Anda di halaman 1dari 6

Konversi, Volume 5 No.

2, Oktober 2016

PENGARUH METODE AKTIVASI PADA KEMAMPUAN KAOLIN SEBAGAI


ADSORBEN BESI (Fe) AIR SUMUR GARUDA

Tirta Indah Wulan Sari, Muhsin, Hesti Wijayanti*)


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan

*Email : hesti.wijayanti2013@gmail.com

Abstrak- Kaolin adalah mineral yang terdapat pada batuan sedimen dikenal dengan nama batu lempung.
Kaolin banyak diaplikasikan di industri seperti kertas, keramik, karet, plastik, cat, fibergelas, dan
kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode aktivasi terhadap kemampuan
kaolin sebagai adsorben. Penelitian dilakukan dengan cara pengaktivasian kaolin secara fisika, kimia,
dan kimia-fisika. Aktivasi fisika dilakukan dengan pemanasan kaolin pada suhu 700oC di dalam furnace
selama 30 menit dan untuk aktivasi kimia dilakukan penambahan HCl 0,25 M pada kaolin disertai
pengadukan dengan kecepatan 200 rpm selama 60 menit sedangkan untuk aktivasi kimia-fisika dilakukan
penambahan HCl 0,25 M pada kaolin kemudian dilanjutkan pemanasan di dalam furnace pada suhu
700oC. Pengaktivasian kaolin ini untuk menghasilkan adsorben yang mampu menyerap ion besi (Fe)
secara optimum. Dari penelitian ini, aktivasi yang optimum diperoleh untuk kaolin dalam mengadsorpsi
Fe adalah aktivasi kimia. Adsorben kaolin yang teraktivasi kimia mempunyai daya adsorpsi yang besar
terhadap ion Fe yaitu menghasilkan penurunan kandungan ion besi (Fe) menjadi sebesar 0,04 mg/L.

Kata kunci: Aktivasi, hydrous alumunium silicate, adsorben, besi

Abstract- Kaolin is a mineral found in sedimentary rocks known as clay stone. Kaolin widely applied in
industries such as paper, ceramics, rubber, plastics, paint, glassfiber, and cosmetics. This study aimed to
determine the effect on the ability of kaolin activation methods as adsorbent. The study was conducted by
activation of kaolin in physics, chemistry, and chemistry-physics. Physical activation was done by heating
kaolin at 700 ° C in a furnace for 30 minutes and for the chemical activation, the addition of 0.25 M HCl
in kaolin with stirring speed of 200 rpm for 60 minutes, while the chemical-physical activation, the
addition of 0.25 M HCl to the kaolin and continued warming in furnace at 700 ° C. The kaolin activation
was to produce an adsorbent that is able to absorb iron (Fe) optimally. From this study, the optimum
activation obtained for kaolin in adsorbing Fe is the chemical activation. Chemical activated kaolin
adsorbent having a large adsorption capacity of the ion Fe which resulted in decreased content of iron
(Fe) to 0.04 mg / L.

Keywords : Activation, hydrous alumunium silicate, adsorbent, iron

PENDAHULUAN Kaolin merupakan batuan yang termasuk


Kaolin adalah mineral yang terdapat pada kelompok tanah liat (lempung), berwarna putih
batuan sedimen dikenal dengan nama batu atau kekuning-kuningan. Rumus kimia kaolin
lempung. Kaolin merupakan massa batuan yang murni adalah aluminium silikat hidrat
tersusun dari material lempung berkualitas tinggi (Al2O3.2SiO2.2H2O), tetapi seringkali dirumuskan
dengan komposisi kimia hydrous alumunium sebagai Al2Si2O5(OH)4. Mineral yang termasuk
silicate (2H2O.Al2O3.2SiO2) dan berwarna putih, kelompok kaolin adalah kaolinat, nakrit, dan
abu-abu putih, kuning jingga, abu-abu atau haloisit dengan mineral utamanya kaolinat,
kemerahan. Kaolin ini mengandung butiran yang seringkali oksida-oksida seperti Fe2O3, TiO2, CaO,
sangat halus, lunak dan kurang plastis bila MgO, K2O dan Na2O terdapat dalam kaolin
bercampur dengan air. Potensi dan cadangan sebagai zat pengotor. Komposisi kaolin murni
kaolin yang besar di Indonesia terdapat di adalah SiO2 46,54% Al2O3 39,5% dan H2O
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Pulau 13,96% (Utari, 1994).
Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya
tersebar di Pulau Sumatera khususnya Sumatera
Utara, Pulau Jawa, dan Sulawesi Utara (Distam,
2004).

