1. Pengantar
Dewasa ini cukup banyak perusahaan di indonesia yang menggunakan jasa para
sarjana psikologi untuk melaksanakan psikologis (secara populer dikenal sebagai
“psikotes”) terhadap para calon tenaga kerja yang melamar pekerjaan-pekerjaan tertentu,
baik pekerjaan untuk manajerial maupun non manajerial, dalam rangka seleksi tenaga
kerja. Tenaga kerja yang oleh sarjana psikologi disarankan untuk diterima ternyata pada
umumnya berprestasi memuaskan, sedangkan yang kurang disarankan untuk diterima
ternyata dalam prestasi kerjanya juga kurang sesuai dengan yang di harapkan. Disamping
suara yang positif terdengar pula suara sumbang. Pimpinan perusahaan menganggap
bahwa seleksi dengan tes-tes psikologis kurang tepat hasilnya.
Kenyataan ini menunjukan bahwa para sarjana psikologi perlu sekali mengadakan
berbagai penelitian yang berkaitan dengan keabsahan (keabsahan ramalan, absahan
konstruk, keabahan konstruk, keabsahan isi, keabsahan sintetik) dari perangkat tes
psikologi yang digunakan dalam seleksi dan assesment, sehingga seleksi dan assesment
psikologik untuk berbagai tujuan menjadi lebih menggunakan kaidah-kaidah ilmia.
Disamping untuk keperluan seleksi, pemeriksaan psikilogis juga dilaksanakan dalam
rangka penempatan tenaga kerja. Masalah yang dijumpai disini sama dengan masalah
yang dijumpai dalam seleksi, ialah apa yang harus di perhatikan dan dapat dilakukan agar
hasil pemeriksaan psikologis memberi bahan yang berarti bagi penempatan yang tepat
dari tenaga kerja.
2. Pengertian
Sebagai sistem terbuka organisasi industri secara terus menerus berada dalam
suatu proses interaksi, suatu proses pertukaran, dengan lingkungannya, dengan sistem-
sistem lainnya. Keluaran dari sistem diserap oleh lingkungannya atau sistem lainnya,
sebaiknya keluaran dari sistem lainnya diserap oleh sistem sebagai masukan pengaruh
dari sistem lain dan kesistem lain disaring oleh batas (Berrienn, 1976) atau oleh
komponen rentang batas (Boundry spanning component) dari sistem (kast & rosenzweig,
1974). Fungsi batas atau komponen rentang batas dari suatu sistem ialah : (1)
memberikan suatu tingkat otonomi dan kebebasan tertentu kepada sistem, dan (2)
menyaring dan mengendalikan masukan dan keluaran dari sistem.
Para pelamar atau calon tenaga kerja, sebagai masukan, dapat datang baik dari
luar maupun dari dalam organisasi, dari dalam organisasi industri (luar sistem atau dari
dalam sistem itu sendiri, yaitu dari sub sistem lain). Oleh komponen batas dari sistem,
organisasi industri (misalnya bagian personalia), atau dari sub sistem, lapisan tertentu
dari organisasi industri (kepala bagian dan atau tenaga kerja yang di tunjuk),
diselenggarakan seleksi dan penempatan. Hasil atau keluaran dari proses seleksi dan
penempatan ini (yang merupakan keluaran dari komponen batas dan masukan dari sistem
atau sub sistem) ialah adanya dan telah diterimanya tenaga kerja yang memenuhi
persyaratan yang telah di tetapkan semula oleh sistem atau subsistem.
Misal, pekerjaan yang lowong adalah pekerjaan wiraniaga. Untuk dapat di terima
di perusahaan X menetapkan bahwa para calon harus memiliki pengetahuan
kewiraniagaan, sopan, lancar bicara, dan dapat di kendalikan dirinya dengan baik. Para
calon atau para pelamar dapat datang baik dari luar maupun dari dalam perusahaan X.
Bagian personalia mengadakan seleksi dan menemu kenali calon yang paling memenuhi
persyaratan di atas. Pekerjaan wiraniaga ditawarkan kepadanya dan, jika ia menerimanya,
akhirnya ia diterima bekerja sebagai wiraniaga.
Dari apa yang di uraikan diatas dapatlah disimpulkan bahwa sasaran seleksi
adalah suatu rekomendasi atau suatu keputusan untuk menerima atau menolak seseorang
calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkam suatu dugaan tentang kemungkinan-
kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga kerja yang berhasil pada pekerjaannya.
Tugas seleksi ialah penilai sebanyak mungkin calon untuk memilih seseorang atau
sejumlah orang (sesuai dengan jumlah orang yang diperlukan) yang paling memenuhi
persyaratan pekerjaan yang telah di tetapkan semula.
Sasaran penempatan adalah suatu rekomendasi atau keputusan untuk
mendistribusi para calon pada pekerjaan yang berebeda berdasarkan suatu dugaan tentang
kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk berhasil pada setiap pekerjaan yang
berbeda.
Tugas dari penempatan adalah untuk menilai para calon dan untuk mencocokan
kualifikasi mereka dengan persyaratan yang telah di tetapkan semula dari setiap
pekerjaan.
Pada seleksi sejumlah calon dinilai sejauh mana kesesuaian mereka (sejauh mana
mereka memenuhi persyaratan pekerjaan yang telah di tetapkan semula) dengan satu
pekerjaan. Pada penempatan setiap calon dinilai derajat kesesuaiannya untuk sejumlah
pekerjaan yang berbeda-beda. Dari jumlah calon dipilih sejumlah orang yang dinilai
secara keseluruhan paling sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan berbeda-beda yang tersedia.
3. Perbedaan individual
Organisasi (termasuk organisasi industri) terdiri dari sejumlah anggota yang
memberikan sumbangan mereka masing-masing kepada upaya mencapai tujuan
organisasi melalui kedudukan dan peran mereka dalam organisasi. Suatu organsasi dapat
terjadi melalui usaha perorangan atau sekelompok orang dan melalui suatu “cetak biru”
(blue print) usaha. Melalui usaha perorangan atau sekelompok orang organisasi dimulai
kecil untuk kemudian berkembang menjadi besar. Tenaga kerja yang yang semula sedikit
menjadi makin meningkkat jumlahnya sesuai dengan perkembangan organisasinya
sebaliknya organisasi akan langsung “sedang besar” atau “besar” jika terjadi melalui
suatu cetak biru. Bagaimanapun terjadi dan berkembangnya organisasi dalam proses
perkembangannya dapat kita saksikan berlangsungnya diferensiasinya atau “pecah”-nya
satu pekerjaan menjadi berbagai macam pekerjaan. Diferensiasi ini terjadi baik secara
tegak maupun secara mendatar. Misalnya : membuat pakaian konveksi (pakaian jadi).
Kluckhohn secara gamblang menyatakan kesamaan dengan keunikan manusia
dalam tiga kebersamaan : manusia sama dengan manusia lainnya, manusia sama seperti
kelompok lainnya, manusia tidak sama dengan manusia lainnya
4. Strategi Seleksi
Pengumpulan data secara klinikal ialah jika data dikumpulkan dengan caya lentur
(fleksibel), dalam arti kata bahwa macam data yang di kumpulkan dari seseorang,
berbeda dengan data yang dikumpulkan dari orang lain, tergantung pada orang (psikolog)
yang mengumpulkan data tersebut.
a. Setiap orang ditangani dengan cara yang lebih sesuai dengan dirinya
b. Psikolog dengan menggunakan keterampilan khususnya dan pengalamannya
dapat memperhatikan kondisi yang unik
a. Derajat ketidak tepatan yang berarti, hanya ada sedikit atau tidak sama sekali
pengetahuan sebelumnya tentang ketepatan pengambilan keputusan
b. Berbagai macam masalah yang timbul dari kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan prosedur yang tidak dibakukan, yang subjektif, masah
dari pembentukan kesan-kesan dan aturan informasi dengan bentuk peramalan
5. Peranan Tes Psikologi dan Wawancara dalam Proses Seleksi Tenaga Kerja
5.1 Tahapan Penerimaan Tenaga Kerja
Di Indonesia proses penerimaan tenaga kerja berlangsug dua tahap, yaitu pencarian
calon tenaga kerja dan seleksi calon tenaga kerja
Makin banyak calon tenaga kerja, makin besar kemungkinan mendapatkan tenaga
kerja yang memenuhi persyaratan. Pencarian calon tenaga kerja dapat dilakukan
melalui :
6. Tahap VI : penerimaan
Asumsinya adalah :
1. Analisis/kajian pekerjaan
2. Penetapan alat ukur/ tes psikologis
3. Pelaksanaan pemeriksaan psikologis
Pada setiap pekerjaan akan dijumpai berbagai tugas yang harus dilaksanakan
`(tugas pokok, tugas sekunder/tambahan). Tugas dilaksanakan melalui serangkaian
kegiatan. Setiap kegiatan antara lain pada saat-saat tidak teratur mendatangi bawahan
untuk melihat aa yang ia kerjakan ; membaca laporan kerja bawahan dan seterusnya
1. Wawancara kelompok, dalam teknik ini data yang diberikan oleh satu pemberi
keterangan pekerjan dapat dicek kebenarannya, relevansinya, para rekannya, manajer
atasannya, atau ahli teknikalnya.
2. Kuesioner analisis kedudukan, istilah unsur pekerjaan mengacu pada suatu golongan
umum dari kegiatan-kegiatan pekerjaan yang berkaitan dengan perilaku, termasuk
penyesuaian perilaku yang diperlukan oleh kondisi pekerjaan.
3. Ancangan sistem pada analisis pekerjaan, satu kelompok yang tugas yang
dilaksanakan oleh satu orang.
Melalui analisis teoretik dari data pekerjaan yang terkumpul dapatlah ditentukan
seperangkat peramal dan alat-alat ukur peramalannya
1. Tes Kecapakan, tes-tes yang dirancang untuk menentukan sejauh mana baiknya
seseorang dapat melakukan sesuatu.
2. Tes Kepriadian Objektif, tes ini merupakan ukuran-ukuran dari ciri-ciri kepribadian
yang mempunyai bentuk yang berstruktur. Ini artinya tidak ada jawaban yang benar
atau pun salah, individu sendiri menetapkan jawaban mana yang paling sesuai dengan
dirinya.
3. Tes Kepribadian Proyektif, tes ini merupakan ukuran-ukuran dari ciri-ciri kepribadian
yang bentuknya tidak berstruktur. Ini artinya individu harus memberikan jawaban-
jawabannya terhadap rangsang-rangsang yang taksa (ambigous).
4. Tes Situasional, tes ini mengukur perilaku yang sangat dipengaruhi oleh variabel-
variabel lingkungan.
5. Informasi lewat Biografi, biasanya meliputi pertanyaan mengenai latar belakang
sekolah, pekerjaan, pribadinya
6. Wawancara, dimana data tentang diri calon tenaga kerja dikumpulkan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang di ajukna secara lisan
Disumpulkan bahwa semakin besar kontamnasi dari kriteria dan makin kecil
relevansi dari kriteria, makin menjadi kecil keabsahan dari kriteria. Karena itulah, selain
reliability, perlu pula diperhatikan keabsahan dari kriteria keberhasilan, sebelum kriteria
dipakai dalam perhitungan keabsahan peramalan dari alat-alat peramal.
Masalah utama untuk mempergunakan model ini untuk Indonesia adalah besarnya
contoh (sample size) yang diperlukan. Mungkin sulit untuk menemukan perusahaan di
Indonesia yang mempunyai beberapa manajjer cukup untuk melaksanakan riset semacam
di atas.
Dimensi ini kemudian diperinci lebih lanjut kedalam skala perilaku yang
menggambarkan dimilikinya kemampuan dimensi itu dengan baik sampai perilaku yang
menggambarkan kemampuan tersebut yang masih kurang. Misalnya, yang mendapat nilai
tertinggi.
Pusat penaksiran dipimpin oleh seorang direktur, dapat pula seorang psikolog
industri dan organisasi yang bekerja secara penuh waktu atau paruh waktu (Bender,
1973).
Banyak yang telah mengkaji keabsahan dari metode pusat penaksiran,dari kajian
tersebut, kajian “management progress” yang dilakukan pada A.T & T oleh Bray dan
rekan-rekannya adalah yang paling dikenal baik dan paling baik didokumentasi. Selain
itu, kraut (1976) bersama dengan Grant Scott menemukan dalam kajian mereka dari
beberapa ratus sales representatives peralatan kantor yang mengikuti satu proses pusat
penaksiran, bahwa assessees yang dinilai tinggi memiliki tiga kali lebih besar
kemungkinan untuk dipromosikan ke manajemen tingkat-tingkat lebih tinggi dari pada
assessees yang dinilai rendah. Flecher (1991m) melakukan satu studi longitudinal (jangka
panjang) tentang akibat-akibat sebagai pengaruh dari keikutsertaan dengan pusat
penaksiran dan dari keputusan penaksiran terhadap para calon.Thornton & Byham (1982)
menyatakan bahwa kebanyakan dari calon yang berdasarkan metode pusat penaksiran
dipandang tepat untuk jabatann manajemen setelah kurun waktu tertentu betul-betul
menempati jabatan-jabatan tersebut.