Tentang
DISUSUN OLEH:
Dosen Pengampu :
Ibu Mutmaimah.ST.MT.
DAFTAR ISI
\
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI LIMA PILAR
1.1 Relegius ...................................................................................................................... 5
1.2 Akademis ................................................................................................................... 5
1.3 Transformatif .......................................................................................................... 6
1.4 Berwawasan Global ................................................................................................ 6
1.5 Cinta Damai .............................................................................................................. 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendidikan
1.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus
dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia
melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan latar
belakang sosial setiap masyarakat tertentu (Tirtarahardja et al., 2005). Menurut
Fuad (2005) dalam bukunya pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya,
yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti
lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi,
sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke genari
yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang
dewasa, dan bagi yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini
disebut pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat
alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang Universitas Sumatera Utara
baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan
corak kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu
pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-
latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya,
khususnya dengan lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et al., 2005). Bagi
mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar
kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut
pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup
pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor)
yang sejalan dengan pengembangan fisik (Tirtarahardja et al., 2005).
3
BAB III
A. Pengantar
B. Studi Kasus
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
4
BAB IV
Pilar-Pilar Kemalikussalehan
Sosok Malik As-Shalih, terpatri dengan sikap yang religius, Akademis, Transformatif,
Berwawasan Global dan Cinta Damai. Karakteristik Malik As-Shaleh secara umum
dibuktikan dengan terjemahan nisam yang bunyi “Kubur ini kepunyaan almarhum hamba
yang dihormati, yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasihat, yang terkenal, yang
berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar Sultan Malik Al-
Salih.” (Teuku Ibrahim Alfian, 2005).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri harus ditanamkan nilai-nilai
pembentuk karakter Kemalikussalehan sebagai berikut:
1.1 Religius
Sultan Malik As-Shalih adalah sosok yang religius orang yang pernah
berjasa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara bahkan Asia
Tenggara dalam memprakarsai berdirinya suatu kerjaan Islam. Dalam
catatatnya Ibnu Batutah (1999) tiba di Sumatera di zaman pemerintahan
Sulthan Malik Al-Saleh tahun 1345 M. Mengagumi kemampuan Malik Al-
Shalih berdiskusi tentang berbagai masalah Islam dan Ilmu Fiqih. Menurut
penggembara Arab, Islam Maroko itu selain sebagai raja beliau adalah
seorang fukaha yang religius dan mahir tentang hukum Islam bahkan
setelah kerajaan Islam berdiri 1400-1500 M para ahli hukum Islam Malaka
datang ke Samudera Pasai untuk meminta kata putus menganai berbagai
masalah hukum yang jumpai dalam masyarakat.
Kata dasar religius berasal dari bahasa latin religare yang berarti
menambatkan atau mengikat. Dalam bahasa Inggris disebut dengan religi
dimaknai dengan agama. 30 Dapat dimaknai bahwa agama bersifat
mengikat, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Dalam
ajaran Islam hubungan itu tidak hanya sekedar hubungan dengan Tuhan-
nya akan tetapi juga meliputi hubungan dengan manusia lainnya,
masyarakat atau alam lingkungannya (Yusran Asmuni, 1997: 2). Adapun
nilai religuis terdiri dari :
a. IMAN
b. ILMU
5
alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan
kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi
dan aksiologi, jika ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui
sebagai sebuah ilmu.
c. TAQWA
adalah istilah dalam Islam yang merujuk kepada kepercayaan
akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut akan Allah.[1] Istilah
ini sering ditemukan dalam Al-Quran, Al-Muttaqin (bahasa
Arab: َ ِّل ْل ُمت َّ ِقييييييAl-Muttaqin) yang merujuk kepada orang-orang yang
bertakwa, atau dalam perkataan Ibnu Abbas, "orang-orang yang
meyakini (Allah) dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan
patuh akan segala perintah-Nya."[2]
1.2 Akademis
1.3 Transformatif
Pendidikan merupakan sebuah arena untuk mewujudkan perubahan
dalam kehidupan sosial. Mansour Fakih pernah mengatakan bahwa
pendidikan merupakan proses produksi kesadaran kritis, seperti
menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran gender dan kesadaran kritis
lainnya (Mansour Fakih, 2001: xi). Oleh sebab itu, terkait (sistem)
pendidikan kita, diperlukan upaya serius dan komprehensif, salah satunya
melalui strategi pendidikan transformatif. Pendidikan transformatif tidak
hanya bergerak pada sisi transfer of knowledge, tapi juga aktif dalam
menanamkan akhlak alkarimah.
6
Dalam hal ini akhlak merupakan tolok ukur keilmuan seseorang.
Inilah peran penting perguruan tinggi khususnya Universitas Malikussaleh
dalam proses pendidikan yang diterapkan yaitu mentransformasikan para
civitas Akademik Unimal untuk mewujudkan tri darma perguruan tinggi.
Serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, fungsi
kampus sebagai lembaga pendidikan tidak sekedar pengentas kebodohan
dan keterbelakangan, lebih 36 jauh mampu melaksanakan misi dakwahnya
sebagai insan pengabdi bagi, umat/rakyat, bangsa dan Negara sebagai
tanggung jawab sosialnya. Hal inilah yang berlaku pada kebesaran Sulthan
Malik As-Shaleh bagaimana mendedikasikan dirinya dalam
mentransformasi dakwah agama hingga ke Asia tenggara demi
perkembangan pengetahuan dan agama bagi masyarakat.
Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dimana sikap, perkataan dan tindakan tersebut
terintegrasi menjadi satu.
. A. Ramah terhadap orang lain 1. Mau berteman dengan siapapun 2. Mengucapkan salam
atau selamat ketika bertemu teman untuk pertama kalinya 3. Tidak suka mengejek 4. Berkata
sopan dengan siapapun
. • B. Menghargai perbedaan 1. Tidak mencela orang lain yang berbeda pendapat dalam
kehidupan sehari-hari 2. Mau bekerjasama dengan teman yang berbeda gender ataupun
berbeda latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan agama 3. Mau mengalah
. • C. Menghadapi masalah dengan sabar 1. Saat dijahili teman, memilih untuk tidak
membelasnya dengan berkelahi 2. Tidak menggunakan kekuatan fisik jika berselisih dengan
teman 3. Berbicara dengan kata-kata yang tidak mengundang amarah teman
. • D. Merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan teman 1. Tidak mengambil
barang teman 2. Ikut menjaga kemanan barang di kelas 3. Menjaga keselamatan teman di
kelas dari perbuatan jahil yang merusak
. • E. Menciptakan suasana harmonis di lingkungan dimanapun mereka berada 1.
Mendamaikan teman yang sedang berselisih 2. Rukun dengan semua teman 3. Tidak
membicarakan kekurangan orang di depan umum misal pada teman sebaya atau pada guru
. 1. Ramah terhadap orang lain Guru memberikan teladan dengan cara selalu memberi salam
ketika masuk kelas, membiasakan peserta didik juga demikian. Sebelum memulai pelajaran
7
guru menanyakan kabar, memberi nasihat dan menunjukkan wajah yang berseri-seri.
KEGIATAN DALAM MENANAMKAN NILAI CINTA DAMAI
2. Menghargai perbedaan Guru membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari beragam
siswa (heterogen). Dalam diskusi tersebut siswa dibimbing dan diberi pengarahan oleh guru
sebelumnya, supaya jalannya diskusi lebih teratur. Misalnya dalam mata pelajaran IPS, siswa
diminta berdiskusi mengenai materi Kenampakan Alam, siswa memberikan ide-idenya di
dalam diskusi tersebut. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa akan belajar tentang nilai cinta
damai dengan karakteristik, Mau bekerjasama dengan teman yang berbeda gender ataupun
berbeda latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan agama serta karakteristik Mau mengalah
(dalam hal ini, megalah dengan tidak berbicara pada saat teman yang lain
3. Menghadapi masalah dengan sabar an menciptakan suasana harmonis dimanapun meeka
berada Apabila terjadi suatu masalah di dalam kelas (misal ada siswa yang membuat
keributan atau menjahili siswa lain) guru tidak langsung menghakimi siswa yang terlibat
tetapi menanyakan dahulu alasan siswa berbuat demikian, kemudian guru mengkonfirmasi
kebenaran alasan yang dikatakan siswa. Guru memberikan nasihat dengan tidak memihak
salah satu siswa dan berbicara dengan nada yang halus dan suasana yang tenang.
. 4. Merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan teman Dalam sebuah
pembelajaran dibentuk kelompok heterogen kemudian memilih ketua kelompok, dan guru
menjelaskan tanggungjawab masing-masing anggota dan ketuanya. Setelah itu, pembelajaran
dilakukan di ruang terbuka. Dalam kegiatan ini, setiap siswa akan memiliki tanggugjawab
untuk menjaga keselamatan selama kegiatan pembelajaran di luar, sedangkan ketua
kelompok akan bertanggungjwab atas keamanan anggotanya. Misal dalam pembelajaran SBK
tentang pembuatan jumputan, siswa mendapat pengarahan tentang teknis pembuatan
jumputan, kemudian guru meminta bantuan kepada ketua kelompok untuk turut serta
mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.
8
BAB V
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/sitisangidah/nilai-cinta-damai
https://brainly.co.id/tugas/15231954#:~:text=Wawasan%20global
%20adalah%20suatu%20proses,sehingga%20mampu%20dipergu
nakan%20dengan%20baik.
https://en.wikipedia.org/wiki/Taqwa
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
https://silabus.org/pengertian-pendidikan/
10