20
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

aktivasi 900ºC dengan variasi waktu sampai 200


menit dan menggunakan CO sebagai activating
agent. Diperoleh bahwa semakin lama proses
aktivasi dilakukan maka semakin besar kandungan
batubara yang berkurang dan menghasilkan luas
permukaan yang semakin besar.
Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai
proses dimana molekul meninggalkan larutan dan
Gambar 1. Kaolin
menempel pada permukaan zat akibat ikatan kimia
dan fisika. Adsorpsi dibagi menjadi dua yaitu
Aktivasi lempung menggunakan asam akan adsoprsi fisik dan adsorpsi kimia (Reynold, 1982).
menghasilkan lempung dengan situs aktif lebih Adsorpsi fisik terjadi terutama karena adanya gaya
besar dan keasaman permukaan yang lebih besar, Van der Walls. Apabila gayatarik antar molekul
sehingga akan dihasilkan lempung dengan zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari pada
kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi gaya tarik antara molekul dengan pelarutnya maka
dibandingkan sebelum diaktivasi sedangkan zat terlarut tersebut akan diadsorbsi. Ikatan
aktivasi dengan pemanasan (kalsinasi) yang tersebut sangat lemah, sehingga mudah untuk
dilakukan pada lempung akan menyebabkan diputuskan apabila konsentrasi zat terlarut yang
bertambah besarnya ukuran pori dengan bentuk teradsorbsi diubah. Jadi proses ini berlangsung
kristal yang lebih baik, karena dengan pemanasan bolak-balik sedangkan dalam proses adsorpsi
pada suhu tinggi dan dalam waktu yang lama kimia ikatan antara zat terlarut yang teradsorbsi
lempung cenderung mengalami rekristalisasi, dan adsorben sangat kuat, sehingga sulit untuk
menghasilkan kristal yang lebih baik dengan pori- dilepaskan dan proses hampir tidak mungkin untuk
pori yang lebih besar (Notodarmojo, 1994). bolak-balik.
Proses aktivasi merupakan proses yang Selain klasifikasi tersebut ada pula
terpenting karena sangat menentukan kualitas klasifikasi lain, yaitu berdasarkan struktur kimia
kaolin yang dihasilkan baik luas area permukan pada permukaan (kiselev) dapat dibedakan menjadi
maupun daya adsorpsinya. Luas permukaan 3 jenis adsorben: adsorben tak spesifik, adsorben
berhubungan erat dengan aktivitas karena reaksi spesifik positif, dan adsorben spesifik negatif.
berlangsung dalam permukaan. Luas permukaan Permukaan adsorben tak spesifik tidak
yang besar akan menyebabkan semakin banyak mengandung gugus fungsi atau ion yang dapat
pula molekul-molekul zat pereaksi teradsorbsi dipertukarkan, seperti arang, hidrokarbon jenih dan
pada permukaan sehingga aktivitasnya akan polimer (polietielen). Interaksi tak spesifik
bertambah besar. Proses aktivasi dapat dilakukan terutama terjadi karena gaya dispersi. Molekul
dengan dua cara yaitu aktivasi fisika dan aktivasi dengan kerapatan elektron bulat simetris sama
kimia. Aktivasi fisika disebut juga aktivasi termal. dengan gas mulia, seperti molekul hidrokarbon
Pemanasan diatas temperatur 5000C sampai 7000C jenuh teradsorbsi melalui adsorbs tak spesifik.
menyebabkan proses pengeluaran molekul- Adsorben spesifik positif memiliki gugus OH yang
molekul air dari rangka kristal (framework), bersifat asam pada permukaannya, seperti pada
dimana dua gugus ±OH yang berdekatan silika gel dan alumina. Zeolit juga tergolong dalam
melepaskan satu molekul air. Pemanasan lebih adsorben ini karena mengandung kation yang
lanjut terhadap montmorillonit menghasilkan dapat dipertukarkan pada permukaanya. Interaksi
perubahan yang sama dengan kaolinit, dimana bisa antara adsorben jenis ini dengan adsorbat dapat
terbentuk kristoballit, mullit dan glass (Susana, terjadi melalui gaya induksi, ikatan hydrogen,
2006). Hasil dari proses aktivasi dipengaruhi oleh pembentukan molekul kompleks dan ikatan atom
beberapa faktor antara lain laju kenaikan suhu, laju atau ion. Pada adsorben spesifik negatif, muatan
aliran inert gas, suhu proses, activating agent, negatif terkonstruksi di sekitar ikatan atau
lama proses aktivasi dan alat yang digunakan pada kelompok atom pada permukaanya. Seringkali
penelitian tersebut (Marsh et all, 2006). Perlakuan adsorben jenis ini dihasilkan dengan cara
pemanasan dengan temperatur yang berbeda akan memasukkan gugus fungsi seperti CN - pada
mengakibatkan jumlah asam atau basa yang permukaan adsorben (Utari, 1994).
teradsorbsi pada permukaan montmorillonit akan Persyaratan bagi masing-masing standar
berbeda pula. Hal ini terjadi karena pada proses kualitas air masih perlu ditentukan oleh 4 (empat)
pemanasan ditemukan adanya perubahan struktur aspek yaitu: persyaratan fisis, kimia, biologis,
padatan yang akan mengubah sifat kimia maupun radiologis. Persyaratan fisis ditentukan oleh faktor-
sifat fisiknya pula (Susana, 2006). Teng Hsisheng faktor kekeruhan, warna, bau maupun rasa.
(1996) melakukan penelitian pembuatan karbon Persyaratan kimia ditentukan oleh konsentrasi
aktif dari tiga jenis batubara antracit pada suhu bahan-bahan kimia seperti Arsen, Clhor, Tembaga,

21
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

Cyanida, Besi dan sebagainya. Persyaratan pada suhu 700ºC selama 30 menit. Kaolin dari
biologis ditentukan baik oleh mikroorganisme furnace dikeluarkan dan didinginkan sampai pada
yang pathogen, maupun yang nonpathogen suhu kamar.
(Yuliana, 2009). Air sumur bor merupakan salah
satu jalan yang ditempuh masyarakat untuk Aktivasi Kimia Kaolin
memenuhi kebutuhan air bersih, namun tingginya Kaolin yang berasal dari tanah Cempaka
kadar ion Fe (Fe2+, Fe3+) yaitu 5±7 mg/L sebelumnya diperlakukan sama halnya dengan
mengakibatkan harus dilakukan pengolahan kaolin yang diaktivasi secara fisika. Kaolin
terlebih dahulu sebelum dipergunakan, karena dibersihkan dari pengotor ± pengotor disekitarnya
telah melebihi standar yang telah di tetapkan oleh kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu
Departemen Kesehatan di dalam Permenkes No. 100oC sampai kering kemudian ditumbuk, lalu
416/Per/Menkes/IX/ 1990 tentang air bersih yaitu kaolin dihaluskan dengan ayakan ukuran 500
sebesar 1,0 mg/l. Salah satu upaya yang dapat mesh. Kaolin yang telah menjadi powder
dilakukan untuk menurunkan kadar besi ditimbang sebanyak 40 gram. Setelah itu kaolin
(Fe2+,Fe3+) dalam air adalah dengan cara aerasi. dimasukkan ke dalam gelas beker 500 mL
Teknologi ini juga dapat kombinasikan dengan kemudian ditambahkan dengan larutan HCl 0,25
sedimentasi dan filtrasi (Yuliana, 2009). M sebanyak 400 mL. Gelas beker kemudian
Kandungan ion Fe (Fe2+,Fe3+) pada air diletakkan pada rangkaian alat seperti pada
sumur bor berkisar antara 5±7 mg/L. Tingginya Gambar 3.3 dan dilakukan pengadukan dengan
kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan kecepatan 200 rpm selama 60 menit. Kaolin
keadaan struktur tanah. Struktur tanah dibagian tersebut dipisahkan dari larutan HCl dengan cara
atas merupakan tanah gambut, selanjutnya berupa disaring menggunakan kertas saring, kaolin yang
lempung gambut dan bagian dalam merupakan tersisa pada kertas saring dicuci dengan aquadest
campuran lempung gambut dengan sedikit pasir kemudian di oven sampai kering.
(Yuliana, 2009).
Aktivasi Kimia-Fisika Kaolin
METODE PENELITIAN Untuk aktivasi secara kimia-fisika pun
Pelaksanaan penelitian dilakukan di diperlakukan sama halnya seperti kaolin dengan
Laboratorium Teknik Pertambangan Fakultas aktivasi fisika dan aktivasi secara kimia. Kaolin
Teknik Universitas Lambung Mangkurat yang sudah menjadi powder kemudian ditimbang
Banjarbaru (pengaktivasian kaolin), Laboratorium sebanyak 40 gram. Setelah itu kaolin dimasukkan
PDAM Intan Banjar (proses adsorpsi dan ke dalam gelas beker 500 mL kemudian
pengujian sampel) dan Laboratorium Operasi ditambahkan dengan larutan HCl 0,25M sebanyak
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas 400 mL. Gelas beker kemudian diletakkan pada
Lambung Mangkurat Banjarbaru. rangkaian alat seperti pada Gambar 3.3 dan
dilakukan pengadukan dengan kecepatan 200 rpm
Alat selama 60 menit. Kemudian kaolin tersebut
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dipisahkan dari larutan HCl dengan cara disaring
ini antara lain : tanur (furnace), motor pengaduk, menggunakan kertas saring, kaolin yang tersisa
jar test, desikator, gelas beker, oven, erlenmeyer, pada kertas saring dicuci dengan aquadest. Kaolin
neraca analitik, gelas arloji, stopwatch, cawan yang telah diaktivasi secara kimia kemudian
porselin, gelas ukur, botol semprot, corong, kertas dipirolisasi pada suhu 700ºC selama 30 menit.
saring, labu ukur, ayakan, loyang, penjepit, pipet Kaolin dari furnace dikeluarkan dan didinginkan
volume, dan sudip. sampai pada suhu kamar.

Bahan Pengujian Air Sumur Hasil Adsorpsi


Bahan-bahan yang digunakan dalam Kaolin yang teraktivasi secara fisika, kimia,
penelitian ini antara lain : kaolin, air sumur dan kimia-fisika dihaluskan dengan ayakan ukuran
Garuda Banjarbaru, akuades, HCl 0,25 M.. 200 mesh lalu ditimbang sebanyak 10 gram, kaolin
ditambahkan ke dalam 500 mL sampel air sumur
Prosedur Penelitian Garuda kemudian dilakukan jar test selama 60
Aktivasi Fisika Kaolin menit dengan kecepatan pengaduk sebesar 100
Kaolin yang berasal dari tanah Cempaka rpm seperti terlihat pada Gambar 3.4, didiamkan
dibersihkan dari pengotor ± pengotor disekitarnya dengan waktu kontak selama 24 jam. Kaolin
kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu dipisahkan dengan cara disaring menggunakan
100oC sampai kering kemudian ditumbuk, lalu kertas saring. Kadar Fe setelah proses adsorpsi
kaolin diayak dengan ukuran 500 mesh. Kaolin diukur kembali dengan alat Spektrofotometer DR-
yang sudah menjadi powder kemudian dipirolisasi 2500.

22
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

Uji Logam Fe Al2O3.2SiO2.2H22 : $O2O3.2SiO2 + H2O (1)


Pengujian logam besi dilakukan Kaolin memiliki struktur rangka,
menggunakan Spectrofotometer DR-2500 dengan mengandung ruang kosong yang ditempati oleh
memasukkan 10 mL air sampel ke dalam botol kation dan molekul air yang bebas sehingga
sampai tanda batas, menambahkan 1 bungkus memungkinkan pertukaran ion dan penyerapan
Reagen Ferro Ver Iron Reagent Powder Pillows. senyawa kimia. Karena adanya penguapan
Menyalakan Spectrofotometer DR-2500 dan kandungan air pada saat aktivasi fisika maka ruang
menekan tombol timer, menggoyangkan botol yang ditempati oleh molekul air yang bebas
untuk mengaduk selama 3 menit (sebagai sampel). tersebut menjadi kosong sehingga saat adsorpsi
Kemudian masukkan 10 mL sampel ke dalam sangat memungkinkan terjadinya penyerapan ion
tempat sampel (sebagai blanko). Memasukkan besi (Fe). Hal ini terbukti dengan berubahnya nilai
blanko ke dalam cell holder ketika timer berbunyi Fe yang terkandung dalam air sumur Garuda yang
sampai terlihat tanda 0,00 mg/L Fe pada layar. semula memiliki kadar Fe sebesar 1,47 mg/L
Setelah itu memasukkan botol sampel kedalam cell turun menjadi 0,27 mg/L sehingga diperoleh
holder, lalu akan terlihat nilai logam besi untuk air besarnya penurunan kadar Fe sebesar 81,67%.
sampel. Untuk aktivasi kimia dengan menggunakan
HCl 0,25 M bertujuan untuk membuat permukaan
HASIL DAN PEMBAHASAN kaolin menjadi asam sehingga kapasitas adsorpsi
1,5 kaolin tersebut menjadi lebih besar untuk
1,4 sebelum menyerap ion besi. Senyawa HCl merupakan
1,3
1,2 adsorpsi senyawa yang cocok dan efektif untuk membuang
kadar Fe (mg/L)

1,1 zat-zat pengotor pada permukaan kaolin dan


1
0,9 sesudah membuat permukaan kaolin tersebut menjadi
0,8
0,7 adsorpsi asam, karena nilai konduktivitas pada kaolin akan
0,6 meningkat dengan pengaruh suasana yang asam.
0,5 0,63
0,4 Meskipun kaolin tanpa perlakuan mampu untuk
0,3 adsorpsi, namun kemampuan adsorpsinya terbatas.
0,2 0,27 0,04
0,1 Kelemahan tersebut dapat diatasi melalui proses
0 aktivasi menggunakan asam (HCl) sehingga
fisika
kimia kimia-fisika
metode aktivasi dihasilkan kaolin dengan kemampuan adsorpsi
Gambar 2. Hasil Adsorpsi Besi (Fe) Dengan Perlakuan yang lebih tinggi . Asam klorida merupakan asam
Aktivasi yang memiliki bilangan ekivalen H+ yang tinggi.
Aktivasi kaolin menggunakan asam akan
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa menghasilkan kaolin dengan situs aktif lebih besar
kemampuan kaolin dalam mengadsorpsi atau dan keasamaan permukaan yang lebih besar,
menyerap ion besi (Fe) dalam air Sumur Garuda sehingga akan dihasilkan kaolin dengan
sangat baik dibandingkan dengan hasil uji awal kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi
tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan kaolin dibandingkan sebelum diaktivasi.
umumnya didominasi oleh SiO2 sekitar 50% Penambahan HCl ini akan menurunkan
dimana berupa padatan amorf dan berpori serta kadar Ca+, K+, dan Na+ yang merupakan unsur-
mempunyai sifat inert, netral, luas permukaannya unsur pengganggu yang terikat pada permukaan
besar sehingga memiliki sifat daya adsorpsi yang kaolin yang berfungsi sebagai bahan penukar
besar. Selain itu di dalam kaolin juga didominasi kation. Dengan menurunnya kadar Ca+, K+, dan
oleh Al2O3 sekitar 36% dimana alumina dapat Na+ dalam kaolin tersebut maka akan terdapat
mengadsorpsi kation maupun anion dengan urutan banyak ruang kosong pada permukaan kaolin
adsorps kation oleh alumina sebagai berikut: sehingga saat proses adsorpsi berlangsung ion besi
Fe3+>Hg2+>Pb2+>Cu2+>Zn2+>Ni2+>Fe2+>Mn2+ yang terdapat di dalam air sumur Garuda dapat
(Utari,1994). diserap dengan sangat optimum. Hal ini terbukti
Pada perlakuan aktivasi fisika, kaolin dengan berubahnya nilai Fe yang terkandung
dipanaskan pada suhu 7000C yang bertujuan untuk dalam air Sumur Garuda yang semula memiliki
menguapkan kandungan-kandungan air yang kadar Fe sebesar 1,47 mg/L turun menjadi 0,04
terdapat pada kaolin, sehingga pori-pori kaolin mg/L sehingga diperoleh besarnya penurunan
untuk menyerap besi bertambah luas. Hal ini kadar Fe sebesar 97,28%..
terjadi karena pada proses pemanasan ditemukan Pada perlakuan dengan aktivasi kimia-
adanya perubahan struktur padatan yang akan fisika dimana kaolin ditambahkan dengan HCl
mengubah sifat kimia maupun sifat fisiknya pula. 0,25 M yang bertujuan untuk membersihkan
Peristiwa dehidroksilasi (pelepasan air) dari kaolin permukaan pori, membuang senyawa pengganggu
seperti persamaan berikut ini: dan menata kembali letak atom yang dapat

23
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

dipertukarkan. Kemudian untuk lebih diperoleh sebesar 1,47 mg/L. Hasil uji sesudah
memperbesar permukaan pori-pori kaolin tersebut adsorpsi dengan kaolin, kadar ion besi yang
dilakukan lagi aktivasi fisika untuk menguapkan diperoleh mengalami penurunan dengan adanya
kandungan air sehingga memungkinkan pertukaran variasi perlakuan aktivasi berupa aktivasi fisika,
ion dan penyerapan senyawa kimia. Hal ini aktivasi kimia, dan aktivasi kimia-fisika yang
terbukti dengan berubahnya nilai Fe yang menunjukkan hasil sebagai berikut 0,27 mg/L
terkandung dalam air sumur Garuda yang semula (aktivasi fisika), 0,04 mg/L (aktivasi kimia), dan
memiliki kadar Fe sebesar 1,47 mg/L turun 0,63 mg/L (aktivasi kimia-fisika).
menjadi 0,63 mg/L sehingga diperoleh besarnya Penurunan ion besi yang diperoleh dengan
penurunan kadar Fe sebesar 57,14%. adanya perlakuan aktivasi ini sama halnya dengan
Dari hasil adsorbsi Fe yang diperoleh yang terjadi dengan hasil penelitian yang didapat
ternyata aktivasi kimia paling bagus dibandingkan oleh Auliya dan Luthfianti pada tahun 2009
jenis aktivasi yang lain atau dapat diurutkan meskipun dengan adsorben yang berbeda dimana
sebagai berikut: mereka menggunakan tanah lempung gambut.
Aktivasi kimia < Aktivasi Fisika < Aktivasi Meskipun demikian, tanah lempung gambut dapat
Kimia-Fisika bersifat amorf contohnya silika gel, alumina, dan
Hal ini dapat dijelaskan dimana untuk perlakuan besi oksida dimana komposisi zat tersebut juga
aktivasi kimia dari hasil reaksi yang terjadi karena dimiliki oleh kaolin.
adanya penambahan HCl, dengan adanya
penambahan asam luas permukaan kaolin lebih KESIMPULAN
besar diperoleh dibandingkan dengan adanya Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pemanasan maupun gabungan antara pemanasan dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
dengan penambahan asam. sebagai berikut :
Sebab saat penambahan HCl terjadi 1. Kaolin merupakan adsorben yang baik dalam
penurunan kadar Ca+, K+, dan Na+ di permukaan menyerap ion besi, baik dengan perlakuan
kaolin sehingga lebih banyak diperoleh permukaan aktivasi fisika dan kimia ataupun kimia-fisika.
atau pori-pori kaolin yang menjadi lebih terbuka. 2. Perlakuan dengan aktivasi kimia merupakan
Dibandingkan dengan perlakuan aktivasi kimia, adsorben yang paling baik dalam penyerapan
pada aktivasi fisika kadar Fe yang diperoleh lebih ion besi yaitu menghasilkan kandungan ion
besar disebabkan zat pengotor yang dihilangkan besi (Fe) sebesar 0,04 mg/L.
pada aktivasi fisika hanya air (H2O)(Susana, 2006) 3. Kandungan Fe dalam air sumur Garuda
sedangkan senyawa pengotor yang lain masih sebelum adsorpsi cukup tinggi yaitu sebesar
terikat pada permukaan kaolin tidak seperti 1,47 mg/L, setelah proses adsorpsi dengan
aktivasi kimia yang dapat menghilangkan zat kaolin yang teraktivasi kandungan Fe
pengotor lebih banyak yaitu Ca, K, dan mengalami penurunan.
Na(Gurhayanto, 1995), sehingga luas permukaan 4. Senyawa HCl merupakan asam kuat yang
dari kaolin tidak optimal terbuka yang efektif untuk mengaktivasi kaolin sehingga
menyebabkan pada saat proses adsorpsi dapat menurunkan kandungan ion besi (Fe)
penyerapan ion besi tidak dapat dilakukan secara signifikan.
sebanyak mungkin. Untuk aktivasi kimia-fisika
menghasilkan kadar Fe paling besar dibandingkan DAFTAR PUSTAKA
aktivasi lainnya. Dengan adanya aktivasi kimia Auliya, R. & Widia Sri L. 2009. Pemanfaatan
terhadap kaolin dapat menukar kation-kation yang Tanah Lempung Gambut Sebagai Adsorben
ada dalam antarlapis kaolin dengan ion H+ Dalam Menurunkan Ion Besi (Fe) dan
sehingga kaolin menjadi lebih aktif, antarlapis Mangan (Mn) Pada Air Tanah Kota
kaolin ini merupakan bidang yang bertanggung Banjarbaru. Banjarbaru: Fakultas Teknik
jawab terhadap proses pertukaran kation tetapi UNLAM.
karena adanya pemanasan pada suhu 7000C Brown, G.G. 1950. Unit Operation. Modern Asia
(aktivasi fisika) antarlapis kaolin menjadi rusak ed. John Wiley & Son, Inc. New York.
sehingga mempengaruhi dalam besarnya Farah, Isma & Rosiyana E. 2009. Studi Awal
penyerapan ion Fe. Gambar 2 menunjukkan bahwa Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan
kaolin dengan aktivasi kimia menunjukkan (Mn) Air Sumur Kota Banjarbaru
aktifitas adsorpsi terbaik, yakni mampu Memanfaatkan Limbah Lumpur PDAM
mengadsorpsi Fe paling banyak 0,04 mg/L. Sebagai Adsorben. Banjarbaru: Fakultas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan di Teknik UNLAM.
atas menyebabkan terjadinya penurunan pada Fitria. 2004. Aktivasi Lempung dan
kadar ion besi dalam air sumur Garuda. Kadar ion Karakteristiknya. Skripsi. Banjarbaru:
besi sebelum proses adsorpsi dengan kaolin Fakultas MIPA UNLAM.

24
Konversi, Volume 5 No. 2, Oktober 2016

Gurhayanto, Andi Bukit & Holia Onggo. 1995. Nurahmi. 2001. Reynold T. D. 1982. Unit
Pengolahan Kaolin Untuk Bahan Baku Operation And Process In Environmental
Cordierite. Telaah, Jilid XVI, No. 2. Engineering. Texas:Wods Worth Inc. A&M
Hammer , Mark J. 1977. Water and Waste Water Univercity.
Technology. John Wiley and Sons Inc. Sediawan, W.B. dan Prasetya, A. 1997. Pemodelan
New York Matematis dan Penyelesaian Numeris
Hartaya, K.. 2006. Pengaruh Pemadatan dan dalam Teknik Kimia dengan Pemrograman
Kandungan Binder terhadap Porositas Bahasa Basic dan Fortran. Andi.
Kaolin Teknis. Available From: URL: Yogyakarta.
http://www.scribd.com/doc/3532972/Penga Sontheimer, J.E.. 1985. Activated Carbon for
ruh-Pemadatan-Dan-Kandungan-Binder- Water Treatment. Netherlands.. Elsevier.
Terhadap-Porositas-Kaolin Teknis.pdf Susana, Ina. 2006. Montmorillonit Terpilar TiO2
Helda N. 2005. Penggunaan unit proses oksidasi- Sebagai Bahan Anti Bakteri Escherichia
kimia untuk menghilangkan besi dalam air. coli. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Prosiding. Banjarbaru: Seminar Ilmiah Dies Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Natalis Universitas lambung mangkurat. Universitas Sebelas Maret.
Marsh et all, Harry. Francisco Rodriguez-Reinoso. Tjokrokusumo, K. R. T. 1995.Pengantar Konsep
2006. Activated Carbon. Elsevier Ltd. Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan Dan
London. UK Pengolahan Air Bersih. Jogjakarta: STTL
Menteri Kesehatan RI. 2002. Syarat-Syarat dan YLH.
Pengawasan Kualitas Air Minum Teng Hsisheng, Ho Jui an, Yung fu, Hsieh Chien
No.907/MENKES/SK/VII/2002. Jakarta. To. 1996. Preparation of Activated Carbon
Notodarmojo, S.. 1994. Pengolahan Air Berwarna. from Bituminous Coal with CO2 Activation
Kajian Terhadap Studi Laboratorium. 1 Effects of Oxygen Content in Raw Coal.
Makalah Lokakarya Pengolahan Air Ind. Eng. Chem.Res, 35: 4043-4049.
Berwarna. Palangkaraya. Utari, Tresye. 1994. Pembuatan Adsorben
Alumina Dari Kaolin. Tesis. Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai