Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN KADAR TOTAL PROTEIN DALAM DARAH

TUGAS MATA KULIAH KIMIA KLINIK

ARNALDO RYSKI LATA TANGKONDA


PO 530333319802

PROGRAM STUDI TEINOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat - NYA sehingga
makalah tentang “Pemeriksaan Kadar Total Protein Dalam Darah” ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan
harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Kupang, Maret 2021

Penulis

Arnaldo Ryski Lata Tangkonda


DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Protein ................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Protein ...................................................................... 3
2.1.2 Proses Pemeriksaan Total Protein .............................................. 4
2.1.2.1 Pra analitik ...................................................................... 4
2.1.2.2 Analitik ........................................................................... 4
2.1.2.3 Pasca analitik .................................................................. 6
2.1.3 Tinjauan klinis pemeriksaan total protein ...................................... 6
2.2 Albumin ............................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Albumin .................................................................... 6
2.2.2 Fungsi Albumin .......................................................................... 7
2.2.3 Metabolisme Albumin ................................................................ 7
2.2.4 Metode Pemeriksaan.................................................................... 8
2.2.4.1 Metode Biuret................................................................... 8
2.2.4.2 Metode Elektroforesis Protein ......................................... 8
2.2.4.3 Metode BCG..................................................................... 8
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Albumin Darah ........ 8
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 10
5.2 Saran ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita meengenal protein yang biasa terdapat pada telur
daging, hati dan lain-lain. Protein merupakan bagian dari tubuh setelah air. Di dalam tubuh
seperlima dari bagiannya adalah protein. 1/5 dalam otot, 1/5 dlm tulang termasuk tulang
rawan, dalam kulit selebihnya dalam jaringan lain.Enzim, hormon, darah dan lain-lain adalah
sebagian besar terdiri dari protein.

Protein ada yang tidak lengkap mengandung segala macam asam amino, ada pula yang
lengkap. Dari yang 20 macam tersebut, ada 10 macam yang bisa dibuat dalam sel,
berbahankan asam amino yang terdiri dari 10 jenis. Yang 10 jenis lain tidak bisa dibikin sel
hewan, disebut asam amino penting atau esensial yaitu: : valin, leusin, isoleusin, lisin,
fenilalamin, arginin, histidin, treonin, triptofan, dan metionin. Satu molekul protein terdiri
dari untaian banyak asam amino, jumlahnya bisa ratusan sampai ribuan. Ada protein yang
asam amino beruntai ke samping, sehingga membentuk cabang. BM suatu protein belasan
sampai ratusan ribu. Protein yang tergolong paling besar ialah globulin, dengan BM =
920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan, terbentuk suatu hasil antara yang disebut
peptida. Peptida dirangkai atas beberapa asam amino. Dua asam amino beruntai disebut
dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian banyak disebut polipeptida. Ada
bagian atau organel sel berupa protein, ada dalam bentuk peptida.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui apa pengertian dari protein.
 Untuk mengetahui proses pemeriksaan protein dari pra analitik, analitik, sampai
proses pasca analitik.
 Untuk mengetahui bagaimana tinjauan klinis dari protein
 Untuk mengetahui pengertian dari albumin
 Untuk mengetahui fungsi-fungsi albumin
 Untuk mengetahui metabolisme Albumin dalam tubuh
 Untuk mengetahui metode pemeriksaan kadar Albumin

1.3  Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas pada penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Apa pengertian dari protein ?


2. Bagaiman proses pemeriksaan protein dari proses pra analitik, analitik, sampai pasca
analitik ?
3. Bagaimana tinjauan klinis dari protein ?
4. Apa pengertian dari albumin?
5. Apa saja fungsi albumin?
6. Bagaimana metabolisme Albumin dalam tubuh?
7. Apa saja metode pemeriksaan kadar Albumin?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1   Protein

2.1.1 Pengertian Protein

Protein adalah polimer asam amino. Berasal dari kata poli = banyak, dan mer = bulatan
atau satuan. Jadi asam amino adalah monomer protein (mono- = satu). Asam amino
mengandung dua macam gugus: 1) asam –COOH; 2) amine –NH2. R = gugus metil (-CH3)n,
dan n artinya banyak. N = 1 sampai puluhan. Banyak asam amino menentukan besar atau
berat molekul (BM) suatu protein. Asam amino, yang tersederhana dan terkecil ialah glisin.
Disini R = H atau hidrogen. Lebih besar dari glisin ialah alanin, di sini n = 1. Asam amino
yang umum dihasilkan oleh makhluk hidup, hewan atau tumbuhan ada 20 macam: glisin,
alanin, serin, sistein, valin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalamin, arginin, histidin, treonin,
metionin, tirosin, triptofan, prolin, asparagin, asam aspartat, glutamin, dan asam glutamat.
Yang ke20 macam itu membina suatu molekul protein, ibarat bata yang menjadi bahan dasar
yang membina suatu rumah.

SUATU molekul protein terdiri dari untaian banyak asam amino, jumlahnya bisa
ratusan sampai ribuan. Ada protein yang asam amino beruntai ke samping, sehingga
membentuk cabang. BM suatu protein belasan sampai ratusan ribu. Protein yang tergolong
paling besar ialah globulin, dengan BM = 920.000. Jika protein dipecah atau dicernakan,
terbentuk suatu hasil antara yang disebut peptida. Peptida dibina atas beberapa asam amino.
Dua asam amino beruntai disebut dipeptida, tiga beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian
banyak disebut polipeptida. Ada bagian atau organel sel berupa protein, ada dalam
bentukpeptida.
Dalam plasma darah terdapat berpuluh macam protein, seperti albumin untuk
mengangkut berbagai zat, globulin untk membina antibodi, fibrinogen untuk pembekuan
darah jika terjadi luka atau darah berkontak dengan bagian pembuluh darah yang kesat.

Yang sederhana seperti: albumin, globulin, glutein, histon, kasein, dan vitelin. Albumin
pengangkut zat dalam plasma darah, dan globulin pembina bahan kekebalan atau antibodi.
Glutein adalah protein yang terkandung dalam biji sereal (padi, jagung, gandum, jelai,
sorgum), histon adalah poros lilitan DNA dalam kromosom, kasein terkandung dalam susu,
dan vitelin adalah protein yang membina kuning telur.

PROTEIN gabungan yang kompleks ialah seperti hemoglobin, lipoprotein, dan


glikoprotein. Hemoglobin (Hb) adalah pigmen pernapasan dalam eritrosit, berguna untuk
mengikat oksigen dalam paru. Pigmen ini mengandung unsur besi (Fe), yang membuat
eritrosit dan darah keseluruhan jadi berwarna merah.

2.1.2 Proses pemeriksaan total protein

Proses pemeriksaan protein meliputi :

1. Pra analitik
2. Analitik
3. Pasca analitik

2.1.2.1    Pra analitik

Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang


pengambilan, persiapan, penyimpanan, dan pengiriman spesimen.

Persiapan pasien secara umum yaitu :

a.    Pasien tidak perlu persiapan khusus

b. Hindari zat-zat yang ada hubungannya dengan peningkatan total protein serum
seperti steroid, androgen, angiotensin, digitalis, epinefrin, hormon
pertumbuhan, hormon tiroid, insulin,  klofibrat, kontrasepsi oral, progersteron
kortikotropin.

c.    Obat yang dapat menurunkan protein total serum in vivo, seperti laksansia,
rifampisin, pirazinamid, dekstran dan estrogen.
   Persiapan sampel yaitu :

a. Hindari hemolisa

b. Pemakaian torniquet yang terlalu lama

2.1.2.2   Analitik

Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja pemeriksaan


glukosa darah meliputi metode tes glukosa, prinsip pemeriksaan, alat dan
bahan serta cara kerjanya.

1). Pemeriksaan total protein

     Metode tes total protein

Biuret

     Prinsip

Dalam larutan alkali ikatan peptida dari protein akan bereaksi dengan ion Cu
membentuk kompleks protein-biuret berwarna ungu. Intensitas warna yang
terjadi sesuai dengan konsentrasi protein.

             

Protein + Cu2+                   Kompleks protein Cu2+ (ungu)

     Alat dan bahan pemeriksaan total protein

     Alat :

- Spektrofotometer sunostik (semi automatik)

- Mikropipet 1000 µL dan 20 µL

- Tabung reaksi

- Stopwatch

- Rak tabung

     Bahan :

- Serum darah (sampel)


- Reagen Protein

     Cara kerja

- Dipipet 1000 µL reagen protein kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

- Dipipet 10 µL sampel lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi
dengan reagen protein lalu diletakkan tabung tersebut pada rak tabung kemudian
diinkubasi selama 10-30 menit pada suhu ruangan (± 25oC).

- Dimasukkan campuran reagen tersebut kedalam pipet (kuvet spektrofotometer)


dengan panjang gelombang 546 nm sesuai dengan petunjuk pada program tes total
protein pada layar spektrofotometer. Hasil akan terbaca pada display dan dicetak
pada print out.

- Dibaca hasil yang diperoleh secara fotometrik.

2.1.2.3  Pasca Analitik

Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel. Kegiatan
pasca analitik meliputi pembacaan hasil.

Interpretasi hasil pemeriksaan total protein adalah: 6,0-8,3 mg/dl

2.1.3 Tinjauan klinis pemeriksaan total protein

Penyakit yang ditimbulkan apabila terjadi penurunan (kekurangan) kadar protein


adalah :

-   Hipoproteinemia disebabkan oleh ekskresi protein darah yang berlebihan melalui air seni.
Pembentukan albumin yang terganggu seperti pada penderita penyakit hati, absorpsi
protein yang berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus dan juga pada penyakit ginjal.

-    Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi energi protein yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat; asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi. Gejala dari
penyakit ini adalah: perubahan pigmen rambut dan kulit, edema, defisiensi imun, dan
perubahan patologis dalam hati.
-     Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang disebabkan karena terlambat
diberi makanan tambahan.gejalanya adalah pertumbuhan lambat, lemak di bawah kulit
berkurang, serta otot-otot berkurang dan melemah.

Penyakit yang ditimbulkan apabila terjadi kenaikan (kelebihan) kadar protein adalah :

Kelebihan kadar protein tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein
biasanya tinggi lemak, sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein juga dapat
memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan
nitrogen.

2.2 Albumin

2.2.1 Pengertian Albumin

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu
sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8- 5,0 g/dl. Albumin terdiri
dari rantai tunggal polipeptida dan terdiri dari 585 asam amino. Molekul albumin terdapat 17
ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul
albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu tidak akan
meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh
fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara kompartemen intravaskular dan
ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa
sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada dikompartemen plasma dan sisanya di
dalam kompartemen ektravaskular (Evans, 2002).

Protein ini disintesa oleh hati. Serum merupakan protein yang memegang tekanan
onkotik terbesar darah albumin untuk mempertahankan cairan vaskuler, membantu
metabolisme dan transportasi obat-obat, anti peradangan, anti oksidan, keseimbangan asam
basa. Albumin memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 19 – 22 hari (Marzuki,2003).

2.2.2 Fungsi Albumin

Albumin di dalam tubuh berfungsi mempertahankan tekanan onkotik plasma, peranan


albumin terhadap tekanan onkotik plasma rnencapai 80% yaitu 25 mmHg (Nicolson dan
Wolmaran, 2000). Fungsi albumin dalam tubuh sebagai berikut :
a. Pengikat dan pengangkut
Albumin akan mengikat secara lemah dan reversibel partikel yang bermuatan
negatif dan positif, dan berfungsi sebagai pembawa dan pengangkut molekul
metabolit dan obat (Nicholson dan Wolmaran, 2000; Khafaji dan Web, 2003; Vincent,
2003).
b. Efek antikoagulan
Albumin mempunyai efek terhadap pembekuan darah, bekerja seperti heparin,
karena mempunyai persamaan struktur molekul. Heparin bermuatan negatif pada
gugus sulfat yang berikatan dengan antitrombin III bermuatan positif, menimbulkan
efek antikoagulan. Albumin serum juga bermuatan negatif (Nicholson dan Wolmaran,
2000).
c. Efek antioksidan
Albumin dalam serum bertindak memblok suatu keadaan neurotoksikoksi dan stress
yang diinduksi oleh hidrogen peroksida atau copper, asam askorbat yang apabila
teroksidasi akan menghasilkan radikal bebas (Gum dan Swanson, 2004).

2.2.3 Metabolisme Albumin

Albumin dalam tubuh manusia dewasa disintesa oleh hati sekitar 100-200 mikrogram
per gram jaringan hati per hari, didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara
ekstravaskuler dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan lain. Sintesa albumin dalam sel hati
dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas dimana dibentuk albumin untuk
keperluan intravaskuler. Poliribosom yang berkaitan dengan retikulum endoplasma dimana
dibentuk albumin untuk didistribusikan ke seluruh tubuh (Suprayitno, 2003). Sintesa albumin
pada orang sehat memiliki kecepatan 194 mg/kg/hari (12-25 gram/hari). Keadaan normal
hanya 20-30 % hepatosit yang memproduksi albumin (Evans, 2002).

2.2.4 Metode Pemeriksaan

2.2.4.1 Metode Biuret

Albumin dipisahkan dahulu dengan menggunakan natrium sulfit 25 % dan eter


kemudian disentrifugasi. Endapan atas dibuang kemudian endapan bawah ditambahkan
pereaksi biuret. Pengukuran serapan cahaya komplek akan berwarna ungu.

2.2.4.2 Metode Elektroforesis Protein

Prinsip pemeriksaan metode elektroforesis protein yaitu serum yang diletakkan dalam
suatu media penyangga kemudian dialiri listrik maka fraksi protein akan terpisah atas dasar
besar kecilnya berat molekul masing-masing protein. Metode elektroforesis dapat digunakan
untuk memisahkan protein plasma menjadi albumin α1, α2, β, γ-globulin serta fibrinogen dan
dapat mendeteksi protein abnormal terutama paraprotein.

2.2.4.3 BCG (bromcressol green)


Pemeriksaan albumin dengan BCG dalam larutan citrat membentuk kompleks warna.
Absorbansi dari kompleks warna ini proporsional dengan konsentrasi albumin dalam sampel.
Intensitas warna hijau menunjukkan kadar albumin dalam serum.Pemeriksaan kadar albumin
serum pada prinsip pemeriksaan albumin dengan metode BGC yaitu serum ditambahkan
pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau, kemudian diperiksa pada
spektrofotometer.

Intensitas warna hijau ini menunjukkan kadar albumin pada serum. Sampel yang didiamkan
pada suhu inkubasi yang stabil dapat menstabilkan kandungan dalam albumin darah dengan
catatan tidak melebihi waktu yang ditetapkan (Soebrata, 2007 ).

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kadar Albumin Darah

Akurasi hasil pemeriksaan kadar albumin serum dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya : persiapan pasien, pengumpulan sampel, persiapan sampel, dan metode yang
digunakan (Fentri, 2015). Penundaan yang tidak sesuai dengan prosedur dapat mempengaruhi
hasil kadar albumin darah (Gandasoebrata, 2005). Suhu inkubasi yang sesuai dengan
prosedur yang digunakan akan menjaga stabilitas sampel albumin darah. Penundaan
pemeriksaan juga beresiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada sampel (Irawan,
2007).

Waktu inkubasi pemeriksaan albumin serum dengan waktu yang tidak sesuai prosedur
dapat mempengaruhi hasil karena perubahan dari zat-zat terlarut didalamnya (termasuk
protein) (Hardjoeno, 2003).

Pemipetan yang kurang tepat pada pemeriksaan juga dapat mempengaruhi hasil kadar
albumin darah. Faktor yang dapat juga mempengaruhi hasil temuan laboratorium yaitu
sampel darah hemolisis dan pemipetan yang tidak tepat (Dwi, 2016 ).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

- Protein adalah polimer asam amino (kelompok senyawa organic bernitrogen yang rumit).

- Penyakit yang timbul akibat kekurangan kadar protein adalah: hipoproteinemia,


marasmus, dan kwashiorkor.

-     Kelebihan protein dapat memberatkan Fungsi hati dan ginjal.

SARAN

Adapun saran yang kami ajukan antara lain dalam penulisan makalah ini adalah agar kita
semua menjaga pola hidup sehat dan kesehatan kita. Dimana salah satunya menjaga asupan
protein agar tidak kelebihan dan tidak kekurangan protein.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Poedjiadi,  Anna. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta

Sutedjo, A. Y. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara


Books. Yogyakarta.

http:\\ fullnews.cgi.htm.protein. Diakses tanggal 30 maret 2021

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Gandasoebrata. 2009. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Murray, R. K. 2006. Plasma Protein & Immunoglobulins. Jakarta : EGC.

Rachnindar D. 2013. Hypoalbuminemia. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,


Jakarta.

Sacher,Ronald A. 2014. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta : EGC.


Sari NK. 2010. Pengaruh kadar albumin serum Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2)
morbiditas dan mortalitas maternal pada pasien preeklampsia/eklampsia di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta (skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Sin – sin. 2008. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Alex Media Komputindo.

Sunarti. 2013. Asuhan Kehamilan: Jakarta: Penerbitan In Media.

Yeyeh Rukiah, dan dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 1. Cet. I. Jakarta: Katalog Dalam Tertiban
(KDT).

Anda mungkin juga menyukai