RESPIRATORY SYSTEM
2021
83
Pulmo
Perhatikanlah bentuk dan kaliber susunan dinding trachea dan main bronchus,
jumlah tulang rawan pada trachea, berapa besar sudut bifurcatio trachealis, A. dan
V. Bronchiales.
Pelajari dan cari cabang-cabang main bronchus kiri dan kanan, arteri dan vena
yang mengikutinya, kelenjar-kelenjar limfe di sekitarnya, system saraf yang
mengikutinya serta pleksus pulmonales, hilus pulmonales dan ligamentum
pulmonales.
Pelajarilah pleura visceralis dan lanjutannya; fissura horizontalis dan fissura
oblique pulmonalis.
Pelajarilah bagian apex, basis, facies medialis, facies costalis lateralis,facies
costalis anterior dan facies costalis posterior.
Pelajarilah impressions pada fascia mediastinalis (medial vena azygos, arcus aorta,
cardial notch, oesophagus), Arteri dan Vena Subclavia.
Perhatikan apa-apa yang terdapat pada radix pulmonalis dan bagaimana letak
masing-masing terhadap yang lain.
Apa itu pengertian bronchus eparterial dan bronchus hyparterial.
Bagaimana keadaan dinding A. Pulmonalis.
PRAKTIKUM HISTOLOGI
RESPIRATORY TRACT
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. __________ _ _ _ _ __ 2. ________ _ _ _ _ _ _
3. __________ _ _ _ _ __ 4. ________ _ _ _ _ _ _
5. __________ _ _ _ _ __
Deskripsi gambar 1
2. Struktur submukosa
3. Jenis cartilage
4. Bentuk cartilage
Gambar 2 Bronchus (RS-3)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. _________________________
2. _______________________________ 5. _________________________
3. _______________________________ 6. ______ _ _ _ _ _
Deskripsi gambar 2
2. Struktur submukosa
4. Struktur cartilage
Gambar 3 Bronchiole (RS-3)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. _________________________
2. _______________________________ 5. _________________________
3. _______________________________ 6. _________________________
Deskripsi gambar 3
3. Struktur
lamina propria
4. Cartilage dan
kelenjar Ada / Tidak Ada Ada / Tidak Ada Ada / Tidak Ada
submukosa
Gambar 4 Alveolus (RS-3)
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ______________________________ 4. _________________________
2. ______________________________ 5. _________________________
3. ______________________________ 6. _________________________
Deskripsi gambar 4
3. Struktur interstisium
RTS – Pr4 – Fisiologi
Praktikum Fisiologi
Mekanisme Bernapas (Breathing)
Pada percobaan ini anda akan merekam gerakan pernafasan dengan menggunakan belt tranducer yang
diikatkan di abdomen. Anda akan menginvestigasi beberapa aspek pernafasan, termasuk kemampuan
untuk menahan nafas, hiperventilasi, rebreathing dan hubungan pernafasan dan denyut jantung.
Latar Belakang
Aktifitas metabolik dari jaringan membutuhkan O2 dan menghasilkan CO2. Sumber utama dari O2
adalah berasal dari udara di atmosfir. Tempat utama pelepasan CO2 juga di atmosfir. Pada jangka waktu
yang pendek gas gas ini bertukar antara jaringan dan darah. Gerakan pernafasan memompakan udara
keluar masuk paru dan menyebabkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah terjadi.
Struktur internal dari paru terdiri dari saluran yang bercabang cabang (bronkus) yang membawa udara ke
alveoli. Alveoli kadang disebut sebagai kantung udara, yang memilik dinding yang tipis, banyak
memiliki pembuluh darah dimana proses pertukaran gas berlangsung.
Aktifitas otot pernafasan pada pernafasan yang tenang adalah kontraksi yang ritmis dari diafragma,
yang merupakan lapisan otot yang berbentuk kubah yang memisahkan thorax dengan abdomen.
Kontraksi dari diafragma akan menarik permukaan bawah dari paru paru kearah bawah, udara
diinspirasikan. Pada pernafasan yang tenang ekspirasi adalah aktifitas yang pasif dan merupakan hasil
dari elastic recoil paru. Pergerakan tulang iga juga terjadi pada pernafasan yang tenang akibat dari
aktifitas otot intercostalis, tapi dengan amplitudo yang kecil.
Pada pernafasan yang dipaksakan, pergerakan tulang iga tampak jelas. Sangkar dada akan sangat
meluas. Sebagai tambahan otot otot yang lain juga ikut serta dalam proses ini. Otot
sternocleidomastoideus yang ada di leher ikut membantu menaikkan tulang sternum pada pernafasan
yang dipaksakan. Otot otot abdomen akan berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam abdomen dan
mendorong diafragma keatas untuk menghasilkan ekspirasi yang kuat.
Pergerakan pernafasan berada dalam dua kontrol system syaraf. Pergerakan pernafasan dapat dilakukan
secara volunter sebagaimana pergerakan lengan dan kaki. Akan tetapi bila tidak ada perhatian secara
sadar terhadap pernafasan maka kontraksi otot yang ritmik akan terjadi secara spontan. Pernafasan
secara spontan di kontrol oleh pusat pernafasan yang berada di medulla otak. Pusat pernafasan
memastikan bahwa pertukaran gas yang terjadi di paru sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pada saat
kebutuhan meningkat, laju dan dalamnya pernafasan juga akan meningkat untuk membawa udara lebih
banyak ke paru. Pusat pernafasan di stimulasi oleh peningkatan tekanan partial CO2 dalam darah
secara kuat, dan distimulasi oleh penurunan tekanan partial O2 secara lemah.
Required Equipment
Computer Chart software
Power lab
Respiratory belt transducer Finger pulse
transducer Medium-sized paper bag
Procedures
Set up and equipment calibration
Hubungkan chart kepada computer dan mulai software.
Dari dialog window galeri percobaan, pilih “breathing” dari daftar di sebelah kiri. Pilih settings file “breathing
settings” dari daftar sebelah kanan, dan klik tombol open untuk mengaplikasikan setting tersebut. Apabila
dialog galeri percobaan tidak muncul didepan chart window, pilih perintah Experiments Gallery… dari file
menu.
Sekarang chart window yang terdapat pada layar computer akan di set untuk set pertama dari percobaan. Akan
muncul dua channel. Channel 1 “Breath” and Channel 2 “Rate”. Channel 2 menunjukkan laju pernafasan
(dengan satuan breath perminute/BPM), dari sinyal pernafasan subjek yang direkam oleh channel 1.
Perhitungan Laju pernafasan yang paling baik adalah ketika subjek bernafas dengan amplitudo yang besar.
Ikatkan respiratory belt disekeliling abdomen bagian atas praktikan, seperti yang terlihat di Figure
1. Transducer harus berada di bagian depan tubuh setinggi pusat, dan ikatan harus kuat.
Note: respiratory belt transducer dapat diletakkan diatas pakaian, dan tidak masalah bila praktikan duduk atau
berdiri selama dia merasa nyaman mengingat ini adalah percobaan yang panjang. Karena pola pernafasan
berbeda beda, posisi dari transducer mungkin harus dirubah rubah untuk mendapatkan sinyal yang terbaik
Figure 1. Connecting the respiratory belt to the PowerLab.
Sambungkan plug BNC yang terdapat pada kabel respiratory belt transducer kepada BNC connector , input
1 yang terletak di depan power lab (Figure 1).
Pilih perintah Input Amplifier… dari pop up menu pilih brathe channel function.
Minta praktikan untuk mengambil nafas yang kuat dan dalam kemudian observasi sinyal pada Input
Amplifier dialog (Figure 2).
Figure 2. The Input Amplifier dialog box for the “Breath” channel. The Range has been
adjusted so that the signal is the correct size, about 1/2 of the window height.
Sesuaikan Range dengan cara mengatur dari drop-down list dalam dialog input amplifier sehingga sinyal
pernafasan berada kurang lebih setengah atau 2/3 dari skala yang penuh. Klik OK untuk menutup dialog.
Dari menu pop up rate channel, pilih legacy dan kemudian computed input. Perhatikan apakah praktikan
telah bernafas secara normal dan observasi window yang ada di sebelah kiri. Puncak pernafasan harus melebihi
threshold bar “T” yang ada di window. Jika tidak klik dan geser “T” sehingga garis threshold berpotongan dengan
kurva pernafasan seperti yang ditunjukkan pada Figure 4.
Pada saat merekam respirasi normal praktikan tidak boleh menghadap ke layar computer dan sama sekali
tidak mengkontrol pernafasannya. Praktikan mungkin harus melihat kearah jendela atau membaca buku untuk
menghindari kontrol pernafasan secara sadar
Rekam pernafasan normal selama 2-3 mnt dan observasi kurvanya. Pada saat sinyal baseline telah direkam,
siapkan komen “inhale, hold” tapi jangan menekan kunci return/enter.
Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk menarik nafas
dalam dan menahan nya selama dia mampu..
Siapkan komen “brathe” dan ketika praktikan mulai bernafas lagi, tekan kunci return/enter untuk memasukkan
komen..
Lanjutkan perekaman sampai baseline pola normal didapat. Biarkan praktikan istirahat dan bernafas
normal selama 2-3 mnt lagi. Siapkan komen “exhale, hold”.
Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk melepas nafas
nya secara kuat dan kemudian menahan nya selama dia mampu..
Siapkan komen “breathe”, dan ketika praktikan bernafas tekan kunsi return/enter untuk memasukakn
komen tersebut.
Lanjutkan merekam sampai baseline pola normal didapat, kemudiian klik stop. Praktikan dapat relax dan
bernafas secara normal..
Exercise 2: Hyperventilation
3. Objectives
Pada percobaan ini, anda akan menginvestigasi efek dari hiperventilasi pada pola pernafasan dan
lamanya waktu menahan nafas.
4. Procedure
Safety Note: jika praktikan mengalami perasaan pusing ketika berhiperventilasi, hentikan
prosedur, tapi rekam respon pernafasan. Jika praktikan merasa tidak enak, perintahkan
untuk menarik kembali udara yang telah diekspirasikan dengan cara meletakkan tangan
diatas hidung dan mulut untuk beberapa menit atau bernafas melalui kantung kertas yang
disediakan untuk percobaan berikutnya.
Rekam pernafasan normal dari praktikan selama 2-3 menit. Selama waktu ini, siapkan komen
“hyperventilate” dengan cara mengetik nya pada tempat komen tapi jangan dulu menekan kunci
return/enter..
Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian dengan segera minta praktikan untuk
berhiperventilasi dengan bernafas secepat dan sedalam yang dia mampu selama 30 detik.
Siapkan komen “breathe”, dan setelah 30 detik berhiperventilasi tekan kunci return/enter untuk memasukkan
komen, kemudian segera minta praktikan untuk kembali bernafas secara normal.
Lanjutkan merekam sampai pola pernafasan normal didapat. Biarkan praktikan istirahat dan bernafas
dengan normal selama 2-3 menit lagi. Siapkan komen “hyperventilate”.
93
Tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen, kemudian dengan segera meminta praktikan untuk
berhiperventilasi dengan bernafas secepat dan sedalam mungkin selama 30 detik.
Siapkan komen “inhale, hold”, dan setelah 30 detik berhiperventilasi tekan kunci return/enter untuk
memasukkan komen tersebut. Segera minta praktikan untuk menarik nafas yang dalam dan menahannya selama
mungkin.
Siapkan komen “breathe”, dan ketika praktikan mulai bernafas tekan kuci return/enter untuk memasukkan
komen tersebut..
Klik stop untuk menghentikan rekaman. Sekarang praktikan dapat relax dan bernafas secara normal..
6. Procedure
1. Sediakan kantung kertas ukuran sedang
2. Klik start untuk mulai merekam, kemudian masukkan komen “baseline 3”.
Masukkan komen “rebreathing”; kemudian segera minta praktikan untuk bernafas kedalam kantung kertas.
Praktikan harus meletakkan kantung kertas diatas mulut dan hidung perhatikan jangan sampai udara keluar
ke atmosfir.
Siapkan komen “breathe”. Setelah 60 detik melakukan rebreathing, tekan kunci return/enter untuk memasukkan
komen, kemudian segera minta praktikan untuk melepaskan kantung kertas dari mulut dan hidungnya.
Pilih tombol save dari menu dan simpan rekaman dengan nama file yang cocok. Tutup chart window, tapi
jangan lepaskan respiratory belt karena masih dibutuhkan untuk percobaan selanjutnya.
7. Objectives
Pada percobaan ini, anda akan menginvestigasi variasi denyut jantung selama bernafas.
8. Procedure
1. Note: respiratory belt harus tetap terpasang disekelilling abdomen bagian atas dari praktikan,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan BNC plug terpasang pada kabel respiratory
belt yang dihubungkan ke input 1 BNC pada unit power lab. Setelah dilakukan kalibrasi sinyal
pernafasan maka akan ada settingan yang baru.
Letakkan pressure pad dari finger pulse transducer berlawanan dengan ujung jari tengah pada salah satu
tangan praktikan. Gunakan Velcro strap untuk menempelkan nya dengan pas ( tidak terlalu kuat ataupun terlalu
longgar). Pastikan praktikan duduk tenang dengan tangan istirahat diatas bangku untuk meminimalisir gerakan
dari transducer.
Buka galeri percobaan dan kemudian buka file setting “Breathing & HR Settings”. Setelah beberapa saat, chart
window pada layar computer akan terbuka dengan tiga channel display. Dari atas ke bawah adalah:
Figure 3.The connections for Exercise 4: the finger pulse transducer and the
respiratory belt.
Pilih komen Input Amplifier… dari menu pop up Pulse Channel Function. Sesuaikan nilai pada Range drop-
down list yang terdapat pada dialog window yang muncul sehingga sinyal berada kurang lebih setengah atau 2/3
dari skala ketika praktikan meletakkan kedua tangan mereka diatas meja. Klik tombol OK untuk menutup dialog
window input amplifier.
Pilih komen computed input dari Heart Rate Channel Function pop-up Legacy menu. Kotak dialog computed input
memiliki dua area data display. Data mentah (sinyal pulsasi dari input 2) ada disebelah kiri dan computed signal
(denyut jantung) di sebelah kanan. Denyut jantung akan ditampilkan dengan satuan BPM (beats perminute)
Apabila Range telah di set secara tepat di step 4, tidak perlu dirubah lagi di dialog window pada sebelah kiri.
Range dari ratemeter computed function di sebelah kanan telah diatur sebelumnya dan tidak perlu dirubah.
Pengaturan threshold bagaimanapun perlu dirubah untuk memperbaiki trigger dari ratemeter`. Sinyal pulsasi
harus melewati tingkat threshold (ditunjukkan dengan garis horizontal tebal berwarna hitam) untuk dapat
menandai suatu peristiwa. Jika threshold diatur terlalu tinggi, tidak ada peristiwa yang dapat ditandai, apabila
95
terlalu rendah dan puncaknya terlalu kecil maka denyut jantung akan muncul lebih cepat dari yang sebenarnya.
Atur threshold, jika perlu, dengan cara menggeser pengatur threshold keatas dan bawah sehingga puncak dari
sinyal pulsasi melewati garis threshold, tetapi puncak yang kecil jangan sampai melewati threshold, seperti
yang ditunjukkan di Figure 4..
Threshold control
Sensitivity control
Figure 4 The Computed Input dialog; the threshold is shown in the correct position for measuring
heart rate from the pulse trace.
Pengaturan sensitivitas yang menyesuaikan sensitivitas terhadap fluktuasi sinyal berada di sebelah kiri pengatur
threshold. Jangan mencoba merubah pengaturan sensitivitas ini. Jika anda secara tidak sengaja merubah
pengaturan sensitivitas ini garis threshold akan melebar dan ratemeter tidak dapat di trigger sama sekali. Untuk
memperbaiki hal ini geser pengatur sensitivitas ke bawah dengan pengatur threshold, untuk mendapatkan garis
threshold pada ketinggian yang terendah.
Ketika threshold telah diatur dengan benar, klik tombol OK untuk menutup dialog computed input Klik start untuk
mulai merekam.
Periksa apakah kurva denyut jantung menunjukkan denyut jantung secara benar (biasanya berkisar diantara
55-80 BPM), jika tidak, atur threshold setting untuk pengukuran siklus pada channel denyut jantung seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Rekam pola dasar dari denyut jantung dan pernafasan selama 5 menit. variasi pada denyut jantung sering
ditemukan pada pernafasan yang lambat dan dalam.
Setelah merekam pola dasar nya, ketik “inhale, hold” untuk mempersiapkan komen. Tekan kunci return/enter
untuk memasukkan komen, kemudian segera minta praktikan untuk menarik nafas dalam dan menahannya
selama dia mampu.
Ketika praktikan menahan nafas mereka, siapkan komen “brathe”, dan ketika praktikan mulai bernafas
tekan kunci return/enter untuk memasukkan komen..
Klik stop untuk menghentikan perekaman. Praktikan dapat relaks dan bernafas normal
Figure 5. Typical Chart data file showing breathing and heart rate.
Analysis
Percobaan 1: Normal breathing
1. Geser marker ke puncak yang paling tinggi pada kurva dengan komen “inhale, hold”. Gerakkan
kursor waveform ke saat pernafasan yang pertama setelahnya pada komen yang sama. Rekam
durasi menahan nafas, yang ditunjukkan pada rate/time display (Figure 6), pada table 1 dari
data notebook.
2. Geser marker kearah puncak yang rata setelah komen “exhale,hold”. Gerakkan kursor
waveform ke awal saat pernafasan setelahnya, jug pada komen yang sama. Rekam durasi
menahan nafas yang ditunjukkan pada rate/time display (Figure 6), pada table 1 dari data
notebook
Rate/Time display
Figure 6. Determining the duration of breath holding using the Marker and Waveform
Cursor.
Percobaan 2: Hyperventilation
1. Nilai kurva dan rekam kurva laju pernafasan sebelum dan selama hiperventilasi pada table 2 dari data
notebook.
Gunakan marker dan kursor waveform untuk menilai berapa lama waktu menahan nafas pada percobaan 1,
antara komen “inhale,hold” dan “breathe”.
Tulis durasi lamanya waktu menahan nafas dari rate/time display pada table 2 dari data notebook.
Rebreathing dari kantung yang tertutup akan menyebabkan arterial hypercapnia yaitu peningkatan
tekanan partial CO2, yang akan menyebabkan peningkatan pernafasan.
Bagaiman hal ini dapat dibuktikan melalui percobaan yang telah dilakukan tadi? (apakah dalam dan laju
pernafasan selama rebreathing meningkat bila dibandingkan dengan pernafasan biasa?)
Table 2. The effect of hyperventilation on breathing rate and breath hold duration.
Breathing rate
Condition (breaths/min) Duration of breath hold (sec)
Normal
breathing
Hyperventilation
9. In the space below, describe the effects of rebreathing observed :
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
Table 3. Effect of breath holding on heart rate.
Condition Heart Rate (Beats/min)
Normal breathing
Breath holding
Study Questions
1. Gambarkan gerakan pernafasan normal. Dan jelaskan mengenai laju, durasi inspirasi dan
durasi ekspirasi.
Jelaskan dengan kata kata mu sendiri efek dari menahan nafas pada pola pernafasan.
Selama fase respirasi yang mana nafas dapat ditahan lebih lama?
Setelah menahan nafas apakah yang segera akan kita lakukan, inspirasi atau ekspirasi? Apakah
pemulihan setelah menahan nafas berbeda pada fase ekspirasi dan inspirasi?
Apakah menahan nafas sebelum bernafas normal akan lebih panjang atau lebih pendek dibandingkan
setelah bernafas normal?
Pada keadaan keadaan tertentu ahiperventilasi dapat memberikan keuntungan yang signifikan, seperti pada
performa atlet, bagaimana hal ini dapat dijelaskan
Rebreathing dari kantung tertutup menyebabkan arterial hypercapnia, yang akan menstimulasi pernafasan.
Bagaiman hal ini dapat dibuktikan melalui percobaan yang telah dilakukan tadi? (apakah dalam dan laju
pernafasan selama rebreathing meningkat bila dibandingkan dengan pernafasan biasa?)
Apa yang terjadi pada kurva denyut jantung ketika menahan nafas? Apakah efek nya sama pada setiap orang?
Variasi pada denyut jantung selama siklus pernafasan dipercaya terjadi karena variasi dari aktifitas nervus vagus
yang mempengaruhi jantung. Apa efek nervus vagus terhadap jantung?
NIM :
Grup :
Tanggal :
1. Sebutkan nama otot-otot yang diperlukan untuk mekanisme bernapas (inspirasi dan ekspirasi)
biasa dan paksa (normal and forced) !
3. Sebutkan faktor-faktor kimia dan fisik yang dapat mempengaruhi sentra respirasi melalui
kemoreseptor dan baroreseptor !
Penyakit pada susunan pernafasan dalam kehidupan sehari-hari paling sering menimbulkan
keluhan/permasalahan yang menyebabkan penderita datang ke dokter untuk berobat.Keluhan batuk pilek
atau sesak nafas dapat ditemukan pada setiap penderita tanpa pandang umur atau jenis kelamin.
Dalam usaha mengobati maka faktor penyebab dan diagnosis yang tepat merupakan syarat
utama.Beberapa terminologi yang hampir sama bunyinya perlu diperhatikan artinya yang tepat agar
tidak membuat kesalahan dalam aplikasinya.Untuk itu coba jelaskan arti istilah ini:
-Empiema -Pneumoconiosis
-Emphisema -Asma bronkial
-Pneumonia -Asma kardial
2. Topografi paru
a. Lobus…………..tempat predileksi tuberkulosis paru sekunder
b. Lobus…………..yang pertama akan kebanjiran darah dalam
Keadaan dekompensasi kordis.
c. Cabang bronkus sebelah………..lebih ………….daripada yang
sebelah………….
d. Pleura dilapisi oleh sel……………..Pleura visceral melekat pada
…………….Pleura parietal melekat pada………………………
3. Fungsi paru
a. Bagaimanakah mekanisme inspirasi dan ekspirasi itu?
b. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di……………………..
c. Apa itu”residual air” ?
SEDIAAN MIKROSKOPIK
1. Polip sino-nasal
Penjelasan:
Sediaan merupakan suatu tonjolan bulat yang permukaannnya diliputi oleh epitel torak bertingkat
bersilia(epitel Schneider)---ini ialah epitel yang biasa dijumpai
pada selaput lendir rongga hidung /sinus
Di bawah epitel terdapat jaringan ikat yang sembab(yang kadang-kadang tampak
sebagai rongga-rongga kecil oleh karena degenerasi) dan sebukan sel-sel radang:
leukosit neutrofil,eosinofil,limfosit,sel plasma dan makrofag.
Polip sino-nasal ini merupakan tonjolan yang sering ditemukan di hidung dan atau
akibat radang berulang-ulang dan bukan suatu neolasma.
2. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring(dalam kepustakaan Barat dinamai NASOPHARINGEAL
CARSINOMA=NPC) merupaka tumor ganas yang penting oleh karena termasuk dalam lima tumor
ganas yang tersering dijumpai di Indonesia. Tumor berasal dari epitel gepeng berlapis yang
melapisi permukaan nasofaring. Ada tiga jenis histologi(klasifikasi) yaitu:
1. karsinoma sel squamosa(berkeratin)
2. karsinoma tidak berkeratin,yang terdiri atas karsinoma
berdifferensiasi(differentiated) dan karsinoma yang tidak
berdiferensiasi(undifferentiated).
Yang paling sering ditemukan adalah karsinoma yang tidak berdiferensiasi atau “undifferentiated
carsinoma”(dulu sering dinamai karsinoma anaplastik nasofaring atau limfo-epitelioma).Tumor ini cepat
mengadakan anak sebar(metastasis).Anak sebar di kelenjar getah bening regional (leher) cepat pula
berkembang,sehingga kelenjar getah bening akan membesar,penuh sel tumor ganas tersebut.Biopsi
diambil dari nasofaring seorang laki-laki berumur 40 tahun,dengan keluhan:sudah beberapa bulan sering
timbul perdarahan darah segar dari hidung yang dapat dihentikan dengan pengobatan tradisional.Tiga
bulan yang lalu terasa ada tonjolan di leher lateral yang makin lama makin besar.Secara mikroskopik
perhatikan bagian epitel permukaan nasofaring yang berubah menjadi tumor.Sel-sel karsinoma
nasofaring terdapat di dalam lamina propia,berupa sel yang tidak berdiferensiasi(undiffferentiated).
Kelenjar seromusinosa terlihat normal.
3. Tuberkulosis Paru
Ingat kembali P.A Umum.Jelaskan tanda-tanda/ciri-ciri yang dapat ditemukan.
Kasus 1.
Seorang pria berusia 45 tahun datang ke rumah sakit oleh karena meraba adanya tonjolan yang makin
membesar di leher sebelah kanan.Tonjolan ini tidak nyeri.Kadang-kadang ia merasa penglihatannya
ganda dan telinga kanannya agak tuli.Pernah mengeluarkan darah bersama lendir dari hidungnya.Pada
penderita ini dilakukan biopsi dari rongga di belakang hidung(nasofaring),kemudian dilakukan
pemeriksaan histopatologi.
Pertanyaan:
1. Uraikan kelainan yang ditemukan pada sediaan ini?
2. Disebut apa jenis tumor ini?
3. Jelaskan hubungan antara kelainan mikroskopik dan gejala klinik yang ada!
Kasus 2.
Pria Indonesia berumur 60 tahun dengan keluhan rasa nyeri pada dada kiri sejak beberapa bulan,batuk-
batuk sudah lama dan pernah dahaknya bercampur dengan darah.Penderita perokok berat (>20 batang
rokok sehari) dan sudah merokok sejak masih sekolah.Pada foto thorak:terlihat bayangan padat di paru
kiri daerah hilus sebesar biji salak.Pada penderita dilakukan operasi lobektomi.Pada sediaan operasi
terlihat bagian yang padat.dari bagian padat ini dibuat sediaan mikroskopik.
Pertanyaan:
1. Uraikan kelainan yang tampak pada organ/sediaaan ini?
2. Disebut apa jenis tumor ini?
3. Adakah huibungan antara kebiasaan merokok pada penyakit ini? Bila
ada jelaskan!
Kasus 3.
Seoang laki-laki 30 tahun yang sangat kurus,meninggal karena batuk berdarah banyak.Sebelumnya
penderita sering lemas,tidak ada nafsu makan dan batuk- batuk yang beberapa kali diikuti dengan
perdarahan.Pernah dirawat dengan hasil foto thorak:”destroiyed lung”.Hasil laboratorium: LED 90
mm/jam,sel darah merah 3 juta/mm3 ,leukosit 15.000/mm3.Penderita diotopsi dan kelainan terutama
ditemukan di paru.
Pertanyaaan:
1. Uraikan kelainan yang ditemukan pada sediaan ini?
2. Kelainan ini disebut apa?
3. Bagaimana terjadinya batuk berdarah?
4. Bagaimanakah gambaran mikroskopik yang diharapkan pada kasus ini?
Gambarkan apa yang sudah anda lihat di mikroskop !
2. NPC
3. TB-Kelenjar
4. Carcinoma paru
Catatan;
Saat praktikum mahasiswa wajib membawa pulpen warna merah dan biru
RTS – Pr7 - Farmakologi
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 2
Bentuk Sediaan Obat Saluran pernafasan
& Kajian Interaksi Obat pada
Resep Polifarmasi Obat Saluran Pernafasan
TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memperlihatkan bentuk-bentuk sediaan obat saluran pernafasan yang lazim
digunakan di klinik.
2. Mengenal dan memahami serta menganalisa interaksi obat yang
terjadi pada resep polifarmasi obat saluran pernafasan
Pelaksanaan : 1. Memahami:
1.a. Nama dagang dan nama generik sediaan dari tiap item yang
diresepkan
1.b. Bentuk formulasi dari sediaan yang diresepkan
1.c. Cara pemberian obat
2. Mengkaji:
2.a. Interaksi farmaseutik
2.b. Interaksi farmakokinetik:
- absorpsi
- distribusi
- metabolisme
- ekskresi
2.c. Interaksi farmakodinamik:
- sinergisme
- antagonisme
Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh kita akan memberikan respon tertentu dalam tubuh. Obat
adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi
dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan atau dengan obat lain.
INTERAKSI FARMAKODINAMIK
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, yang aditif,
sinergistik atau antagonistik.
Yang termasuk dalam interaksi farmakodinamik antara lain :
1. interaksi pada reseptor
2. interaksi fisiologik
3. perubahan dalam kesetimbangan cairan elektrolit
4. gangguan mekanisme ambilan amin di ujung saraf adrenergik
5. interaksi dengan penghambat Mono Amin Oksidase (MAO)
INTERAKSI FARMAKOKINETIK
Interaksi ini terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorbsi, metabolisme atau ekskresi obat kedua
sehingga kadar plasma obat kedua akan meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan
toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut.
Interaksi yang termasuk dalam interaksi farmakokinetik diantaranya :
1. Interaksi dalam absorbsi di saluran cerna
2. Interaksi dalam distribusi
3. Interaksi dalam metabolisme
4. Interaksi dalam ekskresi
X
A
AB X
B
AC BC X
C
A B C
RTS – Pr8 – Patologi Klinik
Transudat dan eksudat adalah sejumlah cairan yang mengumpul secara abnormal dalam rongga tubuh
a.l : pleura, pericard, Ascites.
Asas
Membandingkan warna, kejernihan, bau, bekuan, berat jenis, jumlah sel, hitung jenis serta beberapa
parameter kimia untuk membedakan apakah cairan eksudat (yang disebabkan oleh radang) atau cairan
transudat.
Bahan
Cairan diperoleh dari punksi cairan pleura. Bila cairan tampak jernih, tanpa antikoagulan, bila cairan
keruh atau bercampur darah dapat diberi anti koagulan sitrat 20% ( 0,01 ml / l cairan ). Pemeriksaan
harus segera dilakukan (dalam waktu
½ jam setelah pengambilan bahan).
Cara pemeriksaan
A. MAKROSKOPI
1. Volume cairan pleura
2. Warna : kuning muda atau tua, kuning kehijau-hijauan, merah, coklat, putih
kekuning-kuningan, atau putih seperti susu.
3. Kejernihan : jernih, agak keruh atau sangat keruh
4. Bekuan : tidak ada bekuan (halus, berkeping atau kasar)
5. Berat jenis : diukur dengan refraktometer.
B. MIKROSKOPI
1. JUMLAH SEL :
Kocok cairan pleura yang akan diperiksa hingga homogen
Hisap cairan pleura sampai garis 1 lalu hisap larutan Turk sampai garis 11, kocok pipet selama 1 menit
buang 3 tetes pertama, kemudian isilah kamar hitung Improved Neubauer dan biarkan selama 5 menit.
Hitung sel leukosit dalam bidang (A, B, C, D ) dengan pembesaran 10x. Jumlahkan semua sel
yang terdapat dalam keempat “bidang besar”
Jumlah sel Lekosit = A + B + C + D x 10 x 10 / mm3
4
Kocok cairan pleura yang akan diperiksa. Hisap larutan Turk sampai garis 0,5 lalu hisap cairan sampai
garis 11. Selanjutnya seperti diatas.
Jumlah sel Lekosit = A + B + C + D x 20 x 10 / mm3
4
Cairan pleura diputar dengan kecepatan 1500 – 2000 rpm selama 5 menit. Cairan di atas (supernatan)
dibuang dan sedimen dipakai untuk membuat sediaan apus.
Biarkan kering, lalu diwarnai dengan Wright / Glemsa. Lakukan hitung jenis sebanyak 100 sel. Hitung
jenis hanya membedakan sel mononuclear (limfosit dan monosit) dan sel poli nuklear (segmen).
C. KIMIA
1. Tes Rivalta
Masukkan 100 ml aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml. Tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan
campurlah. Teteskan 1 tetes cairan pleura yang diperiksa ke dalam campuran tersebut, dilepaskan kira-
kira 1 cm dari atas permukaan campuran. Lihat ada tidaknya kekeruhan.
Kekeruhan tidak ada---------------------------------------------------------------negatif
Kekeruhan ringan seperti kabut tipis-tipis ------------ positif lemah
Kekeruhan nyata seperti kabut tebal ------------------ positif
2. PROTEIN
Campurkan dan inkubasi. Ukurlah absorbance sampel (As) atau standar (Ast) terhadap blanko sesudah
15-40 menit pada suhu 250C atau sesudah 10-20 menit pada suhu 370C.
As
Perhitungan X 6 gr/dl
Ast
3. GLUKOSA
Cara Pemeriksaan Glukosa
Campurkan dan inkubasi. Ukurlah absorbance sampel (As) atau standar (Ast) terhadap blanko sesudah
15-40 menit pada suhu 250C atau sesudah 10-20 menit pada suhu 370C.
As
Perhitungan X 100 mg/dl
Ast
4. LDH
Cara pemeriksaan sama dengan LDH dalam plasma
Ratio :
Protein cairan plasma < 0,5 > 0,5
LDH cairan plasma < 0,6 > 0,6
RTS – Pr9 - Mikrobiologi
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Cara pembuatan :
1. Bersihkan objek glas dari debu dan noda minyak
2. Buat hapusan spesimen pada bagian tengah objek gelas dengan cara membuat
lingkaran dari dalam ke arah luar secara berulang.
3. Sediaan apus dibiarkan kering oleh hawa udara atau dilewatkan diatas api Bunsen .
Reagensia
1. Carbol-gentian violet
Gentaviolet (atau crytalviolet atau methylviolet) sebanyak 1g, kristal fenol 2 g, alkohol 95% 10 ml, air
suling hingga 100 ml. Gerus gentianviolet dengan alkohol dalam mortir dan tambahkan air sedikit demi
sedikit sambil mengaduk terus. Biarkan 24 jam, kemudian saring campuran tersebut dan masukkan
dalam botol dengan menutup yang rapat.
Cara Pemeriksaan
1. Sediaan yang telah direkrat diatas api bubuhi carbol gentianviolet selama 1 menit
2. Cuci dengan air suling
3. Bubuhi larutan lugol selama 1 menit
4. Bilas dengan air suling
5. Bubuhi alkohol 96% sehingga tidak ada warna violet lagi yang dilepaskan oleh
sediaan
6. Bilas lagi dengan air suling
7. Tambahkan safranin selama 30 detik
8. Bilas sekali lagi dengan air suling
9. Keringkan dengan meletakkan miring diatas kertas saring/tissue.
Pelaporan
Kuman Gram positif berwarna Violet Kuman Gram
negatif berwarna merah
Reagensia
1. Carbol Fuchsin
Fuchsin basa 1 g, Kristal fenol 5 g, alkohol 95% 10 ml. Air suling hingga 100 ml.
Fuchsin basa digerus dalam mortir dengan alkohol. Tambahkan fenol dan kemudian air
suling yang tersedia sedikit demi sedikit sambil mengaduk.
Simpan dalam botol dengan penutup yang rapat, biarkan 24 jam, kemudian saring.
2. Alkohol Asam
Asam hidrochlorida pekat 3 ml alkohol 95% hingga 100 ml.
3. Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g, alkohol 95% 30 ml, larutan KOH
10% air suling hingga 100 ml. Dalam mortir digerus Metilen biru dengan alkohol,
pindahkan ke botol. Tambahkan KOH ke dalam botol tersebut bilas mortir beberapa
kali dengan isi botol ini. Simpan kembali ke botol. Diamkan 24 jam dan saring.
Cara pemeriksaan
1. Sediaan yang sudah direkatkan diatas api dibubuhi sampai menutupi sediaan dengan
karbol fuchsin, kemudian dipanaskan dengan hati-hati diatas api i sampai timbul uap,
jangan sampai mendidih selama 5 menit.
2. Cuci dengan air suling.
3. Bubuhi alkohol asam biarkan selama dua menit .
4. Cuci dengan air suling
5. Bubuhi metilen biru Loeffler selama 30 detik
6. Cuci sekali lagi dengan air suling
7. Keringkan dengan meletakkan miring di atas kertas kering
CARA KINYOUN
Reagensia
Carbol – fuchsin menurut Kinyoun : Fuchsin basa 4 g, kristal fenol 8 g, alkohol 95% 20 ml, air
suling 100 ml.
Fuchsin digerus dalam mortir dengan alkohol sampai larut. Mortir dibalas berkala- kali dengan air
suling, kemudian dipindahkan ke dalam botol. Fenol dipanaskan di dalam pemanas (waterbath) 560C
hingga mencair, tambahkan pada larutan di atas. Biarkan 24 jam, kemudian saring. Simpan dalam botol
dengan penutup yang rapat.
CARA PEMERIKSAAN
1. Sediaan apus yang telah direkatkan diatas api dipulas dengan carbol-fuchsin menurut
Kinyoun selama 3 – 5 menit
2. Lanjutkan pulasan seperti langkah – langkah pada pulasan Ziehl – Neelsen
mulai dari No. 2
Disini sediaan tidak dipanaskan.
Pelaporan
Basil Tahan Asam (BTA) : berwarna merah
Kuman Bukan BTA : berwarna biru
Sel – sel : berwarna biru
INTERPRETASI PEMERIKSAAN BTA MENURUT IUAT
LAPANG PANDANG
JUMLAH BTA HASIL
Tidak ada 100 lap. Pandang Negatif (Neg)
1–9 100 lap. Pandang Catatn jlh. Kuman
10 – 99 100 lap. Pandang + atau (1+)
1 – 10 1 lap. Pandang ++ atau (2+)
> 10 1 lap. pandang +++ atau (3+)
Bahan : Metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0,3 g, alkohol 95% 30 ml, larutan KOH 10% air
suling hingga 100 ml. Dalam mortir digerus Metilen biru dengan alkohol, pindahkan ke botol.
Tambahkan KOH ke dalam botol tersebut bilas mortir beberapa kali dengan isi botol ini. Simpan
kembali ke botol. Diamkan 24 jam dan saring.
Cara Pemeriksaan :
1. Sediaan yang sudah direkatkan diatas api dibubuhi sampai menutupi sediaan
dengan metilen biru Loeffler selama 30 detik
2. Cuci sekali lagi dengan air suling
3. Keringkan dengan meletakkan miring di atas kertas kering