Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PEMBUATAN PREPARAT APUS DARAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Mikroteknik

Dosen pengampu Dra. Ely Rudyatmi,M.Si

Disusun oleh

Elita Anggraini Setyobudi

4401412054

Rombel 1 Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
PEMBUATAN PREPARAT APUS DARAH

Tanggal 20 Mei 2015

A. Tujuan
1. Membuat preparat apus darah manusia dengan metode apus dan metode
pewarnaan Romanowski.
2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah manusia dengan metode
apus dan metode pewarnaan Romanowski.

B. Landasan Teori

Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap
sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas
unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama
dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah manusia bisa dijadikan suatu preparat untuk diamati, prosedur yang
paling sering dilakukan dalam pembuatan preparat atau jaringan sediaan histology
atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Di
bawah mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang
menembus jaringan. Karena jaringan dan organ biasanya terlalu tebal untuk
ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis
yang translusendan kemudian diletakkan diatas kaca objek sebelum jaringan
tersebut diperiksa (Mescher, 2012).

Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit,
leukosit, dan trombosit. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai
zat terlarut / tersuspensi di dalamnya (Isnaeni, 2006).
Jenis sel darah:
1. Eritrosit, berbentuk sebagai cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar
7,2 µm tanpa memiliki inti.
2. Leukosit, mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Berdasarkan
ada tidaknya butir-butir dalam sitoplasma dibedakan:
a. Granulosit yaitu adanya butir-butir spesifik yang mengikat zat warna dalam
sitoplasma.
1) Neutrofil, berlobus berjumlah 2—5 lobi atau lebih, berwarna biru atau ungu.
2) Eosinofil, inti terdiri atas 2 lobi, berwarna merah atau orange.
3) Basofil, separuh sel dipenuhi inti, berwarna biru tua dan kasar memenuhi
sitoplasma.
b. Agranulosit, tidak mempunyai butir-butir spesifik
1) Limfosit, inti gelap berwarna ungu
2) Monosit, inti berbentuk oval seperti tapal kuda.
3. Trombosit, berbentuk seperti kepingan-kepingan sitoplasma berukuran 2—
5µm (Subowo, 2002).
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut
metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles
atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan
di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi,
diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Handari, 2003).
Untuk melihat struktur sel darah dengan menggunakan mikroskop cahaya
pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk
mempelajari bentuk masing-masing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk
menghitung perbandingan antara masing-masing jenis sel darah (Subowo, 2002).
Pada masa kini sering digunakan pewarnaan metoda Giemsa dan Wright
yang merupakan modifikasi metoda Romanowsky. Pada dasarnya bahan pewarna
selalu terdiri atas zat warna basa dan zat warna asam (Subowo, 2002).
Pewarna giemsa sebagai pewarna yang umum digunakan dalam pembuatan
sediaan apus, agar sediaan terlihat lebih jelas. Pewarnaan ini sering disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak dipakai untuk
mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-
parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Giemsa ini memberikan warna biru
(Mescher, 2012).
C. Cara Kerja
Ujung jari kiri bagian tengah disiapkan dengan dikipas-kipaskan kearah kaki
kemudian diurut dengan tangan kanan kearah ujung jari. Kemudian ujung jari dan
jarum blood lancet pen disterilkan dengan alcohol 70% lalu ujung jari ditusuk
dengan jarum dengan bantuan blood lancet pen dan darah dikeluarkan. Tetesan
darah pertama diusap dengan kapas beralkohol dan tetesan berikutnya diteteskan
pada gelas benda A yang bebas lemak pada posisi 0,5 cm dari tepi kanan gelas
benda A (3 menit), selanjutnya gelas benda B yang sisi pendeknya rata diambil
dan ditegakkan di sebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan gelas benda B
sebesar 45º lalu gelas benda B ditarik dengan hati-hati kearah tetesan darah (ke
kanan) sehingga terjadi kapilaritas dan tetesan darah merata di ujung sisi pendek
gelas benda B. Selanjutnya gelas benda B didorong kearah kiri gelas benda A
dengan kuat dan kecepatan yang konstan, sehingga terbentuk film darah yang baik
(tipis dan rata) (3 menit), lalu film darah dikeringanginkan pada rak pewarnaan
yang datar dan bersih (5 menit). Setelah film darah kering selanjutnya semua
permukaan film darah difiksasi dengan fiksatif metil alcohol lalu
dikeringanginkan sampai kering (5 menit), kemudian semua permukaan film
darah diwarnai dengan ditetesi zat warna giemsa 3% dan dikeringanginkan
sampai kering (40 menit) lalu film darah dicuci dengan aquades dingin yang
sebelumnya telah dididihkan (1 menit). Label dilekatkan pada ujung kanan gelas
benda dengan posisi memanjang. Lalu preparat diamati dengan perbesaran kuat,
difoto dan dianalisis hasilnya (30 menit).
D. Hasil Pengamatan

Limfosit

eritrosit

Neutrofil

Perbesaran 40 x 10 = 400
Berdasarkan pengamatan terlihat bentuk eritrosit bulat dan tidak berinti,
berwarna ungu transparan, tidak ditemukan basofil, eosinofil, monosit karena sel
darah bergerombol dan saling bertumbuk. Hasil apus darah kurang jelas untuk
diamati dan terdapat kotoran karena Giemsa yang digunakan sudah kotor.

E. Pembahasan

Praktikum pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan metode apus/


smear/ oles. Darah yang digunakan adalah darah manusia . Berdasarkan foto dari
hasil pengamatan preparat apus darah manusia dengan pewarnaan Giemsa
diketahui bahwa preparat secara fisik cukup baik, bersih, dan terwarna. Dapat
terlihat adanya eritrosit dalam jumlah banyak.

Eritrosit teramati terwarna agak bening transparan. Eritrosit berbentuk bulat,


dengan bentuk seperti cekungan (cakram) pada sisi dalam (tengah) dan tak berinti.
Jika ditemukan leukosit maka ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti berwarna
ungu. Warna ungu disebabkan oleh inti leukosit yang basa sehingga mudah
menyerap zat warna giemsa. Leukosit yang paling banyak dijumpai ialah neutrofil
dan monosit berkisar antara 10-15%, serta sedikit eosinofil dengan presentase
kurang dari 5%.  Presentase neutrofil memang paling banyak dalam darah, yaitu
mencapai 50-70% dari jumlah leukosit yang ada.

Preparat tampak rapat namun sel-selnya kurang dapat teramati dengan baik
karena bertumpuk, hal tersebut menunjukkan bahwa apusan masih terlalu tebal.

Tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat antara lain pengambilan sampel


darah, pembuatan film darah, pengeringan, fiksasi, pengeringan, pewarnaan,
pencucian, dan pelabelan. Setiap tahapan mempunyai fungsi dan maksud yang
berbeda-beda. Pengambilan sampel darah dimaksudkan untuk mengambil darah
probandus dengan bantuan blood lancet pen, kemudian pembuatan film darah
untuk membuat hasil apusan darah. Apusan darah harus setipis mungkin agar
dapat diamati dan sel darah tidak saling menumpuk dan rapat. Pengeringan
dilakukan dengan bantuan kipas angin agar darah hasil apusan cepat kering
sehingga ketika dilakukan fiksasi tidak luntur. Fiksasi bertujuan agar elemen-
elemen sel mati tetapi tetap mempertahankan bentuk, struktur, maupun
ukurannya. Fungsi utama fiksasi yaitu untuk mempertahankan struktur sel darah
yang dijadikan obyek, mengubah indeks bias sel darah agar mudah diamati, dan
mengubah sel agar mudah menyerap zat warna. Pengeringan dilakukan agar sel
terfiksasi dengan sempurna, fiksatif yang tersisa menguap dan hasil apusan tetap
kering dan tidak luntur ketika diwarnai. Pewarnaan menggunakan Giemsa yang
terdiri atas methylen blue dan eosin yang memberi warna biru pada inti sel.
Kemudian dilakukan pengeringan agar warna menempel sempurna dan pencucian
dilakukan agar zat warna yang tidak mewarnai sel larut terbawa aliran air.
Digunakan akuades steril agar tidak ada mikroorganisme lain yang menempel
pada apus darah karena ketika dilakukan pengamatan dapat terjadi kesalahan
analisis.

Preparat apus darah sebaiknya setipis mungkin agar leukosit dan eritrosit
dapat diamati dengan jelas dan sel tidak menumpuk. Hal-hal yang mempengaruhi
hasil dari preparat apus darah antara lain:

1. Kondisi kaca obyek


2. Kemiringan kaca obyek penggeser darah dan kecepatan menggeser
mempengaruhi ketebalan sediaan.

Ciri-ciri apusan yang baik antara lain:

1. Sediaan tidak melebar sampai tepi gelas benda


2. Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diamati. Pada bagian
itu eritrosit tidak menumpuk dan tidak menyusun gumpalan roleaux
3. Ujung preparat tidak boleh seperti bendera sobek
4. Preparat apus harus rata, tidak boleh ada garis-garis atau berlubang

F. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Preparat apus darah manusia dapat dibuat dengan metode apus dan metode
pewarnaan Romanowski.
2. Hasil preparat membedakan eritrosit yang tidak terwarnai giemsa dengan
jelas pada bagian tepi dan terwarnai pada bagian cekung, leukosit tidak
ditemukan karena preparat kurang jelas dan hasil apusan terlalu tebal.
G. Saran
1. Untuk mengapus agar dilakukan setipis mungkin sehingga preparat tidak
terlalu rapat.
2. Untuk pewarnaan giemsa pastikan giemsa yang dipakai masih bagus (belum
rusak atau terkontaminasi) sehingga dapat mewarnai dengan baik.

H. Daftar Pustaka

Mescher, Anthony L, 2012. Histologi Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Handari, S. Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhatara Karya Aksara

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius


Rudyatmi, Ely. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA Unnes.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai