Anda di halaman 1dari 33

HUKUM LINGKUNGAN DAN

KEBIJAKAN PUBLIK
KULIAH III
HUKUM SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN HIDUP
OLEH
TOMMY HENDRA PURWAKA
3 & 7 NOVEMBER 2020
BENTUK HUKUM YANG MENGATUR SUMBER
DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
REGULATION REGULATORY POLICY POLICY
(REGELING/PENGATURAN) (BESCHICKING/BELEID REGEL/PENETAPAN) (BELEID/KEBIJAKAN)
REGULASI ADALAH KETENTUAN-KETENTUAN BELEID REGELS ATAU PERATURAN KEBIJAK- 1. KEBIJAKAN UMUM ADALAH ARAHAN
HUKUM YANG BERSIFAT MENGATUR SECARA AN ADALAH PERATURAN UMUM YG DIKELU- STRATEGIS YG MEMBERI PETUNJUK TTG
UMUM (REGELING). ARKAN OLEH INSTANSI PEMERINTAHAN APA YG HARUS DILAKUKAN SAAT INI
BERKENAAN DGN ARAH PELAKSANAAN BAGI PENGEMBANGAN YG LEBIH BAIK DI
UU NOMOR 12 TAHUN 2011: HIRARKI WEAWENANG PEMERINTAHAN TERHADAP MASA YG AKAN DATANG. MISALNYA:
1. UUD 1945 WARGA NEGARA ATAU TERHADAP INSTANSI KEBIJAKAN PENGELOLA AN SUMBER
2. TAP MPR PEMERINTAHAN LAINNYA DAN PEMBUATAN DAYA SBG POAC/ PDCA.
3. UU/PERPU PERATURAN TERSEBUT TIDAK MEMILIKI 2. KEBIJAKAN TEKNIS ADALAH PENJA-
4. PP (PERATURAN PEMERINTAH) DASAR YANG TEGAS DALAM UUD DAN BARAN TEKNIS KEBIJAKAN UMUM
5. PERPRES (PERATURAN PRESIDEN) UNDANG-UNDANG FORMAL BAIK LANGSUNG MENJADI KEGIATAN-KEGIATAN. MI-
6. PERDA PROVINSI MAUPUN TAK LANGSUNG. SALNYA DLM MANAJEMEN (POAC/
7. PERDA KABUPATEN/KOTA BESCHIKKING KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG PDCA): PO=DI, KS, DT DAN AL; A=PM,PP
8. PERDES (PERATURAN DESA) BERSIFAT INDIVIDUAL DAN KONKRET ATAU DAN PH; C= ME).
BERISI PENETAPAN ADMINISTRATIF 3. KEBIJAKAN PELAKSANAAN ADALAH
CATATAN: (BESCHIKKING) ATAUPUN KEPUTUSAN YANG RINCIAN PELAKSANAAN DARI SETIAP
1. ASAS DAN PRINSIP HUKUM BERUPA ‘VONNIS’ HAKIM YANG LAZIMNYA KEGIATAN YG DIJABARKAN DIDA-LAM
2. HUBUNGAN KETERKAITAN (TANAGU & HARMONI)
3. POLITIK HUKUM, KEBIJAKAN PUBLIK & HIPER REG
DISEBUT DENGAN ISTILAH PUTUSAN. KEBIJAKAN TEKNIS. MISALNYA BAGAI
4. PARAMETER FUNGSI HUKUM MANA PELAKSANAAN MASING2
KOMPONEN KEGIATAN PO, A, C.
OBYEK YANG DIATUR OLEH HUKUM SUMBER DAYA DAN
LINGKUNGAN HIDUP
SUMBER DAYA ALAM SUMBER DAYA MANUSIA SUMBER DAYA BUATAN
1. KELAUTAN (KONPIL) 1. PENDIDIKAN (KONWAYANDAS) 1. PEKERJAAN UMUM (KONWAYANDAS)
2. PERIKANAN (KONPIL) 2. KESEHATAN (KONWAYANDAS) 2. TATA RUANG (KONWAYANDAS)
3. PARIWISATA (KONPIL) 3. KETENTRAMAN (KONWAYANDAS) 3. PERUMAHAN RAKYAT (KONWAYANDAS)
4. PERTANIAN (KONPIL) 4. KETERTIBAN UMUM (KONWAYANDAS) 4. PERMUKIMAN (KONWAYANDAS)
5. KEHUTANAN (KONPIL) 5. PERLINDUNGAN MASY (KONWAYANDAS) 5. PERDAGANGAN (KONPIL)
6. ENERGI (KONPIL): 6. SOSIAL (KONWAYANDAS) 6. INDUSTRI (KONPIL)
a. LISTRIK: PLTA, PLTU, PLTD, PLTN, PLT SURYA, 7. TRANSMIGRASI (KONPIL) 7. PANGAN (KONWANONYANDAS)
PLT ANGIN, PLT LAUT, PLT PANAS BUMI, PLT 8. KETENAGA KERJAAN (KONWANONYANDAS) 8. PERHUBUNGAN (KONWANONYANDAS)
GAS
9. SD PEREMPUAN (KONWANONYANDAS) 9. KOMINFO (KONWANONYANDAS)
b. BERJENIS-JENIS ENERGI LAINNYA
10. PERLINDUNGAN ANAK (KONWANONYANDAS) 10. KOPERASI (KONWANONYANDAS)
7. SUMBER DAYA MINERAL (KONPIL):
a. BATU BARA (BUKAN MINERAL) 11. ADMIN DUKCAPIL (KONWANONYANDAS) 11. UMKM (KONWANONYANDAS)
b. MINERAL LOGAM 12. SD MASYARAKAT (KONWANONYANDAS) 12. PENANAMAN MODAL (KONWANONYANDAS)
c. MINERAL BUKAN LOGAM 13. KENDALI PENDUDUK (KONWANONYANDAS) 13. STATISTIK (KONWANONYANDAS)
d. MINERAL BATUAN 14. KEL BERENCANA (KONWANONYANDAS) 14. PERSANDIAN (KONWANONYANDAS)
e. MINERAL MINYAK (FOSIL FUEL) 15. KEBUDAYAAN (KONWANONYANDAS)
f. MINERAL RADIO AKTIF
16. PERPUSTAKAAN (KONWANONYANDAS)
8. TANAH (KONWANONYANDAS)
17. ARSIP (KONWANONYANDAS)
9. SD DESA (KONWANONYANDAS) MEKANISME INTERAKSI ANTAR 18. POLITIK LUAR NEGERI (ABSOLUT)
10. LINGKUNGAN HIDUP (KONWANONYANDAS) SUMBER DAYA 19. PERTAHANAN (ABSOLUT)
ASPEK NORMATIF/DAS SOLLEN/SEBAIKNYA: 20. KEAMANAN (ABSOLUT)
MEKANISME PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN 21. YUSTISI (ABSOLUT)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN 22. MONETER & FISKAL NASIONAL (ABSOLUT)
KEBIJAKAN PUBLIK. 23. AGAMA (ABSOLUT)
24. URUSAN PEMERINTAHAN UMUM
CONTOH UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
SUMBER DAYA ALAM
SUMBER DAYA ALAM CONTOH UNDANG-UNDANG (UU)
1. KELAUTAN (KONPIL) UU KELAUTAN; UU ZEE; UU LANDAS KONTINEN; UU RATIFIKASI KHL & BERBAGAI KONVENSI
2. PERIKANAN (KONPIL) UU PERIKANAN; UU WILAYAH PESISIR & PULAU2 KECIL; UU RATIFIKASI BEBERAPA KONVENSI
3. PARIWISATA (KONPIL) UU PARIWISATA; UU KAWASAN EKONOMI KHUSUS
4. PERTANIAN (KONPIL) UU TANI; UU KEBUN; UU BD TANAMAN; UU PERBENIHAN; UU HORTIKUL; UU VAR TANAM; UU PETER
NAKAN;
5. KEHUTANAN (KONPIL) UU KEHUTANAN; UU PENCEGAHAN & PENCEGAHAN PERUSAKAN HUTAN; UU SD AIR
6. ENERGI (KONPIL): LISTRIK (PLTA, PLTU, PLTD, UU ENERGI; UU KETENAGALISTERIKAN; UU PANAS BUMI; UU KETENAGANUKLIRAN;
PLTN, PLT SURYA, PLT ANGIN, PLT LAUT, PLT
PANAS BUMI, PLT GAS); BERJENIS-JENIS
ENERGI LAINNYA
7. SUMBER DAYA MINERAL (KONPIL): BATU UU MINERBA; UU MIGAS
BARA (BUKAN MINERAL); MINERAL LOGAM;
MINERAL BUKAN LOGAM;MINERAL BATUAN
MINERAL MINYAK (FOSIL FUEL); MINERAL
RADIO AKTIF
8. TANAH (KONWANONYANDAS) UU INFO GEODESI; UUPA
