Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN


“JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG

DIKOTIL DAN MONOKOTIL”

Disusun Oleh:

Nama Mega Sintia


Nim F05112084
Kelas Reg.A Kelas.B
Kelompok 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014
“JARINGAN PADA AKAR DAN BATANG
DIKOTIL DAN MONOKOTIL”
ABSTRAK
Ilmu tentang struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan perlu dipelajari
karena merupakan dasar dari penerapan pemanfaatan tumbuhan bagi kehidupan
manusia. Pengamatan jaringan pada batang dan akar tumbuhan monokotil maupun
dikotil memiliki tujuan untuk pengenalan jaringan untuk mengetahui perbedaan
struktur organ dikotil dan monokotil melalui penampang melintang pada akar dan
Batang. Adapun pada batang monokotil pada pengamatan menggunakan preparat
awetan Zea mays, jaringan pada batangnya memiliki ikatan pembuluh (xylem dan
floem) yang menyebar pada seluruh batang. Ikatan pembuluh floemnya
berdampingan dengan xylem, dan batang Zea mays memiliki tipe ikatan
pembuluh bertipe koleteral tertutup. Sedangkan pada Arachis hypogea yang
memiliki batang dikotil berkas pembuluhnya tampak tersusun rapi, dan pada
batang Arachis hypogea memiliki tipe ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka.
Pengamatan struktur akar monokotil dan dikotil, dimana pada pengamatan akar
monokotil menggunakan preparat awetan Zea mays yang tampak pada akarnya
memiliki berkas pembuluh xylem yang besar dan teratur, sedangkan xylem yang
kecil berada diluarnya dan berselingan dengan floem. Akar monokotil merupakan
tipe ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka. Sedangkan pada akar dikotil
tampak xylem dikelilingi oleh floem. Akar dikotil merupakan tipe ikatan
pembuluh bertipe koleteral tertutup. Tipe ikatan pembuluh pada akar berkebalikan
dengan tipe ikatan pembuluh pada batang. Pengamatan struktur batang monokotil
dan dikotil juga menggunakan awetan segar, dimana tanaman yang diambil yaitu
Artocarpus integra dan Cyperus sp.

Kata kunci : Batang dan Akar dikotil dan monokotil, Bertipe Koleteral Terbuka,
Bertipe Koleteral Tertutup.
PENDAHULUAN
Anatomi (berasal dari bahasa Yunani anatomia, dari anatemnein, yang
berarti memotong) adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur
dan organisasi dari makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu
keanekaragaman hayati yang ada di bumi. Sehingga anatomi tumbuhan adalah
cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan organisasi dari
tumbuhan itu sendiri yaitu struktur yang pembangun tumbuhan tersebut.
Kingdom plantae atau dunia tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan
tidak dan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan tidak berpembuluh adalah
kelompok lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh meliputi tumbuhan paku-
pakuan dan tumbuhan berbiji.Tumbuhan Berbiji (spermatophyte) merupakan
kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang
berupa biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan didalamnya
mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Spermatophyta diklasifikasikan
lagi menjadi 2 subdivisi , yakni tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) dan
tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Berdasarkan jumlah keping bijinya,
Tumbuhan biji tertutup dibedakan menjadi 2 , yaitu tumbuhan biji berkeping satu
(monokotil) dan tumbuhan biji berkeping dua (dikotil).
Tubuh makhluk hidup tersusun atas jutaan sel. Sel-sel yang memiliki
struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Beberapa macam
jaringan akan membentuk suatu organ. Kumpulan bermacam-macam organ
membentuk suatu sistem organ. Akhirnya, beberapa macam sistem organ saling
melengkapi dan bekerja sama untuk membentuk suatu individu makhluk hidup.
Namun, pada tumbuhan tidak terdapat sistem organ. Pertumbuhan hanya sampai
pada organ kemudian membentuk satu individu tumbuhan (Permatasari,2012).
Kita ketahui setiap makhluk memiliki struktur yang menyusunnya, seperti
halnya pada tumbuhan dikotil dan monokotil disusun atas berbagai organ seperti
akar, batang, daun, bunga dan biji. Organ-organ tersebut juga tersusun dari
berbagai jaringan, seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim,
epidermis, dan jaringan pengangkut. Meskipun sama-sama diklasifikasikan
sebagai tumbuhan berbiji (spermatophyte), pada kenyataannya tumbuhan dikotil
dan monokotil mempunyai perbedaan yang cukup jelas baik secara anatomi
maupun secara morfologinya.
Jika secara morfologi kita bisa melihat secara langsung bentuk daun,
batang, dan akarnya tetapi struktur penyusun dari bagian-bagian tersebut kita
tidak dapat melihatnya dengan kasat mata karena sel-sel yang berukuran sangat
kecil. Untuk itu dilakukan praktikum untuk mengamati dengan lebih jelas
mengetahui dan mengidentifikasi serta membuktikan apakah benar seperti yang
dipaparkan di buku bentuk susunan dan letak sel-sel penyusun bagian-bagian
tumbuhan monokotil dan dikotil serta dapat membedakan antara struktur
monokotil dan dikotil secara anatominya.
Tujuan praktikum Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil yaitu
mempelajari sistem jaringan, tipe berkas pengangkut pada batang dan akar pada
tumbuhan monokotil dan dikotil, serta mempelajari tipe stele pada batang dan
akar pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
Adapun permasalahan yang terdapat pada praktikum Jaringan pada Daun
Monokotil dan Dikotil adalah mengenai bagaimana sistem jaringan, tipe berkas
pengangkut pada batang dan akar pada tumbuhan monokotil dan dikotil, serta
bagaimana tipe stele pada batang dan akar pada tumbuhan monokotil dan dikotil
tersebut.
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat satu sama lain
dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh matang
dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi
jaringan (Kimball, 1992). Jaringan adalah kumpulan struktur, fungsi, cara
pertumbuhan, dan cara perkembangan (Brotowidjoyo, 1989).
Macam–Macam Jaringan Tumbuhan
Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda
atau meristem dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball,1992). Jaringan
terdiri dari jaringan muda atau meristem, jaringan dasar atau parenkim,
sklerenkim, xilem, dan floem (Brotowidjoyo, 1989).
Jaringan meristem dibagi menjadi tiga yaitu meristem apikal yang terletak
di ujung batang dan akar, meristem lateral yang terletak di kambium gabus dan
meristem interkalar yang terletak diantara satu dan lainnya (Kimball,1992).
Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai
sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis, dimana sel-selnya kecil, berdinding
tipis tanpa vakuola tengah di dalamnya. Jaringan muda yang sel-selnya selalu
membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel meristematik adalah mitosis.
Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya rongga sel yang
kecil (Prawiro, 1997).
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan
organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,
seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan
menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar . Berdasarkan
ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm .
Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.
Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi
seperti stomata dan trikomata (Rompas, 2011).
Berdasrkan letaknya jaringan meristem dibedakan menjadi 3 yaitu :
Meristem lateral (meristem samping) yang terdapat pada batang tepatnya di
cambium atau cambium gabus, Meristem interkalar (meristem antara) yang
terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya pangkal ruas batang, Meristem apical
(meristem ujung) yang terdapat diujung batang atau ujung akar.
Berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem terbagi atas 3 yaitu : Pro
meristem adalah jaringan meristem yang telah ada ketika tumbuhan masih dalam
tingkat embrio, Meristem primer adalah jaringan meristem yang ada pada
tumbuhan muda biasanya ada pada ujung-ujung tumbuhan seperti akar atau
pucuk. Jaringan ini masih aktif membelah sehingga menyebabkan organ
tumbuhan bertambah panjang atau bertambah tinggi, Meristem sekunder adalah
jaringan meristem yang terdapat pada jaringan dewasa yang telah terhenti
pertumbuhannya, tetapi menjadi embrional kembali. Meristem sekunder terdapat
pada cambium. Kambium inilah yang selalu tumbuh dan membelah selama hidup
tumbuhan yang menyebabkan pelebaran atau pembesaran batang.
Jaringan permanen merupakan jaringan yang telah mengalami
deferensiasi. Umumnya jaringan dewasa tidak membelah diri, bentuknya pun
relatif permanen serta rongga selnya besar. Jaringan permanen dibagi menjadi 5
yaitu jaringan epidermis dan jaringan parenkim, jaringan penyokong atau
penguat, jaringan pengangkut dan jaringan gabus.
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-sel
kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan
sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim
terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat
berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih
mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding
selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis,
seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim
mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin.
Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan
sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim
dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang
berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas (Suradinata, 1998).
Filogenetik studi angiosperma berdasarkan teknik RAPD untuk menemukan
pemecahan dikotil monokotil-dan tingkat perbedaan genetik di antara garis
keturunan yang berbeda dari tanaman angiospermic jelas menunjukkan bahwa
sementara monokotil membentuk clade semua dikotil tidak membentuk kelompok
yang berbeda yang terpisah dari monokotil. Sebaliknya, monokotil yang tertanam
dalam clade garis keturunan percabangan awal tanaman berbunga, biasanya
disebut sebagai magnoliids, yang semuanya memiliki karakteristik dikotil
tradisional (Ray, 1703). Cabang-cabang awal angiosperma, termasuk monokotil,
ditandai dengan jenis serbuk sari yang berasal dari ini bentuk tunggal-bukaan
(Cronquist, A. 1981). Gulnel (Tinospora cordifolia V-3) adalah eudicot (APG
sistem II, 2003) dan membentuk clade yang berbeda terpisah dari monokotil dan
dikotil. Eudicots ditandai dengan serbuk sari yang biasanya memiliki tiga lubang
tidak ada struktur morfologi atau anatomi lain yang menandai kelompok ini telah
diidentifikasi, meskipun pengelompokan eudicots sangat didukung oleh analisis
berdasarkan data urutan DNA (Soltis dan Soltis. 1999). Hasil kami
mengkonfirmasi semua kesimpulan sebelumnya diusulkan oleh Ray (1703) yang
pertama kali diidentifikasi sebagai kelompok monokotil, sebagian besar
didasarkan pada kepemilikan mereka kotiledon tunggal. Temuan ini menunjukkan
bahwa tidak ada perpecahan dikotil monokotil-dikotil bukan tidak membentuk
kelompok monofiletik (mereka tidak mengandung semua keturunan nenek
moyang mereka) dan ditolak sebagai kelompok formal, beberapa dikotil lebih
mirip dengan monokotil dari mereka dikotil ke lain paraphyletic, monokotil dapat
didefinisikan oleh beberapa synapomorphies sedangkan eudicots membentuk
kelompok monofiletik. Mutasi menumpuk pada tingkat konstan sepanjang sistem
kehidupan (hipotesis jam molekuler), dalam penelitian kami dapat diamati bahwa
hal yang sama berlaku untuk berkembang pesat markes (penghapusan dan
duplikasi dalam genom) terdeteksi dengan teknik RAPD. Ahli botani lama
berteori bahwa monokotil berasal dari kelompok kuno dikotil selama diversifikasi
awal angiosperma (Donoghue dan Doyle, 1989). Pohon filogenetik hubungan
yang berasal dari data molekuler didasarkan pada teknik RAPD mengkonfirmasi
hipotesis ini berlangsung lama dan menentukan dikotil kerabat dekat mungkin
dari monokotil ( Mir Abid, 2007 ).
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada
perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas
pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium
intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang
mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil,
berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak
berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup,
sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan
menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas
pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan
Lingkaran Tahun ( Zhao, 2005 ).
Tumbuhan dikotil dan monokotil
Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal
(protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan
kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil
dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm. Pada batang monokotil,
jaringan permanen primer selain dari meristem apikal juga berasal dari meristem
interkalar. Jaringan monokotil primer terdiri dari jaringan dasar fundamental
dimana letak ikatan pembuluh terbesar. Pada batang monokotil tidak terdapat
kambium, kecuali pada beberapa spesies. Karena itu tidak mempunyai jaringan
sekunder, walaupun tidak dapat mengadakan pertumbuhan sekunder, batang
monokotil dapat mempunyai batang yang besar karena adanya pertumbuhan
meristem menebal. Pada anatomi batang dikotil dan monokotil tersebut, memiliki
perbedaan pada tipe ikatan pembuluh pada batang. Pada dikotil, tipe ikatan
pembuluhnya yaitu tipe kolateral terbuka dan bikolateral. Sedangkan pada
monokotil, tipe ikatan pembuluhnya yaitu bertipe kolateral tertutup yang
umumnya di bungkus oleh sarung sklerenkim. Susunan anatomi akar lebih
sederhana daripada susunan anatomi batang walaupun susunan anatomi akar
bervariasi. Pada penampang melintang akar primer dijumpai tiga sistem jaringan
pokok yaitu epidermis, korteks, dan sistem jaringan pengangkut. Di ujung akar
terdapat bagian akar primer yang lain, yaitu akar yang berfungsi melindungi
promeristem akar. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari percobaan ini yaitu
mempelajari sistem jaringan pada batang dikotil dan monokotil serta pada akar
tumbuhan, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan
monokotil serta pada akar tumbuhan, dan mempelajari tipe stele pada batang
dikotil dan monokotil serta pada akar tumbuhan. Pada pengamatan preparat
segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan
monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan
tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar
laboratorium pendidikan biologi (David, 2013 ).
METODOLOGI
Praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan dikotil,
dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2014 di laboratorium Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak dari
pukul 13.00 WIB sampai selesai.
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum jaringan pada akar
dan batang monokotil dan dikotil, yaitu Alat yang digunakan berupa mikroskop,
silet, pipet tetes, beaker glass, gelas objek, dan kaca penutup. Sedangkan bahan
yang digunakan berupa preparat akar dan batang monokotil Zea mays, preparat
batang dikotil Arachis hypogea, preparat akar dikotil Helianthus sp. , preparat
segar batang dikotil Artocarpus integra dan preparat segar batang monokotil
Cyperus sp. dan air.
Metode yang digunakan ialah Preparat awetan yaitu preparat akar dan
batang monokotil Zea mays, preparat batang dikotil Arachis hypogea dan preparat
akar dikotil Helianthus sp. yang telah disiapkan kemudian diamati dengan
menggunakan mikroskop dari perbesaran lemah hingga kuat. Setelah jaringan
akar dan batang tampak, digambar dan diberi keterangan dan ditulis bagian-
bagian dari jaringan tersebut serta tipe ikatan pembuluhnya. Untuk preparat segar,
batang dari masing-masing tanaman yaitu batang dikotil Artocarpus integra dan
batang monokotil Cyperus sp. yang telah disiapkan disayat setipis mungkin dan
diletakkan pada gelas objek dan ditetesi dengan akuades. Lalu diamati di bawah
mikroskop dari perbesaran lemah hingga kuat. Jaringan batang yang telah
ditemukan, digambar dan diberi keterangan serta ditulis bagian-bagian dari
jaringan tersebut serta tipe ikatan pembuluhnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Preparat Awetan dan Preparat Segar pada akar
dan batang tumbuhan dikotil dan monokotil

Preparat Awetan : Batang Monokotil


Perbesaran : 10 x 25 Keterangan :
1. Epidermis
2. Floem
3. Xilem
4. Korteks
5. Empulur
Tipe Kolateral : Tertutup

Gambar : Zea mays


Preparat Awetan : Batang Dikotil
Perbesaran : 10 x 25 Keterangan :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
Tipe Kolateral : Terbuka

Gambar : Arachis hypogaea


Preparat Awetan : Akar Monokotil
Perbesaran : 10 x 25 Keterangan :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
4. Xilem
5. Floem
6. Empulur
Tipe Kolateral : Terbuka
Gambar : Zea mays
Preparat Awetan : Akar Dikotil
Perbesaran : 10 x 25 Keterangan :
1. Epidermis
2. Endodermis
3. Floem
4. Xilem
5. Korteks
Tipe Kolateral : Tertutup

Gambar : Helianthus sp.

Preparat Segar : Batang Monokotil


Perbesaran : 10 x 25 Keterangan :
1. Epidermis
2. Endodermis
3. Floem
4. Xilem
5. Empulur
Tipe Kolateral : Tertutup

Gambar : Cyperus sp.

Preparat Segar : Batang Dikotil


Perbesaran : 10 x 25 Keterangan :
1. Epidermis
2. Korteks
3. Endodermis
4. Xilem
5. Empulur
6. Floem
7. Kambium
Tipe Kolateral : Terbuka

Gambar : Arthocarpus integra

Dalam praktikum mengenai jaringan pada akar dan batang monokotil dan
dikotil, pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Preparat yang
telah disediakan yaitu akar dan batang Zea mays merupakan tumbuhan monokotil
sedangkan batang Arachis hypogea dan akar Helianthus sp. merupakan tumbuhan
dikotil.
Pada akar Zea mays terlihat bagian luarnya tebal yang merupakan
epidermisnya.. Jaringan pembuluh pengakut tepat di bagian tengah sel dalam
sitoplasma. Preparat ini tidak memiliki kambium yang memisahkan antara bagian
xylem dan floemnya. Pada batang Arachis hypogaea terdiri dari beberapa bagian
sel, yaitu epidermis pada bagian terluar kemudian di belakangnya terdapat
jaringan dasar atau korteks. Didekat bagian berkas pembuluh terdapat endodermis
yang dapat menyokong bagian pembuluh pengangkut. Ikatan pembuluhnya juga
terlihat jelas, dimana antara kambium, xylem dan floem telah terpisah dan dapat
diamati dengan jelas. Pada akar Helianthus sp. memiliki bagian yang seperti
batang monokotil yaitu terdapat penyebaran yang tidak merata dalam penyebaran
sistem pengangkutan. Pada batang Zea mays memiliki sebaran berkas pembuluh
yang tidak jelas dan tidak memiliki kambium.
Tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil memiliki
perbedaan, yaitu pada batang dikotil tersusun pada suatu berkas berbentuk bulat
dan tertutup. Berhubungan satu sama lainnya dengan ikatan kambium, dengan
demikian sering disebut kolateral tertutup. Sedangkan pada batang monokotil
terdapat sebaran yang tidak beraturan yang saling berhubungan didalam
sitoplasma dan dinamakan tipe kolateral terbuka.
Pada batang dikotil memiliki tipe stele, yaitu eustele, sifonostele ektofloik,
dan sifonostele amfifloik. Stele merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis
terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele
disebut tipe kolateral yang artinya xylem dan floem. Letak saling bersisian, xylem
di sebelah dalam dan floem sebelah luar. Antara xylem dan floem terdapat
kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang
disebut kambium intervasikuler. Pada tumbuhan Dikotil, kayunya keras dan
hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-
menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, pada musim
kering tidak terjadi pertumbuhan jadi pertumbuhannya menebal. Pada sediaan
segar yang diambil yaitu batang dari Arthocarpus integra dan batang dari
Cyperus sp..
Pada pengamatan batang dikotil Arachis hypogaea, praktikan
mendapatkan hasil gambar susunan jaringan yang melintang sehingga tidak
terlihat seluruhnya. Yang terlihat hanya bagian epidermis, korteks, dan
endodermis. Hal ini membuat praktikan sulit menentukan tipe kolateral pada
batang dikotil yang diamati. Namun berdasarkan literatur yang didapat
menyatakan bahwa batang dikotil mempunyai tipe kolateral terbuka.
Menurut (Soerodikoesoemo,1993) pada gambar irisan melintang akar
dalam keadaan primer bagian penyusun strukturnya antara lain bulu akar,
epidermis, korteks, endodermis, floem primer, xylem primer. Hal ini juga
disebabkan karena kurang ketelitian pada saat melakukan pengamatan.
Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem,
xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak
yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan,
bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut ( Campbell, 2003 ) Perbedaan antara akar dikotil dan monokotil
adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas
pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan
bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang
dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada
korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar
tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai.
Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks,
floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu
epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada
objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu
xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar
(tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini
sesuai dengan teori yakni dikemukakan ( Budi. 2008 ) yaitu Pada stele monokotil
terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang
artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil
tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan
menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan
pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem
apikal ( protoderm, ground meristem, dan prokambium ) dan terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh ( floem, xylem, dan
kambium ).
Menurut ( Salisbury, 1995 ) yaitu irisan melintang batang monokotil yang
khas. bila diperhatikan gambar yang di kajian pustaka mengenai irisan melintang
tersebut, dimana berkas pembuluh yang tersebar pada jaringan dasar empulur.
Masing-masingnya dikelilingi sebuah seludang sel. Sedangkan pada irisan
melintang batang dikotil herba yang khas. Pada gambar yang di kajian pustaka
mengenai irisan melintang dikotil ini, berkas pembuluh membentuk sebuah cincin
dengan empulur dibagian dalam dan korteks ( khususnya dengan sel kolenkima
yang bersudut tebal pada irisan melintang ) dibagian luar di bawah epidermis.
Pada batang monokotil dan dikotil, biasanya ( tapi tidak selalu ) xylem
berada disebelah dalam floem.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan.struktur batang dan akar
monokotil maupun dikotil tanaman memiliki perbedaan. pada struktur batangnya,
tersusun atas epidermis yang berkutikula dan kadang terdapat stomata, sistem
jaringan dasar berupa korteks dan empulur, dan sistem berkas pembuluh yang
terdiri atas xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun berbeda pada kedua kelas
tumbuhan tersebut. Xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil
dan tersebar pada tumbuhan monokotil.pada batang monokotil memiliki tipe
ikatan pembuluh bertipe koleteral tertutup.sedangkan pada batang dikotil
memiliki tipe ikatan pembuluh bertipe koleteral terbuka
Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis, sistem
jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur; serta sistem berkas
pembuluh. Pada akar sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang
tersusun berselang-seling. Struktur anatomi akar tumbuhan monokotil dan dikotil
berbeda.dimana pada akar dikotil, xylem dikelilingi floem sedangkan pada akar
monokotil terdapat xylem primer yang dikelilingi oleh xylem kecil dan floem.
Sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum kali ini waktu yang telah
ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai
dengan apa yang diinginkan. Selain itu kerja sama antara sesama anggota harus
ditingkatkan, terutama dalam membimbing praktikan agar praktikan dapat dengan
benar dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan

DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.

Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

David. 2013. Anatomy Morphology http://generalhorticulture.tamu.edu/HORT604


/.../ Anatomy Morphology.pdf (diakses tanggal 19 Maret 2014).

Kimball, J.W. 1992. Biologi. Jakarta : Erlangga

Mir Abid. 2007. African Journal of Plant Science. Volume 2. Halaman 1.


Available online at http://www.academicjournals.org/AJPS. ISSN 1996-
0824 © 2008 Academic Journals.

Permatasari, Nur. 2012. Laporan Biologi. (online) http://permatasarinur.blogspot.


com/2012/11/laporan-biologi_18.html (diakses tanggal 19 Maret 2014).

Prawiro. 1997. Biologi Sains. Jakarta : Bumi Aksara.

Rompas, Yulanda. Dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun
Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Biologos, Volume 1 nomor 1,
halaman 1.online from http://ejournal.unsrat.ac.id. (diakses tanggal 19 Maret
2014).

Soerodikoesoemo, Wibisono.1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:


Universitas Terbuka, Depdikbud.

Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung: Angkasa.

Zhao. 2005. The Xylem and Phloem Transcriptomes from Secondary Tissues of
the Arabidopsis Root-Hypocotyl1 . http://jxb.oxfordjournals.org
/content/51 /351/1721 . full . (diakses tanggal 19 Maret 2014).

LAMPIRAN
1. Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik
pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya
beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau
tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.

2. Bagaimana air masuk ke dalam xilem?


Jawab : Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas)  melalui dinding
selnya.

3. Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab : Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis,
kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu
melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat).
Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh
xilem dan diangkut ke daun.

4. Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?


Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada 
awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan
dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan
pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta
ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di
amati karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar
tersebut masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila
dibandingkan dengan awetan kering.

Anda mungkin juga menyukai