Universitas Esa Unggul Laporan Residensi
Universitas Esa Unggul Laporan Residensi
LAPORAN RESIDENSI
OLEH :
Dianna.V.A.Saroinsong
NIM 20160309037
JAKARTA, 2018
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU RI No.44 Tahun 2009).Rumah
pelayanan kesehatan untuk puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap yang
bersifat spesialistik.
dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain
itu sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan
pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Rumah Sakit Khusus, Praktek dokter, Praktek Dokter Gigi, Praktek Dokter
Spesialis, Praktek dokter Gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek,
nstalasi Farmasi Rumah sakit, Pedagang Besar Farmasi, pabrik obat dan bahan
1. Siloam Hospital Lippo Village merupakan head office dari semua rumah
3. Siloam Hospital Lippo Village juga rumah sakit yang telah terakreditasi
4. Seperti isi dari Misi Siloam Hospital Lippo Village yaitu The Trusted
5. Rumah sakit berdiri sejak 1996, dan terbilang muda (21 thn) namun
Ayat (1) Deklarasi menyatakan setiap orang berhak atas derajat hidup yang
social yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,menderita
sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut ataukeadaan lainnya yang
luar kekuasaannya.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila kelima juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini jugatermaktub dalam UUD
1945 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UUNo 23 Tahun 1992 yang
36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiaporang mempunyai hak yang sama dalam
sosial.
membutuhkan keterpaduan.
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJSKesehatan dan
Tahun 2013 tentangJaminan Kesehatan, dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
KesehatanNasional).
lanjutan. PeraturanMenteri juga akan mengatur jenis dan plafon harga alat bantu
kesehatan dan pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk Peserta
JaminanKesehatan Nasional.
efektif dan efisien denganmemanfaatkan data medis dan ilmu pengetahuan yang
pelayanan yang cepat, instan, tepat dan terjangkauuntuk semua kalangan dari
dengan nama INA CBGs. INA CBGs merupakan sistem Case-mix yang di
Pada Buletin BUK edisi Mei 2013 dijelaskan bahwa sistem CasemixINA
pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. CaseBase Groups (CBG’s) yaitu
terkontrol dan dievaluasi karena sistem yangada sudah memiliki standar dalam
rekam diketahui bahwa Rumah Sakit Siloam Karawaci merupakan salah satu
2014 yang lalu. BPJS Kesehatan memiliki kaitan yang sangat erat dengan
INA CBGs yaitu cara pembayarannya. Ketepatan kode yang diberikan akan
sangat mempengaruhi tarif yang akan diterima Rumah Sakit sebagai ganti
dari biaya pelayanan yang telah diberikan kepada pasien selama menerima
di Rumah Sakit Siloam Karawaci adalah Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL),
Gawat Darurat, Pelayanan Obat, Pelayanan Alat Kesehatan, Alat kesehatan lain
pasien rawat jalan, rawatdarurat, dan rawat inap. Dengan adanya sistem Case-
diagnosis dantindakan, namun ada beberapa tugas tambahan yang belum masuk
sumber daya manusia (SDM), penulisan diagnosis dan tindakan, serta program
BPJS yang masih baru. SPO pengodean dan tindakan masih digabungkan
CBGs juga belum ada. Petugas pengodean masih adayang belum menguasai
tugasnya, sering mengalami perbedaan dalammenentukan kode penyakit, dan
tidak lengkap, dokter tidak mengisiresume, dan tulisan dokter tidak bisa terbaca.
rumah sakit tempat residensi yang dilakukan dengan pendekatan sistem, dan
berupa evaluasi, saran dan usulan yang sesuai dengan permasalahan yang
ditemukan.
penulisan tesis.
5. Merupakan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan pribadi sebagai
sakit
2. mempunyai data dan informasi yang lengkap tentang rumah sakit, yang
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit yang mempunyai gejala/ciri yang sama serta pemakaian sumber daya (biaya
perawatan) yang sama dan prosedur/tindakan pelayanan di suatu rumah sakit kedalam
jangkauan dalam pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur pembiayaan
yang mempunyai arti relatif sama. Setiap pasien yang dirawat di sebuah RS
diklasifikasikan ke dalam kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang sama
homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien2 dengan
karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Groups (CBG's), yaitu cara pembayaran
pelayanan kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama.
Setiap pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit diklasifikasikan ke dalam kelompok
yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya perawatan yang relatif sama.
