Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tentang

“ Menjadikan Pendidikan Yang Baik Dengan Mengimplementasikan


Lima Pilar Kemalikussalehan ”

(Ujian akhir Semester)

DISUSUN OLEH:

Nama : Fajar Lesmana


Nim : 200130218
Kelas : A5, Teknik Industri
Mata Kuliah : Kemalikussalehan

Dosen Pengampu :
Ibu Mutmaimah.ST.MT.
DAFTAR ISI

Daftar isi ....................................................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... ....................................... 3

BAB III GAMBARAN UMUM STUDI KASUS ....................................................................... 4


A. Pengantar ...................................................................................................................... 4
B. Studi Kasus ................................................................................................................... 4

\
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI LIMA PILAR
1.1 Relegius ...................................................................................................................... 5
1.2 Akademis ................................................................................................................... 5
1.3 Transformatif .......................................................................................................... 6
1.4 Berwawasan Global ................................................................................................ 6
1.5 Cinta Damai .............................................................................................................. 7

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 10

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi jiwa dan


semangat dalam bidang pendidikan di Indonesia. Kebijakan pendidikan
memang diarahkan pada pembentukan karakter bangsa. Dalam sejarah
kurikulum di Indonesia, pada tahun 1960-an pendidikan karakter diajarkan
secara eksplisit di sekolah-sekolah formal dalam sebuah mata pelajaran
yang disebut Pendidikan Budi Pekerti. Pendidikan Budi Pekerti yang
diajarkan merefleksikan prioritas betapa pentingnya pendidikan karakter
yang merujuk kepada budi pekerti bagi setiap siswa.

Dengan penuh kebanggaan, kita terus berpikir dan bertindak untuk


kemajuan Universitas Malikussaleh (Unimal) dan nama besar dari Sulthan
Malik As-Shaleh, baik pada level lokal, nasional maupun internasional.
Secara fundamental Pilar-Pilar Kemalikussalehan sumber nilainya dari Al-
Quran dan Hadist, berguna untuk membangun karakter Sivitas Akademika
Unimal dan mahasiswa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, dan bergotong-royong sejalan dengan nilainilai keislaman
yang memang sudah mengglobalisasi

Sosok Malik As-Shalih, terpatri dengan sikap yang religius, Akademis,


Transformatif, Berwawasan Global dan Cinta Damai. Karakteristik Malik
As-Shaleh secara umum dibuktikan dengan terjemahan nisam yang bunyi
“Kubur ini kepunyaan almarhum hamba yang dihormati, yang diampuni,
yang taqwa, yang menjadi penasihat, yang terkenal, yang berketurunan,
yang mulia, yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar Sultan Malik
Al-Salih.” (Teuku Ibrahim Alfian, 2005)..

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendidikan
1.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus
dari generasi ke generasi di manapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia
melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan latar
belakang sosial setiap masyarakat tertentu (Tirtarahardja et al., 2005). Menurut
Fuad (2005) dalam bukunya pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya,
yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti
lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi,
sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah
dan masyarakat. Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke genari
yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang
dewasa, dan bagi yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini
disebut pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat
alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang Universitas Sumatera Utara
baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan
corak kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu
pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-
latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya,
khususnya dengan lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et al., 2005). Bagi
mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar
kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut
pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup
pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor)
yang sejalan dengan pengembangan fisik (Tirtarahardja et al., 2005).

3
BAB III

GAMBARAN UMUM STUDI KASUS

A. Pengantar

Gambaran pendidikan yang tertera dalam Undang - Undang


Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Adapun pedidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas, para siswa
kurang memperhatikan pilar pilar yang terkandung dalam memperkuat
pertahana moral.

B. Studi Kasus

Dalam hal menggambarkan studi kasus tentang


mengimplementasikan lima pilar kemalikussalehan ada beberapa
beberapa metode penelitian yang di gambarkan yaitu :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


studi kasus, dimana pengertian penelitian studi kasus adalah sebuah
metode penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer
(obyek sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih
menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat
penelitian dilakukan) yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata,
dengan menggunakan berbagai sumber data

Adapun prosedur atau tahap – tahap penelitian studi kasus adalah


sebagai berikut : (1) menentukan isu permasalahan, (2) menentukan atau
37 mencari landasan teori yang mendukung, (3) menentukan metodologi
penelitian, (4) melakukan analisis data, dan (5) membuat kesimpulan

2. Sumber Data

Responden dipilih dari orang-orang yang dianggap mampu


memberikan informasi mengenai latar belakang dan keadaan yang
sebenarnya dari obyek yang diteliti sehingga data yang dihasilkan dapat
akurat.Dalam penelitian kualitatif sumber data dipilih dengan cara
purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
(Sugiyono, 2008: 216).
\

4
BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI LIMA PILAR KEMALIKUSSALEHAN

Pilar-Pilar Kemalikussalehan

Sosok Malik As-Shalih, terpatri dengan sikap yang religius, Akademis, Transformatif,
Berwawasan Global dan Cinta Damai. Karakteristik Malik As-Shaleh secara umum
dibuktikan dengan terjemahan nisam yang bunyi “Kubur ini kepunyaan almarhum hamba
yang dihormati, yang diampuni, yang taqwa, yang menjadi penasihat, yang terkenal, yang
berketurunan, yang mulia, yang kuat beribadah, penakluk, yang bergelar Sultan Malik Al-
Salih.” (Teuku Ibrahim Alfian, 2005).
Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri harus ditanamkan nilai-nilai
pembentuk karakter Kemalikussalehan sebagai berikut:

1.1 Religius

Sultan Malik As-Shalih adalah sosok yang religius orang yang pernah
berjasa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara bahkan Asia
Tenggara dalam memprakarsai berdirinya suatu kerjaan Islam. Dalam
catatatnya Ibnu Batutah (1999) tiba di Sumatera di zaman pemerintahan
Sulthan Malik Al-Saleh tahun 1345 M. Mengagumi kemampuan Malik Al-
Shalih berdiskusi tentang berbagai masalah Islam dan Ilmu Fiqih. Menurut
penggembara Arab, Islam Maroko itu selain sebagai raja beliau adalah
seorang fukaha yang religius dan mahir tentang hukum Islam bahkan
setelah kerajaan Islam berdiri 1400-1500 M para ahli hukum Islam Malaka
datang ke Samudera Pasai untuk meminta kata putus menganai berbagai
masalah hukum yang jumpai dalam masyarakat.
Kata dasar religius berasal dari bahasa latin religare yang berarti
menambatkan atau mengikat. Dalam bahasa Inggris disebut dengan religi
dimaknai dengan agama. 30 Dapat dimaknai bahwa agama bersifat
mengikat, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Dalam
ajaran Islam hubungan itu tidak hanya sekedar hubungan dengan Tuhan-
nya akan tetapi juga meliputi hubungan dengan manusia lainnya,
masyarakat atau alam lingkungannya (Yusran Asmuni, 1997: 2). Adapun
nilai religuis terdiri dari :

a. IMAN

Secara harfiah, iman berasal dari bahasa arab amana,(yang


mengandung arti faith (kepercayaan) dan belief (keyakinan). Iman juga
berarti kepercayaan (yang berkenaan dengan agama), yakin percaya
kepada Allah, keteguhan hati dan keteguhan batin.

b. ILMU

adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan


meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam

5
alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan
kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi
dan aksiologi, jika ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui
sebagai sebuah ilmu.

c. TAQWA
adalah istilah dalam Islam yang merujuk kepada kepercayaan
akan adanya Allah, membenarkannya, dan takut akan Allah.[1] Istilah
ini sering ditemukan dalam Al-Quran, Al-Muttaqin (bahasa
Arab: َ ‫ ِّل ْل ُمت َّ ِقيييييي‬Al-Muttaqin) yang merujuk kepada orang-orang yang
bertakwa, atau dalam perkataan Ibnu Abbas, "orang-orang yang
meyakini (Allah) dengan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan
patuh akan segala perintah-Nya."[2]

1.2 Akademis

Pengertian Akademik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani


yaitu academos yang berarti sebuah “taman umum (plasa)” di sebelah
barat laut kota Athena (M. Fajar, 2002: 56). Sedangkan pengertian
akademik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya
“bersifat akademis, bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat
teori tanpa arti praktis yang langsung (Pusat Pembinaan dan
Pengambangan Bahasa, 1997: 15).
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
akademik adalah “hal ikhwal yang meliputi keilmuan”. Pengertian
akademik secara terminologi adalah keadaan orang-orang bisa
menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan
sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa.

1.3 Transformatif
Pendidikan merupakan sebuah arena untuk mewujudkan perubahan
dalam kehidupan sosial. Mansour Fakih pernah mengatakan bahwa
pendidikan merupakan proses produksi kesadaran kritis, seperti
menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran gender dan kesadaran kritis
lainnya (Mansour Fakih, 2001: xi). Oleh sebab itu, terkait (sistem)
pendidikan kita, diperlukan upaya serius dan komprehensif, salah satunya
melalui strategi pendidikan transformatif. Pendidikan transformatif tidak
hanya bergerak pada sisi transfer of knowledge, tapi juga aktif dalam
menanamkan akhlak alkarimah.

6
Dalam hal ini akhlak merupakan tolok ukur keilmuan seseorang.
Inilah peran penting perguruan tinggi khususnya Universitas Malikussaleh
dalam proses pendidikan yang diterapkan yaitu mentransformasikan para
civitas Akademik Unimal untuk mewujudkan tri darma perguruan tinggi.
Serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, fungsi
kampus sebagai lembaga pendidikan tidak sekedar pengentas kebodohan
dan keterbelakangan, lebih 36 jauh mampu melaksanakan misi dakwahnya
sebagai insan pengabdi bagi, umat/rakyat, bangsa dan Negara sebagai
tanggung jawab sosialnya. Hal inilah yang berlaku pada kebesaran Sulthan
Malik As-Shaleh bagaimana mendedikasikan dirinya dalam
mentransformasi dakwah agama hingga ke Asia tenggara demi
perkembangan pengetahuan dan agama bagi masyarakat.

1.4 Berwawasan Global

Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan


yang dirancang untuk mempersdiapkan anak didik dengan kemampuan
dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang
bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar
bangsa yang sangat tinggi.
Berwawasan global merupakan sebuah pra kondisi di era industri
4.0. Perkembangan global saat ini senantiasa menuntut para Sivitas
Akademi unimal perlu memceburkan (update) berbagai isu-isu lokal,
regional, nasional dan internasional (Think Globelly and act Locally).
Maka belajar terhadap pelbagai aspek dan sepanjang hayat adalah
tuntuntan eksistensial yang harus terus menerus dilakukan dan itu
merupakan tugas dan kewajiban sepanjang hayat (Long Life Education).

1.5 Cinta Damai

Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya. Dimana sikap, perkataan dan tindakan tersebut
terintegrasi menjadi satu.
. A. Ramah terhadap orang lain 1. Mau berteman dengan siapapun 2. Mengucapkan salam
atau selamat ketika bertemu teman untuk pertama kalinya 3. Tidak suka mengejek 4. Berkata
sopan dengan siapapun
. • B. Menghargai perbedaan 1. Tidak mencela orang lain yang berbeda pendapat dalam
kehidupan sehari-hari 2. Mau bekerjasama dengan teman yang berbeda gender ataupun
berbeda latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan agama 3. Mau mengalah
. • C. Menghadapi masalah dengan sabar 1. Saat dijahili teman, memilih untuk tidak
membelasnya dengan berkelahi 2. Tidak menggunakan kekuatan fisik jika berselisih dengan
teman 3. Berbicara dengan kata-kata yang tidak mengundang amarah teman
. • D. Merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan teman 1. Tidak mengambil
barang teman 2. Ikut menjaga kemanan barang di kelas 3. Menjaga keselamatan teman di
kelas dari perbuatan jahil yang merusak
. • E. Menciptakan suasana harmonis di lingkungan dimanapun mereka berada 1.
Mendamaikan teman yang sedang berselisih 2. Rukun dengan semua teman 3. Tidak
membicarakan kekurangan orang di depan umum misal pada teman sebaya atau pada guru
. 1. Ramah terhadap orang lain Guru memberikan teladan dengan cara selalu memberi salam
ketika masuk kelas, membiasakan peserta didik juga demikian. Sebelum memulai pelajaran

7
guru menanyakan kabar, memberi nasihat dan menunjukkan wajah yang berseri-seri.
KEGIATAN DALAM MENANAMKAN NILAI CINTA DAMAI
2. Menghargai perbedaan Guru membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari beragam
siswa (heterogen). Dalam diskusi tersebut siswa dibimbing dan diberi pengarahan oleh guru
sebelumnya, supaya jalannya diskusi lebih teratur. Misalnya dalam mata pelajaran IPS, siswa
diminta berdiskusi mengenai materi Kenampakan Alam, siswa memberikan ide-idenya di
dalam diskusi tersebut. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa akan belajar tentang nilai cinta
damai dengan karakteristik, Mau bekerjasama dengan teman yang berbeda gender ataupun
berbeda latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan agama serta karakteristik Mau mengalah
(dalam hal ini, megalah dengan tidak berbicara pada saat teman yang lain
3. Menghadapi masalah dengan sabar an menciptakan suasana harmonis dimanapun meeka
berada Apabila terjadi suatu masalah di dalam kelas (misal ada siswa yang membuat
keributan atau menjahili siswa lain) guru tidak langsung menghakimi siswa yang terlibat
tetapi menanyakan dahulu alasan siswa berbuat demikian, kemudian guru mengkonfirmasi
kebenaran alasan yang dikatakan siswa. Guru memberikan nasihat dengan tidak memihak
salah satu siswa dan berbicara dengan nada yang halus dan suasana yang tenang.
. 4. Merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan teman Dalam sebuah
pembelajaran dibentuk kelompok heterogen kemudian memilih ketua kelompok, dan guru
menjelaskan tanggungjawab masing-masing anggota dan ketuanya. Setelah itu, pembelajaran
dilakukan di ruang terbuka. Dalam kegiatan ini, setiap siswa akan memiliki tanggugjawab
untuk menjaga keselamatan selama kegiatan pembelajaran di luar, sedangkan ketua
kelompok akan bertanggungjwab atas keamanan anggotanya. Misal dalam pembelajaran SBK
tentang pembuatan jumputan, siswa mendapat pengarahan tentang teknis pembuatan
jumputan, kemudian guru meminta bantuan kepada ketua kelompok untuk turut serta
mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran.

8
BAB V

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi


manusia. Dengan demikian, manusia dapat mencapai kemamjuan di
berbagai bidang yang pada akhirnya dapat menempatkan seseorang pada
derajat yang lebih baik. Perlu diakui bahwa tidak semua manusia dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan dan
diinginkannya. Oleh karena itu, pendidikan menjadi satu kebutuhan yang
cukup penting dalam mengalami perubahan dan kemajuan di zaman
modern ini. Pendidikan merupakan proses belajar yang tidak akan pernah
berhenti sejak seseorang lahir di dunia ini hingga akhir hayatnya ( long life
education)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai implementasi lima pilar kemalikussalehan dalam pendidikan
karakter dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran kultur sekolah dalam membentuk karakter peserta didik sangat


besar, karena di dalam kultur sekolah terdapat lapisan artifak, nilai –
nilai dan keyakinan serta asumsi dasar
2. Dalam Mengimplemntasikan lima pilar sangat bagus supaya pendidikan
para siswa dapat terjamin moralnnya
3. Sebagai siswa kita harus bisa memahami maksud dari lima pilar
kemalikussalehan tersebut

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/sitisangidah/nilai-cinta-damai

https://brainly.co.id/tugas/15231954#:~:text=Wawasan%20global

%20adalah%20suatu%20proses,sehingga%20mampu%20dipergu

nakan%20dengan%20baik.

https://en.wikipedia.org/wiki/Taqwa

https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu

https://silabus.org/pengertian-pendidikan/

10

Anda mungkin juga menyukai