Dosen Pengampu :
Muhammad Mustofa, M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 10
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT berkat limpahan rahmat, karunia, dan
kuasa-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat beserta salam juga
disanjungkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam
kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih juga kami
ucapakan kepada pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga
makalah ini dapat kami susun dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun melakukan metode penelaahan melalui studi
pustaka dan dari bahan bacaan media lainnya yang bertujuan untuk melengkapi materi atau
data-data penyusunan makalah ini.
Penyusun makalah ini telah diupayakan semaksimal mungkin namun disadari bahwa masih
terdapat berbagai kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Karena itu diperlukan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaannya dan
semoga makalah ini dapat menjadi manfaat bagi semua pihak. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam membuat kalimat dengan menggunakan bahasa arab, kita harus memperhatikan
susunan kalimatnya. Untuk bisa menyusun suatu kalimat dalam bahasa arab, kita perlu
mempelajari ilmu Nahwu. Dalam ilmu Nahwu kita belajar mengenai i’rob, Fa’il, mubtada’ ,
khobar,dan lain-lain. Dalam berbicara atau menulis menggunakan bahasa arab terkadang kita
membutuhkan kalimat pengganti ketika kita salah atau lupa mengucapkan kalimat. Dalam
ilmu nahwu disebut dengan badal, dan didalam badal ada syarat,hukum, dan pembagian
badal. Oleh karena itu didalam makalah ini pemakalah akan menyampaikan sedikit tentang
badal. Badal adalah isim tabi’ yang bertujuan untuk menjelaskan atau mengkonfirmasi
matbu’nya baik secara utuh atau bagian daripadanya. Kata yang mengikuti disebut badal dan
kalimat yang diikutinya disebut mubdal minhu.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian badal
B. Apa saja Macam macam badal
C. Bagaimana Hukum badal
C. TUJUAN
BAB II
4
PEMBAHASAN
Badal adalah isim tabi’ yang bertujuan untuk menjelaskan atau mengkonfirmasi matbu’nya
baik secara utuh atau bagian daripadanya. Secara bahasa makna badal sendiri ialah
“pengganti”, jadi tugas dari dari badal itu ialah menggantikan kata sebelumnya Kata yang
mengikuti disebut badal dan kalimat yang diikutinya disebut mubdal minhu.
Pada umumnya antara badal dan mubdal minhu tidak terdapat perantara. Maksud perantara di
sini yaitu sesuatu yang menghubungkan antara Badal dan Mubdal Mihu. Hubungan keduanya
tidak seperti yang terjadi pada ‘Athaf Nasaq yang diperantarai dengan Huruf ‘Athaf. Ini
dilihat dari keumuman. Adapun apabila posisi Mubdal Minhu berada pada tempat Majrur
dengan Huruf Jar, maka badal boleh diperantarai dengan cara mengulangi huruf Jar tersebut.
Terjemah: Tunjukilah kami jalan yang lurus .Yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat. Lafadz َ الص َِّراطpertama adalah Mubdal Minhu dan َص َراط
ِّ الkedua adalah Badal
Muthabiiq Adapun apabila keluar dari fungsi di atas (tidak berfaidah memperjelas), maka
sama sekali tidak dikatakan badal melainkan sebagai Taukid Lafdzi Seperti َجا َء خَال ٌد خَ ال ٌد
Jadi, yang dimakan ialah sepertiga roti saja. Yang menjadi contoh badalnya ialah kata
sepertiganya (ُ ) ثُلُثَهsementara mubdal minhunya (yang diikuti) adalah kata roti ( َ)ال َّر ِغ ْيف.
Badal syaiun min syaiin, dikenal juga dengan badal kull minkul atau badal yang serasi
dengan mubdal-minhunya
Contoh:
Artinya:
5
Telah datang Pak Dosen, Ahmad.
ُ قَ َر ْأ
اأْل َو ََّل ُج ُْزؤَ ه َت ْالقُرْ أَن
Artinya:
Badal Isytimal, adalah badal yang mengadung bagian dari matbu'nya(kata yang di ikuti-
nya)yang menyangkut masaalah maknawi bukan materi
Contoh:
Artinya:
4. Badal mubayan
Badal mubayan, adalah badal yang tidak memiliki maksud dengan matbu'nya, badal Ghalat
dikenal juga dengan badal keliru dalam pengucapan dari maksudnya.Terbagi menjadi tiga
bagian:
a. Badal idrab
Yaitu badal yang membelokkan hukum dari yang dilihat dari mubdal minhu setelah
menjelaskan penjelasan lain kepada mutakallim. Contoh:
Maksudnya bahwa yang benar adalah saya shalat isya dan bukan shalat magrib di masjid.
Yaitu tujuan badal yang merupakan ralat dari mubdal minhunya dikarena salah ucap. Contoh:
c. Badal nisyan
6
Yaitu badal untuk memperbaiki kessalahan pada mubdal minhu dikarenakan mutakallim
lupa. Contoh:
Intinya bahwa badal ini dipakai untuk mengkorfimasi atau meralat pernyataan sebelumnya
yang salah baik karena lupa atau karena salah ucap. Maka ketiga contoh mubayan ini bisa
menggunakan contoh yang sama.
1. Al-Fatihah: 2
Kata ( ِّ ) َربmerupakan badal dari (ِ )هللاdan merupakan badal muthabiq.
2. Al-Fatihah: 6-7
3. An-Naba’: 31-32
َوأَ ْعنَابًا ق
َ ِ َحدَائ . َمفَا ًزا َإِ َّن لِ ْل ُمتَّقِين.
َ merupakan badal dari ( ) َمفَا ًزاdan merupakan badal kull min kull.
Kata (َ)حدَائِق
4. Al-Baqarah: 217
5. Al-Muzzammil: 2-3
Kata (ُ )نِصْ فَهmerupakan badal dari ( )اللَّ ْي َلdan merupakan badal ba’dhu min kull.
7
C. KETENTUAN DAN HUKUM BADAL
1. Dari segi harakat ‘irab Kita ketahui bahwa Badal merupakan bagian dari pada
Tawaabi’ yang keadaan ‘irabnya mesti sesuai dengan Matbu’nya. Badal dan Mubdal
Minhu harus sesuai dari segi Harakat ‘Irab Rafa’, Nashab dan Jar. Contoh: َجا َء النَّا ِج ُح
ح خَ الِ ٍد ِ َّت بِالن
ِ اج ُ ْخَالِ ٌد َرأيْتَ النَّا ِج َح خَالِدًا َم َرر.
2. Dari segi Nakirah dan Makrifat Pada Badal dan Mubdal Minhu tidak disyaratkan
keduanya mesti Makrifat atau Nakirah. Contoh keduanya Makrifat: ك َ الر ِكتَابٌ أَ ْنز َْلنَاهُ إِلَ ْي
ت َو َماِ ) هَّللا ِ الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال َّس َما َوا١( يز ْال َح ِمي ِد
ِ ص َرا ِط ْال َع ِز ِ ور بِإ ِ ْذ ِن َربِّ ِه ْم إِلَى
ِ ُّت إِلَى الن ُّ َاس ِمن
ِ الظلُ َما َ َّلِتُ ْخ ِر َج الن
) سورة إبراهيم٢(ض َ
ِ ْ فِي اأْل رAlif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji (1) Yaitu Allah-lah yang memiliki segala apa yang di
langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang
sangat pedih (2). Lafadz Jalalah ِ هَّللاadalah Badal Makrifat dari Mubdal Minhu Lafadz
ِ ْال َع ِزyang keduanya sama Makrifat dengan Alif Lam. Contoh keduanya Nakirah: إِ َّن
يز
سورة النباء.)٣٣( ق َوأَ ْعنَابًا َ ِ) َحدَائ٣٢( لِ ْل ُمتَّقِينَ َمفَا ًزاSesungguhnya orang-orang yang bertakwa
mendapat kemenangan(1). Yaitu kebun-kebun dan buah anggur. Lafadz ق َ ِ َحدَائadalah
Badal Nakirah dari Mubdal Minhu Lafadz َمفازاyang keduanya sama Nakirah. Satu ً َ
berta win dan satu tidak (َ)حدَائِق َ sebab termasuk Syigat Muntahal Jumu’ Contoh Badal
Makrifat dan Mubdal Minhu Nakirah: ص َرا ِط هَّللا ِ ٱلَّ ِذى لَ ۥهُ َما ِ )٥٢( ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم ِ ك لَتَ ْه ِدي إِلَى َ ََّوإِن
٥٢ ) سورة الشورى٥٣( ض ِ ْت َو َما فِى ٱأْل َر ِ فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َوDan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (52). Yaitu jalan Allah yang milik-Nyalah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (53). Lafadz ص َرا ٍط ِ pertama adalah
Mubdal Minhu Nakirah dan صراطkedua adalah Badal Makrifat dengan Idhafat
kepada lafadz ِ هَّللاContoh Badal Nakirah dan Mundal Minhu Makrifat: اَّل لَئِن لَّ ْم يَنتَ ِه لَنَ ْسفَ ۢ ًعا
سورة العلق.)١٦( صيَ ۢ ٍة ٰ َك ِذبَ ٍة خَ ا ِطئَ ۢ ٍة ِ ) نَا١٥( صيَ ِة ِ بِٱلنَّاSekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak
berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka)
(15). Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka. Lafadz صيَ ِة ِ بِٱلنَّاadalah
Mubdal Minhu Makrifat dengan Alif Lam, dan Lafadz صيَ ۢ ٍة ِ نَاadalah Badal Nakirah.
3. Dari segi Mudzakar dan Muannats Untuk Badal Muthaabiq (Kul Min Kul) mesti ada
kesesuaian dengan Mubdal Minhu dari segi Mudzakar dan Muannats. Sedangkan
untuk Badal lainya tidak mesti sesuai. Contoh: ًأيت ال َج ِم ْيلَةَ فَا ِط َمة
ُ الج ِم ْي َل خَ الِدًا َر ُ َر.
َ أيت
4. Dari segi Mufrad, Mutsana dan Jamak Untuk Badal Muthaabiq (Kul Min Kul) mesti
ada kesesuaian dengan Mubdal Minhu dalam semua bentuk. Sdangkan untuk Badal
lainya tidak mesti. Itupun apabila pada Badal Muthaabiq memugkinkan dibuat dalam
bentuk Tastniyah dan Jamak. Namun apabila tidak, maka boleh berbeda seperti
contoh dalam AlQuran. سورة النباء.)٣٣( ق َوأَ ْعنَابًا
َ ِ) َحدَائ٣٢( إِ َّن لِ ْل ُمتَّقِينَ َمفَا ًزاLafadz َمفَا ًزا
Mashdar Mimi sedangkan ق َ ِ َحدَائJamak Taksir.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Badal adalah kalimat isim yang mengikut pada mubdal minhu dalam masalah
i’robnya, dan yang dimaksud (dituju) oleh hukum dengan tanpa perantara huruf ‘athof
antara badal dengan mubdal minhu.
Pada umumnya antara badal dan mubdal minhu tidak terdapat perantara. Maksud
perantara di sini yaitu sesuatu yang menghubungkan antara Badal dan Mubdal Mihu.
Hubungan keduanya tidak seperti yang terjadi pada ‘Athaf Nasaq yang diperantarai
dengan Huruf ‘Athaf. Ini dilihat dari keumuman. Adapun apabila posisi Mubdal
Minhu berada pada tempat Majrur dengan Huruf Jar, maka badal boleh diperantarai
dengan cara mengulangi huruf Jar tersebut.
Badal di bagi menjadi 4 macam : 1. Badal Muthabiiq (ق ) ُمطَابِقُ وهو بَ َد ُل الشيء مما هو ُمطاب
لهBadal Muthabiiq atau disebut juga Kul Min Kul ( )كل ِم ْن كلadalah Badal yang
memiliki tingkat kesamaan dan kesetaraan dengan Mubdal Minhu. 2. Badal Ba’du
Min Kul ( ) بعض من كلBadal ba’du minkul adalah badal yang merupakan bagian
pokok dari stuktur yang dimiliki oleh Mubdal Minhu, baik bagian ini hanya separuh
kecil, besar atau bahkan sama rata. 3.Badal Isytimal adalah badal yang bukan
merupakan bagian pokok dari stuktur yang dimiliki Mubdal Minhu. (kebalikan dari
Badal Ba’du Min Kul) 4. Badal Mubaayanah atau disebut juga Mughaayarah adalah
badal yang memiliki fungsi meralat Mubdal minhu dengan alasan kesalahan, lupa atau
memalingkan. Biasanya ini terjadi dalam ucapan (bukan tulisan)
B. SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
An’im, Abu. 2009. Sang Pangeran Nahwu Al- Ajurumiyyah. Kediri: Sumenang Wahid,
Salahuddin dan Miftahurrohim Syarkun. 2011
Ilmu Nahwu dalam al-Ajurumiyyah. Jombang: Ma’arif, Syamsul. 2008. Nahwu Kilat.
Bandung: Nuansa Aulia Hakim, Taufiqul. 2003. AMTSILATI : Metode Praktis Mendalami
Al-Qur’an dan Membaca Kitab Kuning. Jepara: Al-Falah Offset Anwar, Moch. 2017.
10