Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

(Perikanan Laut dan Pasar (Dalam dan Luar) Wilayah Nusantara, Pengimpor Hasil
Tangkapan.)

DOSEN PEMBIMBING:
MUHAMMAD ARSAT S. IP, M.SI

DISUSUN OLEH:
ANDI ARIFAI
(D071201024)

MATA KULIAH UMUM


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Potensi Perikanan Laut Wilayah Nusantara
Negara Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang kaya dan potensial,
baik dari perikanan laut, perairan umum maupun perikanan budidaya. Menurut data
statistik perikanan dan kelautan tahun 2008, perbandingan jumlah produksi sub sektor
perikanan laut pada tahun 1988 dan tahun 2007 terlihat jelas kenaikanya mencapai
lebih dari 100%, sedangkan jumlah produksi subsektor perikanan budidaya
kenaikanya sangatlah fantastis, yaitu mencapai 60%. Hal ini menunjukan tingginya
minat para pelaku usaha perikanan dalam mengembangkan usahanya, terutama di sub
sektor perikanan budaya (Nainggolan, 2010).Peningkatan jumlah ekspor maupun
nilai produk perikanan Indonesia masih memiliki peluang yang besar. Peluang
tersebut juga didukung oleh adanya peningkatan konsumsi produk perikanan global.
Walaupun demikian, kondisi perdagangan global dengan tingkat persaingan yang
tinggi menuntut daya saing yang kuat dalam perdagangan berbagai barang dan jasa
termasuk juga perdagangan produk perikanan. Industri pengolahan ikan harus mampu
menghasilkan beragam produk kompetitif dengan mutu yang baik sehingga
memuaskan konsumen dan mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh
negara-negara lain.
Menurut Jay Jafar (2016) Meski menuai kontroversi, Kementerian Kelautan
danPerikanan (KKP) memastikan bahwa kebijakan impor produk perikanan atau
Perizinan Pemasukan (Impor) Hasil Perikanan (IPHP) bersifat terbatas. Kebijakan
yangdikeluarkan Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan itu bahkan memastikan bahwa itu diawasi dengan sangat ketat. Hal itu
diungkapkan oleh Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
(PDSPKP) KKP NilantoPerbowo saat memberi keterangan resmi kepada media di
Jakarta, Selasa(7/6/2016). Menurut dia, untuk bisa melaksanakan impor, pihaknya
akan memperhatikan asas pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara
ketat.Tujuannya, agar pihaknya bisa melakukan pengendalian izin impor.
Selain faktor tersebut, Nilanto menyebutkan, dikeluarkannya kebijakan impor
produk perikanan, tidak lain karena pihaknya mempertimbangkan faktor ketahanan
pangan dan gizi, jaminan mutu dan keamanan pangan, serta keberlanjutan industry
ekspor atau tradisional.“Pemasukan hasil perikanan ini didasarkan pada beberapa
prinsip penting yang mengutamakan kedaulatan pangan dan kepentingan nasional,”2
jelas dia. Adapun, prinsip yang disebut Nilanto adalah, pertama, ketentuan jenis
ikanyang diimpor, dimana kondisi ikan yang sejenis di Indonesia tidak
mencukupi,digunakan untuk industri berorientasi ekspor, hingga untuk keperluan
pengalengan maupun industri pengolahan tradisional (pemindangan).”Kedua, impor
ikan yang dilakukan hanya solusi jangka pendek dalam memenuhi kontinuitas
ketersediaan bahan baku. Prinsip ketiga adalah tidak membahayakan kesehatan
konsumen, kesehatan ikan dan lingkungan perairan,” sebut dia.
Pada salah satu artikel bapenas (2020) Sangat disayangkan peningkatan jumlah
produksi ini belum diimbangi dengan peningkatan mutu, ditunjukan bahwa 20% dari
produksi perikana Indonesia bermutu tinggi, 30%-40% bermutu sedang dan 40%-
60% bermutu rendah. Untuk pemanfaatan produksinya 50% dijual ke pasar dalam
bentuk ikan segar, 40% diolah secara tradisional dan 10% diolah secara modern. Dari
data initerlihat bahwa secara nilai ekonomi, produksi perikanan Indonesia masih
sangat rendah, karena sebagian besar hanya dijual dalam bentuk segar sehingga perlu
dilakukan diversifikasi produk yang tentu saja didukung dengan penerapan teknik
sanitasi danhigiene yang baik. Tambahan pula, pembangunan perikanan di Indonesia
hingga kini masih fokus pada pengembangan aspek ekonomi semata. Hal ini
tercermin dengan penggunaan indikator kinerja utama (IKU) untuk pembangunan
perikanannya seperti tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP)2010-20142 yakni: 1) meningkatnya persentase pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan; 2) meningkatnya jumlah produksi
perikanan; 3) meningkatnya nilai tukar nelayan (NTN) dan pembudidaya ikan
(NTPi); 4) meningkatnya jumlah konsumsi ikan dalam negeri perkapita; 5)
meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan; 6) menurunnya jumlah kasus penolakan
ekspor hasil perikanan per negara mitra; 7) bertambahnya luas Kawasan Korservasi
Perairan yang dikelola secara berkelanjutan; 8) bertambahnya jumlah pulau-pulau
kecil, termasuk pulau-pulau kecil terluar, yang dikelola; dan 9) meningkatnya
persentase wilayah perairan bebas illegal fishing dan kegiatan yang merusak sumber
daya kelautan dan perikanan. Padahal, dalam pembangunan berkelanjutan, termasuk
bidang perikanan, tidak hanya aspek ekonomi semata yang perlu dikembangkan,
namun juga aspek sosial dan ekologinya, agar aktivitasnya dapat berkelanjutan. yang
akan mencerminkan aspek ekonomi melalui pencapaian usaha yang menguntungkan,
aspek sosial melalui penjaminan lokasi daerah 3 usaha perikanan, dan aspek ekologi
melalui pengaturan jumlah input produksi yang sesuai daya dukung.
Dalam pembangunan Perikanan laut, penguasaan teknologi perlu
ditingkatkan.Teknologi yang perlu ditingkatkan dalam pembangunan perikanan laut
(Rohmin D,1997) antara lain:
1. Pengembangan kemampuan armada penangkapan ikan nasional, dari yang
bersifat hunting menjadi lebih bersifat harvesting. Ini memerlukan
penguasaandan penerapan IPTEK baru, antara lain sensor system, remote
sensing dan GIS, permodelan dan simulasi komputer, artificial inteligence dan
decision supportsystem, teknologi penangkapan dan kapal penangkapan ikan
yang modern daneffisien untuk eksploitasi Sumberdaya ikan di ZEE.
2. Pengembangan teknologi budidaya laut (mariculture), termasuk sea
ranching,untuk sumberdaya ikan yang sudah dibudidayakan maupun yang
belum (baru).
3. Penerapan bioteknologi untuk budidaya laut, termasuk teknik ekstrasi
bioactivesubtances atau marine natural products untuk industri pangan, obat-
obatan dankosmetika.
4. Pengembangan teknologi pengelolaan (konservasi) sumberdaya perikanan
danlingkungan laut serta rehabilitasi habitat ikan yang telah rusak,
sehinggakelestarian produksi sumberdaya ikan dapat dipelihara.
5. Pengembangan ilmu dan teknologi kelautan, khususnya dalam bidang
fisikaoseanografi.
Selain penguasaan teknologi seperti yang telah dikemukakan di atas, diperlukan
juga teknologi pasca panen untuk mendapatkan produk yang berkualitas yang
dapatoleh pasar internasional maupun lokal. Indonesia juga harus mengembangkan
rekayasakelautan dimana Indonesia dipacu untuk dapat menghasilkan peralatan yang
dibutuhkandalam bidang perikanan tanpa harus terus menerus mengadalakan
peralatan buatan luarnegeri. Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama
antara instansi pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang bergerak dalam
bidang IPTEK kelautan secara menyeluruh.
Pasar Dalam dan Luar Wilayah Nusantara Mengimpor Hasil Tangkapan
Dalam sebuah artikel, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan
hasil penangkapan ikan di kepulauan mengalami peningkatan di tahun 2020. Pada
tahun ini perikanan tangkap dari wilayah kepulauan naik 80 persen dibandingkan
tahun lalu yang hanya berkontribusi 60 persen. Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa nelayan Indonesia hanya berani menangkapikan di kawasan kepulauan.
Artinya, nelayan belum memaksimalkan penangkapan ikan di kawasan perairan zona
ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
Kondisi ini,tidak terlepas dari keterbatasan yang dimiliki para nelayan ikan
tangkap. Dari ribuan kapal yang dimiliki nelayan, hanya ada beberapa kapal yang
memiliki kapasitas diatas 30 GT.Akibatnya, kawasan perairan ZEE belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh nelayan Indonesia. Sehingga hasil tangkapan
ikan masih relatif kecil dibandingkan potensi yang ada. Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) optimistis produk perikanan Indonesia bisa bersaing di pasar
internasional meski syarat impor di negara tujuan kian ketat. Tidak hanya
meningkatkan kualitas produk dan menggencarkan promosi, KKP juga terus
memperkokoh jalinan perundingan perdagangan internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Wido, Achmad Dodhy Putrani. 2020. Perikanan Laut Dan Pasar Dalam Dan Luar
Wilayah Nusantara Pengimpor Hasil Tangkapan.
https://www.academia.edu/44833183/PERIKANAN_LAUT_DAN_PASA
R_DALAM_DAN_LUAR_WILAYAH_NUSANTARA_PENGIMPOR_H
ASIL_TANGKAPAN. Diakses pada 24 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai