Anda di halaman 1dari 45

Konsep Neonatus Esensial

Mata kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Rehana, S.Pd, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Citra Insania Utami PO.71.20.1.19.015


2. Desi Prihartini PO.71.20.1.19.016
3. Dewi Anjarwati PO.71.20.1.19.017

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan anak
dengan judul “konsep neonatus esensial ”.

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan
sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai
pihak.Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Oleh karena itu kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Segala kemampuan dan daya serta upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, jika terjadi suatu kejanggalan itu datang nya dari kami dan
jika terdapat kebaikan itu datang nya dari allah selaku sang pencipta.

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Penulis berharap semoga hasil makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua,
ammiiiiiiinnn

Palembang, 3 september 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 Latar belakang .........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................

1.3 Manfaat Penulisan............................................................................ ........................

BAB II ISI.......................................................................................................................

2.1.Mempertahankan nafas bayu baru lahir ...................................................................

2.2. Mempertahankan termoregulasi pada bayi .............................................................

2.3. Pencegahan infeksi pada bayi ................................................................................

2.4 Mempertahankan kecukupan nutrisi pada bayi ......................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................

Daftar Pustaka...............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan. Neonatus
adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah
bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram, panjang
48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari ketiga pengertian di atas
dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama. Walaupun sebagian
proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses
pengeluaran hasil kehamilan ( bayi ), maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan
berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.

Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian esensial
dan asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar (85%-90%) persalinan adalah normal, tetapi
gangguan dalam kehamilan dan proses persalina dapat memengaruhi kesehatan bayi-bayi
yang baru dilahirkan. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh
asfiksia, hipootermian dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah
bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksanakan secara adekuat, dibarengi pula dengan
pencegahan hipotermia dan infeksi.

1.2 Rumusan masalah

1.Mempertahankan nafas bayu baru lahir ?

2. Mempertahankan termoregulasi pada bayi ?

3. Pencegahan infeksi pada bayi ?

4 .Mempertahankan kecukupan nutrisi pada bayi ?

1.3 Manfaat penulisan

Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara mempertahankan nafas bayi
baru lahir, teremogulasi, serta upaya pencegahan infeksi pada bayi dan pemenuhuan
kebutuhan nutrisinya .

BAB II
ISI

2.1 Mempertahankan Nafas Bayi Baru Lahir

Diperkirakan 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk bernapas pada saat lahir
dan 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penilaian awal saat lahir harus
dilakukan pada semua bayi. Penilaian awal itu ialah: apakah bayi cukup bulan, apakah bayi
menangis atau bernapas, dan apakah tonus otot bayi baik. Jika bayi lahir cukup bulan,
menangis, dan tonus ototnya baik, bayi dikeringkan dan Dipertahankan tetap hangat. Hal ini
dilakukan dengan bayi berbaring di dada ibunya dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi yang
tidak memenuhi kriteria tersebut, dinilai untuk dilakukan satu atau lebih tindakan secara
berurutan di bawah ini:

1. Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan, membersihkan jalan napas jika


diperlukan, mengeringkan, merangsang)

2. Ventilasi

3. Kompresi dada

4. Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume

Diberikan waktu kira-kira 60 detik (the Golden Minute) untuk melengkapi langkah awal,
menilai kembali, dan memulai ventilasi jika dibutuhkan. Penentuan ke langkah berikut
didasarkan pada penilaian simultan dua tanda vital yaitu pernapasan dan frekuensi denyut
jantung. Setelah ventilasi tekanan positif (VTP) atau setelah pemberian oksigen tambahan,
penilaian dilakukan pada tiga hal yaitu frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan status
oksigenasi.

Setelah publikasi tahun 2005, telah diidentifikasi beberapa kontroversi dan pada tahun 2010
dibuat kesepakatan. Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:
 Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan dua tanda vital
yaitu frekuensi denyut jantung dan pernapasan. Oksimeter digunakan untuk menilai
oksigenasi karena penilaian warna kulit tidak dapat diandalkan.

 Untuk bayi yang lahir cukup bulan sebaiknya resusitasi dilakukan dengan udara
dibanding dengan oksigen 100%.

 Oksigen tambahan diberikan dengan mencampur oksigen dan udara (blended oxygen)
, dan pangaturan konsentrasi dipandu berdasarkan oksimetri.

 Bukti yang ada tidak cukup mendukung atau menolak dilakukannya pengisapan
trakea secara rutin pada bayi dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan pada
bayi dalam keadaan depresi (lihat keterangan pada Langkah Awal).

 Rasio kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali jika diketahui
adanya penyebab jantung. Pada kasus ini rasio lebih besar dapat dipertimbangkan.

 Terapi hipotermia dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bulan atau mendekati
cukup bulan dengan perkembangan kearah terjadinya ensefalopati hipoksik iskemik
sedang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut sesuai panduan.

 Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung selama 10


menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah 10
menit.

 Penjepitan talipusat harus ditunda sedikitnya sampai satu menit untuk bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi. Bukti tidak cukup untuk merekomendasikan lama waktu
untuk penjepitan talipusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.

Kondisi bayi yang membutuhkan resusitasi, antara lain:

 Bayi prematur.

Lebih dari 1 juta bayi yang lahir di dunia setiap tahunnya memerlukan bantuan
resusitasi (tindakan untuk mengembalikan fungsi pernapasan) untuk dapat beradaptasi
dari kehidupan di dalam rahim, ke kehidupan luar.Resusitasi yang tidak optimal dapat
mengakibatkan kerusakan yang berat, bahkan kematian pada bayi prematur. Indikasi
resusitasi aktif saat lahir pada bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan.Hal ini
disebabkan karena pada bayi prematur usaha napas lebih lemah dan adanya
insufisiensi paru. Pajanan oksigen yang tinggi dan fluktuatif akan meningkatkan
risiko terjadinya Dysplasia Bronkopulmonal (DBP) dan Retinopathy of
Prematurity (ROP).

Pada beberapa bayi prematur memerlukan oksigen saat resusitasi. Namun


pemberian oksigen yang berlebihan dapat meningkatkan stres oksidatif. Jika bayi
prematur tersebut memiliki antioksidan rendah, ia tidak akan mampu mengatasi efek
berbahaya dari senyawa oksigen reaktif (SOR).Ketidakseimbangan ini akan
menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang akan memengaruhi proses pematangan
beberapa gen dan kerusakan beberapa sel jaringan antara lain ginjal, retina, paru dan
saluran cerna. Stres oksidatif juga menjadi penyebab munculnya penyakit DBP pada
bayi prematur.Permasalahan tersebut memunculkan keraguan terkait berapa kadar
oksigen awal yang tepat saat resusitasi pada bayi prematur. 

 Bayi yang lahir setelah proses persalinan dengan durasi yang lama.

Setelah lahir, upaya yang dilakukan untuk menolong bayi asfiksia adalah dengan
melakukan resusitasi neonatus, dokter akan menghangatkan, mengeringkan, dan
memberikan rangsang taktil.

Saluran nafas akan dibersikan dari cairan dan lendir-lendir, selanjutnya dengan
menggunakan alat khusus, dokter memberikan nafas buatan agar paru-paru bayi dapat
mengembang. Apabila denyut jantung lemah, maka dilakukan penekanan pada dada untuk
merangsang denyut jantung bayi. Sedemikian rupa sambil mengevaluasi setiap 30 detik
terhadap usaha nafas dan denyut jantung bayi sampai bisa tertolong.

Beberapa bayi dapat mengalami kejang akibat asfiksia neonatorum. Dokter harus hati-
hati memperlakukan bayi-bayi ini untuk menghindari cedera kejang. Penanganan yang
mungkin diberikan pada kondisi ini antara lain:

 obat anti-inflamasi
 magnesium
 vitamin
 allopurinol , yang merupakan obat yang mengurangi penumpukan asam dalam tubuh

Keberhasilan penanganan tergantung pada berapa lama bayi mengalami asfiksia. Bayi
yang berhasil bertahan hidup bisa saja tidak mengalami masalah sama sekali, namun bisa
juga mengalami konsekuensi cacat jangka panjang akibat kerusakan otak dan organ lain.

