Anda di halaman 1dari 9

ASMAUL HUSNA

Jika memiliki masalah yang dihadapi apa yan biasa anda lakukan? Begitu pula, apa yang
anda lakukan jika menginginkan sesuatu? Anda pasti akan melakukan segala usaha untuk
menyelesaikan semua masalah. Anda juga akan berusaha sekuat tenaga mendapatkan
sesuatu yang diinginkan. Setelah segala sesuatu dilakukan biasanya anda berdoa. Berdoa
merupakan usaha untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang diusahakan.
Selain itu, bertujuan agar sesuatu yang didapatkan mengandung keberkahan dari Allah.

Allah dan Rasul-NYA mengajarkan kita untuk berdoa dengan menggunakan nama-nama
Allah yang disebut Asmaul Husna. Bagaimana cara melakukannya? Di dalam bab ini anda
akan memahami sepuluh macam Asmaul Husna dan penerapannya.

A. SIFAT-SIFAT ALLAH
Dalam kehidupan sehari-hari anda tentu memiliki teman yang beragam sifat, ada yang
baik dan ada yang buruk. Anda pun biasanya memanggil teman anda dengan sifatnya, baik
berkonotasi positif maupun negatif. Allah yang menciptakan kita juga memiliki sifat dan
penyebutan yang banyak. Namun, sifat yang melekat pada zat Allah tidak satu pun yang
berkontasi negatif. Semua sifat tersebut memiliki konotasi kekuasaan, kekuataan, dan
kemaha segalaan Allah. Tahukah kamu mengapa demikian?
Secara umum sifat-sifat Allah dapa dibagi menjadi tiga, sifat wajib bagi Allah, sifat
mustahil bagi Allah, dan sifat jaiz bagi Allah. Carilah pengertian ketiga pembagian sifat Allah
tersebut dengan bertanya atau mencari referensi baik di perpusatakaan maupun melalui
internet.
Berikut tabel sifat-sifat Allah

NO SIFAT WAJIB N SIFAT MUSTAHIL


O
1 Wujud = ada 1 Adam = tidak ada
2 Qidam = dahulu 2 Hudus = baru
3 Baqa = kekal 3 Fana = rusak
4 Mukhalafatutuhu lil hawadisi = 4 Mumasalatuhu lil hawadisi =
berbeda dengan makhluk sama dengan makhluk
5 Qiyamuhu binafsihi = berdiri 5 Qiyamuhu ta’ala bigairihi =
sendiri bergantung terhadap makhluk
6 Wahdaniyyat = esa 6 Ta’addud = berbilang
7 Qudrat = kuasa 7 Ajzun = lemah
8 Iradat = berkehendak 8 Kurhun = terpaksa
9 Ilmu = mengetahui 9 Jahlun = bodoh
10 Hayat = hidup 10 Mautun = mati
11 Sama’ = mendengar 11 Summun = tuli
12 Basar = melihat 12 ‘Umyun = buta
13 Kalam = berfirman 13 Bukmun = bisu
Sifat jaiz bagi Allah, yaitu Allah SWT bebas untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu.
B. PENGERTIAN ASMAUL HUSNA
Jika menginginkan sesuatu dari teman, biasanya anda memanggilnya dengan yang
baik, misalnya Si Manis. Begitu pula kepada Allah, jika menginginkan sesuatu dari-NYA,
anda dapat memohon dengan menyebut sifat atau gelar Allah yang baik, yaitu Asmaul
Husna. Gelar atau penyebutan manusia sangat terbatas dan sering berkonotasi negatif.,
misalnya si Kurus atau si Nakal. Adapun gelar atau penyebutan nama Allah sangat tidak
terbatas atau banyak sekali. Namun, yang diketahui secara umum terbatas kepada 99
Asmaul Husna. Tahukah anda pengertian Asmaul Husna dan nama-namanya?
Bagi orang yang berdoa sangat dianjurkan untuk memulainya dengan Asmaul Husna
sebagai mana firman Allah dalam AlQuran Surah al-A’raf [7] ayat 180 yang artinya:
Dan Allah memiliki Asmaul Husna {nama-nama yang terbaik}, maka bermohonlah
kepada-NYA dengan menyebut-NYA Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-ornng
yang menyalah artikan nama-nama-NYA. Mereka kelak akan mendapatkan balsan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Dari ayat tersebut diketahui bahwa Allah memiliki penyebutan agar dikenal oleh
hamba-NYA. Selain itu, penyebutan nama-NYA juga mengandung makna ibadah dan
doa. Artinya, nama Allah bukan hanya sekedar nama, tetapi merupakan sesuatub yang
agung baik dalam makna maupun penyebutannya. Anda dapat membedakan ketika
menyebut gelar teman anda sebagai anak orang kaya, misalnya si Kaya, dengan
menyebut nama Allah al-ghaniyyu, yang artinya Maha Kaya. Kekayaan teman anda atau
orang tuanya sangat terbatas dibandingkan kekayaan Allah. Selain dipergunakan untuk
berzikir dan mengawali sebuah doa, setiap kata Asmaul Husna hendaknya dipahami,
dihayati, dan diamalkan dalam kehidup sehari-hari. Misalnya, penghayatan terhadap ar-
Rahman {Allah Yang Maha Pengasih}, yaitu anda bersikap kasih sayang semua makhluk
Allah. Al-Wahhab {Allah Yang Maha Pemberi}. Anda menghayatinya dengan selalu
berderma atau memberikan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain. Begitu pula
terhadap Asmaul Husna yang lain. Sudahkah anda bersikap demikian?
C. PENGHAYATAN ASMAUL HUSNA
1. Al-adlu [Maha Adil}

Jika anda diberi uang saku sepuluh ribu per hari, dan adik anda yang masih di SD jua
diberi uang saku sepuluh ribu perhari. Anda mungkin akan langsung akan bicara ini
tidak adil. Mengapa hal itu terjadi padahal sama-sama diberi uang sepuluh ribu?

Adil tidak identik dengan jumlah yang sama. Adil berarti menempatkan seseuatu
pada tempat yang sebenarnya. Allah SWT. Maha Adil, dan Dialah yang menata alam ini
dengan sebaik-baiknya. Dia juga yang memberi tuntunan kehidupan, memberi kabar
gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dengan balasan pahala
dan surga, serta memberi ancaman kepada orang lain dengan tempat di neraka.
Menurut anda, samakah sikap adil manusia dengan ke-MahaAdilan Allah?
Allah berfirman dalam surah an-Nahl [16] ayat 90 yang artinya:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang harus bersikap adil, baik terhadap diri
sendiri, keluarga, maupun orang lain. Keadilan harus diterapkan dalam semua aspek
kehidupan. Janganlah hanya adil dalam urusan makanan, tetapi tidak adil dalam urusan
lain, misalnya hukum. Begitu pula keadilan tidak memandang status sosial atau
ekonomi. Seseorang harus berbuat adil kepada siapa pun, termasuk kepada orang yang
tidak disukai. Selain itu, kita jiga harus berani memperbaiki sikap ketidakadilan yang
ditunjukkan siapa pun, termasuk penguasa. Namun demikian, cara yang ditunjukkan
harus bil hikmah wa mau’izatil hasanah (bijaksana dan memberikan penyadaran yang
positif). Oleh karena itu, sikap anarkis (merusak) dengan alasan menuntut keadilan,
sungguh sangat tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-NYA.

Sudahkah anda bersikap adil terhadap teman-teman sekolah atau teman-teman


bermain? Apa yang anda lakukan jika menyaksikan sikap ketidakadilan di lingkungan
sekolah atau tempat tinggal anda? Tuliskan lima contoh perilaku adil yang pernah anda
lakukan.

2. Al-Gaffar (Maha Pengampun)


Orang yang beriman dan bertakwa bukan berarti orang tersebut tidak pernah
melakukan kesalahan. Namun, salah satu ciri orang yang bertakwa adalah ketika ia
melakukan kesalahan segera sadar dan ingat kepada Allah, kemudian memohon ampun
kepada-NYA. Allah SWT. Maha Pengampun atas segala kesalahan yang dilakukan oleh
hamba-NYA. Pernahkah anda melakukan kesalahan terhadap seorang teman? Apa yang
anda lakukakn setelah menyadarinya? Selain itu, apa yang akan dilakukan jika seorang
teman menyakiti anda?
Memohon maaf atas kesalahan diri dan memaafkan kesalahan orang lain merupakan
penghayatan dari Asmaul Husna, yaitu al-Gaffar. Hal ini sebagaimana firman Allah
dalam Surah Sad [38] ayat 66 yang artinya:
(yaitu) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Yang
MahaPerkasa, Maha Pengampun.
Di sisi Allah, orang yang memaafkan dan meminta maaf memiliki kedudukan yang
tinggi. Namun, jika memaafkan lebih tinggi nilainya daripada keinginan meminta maaf.
Sikap memaafkan mencerminkan kualitas ketakwaan yang tinggi dalam diri seseorang.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 237 yang artinya
“...dan pemaafan kami itu lebih dekat kepada takwa”
Artinya, untuk mengukur ketakwaan diri anda, salah satunya diketahui dari jiwa
pemaaf dalam diri anda. Adapun meminta maaf merupakan sikap dari seorang yang
selalu introspeksi atau memiliki kerendahan hati tinggi. Dengan demikian, sungguh
bagus jika dalam diri anda ada jiwa pemaaf dan selalu meminta maaf. Sudahkah anda
memiliki sikap pemaaf dan selalu meminta maaf jika melakukan kesalahan?
Contoh orang yang sangat mudah memaafkan adalah Rasulullah saw. Bagaimanapun
disakiti saat mendakwahkan Islam, beliau memaafkan orang-orang yang telah
menyakitinya itu saat Futuh Makkah. Futuh Makkah ialah penaklukan kota Makkah oleh
Rasulullah saw. dan sahabat-sahabat beliau. Saat itu, dengan jiwa besar beliau
memaafkan penduduk Makkah.
3. Al-Hakim (MahaBijaksana)
Allah SWT Maha Bijaksana terhadap hamba-NYA. Misalnya, ketika Dia memberikan
perintah, perintah tersebut disesuaikan dengan kemampuan hamba-NYA. Contohnya,
ibadah haji diperintahkan bagi orang yang mampu, demikian juga dengan zakat. Adapun
perintah salat dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika mampu
berdiri, dilakukan dengan berdiri. Jika tidak mampu berdiri, salat dapat dilakukan
dengan duduk atau berbaring. Bahkan, bisa juga dengan isyarat saja. Pernahkah anda
melihat seseorang yang melakukan salat sambil duduk atau berbaring? Adakah hikmah
yang anda pahami dari dibolehkannya salat dengan cara demikian?
Dalam kehidupan sehari-hari anda harus dapat menghayati sifat al-Hakim. Caranya,
anda melakukan segala sesuatu dalam hidup ini dengan cara yang bijaksana. Tuliskan
lima sikap bijaksana yang pernah anda lakukan baik di sekolah maupun di rumah.
Sikap bijaksana yang anda lakukan tersebut sebenarnya pencerminan dari Asmaul
Husna, yaitu al-Hakim hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah az-Zukhruf [43]
ayat 84 yang artinya:
Dan Dialah Tuhan (yang disembah) di langit dan Tuhan (yang disembah) di bumi dan
Dialah Yang Mahabijaksana Maha Mengetahui.
Sikap bijaksana harus ditetapkan dalam semua aspek kehidupan. Sikap bijaksana
harus anda tunjukkan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pernahkah
terpikirkan oleh anda untuk bersikap bijaksana kepada diri sendiri dan orang lain?
Bisakah anda bedakan antara sikap bijaksana terhadap diri sendiri dengan sikap
bijaksana kepada orang lain?
4. Al-Malik (Maharaja)
Allah SWT. Adalah Maharaja yang kerajaan-NYA tidak terbatas. Dia menguasai
seluruh jagad raya ini. Dialah yang menciptakan matahari, bulan, dan bintang serta Dia
pula yang mengaturnya. Tidak satu pun di alam ini yang tidak tunduk kepada hukum-
hukum-NYA. Semua tunduk dan patuh terhadap hukum-NYA, karena Allah adalah
Maharaja dan semua makhluk berada di wilayah kekuasaan-NYA. Begitu pula ke-
Maharajaan Allah meliputi dunia dan akhirat. Hal ini berdasarkan keterangan Allah
dalam surah al-Fatihah [1] ayat 4 yang artinya: “pemilik hari pembalasan”. Selain itu,
Allah berfirman dalam surah al-Mu’minun [23] ayat 116 yang artinya:
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.
Oleh karena itu dalam kehidupan, anda tidak boleh sombong dan tidak boleh merasa
diri lebih berkuasa dari orang lain. Manusia tidak memiliki kemampuan apa-apa
dihadapan Allah SWT. Pernahkah anda merasa diri lebih dari segalanya dibanding
teman anda? Pernahkah memerintahkan sesuatu kepada teman atau adik anda secara
semena-mena?
5. Al-Hasib (Maha Menghitung)
Allah SWT. Maha Menghitung atas segala sesuatu. Dia menciptakan alam semesta ini
dengan perhitungan yang sangat cermat sehinnga semua berjalan dengan teratur dan
harmonis. Demikian juga, Allah SWT. Menghitung setiap amal perbuatan hambanya.
Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dicatat dan dibalas.
Demikian juga sekecil apapun dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia akan dicatat
dan diberi balasan yang setimpal. Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda menghitung
kebaikan dan kesalahan diri sendiri?
Menghisab atau menghitung kesalahan diri merupakan pencerminan dari Asmaul
Husna yaitu al-Hasib. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah an-Nisa [4] ayat 86
yang artinya:
Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.
Jika selalu sibuk dengan menghitung kesalahan diri dan berusaha memperbaikinya,
anda termasuk orang yang cerdas. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw.bahwa
seseorang yang dikatakan cerdas adalah orang yang selalu melakukan introspeksi diri.
Bukan ciri orang beriman, selalu mencari-cari kesalahan orang lain.
Orang yang memiliki keimanan yang tinggi akan selalu meneliti kesalahan sendiri
sebelum menunjuk orang lain. Jika selalu menghisab diri, Allah akan meningkatkan
derajat keimanan anda dihadapan-NYA. Selain itu yang paling utama, amal baik anda
tersebut lebih berat dari amal buruknya saat penghitungan kelak di akhirat. Oleh karena
itu, jika hal demikian terjadi, anda akan masuk ke surga karena keridaan Allah. Mulai
saat ini anda harus meneliti kesalahan sendiri daripada sibuk mencari kesalahan orang
lain. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? Jika setuju, sudahkah anda
memulainya saat ini?
6. Al-Hamid (Maha Terpuji)

Baca dan telaah oleh anda Surah al-Fatihah [1] ayat 2 yang artinya: “segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam”. Di dalam ayat tersebut terdapat kata al-Hamd, yang
artinya segala puji. Tahukah anda pengertian dari kata segala puji?

Allah Maha Terpuji, karena Dia-lah yang menjadikan seluruh makhluk dan segala
sesuatu dengan sangat baik dan menakjubkan. Apapun yang tampak oleh panca indra
dan terbersit dalam hati, semuanya karena Allah. Allah-lah yang menjadikan semua
yang kita pandang indah, semua yang kita saksikan menakjubkan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, segala pujian secara hakikat harus kembali kepada Allah. Ketika
memuji teman yang cantik, dalam hati anda harus yakin yang membuat ia cantik adalah
Allah. Begitu pula harus disadari bahwa anda dapat menyaksikan kecantikan teman
anda karena Allah memfungsikan penglihatan anda. Memungkinkan dapat menyaksikan
kecantikan wajah teman jika mata anda buta? Pujian yang sama harus disampaikan
kepada Allah kapanpun menyaksikan sesuatu yang menakjubkan anda? Bagaimanakah
cara anda memuji Allah?

Semua anugerah berupa kenikmatan tersebut Allah berikan tanpa mengharap


imbalan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah [2] ayat 28 yang
artinya: Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia
menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu
kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Selain dari memberikan pujian, anda juga harus memiliki perilaku terpuji. Perilaku
terpuji adalah sesuatu yang memiliki nilai kebenaran disisi Allah dan Rasul-NYA. Dengan
kata lain setiap berperilaku terpuji anda telah menghayati Asmaul Husna yaitu al-Hamd.

Pujian makhluk terhadap Allah harus dilakukan di dunia dan berlanjut hingga di
akhirat. Semua makhluk menyucikan dan memuji-NYA tanpa terkecuali, sebagaimana
firman Allah dalam surah al-Isra’ [17] ayat 44 yang artinya: langit yang tujuh, bumi, dan
semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada suatupun
melainkan bertasbih dan memuji-NYA, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.

Mereka yang enggan dan lupa memuji Allah di dunia, pasti akan memuji-NYA di
akhirat setelah menyadari betapa besar anugerah yang dilimpahkan Allah, sebagaimana
firman Allah dalam surah al-Isra’ ayat 52, yang artinya: yaitu pada hari (ketika) Dia
memanggil kamu, dan kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira,
(rasanya) hanya sebentar saja kamu berdiam (di dalam kubur).

7. Al-Basir (Maha Melihat)


Saat melakukan sesuatu, adakah dalam pikiran bahwa Allah menyaksikan perbuatan
anda? Jika ada, kesadaran anda tersebut merupakan satu bentuk penghayatan
terhadap Asmaul Husna, yaitu al-Basir. Akar kata basir mengandung makna
pengetahuan. Allah Mengetahui Segala sesuatu sebelum, pada saat, dan sesudah
terjadinya sesuatu itu. Oleh karena itu, tidak ada yang kebetulan di sisi-NYA. Allah
menyaksikan segala sesuatu lahir dan batinnya, besar dan kecilnya sehingga yang
tersembunyi di dasar lautan pun diketahui-NYA, sebagaimana firman Allah dalam surah
Yunus [10] ayat 61 yang artinya
Dan tidaklah engkau (Muhammad) berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca
suatu ayat Al-Qur’an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan, melainkan
Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak lengah sedikit pun dari
Pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah, baik di bumi ataupun di langit. Tidak
ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua
tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuz)
Allah melihat segala sesuatu bukan dengan indera mata seperti makhluk ciptaan-
NYA. Maha Melihat bagi Allah merupakan sifat yang azali sehingga dengan sifat itu Allah
dapat mengungkap segala sesuatu, sebagaimana firmna Allah dalam surah al-An’am
ayat 103 yang artinya
Dan tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti.
Dia dapat melihat segala penglihatan, kalimat tersebut memberi isyarat bahwa
makhluk-NYA tidak demikian.
Anda dikatakan menghayati sifat Maha Melihat ketika menyadari bahwa mata yang
dianugerahkan tersebut hanya untuk melihat yang baik. Selain itu digunakan melihat
tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam ini. Selanjutnya, anda yang meneladani
sifat ini harus menyadari bahwa Allah selalu melihatnya dalam keadaan apapun. Anda
bisa menyembunyikan sesuatu dari pandangan teman, tetapi tidak dapat
menyembunyikannya dari pandangan Allah. Jika melakukan hal tersebut, anda telah
meremehkan Allah. Begitu pula jika melakukan perbuatan durhaka padahal tahu Allah
melihatnya, anda sudah bertindak berani, ceroboh, dan tidak sopan pada Allah.
Allah mengantarkan semua makhluk untuk menyadari bahwa tidak satupun yang
luput dari penglihatan Allah. Kesadaran inilah seharusnya menjadi akhlak manusia
dalam upayanya untuk meneladani Allah SWT.
Adakah kesadaran dalam diri bahwa Allah Maha Melihat perilaku anda?
8. An-Nur (Maha Pemberi/Pemilik Cahaya)
Ibnu araby mengemukakan enam pendapat ulama tentang makna nur yang menjadi
sifat Allah, yaitu Pemberi Hidayah, Pemberi Cahaya, Penghias, Yang Zahir (tampak
dengan jelas), Pemilik Cahaya, dan Cahaya, tetapi bukan seperti cahaya yang dikenal.
Carilah definisi nur dengan bertanya kepada guru agama, ustaz, buku, atau melalui
internet.
Banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan bahwa Allah Pemberi Cahaya, misalnya
dalam surah al-Maidah [5] ayat 15 yang artinya
Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan
kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang
dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menjelaskan.
Adapun dalam surah Yunus [10] ayat 5 yang artinya
Dialah yang menjadikan matahari bersinar ....
Anda dapat dikatakan meneladani sifat an-Nur jika meningkatkan kualitas diri
sehingga meraih Cahaya Ilahi sebanyak mungkin. Anda dapat menghindari kegelapan
karena cahaya Ilahi tidak disentuh sedikitpun oleh kegelapan. Selain itu, saat
meneladani sifat ini hendaknya berusaha untuk menjadi cahaya di lingkungan
masyarakat atau negeri anda. Namun, jika tidak mampu, jadilah cahaya bagi keluarga
anda. Maksudnya, anda harus dapat menyampaikan kebenaran dan mencontohkan
perilaku terpuji, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Apakah anda
menyadari bahwa keluarga dan masyarakat membutuhkan keteladan anda?
Untuk memperjelas keharusan anda menjadi penerang atau teladan bagi
masyarakat, renungkanlah kandungan firman Allah dalam surah al-An’am [6] ayat 122
yang artinya “dan apakah orang yang sudah mati lalu kami hidupkan dan kami beri dia
cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama
dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari
sana? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang
mereka kerjakan”
9. Ar-Rasyid (Mahatepat Tindakan-Nya)
Kata ar-Rasyid, secara bahasa artinya ketepatan dan kelurusan jalan. Dari sini lahir
kata rusyd, yang artinya kesempurnaan akal dan jiwa. Adapun kata mursyid yang
dikenal di kalangan penganut tarekat atau tasawuf, artinya pemberi petunjuk atau
bimbingan yang tepat. Keterangan tersebut sesuai firman Allah dalam surah al-Kahf [18]
ayat 10 yang artinya “(ingatlah)ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua
lalu mereka berdoa. “Ya Allah kami . Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-MU dan
sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”
Manusia yang menyandang sifat ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah al-Hujurat [49]
ayat 7 yang artinya “ dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kami ada Rasulullah.
Kalau dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan
kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan
(iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kafasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus.
Ayat tersebut menginformasikan bahwa ar-rasyidun ialah mereka yang memperoleh
anugerah Allah berupa rasa cinta kepada keimanan sehingga menaati Rasul saw.dan
konsisten dalam ketaatannya, disertai rasa kagum kepada beliau yang menghasilkan
dorongan meneladaninya. Mereka adalah yang menilai keimanan sebagai hiasan
hidupnya sehingga tidak ada sesuatu bagi mereka yang lebih indah dan berharga
bahkan menyamai dan mendekati nilai keimanan. Di sisi lain mereka sangat benci
kepada kekufuran, yakni segala sesuatu yang menutupi kesucian fitrah dan kemurnian
akal. Selain itu, mereka juga membenci kefasikan, yaitu sikap dan ucapan yang dapat
mengantar kepada pengingkaran agama, yakni keengganan melaksanakan perintah
Allah dan Rasul-Nya.
Di dalam kehidupan, anda harus menghayati sifat ar-Rasyid, yaitu dengan selalu
melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Setelah itu, anda harus
menjadi teladan di lingkungan sendiri, baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Siapkah anda menjadi teladan yang baik di lingkungan sendiri? Tulislah hal-hal yang
dibutuhkan agar anda mejadi teladan yang baik di lingkungan sendiri.
Jika berpikir apa peran anda untuk membangun bangsa dan negara, jadilah teladan
di lingkungan terkecil anda. Anda dapat memulainya dengan belajar sungguh-sungguh,
menghindari perbuatan yang menjerumuskan diri ke dalam kemaksiatan, dan
meningkatkan keterampilan diri dalam kehidupan. Angan-angan untuk mencoba-coba
sesuatu yang merusak seperti narkoba, harus anda buang jauh-jauh. Sudahkah anda
melakukan tindakan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-NYA?
10. Al-Khaliq (Maha Menciptakan)
Kata khaliq merupakan kata yang paling banyak disebut sebagai sifat Allah. Khaliq
diambil dari akar kata khalq yang arti dasarnya, yaitu mengukur atau memperhalus.
Makna ini kemudian berkembang, antara lain menjadi menciptakan dari tiada,
menciptakan tanpa satu contoh terlebih dahulu, mengatur, dan membuat. Banyak ayat
Al-Qur’an yang menunjuk pada makna-makna tersebut. Dalam surah al-Mu’minun ayat
14, kata khallaqu bisa diartikan khalqu as-samawati wal al-andi dan dapat juga
diartikan dengan mencipta. Berdasarkan pengambilan asal kata khaliq tersebut, apa
definisi al-Khaliq menurut anda?

Anda mungkin juga menyukai