9. SD DESA (KONWANONYANDAS) UU DESA
10. LINGKUNGAN HIDUP (KONWANONYANDAS) UU PPLH; UU GANGGUAN
CONTOH UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
SUMBER DAYA MANUSIA
SUMBER DAYA MANUSIA CONTOH UNDANG-UNDANG (UU)
1. PENDIDIKAN (KONWAYANDAS) UU SISDIKNAS; UU DIKTI; UU GURU & DOSEN; UU DIK DOKTER; UU DIK BIDAN;
2. KESEHATAN (KONWAYANDAS) UU KESEHATAN; UU RUMAH SAKIT
3. KETENTRAMAN (KONWAYANDAS) UU GANGGUAN
4. KETERTIBAN UMUM (KONWAYANDAS) UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
5. PERLINDUNGAN MASY (KONWAYANDAS) UU HANSIP
6. SOSIAL (KONWAYANDAS) UU PSIKOTROPIKA; UU NARKOTIKA
7. TRANSMIGRASI (KONPIL) UU TRANSMIGRASI
8. KETENAGAKERJAAN (KONWANONYANDAS) UU KETENAGAKERJAAN; UU ARSITEK; UU SISJAMSOSNAS; UU BPJS
9. SD PEREMPUAN (KONWANONYANDAS)
10. PERLINDUNGAN ANAK (KONWANONYANDAS) UU PERLINDUNGAN ANAK
11. ADMIN DUKCAPIL (KONWANONYANDAS) UU ADMIN KEPENDUDUKAN
12. SD MASYARAKAT (KONWANONYANDAS) UU PERLINDUNGAN & PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN, & PETAMBAK GARAM
13. KENDALI PENDUDUK (KONWANONYANDAS) UU KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
14. KEL BERENCANA (KONWANONYANDAS)
CONTOH UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
SUMBER DAYA BUATAN
SUMBER DAYA BUATAN CONOH UNDANG-UNDANG (UU)
1. PEKERJAAN UMUM (KONWAYANDAS) UU KONSTRUKSI; UU BANGUNAN GDG; UU JALAN;
2. TATA RUANG (KONWAYANDAS) UU TATA RUANG
3. PERUMAHAN RAKYAT (KONWAYANDAS) UU PERUMAHAN & PERMUKIMAN
4. PERMUKIMAN (KONWAYANDAS) UU RUMAH SUSUN
5. PERDAGANGAN (KONPIL) UU PERDAG; UU METRO LEGAL; UU PROD HALAL; UU E-PERIZINAN; UU STANDARISASI; UU SAING
6. INDUSTRI (KONPIL) UU PERINDUSTRIAN; UU INDUSTRI TAHAN
7. PANGAN (KONWANONYANDAS) UU PANGAN
8. PERHUBUNGAN (KONWANONYANDAS) UU LLAJ; UU PERLAYARAN; UU PENERBANGAN; UU KERETA API;
9. KOMINFO (KONWANONYANDAS) UU PENYIARAN; UU POS; UU TELEKOMUNIKASI;
10. KOPERASI (KONWANONYANDAS) UU KOPERASI;
11. UMKM (KONWANONYANDAS) UU UMKM;
12. PENANAMAN MODAL (KONWANONYANDAS) UU PENANAMAN MODAL
13. STATISTIK (KONWANONYANDAS) UU STATISTIK
14. PERSANDIAN (KONWANONYANDAS)
15. KEBUDAYAAN (KONWANONYANDAS) UU FILM
16. PERPUSTAKAAN (KONWANONYANDAS) UU PERPUSTAKAAN
17. ARSIP (KONWANONYANDAS) UU KEARSIPAN
18. POLITIK LUAR NEGERI (ABSOLUT) UU HUBUNGAN LUAR NEGERI
19. PERTAHANAN (ABSOLUT) UU PERTAHANAN; UU TNI
20. KEAMANAN (ABSOLUT) UU KEPOLISIAN
21. YUSTISI (ABSOLUT) UU KEIMIGRASIAN; UU CIPTA; UU PATEN; UU MEREK; UU PT; UU WAJIB DAFTAR PERSH
22. MONETER & FISKAL NASIONAL (ABSOLUT) UU PENANAMAN MODAL; UU PERBANKAN; UU BANK SYARIAH; UU LEMB UANG MIKRO;
23. AGAMA (ABSOLUT) UU IBADAH HAJI
24. URUSAN PEMERINTAHAN UMUM UU PEMEBENTUKAN PER-UU; UU PEMDA; UU ADMIN PEMR; UU ASN
PARADIGMA POLITIK HUKUM SBG KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBENTUKAN DAN
PELAKSANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
NO PARADIGMA YANG DIBERLAKUKAN SAAT INI: NO SEHARUSNYA DIKOMBINASIKAN DENGAN:
1 PARADIGMA KONSTRUKSI LEGAL FORMAL: 1 PARADIGMA KONSTRUKSI LEGAL MATERIAL:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum formal kebijakan publik dengan mempertimbangkan harmonisasi unsur-2
sebagaimana diatur dalam UU 12/2011 jo. UU 15/ 2019 tentang hukum dan kelembagaan (tujuan, mandat hukum, SDM, pimpinan,
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan jo. UU 30/2014 tentang sarana, prasarana, jejaring kerja, mekanisme kerja, dan hasil kerja) dan
Administrasi Pemerintahan. komponen-2 kegiatan pengelolaan sumber daya dan lingkungan (PO:
data&info; kapasitas potensial; daya dukung&daya tampung; alokasi;
A: pemanfaatan; pengolahan; pemasaran/sosialisasi; dan C:
pengawasan).
2 PARADIGMA SUMBER HUKUM FORMAL: 2 PARADIGMA SUMBER HUKUM MATERIAL:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada sumber hukum formal yang berlaku: kebijkan publik dilakukan dengan mempertimbangkan landasan idiil:
UU, traktat, perjanjian, yurisprudensi; kebiasaan; dan doktrin. nilai kebenaran, nilai keadilan, dan nilai kepastian serta landasan riil:
poleksosbudhankamlinghuk.
3 PARADIGMA HUKUM SUBYEKTIF: 3 PARADIGMA HUKUM OBYEKTIF:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada tujuan pemberian landasan hukum kebijkan publik dengan mempertimbangkan obyek yang diatur oleh
bagi kekuasaan dan kewenangan serta hak dan kewajiban. hukum yang terdiri dari peristiwa-2 hukum (perbuatan-2 hukum,
hubungan-2 hukum, dan akibat-2 hukum) di bidang dan yang ditinjau
dari aspek poleksosbudhankamlinghuk.
4 PARADIGMA TUJUAN HUKUM: 4 PARADIGMA FUNGSI HUKUM:
Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan Pembentukan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan publik didasarkan pada strategi bagaimana mencapai tujuan kebijakan publik dengan mempertimbangkan berfungsinya hukum dari
hukum (kepentingan privat>kepentingan publik atau sebaliknya). aspek poleksosbudhankamlinghuk demi tercapainya tujuan hukum
sebagai kepentingan publik.
IDENTIFIKASI KEBERADAAN
PARADIGMA POLITIK HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK
DALAM
PERPPU NOMOR 1 TAHUN 2020
(DISAHKAN MENJADI UU DGN UU NOMOR 2 TAHUN 2020)

TENTANG
KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA DAN STABILITAS SISTEM
KEUANGAN UNTUK PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS
DESEASE 2019 (COVID- l9) DAN/ATAU DALAM RANGKA
MENGHADAPI ANCAMAN YANG MEMBAHAYAKAN
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN/ATAU STABILITAS SISTEM
KEUANGAN
PENGANTAR
➢Muatan Perppu harus sesuai kebutuhan dan tuntutan rakyat

➢Perppu harus benar-benar efektif dalam menangani Covid 19

➢Perppu tidak boleh menjadi hambatan penanganan Covid 19

➢Perppu tidak boleh memberi kesempatan pada perilaku moral hazard


para free rider
JUDUL PERPPU

JUDUL PERPPU DIAWALI KATA


PERPPU NOMOR 1 TAHUN 2020
“KEBIJAKAN.” TIDAK LAZIM
TENTANG TAPI TIDAK DILARANG
KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA DAN STABILITAS (seperti Perpres 16/2017
SISTEM KEUANGAN UNTUK PENANGANAN tentang Kebijakan Kelautan
PANDEMI CORONA VIRUS DESEASE 2019
(COVID- L9) DAN/ATAU DALAM RANGKA
Indonesia).
MENGHADAPI ANCAMAN YANG
MEMBAHAYAKAN PEREKONOMIAN NASIONAL
DAN/ATAU STABILITAS SISTEM KEUANGAN
TINJAUAN HUKUM
Dalam Wujud Pengaturan Hukum di Indonesia, hubungan antara
regulation (regeling: peraturan perundang-undangan yang mengatur)
dengan regulatory policy (beleid regel/beschikking: peraturan
kebijakan) dan kebijakan publik (beleid: kebijakan umum, kebijakan
teknis, dan kebijakan pelaksanaan) tunduk kepada asas hukum lex
superior derogate legi inferiori.

Kebijakan tidak boleh bertentangan dengan regulatory policy apa lagi


dengan regulation.
TINJAUAN HUKUM
• Karena PERPPU ini menggunakan kata depan “Kebijakan” dalam
judulnya, maka tinjauan hukum dan kelembagaan terhadap Perppu
akan mempergunakan pendekatan format kebijakan.

• Format kebijakan--yang terdiri dari kebijakan umum, kebijakan teknis,


dan kebijakan pelaksanaan—dipakai untuk mencermati materi
Perppu secara keseluruhan, meliputi pembukaan, batang tubuh, serta
penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
TINJAUAN HUKUM
• Materi Perpu yang dikelompokkan ke dalam Kebijakan Umum dilandasi oleh Pasal
12 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Perubahan postur dan/atau rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam rangka pelaksanaan
kebijakan keuangan negara dan langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 sampai dengan Pasal 11 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Presiden”.

• Materi Perpres yang diamanatkan Pasal 11 ayat (2) tersebut-- jo. Pasal-Pasal UU
Administrasi Pemerintahan Negara yang mengatur diskresi jo. Pasal-Pasal UU 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan--sebaiknya
diarahkan untuk mengatur substansi Pasal 2 sampai dengan Pasal 11 dalam posisi
sebagai Kebijakan Teknis yang mencakup kewenangan 6 PMK dan 1 Permendagri,
serta dapat dikaitkan dengan Pasal-Pasal Perpu lainnya yang mencakup
kewenangan 1 Peraturan BI dan 2 Peraturan BI bersama OJK dalam posisi sebagai
Kebijakan Pelaksanaan.
TINJAUAN HUKUM
PRESIDEN
TELAH MENERBITKAN
PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)
NOMOR 54 TAHUN 2020 TENTANG
PERUBAHAN POSTUR ANGGARAN DAN
RINCIAN APBN TAHUN ANGGARAN 2020

PERPRES ITU MERUPAKAN


PELAKSANAAN PERPPU NOMOR 1
TAHUN 2020
DASAR PERTIMBANGAN
PERPPU 1/2020
• Pada pokoknya telah memenuhi parameter sebagai kegentingan memaksa
yang memberikan kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 ayat (1) UUD NRI 1945.
• Pandangan ini perkuat oleh Putusan MK No. 138/PUU-VII/2009
• TIGA kategori kegentingan :
1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum
secara cepat berdasarkan undang-undang,
2. Undang-undang yang dibutuhkan tersebut belum ada sehingga terjadi kekosongan
hukum, atau ada undang-undang tetapi tidak memadai,
3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan cara membuat undang-
undang melalui prosedur biasa karena akan memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut memerlukan kepastian untuk
diselesaikan.
NAMUN….
Ada Konsideran yang Belum Teruji
MENIMBANG:
a. ……

b. Bahwa implikasi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) TELAH BERDAMPAK antara lain terhadap
perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara
dan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah untuk melakukan penyelamatan kesehatan
dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety
net), serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak.

c. Bahwa implikasi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) TELAH BERDAMPAK pula terhadap
memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi domestik
sehingga perlu dimitigasi bersama oleh Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk
melakukan tindakan antisipasi (forward looking) dalam rangka menjaga stabilitas sektor keuangan.

d. dan seterusnya……

FAKTANYA
Belum ada data pertumbuhan ekonomi 2020 dan pemburukan sistem
keuangan sebagai dampak Covid-19
BATANG TUBUH
PERPPU 1/2020

5 Bab
mengamanatkan pembentukan:

29 Pasal 5 PP
1 Perpres
5 Peraturan Menteri Keuangan
1 Permendagri
1 Peraturan BI
2 Peraturan Bersama Menkeu dan BI
1 Peraturan OJK
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN
ADA ada 5 (lima) Pasal yang mengamanatkan pembentukan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) sebagai peraturan
pelaksanana Perppu No. 1 Tahun 2020.
1. Pasal 2 ayat (2),
2. Pasal 6 ayat (13),
3. Pasal 7,
4. Pasal 10 ayat (1,2),
5. Pasal 24 ayat (2).
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN
Selain mengamanatkan pembentukan PMK, Perppu No. 1 Tahun 2020 juga memberikan beberapa
kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk melaksanakan sejumlah urusan lain.

Pertama, memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk memberikan fasilitas


kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea masuk dalam rangka penanganan kondisi
darurat serta pemulihan dan penguatan ekonomi nasional (Pasal 4 ayat (1) hurup d),

Kedua, pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebagaimana
dimaksud pada ayat l2l dipungut, disetorkan, dan dilaporkan oleh pedagang luar negeri, penyedia
jasa luar negeri, Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) luar negeri, dan
atau Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dalam negeri, yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan (Pasal 6 ayat (3)),
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN

Ketiga, Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


komunikasi dan informatika berwenang untuk melakukan pemutusan akses
berdasarkan permintaan Menteri Keuangan (Pasal 7 ayat (5))

Keempat, Menteri Keuangan memiliki kewenangan untuk memberikan fasilitas


kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea masuk dalam rangka:
(a) penanganan pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID- l9l; dan/atau (b)
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan nasional (Pasal 9).
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN
➢ Perppu memberi kewenangan bagi Menteri Keuangan selaku Otoritas Fiskal
melampaui batas defisit anggaran 3% PDB yang diatur UU No.17/2003 tentang
keuangan negara.

➢ Perppu membolehkan pelampauan sampai dengan tahun 2022 atau selama tiga
tahun fiscal (2020, 2021, 2022).

➢ Perppu bersifat overlimitted tentang APBN dengan menegaskan pelampauan nilai


deficit hingga APBN tahun 2022. Padahal, karakter APBN adalah periodik.

➢ Perppu tidak menegaskan batas atas yang baru dari nilai deficit APBN selama
2020-2022 sehingga nilai deficit bisa ditentuikan sebesar berapa saja.
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN

➢ Menkeu berhak melakukan penyesuaian besaran belanja wajib (mandatory


spending) sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Salah satunya, tidak
harus memenuhi aturan 20% untuk Pendidikan.

➢ Menkeu berhak merealokasi atau menggeser anggaran. Termasuk pemotongan


atau penghematan. Baik pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarfungsi,
maupun antarprogram. Sebelumnya hanya dimungkinkan dengan pesetujuan DPR.

➢ Menkeu berhak menambah alokasi anggaran di luar yang sudah ditetapkan APBN.

➢ Menkeu berhak melakukan tindakan yang berakibat adanya pengeluaran atas


beban APBN, yang anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut belum
tersedia atau tidak cukup tersedia.
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN
➢ Menkeu berhak menentukan proses dan metode sejumlah pengadaan barang jasa
dalam APBN.

➢ Menkeu berhak menambah dan menetapkan sumber-sumber pembiayaan baik


yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Bahkan boleh menerbitkan SBN yang
dapat dibeli oleh Bank Indonesia di pasar perdana. Aktivitas Bank Indonesia
sebagai lander of the last resort seakan diarahkan oleh Kemenkeu.

➢ Menkeu dapat melakukan penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen


di bidang keuangan negara dan dapat melewatkan beberapa prosedur yang lazim
pada kondisi normal.
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN

➢ Menkeu mendapat penguatan wewenang dalam penyesuaian Tarif Pajak


Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap;
perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan;
memberikan fasilitas kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea
masuk.

➢ Menkeu menjadi memiliki kekuasaan yang sangat besar. Bahkan bisa


“memaksa” hal-hal tertentu pada otoritas ekonomi lainnya, seperti BI, OJK dan
LPS.
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN

• Kewenangan besar Menteri Keuangan tidak diikuti dengan fungsi pengawasan dan
akuntabilitas.

• Perppu No. 1 Tahun 2020 tidak memberikan peran kepada Menko Perekonomian

• Peran Bank Indonesia terkesan minimalis, Bank Indonesia hanya diamanatkan


membentuk 1 Peraturan Bank Indonesia (Pasal 16 ayat (2)) dan dua Peraturan Bersama
Menteri Keuangan- Bank Indonesia (Pasal 18 ayat (4) dan Pasal 19 ayat (3)).

• Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan sesuai fungsi sebagai Lender of the Last Resort (LOLR) dan sebagai
otoritas pengatir likuiditas sistem pembayaran
KEWENANGAN MENTERI
KEUANGAN
• Peran dan kewenangan Menteri Keuangan dalam Perppu No. 1 Tahun 2020 perlu
ditinjau kembali secara proporsional
• Peran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Otoritas Moneter perlu
ditingkatkan lagi
• Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus lebih berperan optimal
• Menko Perekonomian juga perlu turut diperankan dalam fungsi koordinasi
• Perppu harus tetop menyerap dan menjalankan semangat kebersamaan, berbagi
peran, dan gotong royong demi kepentingan rakyat.
IMMUNITAS PENGAMBIL
KEBIJAKAN Pasal 27

(1) Biaya yang telah dikeluarkan Pemerintah dan/atau lembaga anggota KSSK dalam
rangka pelaksanaan kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan dibidang
perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang keuangan
daerah, kebijakan pembiayaan, kebijakan stabilitas sistem keuangan, dan program
pemulihan ekonomi nasional, merupakan bagian dari biaya ekonomi untuk
penyelamatan perekonomian dari krisis dan bukan merupakan kerugian negara.

(2) Anggota KSSK, Sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, dan pejabat atau
pegawai Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, serta
Lembaga Penjamin Simpanan, dan pejabat lainnya, yang berkaitan dengan
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, tidak dapat
dituntut baik secara perdata maupun pidana jika dalam melaksanakan tugas
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”

(3) Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini bukan merupakan objek gugatan yang
dapat diajukan kepada peradilan tata usaha negara.
TAK ADA AKUNTABILITAS
DAN FUNGSI PENGAWASAN (1)
kalimat.... bukan kerugian negara” (Pasal 27 ayat (1)) berpotensi dijadikan alasan hukum atau tameng
untuk melakukan tindak pidana korupsi atau mengambil keuntungan pribadi saat bencana Covid 19.

Tidak ada jaminan biaya dari Pemerintah dan/atau lembaga anggota KSSK dalam rangka pelaksanaan
kebijakan belanja negara dan seterusnya itu benar-benar digunakan sepenuhnya untuk pemulihan ekonomi
atau menyelamatkan perekonomian dari krisis akibat pandemi Covid 19.

Pengelolaan keuangan negara baik di saat normal maupun di saat krisis tetap memerlukan pengawasan dan
audit. Potensi pihak tertentu melakukan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun karena kelalaian
dengan mengatas-namakan kepentingan pemulihan ekonomi atau penyelamatan ekonomi sangat mungkin
terjadi.

Penggunaan kalimat... bukan kerugian negara, dalam Pasal 27 ayat (1) sangat tidak tepat dan harus diubah
menjadi .... bukan kerugian negara jika tidak ditemukan unsur perbuatan melawan hukum berdasarkan
audit keuangan negara oleh lembaga yang berwenang.
TAK ADA AKUNTABILITAS
DAN FUNGSI PENGAWASAN (2)
kalimat... tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana jika dalam melaksanakan tugas
didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 27
ayat (2)).

Kalimat tersebut, terutama kata iktikad baik, berpotensi dijadikan alasan hukum atau tameng untuk
terhindar dari tuntutan pidana dan/atau gugatan perdata atas tindak pidana korupsi atau perbuatan
melawan hukum atau penyalahgunaan wewenang yang mungkin terjadi saat melaksanakan Perppu ini.

Istilah iktikad baik (goodfaith) dikenal dalam hukum perjanjian (Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata. Iktikad
baik mengandung pengertian suatu keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian
itu harus jujur, terbuka dan saling percaya.

Definisi dan parameter iktikad baik dalam Pasal 27 ayat (2) Perppu No. 1 Tahun 2020 masih perlu dikaji dan
diperjelas dan dipertegas agar ada kepastian dalam penerapannya.
TAK ADA AKUNTABILITAS
DAN FUNGSI PENGAWASAN (3)
kalimat “Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang ini bukan merupakan objek gugatan yang dapat diajukan kepada peradilan tata usaha
negara” (Pasal 27 ayat (3)).

Kalimat dapat memberi ruang lebar terjadinya penyalahgunaan wewenang atau penyalahgunaan jabatan
dengan mengatasnamakan untuk kepentingan pelaksanaan Perppu No. 1 Tahun 2020.

Redaksional Pasal 27 ayat (3) itu harus diperjelas dan dipertegas batasan/rambu-rambunya. Sebuah UU
yang memberi ruang terlalu besar untuk legal open policy dan diskresi justru dapat mengakibatkan ketidak-
pastian dan rawan penyimpangan.

Penggunaan uang negara tanpa pertanggungjawaban hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Perppu
adalah kekeliruan dan kesesatan nalar, sebab dapat membuka ruang terjadinya tindak pidana korupsi.

Muatan Pasal 27 Perppu No. 1 Tahun 2020 tersebut bertentangan dengan prinsip equality before the law
(persamaan setiap warga negara di depan hukum) sebagaimana ditentukan Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945.
Pasal-Pasal UU yang Dihapus
oleh Perppu No. 1 Tahun 2020
➢ Pasal 11 ayat (2), Pasal l7B ayat (1), ➢ Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3) UU ➢ Pasal 177 huruf c angka 2, Pasal
Pasal 25 ayat (3), Pasal 26 ayat (1), Nomor 24 Tahun 2OO4 (dan UU 180 ayat (6), dan Pasal 182 UU
dan Pasal 36 ayat (1c) UU Nomor 6 Perubahannya) tentang Lembaga Nomor 17 Tahun 2Ol4 (dan UU
Tahun 1983 (dan UU Penjamin Simpanan. Perubahannya) tentang MD-3 .
Perubahannya) tentang Ketentuan ➢ Pasal 27 ayat (1) beserta ➢ Pasal 20 ayat (2) dan ayat (3)
Umum dan Tata Cara Perpajakan. penjelasannya, Pasal 36, Pasal 83, UU Nomor 9 Tahun 2016
➢ Pasal 55 ayat (41 UU Nomor 23 dan Pasal lO7 ayat (2) UU Nomor tentang Pencegahan dan
Tahun 1999 (dan UU 33 Tahun 2OO4 tentang Penanganan Krisis Sistem
Perubahannya) tentang Bank Perimbangan Keuangan Antara Keuangan.
Indonesia. Pemerintah Pusat dan ➢ Pasal 11 ayat (22), Pasal 40,
➢ Pasal 12 ayat (3) beserta Pemerintahan Daerah. Pasal 42, dan Pasal 46 UU
penjelasannya, Pasal 15 ayat (5), ➢ Pasal l7l UU Nomor 36 Tahun Nomor 20 Tahun 2O19 tentang
Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (1), 2OO9 tentang Kesehatan Anggaran Pendapatan dan
Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 28 ayat ➢ Pasal 72 ayat (2) beserta Belanja Negara Tahun Anggaran
(3) dalam UU Nomor 17 Tahun penjelasannya UU Nomor 6 Tahun 2O2O.
2OO3 tentang Keuangan Negara. 2Ol4 tentang Desa
➢ Pasal 3 ayat (3) UU Nomor 1 Tahun ➢ Pasal 316 dan Pasal 317 UU
2OO4 tentang Perbendaharaan Nomor 23 Tahun 2OI4 (dan UU
Negara. Perubahannya) tentang
Pemerintahan Daerah.
IMPLIKASI PENTING
PERPPU 1/ 2020
➢ Dipangkasnya kewenangan DPR dalam UU No.17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD, DPRD.

➢ Sejumlah pasal di UU MD-3 ditiadakan; Pasal 177 huruf c angka 2;


Pasal 180 ayat (6); dan Pasal 182.

➢ DPR tidak memiliki kewenangan membahas penyesuaian APBN


dan/atau perubahan dalam rangka penyusunan perkiraan
perubahan sepanjang berkaitan dengan penanganan Covid 19

➢ Kewenangan DPR bisa hilang selama 3 Tahun Anggaran

Anda mungkin juga menyukai