 Bayi yang lahir dari ibu yang menerima obat penenang saat tahap akhir
persalinan.

Kontraindikasi untuk sedasi ( bayi yang lahir karena ibu diberi obat penenang )

 Pasien menolak / keluarga menolak.


 Bayi kecildengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer tomografi,
biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga
bayinya bisa tidur selama prosedur. Mereka tidak harus dibius.
 Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional, karena bererisiko terjadinnya
depresi pernapasan serta sedasi berlebihan.
 Gangguan perilaku berat.
 Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea,
abnormalitas kraniofasial.
 Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi oksigen.
 Adanya ketidakstabilan jantung yang signifikan.
 Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat
sedasi.
 Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus.
 Peningkatan tekanan intrakranial.
 Epilepsi berat atau tidak terkontrol.
 Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya
nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks).
 Prosedur lama atau menyakitkan.

Obat yang digunakan untuk sedasi


Beberapa institusi telah berhasil merancang dengan cermat regimen obat. Sedasi yang
efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan dimana anak sementara dalam keadaan
mengantuk, bebas nyeri, dengan ketakutan atau kecemasan yang minimal. Penggunaan
anestesi lokal dan analgesik sederhana sangatlah penting, dan terapi pengalihan perhatian
juga sangat berguna. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu dalam
menjaga kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat beresiko
menghasilkan ketidaksadaran pada anak. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia, hiperkapnia
dan berpotensi terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan tehnik sedasi  non-anestesi, maka
harus mempunyai margin of safety lebar.
Personil non-anestesi  yang memberikan obat sedasi termasuk dokter (terutama ahli
radiologi, gastroenterologis dan kardiologis), perawat spesialis dan dokter gigi, semuanya
harus benar-benar terlatih untuk memberikan pelayanan yang aman dan efektif.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat. Beberapa
pusat pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat spesialis (nurse-lead
sedation). Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan idealnya harus
terletak pada departemen anestesi dengan konsultan yang membawahi layanan.
Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan mengalami anestesi umum.
Mereka harus:

 Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan
tindakan.
 Dipuasakan.
 Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-faktor
risiko potensial seperti alergi atau kondisi medis lainnya.

Oral obat
Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit, dimana kemungkinan
akan meningkatkan sedasi yang efektif tetapi  juga berpotensi meningkatkan kejadian efek
samping (lihat Kotak 2). Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan
kelainan ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat
Kotak 3 dan 4).

Pemulihan dan reversal


Pemulihan dari sedasi haruslah cepat. Fasilitas pemulihan harus tersedia. Gunakan rejimen
obat dengan waktu kerja yang paling pendek. Namun, reversal benzodiazepin mungkin
diperlukan. Flumazenil 1-2 mcg/kg IV sering digunakan, Sekali-kali nalokson diperlukan
untuk antagonis efek opioid persisten. Nalokson 4 mcg / kg IV dapat diberikan.
Kotak 2. Agen sedasi oral
Obat Dosis sedasi oral Detail
(mg/kg)
Chloral hydrate 100 Metabolit aktif = trichlorethanol
Dapat diberikan melalui rektal kadang - kadang
menimbulkan rasa malu
Triclofos 50-70 (max 1 g) Metabolit aktif = trichlorethanol
Trimeprazine 2 Dosis besar dapat meyebabkan “grey baby
syndrome”
Midazolam 0,5 – 1,0 Umum digunakan
Dosis berhubungan dengan efek samping (ataksia,
pandangan ganda, sedasi)
Dapat juga diberikan melalui nasal
Dosis rektal dapat bervariasi
Diazepam 200-500 mcg/kg Dapat diberikan melalui rektal
Ketamin 5-10 Dapat diberikan melalui nasal juga rektal
Halusinasi mungkin terjadi
Pada umumnya terjadi mual dan muntah
Apnue kemungkinan dapat terjadi
Catatan: Pada anak yang lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa normal.
 
Kotak 3. Agen sedasi intravena
Obat Dosis sedasi Detail
(mg/kg)
Midazolam 0,5 – 0,2 Apnue mungkin terjadi
Amnesia
Gangguan prilaku dapat terjadi
Diazepam 0,1-0,5 Diazemuls = lipid formulasi
Waktu paruh panjang, berisiko pemulihan tertunda
Fentanyl, 0,5 mcg/kg Sering digunakan bersama propopol
diazepam Midazolam atau ketamin dapat digunakan melalui
oral Apnea, mual & muntah dapat terjadi
Efek potensiasi dengan obat sedasi lainnya
Ketamin 0,5 – 1,0 Dapat diberikan melalui IM, oral, IV
Sering digunakan dengan benzodiazepam
Propopol Dalam evaluasi Beresiko apnue
Beresiko menginduksi anestesi

Kotak 4. Agen sedasi inhalasi


Obat Dosis Detail
Nistrous Oxide 50 % N2O dalam Memberikan analgesia
O2, 70 % dalm O2 Membutuhkan kerja sama pasien
Umum menimbulkan  Mual
Dysphoria
Sevoflurane 1 % dalam udara Masih dalam evaluasi

 Bayi dengan Apgar score rendah.

Selama enam jam pertama setelah lahir, bayi akan diawasi secara ketat, terutama suhu
tubuh bayi dan tanda-tanda jika ada kelainan pada fisik sang bayi. Aspek-aspek yang
akan di periksaan yaitu, Activity (aktivitas otot), Pulse (denyut jantung), Grimace
(respons refleks), Appearance (penampilan, terutama warna tubuh bayi), dan
Respiration (pernapasan). Pemeriksaan ini juga sering disebut APGAR Test/ APGAR
Score. Setiap aspek akan di berikan skor antara 0,1,atau 2. Skor 2 menunjukkan
kondisi yang bagus dari aspek yang diperiksa. Skor 1 berarti bayi dalam kondisi ‘hati-
hati’. Sedangkan skor 0 menunjukan keadaan gawat. Setiap skor dari aspek nantinya
akan di jumlah sehingga di dapat nilai akhir test.Sepuluh merupakan nilai sempurna
yang berarti bayi berada di dalam kondisi baik atau sempurna. Sedangkan skor 0-3
merupakan keadaan gawat pada bayi yang mengindikasikan bahwa bayi
membutuhkan resusitasi segera. Dilansir dari alodokter.com, normalnya, APGAR
score dilakukan dua kali, yaitu pada menit pertama dan kelima usia bayi. Namun,
pada kasus ketika bayi mengalami kondisi kritis setelah tes pertama dan kedua, maka
akan dilakukan tes apgar score lagi pada menit ke-10, menit ke-15, dan menit ke-20
untuk memastikan perkembangan bayi. Kondisi kritis bayi tersebut dapat terlihat pada
nilai apgar score yang rendah, yaitu 0-3, pada masing-masing hasil tes pertama dan
kedua. Rendahnya nilai ini juga dikaitkan dengan tingginya risiko kematian bayi,
terutama pada 20 menit pertama sejak dilahirkan. Hal yang perlu di ingat adalah tes
ini dilakukan beberapa saat setelah bayi dilahirkan. Walau demikian, bukan berarti
bantuan resusitasi hanya diberikan ketika APGAR test selesai dihitung dan hasil nya
0-3. Tanyakan pada dokter ahli atau spesialis terkait untuk mendapatkan penjelasan
yang lebih lengkap mengenai keadaan buah hati anda ketika lahir.

Namun, resisutasi bayi juga dapat dilakukan tidak hanya pada bayi yang baru lahir
saja. Bayi usia di bawah satu tahun juga masih memiliki memungkinkan mengalami kesulitan
bernapas. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beragam hal, mulai dari reaksi alergi berat,
tersedak, hingga cedera.

Disarankan orang tua memiliki pengetahuan mengenai resusitasi bayi, agar dapat
melakukan pertolongan pertama saat bayi mengalami kesulitan bernapas secara mendadak.

a.1. Langkah Awal

Langkah awal resusitasi ialah memberikan kehangatan dengan meletakkan bayi di


bawah pemancar panas, memposisikan bayi pada posisi menghidu/sedikit tengadah untuk
membuka jalan napas, membersihkan jalan napas jika perlu, mengeringkan bayi, dan
stimulasi napas. Membersihkan jalan napas:

a. Jika cairan amnion jernih.

