Oleh:
1. Mardiyah (A1L014080)
2. Nidya Maula Nurhidayah (A1L014162)
adalah untuk mengelompokkan lahan yang dapat diusahakan bagi pertanian (arable
kategori, yaitu kelas, subkelas, dan satuan (unit) kemampuan atau pengelolaan
(Rayes, 2007).
Semakin tinggi kelasnya, kualitas lahannya semakin buruk, berarti resiko kerusakan
dan besarnya faktor penghambat bertambah dan pilihan penggunaan lahan yang
berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput
ternak atau dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput harus dijaga agar
rumputnya selalu menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu harus
lebih selektif.
kerusakan yang tidak dapat dihilangkan, berupa salah satu atau kombinasi faktor-
faktor berikut: (1) terletak pada lereng agak curam (>30% – 45%), (2) telah tererosi
berat, (3) kedalaman tanah sangat dangkal, (4) mengandung garam laut atau Natrium
(berpengaruh hebat), (5) daerah perakaran sangat dangkal, atau (6) iklim yang tidak
sesuai. Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika digunakan
untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk
menghindari erosi. Beberapa tanah di dalam lahan kelas VI yang daerah perakarannya
dalam, tetapi terletak pada lereng agak curam dapat digunakan untuk tanaman
semusim dengan tindakan konservasi yang berat seperti, pembuatan teras bangku
yang baik.
dan sebagainya) ditanam bersama dengan tanaman pertanian dan atau hewan
dengan satu tujuan tertentu dalam satu bentuk pengaturan spasial atau urutan
dan memberi arahan terhadap penggunaan lahan untuk kegiatan usahatani, yaitu
dan diagnosis terhadap sistem yang ada, kemudian mencari permasalahan yang
terjadi pada sistem untuk kemudian dilakukan intervensi terhadap sistem tersebut
(Bukhari, 2009). Berikut ini merupakan desain agroforestri lahan kelas VI dengan
lereng curam.
nangka ditanam dengan jarak 10 m X 10 m atau 100 batang per hektar, dengan
perkiraan bahwa apabila tanaman sudah besar akan mempunyai ruang yang
mencukupi dalam hal memperoleh cahaya matahari, air dan unsur hara. Pohon
pinang ditanam dengan jarak 3 m X 10 m atau 330 batang per hektar, dengan
tidak akan menaungi tanaman nangka. Jarak tanam yang digunakan juga masih
memberi ruang kepada berbagai komponen untuk dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman kakao ditanam dengan jarak 3 m X 10 m atau 330 batang per hektar,
dengan arah larikan dari Utara ke Selatan. Tanaman pisang dipertahankan hingga
tahun ke tiga setelah penanaman, hal ini dilakukan untuk menghindari interaksi
negatif yang terjadi jika tanaman tahunan sudah besar (Bukhari, 2009). Ruang
yang ada disela-sela tanaman dapat ditanami tanaman penutup tanah, seperti
Centrocema pubescens B., Mucuna pruriens L., Phaseolus lunatus L., dan
erosi, dan menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh
Bukhari. 2009. Desain Agroforestri pada Lahan Kritis (Studi Kasus di Kecamatan
Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar). Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.