Makalah Kimia Klinik Fix
Makalah Kimia Klinik Fix
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat - NYA sehingga
makalah tentang “Pemeriksaan Kadar Total Protein Dalam Darah” ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan
harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita meengenal protein yang biasa terdapat pada telur
daging, hati dan lain-lain. Protein merupakan bagian dari tubuh setelah air. Di dalam tubuh
seperlima dari bagiannya adalah protein. 1/5 dalam otot, 1/5 dlm tulang termasuk tulang
rawan, dalam kulit selebihnya dalam jaringan lain.Enzim, hormon, darah dan lain-lain adalah
sebagian besar terdiri dari protein.
Protein ada yang tidak lengkap mengandung segala macam asam amino, ada pula yang
lengkap. Dari yang 20 macam tersebut, ada 10 macam yang bisa dibuat dalam sel,
berbahankan asam amino yang terdiri dari 10 jenis. Yang 10 jenis lain tidak bisa dibikin sel
hewan, disebut asam amino penting atau esensial yaitu: : valin, leusin, isoleusin, lisin,
fenilalamin, arginin, histidin, treonin, triptofan, dan metionin. Satu molekul protein terdiri
dari untaian banyak asam amino, jumlahnya bisa ratusan sampai ribuan. Ada protein yang
asam amino beruntai ke samping, sehingga membentuk cabang. BM suatu protein belasan
sampai ratusan ribu. Protein yang tergolong paling besar ialah globulin, dengan BM =
920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan, terbentuk suatu hasil antara yang disebut
peptida. Peptida dirangkai atas beberapa asam amino. Dua asam amino beruntai disebut
dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian banyak disebut polipeptida. Ada
bagian atau organel sel berupa protein, ada dalam bentuk peptida.
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui apa pengertian dari protein.
Untuk mengetahui proses pemeriksaan protein dari pra analitik, analitik, sampai
proses pasca analitik.
Untuk mengetahui bagaimana tinjauan klinis dari protein
Untuk mengetahui pengertian dari albumin
Untuk mengetahui fungsi-fungsi albumin
Untuk mengetahui metabolisme Albumin dalam tubuh
Untuk mengetahui metode pemeriksaan kadar Albumin
Adapun masalah yang akan dibahas pada penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
PEMBAHASAN
2.1 Protein
Protein adalah polimer asam amino. Berasal dari kata poli = banyak, dan mer = bulatan
atau satuan. Jadi asam amino adalah monomer protein (mono- = satu). Asam amino
mengandung dua macam gugus: 1) asam –COOH; 2) amine –NH2. R = gugus metil (-CH3)n,
dan n artinya banyak. N = 1 sampai puluhan. Banyak asam amino menentukan besar atau
berat molekul (BM) suatu protein. Asam amino, yang tersederhana dan terkecil ialah glisin.
Disini R = H atau hidrogen. Lebih besar dari glisin ialah alanin, di sini n = 1. Asam amino
yang umum dihasilkan oleh makhluk hidup, hewan atau tumbuhan ada 20 macam: glisin,
alanin, serin, sistein, valin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalamin, arginin, histidin, treonin,
metionin, tirosin, triptofan, prolin, asparagin, asam aspartat, glutamin, dan asam glutamat.
Yang ke20 macam itu membina suatu molekul protein, ibarat bata yang menjadi bahan dasar
yang membina suatu rumah.
SUATU molekul protein terdiri dari untaian banyak asam amino, jumlahnya bisa
ratusan sampai ribuan. Ada protein yang asam amino beruntai ke samping, sehingga
membentuk cabang. BM suatu protein belasan sampai ratusan ribu. Protein yang tergolong
paling besar ialah globulin, dengan BM = 920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan,
terbentuk suatu hasil antara yang disebut peptida. Peptida dibina atas beberapa asam amino.
Dua asam amino beruntai disebut dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian
banyak disebut polipeptida. Ada bagian atau organel sel berupa protein, ada dalam
bentukpeptida.
Dalam plasma darah terdapat berpuluh macam protein, seperti albumin untuk
mengangkut berbagai zat, globulin untk membina antibodi, fibrinogen untuk pembekuan
darah jika terjadi luka atau darah berkontak dengan bagian pembuluh darah yang kesat.
Yang sederhana seperti: albumin, globulin, glutein, histon, kasein, dan vitelin. Albumin
pengangkut zat dalam plasma darah, dan globulin pembina bahan kekebalan atau antibodi.
Glutein adalah protein yang terkandung dalam biji sereal (padi, jagung, gandum, jelai,
sorgum), histon adalah poros lilitan DNA dalam kromosom, kasein terkandung dalam susu,
dan vitelin adalah protein yang membina kuning telur.
1. Pra analitik
2. Analitik
3. Pasca analitik
2.1.2.1 Pra analitik
b. Hindari zat-zat yang ada hubungannya dengan peningkatan total protein serum
seperti steroid, androgen, angiotensin, digitalis, epinefrin, hormon
pertumbuhan, hormon tiroid, insulin, klofibrat, kontrasepsi oral, progersteron
kortikotropin.
c. Obat yang dapat menurunkan protein total serum in vivo, seperti laksansia,
rifampisin, pirazinamid, dekstran dan estrogen.
Persiapan sampel yaitu :
a. Hindari hemolisa
2.1.2.2 Analitik
Biuret
Prinsip
Dalam larutan alkali ikatan peptida dari protein akan bereaksi dengan ion Cu
membentuk kompleks protein-biuret berwarna ungu. Intensitas warna yang
terjadi sesuai dengan konsentrasi protein.
Alat :
- Tabung reaksi
- Stopwatch
- Rak tabung
Bahan :
Cara kerja
- Dipipet 10 µL sampel lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi
dengan reagen protein lalu diletakkan tabung tersebut pada rak tabung kemudian
diinkubasi selama 10-30 menit pada suhu ruangan (± 25oC).
Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel. Kegiatan
pasca analitik meliputi pembacaan hasil.
- Hipoproteinemia disebabkan oleh ekskresi protein darah yang berlebihan melalui air seni.
Pembentukan albumin yang terganggu seperti pada penderita penyakit hati, absorpsi
protein yang berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus dan juga pada penyakit ginjal.
- Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi energi protein yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat; asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi. Gejala dari
penyakit ini adalah: perubahan pigmen rambut dan kulit, edema, defisiensi imun, dan
perubahan patologis dalam hati.
- Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang disebabkan karena terlambat
diberi makanan tambahan.gejalanya adalah pertumbuhan lambat, lemak di bawah kulit
berkurang, serta otot-otot berkurang dan melemah.
Penyakit yang ditimbulkan apabila terjadi kenaikan (kelebihan) kadar protein adalah :
Kelebihan kadar protein tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein
biasanya tinggi lemak, sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein juga dapat
memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan
nitrogen.
2.2 Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu
sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8- 5,0 g/dl. Albumin terdiri
dari rantai tunggal polipeptida dan terdiri dari 585 asam amino. Molekul albumin terdapat 17
ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul
albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu tidak akan
meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh
fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara kompartemen intravaskular dan
ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa
sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada dikompartemen plasma dan sisanya di
dalam kompartemen ektravaskular (Evans, 2002).
Protein ini disintesa oleh hati. Serum merupakan protein yang memegang tekanan
onkotik terbesar darah albumin untuk mempertahankan cairan vaskuler, membantu
metabolisme dan transportasi obat-obat, anti peradangan, anti oksidan, keseimbangan asam
basa. Albumin memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 19 – 22 hari (Marzuki,2003).
Albumin dalam tubuh manusia dewasa disintesa oleh hati sekitar 100-200 mikrogram
per gram jaringan hati per hari, didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara
ekstravaskuler dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan lain. Sintesa albumin dalam sel hati
dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas dimana dibentuk albumin untuk
keperluan intravaskuler. Poliribosom yang berkaitan dengan retikulum endoplasma dimana
dibentuk albumin untuk didistribusikan ke seluruh tubuh (Suprayitno, 2003). Sintesa albumin
pada orang sehat memiliki kecepatan 194 mg/kg/hari (12-25 gram/hari). Keadaan normal
hanya 20-30 % hepatosit yang memproduksi albumin (Evans, 2002).
Prinsip pemeriksaan metode elektroforesis protein yaitu serum yang diletakkan dalam
suatu media penyangga kemudian dialiri listrik maka fraksi protein akan terpisah atas dasar
besar kecilnya berat molekul masing-masing protein. Metode elektroforesis dapat digunakan
untuk memisahkan protein plasma menjadi albumin α1, α2, β, γ-globulin serta fibrinogen dan
dapat mendeteksi protein abnormal terutama paraprotein.
Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin pada serum. Sampel yang didiamkan
pada suhu inkubasi yang stabil dapat menstabilkan kandungan dalam albumin darah dengan
catatan tidak melebihi waktu yang ditetapkan (Soebrata, 2007 ).
Akurasi hasil pemeriksaan kadar albumin serum dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya : persiapan pasien, pengumpulan sampel, persiapan sampel, dan metode yang
digunakan (Fentri, 2015). Penundaan yang tidak sesuai dengan prosedur dapat mempengaruhi
hasil kadar albumin darah (Gandasoebrata, 2005). Suhu inkubasi yang sesuai dengan
prosedur yang digunakan akan menjaga stabilitas sampel albumin darah. Penundaan
pemeriksaan juga beresiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada sampel (Irawan,
2007).
Waktu inkubasi pemeriksaan albumin serum dengan waktu yang tidak sesuai prosedur
dapat mempengaruhi hasil karena perubahan dari zat-zat terlarut didalamnya (termasuk
protein) (Hardjoeno, 2003).
Pemipetan yang kurang tepat pada pemeriksaan juga dapat mempengaruhi hasil kadar
albumin darah. Faktor yang dapat juga mempengaruhi hasil temuan laboratorium yaitu
sampel darah hemolisis dan pemipetan yang tidak tepat (Dwi, 2016 ).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Protein adalah polimer asam amino (kelompok senyawa organic bernitrogen yang rumit).
SARAN
Adapun saran yang kami ajukan antara lain dalam penulisan makalah ini adalah agar kita
semua menjaga pola hidup sehat dan kesehatan kita. Dimana salah satunya menjaga asupan
protein agar tidak kelebihan dan tidak kekurangan protein.
DAFTAR PUSTAKA
Sin – sin. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Alex Media Komputindo.
Yeyeh Rukiah, dan dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Cet. I. Jakarta: Katalog Dalam Tertiban
(KDT).