PERCOBAAN IV
PANCA INDERA
I. Tujuan Percobaan
Menjelaskan karakteristik sistem indra serta fisiologinya
Indra Pembau
Struktur dari indra ini adalah:
1. Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel.
2. Sel-sel pembau (sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai reseptor
Sel-sel olfaktori sangat peka terhadap rangsangan gas kimia
(kemoreseptor). Sel-sel olfaktori memiliki tonjolan ujung dendrit berupa
rambut yang terletak pada selaput lendir hidung, sedangkan ujung yang
lain berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut saraf otak I
(nervus olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis dan masuk ke
dalam otak manusia.
Indra pengecap
Sistem pengecap atau sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah,
terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste buds.
Reseptor pada lidah akan digantikan oleh reseptor yang baru setiap 10 hari sekali.
Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan
permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan
papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa
makanan.Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi
tidak sensitif terhadap rasa. Berdasarkan bentuknya papila dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu:
1. Papila filiformis
adalah Papila yang berbentuk seperti benang halus,papila ini banyak
terdapat pada bagian depan lidah.
2. Papila fungiformis
adalah Papila yang berbentuk tonjolan seperti kepala jamur, papila ini
terdapat pada bagian depan lidah dan bagian sisi lidah.
3. Papila sirkumvalata
adalah Papila yang bentuknya seperti huruf v terbalik dan terdapat pada
pangkal lidah.
Indra Penglihat
Alat indera penglihat pada manusia adalah mata. Indera penglihat (mata)
disebut juga fotoreseptor karena mata sangat peka terhadap rangsangan cahaya.
Mata memiliki sejumlah reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan
warna.
Alis mata
Terdiri dari rambut kasar melintang di atas mata, berfungsi untuk mempercantik
wajah dan melindungi mata dari keringat yang mengalir dari dahi.
Bulu mata
Merupakan barisan rambut yang terdapat pada ujung kelopak mata, berfungsi
melindungi bola mata dari masuknya debu dan partikel. Pada bulu mata terdapat
kelenjar sebasea(kelenjar minyak) yang disebut kelenjar zeis, terletak pada akar
bulu mata. Infeksi pada kelenjar sebasea disebut bintik (hordeolum).
Kelopak mata
Kelopak mata terdiri dari dua bagian yaitu pada kelopak mata atas dan kelopak
mata bawah yang berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Mulai dari
dalam nenuju ke arah luar, kelopak mata terdiri atas lima lapis, yaitu:
1. konjungtiva, adalah selaput lendir yang melapisi bagian dalam kelopak
mata dan melapisi juga permukaan bola mata.
2. Kelenjar meibomian yang dapat menghasilkan lemak untuk mencegah
pelekatan kedua kelopak mata.
3. Lapisan tarsal, yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat untuk menunjang
kelopak mata.
4. Otot orbikularis okuli, yaitu otot yang berfungsi menutup bola mata.
5. Jaringan ikat
Retina
Retina merupakan lapisan terdalam dari bola mata. Retina terdiri dari tiga lapisan
neuron yaitu:
Lapisan sel batang dan sel kerucut.
Lapisan neuron bipolar.
Lapisan neuron ganglion.
Lensa Mata
Lensa mata terletak dibelakang pupil dan iris, berbentuk cembung, bersifat
transparan, serta dikelilingi oleh jaringan yang mengikatnya ( ligamentum
suspensorium). Lensa mata terdiri atas lapisan serat protein. Apabila lensa mata
menjadi keruh maka akan mengganggu penglihatan, ini disebut katarak.
Lensa mata membagi mata menjadi dua ruangan yaitu ruang antara kornea
dengan lensa (ruang muka), dan ruang belakang lensa (ruang belakang). Kedua
ruang tersebut berisi cairan kental dan transparan seperti jeli. Ruang muka berisi
aqueous humor, yang berfungsi menjaga bola mata serta memberi nutrisi untuk
kornea dan lensa. Sedang ruang belakang berisi vitreus humor, yang berfungsi
untuk menyokong struktur lensa dan bola mata.
Indra Pendengaran
Indera pendengar manusia adalah telinga, selain sebagai indera pendengar
telinga berfungsi sebagai alat keseimbangan. Telinga manusia terdiri dari tiga
bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam.
Suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang
suara, yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak
melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran
tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui maleus yang
teerkait pada membran itu. Karena gerakan-gerakan yang timbul pada setiap
tulang ini sendiri, tulang-tulang itu memperbesar getaran yang kemudian
disalurkan melalui fenestra vestibular menuju perilimfa. Getaran kemudian
dialihkan melalui membran menuju endolimfa dalam saluran koklea dan
rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ corti untuk kemudian
diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius.
a. Telinga Luar
Daun telinga berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan suara yang masuk ke
dalam telinga. Saluran telinga luar berfungsi menghasilkan minyak serumen.
Saluran telinga luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-
rambut halus untuk menjaga agar benda asing tidak masuk, dan terdapat kelenjar
lilin yang berperan menjaga agar permukaan saluran telinga luar dan gendang
telinga tidak kering. Bagian terdalam dari telinga luar adalah gendang telinga,
berupa selaput tipis yang berbatasan dengan telinga tengah. Gendang telinga
berfungsi untuk menangkap gelombang bunyi.
a. Telinga Tengah
Telinga pada bagian tengah merupakan suatu ruang di dalam tulang pelipis, yang
dilapisi jaringan mukosa
c. Telinga Dalam
Jendela oval berfungsi untuk menerima bunyi.Koklea atau rumah siput berupa
tabung yang melingkar seperti spiral dan berisi cairan limfa.Di dalam koklea
terdapat kortiyang banyak mengandung ujung-ujung sel saraf pendengaran.Sel-sel
saraf pendengaran ini berupa sel-sel rambut yang peka terhadap rangsangan
bunyi.Di telinga dalam terdapat bagian yang berfungsi untuk mengendalikan
keseimbangan tubuh dan untuk mendeteksi posisi tubuh. Bagian tersebut
berbentuk setengah lingkaran yang tersusun menjadi satu kesatuan, yaitu tiga
saluran setengah lingkaran
Indera Peraba
Jika dilihat di bawah mikroskop, kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
epidermis dan lapisan dermis. Jaringan epidermis biasa disebut juga jaringan
pelindung.
Dermis adalah yang kedua, atau menengah, lapisan kulit seseorang.Ini
mengandung serat kolagen dan elastin, yang merupakan protein penting. Kolagen
dan elastin di lapisan kulit ini membentuk lapisan mesh seperti yang tahan lama.
Dermis juga mengandung fibroblast, sel-sel yang penting bagi kesehatan secara
keseluruhan kulit, pembuluh darah kecil yang disebut kapiler, dan kelenjar getah
bening. Selain itu, dermis mengandung kelenjar sebasea, folikel rambut, kelenjar
keringat, dan saraf.
Pada umumnya setiap jenis reseptor hanya mampu menerima satu jenis
rangsangan saja. Tipe rasa dan jenis reseptor itu adalah :
1. Nyeri
Reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh
jaringan baik di bagian luar maupun dalam bagian alat dalam.
2. Panas dan dingin
Reseptor untuk rasa panas berupa ujung saraf.
3. Sentuhan
Reseptornya berupa korpus Meissner, dan ujung saraf yang melingkari akar
rambut, yang semuanya terdapat di dekat permukaan kulit. Sedangkan
korpus Ruffini berfungsi pada sentuhan yang kuat.
4. Tekanan
Reseptor tekanan adalah korpus Paccini, korpus Ruffini dan korpus Krause,
yang terletak agak dalam pada kulit. Pada bibir, ujung jari, ujung lidah,
dan alat kelamin mengandung banyak sekali serabut saraf sensorik.
Sehingga ujung jari dapat digunakan untuk membedakan halus dan
kasarnya suatu bahan atau dapat digunakan untuk membaca huruf braile
bagi penderita tuna netra.