Pengisapan langsung segera setelah lahir tidak dilakukan secara rutin, tetapi hanya
dilakukan bagi bayi yang mengalami obstruksi napas dan yang memerlukan VTP.

b. Jika terdapat mekonium.

Bukti yang ada tidak mendukung atau tidak menolak dilakukannya pengisapan rutin
pada bayi dengan ketuban bercampur mekonium dan bayi tidak bugar atau depresi.
Tanpa penelitian (RCT), saat ini tidak cukup data untuk merekomendasikan
perubahan praktek yang saat ini dilakukan. Praktek yang dilakukan ialah melakukan
pengisapan endotrakeal pada bayi dengan pewarnaan mekonium yang tidak bugar.
Namun, jika usaha intubasi perlu waktu lama dan/atau tidak berhasil, ventilasi dengan
balon dan sungkup dilakukan terutama jika terdapat bradikardia persisten.

a.2 Menilai kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen

Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting


karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi.
Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma. Penggunaan
oksimetri nadi (pulse oximetry) direkomendasikan jika:

 Resusitasi diantisipasi

 VTP diperlukan lebih dari beberapa kali napas

 Sianosis menetap
 Oksigen tambahan diberikan.

a.3 Pemberian oksigen tambahan

Target saturasi oksigen dapat dicapai dengan memulai resusitasi dengan udara
atau oksigen campuran (blended oxygen) dan dilakukan titrasi konsentrasi oksigen untuk
mencapai SpO2 sesuai target. Jika oksigen campuran tidak tersedia, resusitasi dimulai dengan
udara kamar. Jika bayi bradikardia (kurang dari 60 per menit) setelah 90 detik resusitasi
dengan oksigen konsentrasi rendah, konsentrasi oksigen ditingkatkan sampai 100% hingga
didapatkan frekuensi denyut jantung normal.

a.4 Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Jika bayi tetap apnu atau megap-megap, atau jika frekuensi denyut jantung
kurang dari 100 per menit setelah langkah awal resusitasi, VTP dimulai.

a.5 Pernapasan awal dan bantuan ventilasi

Bantuan ventilasi harus diberikan dengan frekuensi napas 40 – 60 kali per menit
untuk mencapai dan mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit.
Penilaian ventilasi awal yang adekuat ialah perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung.

a.6 Tekanan akhir ekspirasi

Banyak ahli merekomendasikan pemberian continuous positive airway pressure


(CPAP) pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir.
Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi cukup bulan dengan
gawat napas, tidak ada cukup bukti untuk mendukung atau tidak mendukung penggunaan
CPAP di ruang bersalin.

a.7 Alat untuk ventilasi

Alat untuk melakukan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon Tidak
Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator.
Laryngeal Mask Airway (LMA; sungkup larings) disebutkan dapat digunakan dan efektif
untuk bayi >2000 gram atau ≥34 minggu. LMA dipertimbangkan jika ventilasi dengan balon
sungkup tidak berhasil dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin. LMA
belum diteliti untuk digunakan pada kasus air ketuban bercampur mekonium, pada kompresi
dada, atau untuk pemberian obat melalui trakea.

a.8 Pemasangan intubasi endotrakeal

Indikasi intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus ialah:

 Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.

 Jika ventilsi dengan balon-sungkup tidak efektif atau memerlukan waktu lama.
 Jika dilakukan kompresi dada.

 Untuk situasi khusus seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir
amat sangat rendah.

a.9 Kompresi dada

Indikasi kompresi dada ialah jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per
menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik. Untuk neonatus, rasio
kompresi:ventilasi tetap 3:1. Pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan oksigenasi harus
dinilai secara periodik dan kompresi – ventilasi tetap dilakukan sampai frekuensi denyut
jantung sama atau lebih dari 60 per menit.

a.10 Medikasi

Obat-obatan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Namun, jika
frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit walaupun telah diberikan ventilasi adekuat
dengan oksigen 100% dan kompresi dada, pemberian epinefrin atau pengembang volume
atau ke duanya dapat dilakukan.

a.11 Epinefrin

Epinefrin direkomendasikan untuk diberikan secara intravena dengan dosis


intrvena 0,01 – 0,03 mg/kg. Dosis endotrakeal 0,05 – 1,0 mg/kg dapat dipertimbangkan
sambil menunggu akses vena didapat, tetapi efektifitas cara ini belum dievaluasi. Konsentrasi
epinefrin yang digunakan untuk neonatus ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL).

a.12 Pengembang volume

Pengembang volume dipertimbangkan jika diketahui atau diduga kehilangan


darah dan frekuensi denyut jantung bayi tidak menunjukkan respon adekuat terhadap upaya
resusitasi lain. Kristaloid isotonik atau darah dapat diberikan di ruang bersalin. Dosis 10
mL/kg, dapat diulangi.

a.13 Perawatan pasca resusitasi

Bayi setelah resusitasi dan sudah menunjukkan tanda-tanda vital normal,


mempunyai risiko untuk perburukan kembali. Oleh karena itu setelah ventilasi dan sirkulasi
adekuat tercapai, bayi harus diawasi ketat dan antisipasi jika terjadi gangguan.

1. Nalokson

Nalokson tidak diindikasikan sebagai bagian dari usaha resusitasi awal di


ruang bersalin untuk bayi dengan depresi napas.

2. Glukosa
Bayi baru lahir dengan kadar glukosa rendah mempunyai risiko yang
meningkat untuk terjadinya perlukaan (injury) otak dan akibat buruk setelah
kejadian hipoksik iskemik. Pemberian glukosa intravena harus
dipertimbangkan segera setelah resusitasi dengan tujuan menghindari
hipoglikemia.

3. Hipotermia untuk terapi

Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur


kehamilan 36 minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik
sedang dan berat. Hasil penelitian ini menunjukkan mortalitas dan gangguan
perkembangan neurologik yang lebih rendah pada bayi yang diberi terapi
hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan
cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang
memadai.

a.14 Penghentian resusitasi

Penghentian resusitasi dipertimbangkan jika tidak terdeteksi detak jantung


selama 10 menit. Banyak faktor ikut berperan dalam keputusan melanjutkan resusitasi setelah
10 menit.
LANGKAH AWAL RESUSITASI PADA BAYI
2.2 . Mempertahankan termoregulasi pada bayi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang
oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada Bayi baru lahir.
Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi,
radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan
suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang
tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan
untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan
O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas
tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga
terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari
efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang
dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh
bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C

Mencegah kehilangan panas :


Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami
kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi
dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun
berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat
rentan terhadap terjadinya hipotermia.

 TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR (PERLINDUNGAN


TERMAL) BAYI BARU LAHIR
Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :
 Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu
 Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000
gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar
kepala 32 – 37 cm
 Tanda vital dalam batas normal
 Tidak ada kelainan / kecacatan
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara
pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam
batas batas normal.Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh
yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh
agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses
konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam
lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan
hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan
suhu tubuh.
Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi
panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang
kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan
posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan
penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu
juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.

Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga


tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C

 sistem pengaturan suhu


a.pengaturan suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin.

b.Tak efektif termoregulasi


Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal secara efektif dengan adanya
ketidaksesuaian atau perubahan faktor-faktor eksternal.
Faktor yang berhubungan :
1. Situasional (Personal, lingkungan)
2. Berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan
3. Berhubungan dengan benda-benda yang basah dan dingin (pakaian, tempat
tidur)
4. Berhubungan dengan permukaan tubuh yang basah
5. Berhubungan dengan pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca
Maturisional
6. Berhubungan dengan terbatasnya regulasi kompensasi metabolik
Usia lanjut dan Bayi baru lahir
Kriteria hasil :
 Bayi akan Mempunyai suhu antara 36,4-37,5ºC.
Intervensi :
1. Kurangi atau hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi
a. Evaporasi
 Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.
 Basuh dan keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi
 Batasi waktu kontak dengan pakaian atau selimut basah

b. Konveksi
 Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)

c. Konduksi
 Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan
pemberi perawatan, baju, sprei

d. Radiasi
 Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)
 Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika
mungkin.

2. Pantau suhu tubuh bayi


a. Jika suhu dibawah normal
 Selimuti dengan dua selimut
 Pasang tutup kepala
 Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas
 Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang lebih ahli.
 Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan

b. Jika suhu diatas normal


 Lepaskan selimut
 Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan
 Kaji suhu lingkungan sekali lagi
 Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, laporkan dokter.
 Kotrol Suhu
Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya berfungsi
sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang ekstrim atau mendadak pada
lingkungan eksternalnya.
Cara pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan
thermometer dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.Setelah bayi dilahirkan,
suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali sampai hasil pengecekan dua kali berturut –
turut menunjukkan suhu 36,5 0C. Sesudah itu pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam
sekali selama 24 jam pertama dan kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan
yang lebih sering, dua kali sehari.Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk
dimandikan atau dibersihkan dan bisa juga pengukuran suhu dilakukan sesudah bayi
dimandikan.

 Pengaturan panas
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tubuhnya yang
berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam bahaya hipotermi jika tidak
dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan pada bayi
baru lahir adalah :

 Produksi panasnya jelek karena  laju metaboliknya rendah


 Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi tersebut
khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin yang tidak disesuaikan
suhunya demi kenyamanan ibu
 Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melalui evaporasi
 Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan dengan berat
badannya
 Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya mature sehingga
proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang dengan baik

 PERUBAHAN SISTEM TERMOREGULASI


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan
lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang
bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun
dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C.

1. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia


Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal
bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut
hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997)
bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1)Jaringan lemak subkutan tipis.
2)Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3)Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4)BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan.
5)Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi.

2. Empat mekanisme bayi baru lahir kehilangan panas:


1.Evavorasi
jalan utama bayi kehilangan panas.Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan
ciran ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir,tubuh
bayi tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2.Konduksi
adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsun antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin.Meja,tempat tidur atau timbangan yang temperatur nya lebih rendah
dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme kondusi apabila bayi
diletakkan di atas benda-bend tersebut.
3.Konveksi
adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin.Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas.Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara
dari kipas angin,hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4.Radiasi
adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.Bayi bisa kehilangan panas
dengan cara ini karena benda-benda tersbut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung .

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi
yaitu :
 HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme
anaerob.
 Kebutuhan oksigen yang meningkat.
 Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
 Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
 Shock.
 Apnea.
 Perdarahan Intra Ventricular.  

2.3. Pencegahan infeksi pada bayi

Iinfeksi pada bayi cepat sekali meluas. Infeksi BBL lebih sering ditemukan di RS
daripada di rumah, dari ibu, petugas kesehatan, (dokter atau perawat) dan petugas kesehatan
yang lain jga pengunjung yang datang keruangan. Macam – macam infeksi pada neonates:

 Tetanus neonatorum
 CMV
 Virus herpes simplex.

Penyebab Infeksi neonatus dapat melalui beberapa cara blane (1961) dan dibagi dalam 3
golongan yaitu :
1.      Infeksi intranatal
Kuman dari vagina naik dan masuk dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Infeksi
dapat terjadi walaupaun ketuban masi utuh.Misalnya pada partus lama dan sering dilakukan
pemeriksaan dalam.Janin terkena infeksin karena inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia congenital/karena kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan
seplikerta.Infeksi inranatal dapat juga dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang
terdapat dalam vagina mis blenorea.

2.      Infeksi antenatal


Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plaseta dan selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus masuk ke janin.

3.      Infeksi pascanatal


Infeksi terjadi sesuda bayi lahir lengkap, infeksi terjadi akibat penggunaan alat-alat
perawatan yang tidak steril atau karena cross intection.

 Tanda dan Gejala infeksi pada bayi


1.      Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
2.      Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.      Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih, 
sianosis
4.      Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi,
takikardi, bradikardia.
5.      Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6.      Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya
dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung.
Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1.      Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.
2.      Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
3.      Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau
tungkai yang terkena.
4.      Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi
yang terkena teraba hangat.
5.      Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
berdarah.

 FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES INFEKSI


a.       Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.

b.      Kuman penyebab


Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.

c.       Cara Membebaskan Sumber dari Kuman


kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman
(pH), suhu, dll.

d.      Cara Penularan


Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan
penyebar.

e.       Cara Masuknya Kuman.


Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan,
saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.

f.       Daya Tahan Tubuh


Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses
penyembuhan.

 Pencegahan Infeksi
Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi
baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.Pada saat penanganan bayi
baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi bayi baru lahir sbb :


1.      Mencuci tangan secara seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi
2.      Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi yang belum dimandikan
3.      Memastikan semua peralatan telah disterilkan
4.      Memastikan semua perlenkapan bayi dalam keadaan bersih,
5.      Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih,
6.      Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payu dara,
7.      Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi dengan air bersih hangat dan sabun
setiap hari,
8.      Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi.

Upaya lain untuk mencegah infeksi sbb:


1.      Pencegahan infeksi pada tali pusat,
Upaya dilakukan dengan cara merawat tali pusat agar luka tersebut tetap bersih.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada luka tali
pusat sebab akan menyebabkan infeksi, tetanus, dan kematian. Tanda infeksi tali pusat yang
harus di waspadai antara lain : kulit disekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah
dan berbau busuk.

2.      Pencegahan infeksi pada kulit,


Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru
lahir adalah meletakkan bayi di dada ibu, agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dan
bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu yang cenderung
bersifat patogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam
ASI.

3.      Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir,


Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan memberikan salep mata atau
obat tetes mata dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah oftalmia neonatorium,
biarkan obat pada mata bayi dan obat yang ada disekitarnya jangan dibersihkan,
keterlambatan memberikan salep mata pada bayi baru lahir merpakan seringnya kegagalan
upaya pencegahan infeksi pada mata.

4.      Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi TBC , Imunisasi BCG harus segera di berikan pada
bayi segera setelah bayi lahir, pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada umur 2
minggu, maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal, imunisasi hepatitis B sudah merupakan program nasional meskipun
pemberiannya secara bertahap.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penyebaran infeksi :
Setiap orang (pasien dan petugas pelayanan kesehatan ) harus dianggaap berpotensI
menularkan infeksi
Mencegah atau membatasi penularan infeksi di sarana pelayanan kesehatan memerlukan
penerapan prosedur dan protokol yang disebut sebagai "pengendalian". Secara hirarkis hal ini
telah di tata sesuai dengan efektivitas pencegahan dan pengendalian infeksi (Infection
Prevention and Control – IPC), yang meliputi: pengendalian bersifat administratif,
pengendalian dan rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (APD)

Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi
langsung:
a.  Cuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan cairan pembersih tangan berbasis
alkohol :
  Sebelum dan sesudah merawat bayi serta sebelum melakukan tindakan
    Sesudah melepas sarung tangan
  Sesudah memegang instrument atau barang yang kotor
b.   Beri petunjuk pada ibu dan anggota lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
Cara cuci tangan :
  Basahi kedua tangan
  Cuci tangan selama 10-15’ dengan sabun dan air mengalir
  Biarkan tangan kering di udara atau keringkan denga kertas bersih atau handuk pribadi

 Membersihakn tangan dengan caiaran pembersih berbasis alkohol ( dibuat dari 2
ml gliserin dan 100 ml alkohol 60 % ), lebih efektif dibanding dibanding dengan cuci
tangan, kecuali kalua tangan memeang kelihatan kotor. Cara membersihkan tangan
dengan memakai cairan pembersih tangan berbasis alkohol :
  Basahi seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan pembersi tangan
  Basuh dan gosokkan cairan ketangan sampai kering

  Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap kulit yang luka, selaput lendir
( mukosa ), darah dan cairan tubuh lainnya ( secret )
  Sarung tangan steril atau sarung tangan desinfeksi tinggi bila memegang atau kontak
langsung dengan kulit lecet, jaringan dibawah kulit atau darah
  Sarung tangan yang bersih bila ada kontak dengan membrane mukosa atau cairan
tubuh ( misalnya mengambil sample darah )
  Sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks untuk memegang barang yang
terkontaminasi serta akan membersihkan atau membuang kotoran

   Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dibeberapa tempat karena
keterbatasan sarana sarung tangan untuk tindakan bedah dapat dipakai ulang setelah :
  Dilakukan dekontaminasi direndam dalam larutan klorin selam a10 menit
  Cuci dan bilas
  Disterilkan dengan autoklaf ( membunuh organisme ) atau desinfeksi tingkat tinggi
dengan direbus atau dikukus ( membunuh organisme kecuali beberapa endospora )
  Catatan: bila sarung tangan bedah dipakai ulang, tidak boleh lebih dari tiga kali karena
dikhawatirkan terjadi robekan yang tidak dapat terlihat

   Gunakan pelindung ( barier ) seperti kacamata ( goggles ), makes celemek ( apron )
pada setiap kali yang melakukan kegiatan pelayanan yang diantisipasi dapat terkena
percikan atau terkena darah dan cairn tubuh pasien

Selalu melakukan tindakan/prosedur menurut langkah yang aman seperti tidak


membengkokkan jarum dengan tangan, memegang alat medik dan prosesnya dengan
benar, membuang proses samppah medik dengan benar

Bersihkan dan bila perlu lakukan disinfeksi peralatan dan barang yang digunakan
sebelum daur ulang

 Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin

Letakkan bayi yang mungkin dapat mengkontaminasi lingkungan ( misalnya bayi


dengan diare yang terinfeksius ) di dalam ruangan khusus.
 Pencegahan infeksi dengan berbagai pengendalian :
1. Pengendalian administratif.
Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi IPC, meliputi penyediaan
kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan
mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif
biladilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak saat pertama kali datang sampai
keluar dari sarana pelayanan. Pengendalian administratif dan kebijakan – kebijakan
yang diterapkan pada ISPA meliputi pembentukan infrastruktur dan kegiatan IPC
yang berkesinambungan, membangun pengetahuan petugas kesehatan, mencegah
kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk
orang sakit dan penempatan pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan
agar persedian perbekalan digunakan dengan benar; prosedur – prosedur dan
kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA
diantara petugas – petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan
medis, dan pemantauan tingkat kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan yang
diperlukan. Langkah-langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi
identifikasi dini pasien dengan ISPA / ILI (Influenza like Illness) baik ringan maupun
berat yang diduga terinfeksi MERS-CoV, diikuti 4 dengan penerapan tindakan
pencegahan yang cepat dan tepat, serta pelaksanaan pengendalian sumber infeksi.
Untuk identifikasi awal semua pasien ISPA digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang
diidentifikasi harus ditempatkan di area terpisah dari pasien lain, dan segera dilakukan
kewaspadaan tambahan IPC seperti yang akan dijelaskan dibagian lain dari pedoman
ini. Aspek klinis dan epidemiologi kasus harus segera dievaluasi dan penyelidikan
harus dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.

2. Pengendalian dan rekayasa lingkungan.


Kegiatan ini dilakukan termasuk di infrastruktur sarana pelayanan kesehatan dasar
dan di rumah tangga yang merawat kasus dengan gejala ringan dan tidak
membutuhkan perawatan di RS. Kegiatan pengendalian ini ditujukan untuk
memastikan bahwa ventilasi lingkungan cukup memadai di semua area didalam
fasilitas pelayanan kesehatan serta di rumah tangga, serta kebersihan lingkungan yang
memadai. Harus dijaga pemisahan jarak minmal 1 m antara setiap pasien ISPA dan
pasien lain, termasuk dengan petugas kesehatan (bila tidak menggunakan APD).
Kedua kegiatan pengendalian ini dapat membantu mengurangi penyebaran beberapa
patogen selama pemberian pelayanan kesehatan.

3.Alat Perlindungan Diri (APD).


Penggunaan secara rasional dan konsisten APD yang tersedia serta higiene sanitasi
tangan yang memadai juga akan membantu mengurangi penyebaran infeksi.
Meskipun memakai APD adalah langkah yang paling kelihatan dalam upaya
pengendalian dan penularan infeksi, namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling
lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan mengandalkannya sebagai
strategi utama pencegahan. Bila tidak ada langkah pengendalian administratif dan
rekayasa teknis yang efektif, maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.

Cara Lain Pencegahan Infeksi :


         Ruang perawatan resiko di lokasi diare yang tidak terlalu banyak dilewati orang dan
jalur masuknya terbatas.
         Bila mungkin, sediakan ruangan khusus dan bayi baru lahir yakinkan bahwa tenaga yang
berhubungan langsung dengan BBL telah di imunisasikan rubella, campak, hepatitis B, dan
parotitis serta mendapat vaksin influenza setiap tahun.
         Tenaga yang mempunyai lesi atau infeksi kulit tidak boleh dating dan berhubungan
langsung dengan bayi baru lahir.
         Pengunjung atau staf yang sedang menderita infeksi akut, misalnya virus pernafasan
tidak diperbolehka masuk ke ruangan perawatan bayi resiko tinggi.
         Hindari staf yang berlebih atau staf yang kurang. Jangan meletakkan dua bayi dalam
boks dan incubator yang sama.
         Batasi jumlah tenaga yang menangani bayi.
Virus-sitomegalo virus, enterovirus, respiratory sincytial virus dan rhinovirus.

Pencegahan Penyakit Infeksi Janin dan Bayi Baru Lahir


Pencegahan telah lama menjadi satu satunya alternative dalam memerangi penyakit
infeksi baya baru lahir. Selama 50 tahun terakhir ini upaya pencegahan berhasil mengurangi
resiko infeksi janin dan bayi baru lahir di Negara-negara berkembang.keberhasilan ini telah
dilaksanakan melalui :
  Imunisasi maternal (tetanus, rubella, varisella, dan hepatitis B).
  Pengobatan antenatal sifilis maternal, gonorhoe, klamidea.
  Penggunaan profilaksia obat tetes mata postnatal  untuk mencegah infelsi mata
(konjungtivitis) karena klamidea, gonorhoe dan jamur (kandida).
  Pengobatan profilaksis perempuan hamil yang beresiko terhadap penyakit groupB
streptococcus.
  Pengobatan dengan anti retroviral (ARV) maternal (antenatal dan intrapartum) dan bayi
baru lahir (post natal) untuk mencegah HIV.

 Kewaspadaan dalam pencegahan infeksi bayi baru lahir yang sudah terkena
penyakit bawaan :
1. Kewaspadaan Standar/ Standard Precaution
Kewaspadaan baku adalah tonggak yang harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua
pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan Standar meliputi
kebersihan tangan dan penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan
darah, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit pasien yang terluka.
Disamping itu juga mencakup: pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik,
pengelolaan limbah yang aman, pembersihan, desinfeksi dansterilisasi linen dan
peralatan perawatan pasien, dan pembersihan dan desinfeksi lingkungan. Orang
dengan gejala sakit saluran pernapasan harus disarankan untuk menerapkan
kebersihan/ etika pernafasan.
Petugas kesehatan harus menerapkan "5 momen kebersihan tangan",yaitu:
sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan atau aseptik,
setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah
bersentuhan dengan lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang
tercemar.
• Kebersihan tangan mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air atau
menggunakan antiseptik berbasis alkohol
• Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketika terlihat kotor
• Penggunaan APD tidak menghilangkan kebutuhan untuk kebersihan tangan.
Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan terutama ketika melepas
APD.

Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian
risiko/ antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang terluka.
Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi percikan ke wajah dan/ atau badan,
maka pemakaian APD harus ditambah dengan,
• Pelindung wajah dengan cara memakai masker medis/ bedah dan pelindung mata/
eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah, dan
• Gaun dan sarung tangan bersih. Pastikan bahwa prosedur – prosedur kebersihan dan
desinfeksi diikuti secara benar dan konsisten.
Membersihkan permukaan – permukaan lingkungan dengan air dan deterjen
serta memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit) merupakan
prosedur yang efektif dan memadai. Pengelolaan laundry, peralatan makan dan
limbah medis sesuai dengan prosedur rutin.

2. Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi tambahan ketika merawat


pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Tambahan pada Kewaspadaan Standar, bahwa semua individu termasuk
pengunjung dan petugas kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien dengan
ISPA harus:
• Memakai masker medisketika berada dekat (yaitu dalam waktu kurang lebih 1 m)
dan waktu memasuki ruangan atau bilik pasien.
• Melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien dan
lingkungan sekitarnya dan segera setelah melepas masker medis.

3. Kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi pada prosedur/ tindakan


medik yang menimbulkan aerosol
Suatu prosedur/ tindakan yang menimbulkan aerosol didefinisikan sebagai
tindakan medis yang dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran, termasuk
partikel kecil .
2.4 Mempertahankan kecukupan nutrisi pada bayi

Konsep Gizi Bayi

Peranan gizi dalam siklus hidup manusia sudah tidak diragukan lagi. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi jika gizi dimasa bayi dan anak tidak terpenuhi
dan tidak diatasi secara dini. Gangguan ini dapat berlanjut hingga dewasa. Bahkan
kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Status
gizi ibu sebelum hamil mempunyai risiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (Rosemary, 1997).

Gizi dan kesehatan balita merupakan salah satu hak asasi anak. Janin sejak dalam
kandungan ibu, mempunyai hak untuk hidup dan tumbuh kembang menjadi anak yang
mampu mengekspresikan diri. Kehidupan awal anak berawal dari bertemunya sel mani dan
sel telur dalam rahim ibu. Otak tumbuh sejak awal gestasi dan terus tumbuh dan berkembang
pesat ketika usia mencapai 2 tahun. Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan
apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal. Sebaliknya apabila bayi pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan
gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu
tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Untuk
mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu;

1. Memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
2. Memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan
3. Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003)
Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 128
ayat 1 menyatakan bahwa, “setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”.  Kebutuhan
energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut
usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energi selama 2 bulan pertama, yaitu masa
pertumbuhan cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan
pertama kehidupan, bayi memerlukan energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/Kg/hari,
yang kemudian berkurang sampai sekitar 105 – 110 energi pasokan karbohidrat
diperkirakan sebesar 40-50% yang sebagian besar dalam bentuk laktosa (Arisman,
2007) Besaran pasokan protein dihitung berdasarkan kebutuhan untuk bertumbuh-
kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja dan kulit. Mutu protein
bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan diserap (digestibility dan
absorpability) serta komposisi asam amino didalamnya. Jika asupan asam amino
kurang, pertumbuhan jaringan dan organ, berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala
akan terpengaruh. Jika dihitung berdasarkan berat badan, besar kebutuhan protein
bayi adalah 2,2 g/kg/hari pada usia <6 2="" 6-12="" bulan.="" bulan="" dan="" g=""
hari="" kg="" pada="" span="" usia="">Asupan protein yang berlebihan dapat
menyebabkan intoksikasi protein, yang menampilkan gejala seperti letargi,
hiperammonemia, dehidrasi, dan diare. Dalam menghitung kebutuhan protein
berdasarkan ASI, perlu dipikirkan faktor lain disamping “kemudah cernaannya”.
Didalam ASI yang mengandung nitrogen, banyak komponen berisi faktor-faktor yang
berperan sebagai sesuatu yang tidak berkaitan dengan fungsi protein itu sendiri.
Laktoferin, misalnya, berfungsi sebagai antibakteri (Arisman, 2007)

Tabel berikut merupakan perbandingan unsur protein dalam ASI dan susu sapi

Unsur ASI Susu sapi 9(g/dl)


Casein 0,2 2,7
Whey 0,7 0,6
lactalbumin 0,26 0,11
Lactoferrin 0,17 Sedikit
lactalbumin 0 0,36
Lysozyme 0,05 Sedikit
Albumin 0,05 0,04
IgA 0,10 0,003
Peroxidase Sedikit -
Bifidus factor Sedikit -
Nonprotein Nitrogen 0,20 0,03

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi orang Indonesia, AKG protein untuk
bayi adalah 10g untuk usia 0-6 bulan dan 16g untuk usia 7-11 bulan
Air susu ibu yang sehat dan cukup makan dianggap mengandung elemen kelumit kecuali
vitamin D dan dibeberapa daerah tertentu, flour. Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG)
merekomendasikan AKG Vitamin larut lemak, vitamin larut air dan mineral yaitu

Zat Gizi AKG 0-6 bulan AKG 7-11 bulan


Vitamin. A (RE) 375 400
Vitamin D (μg) 5 5
Vitamin E (mg) 4 5
Vitamin K (μg) 5 10
Tiamin (mg) 0,3 0,4
Riboflavin (mg) 0,3 0,4
Niasin (mg) 2 4
Asam folat (μg) 65  
Piridoksin (mg) 0,1 0,3
Vitamin B12 (μg) 0,4 0,5
Vitamin C (mg) 40 40
Kalsium (mg) 200 400
Fosfor (mg) 100 225
Manesium (mg) 25 55
Besi (mg) 0,5 7
Yodium (μg) 90 90
Seng (mg) 1,3 7,5
Selenium (μg) 5 10
Mangan (mg) 0,003 0,6
Fluor (mg) 0,01 0,4

Kebutuhan bayi akan cairan berkaitan dengan asupan energi, suhu lingkungan, kegiatan fisik,
kecepatan pertumbuhan dan berat jenis air seni. Air menyusun kira-kira 70% berat badan
pada saat lahir yang kemudian menurun sampai 60% menjelang bayi berusia 12 bulan.
Jumlah air yang dibutuhkan oleh bayi (dan anak) lebih besar 50% dibanding kebutuhan orang
dewasa. Rasio cairan: energi adalah 1,5cc/ 1 kkal (rasio orang dewasa = 1cc/kkal) (Arisman,
2007). Selain tergantung suhu dan kelembaban udara, serta berat badan dan aktivitas bayi,
rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama
usianya hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI
saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak dibatasi (sesuai ‘permintaan’ bayi,
siang dan malam), karena dua sebab:

 ASI terdiri dari 88% air.


Kandungan air dalam ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah
mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru lahir yang
hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum — cairan kental kekuningan), tidak
memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya.
ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan ‘keluar’ pada hari ketiga atau
keempat.
 ASI mempunyai kandungan bahan larut yang rendah.
Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahanbahan larut melalui air
seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut
sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia
tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga
keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit bahan larut,
maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa (LINKAGES,
2002)
 
Kebutuhan cairan bayi usia 6-11 bulan umunya dapat dipenuhi dari ASI saja. Cairan
tambahan dapat diperoleh dari buah atau jus buah, sayuran, atau sedikit air matang setelah
pemberian makan. Penting diperhatikan untuk menjamin bahwa air putih dan cairan lain tidak
menggantikan ASI. Air dapat menghilangkan atau mengencerkan kandungan gizi dari
makanan pendamping kaya energi. Energi yang dihasilkan dari bubur, sop, kaldu, dan
makanan cair lain yang diberikan kepada bayi umumnya di bawah batas yang dianjurkan
untuk makanan pendamping (0,6 kcal/g). Mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada
makanan ini dapat meningkatkan kondisi gizi anak dalam kelompok usia ini (LINKAGES,
2002)
Pemberian ASI selalu diakui sebagai cara yang optimal untuk memberi makan bayi,
kendati rekomendasi mengenai praktik pemberian ASI telah berubah seiring semakin
banyaknya informasi yang tersedia. Pada tahun 1991, pertemuan bersama antara perwakilan
WHO dan UNICEF yang puncaknya dalam bentuk Deklarasi Innocenti tentang Perlindungan,
Promosi dan Dukungan pada Pemberian ASI yang mendefinisikan pemberian makanan bayi
yang optimal adalah pemerian ASI ekslusif mulai saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus
berlanjut hingga tahun kedua kehidupan, maka tambahan yang sesuai baru diberikan ketika
bayi berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel
Meeting yang meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan sebagai
rekomendasi populasi bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang optimal untuk
pemberian ASI eksklusif.  ASI eksklusif adalah suatu keadaan dimana bayi hanya menerima
ASI saja tanpa makanan lainnya baik berupa cairan maupun makanan padat, bahkan air
sekalipun, dengan pengecualian drops atau sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen mineral
atau obat-obatan (WHO, 2003)

Prinsip Gizi Seimbang

         Bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan
makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yaitu
dengan kadar 4 – 5 % dari total kadar kalori dalam ASI. Lemak yang diperlukna 58% dari
kalori total dalam susu matur. Mineral yang diperlukan dalam masa ini terdiri dari kalsium,
pospor, klor, kalium, dan natrium yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan si bayi.
Sedangkan untuk vitamin bervariasi sesuai dengan diet ibu. Setelah umur 6 bulan, setiap
bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang disebut dengan Makanan Pendamping
Asi (MP–ASI). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP–ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi. Pada keadaan biasa, MP-ASI
dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara khusus untuk bayi, dan diberikan 2-3 kali
sehari sebelum anak berusia 12 bulan. MP-ASI harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk
yang sesuai dengan umur bayi. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan
sering.

1.Peranan Dan Pentingnya Pemberian Asi

Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal yang tiada bandingnya untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi karena mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk membangun dan
penyediaan energi, pengaruh biologis dan emosional antara ibu dan bayi, serta meningkatkan
sistem kekebalan pada bayi (Hanson, 2003).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi sangat bermanfaat dalam memenuhi kecukupan gizi
anak balita. ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena kandungan gizinya
lengkap dan seimbang, selain itu komposisinya sangat ideal bagi proses tumbu kembang
anak. Penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pemberian ASI dapat menurunkan
insiden penyakit pada anak dalam kelompok tersebut (Wright et all, 1998), menurunkan
risiko penyakit diare dan infeksi pernafasan akut (Arifeen, Black, Antelman, Baqui,
Caulfield, Becker, 2001; Quigley, Kelly, Sacker, 2007)  

2.Keuntungan Pemberian Asi

    ASI memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan bayi akan nutrien selama
periode 6 bulan, kecuali jika ibu mengalami keadaan gizi kurang yang berat. Komposisi ASI
akan berubah sejalan dengan kebutuhan bayi. Kolostrum adalah cairan yang pertama kali
keluar dari payudara setelah bayi dilahirkan. Meski jumlahnya sedikit, namun kolostrum
mengandung lemak dan karbohidrat yang rendah, tetapi protein tinggi. Kolostrum juga
mengandung immunoglobulin dan berbagai zat lainnya yang melindungi bayi dari infeksi (La
Leche League Internasional, 1997).

     Penelitian di Bangladesh menemukan bahwa pemberian ASI secara ekslusif menurunkan


risiko penyakit diare terutama karena mengurangi kemungkinan kontaminasi dari makanan
(Arifeen, Black, Antelman, Baqui, Caulfiels, Becker, 2001). Penelitian yang sama juga
menemukan bahwa ASI eksklusif memberikan perlindungan terhadap infeksi pernafasan
akut. Temuan penelitian tersebut sejalan dengan penelitian tentang insiden diare dan infeksi
pernafasan pada anak di Inggris (Quigley, Kelly, Sacker, 2007). Selain diare dan infeksi
pernafasan, ASI juga ditengarai dapat menurunkan insiden infeksi telinga (otitis media)
(Duffy, Faden, Wasielweski, Wolf, Krystofik, 1997), dan berbagai penyakit lainnya. Selain
itu, ASI dan kegiatan menyusu memiliki pengaruh terhadap kemampuan motorik dan bahasa
anak (Dee, Li, Lee, Grummer-Strawn, 2007), serta kemungkinan memiliki pengaruh terhadap
inteligensia (Jacobson S, Chiodo, Jacobson JL, 1999). Menurut Worthington (1991), ASI
dapat menurunkan infeksi pada bayi karena:

 ASI bersih dan bebas bakteria, sehingga tidak membuat sakit.


 ASI mengandung antibodi immunoglobulin terhadap bakteri.
 ASI mengandung leukosit hidup yang membantu memerangi infeksi.
 ASI mengandung faktor bifidus yang membantu bakteria khusus, yaitu lactobacillus
bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Lactobacillus bifidus mencegah bakteria berbahaya
lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
 ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah pertumbuhan
beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi.
 ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih cepat dan
mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi
yang diberi makanan buatan.
 ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan. ASI tidak
pernah basi atau jelek dalam payudara, walau ibu tidak menyusui bayinya dalam beberapa
hari.

Pemberian ASI tidak hanya memberikan menfaat bagi bayi dan anak saja. Manfaat
lainnya juga bagi kesehatan ibu. Sebuah penelitian yang melibatkan 14.000 responden
menyatakan bahwa bila wanita memiliki anak menyusui selama 4-12 bulan, maka risiko
kanker payudara pada wanita pre-menopausal tersebut dapat dikurangi sampai 11%
(Newcomb et al., 1994). Keuntungan lainnya seperti penyusutan rahim (Dermer, 1998),
pengurangan berat badan (Brewer, Bates, Vannoy, 1989), dan mengurangi kemungkinan
hamil pada 6 bulan setelah melahirkan (Wilson, 1997). Selain keuntungan bagi kesehatan
fisik ibu, menyusui merupakan proses yang meningkatkan kepercayaan diri ibu serta
memfasilitasi ikatan antara ibu dan anaknya (Dermer, 1998).

1.Kebutuhan Gizi Bayi

a. Energi

Kebutuhan energi pada usia 6 – 12 bulan adalah 650 kkal per hari. Fungsi energi ialah
untuk menunjang keseluruhan proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Lemak

Lemak berperan penting dalam prose tumbuh kembang sel-sel saraf otak untu
kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam
linoleat/omega 6, asam linolenat/omega 3) serta asam lemak non-esensial (asam
oleat/omega 9, EPA, DHA, AA).

c. Protein

Komponen dasar dari protein, yakni asam amino, terutama berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan,
dan fenilalanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau
penyampaipesan (neurotransmitter).
d. Vitamin A

Berperan untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan kulit, membantu daya
tahan tubuh, dan membuat pertumbuhan optimal bagi anak. 

e. Vitamin B Kompleks

Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak adalah
,vitamin B1, vitamin B6, dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya tidak
terpenuhi, maka akan timbul gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi otak dan
sistem saraf.

f. Vitamin C

Berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang rawan), meningkatkan daya tahan


tubuh, dan menyerap kalsium yang diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi
yang kuat.

g. Kalsium

Penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi otot, membantu penyerapan
vitamin B12.

h. Asam Folat

Penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah merah, dan sel darah
putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan sel darah merah dan
mencegah anemia.

i. Kholin

Senyawa ini merupakan pembentuk sejenis neurotransmitter yang disebut asetilkolin.


Kholin juga merupakan bagian dari lesitin, yaitu suatu fosfolipid yang banyak
terdapat di otak sebagai pembentuk membran (dinding) sel saraf.

j. Yodium, Zat Besi, dan Zink

Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin (sejenis hormon yang


diperlukan dalam pembentukan protein yang membantu proses tumbuh kembang
otak). Zat besi dibutuhkan dalam proses pembentukan mielin. Zat besi disimpan di
dalam berbagai jaringan otak selama 12 bulan pertama sejak bayi lahir. Seng
merupakan bagian darai sekitar 300 jenis enzim yang membantu pembelahan sel.
Kekurangan zat seng di dalam otak dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang
disebut ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).

 Standar Kebutuhan Gizi Bayi Setiap Hari


ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi
usia 0-6 bulan. ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk,
ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi
belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan
selain ASI. Setelah masa tersebut, bayi harus diperkenalkan dengan makanan pendamping
ASI. Contohnya bubur susu, bubur saring, dan nasi tim.

Pada usia 6 – 12 bulan kapasitas pencernaan, enzim pencernaan, dan kemampuan


metabolisme bayi sudah siap untuk menerima makanan lain selain ASI. Kebutuhan gizi bayi
tidak tercukupi dari ASI saja. Sekitar 70% kebutuhan gizi bayi tercukupi dari ASI dan 30%
dari makanan pendamping ASI.

Agar bayi memiliki memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan makanan
bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini. Pendisiplinan pemberian makan
secara teratur juga membentuk kebiasaan yang baik Disiplin ini penting untuk pertumbuhan
fisik dan pembentukan pola hidupnya kelak.

Standar kebutuhan gizi bayi setiap hari adalah sebagai berikut :

1. Kalori: 100-120 per kilogram berat badan

Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya:

8 x 100 /120 = 800/960 kkal

2. Protein: 1,5-2 gram per kilogram berat badan

Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya:

8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram

3. Karbohidrat: 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari

Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka:

50%-nya = 400 : 4 = 100 gram

4. Lemak: 20 persen dari total kalori

Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka:

20%-nya = 160 : 40 = 40 gram

 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)


      Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6 – 24 bulan untuk memenuhi
kebutuhan gizinya (Depkes, 2006).

      Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan
siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin,
lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel
disekitar usus belum siap menerima kandungan makanan, sehingga makanan yang masuk
dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadilah alergi. Menunda pemberian ASI hingga 6
bulan melindungi bayi dari obesitas dikemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian
MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan
pembedahan (Coutsoudis and Bentley, 2004)

1. Jenis-Jenis MP-ASI

Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi, dan porsi
makan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan
energi dari makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6-8 bulan dan 300 kkal
per hari untuk bayi usia 9-11 bulan (Depkes dan Kessos, 2000). MP-ASI pertama sebaiknya
adalah golongan beras dan serealia, karena berdaya alergi rendah. Secara berangsur-angsur,
diperkenalkan sayuran yang dikukus dan dihaluskan, buah yang dihaluskan, kecuali pisang
dan alpukat matang dan yang harus diingat adalah jangan berikan buah atau sayuran
mentah. Setelah bayi dapat menerima beras atau sereal, sayur dan buah dengan baik,
berikan sumber protein (tahu, tempe, daging ayam, hati ayam, dan daging sapi) yang
dikukus dan dihaluskan. Setelah bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya dengan lebih
baik, secara bertahap bubur dibuat lebih kental (kurangi campuran air), kemudian menjadi
lebih kasar (disaring kemudian cincang halus), lalu menjadi kasar (cincang kasar), dan
akhirnya bayi siap menerima makanan yang dikonsumsi keluarga. Menyapih anak harus
bertahap, dilakukan tidak secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi
sedikit (Depkes dan Kessos, 2000)

2. Tahap Pemberian MP-ASI

Menurut Depkes, 2009 dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak, pemberian makanan
pada bayi yang baik dan benar adalah sebagai berikut:
A. Umur 0 – 6 bulan

1. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum)


2. Berikan hanya ASI (ASI eksklusif)
3. Jangan berikan makanan/minuman selain ASI
4. Susui bayi sesering mungkin
5. Susui setiap bayi menginkan, paling sedikit 8 kali sehari
6. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui
7. Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
8. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya.

A. Umur 6 – 9 bulan

1. Terus berikan ASI


2. Mulai berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Contohnya bubur susu dan
bubur tim yang dilumat
3. Berikan MP-ASI secara bertahap sesuai umur
4. Contoh MP-ASI:

a. 6 bulan

1. Pagi : bubur susu 3 sendok makan


2. Sore : bubur susu 3 sendok makan

a. 7 bulan

1. Pagi : bubur susu 3 ½ sendok makan


2. Sore : bubur susu 3 ½ sendok makan

a. 8 bulan

1. Pagi     : bubur tim lumat 2 sendok makan


2. Siang   : bubur tim lumat 3 sendok makan
3. Malam : bubur tim lumat 3 sendok makan
A. Umur 9 – 12 bulan

1. Terus berikan ASI


2. Berikan MP-ASI yang lebih padat. Contohnya bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek
3. Contoh MP-ASI

a. 9 bulan

1. Pagi     : bubur nasi 3 sendok makan


2. Siang   : bubur nasi 3 sendok makan
3. Malam : bubur nasi 3 sendok makan

a. 10 bulan

1. Pagi     : nasi tim 3 sendok makan


2. Siang    : nasi tim 3 sendok makan
3. Malam : nasi tim 4 sendok makan

a. 11 bulan

1. Pagi     : nasi lembek 3 sendok makan


2. Siang   : nasi lembek 4 sendok makan
3. Malam : nasi lembek 4 sendok makan
4. Pedoman pemberian makan pada bayi Jenis Makanan
5.

Jenis 0-6 bulan 6-8 bulan 8-10 bulan 10 – 12 bulan  

ASI Sering (8x/ 5x/lebih sesuai Sesuai keinginan Sesuai keinginan bayi
lebih sehari) keinginan bayi bayi
 
10-20 (on demand)
menit/kali

Buah    Pisang, pepaya Pisang, pepaya Pisang, pepaya dan  


dan apel dan apel dikerok/ apel dikerok/ dijus,
dikerok/ dijus, dijus, 60-120 60-120 ml/hari tanpa
60-120 ml/hari ml/hari tanpa diberi gula.
tanpa diberi diberi gula.
Untuk jus gunakan
gula.
Untuk jus cangkir/ gelas.
Untuk jus gunakan cangkir/
gunakan gelas. Hindarkan jeruk dan
cangkir/ gelas. tomat.
Hindarkan jeruk
Hindarkan jeruk dan tomat.
dan tomat.

Serealia   Lebih bervariasi, Lebih bervariasi, Lebih bervariasi, 120


60-120 ml/kali, 120 ml/kali atau ml/kali atau lebih
1-2 kali/hari lebih sesuai sesuai kemampuan
kemampuan bayi, bayi, 3 kali/hari  
2-3 kali/hari

Sayuran   3-4 sdm, Variasi lebih Tingkatkan jumlah


disaring. Mulai banyak, mulai dan jenis sesuai
dengan sayuran tekstur kasar. selera bayi.
 
hijau, lalu Jumlah sampai ½
kuning. (hindari gelas sesuai
jagung) kemampuan bayi

Daging,   Daging/ ikan, Daging/ ikan,


disaring/ dicincang/ dipotong
telur,   diblender, 2-4 tipis, 2-4 sdm, telur,
ikan  
sdm, kuning telur, tempe, tahu,
tempe, tahu, biji-
bijian/ kacang-

Bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman lain


Pemberian ASI Eksklusif
  termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang
(Exclusive breastfeeding)
diperas.

Pemberian ASI Predominan Selain mendapat ASI, bayi juga diberi sedikit air minum, atau
 
(Predominant breastfeeding) minuman cair lain, misal air teh.

Pemberian ASI Penuh


  Bayi mendapat salah satu ASI eksklusif atau ASI predominan.
(Full breastfeeding)

Pemberian Susu Botol Cara pemberian makan bayi dengan susu apa saja, termasuk juga
 
(Bottle feeding) ASI diperas dengan botol.

Pemberian ASI Parsial Sebagian menyusui dan sebagian lagi susu buatan/ formula atau
 
(Artificial feeding) sereal atau makanan lain.

  Pemberian Makanan Pendamping Memberikan bayi makanan lain disamping ASI ketika waktunya
ASI (MPASI) tepat waktu
(Timely complementary feeding) tepat yaitu mulai 6 bulan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan. Neonatus adalah
usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011). Neonatus adalah
bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai 4.000 gram,
panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari ketiga
pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama.
Walaupun sebagian proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut
merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan ( bayi ), maka penatalaksanaan suatu
persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada
dalam kondisi yang optimal.
Daftar Pustaka

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC

Marimbi,H.(2010).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.

Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.

Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.

Budi Nike Subakti, dkk. Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter,
Perawat dan Bidan. Jakarta : EGC, 2007.

FK_UI. Ilmu Kesehatan Anak. 1985

Anda mungkin juga menyukai