Groups (INA DRGs). Aplikasi INA CBGs menggantikan fungsi dari aplikasi
INADRG yang saat itu digunakan pada Tahun 2008. Sistem yang dijalankan dalam
menggunakan CBG's,baik Rumah Sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan kebijakan program Casemix INA
CBGs secara umum adalah secara Medis dan Ekonomi. Dari segi medis, para klinisi
kepada penanganan penyakit yang diderita oleh pasien. Secara ekonomi, dalam hal ini
keuangan (costing) jadi lebih efisien dan efektif dalam penganggaran biaya
derajat keparahan
b. Dengan adanya batasan pada lama rawat (length of stay) pasien mendapatkan
perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas rumah sakit, karena
sebenarnya.
c. Bagi dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk
masing klinisi.
kesehatan.
yang sebenarnya.
pengelompokkan dari data morbiditas yang ditetapkan sesuai dengan kriteria (WHO,
1994). Salah satu pedoman klasifikasi penyakit yang berlaku di dunia adalah ICD-10
Fungsi ICD-10 menurut Kasim (2008), penerapan pengkodean ICD digunakan untuk:
d. Bahan dasar dalam pengelompokkan CBG’s (case based groups) untuk sistem
pelayanan medis.
RI, 2010). Sub - groups ke 1 menunjukan CMG’s (Case Main Group’s) yang ditandai
dengan huruf alpabhetik (A-Z), dalam hal ini huruf “E” menjadi sub groups pertama
sebagai CMG’s (Case Main Group’s) dari Endocrine System, Nutrition &
sedangkan huruf “E” mengacu pada chapter dalam ICD-10, angka pertama dalam
kode ICD-10 , yaitu E10. Sub groupske 2 menunjukan tipe kasus, yang ditandai
dengan angka (1-9), angka “4” dalam tipe kasus disini adalah tipe “rawat Inap bukan
angka (1-32), dalam hasil penelitian ini, diagnosis diabetes mellitus ditandai dengan
angka 10 untuk spesifikasi CBG’s nya. Sub - groupske 4 menunjukan severity level
4-10-I,II dan III berturut-turut adalah diabetes mellitus ringan, diabetes mellitus
sedang dan diabetes mellitus berat. Terjadinya severity level dipengaruhi oleh
dan juga umur pasien. Severity level juga berpengaruh terhadap besarnya tarif yang
diterima oleh rumah sakit. Severity Level sebagai sub-group keempat merupakan
resource intensity level yang menunjukkan tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi
Biaya layanan kesehatan jika ditinjau dari sudut pandang pasien sebagai pembeli
layanan kesehatan, biaya mencakup besaran nilai rupiah yang dibutuhkan sebagai
nilai ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang telah diberikan rumah sakit, baik
yang dibayar oleh pasien langsung (out of pocket), penjamin (insurance), maupun
subsidi. Jika terminologi ini ditinjau dari sudut pandang rumah sakit sebagai penyedia
layanan kesehatan, maka biaya kesehatan yang dimaksud di sini tidak lain adalah tarif
(charge) yang dikenakan rumah sakit atas layanan kesehatan yang diberikannya
(Heru, 2007).
biaya layanan kesehatan. Permasalahan yang terjadi, seringkali billing (tarif) berbeda
dengan biaya aktual yang dikeluarkan rumah sakit sebagai pembeli sumber daya.
Selisih beda tersebut disebut margin. Pada dasarnya elemen yang terkandung dalam
tarif adalah biaya (sudut pandang rumah sakit sebagai pembeli sumber daya) dan
margin. Nilai margin dapat bernilai positif, yaitu tarif lebih besar atau seringkali
disebut gain, namun dapat pula bernilai negatif, yaitu tarif lebih kecil dari biaya yang
dikeluarkan rumah sakit dalam menyusun tarif, sehingga besaran tarif yang dihasilkan
diinginkan rumah sakit. Pasien, asuransi, dan Pemerintah sebagai pembeli atau
nilai ganti ekonomis yang harus mereka keluarkan atas layanan kesehatan yang telah
Besaran nilai ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang telah diberikan
tersebut oleh manajemen rumah sakit telah direpresentasikan dalam nilai tarif layanan
kesehatan. Jika dilihat dari sudut pandang pembeli atau penyedia dana layanan
kesehatan, mekanisme transfer atas nilai ganti ekonomis antara pembeli layanan
digolongkan menjadi dua yaitu sistem pembayaran prospektif dan sistem pembayaran
Penyesuaian case mix yang terstandar dan digunakan oleh seluruh RS di Indonesia
Tantangan
menggunakan UNU Grouper. Setelah itu pada tahun 2011 mulailah disusun tarif INA
CBG yang akan digunakan, dimana launching tarifnya sendiri dilaksanakan pada
awal Januari 2013. Selama kurun waktu 2013 selalu dilakukan update tarif INACBGs
dan persiapan JKN sampai pada awal Januari 2014 barulah implementasi INA CBG
Penyusunan tarif dalam sistem INA CBGs dilakukan oleh National Casemix
National Casemix Center (NCC) akan terus mengevaluasi tarif INA CBG,
terutama dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014. Tarif
yang berlaku merupakan tarif baru yang dimulai pada tanggal 01 Januari 2013 yaitu
tarif pelayanan kesehatan di ruang perawatan kelas III rumah sakit yang berlaku
untuk rumah sakit umum dan rumah sakit khusus milik Pemerintah dan Swasta yang
bekerjasama dengan program Jamkesmas. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes Nomor
Bahwa berdasarkan indeks harga konsumen yang dikeluarkan dari BPS, ada
Jawa dan Bali, regional II daerah Sumatera, regional III untuk daerah Kalimantan,
Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan regional IV daerah Nusa Tenggara
Timur (NTT), Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Dengan pertimbangan
Tarif yang akan diberlakukan saat JKN sudah diprogramkan sejak dua tahun
yang lalu dan bulan Juli 2013 harus sudah diproduksi tarif baru untuk tahun 2014.
Perubahan tarif untuk JKN dilakukan mengingat ada konsekuensi biaya dari aktivitas
yang dilakukan. Jadi harus sudah disiapkan tarif untuk JKN, salah satunya tujuh
kelompok khusus dengan pembayaran terpisah. Kemudian tahun 2014 akan ada
perubahan tarif baru yang akan dibuat oleh NCC dan ditetapkan oleh Kemenkes.
Perubahan juga menyangkut pada data costing, jika yang sebelumnya data costing
berasal dari 100 rumah sakit. Kemudian untuk persiapan JKN 2014, data costing
rumah sakit Pemerintah dan Swasta diperluas menjadi 161 rumah sakit dari berbagai
kelas dan wilayah. Dengan perbaikan ini, diharapkan tarif INA CBG akan lebih baik
dari sisi metodologi maupun data yang digunakan, sesuai dengan kebutuhan rumah
sakit.
a. Bagi provider
b. Bagi pasien
c. Bagi pembayar
lain:
a. Provider
b. Pasien
- Referral out
c. Pembayaran
VILLAGE
International
Quality
Scale
The Trusted destination of choice for holistic world class healthcare, health
Love
Caring
Integrity
Honesty
Empathy
Compassion
Profesionalism
3.1.6 KEBIJAKAN MUTU SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE
pendanaan Penanaman Modal Asing dari Parque Grup dan PT. Lippo Grup.
Pada tahun 2006, Siloam Grup memutuskan untuk putus kerjasama dengan
Parque Grup dan membuat brand rumah sakit terbaru dibawah PT. Lippo
Karawaci Tbk Dan pada tahun 2007 Siloam Hospital melakukan penilaian JCI
perusahaan dari PT. Siloam Tbk dan menjadi jaringan Rumah sakit dengan
Saat ini Rumah Sakit Siloam telah memiliki beberapa rumah sakit, klinik
sakit ini menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang mendapat akreditasi
Accreditation (akreditasi telah dilakukan pada tahun 2007, 2010 ,2013 dan
gedung A terdapat 11 lantai dengan 274 tempat tidur dan untuk melayani
pasien private. Dan gedung B untuk melayani pasien JKN dengan memiliki 6
sakit dari Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Kantor pusat Siloam Hospitals
dan mengelola rumah sakit, poliklinik, sarana dan pra sarana penunjang
telah memiliki kapasitas 4.800 tempat tidur dengan 1.700 dokter spesialis
dan 2.100 dokter serta 8.200 perawat, rekanan teknisi kesehatan, dan staf
pendukung.
kini Rumah sakit Siloam Lippo Village memiliki 274 tempat tidur yang
ini Siloam Hospital Lippo Village memiliki 274 tempat tidur untuk rawat
1 PS )
12 Kls 3 )
3 VIP )
8. Capernaum : 18 bed ( 6 Kls Utama, 6 Kls 2, 4 Kls 3,
2 VIP )
tempat tidur SVIP, 2 tempat tidur Junior Suite, 1 tempat tidur Siloam Suite,
Fasilitas –fasilitas yang dimiliki oleh Siloam Hospital Lippo Village adalah :
1. IGD 24 jam
ABP
Electroencephalogram (EEG).
Klinik Patologi
6. Fasilitas Rawat Inap memiliki 274 tempat tidur yang terdiri dari 12
tempat tidur untuk ICU, 6 tempat tidur ICCU, 4 tempat tidur VK,
3.2.1. Permasalahan
gedung A hanya melayani layanan rawat inap khusus kelas 1 dan pasien up grade
Permasalahan yang terjadi pada saat penyaringan pasien dapat terjadi antrian
pasien yang cukup panjang baik untuk rawat inap khususnya pada kasus-kasus
Kesehatan dengan status kelas 1 maupun up grade VIP maka kemampuan daya
tampung rawat inap sekitar 15 – 30 pasien, namun rata-rata 18 tempat tidur dari
total 274 tempat tidur. Dan dipantau oleh 1 orang PIC itu dokter
3.2.2 Alur Proses Kegiatan
Pasien masuk rawat inap
Registrasi gedung B
Registrasi Gedung
Hospital Coordinator
PIC
Pasien pulang
Medical Record
Kembali ke PIC
Medical Record
Finance
Melakukan penagihan
STRUKTUR ORGANISASI SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE
Board of Director
Divisi Head Of Ancillary Divisi Head Of Nursing Divisi Head of Divisi Head of Depart Head of Depart Head of
Clinical & Medical Development & Business Accounting, FMS & Gen AffairTalent
Services Clinical Operations Development Finance & ICT Management
Depart Head Farmacy Depart Head Nursing Depart Head of Depart Head of
Development Marketing& Accounting&
Depart Head Comm Finance
Radiology
Depart Head MCU Depart Head Depart Head of Depart Head of ICT
Inpatient Customer
Relation
Depart Head Laborat
Depart Head of
Purchasing
Depart Head Rwt Jalan
Specialist
RMO
STRUKTUR ORGANISASI CASEMIX
Hospital Director
Direktur Medis
Terlibat
Perencanaan Admission Proses antrian surgery lama
panjang
BAB IV
ANALISIS MASALAH DAN RENCANA PENYEMPURNAAN
UNIT CASEMIX
Dari tabel 4.1 dapat ditentukan prioritas masalah utama Tim casemix adalah Point
Proses antrian yang panjang, karena akan bergabung dengan gedung B untuk proses
pengantriannya ( point sebesar 384 )
Dimana JKN mengalami perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No 5
tahun 2018 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan kesehatan nasional
Berdasarkan Surat Edaran dari Kementrian Kesehatan RI Nomor: IR.03.01/I/570710,
mulai tanggal 30 September 2010 grouper INA DRGs dilakukan perubahan
mekanisme pengendalian biaya yang dikenal dengan nama INA CBGs. INA CBGs
merupakan sistem Case-mix yang di implementasikan di Indonesia saat ini.
Prioritas
Masalah:
Proses
Antrian
surgery yang
panjang
3. Memperbaiki SPO
Do
1. Membuat uraian tugas khusus tim casemix
Study
1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja tim casemix
Action
1. Melakukan koordinasi berkala dengan KaDiv Medis
BAB V
PENUTUP
V. 1 KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan residensi di Unit Kerja Casemix Siloam Hospital
Tangerang, secara holistic pelayanan berjalan cukup baik. Namun ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk perbaikan layanan kedepan baik dari sisi layanan
maupun infrastruktur.
Untuk sisi layanan perlunya dipertimbangan untuk dapat melayani seluruh pelayanan
jaminan kesehatan, baik layanan yang masuk dalam perhitungan Inacbg maupun yang
tidak karena sifat layanan BPJS Kesehatan adalah Gotong royong, namun perlunya
juga diperhatikan unit cost dari layanan terutama pelayanan medis surgery yang
mempengaruhi budaya kerja dan sistem kerja, dimana pada saat ini bagian coder
masih dibawah Unit medical record dan layanan administrasi masih dibawah
dan prosedur dengan mengacu pada ciri klinisyang mirip/sama dan penggunaan
V. 2 Saran
Setelah melakukan Residensi di Siloam Hospital Lippo Village, saran yang dapat
melanjutkan pendidikan formal bagi tenaga Case manager dan terus melakukan
Dari hasil wawancara dan observasi , pekerjaan case manager BPJS cukup meminta
perhatian khusus dan harus saling berkoordinasi dengan seluruh unit kerja lainnya di
Bagi permasalahan lain yang belum saya nilai sebagai prioritas masalah pada
pembahasan kali ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk analisa dan
yang didapat untuk peningkatan pelayanan khususnya Unit Casemix di RS. Siloam
lebih komprehensif.
Melalui laporan kegiatan residensi ini diharapkan pihak institusi pendidikan dapat
lengkap tentang Rumah Sakit, yang dapat dijadikan data base khususnya pada
Dengan telah terlaksananya kegiatan residensi ini diharapkan juga dapat terbina
hubungan kerja sama yang saling menguntungkan bagi pihak Institusi Pendidikan dan
Rumah Sakit tempat Residensi berlansung dan berlanjut untuk periode selanjutnya.
Selanjutnya melalui laporan kegiatan residensi ini dapat memberikan masukan berupa
bahan dan kasus kepada mahasiswa Magister Administrasi Rumah Sakit Esa Unggul
Dengan beberapa masukan dan saran yang kami berikan kepada pihak Rumah Sakit
Kesehatan meningkat.
2. Evaluasi Terhadap Pembelajaran
casemix di gedung A
yang dapat disesuaikan dengan permintaan rawat inap dari DPJP, yang berhubungan
dengan angka Inacbg yang dapat membuat rumah sakit juga mendapatkan revenue
yang positif
KEPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA