Keperawatan 13
Keperawatan 13
Disusun Oleh :
Kelompok 5
JURUSAN KEPERAWATAN
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan anak
dengan judul “konsep neonatus esensial ”.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan
sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai
pihak.Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Oleh karena itu kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Segala kemampuan dan daya serta upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, jika terjadi suatu kejanggalan itu datang nya dari kami dan
jika terdapat kebaikan itu datang nya dari allah selaku sang pencipta.
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Penulis berharap semoga hasil makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua,
ammiiiiiiinnn
Kata Pengantar...............................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
BAB II ISI.......................................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan. Neonatus
adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah
bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang
48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas
dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama. Walaupun sebagian
proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses
pengeluaran hasil kehamilan ( bayi ), maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan
berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.
Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian esensial
dan asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85%-90%) persalinan adalah normal, tetapi
gangguan dalam kehamilan dan proses persalina dapat memengaruhi kesehatan bayi-bayi
yang baru dilahirkan. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh
asfiksia, hipootermian dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah
bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksanakan secara adekuat, dibarengi pula dengan
pencegahan hipotermia dan infeksi.
Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara mempertahankan nafas bayi
baru lahir, teremogulasi, serta upaya pencegahan infeksi pada bayi dan pemenuhuan
kebutuhan nutrisinya .
BAB II
ISI
Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir
dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus
dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi cukup bulan, apakah bayi
menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika bayi lahir cukup bulan,
menangis, dan tonus ototnya baik, bayi dikeringkan dan Dipertahankan tetap hangat. Hal ini
dilakukan dengan bayi berbaring di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi yang
tidak memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau lebih tindakan secara
berurutan di bawah ini:
2. Ventilasi
3. Kompresi dada
Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah awal,
menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke langkah berikut
didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan dan frekuensi denyut
jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah pemberian oksigen tambahan,
penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status
oksigenasi.
Setelah publikasi tahun 2005, telah diidentifikasi beberapa kontroversi dan pada tahun 2010
dibuat kesepakatan. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:
Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital
yaitu frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai
oksigenasi karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.
Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara
dibanding dengan oksigen 100%.
Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen)
, dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan oksimetri.
Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan
trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada
bayi dalam keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).
Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui
adanya penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.
Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati
cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik
sedang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.
Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu
untuk penjepitan talipusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.
Bayi prematur.
Lebih dari 1 juta bayi yang lahir di dunia setiap tahunnya memerlukan bantuan
resusitasi (tindakan untuk mengembalikan fungsi pernapasan) untuk dapat beradaptasi
dari kehidupan di dalam rahim, ke kehidupan luar.Resusitasi yang tidak optimal dapat
mengakibatkan kerusakan yang berat, bahkan kematian pada bayi prematur. Indikasi
resusitasi aktif saat lahir pada bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan.Hal ini
disebabkan karena pada bayi prematur usaha napas lebih lemah dan adanya
insufisiensi paru. Pajanan oksigen yang tinggi dan fluktuatif akan meningkatkan
risiko terjadinya Dysplasia Bronkopulmonal (DBP) dan Retinopathy of
Prematurity (ROP).
Bayi yang lahir setelah proses persalinan dengan durasi yang lama.
Setelah lahir, upaya yang dilakukan untuk menolong bayi asfiksia adalah dengan
melakukan resusitasi neonatus, dokter akan menghangatkan, mengeringkan, dan
memberikan rangsang taktil.
Saluran nafas akan dibersikan dari cairan dan lendir-lendir, selanjutnya dengan
menggunakan alat khusus, dokter memberikan nafas buatan agar paru-paru bayi dapat
mengembang. Apabila denyut jantung lemah, maka dilakukan penekanan pada dada untuk
merangsang denyut jantung bayi. Sedemikian rupa sambil mengevaluasi setiap 30 detik
terhadap usaha nafas dan denyut jantung bayi sampai bisa tertolong.
Beberapa bayi dapat mengalami kejang akibat asfiksia neonatorum. Dokter harus hati-
hati memperlakukan bayi-bayi ini untuk menghindari cedera kejang. Penanganan yang
mungkin diberikan pada kondisi ini antara lain:
obat anti-inflamasi
magnesium
vitamin
allopurinol , yang merupakan obat yang mengurangi penumpukan asam dalam tubuh
Keberhasilan penanganan tergantung pada berapa lama bayi mengalami asfiksia. Bayi
yang berhasil bertahan hidup bisa saja tidak mengalami masalah sama sekali, namun bisa
juga mengalami konsekuensi cacat jangka panjang akibat kerusakan otak dan organ lain.
Bayi yang lahir dari ibu yang menerima obat penenang saat tahap akhir
persalinan.
Kontraindikasi untuk sedasi ( bayi yang lahir karena ibu diberi obat penenang )
Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan
tindakan.
Dipuasakan.
Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-faktor
risiko potensial seperti alergi atau kondisi medis lainnya.
Oral obat
Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit, dimana kemungkinan
akan meningkatkan sedasi yang efektif tetapi juga berpotensi meningkatkan kejadian efek
samping (lihat Kotak 2). Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan
kelainan ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat
Kotak 3 dan 4).
Selama enam jam pertama setelah lahir, bayi akan diawasi secara ketat, terutama suhu
tubuh bayi dan tanda-tanda jika ada kelainan pada fisik sang bayi. Aspek-aspek yang
akan di periksaan yaitu, Activity (aktivitas otot), Pulse (denyut jantung), Grimace
(respons refleks), Appearance (penampilan, terutama warna tubuh bayi), dan
Respiration (pernapasan). Pemeriksaan ini juga sering disebut APGAR Test/ APGAR
Score. Setiap aspek akan di berikan skor antara 0,1,atau 2. Skor 2 menunjukkan
kondisi yang bagus dari aspek yang diperiksa. Skor 1 berarti bayi dalam kondisi ‘hati-
hati’. Sedangkan skor 0 menunjukan keadaan gawat. Setiap skor dari aspek nantinya
akan di jumlah sehingga di dapat nilai akhir test.Sepuluh merupakan nilai sempurna
yang berarti bayi berada di dalam kondisi baik atau sempurna. Sedangkan skor 0-3
merupakan keadaan gawat pada bayi yang mengindikasikan bahwa bayi
membutuhkan resusitasi segera. Dilansir dari alodokter.com, normalnya, APGAR
score dilakukan dua kali, yaitu pada menit pertama dan kelima usia bayi. Namun,
pada kasus ketika bayi mengalami kondisi kritis setelah tes pertama dan kedua, maka
akan dilakukan tes apgar score lagi pada menit ke-10, menit ke-15, dan menit ke-20
untuk memastikan perkembangan bayi. Kondisi kritis bayi tersebut dapat terlihat pada
nilai apgar score yang rendah, yaitu 0-3, pada masing-masing hasil tes pertama dan
kedua. Rendahnya nilai ini juga dikaitkan dengan tingginya risiko kematian bayi,
terutama pada 20 menit pertama sejak dilahirkan. Hal yang perlu di ingat adalah tes
ini dilakukan beberapa saat setelah bayi dilahirkan. Walau demikian, bukan berarti
bantuan resusitasi hanya diberikan ketika APGAR test selesai dihitung dan hasil nya
0-3. Tanyakan pada dokter ahli atau spesialis terkait untuk mendapatkan penjelasan
yang lebih lengkap mengenai keadaan buah hati anda ketika lahir.
Namun, resisutasi bayi juga dapat dilakukan tidak hanya pada bayi yang baru lahir
saja. Bayi usia di bawah satu tahun juga masih memiliki memungkinkan mengalami kesulitan
bernapas. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beragam hal, mulai dari reaksi alergi berat,
tersedak, hingga cedera.
Disarankan orang tua memiliki pengetahuan mengenai resusitasi bayi, agar dapat
melakukan pertolongan pertama saat bayi mengalami kesulitan bernapas secara mendadak.
Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya
dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP.
Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin
pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi.
Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan
perubahan praktek yang saat ini dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan
pengisapan endotrakeal pada bayi dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar.
Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan
balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia persisten.
Resusitasi diantisipasi
Sianosis menetap
Oksigen tambahan diberikan.
Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara
atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk
mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan
udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik resusitasi
dengan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga
didapatkan frekuensi denyut jantung normal.
Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung
kurang dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.
Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit
untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit.
Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung.
Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak
Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator.
Laryngeal Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif
untuk bayi >2000 gram atau ≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon
sungkup tidak berhasil dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA
belum diteliti untuk digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi
dada, atau untuk pemberian obat melalui trakea.
Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.
Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.
Jika dilakukan kompresi dada.
Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir
amat sangat rendah.
Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per
menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio
kompresi:ventilasi tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus
dinilai secara periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut
jantung sama atau lebih dari 60 per menit.
a.10 Medikasi
Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika
frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat
dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume
atau ke duanya dapat dilakukan.
a.11 Epinefrin
1. Nalokson
2. Glukosa
Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang
meningkat untuk terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah
kejadian hipoksik iskemik. Pemberian glukosa intravena harus
dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan menghindari
hipoglikemia.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang
oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada Bayi baru lahir.
Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang
tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan
untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan
O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas
tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga
terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari
efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
b. Konveksi
Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)
c. Konduksi
Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan
pemberi perawatan, baju, sprei
d. Radiasi
Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)
Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika
mungkin.
Pengaturan panas
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tubuhnya yang
berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam bahaya hipotermi jika tidak
dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan pada bayi
baru lahir adalah :
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi
yaitu :
HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme
anaerob.
Kebutuhan oksigen yang meningkat.
Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
Shock.
Apnea.
Perdarahan Intra Ventricular.
Iinfeksi pada bayi cepat sekali meluas. Infeksi BBL lebih sering ditemukan di RS
daripada di rumah, dari ibu, petugas kesehatan, (dokter atau perawat) dan petugas kesehatan
yang lain jga pengunjung yang datang keruangan. Macam – macam infeksi pada neonates:
Tetanus neonatorum
CMV
Virus herpes simplex.
Penyebab Infeksi neonatus dapat melalui beberapa cara blane (1961) dan dibagi dalam 3
golongan yaitu :
1. Infeksi intranatal
Kuman dari vagina naik dan masuk dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Infeksi
dapat terjadi walaupaun ketuban masi utuh.Misalnya pada partus lama dan sering dilakukan
pemeriksaan dalam.Janin terkena infeksin karena inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia congenital/karena kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan
seplikerta.Infeksi inranatal dapat juga dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang
terdapat dalam vagina mis blenorea.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi
baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.Pada saat penanganan bayi
baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi TBC , Imunisasi BCG harus segera di berikan pada
bayi segera setelah bayi lahir, pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada umur 2
minggu, maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal, imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional meskipun
pemberiannya secara bertahap.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penyebaran infeksi :
Setiap orang (pasien dan petugas pelayanan kesehatan ) harus dianggaap berpotensI
menularkan infeksi
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan
penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai "pengendalian". Secara hirarkis hal ini
telah di tata sesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control – IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat administratif,
pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (APD)
Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi
langsung:
a. Cuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan cairan pembersih tangan berbasis
alkohol :
Sebelum dan sesudah merawat bayi serta sebelum melakukan tindakan
Sesudah melepas sarung tangan
Sesudah memegang instrument atau barang yang kotor
b. Beri petunjuk pada ibu dan anggota lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
Cara cuci tangan :
Basahi kedua tangan
Cuci tangan selama 10-15’ dengan sabun dan air mengalir
Biarkan tangan kering di udara atau keringkan denga kertas bersih atau handuk pribadi
Membersihakn tangan dengan caiaran pembersih berbasis alkohol ( dibuat dari 2
ml gliserin dan 100 ml alkohol 60 % ), lebih efektif dibanding dibanding dengan cuci
tangan, kecuali kalua tangan memeang kelihatan kotor. Cara membersihkan tangan
dengan memakai cairan pembersih tangan berbasis alkohol :
Basahi seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersi tangan
Basuh dan gosokkan cairan ketangan sampai kering
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap kulit yang luka, selaput lendir
( mukosa ), darah dan cairan tubuh lainnya ( secret )
Sarung tangan steril atau sarung tangan desinfeksi tinggi bila memegang atau kontak
langsung dengan kulit lecet, jaringan dibawah kulit atau darah
Sarung tangan yang bersih bila ada kontak dengan membrane mukosa atau cairan
tubuh ( misalnya mengambil sample darah )
Sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks untuk memegang barang yang
terkontaminasi serta akan membersihkan atau membuang kotoran
Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dibeberapa tempat karena
keterbatasan sarana sarung tangan untuk tindakan bedah dapat dipakai ulang setelah :
Dilakukan dekontaminasi direndam dalam larutan klorin selam a10 menit
Cuci dan bilas
Disterilkan dengan autoklaf ( membunuh organisme ) atau desinfeksi tingkat tinggi
dengan direbus atau dikukus ( membunuh organisme kecuali beberapa endospora )
Catatan: bila sarung tangan bedah dipakai ulang, tidak boleh lebih dari tiga kali karena
dikhawatirkan terjadi robekan yang tidak dapat terlihat
Gunakan pelindung ( barier ) seperti kacamata ( goggles ), makes celemek ( apron )
pada setiap kali yang melakukan kegiatan pelayanan yang diantisipasi dapat terkena
percikan atau terkena darah dan cairn tubuh pasien
Bersihkan dan bila perlu lakukan disinfeksi peralatan dan barang yang digunakan
sebelum daur ulang
Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
Kewaspadaan dalam pencegahan infeksi bayi baru lahir yang sudah terkena
penyakit bawaan :
1. Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution
Kewaspadaan baku adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua
pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan Standar meliputi
kebersihan tangan dan penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan
darah, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit pasien yang terluka.
