Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REPORT

KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU

Mahfuzi Irwan M,Pd

DISUSUN OLEH

NAMA : NURFAUNI AYUB


NIM : 1183151020
KELAS : BIMBINGAN KONSELING REG C

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
tentang “Critical Book Report Kepemimpinan” dengan tepat waktu meskipun
masih banyak terdapat kekurangan. Dan juga penulis berterima kasih pada
Bapak Mahfuzi Irwan M,Pd selaku dosen mata kuliah konsep pendidikan luar
sekolah di Unimed yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai isi buku “MANAJEMEN PENDIDIKAN
NON FORMAL ” karya Mifta Thoha. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
kritik dan saran yang membangun.

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan diterapkannya kurikulum KKNI pada UNIVERSITAS


NEGERI MEDAN, para mahasiswa/I dituntut untuk lebih kreatif dalam
menggembangkan ide dan kreativitasnnya. Dalam criticak book reprt ini
mahasiswa dituntut untuk mengkaji dan mengkritisi sebuah buku, dimulai
dengan membaca lalu meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh
selanjutnya dibandingkan dengan buku yang lain untuk dikritisi termasuk
didal kritisi kelemahan dan keunggulan dari buku.
Dalam critical book report ini saya melakukan kajian tentang sebuah
buku MANAJEMEN PENDIDIKAN NONFORMAL dimana saya dituntut untuk
dapat meringkas, memahami isi buku, dan menelaah akan kelemahan dan
keunggulan buku ini berdasarkan buku pembanding yaitu buku yang
berjudul KONSEP DASAR, SEJARAH, DAN ASAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

TUJUAN
Critical book report ini bertujuan untuk :
Mengulas (menelah) isi buku
Melatih berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari sebuah buku
Membandingkan akan kebenaran isi buku terhadap buku pembanding, termasuk didalamnya akan
kekuatan dan kelemahan isi buku.

MANFAAT
Adapun manfaat dalam critical book report ini yaitu
Mahasiswa mengetahui dan memahami isi buku
Mahasiswa memperoleh ilmu dan pengetahuan yang lebih tentang perkembangga peserta didik
Mengetahui akan keunggulan dan kelemahaan sebuah buku dibandingkan dengan buku pembanding
Menumbuhkan kekreativitasan dan berpikir kritis dalam menelah sebuah buku

IDENTITAS BUKU

JUDUL BUKU :MANAJEMEN PENDIDIKAN NON FORMAL


EDISI : 1
JUMLAH HALAMAN : 266
PENGARANG : Dr. Abdul Rahmat, M.Pd
PENERBIT : WADE
NO ISBN : 978-602-6802-73-6
TAHUN TERBIT : MARET 2017

JUDUL BUKU : KONSEP DASAR, DALAM SEJARAH, DAN ASAS


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JUMLAH HALAMAN : 187
PENGARANG : Prof. Dr Yusnadi, Ms & Silvia Mariah H, M. Pd
PENERBIT : UNIMED PRESS
NO ISBN : 978-602-7938-98-4
TAHUN TERBIT : JANUARI 2014

BAB II ISI BUKU


Konsep dasar, sejarah, dan asas pendidikan luar sekolah
UNIMED PRESS
GERAKAN PEMBANGUNAN DAN PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI INDONESIA
Pada negara-negara berkembang, pendidikan yang merupakan satu bagian dari instrumen
pembangunan sosial selalu mendampingi pembangunan ekonomi dan politik, bahkan pada saat tertentu
akan menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik tersebut. Pada tahap awal
kemerdekaa suatu bangsa, pendidikan merupakan gerakan yang mendapat dukungan luas, tidak sekedar
pendidikan persekolahan tetapi juga pendidikan dalam bentuk lain di luar sistem pendidikan formal.
Pendidikan nonformal dalam bentuk yang paling asli (indigenous) telah ada sejak dulu. Kehadirannya
lebih dulu dari perkembangan pendidikan formal (persekolahan). Pendidikan nonformal berkembang
dari pendidikan tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisi yang dianut oleh warga
masyarakat. Kegiatan tersebut merentang dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (seperti
upacara tradisional atau pun' upacara adat yang dilakukan dalam kelompok besar)
Bagi negara-negara berkembang,pendidikan luar sekolah ditekankan pada "makna" dalam gerakan
pembangunan. Karena di negara-negara berkembang sebagian besar penduduknya ada di daerah
pedesaan, maka ada dua hal yang sangat ditekankan dalam gerakan pembangunan masyarakat
pedesaan tersebut.Pertama, perbaikan kondisi-kondisi ekonomi sosial dan kultural Kedhua,
pengintegrasian masyarakat pedesaan kedalam kehidupan bangsa secara keseluruhan agar mereka
dapat memberikan kontribusi terhadap program-program nasional Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan dua hal. Pertama, partisipasi warga masyarakat desa untuk memperbaiki taraf kehidupannya
melalui kemampuan dan prakarsannya sendiri. Kedua, tersedianya pelayanan dan bantuan teknik dan
pihak pemerintahan sehingga prakarsa dan swadaya masyarakat dapat diperkuat.
Pendidikan luar sekolah di Indonesia sudah berkembang sejak dulu dalam bentuk magang, belajar
individual, belajar berkelompok, yang dilakukan secara tradisional yang berkaitan dengan keyakinan
agama. Di samping itu, pendidikan luar sekolah di masyarakat sebelum bangsa Indonesia merdeka telah
mengenal berbagai kursus: kursus kewanitaan, kursus pengetahuan umum atau politik, kepanduan
(sekarang kepramukaan) dan pendidikan olah raga bagi para pemuda. Kegiatan-kegiatan tersebut
diprakarsai oleh pemimpin- pemimpin pergerakan kemerdekaan.
Mulai tahun 1946 pendidikan luar sekolah di Indonesia resmi ditangani oleh pemerintah. Kemudian
pada masa orde baru pendidikan luar sekolah mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini terlihat
dalam Pelita Il tentang pembangunan bidang pendidikan. Terlihat bahwa pendidikan luar sekolah
mampunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang pembangunan. Perkembangan ilmu dan
teknologi yang pesat menuntut masyarakat untuk selalu mengadakan penataran dan penyegaran karena
kebutuhan-kebutuhan pribadi yang semakin meningkat sesuai dengan kemajuan abad modern yang agar
dapat selalu ditunjang oleh pengetahuan dan keterampilan yang sesuai. Ini semua memberi arti, bahwa
pendidikan luar sekolah memiliki peran yang aktif di dalamnya.

KONSEP PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP


Ilmu pendidikan atau pedagogi diartikan sebagai ilmu yang dipelajari untuk kepentingan pendidikan.
Pedagogi adalah seni mendidik atau segala kecakapan yang kita pergunakan untuk mendidik anak.
Pedagogi teoritis adalah ilmu pendidikan ditinjau dari segi teoritis saja terbagi atas pedagogi sistematis
an pedagogi historis.Pendidikan memiliki sifat atau karakteristik praktis dan normatif. Langeveld
menyebut pedagogi sebagai ilmu pengetahuan praktis, karena membicarakan perbuatan manusia yang
disebut pendidikan. Langeveld menyebut pendidikan juga sebagai antropologi praktis yang normatif,
karena di dalamnya dibicarakan penerapan antropologi filsafi, yaitu ilmu tentang hakekat manusia.
Mendidik dapat didefenisikan sebagai membimbin ke suatu tujuan. Tujuan (yang bersifat nonmartif)
adalah kedewasaan. Kegiatan mendidik berakhir ketika seseorang telah mencapai tingkat kedewasaan
dalam makna luas. Dalam pengertian ini pendidikan diselenggarakan dalam keluar secara informal dan
di sekolah sebagai kegiatan formal.Menurut ICED, pendidikan itu menyerupai belajar. Tegasnya
pendidikan adalah proses belajar yang terus menerus. Dengan demikian pendidikan itu tidak hanya
diselenggarakan di sekolah saja, tetapi di luar sekolah. Sekolah hanya salah satu saja dari lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat untuk membantu individu-individu belajar. Masih banyak lembaga-
lembaga lain seefektif dan seefisien sekolah yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Konsep ICED
ini merupakan titik tolak dari konsep life long education.
Jika ditelaah jauh ke belakang, pendidikan seumur hidup sudah ada sejak lama. Dalam konsep
pendidikan seumur hidup terkandung gagasan belajar untuk hidup (learning to be) dan masyarakat
gemar belajar (learning seciety). Learning to be memiliki tujuan akhir dari belajar adalah berfikir, belajar
menjadi warga negara yang produktif. Lebih luas lagi tujuan dari proses penemuan dari perwujudan diri
untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang memadai. The learning society adalah masyarakat yang
terdapat di dalamnyalembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga non pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan seumur hidup merupakan proses yang panjang, mencakup keseluruhan kurun waktu
kehidupan individu. Dia mencakup pendidikan informal, formal dan nonformal termasuk pendidikan
orang dewasa. Lembaga yang memiliki peranan dalam pendidikan seumur hidup adalah keluarga dan
masyarakat, termasuk kelompok-kelompok tctangga, sosio budaya, dan politik, kelompok profesional
dan scbagainya. Pendidikan seumur hidup memiliki sifat fleksibel. berusaha mencari kesinambungan dan
kaitan antara dimensi vertikal atau longitudinal, dan integrasi setiap dimens horizontal pada setiap
tahap kehidupan. Persyaratan pokok pendidikan horizontal pada setiap tahap kehidupan. Persyaratan
pokok pendidikan seumur hidup meliputi kesempatan dan edukabiliti.

KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Perhatian yang besar terhadap pendidikan luar se dari permerintah dan warga dari pemerintah dan
warga masyarakat di negara-nega berkembang muncul dengan diresmikannya gagasan pendidikan
seumur hidup, beberapa studi kasus telah dilakukan, diantaranya oleh lembaga-lembaga internasional
seperti ICED, ASEAN berbagai Universitas di Amerika, dan lain-lain.
Untuk memahami konsep pendidikan non formal dapat ditinjau dari dua sudut pandang: (1) konsep
konvensional dari pendidikan, dan (2) dinamika tujuan dalam proses pendidikan. Kemudian, guna
memahami pendidikan nonformal secara berdampingan dengan pendidikan formal, keduanya ditinjau
dari sisi perbedaan dan persamaannya. Selanjutnya, dalam memandang pendidikan non formaldalam
konteks pendidikan harus dipandang secara konfrehensif (menyeluruh). Mana yang tergolong
pendidikan non formal, pendidikan formal dan pendidikan informal bergantung kepada dinamika
kesadaran tujuan tentang proses pendidikan dari pihak sumber belajar (pendidik) dan dari pihak warga
belajar (anak didilaknya adalah belajar, sumber belajar dan pebelajar. unsur-unsur pendidikan yang
utama adalah to
Jika dianalisis lchih jauh, maka program pendidikan nonformal disusun dengan memperhatikan tuijuan,
partisipasi, ode, materi belajar evaluasi, dan struktur organisasi dari tersebut. Jika menginginkan
program pendidikan nformal yang disusun efektif, maka penyusunannya harus non ndaskan pada dasar
konseptual tentang hal-hal tersebut onseptual dimaksud dapat dinyatakan dalam bentuk hipotesis.
pendidikan non formal berfungsi sebagai ini. dengan pendidikan sekolah, fungsi adalah sebagai
suplemen, komplimen Dalam kaitan u substitusi. Sebagai suplemen berarti materi yang diajarkan
sekolah. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler termasuk kategori tambahan terhadap materi yang diajarkan
di Sebagai komplemen pendidikan non formal berfungsi melengkapi. Materi yang disajikan dalam
program pendidikan non formal berfungsi melengkapi hal-hal yang diperoleh di sekolah. Ini disebabkan
karena tidak semua hal dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah. Di samping itu ada hal-hal yang baik
isi maupun penyampaiannya, tidak biasa diberikan di sekolah. Pendidikan non formal sebagai substitusi
berarti bahwa pendidikan non formal berfungsi menggantikan fungsi sekolah. Materi yang diajarkan
adalah identik dengan materi yang biasanya diajarkan di sekolah. Program ini ditujukan bagi mereka
yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah dasar.

PENGERTIAN DASAR DAN PENANAMAN LAIN


PENDIDIKAN NON FORMAL
Mempelajari pengertian istila dimulai dengan menelaah defenisi istilah tersebut, pendidikan menelaah
definisi pendidikan non formal cukup sulit oleh karena belum tersedianya rumusan defenisi yang
komprehensif dan baku. Sekalipun seperti Kleins mengajukan defenisinya dengan ancang-ancang yang
panjang, namun cukup holistik tetapi kompleks, dengan mengetengahkan subsistem organisasi,
manusia, dan kurikulum, yang masing- masing memiliki dua komponen pokok. Kleis juga mengajukan
tiga kelas macam karakteristik pendidikan non formal.
Ada juga ahli yang tidak mengajukan defenisinya, akan tetapi terlebih dahulu mengidentifikasi beberapa
parameter pendidikan non formal yang meliputi sistem penyampaian, tujuan, karakteristik pedagogik
dan "credentials" serta kebutuhan. Setelah itu dia merekapitulasi adanya defenisi teoritis, defenisi
operasional dan defenisi pragmatik yang meliputi: (1) adanya kaitan dalam beberapa hal antara
pendidikan persekolahan dengan pendidikan non formal, (2) penekanan bahwa pendidikan formal tidak
bersifat insidental atau informal, (3) ketidakformalan pendidikan non formal terutama terletak pada
sponsor, lokasi dan administrasi
Beberapa defenisi yang singkat telah diajukan oleh Coombs, Supardjo Adikusumo, dan Colleta. Defenisi-
defenisi tersebut selalu dikaitkan dengan kenyataan, bahwa penyelenggara pendidikan non formal
adalah di luar sistem persekolahan yang telah ada.
Pendidikan non formal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah. Tercakup ke dalam pendidikan non formal adalah pendidikan massa
(mass ecducation), pendidikan orang dewasa (adult education), extension education, dan pendidikan
dasar (Cfindamental education). Pendidikan orang dewasa, meliputi pendidikan lanjutan, pendidikan
pembaharuan, pendidikan kader (fun organisasi dan pendidikan populer. Di Indonesia, agricultural
extension education disebut penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian diberikan oleh PPL para
petani yang tergabung dalam kelmpok tani. Bahwa penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk
pendidikan nformal tampak dari ciri-cirinya, yaitu: (1) kegiatannya di luar sistem pendidikan
persekolahan, (2) di dalam kepadakegiatannya terdapat proses komunikasi yang teratur dan teraralh
antara PPL dengan para petani, dan diantara para petani itu sendiri,(3) dilakukan dengan
pengorganisasian tertentu, (4) tujuannya selalu berorientasi pada hal-hal yang perlu dan penting bagi
kehidupan petani, dan (5) mempunyai isi program pendidikan dan urutan materi yang logis.

LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


DI INDONESIA
Berdasarkan Undang-undang tentang Pendidikan Luar Pendidikan nonformal meliputi 5.6. Rangkuman
Sekolah di Indonesia maka pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini. pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Hasil pendidikarn nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunju olch Pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional Pendidikan.

KESETARAAN PENDIDIKAN FORMAL, PENDIDIKAN


NON FORMAL DAN PENDIDIKAN INFORMAL
Membedakan atau mempersamakan pendidikan no formal dengan pendidikan formal dapat ditinjau da
karakteristik-karakteristiknya, berdasarkan variabel tujuar waktu, isi, penyajian, dan pengawasan.
Ditinjau dari tujuan perbedaan itu terletak pada jangka waktu belajar dan orientasi belajarnya. Menurut
variabel waktu, perbedaan itu dapat dilihat dari segi jangka waktunya, penyiapan bagi kehidupan masa
kini atau masa datang, dan kesinambungan waktu (terus-menerus atau tidak). Ditinjau dari variabel isi,
apakah menekankan kepentingan individual atau menyamaratakan semua peserta didik, bersifat
akademis atau praktis, peserta didik diterima melalui seleksi atau tidak. Menurut variabel penyajian,
perbedaan ditekankan pada pusat kegiatan belajar mengajar, hubungannya dengan kehidupan dalam
masyarakat, berpusat pada pendidikan atau peserta didik. Dilihat dari segi pengawasan, apakah
dilakukan oleh pihak lain atau diatur sendiri, apakah bersifat birokratis tinggi atau demokratis
Perbedaạn yang paling menonjol terdapat pada struktur di satu pihak sangat ketat (yaitu pada pendidik
formal) sedangkan di lain pihak fleksibel yang lain-lain mungkin dalam kondisi tertentu tidak menonjol.
Dengan cara yang sama dapat pula dibedakan antara pendidikan nonformal dengan pendidikan
informal.

TUGAS-TUGAS DAN SASARAN POPULASI


PENDIDIKAN NONFORMAL
.Tugas-tugas pendidikan non formal dapat ditinjau dalam kaitannya dengan pendidikan formal di
negara-negara insdustri, tugas-tugas pendidikan nonformal antara lain menyiapkan anak- anak usia pra
sekolah untuk memasuki pendidikan sekolah memberikan pengalaman belajar di luar pendidikan formal
yang bersifat melengkapi pendidikan formal, dan memberikan kesempatan belajar kepada pemuda dan
orang dewasa yang telah menamatkan pendidikan non formal guna memperoleh pengetahuan lebih
lanjut. Di negara-negara sedang berkembang tugas-tugas itu lebih luas lagi. Pendidikan nonformal
memberikan pendidikan dengan materi yang sama dengan yang diberikan di sekolah-sekolah formal.
Sasaran populasi pendidikan nonformal dapat ditinjau dari segi usia, lingkungan sosial budaya, jenis
kelamin, mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Ditinjau dari segi usia, sasaran populasi itu dapat
digolongkan atas usia 0-6 tahun, 7-12 tahun, 13-18 tahun, 19-24 tahun, dan 25 tahun ke atas. Menurut n
populasinya merupakan lingkungan sosial budaya ada sasaran masyarakat pedesaan, warga masyarakat
perkotan, dan warga terasing, golongan taraf yang ekonominya berkecukupan, dan golongan yang taraf
ekonominya rendah. Ditinjau dari golongan mata pencaharian dapat digolongkan atas petani, pengrajin,
pedagang, industriawan, lapangan jasa, supir, buruh, tukang, pegawai negeri, dan ABRI. Ditinjau dari
taraf pendidikannya dapat digolongkan atas pra aksarawan dan aksarawan. Terakhir sasaran populasi
dari kelompok khusus dan anak-anak normal terlantar, anak-anak yang mengalami penyimpangan sosial

KRITIK TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL,


ISU-ISU DAN PERMASALAHAN DALAM
PENDIDIKAN NONFORMAL
Ivan Ilich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan sekolah dari gaya pendidikannya yang tradisional. Kritik
bertitik tolak yang sama yaitu membebaskan manusia.
Menurut Ilich, penghargaan yang berlebihan yang diberikan kepada sekolah mengakibatkan masyarakat
tidak berdaya cipta. Gaya guru yang sebagai hakim, pemimpin ideologi atau dokter yang telah
meniadakan rasa aman bagi murid harus menciptakan kondisi kebalikan dari sekolah dengan cara
memberi kebebasan kepada warga belajar memilih sendiri tentang apa yang akan dipelajari, dari siapa
dan kapan.
Freire menganggap sekolah sebagai "sistem penjinakkan (domestiaction). Sistem paternalisme telah
mengakibatkan kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan pada masyarakat. Untuk membebaskan
masyarakat dari kebodohan dan sebagainya, disarankan dipergunakan metode praxis Konsep
conscienlization (kepercayaan pada diri sendiri dan lingkungan) dengan metode praxis tersebut dapat
membebaskan warga masyarakat dari belenggu kebodohan. Harapan-harapan terhadap pendidikan luar
sekolah dilandasi pada keyakinan bahwa PLS merupakan pendekatan yang efektif, fungsional, inovatif,
bersifat praktis.
Harapan yang terlampau tinggi terhadap pendidikan luar sekolah dianggap kurang beralasan, oleh
karena dalam PLS itu sendiri terkandung isu dan permasalahan yang kritis.Isu-isu yang umum ndidikan
luar sekolah di Indonesia dan di negara- berkembang lainnya adalah: a) dibutuhkan usaha yang ada
dalam pe dan massal tidak sekedar usaha untuk sebagian kecil warga luas masyarakat saja, b) kelompok
wanita adalah kelompok yan paling diabaikan, terutama di pedesaan, c) kebutuhan belajar ang paling
diabaikan adalah kebutuhan belajar yang minimum. Kebutuhan minimum itu apa, ini sukar dirumuskan,
d) pendidikan formal dan nonformal belum terintegrasikan secara baik, e) metode instruksional dan
media dalam pendidikan non formal tidak efektif, f bagaimana cara pembangkitan motivasi, g) dari mana
sumber digali dan bagaimana penggunaannya yang efektif? h) apakah usaha-usaha pendidikan non
formal itu telah dikoordinasikan secara harmonis.
Permasalahan yang kritis dalam pendidikan non formal meliputi: 1) terhadap pendidikan non formal
terlalu dibebankan harapan-harapan yang tinggi, 2) masalah departemen pengelola apakah satu atau
beberapa departęmen? 3) apakah kebutuhan pokok yang esensial yang harus dipenuhi oleh pendidikan
non formal itu itu? Siapa yang membutuhkannya, individu atau kelompok? 4) siapakah sesungguhnya
tenaga pendidik pendidikan non formal itu itu? 5) apakah perencanan penddikan non fomal itu
sebaiknya bersifat sentralisa regional? kekuatan dan

FALSAFAH PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Pancasila merupakan landasan filosofis adil, sedangkan UUD 1945 adalah landasan strukturil dalam
mencapai tujuan kemerdekaan nasional.Pendidikan tidak hanya menunjang tercapainya tujuan-tujuan
ekonomi, tetapi juga harus memperkokoh nilai-nilai bangsa dan megara yang dianggap luhur Landasan
operasional dalam pengelolaan pendidikan adalah berpegang kepada pasal 31 UUD 1945.
Pendidikan Indonesia diharapkan melahirkan manusia Indonesia dengan ketujuh rangkain sifât seperti
yang telah dilukiskan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003.Pendidikan formal mau pun nonformal adalah merupakan bagian-bagian yang integral dari pada
sistem pendidikan nasional.Keduanya adalah proses belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk
diikuti oleh para siswa guna mencapai tujuan yang telalh ditentukan. Menurut perkembangannya yang
wajar pendidikan non formal harus dapat langsung membantu kualitas dan martabat kita sebagai
individu dan warga negara yang dengan kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat
mengendalikan perubahan dan kemajuan.Karena daerah atau medan kerjanya lebih cair dan luas, dan
lebih langsung berhubungan dengan dunia kerja, rekreasi, seni, budaya dan mutu hidup umumnya harus
dapat berperan lebih besar, efektif dan relevan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa serta
memanfaatkan diri untuk menjadi salah satu sarana pokok dalam mencapai pembangunan ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan kemanan.

ASAS-ASAS PENDIDIKAN NONFORMAL


Inovasi adalah merupakan salah satu asas yang harus diterapkan didalam perencanaan pendidikan, baik
di dalam rencanaan program-program pendidikan formal mau pun non formal.Pendidikan seumur hidup
atau (lifelong education) adalah merupakan salah satu asas pokok di dalam perencanaan dan
pengembangan keseluruhan sistem pendidikan nasional.Untuk meningkatkan efektifitas serta efisiensi
sistem pendidikan, maka di dalam perencanaannya harus diperhitungkan asas-asas komprehensif
integrasi, aspek-aspelk kuantitatif dan kualitatif, serta pendayagunaan semua sumber- sumber sosial
dan fisik tersedia atau yang mungkin dapat pe disediakan
Laju perkembangan pendidikan nonformal disebabkan pula asas yang digunakannya yaitu kebutuhan
pendidikan seumur hidup dan relevansi dengan pembangunan dengan masyarakat atau pembangunan
itu sendiri. Asas kebutuhan telah memantapkan pendidikan nonformal sehingga program- programnya
berpusat pada kepentingan masyarakat, berpusat pada warga belajar, partisipasi yang optimal dari
warga belajar serta bertumpu pada pengalaman mereka. Dengan pendekatan dari dalam, oleh dan
untuk masyarakat maka pendidikan nonformal ditumbuhkan di atas sikap pemilikan dan tanggung jawab
bersama.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dari kelima asas ndidikan yang dibahas di atas adalah saling kait
mengkait dansaling menguatkan dalam menancapka pendidikan nonformal sebagai pendidikan
pendidilan pembangunan.
MANAJEMEN PENDIDIKAN NONFORMAL
WADE
TENDENSI DAN TRADISI DALAM
PENDIDIKAN NONFORMAL
Kemunculan pendidikan nonformal sekitar akhir tahun 60-an hingga awal tahun 70-an
sebagaimana dalam bukunya Philip Coombs dan Manzoor A., P.H. (1985) The World Crisis In
Education1disebabkan oleh adanya kebutuhan akan pendidikan yang begitu luas terutama di
negara-negara berkembang.
UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26 ayat 1 menjelaskan pendidikan nonformal diselenggarakan
bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Ayat 2 menjelaskan pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.2 Pendidikan ini dianggap mampu
menyediakan aktivitas pendidikan yang memenuhi kebutuhan dan kepentingan yang tidak
dapat dipenuhi oleh sekolah formal untuk dapat memenuhi tuntutan global di dunia kerja.
Amanat undangundang tersebut secara otomatis telah menjamin eksistensi pendidikan
nonformal seperti yang tertuang pada Pasal 13 dan 26. Pasal 13 memuat kedudukan pendidikan
formal, nonformal, dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya. Sedangkan pada
pasal 26 mengatur teknis penyelenggaraannya. Pada pasal ini ditekankan pentingnya
pendidikan nonformal untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup,
mengembangkan diri, bekerja, dan usaha mandiri.
Berikut ini diuraikan berbagai definisi tentang pendidikan nonformal yang dikemukakan oleh
para ahli:
Menurut Coombs, pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang diorganisasikan di luar
sistem persekolahan yang mapan apakah dilakukan secara terpisah atau seagian bagian penting
dari kegiatan yang lebih luas, dilakukan secara sengaja untuk melayani anak didik tertentu
untuk mencapai tujuan belajarnya.Pendidikan nonformal adalah setiap kesempatan diman
terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dan seseorang memperoleh
informasi, pengetahuan dan latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan
hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
memungkinkan baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya
bahkan masyarakatnya dan negaranya.4 Pendidikan nonformal adalah tansmisi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang bertujuan dan sistematik (dengan penekanan terhadap
peningkatan keterampilan) di luar teknologi pendidikan persekolahan formal, dengan suatu
susuanan struktur waktu, tempat, sumber-sumber dan warga belajar yang beragam akan tetapi
terarahkan.
Dasar penyelenggaraan pendidikan nonformal
Dasar penyelenggaraan pendidikan nonformal dari segi kesejahteraan, tidak bisa lepas dari lima
aspek yaitu :
1. Aspek pelestarian budaya
2. Aspek teoritis
3. Dasar pijakan
4. Aspek kebutuhan terhadap pendidikan
5. Keterbatasan lembaga pendidikan sekolah

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nonformal


Jalur pendidikan nonformal sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal bertujuan :
a. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan
sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.
b. Memenuhi warga belajar agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan
dan/atau jenjang yang lebih tinggi.
c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.
Pendidikan nonformal menciptakan tenaga-tenaga yang dapat mengikuti dan melibatkan diri
dalam proses perkembangan, karena pembangunan merupakan proses perkembangan, yaitu
suatu proses perubahan yang meningkat dan dinamis. Ini berarti bahwa membangun hanya
dapat dilaksanakan oleh manusia-manusia yang berjiwa pembangunan, yaitu manusia yang
dapat menunjang pembangunan bangsa dalam arti luas, baik material, spriritual serta sosial
budaya.
Setiap tindakan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses menuju kepada tujuan
tertentu. Tujuan ini telah ditentukan oleh masyarakat pada waktu dan tempat tertentu dengan
latar belakang berbagai macam faktor seperti sejarah, tradisi, kebiasaan, sistem sosial, sistem
ekonomi, politik dan kemauan bangsa.
Berdasarkan faktor-faktor ini UNESCO telah memberikan suatu deskripsi tentang tujuan
pendidikan nonformal.
Pertama, UNESCO menggaris bawahi tujuan pendidikan sebagai ”menuju humanisme ilmiah”.
Pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia.
Keluhuran manusia haruslah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Maka humanisme
ilmiah menolak ide tentang manusia yang bersifat subjektif dan abstrak semata. Manusia harus
dipandang sebagai mahluk konkrit yang hidup dalam ruang dan waktu dan harus diakui sebagai
pribadi yang mempunyai martabat yang tidak boleh diobjekkan. Dalam kerangka ini maka
tujuan sistem pendidikan adalah latihan dalam ilmu dan latihan dalam semangat ilmu.
Kedua, pendidikan harus mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus membuat
orang menjadi kreatif. Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreativitas dan potesi
inilah yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan. Semangat kreatif, non konformist dan ingin
tahu, menonjol dalam diri manusia muda. Mereka umumnya bersikap kritis terhadap nilainilai
yang ada dan jika mereka menemukan bahwa nilai-nilai itu sudah ketinggalan zaman, maka
mereka ingin merombaknya. Disini pendidikan berfungsi ganda, menyuburkan kreativitas, atau
sebaliknya mematikan kreativitas.
Ketiga, tujuan pendidikan harus berorientasi kepada keterlibatan sosial. Pendidikan harus
mempersiapkan orang untuk hidup berinteraksi dengan amsyarakat secara bertanggung jawab.
Dia tidak hanya hidup dan menyesuaikan diri dengan strukturstruktur sosial itu. Disini seorang
individu merealisir dimensidimensi sosialnya lewat proses belajar berpartisipasi secara aktif
lewat keterlibatan secara meyeluruh dalam lingkungan sosialnya. Dalam kerangka sosialitas
pada umumnya ini, suatu misi pendidikan ialah menolong manusia muda melihat orang lain
bukan sebagai abstraksi-abstraksi, melainkan sebagai mahluk konkrit dengan segala dimensi
kehidupannya.
Keempat, tekanan terakhir yang digariskan UNESCO sebagai tujuan pendidikana adalah
pembentukan manusia sempurna. Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi
individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia
yang pandai, terampil, jujur, yang tahu kadar kemampuannya, dan batas-batasnya, serta
kerhormatan diri. Pembentukan manusia sempurna ini akan tercapai apabila dalam diri
seseorang terjadi proses perpaduan yang harmonis dan integral antara dimensi-dimensi
manusiawi seperti dimensi fisik, intelektual, emosional, dan etis. Proses ini berlangsung seumur
hidup. Jadi konkritnya pada pokoknya pendidikan itu adalah humansisasi, karena itu mendidik
berarti:
”memanusiakan manusia muda dengan cara memimpin pertumbuhannya sampai dapat
berdikari, bersikap sendiri, bertanggung jawab dan berbuat sendiri”.
D. Ruang Lingkup dan Karakteristik Pendidikan Nonformal
Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program
pendidikan nonformal lebih berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan
aspek akademis. Oleh sebab itu Program pendidikan nonformal mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing dalam merebut
peluang pasar dan peluang usaha.
Karakteristik pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dari segi tujuan :
1) Jangka pendek dan khusus, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang
berfungsi bagi kehidupan masa kini dan masa depan.
2) Kurang menekankan pentingnya ijazah, hasil belajar, berijazah atau tidak, dapat diterapkan
langsung dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan atau di masyarakat.
3) Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program, dalam bentuk benda yang diproduksi,
pendapatan, keterampilan.
2. Dari segi waktu
1) Relatif singkat, jarang lebih dari satu tahun, pada umumnya kurang dari setahun, lamanya
tergantung pada kebutuhan belajar peserta didik, persyaratan untuk mengikuti program ialah
kebutuhan, minat, dan kesempatan waktu para peserta.
2) Menekankan masa sekarang dan masa depan. Memusatkan layanan untuk memenuhi
kebutuhan terasa peserta didik guna meningkatkan kemampuan sosial ekonominya dalam
waktu bebas. Menggunakan waktu tidak penuh dan tidak terus menerus, waktu ditetapkan
dengan berbagai cara, serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar sambil bekerja
atau berusaha.
3. Dari segi isi program
1) Kurikulum berpusat pada kepentingan peserta didik, kurikulum bermacam ragam atas dasar
perbedaan kebutuhan belajar peserta didik.
2) Mengutamakan aplikasi, kurikulum lebih menekankan keterampilan yang bernilai guna bagi
kehidupan peserta didik dan lingkungan.
3) Persyaratan masuk ditetapkan bersama peserta didik, karena program diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan untuk mengembangkan kemampuan potensial peserta didik maka
kualifikasi pendidikan formal dan kemampuan baca tulis sering menjadi persyaratan umum.
4. Dari segi proses belajar mengajar
1. Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga, kegiatan belajar dilakukan di berbagai
lingkungan (masyarakat, tempat bekerja) atau disatuan Pendidikan nonformal (sanggar
kegiatan belajar) pusat pelatihan dan sebagainya.
2. Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat, pada waktu mengikuti program
peserta berada dalam dunia kehidupan dan pekerjaannya, lingkungan dihubungkan secara
fungsional dengan kegiatan belajar.
3. Struktur program yang fleksibel, program belajar yang bermacam ragam dalam jenis dan
urutannya. Pengembangan kegiatan dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan.
4. Berpusat pada peserta didik, kegiatan belajar dapat menggunakan sumber belajar dari
berbagai keahlian dan juru didik. Peserta didik menjadi sumber belajar, lebih menitikberatkan
kegiatan membelajarkan peserta didik dari pada mengajar.
5. Peghematan sumber-sumber yang tersedia, memanfaatkan tenaga dan sarana yang terdapat
di masyarakat dan lingkungan kerja untuk menghemat biaya.
5. Dari segi pengendalian program
1. Dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik, pengendalian tidak terpusat, koordinasi
dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait, otonomi terdapat pada tingkat program dan daerah
dan menekankan pada inisiatif dan partisipasi di tingkat daerah.
2. Pendekatan demokratis, hubungan antara pendidik dan peserta didik bercorak hubungan
sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan program dilakukan secara demoktratis antara
pendidikan, peserta didik dan pihak lain yang berpartisipasi.
Jenis pendidikan nonformal dapat berupa Pendidikan AnakUsia Dini (PAUD), pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti:
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Ada beragam satuan pendidikan nonformal yang
dikembangkan masyarakat saat ini. Beberapa bahkan sudah familiar di telinga masyarakat,
sebut saja lembaga kursus dan pelatihan. Lembaga ini berfungsi menyelenggarakan pendidikan
bagi warga masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kecakapan hidup untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, berusaha
mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Satuan pendidikan nonformal lainnya adalah kelompok belajar (Kejar), yaitu satuan pendidikan
nonformal yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang saling membelajarkan
pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.
Adapula yang dinamakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yaitu satuan pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat (DOUM).
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
NONFORMAL DI BERBAGAI NEGARA

A. Pendidikan Nonformal di Negara Berkembang


Forum Pendidikan Dunia yang diadakan di Dakkar tanggal 26-28 April 2000 menerima dan
mengesahkan Kerangka Aksi Dakkar-Senegal tentang pendidikan untuk semua (education for
all) yang dihadiri oleh 185 negara di dunia. Konferensi ini telah menghasilkan komitmen
bersama untuk menyelenggarakan pendidikan secara merata bagi semua kalangan masyarakat
di seluruh dunia. Deklarasi ini seakan menegaskan deklarasi sebelumnya di Jomtien, Thailand,
1990 tentang hal yang sama.
Pada negara yang sedang berkembang, pendidikan non formal berperan untuk mendidik begitu
banyak petani, pekerja, usahawan kecil dan lainnya yang tidak sempat bersekolah dan mungkin
tidak memiliki keterampilan maupun pengetahuan yang dapat diamalkan bagi dirinya sendiri
maupun bagi pembangunan bangsanya. Peran lainnya adalah untuk meningkatkan kemampuan
dari orang-orang yang memiliki kualifikasi seperti contohnya guru dan lainnya untuk bekerja di
sektor swasta dan pemerintah, agar mereka bekerja lebih efektif. Di Tanzania non formal
berperan untuk menyelamatkan investasi pendidikan dari mereka yang tamat sekolah maupun
drop out dari sekolah menengah, namun tidak memperoleh pekerjaan, dengan memberikan
kepada mereka pelatihan-pelatihan khusus (Coombs, 1968: 143).
Di Indonesia pendidikan nonformal mencakup pendidikan orang dewasa yang bertujuan agar
bangsa Indonesia kenal huruf; dapat memenuhi kewajibannya sebagai orang dewasa;
mempergunakan segala sumber penghidupan yang ada; berkembang secara dinamis dan kuat;
serta tumbuh atas dasar kebudayaan nasional. Tujuan yang sudah digariskan pada peta
pendidikan sejak 27 Desember 1945 oleh BPKNIP ini (Poerbakawatja dan Harahap, 1981:270)
masih memiliki relevansi hingga kini apalagi dalam menghadapi menghadapi globalisasi.
Sasaran Pendidikan Nonformal dapat ditinjau dari beberapa segi, yakni pelayanan, sasaran
khusus, pranata sistem pengajaran dan pelembagaan program. Ditilik dari segi pelayanan,
sasaran Pendidikan Non Formal adalah melayani anak usia sekolah (0-6 tahun), anak usia
sekolah dasar (7-12 tahun), anak usia pendidikan menengah (13-18 tahun), anak usia perguruan
tinggi (19-24 tahun). Ditinjau dari segi sasaran khusus, Pendidikan Non Formal mendidik anak
terlantar, anak yatim piatu, korban narkoba, perempuan penghibur, anak cacat mental maupun
cacat tubuh. Dari segi pranata, penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dilakukan dilingkungan
keluarga, pendidikan perluasan wawasan desa dan pendidikan keterampilan.

Kehadiran pendidikan nonformal, terutama di negara-negara sedang berkembang, dipandang


telah memberikan berbagai manfaat. Pendidikan ini dipandang memiliki beberapa keunggulan
bila dibandingkan dengan pendidikan formal. Penyelenggaraan program pendidikan formal
pada umumnya memperoleh kritik dalam tiga segi yaitu biayanya yang mahal, kurangnya
relevansi dengan kebutuhan masyarakat, dan fleksibilitasnya kurang. Mahalnya biaya
penyelenggaraan program pendidikan formal disebabkan oleh waktu belajar yang lama dan
terus menerus, pengelolaan pendidikan yang sentralistik, dan penggunaan sumber daya secara
intensif. Kurangnya relevensi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat disebabkan oleh
kurikulum yang lebih bersifat akademis, menyamaratakan peserta didik, dan cenderung
terpisah dari kehidupan masyarakat sekitar. Rendahnya fleksibilitas pendidikan formal
disebabkan oleh bentuk dan isi programnya yang konvensional, kepercayaan yang berlebih-
lebihan terhadap dominasi sekolah dan pengaruh pendidik (guru), serta pengawasan yang
seragam secara nasional.
Keunggulan pendidikan nonformal dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Dari segi biaya relatif lebih murah, karena program-program yang dilakukan waktu lebih
singkat dibandingkan pendidikan formal.
b. Bahan ajar dapat memamfaatkan yang terdapat pada lingkungan.
c. Program pembelajaran dapat langsung disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik/masyarakat secara kongkrit.
d. Pola pengajaran berkenaan langsung dari pelaku-pelaku yang sudah berhasil pada dunia
kerja.
e. Pengorganisasian program pendidikan dilakukan dengan memanfaatkan pengalaman belajar
peserta didik.
f. Nara sumber sebagai fasilitator.
g. Memiliki program yang fleksibel sesuai dengan perkembangan budaya lokal.
h. Swadaya masyarakat dapat diberdayakan lebih maksiamal.
Di samping berbagai keunggulan, perlu dikemukakan di sini bahwa pendidikan nonformal bukan
tanpa kelemahan. Kelemahan yang terdapat dalam program pendidikan ini antara lain:
kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik profesional, dan motivasi belajar yang relatif rendah

B. Pendidikan Nonformal di Negara Maju


Di banyak negara yang dipengaruhi atau sedang menghadapi tugas pembangunan awal, sistem
sekolah formal tidak memiliki kapasitas untuk menangani seluruh anak-anak dan remaja, atau
anak-anak tidak dapat memperoleh keuntungan dari sistem tersebut. Orang tua dan anak
seperti halnya guru dan otoritas pendidikan cenderung untuk mencari perbaikan yang cepat
dari sekolah formal untuk menghindari masa sekolah yang hilang. Oleh karena itu kegiatan
pendidikan non formal memberikan akses pemuda dan anak anak terhadap pembelajaran luar
sekolah, menguatkan harga dirinya dan menolong mereka untuk menemukan jalan dalam
memberikan berkontribusi untuk masyarakatnya. Dalam beberapa kasus, aktivitas ini mungkin
juga sebagai jembatan untuk menolong anak-anak dan pemuda dalam memperbaiki
keterampilan akademiknya, secara langsung dimana mereka dapat memasuki kembali sistem
sekolah formal.
Aktivitas pendidikan nonformal dapat mengambil bentuk seperti kelas keaksaraan, aktivitas
budaya seperti musik, tarian atau drama, latihan dan tim olah raga, pendidikan berkaitan
dengan hak anak atau pembelajaran spesifik lainnya. Tergantung pada penyedia dan
konteksnya, pendidikan non formal juga termasuk didalamnya program pembelajaran
akselerasi yang bertujuan agar anak-anak dan remaja yang kehilangan waktu sekolahnya untuk
kembali ke sistem sekolah formal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi pendidikan nonformal di Negara Maju, sebagai
berikut:
a. Faktor berkembangnya PNF di negara maju
b. Bentuk-bentuk PNF di negara maju
c. Dukungan pemerintah terhadap PNF
d. Tantangan yang dihadapi negara maju
C. Pelaksanaan PNF Di Beberapa Negara
1. Pendidikan di Thailand
Sebelum masuknya pengaruh darat di thailand, sistem pendidikan disana sepenuhnya bersifat
pendidikan luar sekolah. Pada tahun 1870, raja chulalongkom merubah sisitem pendidikan
dengan membuka sekolah baru dalam bentuk pendidikan formal yang sebelumnya pendidikan
dilakukan di kuil-kuil budha oleh para pendeta yang mengajarkan menulis, membaca, berhitung
dan berfikir secara budhis, juga keterampilan latihan, magang kerja serta seni bela diri.
Sejak tahun 1960, terjadi perubahan yang sangat besar. Pemerintah melaksanakan program
wajib belajar, bagi anak-anak usia 4-7 tahun dengan banyak mendirikan sekolah dasar, sekolah
menengah pertama di setiap provinsi. Pemerintah juga menyelenggarakan program pendidikan
luar sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan potensial warga
masyarakatnya.Dari tahun 1963 sampai tahun 1970 dibuat program pendidikan non formal
untuk mengatasi masalah buta huruf tersebut. Baik yang dilakukan pemerintah sendiri maupun
unesco. Dalam kegiatanya, tidak cukup banyak perubahan yang signifikan.
2. Pendidikan Nonformal di Equador
Di equador pendidikan membaca dan menulis sangat dikembangkan, bahkan beberapa tahun
lalu pendidikan formal yang ada di Equador menempatkan kecakapan membaca dan menulis
dalam prioritas yang tinggi, sedangkan pengetahuan berhitung serta pengetahuan yang lain
berada pada tingkat yang rendah. Akibatnya muncul ketidak seimbangan kemamapuan
membaca dan menulis menjadi simbol dalam kehidupan sosial. Sementara itu kemajuan dalam
berhitung dan dalam pengetahuan yang lain berjalan lambat dan jauh ketinggalan. Maka untuk
mengejar ketinggalan itu pemerintah Equador mengadakan pemberantasan buta angka dan
diselenggarakan program pemberantasan buta aksara.
Untuk mewujudkan program tersebut sudah semestinya disediakan anggaran pendidikan yang
tidak sedikit. Dengan anggaran yang serba terbatas dimulailah proyek tersebut. Meskipun
awalnya banyak menghasilkan kegagalan tetapi berkat ketekunan ketelitian dan kerja keras
ditemukan cara untuk memecahkan kesulitan dan menampilkan cara praktis untuk
mengajarkan pengetahuan berhitung.

KEBUTUHAN MANAJEMEN PADA


PENDIDIKAN NONFORMAL

A. Hakikat Manajemen
Ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya
piramida di Mesir.7 Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun.
Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Stoner mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses perencanaan,
pengorganisasian,pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan berbagai berbagai sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi
yang diinginkan. Manajemen sebagai suatu proses pembimbingan, pengarahan dan pemberian
fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terkoordinasi dalamkelompok-kelompok formal
untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Manajemen dapat dirumuskan juga sebagai suatu proses mencapai tujuan organisasi dengan
cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan
pengendalian sumber daya organisasi. Jadi, untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditentukan, perlu menggunakan seluruh sumber daya yang terdapat dalam organisasi,
termasuk pekerjaan para anggotanya, yang harus direncanakan, diorganisasikan, dipimpin dan
dikendalikan.
B. Perkembangan Teori Manajemen
Perkembangan pemikiran manajemen sebagai praktik yang dilandasi konsep teori adalah
sebagai berikut:
a. Teori Manajemen Aliran Klasik (1890-1930)
b. Manajemen Organisasi Klasik (Classical Organization Theory) atau Manajemen Operasional
Modern (1900-1940)
c. Aliran Perilaku (1924-1940)
d. Pendekatan Sistem (1940-sekarang)
e. Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan Situsional (1950-sekarang)
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
PENDIDIKAN NONFORMAL
Manajemen pada hakikatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijakan umum yang telah
ditentukan. Fungsi-fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, monitoring
dan evaluasi serta pengendalian dari penggunaan sumber daya untuk mengerjakan tujuan-
tujuan kinerja manajemen.
Perencanaan sebagai fungsi manajemen dilakukan pada tahap pertama sebelum melaksanakan
kebijakan, program dan kegiatan. Perencanaan sebagai cetak biru (blu print) atas kebijakan,
program dan kegiatan-kegiatan organisasi. Perencanaan merupakan upaya untuk menentukan
program dan kegiatan yang ingin dilakukan dan bagaimana cara mencapai tujuan organisasi.
Perencanaan sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu
yang akan datang untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Secara sedrhana, perencanaan
adalah usaha sadar, terorganisir dan terus-menerus dilakukan guna memilih alternatif yang
terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan.
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang membagi tugas-tugas yang harus dikerjakan,
serta menata sumberdayasumberdaya yang ada untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut.
Fungsi pengorganisasian termasuk seluruh kegiatan manajerial yang menerjemahkan rencana
kegiatan yang diperlukan ke dalam sebuah struktur tugas dan kewenangannya.
Dalam artian praktis, fungsi pengorganisasian meliputi: (1) perancangan tanggung jawab dan
kewenangan setiap jabatan individual, dan (2) penetapan jabatan-jabatan tersebut
dikelompokkan dalam bagian-bagian tertentu. Hasil dari fungsi pengorganisasian adalah
struktur organisasi.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain,
implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung
jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Pengendalian (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi
pengawasan.Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan
cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Administrasi pendidikan nonformal mencakup bidang-bidang garapan yang sangat luas.
Tercakup di dalamnya administrasi personil, administrasi kurikulum, kepemimpinan,
kepengawasan, atau supervisi pendidikan, organisasi lembaga pendidikan dan sebagainya.
PENGELOLAAN PROGRAM PADA
PENDIDIKAN NONFORMAL
Program merupakan aktivitas yang diterapkan pada pernyataan tertulis tentang sesuatu yang
harus dimengerti dan diusahakan. Program menggambarkan tentang apa yang perlu
dilaksanakan dan mengapa hal itu perlu dilaksanakan. Program dapat digambarkan berupa
suatu peryataan tertulis tentang situasi, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, makalah-makalah
yang hendak dipecahkan, dan cara-cara pemecahannya.
Dalam setiap proses kegiatan yang berlangsung secara sistematis serta berusaha untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu selalu memiliki komponen-komponen yang saling berinteraksi
secara simultan. Yang dimaksudkan dengan komponen adalah unsur-unsur yang terdapat
dalam proses itu sendiri, yang masingmasing unsur itu memiliki hubungan fungsional antara
unsur yang satu dengan yang lainnya.
komponen-komponen pendidikan nonformal meliputi paling tidak adanya warga belajar,
sumber belajar, program belajar, tempat belajar, dana belajar dan adanya pengaruh dari
kegiatan belajar berupa hasil belajar yang ditunjukkan adanya perubahan perilaku warga
belajar.

Pendidikan nonformal dalam kegiatannya dibina atas dasar: asas kebutuhan, asas relevansi,
asas pendidikan sepanjang hayat, asas ke masa depan.
Program-Program PNF
1. Pendidikan Keaksaraan
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
3. Pendidikan Kesetaraan
4. Pendidikan Kecakapan Hidup
5. Pengarusutamaan Gender (PUG)
6. Peningkatan Budaya Baca
konsep pengembangan program dalam pendidikan non formal mencakup tidak saja
perencanaan suatu program, akan tetapi juga pelaksanaan, evaluasi, dan komunikasi nilai
program tersebut kepada pihak-pihak yang menaruh minat dan berkepentingan. Sedangkan
kegunaan fungsi pengembangan, sesuai dengan pengertian di atas, adalah untuk meningkatkan
dan memperluas program. Kegunaan yang disebut pertama, yaitu meningkatkan, menekankan
segi kualitatif. Peningkatan diarahkan untuk menyempurnakan program pembelajaran yang
telah atau sedang dilaksanakan menjadi program baru yang lebih baik.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
NONFORMAL
kepemimpinan merupakan proses-proses mempengaruhi, memotivasi, pengorganisasian
aktifitas-aktifitas, hubungan kerja sama dan team workuntuk mencapai sasaran dan tujuan
organisasi. Di sini dapat dipahami bahwa kepemimpinan mencakup hubungan pemimpin
dengan anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kajian-kajian
kepemimpinan, memang sekitar tahun 60-an telah berkembang di kalangan para ilmuan
perilaku (berhavior scientist), yang secara khusus mendalaminya cendrung memahami
kepemimpinan dalam konteks perilaku pemimpin yang kaku. Kecenderungan untuk memahami
kepemimpinan secara organikkepemimpinan seperti “mesinis”, mengabaikan sisi sosial budaya
dari organisasi; mengabaikan budaya yang tidak tampak. Dari sinilah lahir pemahaman bahwa
seorang pemimpin yang kuat (to have strong leadership) sangat disyaratkan dalam sistem
birokrasi ketat dan kaku. Sehingga penekanan kepemimpinan selalu berada pada sikap
pemimpin yang kaku dalam mempengaruhi anggota orgnaisasi. Kepemimpinan merupakan
dimensi hubungan sosial dalam organisasi dalam rangka memberikan pengaruh
(influence)antara individu atau kelompok melalui interaksi sosial.

Prilaku kepemimpinan atau gaya pemimpin terbagi atas tiga yakni: “autocratic leaders,
participative dan free rein leaders”. Pemimpin yang autokratik adalah pimpinan menjadi pusat,
dan menentukan segala kegiatan dalam organisasi. Bawahan harus tunduk dan patuh terhadap
perintah atasan, dan harus melaksanakannya dengan penuh rasa tanggung jawab. Pemimpin
yang bebas kendali adalah kebalikan dari tipe sebelumnya, dimana pimpinan
menyerahkansepenuhnya semua kegiatan dalam organisasi kepada bawahannya. Pimpinan
tidak mau tahu, yang penting tujuan tercapai. Keuntungan dari teori ini, adalah bawahan diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk berinisiatif dalam menjabarkan dan melaksanakan
program organisasi.
Teori-teori Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat
2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku
3. Teori Kontingensi
4. Teori Atribut Kepemimpinan
5. Kepemimpinan Kharismatik
6. Kepemimpinan Transformasional
PERENCANAN PENDIDIKAN NONFORMAL
Menurut Stooner perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, yang meliputi
merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading) dan
mengendalikan (controlling). Edwin memberikan ruang lingkup tentang fungsifungsi
menejemen meliputi: merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), mengawasi
(directing) dan mengawasi (controlling).
Aspek-aspek perencanaan tersebut yaitu:
1. Perencanaan sebagai suatu peroses.
2. Perencanaan berorientasi masa depan
3. Perencanaan berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi.
4. Perencanaan menjabarkan kegiatan-kegiatan
5. Perencanaan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasikan sumber daya yang dapat
menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan.
6. Perencanaan merupakan kegiatan mempersiapkan sejumlah alternatif.

fungsi perencanaan meminta para manajer untuk membuat keputusan-keputusan tentang 4


(empat) unsur rencana yang fundamental, yaitu sasaran, tindakan, sumber daya dan
pelaksanaan. “The planning function requires managers to make decisions about four
fundamental elements of plan. They are (1) objectives, (2) actions, (3) resources, and (4)
implementation”
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan
strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya
(termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Berbagai teknik
analisis bisnis dapat digunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological), atau
STEER (Socio-cultural, Technological, Economic, Ecological, Regulatory).
PENGORGANISASIAN PENDIDIKAN
NONFORMAL
Organisasi merupakan tempat terjadinya berbagai aktivitas sekelompok orang dengan tujuan
yang sama. Untuk mencapai tujuan bersama ini dibutuhkan berbagai upaya-upaya sistimatis
mulai dari penetapan tujuan, teknologi, pembagian tugas, pusat kekuasaan dan lingkungan.
Rice dan Bishoprick mengungkapkan organisasi sebagai upaya untuk menjembatani harapan-
harapan organisasi dengan harapan-harapan individual (expectations of the individual).
Model-model Pengorganisasian
1. Karaktersitik Organisasi Model Mesin
2. Karakter Organisasi Model Homeostasis
3. Karakteristik Organisasi Model Holistik
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Dalam dinamika kehidupan organisasi, khususnya organisasi nonprofit seperti organisasi
kependidikan, diperlukan perilaku ekstra peran yang lazim disebut organizational citizenship
behavior (OCB). Istilah lain OCB adalah extra-role behaviour. Menurut Aldag & Reschke
sebagaimana dikutip Alotaibi, OCB is one form of prosocial behaviors. Artinya, OCB merupakan
salah satu bentuk perilaku prososial. Sedangkan Schnake sebagaimana dikutip Alotaibi,
mengartikan OCB sebagai “functional, extra-role, prosocial behavior, directed at individuals,
group, and/or an organization.” Hal ini menunjukkan bahwa OCB sebagai fungsional, ekstra
peran, perilaku prososial, mengarahkan individu, kelompok atau organisasi.
BUDAYA KERJA DALAM PENDIDIKAN
NONFORMAL
Budaya organisasi yaitu sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang
sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan
seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.67 Sebagai organisasi, pendidikan memiliki
budayanya sendiri, yang khas dan unik, yang membedakannya dengan organisasi-organisasi
yang lain. Penjelasan di atas pada dasarnya menunjukkan bahwa budaya berisi pola perilaku,
baik eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan ditransmisikan oleh simbol-simbol,
melembagakan perbedaan pencapaian dalam kelompok manusia, termasuk pelembagaan
dalam artifak; yaitu inti penting dan budaya yang berisi ide-ide tradisional (secara historis
diturunkan dan dipilih) dan nilai-nilai khusus yang melekat. Pada satu sisi, sistem budaya
mungkin dipertimbangkan sebagai produk tindakan, dan di sisi lain sebagai elemen-elemen
tindakan di masa mendatang.
Budaya berkaitan dengan manusia sebagai makhluk sosial. Sebuah organisasi terdiri dari
sumber daya manusia yang didalamnya saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu
organisasi memiliki budaya yang membedakannya dengan organisasi yang lain. Menurut Hadani
memahami kebudayaan merupakan dasar dalam memahami kehidupan sosial manusia.
Sedangkan Taliziduhu mengatakan bahwa budaya memiliki pengertian teknografis yang luas
meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan berbagai
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat.
Organisasi pelayanan yang digerakkan tanpa budaya kerja yang kondusif akan menghadapi
krisis sikap, perilaku, tindakan, kebiasaan dan kepercayaan SDM pemberi pelayanan, yang
selanjutnya berdampak pada keluhan masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan yang
diberikan. Organisasi pemberi pelayanan yang tidak memiliki budaya kerja akan mengalami
berbagai krisis, baik yang dilakukan pimpinan (penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, kolusi, dan
nepotisme, diskriminasi pelayanan) maupun pegawai (konflik antar pegawai, pelanggaran
aturan, demotivasi) dan berdampak pada ketidakmampuan organisasi memecahkan
permasalahan pelayanan.
Adapun upaya pemimpin dalam menciptakan budaya kerja sehingga pimpinan dan bawahan
dapat saling bekerja sama dalam menciptakan budaya kerja. maka dibutuhkan kepemimpinan
yang efektif, menurut Hamzah Uno (2011:58) bahwa mengindetifikasi kepemimpinan efektif
antara lain (1) kepemimpinan adalah bagian dari manajemen yang mengandalkan hubungan
interpersonal dan bertujuan menyadap kemampuan manusia yang terpendam, (2)
kepemimpinan tidak mesti menjadi tanggungjawan individu, (3) kepemimpinan dapat menjadi
instrumen untuk perbaikan organisasi.
Produktivitas kerja di pandang sebagai konsep, filosofis, merupakan pandangan hidup dan sikap
mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana kehidupan hari ini
harus lebih baik dari mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini, (Anoraga&Suyati,
1995:67).93 Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk
tidak cepat merasa puas, tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan.
ADMINISTRASI DAN SUPERVISI
PENDIDIKAN NONFORMAL
Pengertian administrasi dalam arti sempit meliputi perbuatan tulis-menulis, catat-mencatat,
yang kesemuanya merupakan kegiatan penyediaan bahan keterangan yang diperlukan dalam
setiap organisasi. Kegiatan-kegiatan yang demikian itu dalam bahasa Indonesia telah lazim
dipergunakan istilah “ Tata Usaha “.
Supervisi program pendidikan nonformal bertujuan untuk menigkatkan kemampuan
profesional pendidik dalam proses dan hasil pembelajaran melalui pemberian layanan
pembinaan profesional kepada pendidik. Wiles (Imron,1996) mengatakan secara umum
supervisi program pendidikan nonformal bertujuan untuk memberikan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Sedangkan Nawai mengatakan
supervisi program pendidikan nonformal bertujuan untuk menilai kemampuan pendidik sebagai
pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan
perbaikan dan bila mana diperlukan untuk menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki sendiri.
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yg
ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program/proyek sehingga dapat
dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya. Mengingat
hal itu, apa yang perlu diperhatikan dalam membuat monitoring adalah meyakinkan bahwa
sumber data yang ditulis oleh perencana dapat digunakan. Sumber data yang bagus adalah
yang sudah ada dan biasa diisi. Jika kita memang belum memiliki sumber data yang terarah,
sewajarnya dalam peren-canaan ini dibuat dan jika perlu masuk dalam anggaran. Bahkan sangat
penting keberadaan buku-buku pelaporan ini menjadi perhatian dalam catatan manajemen.
Anderson mengelompokkan aspek-aspek yang dimonitoring, dan manajemen program, ke
dalam enam kategori:
1. Persiapan program yang terdiri atas identifikasi kebutuhan dan potensi, analisis keunggulan
dan kemungkinan hambatan, pemetaan konsep program, perkiraan biaya, kelayakan
pelaksanaan, proyeksi tuntutan pembaharuan, dan daya dukung program.
2. Kemungkinan tindak lanjut, perluasan, dan penghentian program, alternatif kebutuhan baru,
upaya pemenuhan kebutuhan baru, perkiraan dampak sampingan program, perkiraan akibat
positif dan penting dari pembiayaan, tuntutan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan
program, dan potensi-potensi untuk pengembangan program.
3. Kemungkinan upaya untuk memodifikasi program seperti penyesuaian tujuan, kurikulum,
konteks sosial ekonomi, kebijakan, dan pendayagunaan ketenagaan.
4. Dukungan terhadap program yang datang dari masyarakat, kekuatan politik, lembaga
keuangan, dan potensi.
5. Hambatan program yang datang dari masyarakat, kekuatan politik, sumber atau penyandang
dana, dan profesi.
6. Landasan keilmuan dan teknologi yang mendasari evaluasi program seperti pendidikan,
psikologi, sosiologi, ekonomi, fisiologi, biologi dan sebagainya, dan juga metodologi evaluasi.
Model-model kepengawasan pendidikan yang akan dibahas dalam pembahasan ini terdiri dari
lima macam yaitu: model supervisi klinis, model cooperative profesional development (CPD).
Model individualized profesional Development (IPD), model informal supervision (IP), dan
model suporpotive Supervision (SS) kelima model ini akan dikaji secara ringkas untuk dijadikan
sebagai wacana perbandingan dalam memilih model yang tepat.Khusus menyangkut model
supervisi klinis dalam bab ini itdak dikaji lagi sebab supervisi klinis disamping sebagai
konsep/pendekatan dapat pula berfungsi/ dikembangkan sebagai model supervisi. Oleh karena
itu, model supervisi klinis dan penerapannya mengacu pada bab II.

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN


NONFORMAL
Sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah
program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ada tiga tahap rangkaian evaluasi program yaitu: (1) menyatakan pertanyaan serta
menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang relevan dengan
penelitian dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk
melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut.
Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam
mengevaluasi program. Berbagai model tersebut di atas akan diuraikan model yang populer
dan banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program,
yaitu 1) Evaluasi Model Kirkpatrick (Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model), 2) Evaluasi Model
CIPP (Context, Input, Prosess, and Product), dan 3) Evaluasi Model Stake (Model Couintenance).

Beberapa pendekatan, metode dan teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah tidak
hanya berkaitan dengan operasionalisasi evaluasi program, melainkan pula berkaitan dengan
peranan evaluator program. Implikasinya, apabila evaluasi dimaksudkan untuk memperbaiki
program yang telah atau sedang dilakukan dan untuk merencanakan program yang akan
datang, maka evaluasi program sebaiknya dilakukan oleh evaluator dari dalam (internal
evaluator) yaitu pengelola, staf atau pelaksana program itu sendiri. Artinya, evaluasi
merupakan bagian dari pengelolaan program. Sebaliknya, apabila evaluasi dimaksudkan untuk
menetapkan nilai, kebermaknaan, atau kemanfaatan program, maka evaluasi program akan
lebih baik apabila dilakukan oleh evaluator atau lembaga yang berasal dar luar.

MANAJEMEN KINERJA PAMONG

Bernardin dan Rusel dalam Achmad Ruky memberikan definisi tentang kinerja (performance)
sebagai berikut: “Performance is defined as the record of autcomes produced on a specified job
function or activity during a specified time period “(kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun
waktu tertentu). Definisi ini menekankan kinerja sebagai hasil atau apa yang keluar (outcome)
dari sebuah pekerjaan dan kontribusi pegawai terhadap organisasi.
Dalat dirumuskan indikator kinerja yaitu:1) Kuantitas hasil kerja ; 2) Kualitas hasil kerja; 3)
Waktu penyelesaian pekerjaan ; 4) Pencapaian standar kerja ; 5) Tanggung jawab terhadap
pekerjaan.
Kriteria ukuran kinerja menurut Amstrong dan Baron yang dikutip Wibowo seharusnya: (1)
dikaitkan dengan tujuan strategis dan mengukur apa yang secara organisasional penting dan
mendorong kinerja bisnis, (2) retevan dengan sasaran dan akuntabilitas tim dan individu yang
berkepentingan, (3) memfokuskan pada output yang terukur dan penyelesaian tugas dan
bagaimana orang bertindak dan bagaimana tingkah lakunya, (4) mengindikasi data yang akan
tersedia sebagai dasar pengukuran, (5) dapat diverifikasi dengan menguasakan informasi yang
akan mengonfirmasi tingkat seberapa jauh harapan dapat dipenuhi, (6) menjadi setepat
mungkin daam hubungan dengan maksud pengukuran dan ketersediaan data, (7)
mengusahakan dasar untuk umpan balik dan tindakan, dan (8) bersifat komprehensif,
mencakup semua aspek kinerja sehingga keluar ukuran tersedia.

Dalam melakukan penilaian kinerja, ada beberapa metode yang dapat digunakan. Pertama,
rangking (ranking); yaitu teknik perbandingan dan penilaian kinerja yang meliputi urutan
rangking dan yang terbaik sampai yang terburuk untuk masing-masing dimensi kinerja. Kedua,
perbandingan berpasangan (paired comparison); yakni metode perbandingan dan penilaian
kinerja dimana masing-masing orang dibandingkan secara Iangsung dengan orang Iainnya.
Ketiga, distribusi yang dipaksakan (forced distribution); adalah metode penilaian kinerja yang
menggunakan sejumlah kecil kategori kinerja, seperti sangat baik, baik, cukup, dan buruk yang
menekankan pada proporsi tertentu dan masing-masing orang. Keempat, skala rating grafis
(graphic ratingscales); adalah suatu skala yang berisi dimensi bervariasi yang dihubungan
dengan kinerja tinggi dalam tugas yang diberikan dan individu diharapkan dapat mencapainya.
Kelima, kejadian kritis harian (cirtical incident diary); ialah suatu metode penilaian kinerja yang
mencatat kejadiankejadian dan kesuksesan yang tidak biasa dan kegagalan pada aspek kinerja
yang diberikan. Kelima, skala rating jangkar perilaku (scales rating anchored behaviorally); yaitu
pendekatan penilaian kinerja yang menjelaskan perilaku kerja yang dapat diobservasi,masing-
masing dinilai untuk menentukan kinerja baik dengan kinerja buruk.
Evaluasi kinerja yang baik mempunyai kriteria: (1) mampu diukur dengan cara yang dapat
dipercaya (reliabel). Reliabilitas pengukuran mempunyai dua komponen, yaitu stabilitas dan
konsistensi. Stabilitas menyiratkan, bahwa kriteria pengukuran yang dilaksanakan pada waktu
berbeda haruslah mempunyai hasil yang kira-kira sama. Konsistensi menyiratkan, bahwa
pengukuran kriteria yang dilaksanakan dengan metode yang kira-kira sama; (2) mampu
membedakan individu-individu sesuai dengan kinerja mereka. Salah satu tujuan evaluasi kinerja
adalah menilai kinerja karyawan. Jika kriteria semacam ini memberikan skor yang identik pada
semua karyawan, maka kriteria tersebut tidak berguna bagi distribusi gaji kinerja,
merekomendasikan kandidat untuk dipromosikan, ataupun menilai kebutuhan-kebutuhan
pelatihan dan pengembangan; (3) haruslah sensitif terhadap masukan dan tindakan-tindakan
dari para pemegang jabatan. Karena tujuan evaluasi kinerja adalah untuk menilai efektivitas
kinerja karyawan, kriteria efektivitas yang dipakai dalam sistem tersebut haruslah terutama di
bawah kebijaksanaan pengendalian orang yang sedang dinilai; dan (4) dapat diterima oleh
karyawan yang mengetahui kinerja sedang dinilai. Adalah penting agar orang-orang yang
kinerjanya sedang diukur merasa, bahwa kriteria yang sedang digunakan memberikan petunjuk
yang adil dan akurat dari kinerja mereka.

DESAIN PARTICIPATION ACTION RESEARCH:


Model Riset Pada Manajemen Pendidikan
Nonformal
Participation Action Research (PAR) adalah suatu cara membangun jembatan untuk
menghubungkan orang. Jenis penelitian ini adalah suatu proses pencarian pengembangan
pengetahuan praktis dalam memahami kondisi sosial, politik, lingkungan, atau ekonomi. PAR
adalah suatu metoda penelitian dan pengembangan secara partisipasi yang mengakui
hubungan sosial dan nilai realitas pengalaman, pikiran dan perasaan kita. Penelitian ini mencari
sesuatu untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial. Penelitian
ini mengakui bahwa poses perubahan adalah sebuah topik yang dapat diteliti. Penelitiain ini
membawa proses penelitian dalam lingkaran kepentingan orang dan menemukan solusi praktis
bagi masalah bersama dan isu-isu yang memerlukan aksi dan refleksi bersama, dan
memberikan kontribusi bagi teori praktis.
Grundy (2004) mendiskusikan tiga mode PAR; technical, practical, emancipatory. Holter and
Schwartz-Barcott (1993) juga mendiskusikan tiga tipe PAR, yakni: technical collaborative
approach, mutual collabroative approach, enhancement approach. McKernan (1991) juga
mendaftarkan tiga tipe action research: scientific-technical view of problem solving; practical-
deliberative action research; criticalemancipatory action research. McCutcheon and Jurg (1990)
mendiskusikan tiga perspektif tentang PAR: positivist perspective, interpretivist perspective,
critical cscience perspective.
Terdapat sejumlah prinsip yang memandu pelaksanaan PAR.Pertama, prinsip Partisipasi. Prinsip
ini mengharuskan PAR(Participation action Research) dilaksanakan dengan melibatkan
sebanyak mungkin anggota komunitas yang berkepentingan dengan perubahan situasi yang
lebih baik. Dengan prinsip ini, PAR(Participation action Research) dilakukan bersama di antara
anggota komunitas melalui proses berbagi dan belajar bersama, untuk memperjelas kondisi dan
permasalahan mereka sendiri. Prinsip ini juga menuntut penghargaan pada setiap perbedaan
yang melatarbelakangi anggota komunitas saat terlibat dalam PAR, termasuk penghargaan
pada kesetaraan jender (terlebih jika dalam suatu komunitas, perempuan belum memeroleh
kesempatan yang setara dengan laki-laki untuk berpartisipasi).
Secara umum, metode PAR terbagi dalam dua tipe, yakni Eksplanatif dan Tematik. PAR
Eksplanatif memfasilitasi komunitas/masyarakat untuk menganalisis kebutuhan, permasalahan,
dan solusinya, kemudian merencanakan aksi transformatif. Sedangkan PAR Tematik
menganalisis program yang sudah berjalan, sebagai alat evaluasi dan pengamatan
(monitoring).Memanfaatkan kekayaan riset-riset konvensional yang masih terus berkembang,
RAP melengkapi diri dengan banyak metode dan alat kerja. Untuk mengumpulkan data
lapangan dan menganalisisnya, PAR memiliki metode pemetaan lokasi melalui kegiatan
kunjungan lapangan (transect), wawancara mendalam (indepth interview) dan diskusi
kelompok terfokus (focus group discussion/FGD)
BAB III
PEMBAHASAN
KEUNGGULAN BUKU
Keterkaitan antar bab
Buku ini menjelaskan tentang pendidikan luar sekolah secara rinci, jelas, dan berurutan sesuai
dengan bab-bab yang dituliskan. Selain itu isi dari setiap bab saling berkaitan untuk
menguatkan isi beberapa bab satu sama lainnya.
Kemutakhiran buku
 buku ini menjelaskan secara detail mengenai apa itu pendidikan non formal. Selain itu
buku ini juga membahas tentang manajemen pendidikan non formal dan kepemimpinan
dalan pendidikan non formal
 Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana dan mudah dimengerti sehingga
dapat membantu pembaca untuk memahami dengan mudah apa isi buku yang
disampaikan.
 Buku ini juga mengajarkan kepada kita tentang teori-teori pendidikan non formal yang
membuat kita para pembaca semakin paham tentang apa itu pendidikan luar sekolah.
 Buku ini memiliki cover yang menarik sehingga dapat menarik minat pembaca untuk
membaca isi buku ini
 Ukuran buku ini yang kecil dan ringan memudahkan para pembaca untuk membawanya
kemana saja sehingga para pembaca dapat membaca buku ini kapanpun dan
dimanapun saja.

BAB IV
KELEMAHAN BUKU
Keterkaitan antar bab
Buku ini tidak mencantumkan sub-bab di dalam setiap babnya, sehingga membingungkan para
pembaca karena tidak mengetahui judul besar yang dibacanya.
Kemutakhiran Buku
 Dalam buku ini masi terdapat kalimat-kalimat yang sulit untuk dipahami sehingga dapat
membingungkan para pembaca.
 Buku ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang menarik sehingga terkesan
sedikit membosankan ketika membaca buku ini.
BAB V
IMPLIKASI
Analisis Mahasiswa
Menurut penulis, topik yang diangkat dalam buku ini sangat menarik dan penting untuk dibaca.
Topik yang diangkat sangat dibutuhkan oleh semua orang sehingga setiap orang berminat
untuk membaca buku tersebut.
Buku ini juga dapat mendorong keingintahuan para pembaca untuk lebih memahami lagi
tentang pendidikan non formal dan mencari sebab kenapa pendidikan non formal itu sangat
penting . Materi yang disajikan juga actual yaitu sesuai dengan keadaan pendidikan non formal
yang ada sekarang.
Kalimat-kalimat yang ada pada buku ini juga mudah dimengerti sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami isi dari buku tersebut. Buku ini juga memeberikat contoh-contoh
yang konkrit atau nyata dalam setiap pembahasannya.

BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjambaran di atas dapat diketahui bahwa buku ini berisi pengertian pendidikan non
formal, perkembangan pendidikan non formal, teori-teori pendidikan non formal, dan juga
manajemen pendidikan non formal. Sehingga buku ini sangat bermanfaat bagi para siapa saya
yang membaca dan ingin mengembangkan pengetahuannya tentang pendidikan non formal.
SARAN
Penulis menyarankan dalam melakukan pencetakan buku ini sebaiknya pengarang dapat
menambahkan gambar-gambar yang menarik sesuai dengan isi buku agar dapat menarik minat
pembaca dari semua kalangan.

Anda mungkin juga menyukai