2) Fisiologi Penglihatan
a. Refleks akomodasi
1. Ukur pupil mata serta amati apakah ada perbedaan ukuran pupil
mata di bawah sinar biasa dan sinar terang
2. Ukur pupil mata saat melihat objek pada jarak 20 cm dan 5 meter
Tabel pengamatan
Jarak/ keadaan cahaya Gelap Terang
20 cm
5m
b. Titik dekat
1. Ambil sebuah objek seperti pensil/ batang pengaduk, kemudian
fokuskan mata pada objek tersebut dengan jarak 1 meter
2. Secara perlahan, gerakkan objek mendekati mata sampai objek
terlihat ganda
3. Kemudian jauhkan kembali objek sampai objek tersebut tampak lagi
sebagai objek tunggal (jarak ini disebut titik dekat untuk akomodasi)
Tabel pengamatan
Jarak terlihat Jarak kembali menjadi
berganda objek tunggal
Jarak (cm)
c. Bintik buta
1. Fokuskan mata kanan untuk melihat salib pada jarak ±60 cm
dengan cara menutup mata sebelah kiri
2. Pada keadaan mata kanan tetap fokus pada salib, gerakkan gambar
mendekati mata. Pada jarak tertentu bintik-bintik hitam akan hilang
lalu muncul kembali pada jarak yang lebih dekat. Catat jaraknya.
Tabel pengamatan
Objek (titik hitam) Objek nampak kembali
Nampak
Jarak (cm)
d. Ketajaman penglihatan
1. Ketajaman penglihatan di uji menggunakan kartu snellen dengan jarak
yang ditentukan (lakukan uji tanpa menggunakan kaca mata)
2. Ketajaman penglihatan dinyatakan sebagai:
V=d/D
D adalah jarak yang seharusnya huruf dapat dibaca (mata normal)
d adalah jarak saat huruf dapat dilihat dengan jelas
B. Perasa/Pengecap.
1) Anatomi
Lengkapi keterangan gambar berikut :
2) Fisiologi
a. Distribusi reseptor kecap
Tentukan lokasi reseptor untuk empat jenis rasa lidah dengan meneteskan
satu tetes larutan berikut:
Larutan kinin sulfat 0,1 %
Larutan sukrosa 5%
Larutan asam asetat 1%
Larutan natrium klorida 10%
(kumurlah dengan air tawar setelah mengecap satu larutan)
Tabel pengamatan
Jenis larutan Lokasi reseptor
Larutan kinin sulfat 0,1 %
Larutan sukrosa 5%
Larutan asam asetat 1%
Larutan natrium klorida 10%
C. Pendengaran
1) Anatomi
Lengkapi keterangan gambar berikut :
2) Fisiologi Pendengaran
Ketajaman pendengaran
1. Lakukan uji di ruangan yang sepi
2. Tempatkan seluruh jam yang yang berdetak pada telinga kanan. Salah
satu anggota kelompok mata harus tertutup dan telinga kiri disumbat
dengan kapas
3. Jauhkan jam perlahan-lahan, lalu tentukan jarak dimana detak jam
tepat tak terdengar lagi
4. Jauhkan jam tersebut sedikit lagi dan kemudian perlahan-lahan
dekatkan kembali pada telinga. Tentukan jarak dimana detak jam tepat
terdengar kembali. Apakah jarak yang diperoleh dengan kedua cara
tersebut di atas sama besar?
5. Percobaan dilakukan juga pada telinga kiri dengan telinga kanan yang
tersumbat
6. Bandingkan ketajaman pendengaran telinga kanan dan kiri
Tabel pengamatan
Telinga
Bunyi Alarm
Kanan Kiri
Jarak (m)
Uji Weber
- Uji ini tidak dilakukan di ruangan sepi dan bertujuan untuk
menentukan ketulian
- Pukulkan sebuah garputala (sedapatnya dengan frekuensi 512 cps)
pada lutut, lalu gigit garputala ini di antara gigi dengan bibir terbuka
- Orang dengan pendengaran normal akan melokalisir suara yang
terdengar seakan berasal dari posisi median
- Bila seseorang menderita ketulian konduksi pada satu telinga, maka
suara ini akan lebih jelas terdengar di telinga yang normal.
- Untuk mendapatkan keadaan serupa ketulian konduksi, lakukan
percobaan ini dengan satu telinga tersumbat kapas.
Uji keseimbangan
- Salah satu anggota kelompok berdiri tegak lalu merapatkan kakinya
dan menutup matanya
- Dalam keadaan demikian, catat apakah ia sanggup berdiam selama 5
menit tanpa bergerak
- Bila alat keseimbangan dalam keadaan tidak baik maka seseorang
tidak sanggup memelihara keseimbangannya.
D. Pembau/Penciuman
1) Anatomi
Lengkapi keterangan gambar berikut :
2) Fisiologi
a. Adaptasi penciuman
- Pilih salah satu anggota kelompok, kemudian tutup matanya
- Ciumkan kamfer pada satu lubang hidung, dan lubang hidung lainnya di
tutup. Amati apakah bau tersebut langsung tercium.
- Apabila diciumkan terus menerus, catat waktu yang dibutuhkan sampai
subyek tak dapat lagi mendeteksi bau tersebut (waktu adaptasi)
- Minta kepada subyek untuk membedakan atau mengenali bau minyak
permen dan minyak cengkeh dengan lubang hidung yang telah
teradaptasi tadi.
- Catat pengamatan dan cari landasan teorinya
- Adaptasikan lagi salah satu lubang hidungnya dengan kamfer lalu amati
Tabel pengamatan
Adaptasi organ penciuman
Bahan
Kanan Kiri
Kamfer
Cengkeh
Minyak permen
E. Viseral refleks
1) Refleks foto pupil.
Tutup kedua mata lalu minta teman anda memberi sinar pada mata anda.
Bukalah mata setelah disinari dan ukur besar pupil mata anda. Bandingkan
dengan diameter pupil mata saudara sebelum disinari. Saraf apa saja yang
terlibat dalam respon tersebut?
F. Saraf cranial
1) Tentukan saraf mana yang diuji pada masing-masing percobaan dan bahas
hasil yang diperoleh
a. Tentukan perbedaan macam-macam bau menggunakan kedua lubang
hidung (kopi, nanas, teh, cuka)
b. Bacalah tulisan dengan tiap mata jika menggunakan kaca mata
c. Berikan sinar pada masing-masing mata secara terpisah. Amati dan ukur
perubahan ukuran pupil mata. Amati pergerakan mata dengan
menggerakkan jari ke atas, bawah, kiri dan kanan.
d. Katupkan rahang atas dan bawah, rabalah kekerasan otot kunyah.
Lakukan uji sensasi sentuhan pada seluruh muka dengan menggunakan
kapas
e. Gerakan mata ke arah samping
f. Kerutkan dahi, senyum dan bersiullah
g. Bisikkan kata-kata pada teman anda dan suruhlah ia mengulangi kata-
kata tersebut
h. Berjalanlah, jaga keseimbangan badan sambil sebelah kaki diangkat
VII. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan akomodasi ? otot-otot mana yang terlihat dalam
akomodasi ini dan bagaimana kerjanya ?
2. Bagaimana terjadinya bentuk dan posisi iris pada akomodasi untuk
melihat?
3. Apakah yang dimaksud dengan presbiopi, myopi dan hipermetropi ?
4. Bagaimana mengoreksi kelainan-kelainan ini?
5. Apa pula yang dimaksud dengan emmetropia ?
6. Jelaskan perubahan-perubahan kimia apa dalam menerima sensasi cahaya
dan warna.
7. Coba anda jelaskan tentang nystagmus !
8. Apa yang sesungguhnya terjadi pada keaadaan buta warna ?
9. Organ apa dari mata yang mengalami kelainan pada keadaan buta warna ?
10. Apakah yang terjadi pada keadaan buta warna merah-hijau ?
11. Apa yang dimaksud dengan decibel dan decibel zero pada sistem
pendengaran?
12. Jelaskan fungsi dan bagian-bagian dari organ corti.
13. Jelaskan bagian-bagian dan fungsi dari “olfactory membrane”.
14. Kemukakan rute impuls saraf pada penglihatan, kecap (rasa), pendengaran
dan penciuman.
Referensi:
Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Syafuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2 – Jakarta : EGC
Syafuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3 – Jakarta :
EGC