaitu kutu parasit yang mampu menggali
terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal. (Menaldi, 2018). Ini adalah
sebagai penyakit kulit yang terabaikan oleh organisasi kesehatan dunia. (Gilson,
2020).
1
2
5-10% pada anak-anak. (WHO, 2020). Skabies umumnya terjadi pada usia 12-14
tahun dan lebih sering menginfestasi anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini
pasien dewasa dengan skabies merasa malu karena penyakitnya tersebut. Tidak
jauh berbeda dengan hasil survey di Tiongkok yang menunjukan 78% pasien
masih sangat kurang, sehingga penyakit skabies ini dianggap sebagai penyakit
yang biasa saja karena secara umum tidak membahayakan jiwa. Masyarakat tidak
infeksi sekunder dari bakteri Stapilococus sp ataupun jamur kulit yang berakibat
Indonesia adalah 5,6-12,9%, (Kurniawan et al, 2020). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, jumlah kasus baru pada penyakit
skabies berjumlah 1135 orang, dan tahun 2012 mengalami peningkatan lebih dari
dua kali lipat menjadi 2941 orang. (Widiastini dan Saftarina, 2020). Prevalensi
penyakit skabies menduduki urutan ketiga dari dua belas penyakit kulit tersering,
saat ini angka kejadian skabies meningkat lebih tinggi dari 20 tahun yang lalu, dan
banyak ditemukan pada panti asuhan, asrama, pondok pesantren, penjara dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Kulit dan Kelamin RSUD
Meuraksa Kota Banda Aceh periode tahun 2016- 2018 dengan jumlah sampel
terkena penyakit kulit skabies adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
276 responden (69.9%) dan sisanya berjenis kelamin perempuan sebanyak 119
sebanyak 30 orang pasien skabies di Rumah Sakit UKI, hasil yang didapatkan
yaitu: 53,3% anak-anak dan remaja, 63,3% berjenis kelamin laki-laki, 33,3% tidak
tamat SD, 36,7% tidak bekerja karena dibawah umur. (Sinaga, 2020).
yang cukup tinggi ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
lebih tinggi ditemukan pada subyek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki
(48,5%). Hasil penelitian juga menunjukkan usia subjek penelitian 11-15 tahun
dan usia 12 tahun (28,5%) dan jenis kelamin laki-laki (48,5%), merupakan usia
dan jenis kelamin terbanyak yang menderita skabies. (Merti et al, 2019).
kebersihan yang baik dan benar. Saat ini, angka kejadian skabies meningkat lebih
tinggi dan banyak ditemukan pada panti asuhan, asrama, pondok pesantren,
pasien skabies di poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang
Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin periode 02
Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin periode 02
dan jenis kelamin di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Hasil dari penelitian ini untuk menambah data hasil penelitian yang dapat
penyakit skabies.
6
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti
sendiri tentang skabies serta dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
peneliti.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Skabies
sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Bancin, et
al 2020). Tungau ini adalah arthropoda yang termasuk dalam Phyllum Acarina,
Tungau berbentuk seperti mutiara, tembus cahaya, putih, tanpa mata, dan
berbentuk lonjong dengan empat pasang kaki pendek gemuk. Tungau betina
dewasa berukuran 0,4 x 0,3 mm dengan tungau jantan sedikit lebih kecil-sedikit
terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kutu skabies mampu hidup
selama 3 hari lamanya dari inangnya dalam tabung reaksi yang steril, dan selama
7 hari jika ditempatkan di tempat minyak mineral. “Tungau tidak dapat terbang
A. B.
A : Fotomikrograf sarcoptes scabiei dewasa
B : papula eritematosa pada (a) jari dan ruang web, dan (b) ketiak pasien dengan skabies klasik.
Gambar 2.1 : Skabies(Vasanwala et al, 2019)
7
8
Siklus hidup tungau selesai seluruhnya pada kulit manusia. Tungau betina
jalur, yang bisa sepanjang 1 cm ini, ia bertelur dua hingga tiga telur sehari selama
rentang hidupnya 30 hari. Telur menetas dalam 10 hari dan larva meninggalkan
liang untuk matang di permukaan kulit. Tungau jantan hidup di permukaan kulit
dan memasuki liang untuk berkembang biak. (Goldsmith et al, 2012). Tungau
skabies akan mati jika terkena suhujika terkena suhu 50 oC (122oF) selama 10
Skabies disebut juga the itch, pamaan itch, seven year itch karena gatal hebat
atau buduk. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dengan prevalensi yang
skabies; meskipun demikian skabies lebih banyak terdapat pada penduduk yang
memiliki risiko tinggi skabies prevalensi dapat mencapai 80% (Sungkar, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) terdapat sekitar 300 juta kasus
skabies di dunia setiap tahunnya. Skabies termasuk penyakit kulit yang endemis di
wilayah beriklim tropis dan subtropis, seperti Afrika, Mesir, Amerika Tengah,
dan Asia Tenggara. WHO menyatakan skabies merupakan salah satu dari enam
9
Skabies lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Wabah skabies
panjang/Long Term Acute Care (LTAC), rumah sakit, penjara, panti jompo, dan
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak
faktor yang mendukung berkembangnya penyakit ini, antara lain sosial ekonomi
2018).
var.hominis. selain itu, terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan
Siklus hidup Sarcoptes Scabiei terdiri dari telur, larva, nimfa, dan tungau
dewasa. Infestasi dimulai ketika tungau betina gravid berpindah dari penderita
skabies ke orang sehat. Tungau betina dewasa akan berjalan di permukaan kulit
untuk mencari daerah untuk digali; lalu melekatkan dirinya di permukaan kulit
10
Tungau akan menggali terowongan sempit dan masuk kedalam kulit; penggalian
biasanya malam hari sambil bertelur atau mengeluarkan feses. Tungau betina
hidup selama 30-60 hari di dalam terowongan dan selama itu tungau tersebut terus
respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di
serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Skabies
sangat menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak
handuk dsb). Tungau skabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36
Kelainan kulit dapat tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat
bintik (rash). (Sembel, 2009). Pada pasien dengan gatal hebat perlu dilakukan
11
pemeriksaan teliti untuk mencari lesi terowongan, terutama jika ruamnya ringan.
Kontak juga perlu diperiksa untuk mencari terowongan, tanpa memandang apakah
Jika merupakan episode pertama, gatal muncul 4-6 minggu setelah penularan
kutu. Pada infestasi selanjutnya, gatal dapat muncul dalam beberapa jam. Gatal
biasanya lebih hebat pada malam hari, mengganggu tidur. Penyakit mengenai
badan dan ekstremitas, tidak mengenai kulit kepala ( kecuali pada bayi dan pada
skabies berkrusta). Gatal ringan atau tidak ada pada sebagian pasien dengan
skabies berkrusta. Gatal dapat menetap beberapa minggu setelah pengobatan yang
sela jari tangan, telapak tangan, dan pergelangan tangan. Lesi juga dapat
ditemukan di siku, puting payudara, ketiak, bokong, penis, instep, dan tumit.
memperlihatkan tungau, telur, atau tinja kutu (skibala). Sampai minggu setelah
ekstremitas, sering folikular. Pada bayi, lesi mungkin vesikular. Dermatitis difus
atau numular. Eritema dengan urtika. Papul dan vesikel di telapak tangan dan
kaki. Akropustulosis (pustul-pustul steril di telapak kaki dan tangan) pada bayi.
Papul atau nodul di ketiak, lipat paha, bokong, skrotum dan di batang penis.
paling sering pada anak, dewasa muda, dan usia lanjut. Faktor yang menyebabkan
imun atau supresi imun, rendahnya angka identifikasi dan terapi skabies yang
Anak-anak lebih mudah terserang Skabies karena daya tahan tubuh yang lebih
rendah dari orang dewasa, kurangnya kebersihan, dan lebih seringnya mereka
bermain bersama anak-anak lain dengan kontak yang erat. Skabies juga mudah
menginfestasi orang usia lanjut karena imunitas yang menurun dan perubahan
Cara penularan (transmisi) skabies yaitu kontak langsung (kontak kulit dengan
kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Kontak tak
langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
Penularan skabies yang paling umum adalah kontak kulit ke kulit yang
berkepanjangan dengan individu yang terinfeksi. Tungau tidak bisa terbang atau
melompat, melainkan merangkak dengan kecepatan 2,5 cm per menit pada kulit
hari, bersifat suportif dan riwayat kontak dengan kasus yang diketahui sering
muncul. Pemeriksaan dapat mengungkapkan lesi kulit dalam distribusi yang khas
dan liang serpiginous yang juga khas, terlihat dengan mata telanjang. Pemeriksaan
baik dari liang dan tungau itu sendiri dapat terlihat di ujung liang sebagai struktur
segitiga gelap, sesuai dengan kepala berpigmen dan anterior tungau. Larva yang
muncul ke luar melalui atap liang, bergerak lebih dekat ke permukaan kulit,
Konfirmasi patologis dapat diperoleh dengan pengikisan kulit yang lembut untuk
menghilangkan tungau yang kemudian dapat ditempatkan pada kaca objek dan
mungkin tidak dapat ditoleransi dengan baik, terutama oleh pasien muda.
(Chandler, 2019).
Diagnosis pasti dengan ditemukannya tungau, larva, telur atau feses Sarcoptes
scabiei secara mikroskopis dengan KOH 10%, namun tungau sulit ditemukan
karena tungau yang menginfestasi penderita hanya sedikit, uji tinta, tetrasiklin
fluoresesi test, atau mineral minyak juga dapat dilakukan. Selain itu, scabies juga
dapat menyerupai berbagai macam penyakit sehingga disebut juga the great
Gambaran klinis dari skabies dapat menyerupai infeksi yang disebabkan oleh
sumber lain seperti bakteri, jamur, parasit dan virus. (Gilson, 2020). Ada pendapat
yang menangatakan skabies ini merupakan the greatest imitator, karena dapat
Semua yang kontak serumah, bahkan mereka yang tidak memiliki gejala harus
Alasan utama perawatan kontak rumah tangga adalah gejala skabies bisa
memakan waktu beberapa minggu untuk muncul, terutama pada kasus baru.
2. dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu 60 oC atau
disimpan dalam kantung plastic tertutup selama beberapa hari. Karpet, kasus,
bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu dijemur di bawah
untuk semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dana nara kontak secara
serempak, menjaga higiene, serta penangan fomites yang tepat. Terdapat beberapa
1. Topikal
b) Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Cukup
sekali pemakaian, dapat diulang bila belum sembuh setelah satu pekan.
Tidak boleh digunakan pada bayi, anak kecil dan ibu hamil.
c) Salep sulfur 5-10, dioleskan selama 8 jam pada hari ke 1,2,3, dan 8.
2017).
16
2. Sistemik
c) Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal,
2-3 dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat
secara komprehensif, tidak hanya tanda dan gejala penyakit serta obat apa yang
akan diberikan dengan tepat namun juga psikologinya. Pembinaan keluarga yang
dilakukan pada kasus tidak hanya mengenai penyakit pasien, tetapi juga mengenai
mengganti pakaian dan pakaian dalam, tidak saling bertukar pakaian, kebiasaan
Dalam upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit
higiene pribadi, dan tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap
serumah dan orang di sekitar pasien yang berhubungan erat. (Menaldi, 2016).
faktor risiko yang paling dominan dibandingkan faktor risiko skabies lainnya.
Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi dan kontak fisik yang erat
-Hubungan
seksual Kontak langsung dengan
penderita skabies
-Bersentuhan
antar kulit
Manifestasi klinis
Penyakit skabies
-Usia
-Berbagi pakaian
-Jenis kelamin
-Berbagi tempat
tidur
Prevalensi
Skabies
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
19
Faktor yang
mempengaruhi:
-Usia
2.4. Hipotesa
Ha : Ada pengaruh antara usia dan jenis kelamin dengan prevalensi kejadian
Desember 2018.
Ho : Tidak ada pengaruh antara usia dan jenis kelamin dengan prevalensi
METODE PENELITIAN
deskriptif.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2020 sampai dengan
selesai di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang
dengan melihat catatan medik pasien skabies di Poliklinik Penyakit Kulit dan
Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung selama periode
3.4.1. Populasi
20
21
Kulit dan kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin periode 02 Januari
3.4.2. Sampel
1.Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota populasi menjadi
sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan terkait dengan topik
dan kondisi penelitian. (Masturoh dan Anggita, 2018). Yang termasuk kriteria
dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode
b. Rekam medik yang lengkap dan jelas terbaca pada periode 02 Januari 2016-
31 Desember 2018.
2. Kriteria Eksklusi
anggota sampel dari dari kriteria inklusi atau dengan kata lain ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. (Masturoh dan Anggita, 2018).
a) Data rekam medik pasien skabies yang tidak lengkap dan tidak bisa di
evaluasi.
b) Pasien penyakit kulit lain yang memiliki ciri dan gejala mirip dengan penyakit
program dan lain sebagainya, yang dapat mempunyai nilai. Nilai yang dimaksud
dapat berupa nilai kategorik, nilai kuantitatif, dan nilai kualitatif, variabel
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang amin
Bandar Lampung.
23
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah karakteristik berupa usia dan
1 Umur/usia Lamanya hidup dalam tahun yang Rekam 1. 0-4 tahun Ordinal
dihitung sejak dilahirkan. (KBBI, medik
2021). 2. 5-9 tahun
3. 10-19 tahun
4. 20-59 tahun
5. ≥60 tahun
digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien penyakit skabies di
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
24
yang mana rekam medik itu berisikan informasi tentang identitas pasien yang
sekunder berupa rekam medik pasien penyakit skabies di Poliklinik Penyakit Kulit
dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung periode 02
data hasil anamnesis berupa usia dan jenis kelamin kepada pasien penyakit
skabies di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pertamina Bintang
Data yang diolah dari data rekam medik pasien selanjutnya diolah dengan
menggunakan Microsoft excel 2007 setelah itu diolah lagi menggunakan program
a. Editing
25
kesinambungan data, dan keseragaman data yang akan diolah. Koreksi kesalahan
data
dan eksklusi data-data yang tidak dibutuhkan sehingga pengolahan data lebih
mudah.
a. Coding
kode berupa angka untuk data-data yang terdiri dari beberapa kategori dalam satu
variabel.
b. Input Data
Input data merupakan proses dimana peneliti memasukan data yang akan
c. Cleaning Data
variabel terikat ataupun variabel bebas yang diteliti secara deskriptif retrospektif
Rumusan Masalah
Pre Survey
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil
Kesimpulan
Lampung dan pencatatan data dilakukan pada tanggal 22 Desember 2020. Proses
pengambilan data dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medik penderita
pelayanan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dan menjadi informasi bagi
Selama penelitian ini didapatkan seluruh total pasien penyakit kulit dan kelamin
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin sebanyak 2.924 pasien dan total sampel
pasien skabies sebanyak 261 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi.
Statistical Package For The Social Science (SPSS), kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dengan narasi. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini sebagai
berikut.
28
29
1. Prevalensi
Pada tabel berikut (tabel 4.1) adalah hasil prevalensi pasien skabies dari seluruh
pasien penyakit kulit dan kelamin yang tercatat di rekam medik Rumah Sakit
Tabel 4.1 Prevalensi Pasien Skabies Dari Seluruh Pasien Penyakit Kulit Dan
Kelamin
Pasien
Diagnosis Poliklinik
Presentase
Skabies Kulit dan
Tahun
Kelamin
Penderita Pasien PKK %
Skabies
2016 69 1047 6,6 %
2017 84 914 9%
2018 108 963 11 %
Rata-rata
261 2924 9%
Prevalensi
Sumber : Rekam medik Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan dari 261 pasien skabies yang
2016-31 Desember 2018, didapatkan hasil prevalensi pasien skabies adalah 9% dari
2924 pasien di Poliklinik penyakit kulit dan kelamin Rumah Sakit Pertamina
Bintang Amin.
Pada tahun 2016 didapatkan sebanyak 69 (6,6%) pasien skabies dari 1047
pasien penyakit kulit dan kelamin. Pada tahun 2017 didapatkan sebanyak 84 (9%)
pasien skabies dari 914 pasien penyakit kulit dan kelamin. Pada tahun 2018
didapatkan sebanyak 108 (11%) pasien skabies dari 963 pasien penyakit kulit dan
kelamin. Dari tahun 2016-2018 didapatkan sebanyak 261 (9%) pasien skabies dari
2. Usia
Pada tabel berikut (tabel 4.2) adalah hasil distribusi frekuensi pasien skabies
berdasarkan usia yang tercatat di rekam medik Rumah Sakit Pertamina Bintang
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi penderita penyakit
skabies menurut usia, didapatkan 11 pasien (4,2%) pada kelompok usia 0-4 tahun
kemudian sebanyak 24 pasien (9,2%) pada kelompok usia 5-9 tahun, 64 pasien
(24,5%) pada kelompok usia 10-19 tahun, 128 pasien (49%) pada kelompok usia
20-59 tahun, dan 34 pasien (13%) pada kelompok usia lebih dari sama dengan 60
tahun.
31
3. Jenis Kelamin
Pada tabel berikut (tabel 4.3) adalah hasil distribusi frekuensi pasien skabies
yang tercatat di rekam medik Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin periode 02
2. Perempuan 98 37,5%
menurut jenis kelamin, dimana 163 pasien (62,5%) berjenis kelamin laki-laki dan
4.3 Pembahasan
Berikut dibawah ini merupakan pembahasan dari hasil yang diperoleh dari
penelitian ini.
Skabies termasuk penyakit kulit yang endemik di wilayah beriklim tropis dan
iklim tropis yang panas, terutama di komunitas dimana kepadatan penduduk dan
sakit, penjara, kemah pengungsi, orang dengan defisiensi imun atau supresi imun,
rendahnya angka identifikasi dan terapi skabies yang benar juga menjadi penyebab
penyebaran skabies (Oakley, 2019). Tingkat pendidikan yang rendah juga sebagai
kepadatan penghuni rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan air bersih, dan
risiko yang paling dominan dibandingkan faktor risiko skabies lainnya. Tingginya
kepadatan penghuni disertai interaksi dan kontak fisik yang erat memudahkan
yang naik-turun setiap tahunnya. Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Saiful Anwar Malang tahun 2014-2018 dengan presentase tertinggi pada
tahun 2014 (8,7%) dan terendah pada tahun 2015 (6,3%) (Widasmara, D. (2020).
33
terjadi kenaikan kasus skabies yang signifikan setiap tahunnya. Kasus skabies
tertinggi terjadi pada tahun 2018 sebanyak 108 pasien (11%) dari 963 pasien
penyakit kulit dan kelamin. kemudian kasus skabies terendah yaitu pada tahun 2016
sebanyak 69 pasien (6,6%) dari 1047 pasien penyakit kulit dan kelamin.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian di atas yang menyatakan
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikatakan oleh (Widiastini dan
Saftarina, 2020) yaitu berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2011, jumlah kasus baru pada penyakit skabies berjumlah 1135 orang, dan
tahun 2012 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat menjadi 2941 orang.
terbesar ke-4 di dunia, sehingga peningkatan jumlah penduduk bisa lebih cepat
membuat lingkungan keluarga atau tempat tinggal menjadi padat dan lembab.
Kemudian ditempat yang banyak di datangi orang seperti rumah sakit, penjara, dan
lain-lain membuat kontak antar kulit ke kulit dan pemakaian barang bersama-sama
membuat individu kurang sadar akan kebersihan pribadi dan peran kebersihan yang
(9%) dari 2924 populasi pasien penyakit kulit dan kelamin rumah sakit pertamina
bintang amin Bandar Lampung periode 2016-2018 dengan prevalensi tertinggi pada
34
tahun 2018 ditemukan yaitu sebanyak 108 kasus skabies (11%) dari 963 populasi
pasien penyakit kulit dan kelamin. selama proses penelitian ini yang dimulai pada
bulan Desember 2020 sampai dengan Februari 2021 didapatkan sampel kasus
skabies sebanyak 261 orang yang diantaranya mengalami infestasi berulang dan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan dengan arah yang
positif. Hal ini berarti orang yang pernah terinfestasi tungau skabies dapat
Namun yang perlu diwaspadai adalah pengaruh lingkungan yang padat, tempat
umum yang sering dikunjungi banyak orang, penggunaan barang secara bergantian,
Prevalensi skabies tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, usia, atau status
sosioekonomi. Pada daerah endemis, kejadiannya lebih sering pada anak-anak dan
orang tua dibanding orang dewasa, yang menunjukan selain paparan yang tinggi
juga status imunitas lebih rendah (Widasmara, 2020). Penularannya dengan cara
kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan seksual. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Menaldi, 2018). Skabies mudah
menginfestasi orang usia lanjut karena imunitas yang menurun dan perubahan
Dari hasil beberapa penelitian sebelumnya, usia menjadi salah satu faktor yang
erat hubungannya dengan kejadian skabies. Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan terkait dengan karakteristik kasus skabies, dapat dilihat bahwa kasus
tertinggi terdapat pada usia anak-anak dan remaja (Sinaga, 2020) pada usia 11-15
sampel skabies terbanyak berdasarkan usia yaitu pada kelompok usia 20-59 tahun
yaitu sebanyak 128 pasien (49%). Hal ini sesuai dengan teori penulis Oakley, A
bahwa skabies paling sering menyerang anak-anak, dewasa muda, dan usia lanjut.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sinaga,
2019 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang pasien skabies di Rumah Sakit
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Merti et al, 2019) pada santri pondok pesantren di Bandar Lampung yang
menunjukan bahwa usia 11-15 tahun dan usia 12 tahun (28,5%) merupakan usia
Pada dasarnya, pada kelompok usia 20-59 tahun harusnya sudah mengerti
umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).
Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4 kategori yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada
36
aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
(Imarta et al, 2017). Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada kelompok usia
20-59 tahun tertular dari anak atau saudara yang baru pulang dari suatu tempat yang
asrama, dan lain-lain. Sehingga infestasi sulit dihindari karena tinggal dekat dengan
penderita yang memiliki gejala atau tidak memiliki gejala dari penyakit skabies.
Atau bisa juga mereka yang menderita skabies tinggal di daerah pemukiman padat
(9%) dari 2924 populasi pasien penyakit kulit dan kelamin di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin periode 2016-2018 dengan frekuensi tertinggi pada usia
20-59 tahun sebanyak 128 orang (49%). Populasi dan sampel yang didapatkan
sesuai dengan jumlah data saat dilakukan presurvey. Pada saat dilakukan penelitian
pada bulan Desember 2020 sampai dengan Februari 2021, semua sampel sebanyak
261 kasus skabies memenuhi kriteria inklusi sehingga sampel dapat digunakan
Pada dasarnya penyakit skabies dapat menyerang seluruh kelompok usia, yang
perlu diwaspadai adalah pengaruh lingkungan yang padat, tempat umum yang
ras dan kelas sosioekonomi pada semua iklim. Prevalensi skabies tidak dipengaruhi
oleh jenis kelamin, ras, usia, atau status sosioekonomi (Widasmara, 2020).
Penularannya dengan cara kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya
berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Kontak tak langsung
(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain (Menaldi,
jenis kelamin ditemukan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita
skabies yaitu 163 pasien (62,5%) dibandingkan dengan perempuan yang jumlahnya
98 pasien (37,5%).
Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Bancin et al, 2020) di
Poli Kulit dan Kelamin RSUD Meuraksa Kota Banda Aceh periode tahun 2016-
2018 dengan jumlah sampel sebanyak 395 responden, diketahui bahwa mayoritas
responden yang banyak terkena penyakit kulit skabies adalah berjenis kelamin laki-
Kemudian hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Rumah Sakit UKI, hasil yang didapatkan yaitu 63,3% berjenis kelamin laki-laki.
38
Tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh (Naftassa dan Putri,
2018) di Pondok Pesantren Qotrun Nada kota Depok pada bulan September 2017
dengan sampel sebanyak 50 orang. Kejadian skabies lebih banyak terjadi pada
Penyakit ini banyak ditemukan pada tempat dengan penghuni padat seperti
asrama tentara, penjara dan pondok pesantren. Tempat yang berpenghuni padat
kelamin, yaitu penyakit skabies lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki yang
penelitian ini didapatkan lebih banyak laki-laki yang terkena skabies, kemungkinan
Hal tersebut juga disebabkan karena laki-laki kurang memerhatikan kebersihan diri
skabies.
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan sebanyak 261 kasus skabies (9%) dari
2924 populasi pasien penyakit kulit dan kelamin di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin periode 2016-2018 dengan frekuensi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki
sebanyak 163 orang (62,5%). Populasi dan sampel yang didapatkan sesuai dengan
jumlah data saat dilakukan presurvey. Pada saat dilakukan penelitian pada bulan
Desember 2020 sampai dengan Februari 2021, semua sampel sebanyak 261 kasus
39
prevalensinya tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Yang perlu diwaspadai adalah
pengaruh lingkungan yang padat, tempat umum yang sering dikunjungi banyak
skabies berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin di Rumah Sakit Pertamina
kesimpulan bahwa:
2018 sebanyak 108 pasien skabies (11%) dari 963 pasien penyakit kulit dan
kelamin. prevalensi terendah pada tahun 2016 yaitu sebanyak 69 pasien skabies
2. Berdasarkan usia pasien, penderita skabies paling banyak ditemukan pada usia
20-59 tahun yaitu sebanyak 128 orang (49%). Dan paling sedikit pada
pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 163 orang (62,5%). Dan paling
40
41
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, ada beberapa saran dari peneliti yang bisa
disampaikan, diantaranya:
rumah dan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terciptanya kesadaran diri untuk
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dan dapat
dilakukan penelitian yang lebih lanjut lagi dengan menggunakan sampel serta
lokasi yang lebih besar dan berbeda sehingga dapat lebih mewakili populasi di
daerah tersebut.
mengenai skabies. Maka dari itu bagi tenaga kesehatan sebaiknya mengisi data
rekam medis dengan lengkap lagi sehingga dapat menjadi evaluasi kedepannya
masih perlu diperbaiki untuk penelitian selanjutya, salah satu faktor yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan tenaga kerja di ruang rekam medik
sehingga penelitian membutuhkan banyak waktu dan ada beberapa data rekam medic
Alhidayati, Syukaisih, Amalia, R., Sukma, I. 2020. Faktor yang berhubungan dengan
penyakit skabies pada siswa asrama di SMKN Pertanian Terpadu Provinsi Riau.
Jurnal Ilmiah. 2(15): 105-113.
Bancin, M.M., Martafari, C.A., Kurniawan, R. 2020. Prevalensi penderita skabies di
Poli Kulit dan Kelamin RSUD Meuraxa kota Banda Aceh periode tahun 2016-
2018. Kandidat: Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan, 1(2): 20-28.
Banerji, A. 2015. Scabies. Canadian Paediatric Society. 7(20): 395-398.
CDC. 2020. Parasites-Scabies. https://www.cdc.gov/parasites/scabies/gen_info/faqs.
html. 25 Maret 2021 (09:14).
Chandler, D.J., Fuller, L.C. 2019. A review of scabies: an infestation more than skin
deep. Dermatology. 235: 79-90.
Dewi, M. K., Wathoni, N. 2017. Artikel Review: Diagnosis Dan Regimen Pengobatan
Skabies. Farmaka: Jurnal Unpad. 15: 123-133.
Egeten, E. A. K., Engkeng, S., Mandagi, C. K. F. 2019. Hubungan Antara Pengetahuan
dan Sikap Dengan Cara Pencegahan Penyakit Skabies di Desa Pakuweru
Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal KESMAS. 6(8): 203-210.
Gilson, R.L., Crane, J.S. 2020. Scabies (Sarcoptes Scabiei).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544306/. 9 Oktober 2020 (10:57).
DATA PRIBADI
JUDUL PENELITIAN
Puji syukur pada Allah SWT atas besarnya karunia yang telah Engkau limpahkan
kepadaku dan juga kedua orang tuaku yang telah berusaha membesarkan dan
mendidikku hingga akhir studiku.
Untuk Ayah dan Ibu, inilah kado kecil yang dapat anakmu persembahkan untuk sedikit
menghibur hatimu dan membayar sedikit jerih payahmu yang telah kalian korbankan
demi memenuhi kebutuhanku.
Aku hanya bisa mengucapkan banyak terimakasih kepada Ayah dan Ibu, hanya Allah
SWT yang akan membalas kemuliaan hati kalian. Kakakku dan Adikku tercinta yang
selalu memberikan banyak dukungan dan motivasi,terimakasih atas perhatian dan kasih
sayang yang kalian berikan kepada ku, dan ini adalah hari kebahagiaanku dan
kebahagiaan kita semua dan semoga kita senantiasa bersama dalam ridho Allah SWT,
Aamiin...
Atas Doa dan dukungan yang terus diberikan untuk memotivasi saya.
Terimakasih untuk teman-teman ku: Sri Utami, Ririn Afriana K, Renita Dwi Rahayu,
Sari Novpriani, Sintia Ulandari, Siti Awalina Khozannah yang selalu memberi
dukungan, canda tawa dan selalu menjadi teman belajar setiap ujian blok yang telah
bersama ku selama masa perkuliahan.
Semoga kita selalu dalam perlindunganNya dan semoga sukses selalu untuk kita
semua,Aamiin…
MOTTO
(HR.Muslim)
Statistics
USIA JK
N Valid 261 261
Missing 0 0
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-4 tahun 11 4.2 4.2 4.2
5-9 tahun 24 9.2 9.2 13.4
10-19 tahun 64 24.5 24.5 37.9
20-59 tahun 128 49.0 49.0 87.0
60-100 tahun 34 13.0 13.0 100.0
Total 261 100.0 100.0
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 163 62.5 62.5 62.5
Perempuan 98 37.5 37.5 100.0
Total 261 100.0 100.0
PENELITIAN RETROSPEKTIF PASIEN SKABIES BERDASARKAN
FAKTOR USIA DAN JENIS KELAMIN DI POLIKLINIK
RS PERTAMINA BINTANG AMIN PERIODE
2 JANUARI 2016-31 DESEMBER 2018
ABSTRAK
Latar Belakang: Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei var hominis. Skabies ditandai dengan gatal malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinis dapat ditandai dengan munculnya polimorfi
yang tersebar diseluruh tubuh. Adapun penyakit skabies ini dapat dicegah dengan melakukan edukasi pada pasien
tentang penyakit scabies yang meliputi: perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau skabies, menjaga
higiene pribadi, dan tata cara pengobatan yang tepat. Tujuan: mengetahui prevalensi angka kejadian skabies dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian skabies berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin di RS Pertamina
Bintang Amin Periode 02 Januari 2016-31 Desember 2018. Metodologi: Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian studi retrospektif deskriptif dengan melihat catatan medik pasien skabies di
Poliklinik Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Periode 02 Januari 2016-31
Desember 2018. Hasil dan kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan hasil prevalensi penyakit skabies yaitu
sebanyak 261 kasus (9%) dari 2924 pasien penyakit kulit dan kelamin periode 02 Januari 2016-31 Desember 2018
dengan prevalensi tertinggi yaitu pada tahun 2018 sebanyak 108 kasus (11%) dari 963 pasien penyakit kulit dan
kelamin. skabies bisa terjadi pada perempuan atau laki-laki dan anak-anak atau dewasa. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa usia terbanyak yang menderita skabies yaitu pada kelompok usia 20-59 tahun sebanyak 128
kasus (49%), dan jenis kelamin terbanyak yang menderita skabies yaitu laki-laki sebanyak 163 kasus (62,5%).
ABSTRACT
Background: Scabies is a skin disease caused by infestation and sensitization to Sarcoptes scabiei var hominis.
Scabies characterized by night itching, affecting a group of people, with a predilection spot in the skin folds that are
thin, warm, and moist. Clinical symptoms can be seen polymorphy spread throughout the body. Scabies disease can
be prevented by educating patients about scabies which are: disease course, transmission, how to eradicate scabies
mites, maintaining personal hygiene, and procedures for applying drugs. Objective: To determine the prevalence of
the incidence of scabies and the factors that influence the incidence of scabies based on age and sex at Pertamina
Bintang Amin Hospital for January 2, 2016 - December 31, 2018. Methodology: The type of research used in this
research is a descriptive retrospective study by looking at the medical records of scabies patients at the Polyclinic of
Skin and Venereal Diseases at Pertamina Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung, 2 January 2016-31 December
2018. Results and conclusions: In this study, the results of the prevalence of scabies were 261 cases (9%) of 2924
patients with skin and venereal diseases for the period of January 2, 2016-31 December 2018 with the highest
prevalence, namely in 2018 as many as 108 cases (11%) of 963 patients with skin and venereal diseases. Scabies
can occur in women or men and children or adults. The results of this study indicate that most people who suffer
from scabies are in the age group of 20-59 years as many as 128 cases (49%), and the most sexes suffer from
scabies. Scabies, namely male, as many as 163 cases (62.5%).