Disamping itu juga mencakup: pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik,
pengelolaan limbah yang aman, pembersihan, desinfeksi dansterilisasi linen dan
peralatan perawatan pasien, dan pembersihan dan desinfeksi lingkungan. Orang
dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk menerapkan
kebersihan/ etika pernafasan.
Petugas kesehatan harus menerapkan "5 momen kebersihan tangan",yaitu:
sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik,
setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah
bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang
tercemar.
• Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air atau
menggunakan antiseptik berbasis alkohol
• Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika terlihat kotor
• Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan tangan.
Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika melepas
APD.
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian
risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka.
Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan,
maka pemakaian APD harus ditambah dengan,
• Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan pelindung mata/
eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
• Gaun dan sarung tangan bersih. Pastikan bahwa prosedur – prosedur kebersihan dan
desinfeksi diikuti secara benar dan konsisten.
Membersihkan permukaan – permukaan lingkungan dengan air dan deterjen
serta memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit) merupakan
prosedur yang efektif dan memadai. Pengelolaan laundry, peralatan makan dan
limbah medis sesuai dengan prosedur rutin.
Peranan gizi dalam siklus hidup manusia sudah tidak diragukan lagi. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi jika gizi dimasa bayi dan anak tidak terpenuhi
dan tidak diatasi secara dini. Gangguan ini dapat berlanjut hingga dewasa. Bahkan
kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Status
gizi ibu sebelum hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (Rosemary, 1997).
Gizi dan kesehatan balita merupakan salah satu hak asasi anak. Janin sejak dalam
kandungan ibu, mempunyai hak untuk hidup dan tumbuh kembang menjadi anak yang
mampu mengekspresikan diri. Kehidupan awal anak berawal dari bertemunya sel mani dan
sel telur dalam rahim ibu. Otak tumbuh sejak awal gestasi dan terus tumbuh dan berkembang
pesat ketika usia mencapai 2 tahun. Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan
gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu
tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Untuk
mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu;
1. Memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
2. Memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan
3. Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003)
Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128
ayat 1 menyatakan bahwa, “setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”. Kebutuhan
energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut
usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energi selama 2 bulan pertama, yaitu masa
pertumbuhan cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan
pertama kehidupan, bayi memerlukan energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/Kg/hari,
yang kemudian berkurang sampai sekitar 105 – 110 energi pasokan karbohidrat
diperkirakan sebesar 40-50% yang sebagian besar dalam bentuk laktosa (Arisman,
2007) Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbuh-
kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja dan kulit. Mutu protein
bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan diserap (digestibility dan
absorpability) serta komposisi asam amino didalamnya. Jika asupan asam amino
kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala
akan terpengaruh. Jika dihitung berdasarkan berat badan, besar kebutuhan protein
bayi adalah 2,2 g/kg/hari pada usia <6 2="" 6-12="" bulan.="" bulan="" dan="" g=""
hari="" kg="" pada="" span="" usia="">Asupan protein yang berlebihan dapat
menyebabkan intoksikasi protein, yang menampilkan gejala seperti letargi,
hiperammonemia, dehidrasi, dan diare. Dalam menghitung kebutuhan protein
berdasarkan ASI, perlu dipikirkan faktor lain disamping “kemudah cernaannya”.
Didalam ASI yang mengandung nitrogen, banyak komponen berisi faktor-faktor yang
berperan sebagai sesuatu yang tidak berkaitan dengan fungsi protein itu sendiri.
Laktoferin, misalnya, berfungsi sebagai antibakteri (Arisman, 2007)
Tabel berikut merupakan perbandingan unsur protein dalam ASI dan susu sapi
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi orang Indonesia, AKG protein untuk
bayi adalah 10g untuk usia 0-6 bulan dan 16g untuk usia 7-11 bulan
Air susu ibu yang sehat dan cukup makan dianggap mengandung elemen kelumit kecuali
vitamin D dan dibeberapa daerah tertentu, flour. Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG)
merekomendasikan AKG Vitamin larut lemak, vitamin larut air dan mineral yaitu
Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan energi, suhu lingkungan, kegiatan fisik,
kecepatan pertumbuhan dan berat jenis air seni. Air menyusun kira-kira 70% berat badan
pada saat lahir yang kemudian menurun sampai 60% menjelang bayi berusia 12 bulan.
Jumlah air yang dibutuhkan oleh bayi (dan anak) lebih besar 50% dibanding kebutuhan orang
dewasa. Rasio cairan: energi adalah 1,5cc/ 1 kkal (rasio orang dewasa = 1cc/kkal) (Arisman,
2007). Selain tergantung suhu dan kelembaban udara, serta berat badan dan aktivitas bayi,
rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama
usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI
saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak dibatasi (sesuai ‘permintaan’ bayi,
siang dan malam), karena dua sebab:
Bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan
makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yaitu
dengan kadar 4 – 5 % dari total kadar kalori dalam ASI. Lemak yang diperlukna 58% dari
kalori total dalam susu matur. Mineral yang diperlukan dalam masa ini terdiri dari kalsium,
pospor, klor, kalium, dan natrium yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan si bayi.
Sedangkan untuk vitamin bervariasi sesuai dengan diet ibu. Setelah umur 6 bulan, setiap
bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang disebut dengan Makanan Pendamping
Asi (MP–ASI). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP–ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi. Pada keadaan biasa, MP-ASI
dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara khusus untuk bayi, dan diberikan 2-3 kali
sehari sebelum anak berusia 12 bulan. MP-ASI harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk
yang sesuai dengan umur bayi. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan
sering.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk membangun dan
penyediaan energi, pengaruh biologis dan emosional antara ibu dan bayi, serta meningkatkan
sistem kekebalan pada bayi (Hanson, 2003).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi sangat bermanfaat dalam memenuhi kecukupan gizi
anak balita. ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena kandungan gizinya
lengkap dan seimbang, selain itu komposisinya sangat ideal bagi proses tumbu kembang
anak. Penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pemberian ASI dapat menurunkan
insiden penyakit pada anak dalam kelompok tersebut (Wright et all, 1998), menurunkan
risiko penyakit diare dan infeksi pernafasan akut (Arifeen, Black, Antelman, Baqui,
Caulfield, Becker, 2001; Quigley, Kelly, Sacker, 2007)
ASI memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan bayi akan nutrien selama
periode 6 bulan, kecuali jika ibu mengalami keadaan gizi kurang yang berat. Komposisi ASI
akan berubah sejalan dengan kebutuhan bayi. Kolostrum adalah cairan yang pertama kali
keluar dari payudara setelah bayi dilahirkan. Meski jumlahnya sedikit, namun kolostrum
mengandung lemak dan karbohidrat yang rendah, tetapi protein tinggi. Kolostrum juga
mengandung immunoglobulin dan berbagai zat lainnya yang melindungi bayi dari infeksi (La
Leche League Internasional, 1997).
Pemberian ASI tidak hanya memberikan menfaat bagi bayi dan anak saja. Manfaat
lainnya juga bagi kesehatan ibu. Sebuah penelitian yang melibatkan 14.000 responden
menyatakan bahwa bila wanita memiliki anak menyusui selama 4-12 bulan, maka risiko
kanker payudara pada wanita pre-menopausal tersebut dapat dikurangi sampai 11%
(Newcomb et al., 1994). Keuntungan lainnya seperti penyusutan rahim (Dermer, 1998),
pengurangan berat badan (Brewer, Bates, Vannoy, 1989), dan mengurangi kemungkinan
hamil pada 6 bulan setelah melahirkan (Wilson, 1997). Selain keuntungan bagi kesehatan
fisik ibu, menyusui merupakan proses yang meningkatkan kepercayaan diri ibu serta
memfasilitasi ikatan antara ibu dan anaknya (Dermer, 1998).
a. Energi
Kebutuhan energi pada usia 6 – 12 bulan adalah 650 kkal per hari. Fungsi energi ialah
untuk menunjang keseluruhan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Lemak
Lemak berperan penting dalam prose tumbuh kembang sel-sel saraf otak untu
kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam
linoleat/omega 6, asam linolenat/omega 3) serta asam lemak non-esensial (asam
oleat/omega 9, EPA, DHA, AA).
c. Protein
Komponen dasar dari protein, yakni asam amino, terutama berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan,
dan fenilalanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau
penyampaipesan (neurotransmitter).
d. Vitamin A
Berperan untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan kulit, membantu daya
tahan tubuh, dan membuat pertumbuhan optimal bagi anak.
e. Vitamin B Kompleks
Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak adalah
,vitamin B1, vitamin B6, dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya tidak
terpenuhi, maka akan timbul gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi otak dan
sistem saraf.
f. Vitamin C
g. Kalsium
Penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi otot, membantu penyerapan
vitamin B12.
h. Asam Folat
Penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah merah, dan sel darah
putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan sel darah merah dan
mencegah anemia.
i. Kholin
Agar bayi memiliki memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan makanan
bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini. Pendisiplinan pemberian makan
secara teratur juga membentuk kebiasaan yang baik Disiplin ini penting untuk pertumbuhan
fisik dan pembentukan pola hidupnya kelak.
Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan
siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin,
lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel
disekitar usus belum siap menerima kandungan makanan, sehingga makanan yang masuk
dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadilah alergi. Menunda pemberian ASI hingga 6
bulan melindungi bayi dari obesitas dikemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian
MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan
pembedahan (Coutsoudis and Bentley, 2004)
1. Jenis-Jenis MP-ASI
Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi, dan porsi
makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan
energi dari makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan dan 300 kkal
per hari untuk bayi usia 9-11 bulan (Depkes dan Kessos, 2000). MP-ASI pertama sebaiknya
adalah golongan beras dan serealia, karena berdaya alergi rendah. Secara berangsur-angsur,
diperkenalkan sayuran yang dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan, kecuali pisang
dan alpukat matang dan yang harus diingat adalah jangan berikan buah atau sayuran
mentah. Setelah bayi dapat menerima beras atau sereal, sayur dan buah dengan baik,
berikan sumber protein (tahu, tempe, daging ayam, hati ayam, dan daging sapi) yang
dikukus dan dihaluskan. Setelah bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya dengan lebih
baik, secara bertahap bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi
lebih kasar (disaring kemudian cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang kasar), dan
akhirnya bayi siap menerima makanan yang dikonsumsi keluarga. Menyapih anak harus
bertahap, dilakukan tidak secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi
sedikit (Depkes dan Kessos, 2000)
Menurut Depkes, 2009 dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak, pemberian makanan
pada bayi yang baik dan benar adalah sebagai berikut:
A. Umur 0 – 6 bulan
A. Umur 6 – 9 bulan
a. 6 bulan
a. 7 bulan
a. 8 bulan
a. 9 bulan
a. 10 bulan
a. 11 bulan
ASI Sering (8x/ 5x/lebih sesuai Sesuai keinginan Sesuai keinginan bayi
lebih sehari) keinginan bayi bayi
10-20 (on demand)
menit/kali
Pemberian ASI Predominan Selain mendapat ASI, bayi juga diberi sedikit air minum, atau
(Predominant breastfeeding) minuman cair lain, misal air teh.
Pemberian Susu Botol Cara pemberian makan bayi dengan susu apa saja, termasuk juga
(Bottle feeding) ASI diperas dengan botol.
Pemberian ASI Parsial Sebagian menyusui dan sebagian lagi susu buatan/ formula atau
(Artificial feeding) sereal atau makanan lain.
Pemberian Makanan Pendamping Memberikan bayi makanan lain disamping ASI ketika waktunya
ASI (MPASI) tepat waktu
(Timely complementary feeding) tepat yaitu mulai 6 bulan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan. Neonatus adalah
usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah
bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram,
panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari ketiga
pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama.
Walaupun sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut
merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan ( bayi ), maka penatalaksanaan suatu
persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada
dalam kondisi yang optimal.
Daftar Pustaka
Budi Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter,
Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.