Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN LENGKAP

KONSERVASI

Pembimbing
drg. Anita Rosa Delima., Sp.KG

ANNISA MONZA
1112014009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA 2020
BAB 1
PENDAHULUAN

Kebersihan gigi dan mulut merupakan tindakan yang bertujuan untuk membersihkan dan
menyegarkan gigi dan mulut. Tindakan pembersihan gigi dan mulut dapat mencegah
penularan penyakit melalui mulut, memperbaiki fungsi sistem pengunyahan, serta mencegah
penyakit gigi dan mulut seperti penyakit pada gigi dan gusi. Karies merupakan salah satu
penyakit di gigi dan mulut yang prevalensinya di Indonesia masih cukup tinggi.( Hubungan Tingkat
Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Karies pada Nelayan di Pesisir Pantai Watu Ulo Kabupaten Jember, Yona Anindita)
Menurut The global
burden of disease study pada tahun 2016, masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies
gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi penduduk dunia (3,58
miliyar jiwa).2 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan status
karies penduduk Indonesia usia diatas 12 tahun yang dinilai menggukanan index DMF- T
sebesar 4,6. Artinya kerusakan gigi penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang.3
Jumlah ini terbilang masih tinggi untuk kejadian karies penduduk Indonesia. Namun pada
RISKESDAS tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia
adalah gigi rusak/berlubang/sakit sebanyak 45,3%.2

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit
dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi yaitu enamel, dentin dan sementum.
Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi kejaringan
periapeks yang dapat menyababkan nyeri. Adanya beberapa faktor utama yang memegang
peranan yaitu faktor (host), agen (mikroorganisme), substrat (diet) dan faktor waktu. 3(FAKTOR
RISIKO KEJADIAN KARIES GIGI PADA ORANG DEWASA USIA 20-39 TAHUN DI KELURAHAN DADAPSARI, KECAMATAN SEMARANG

UTARA, KOTA SEMARANG, Ziyaan Azdzahiy)

Karies yang tidak dilakukan perawatan gigi sejak dini dapat menyebabkan
kerusakan gigi menjadi lebih parah dan akhirnya dicabut. Seseorang yang kehilangan
gigi akibat karies akan mengalami masalah pengunyahan dan akan merasakan malu
dalam tingkat tertentu pada penampilan diri yang kemudian akan membatasi interaksi
sosial dan komunikasi. Selain mengganggu fungsi pengunyahan, karies gigi juga dapat
mempengaruhi kesehatan secara umum. Walaupun tidak sampai menimbulkan kematian
sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan pendukung, karies dapat menurunkan
Universitas YARSI 1
(FAKTOR
tingkat produktivitas seseorang, karena dari aspek biologis akan dirasakan sakit.
RISIKO KEJADIAN KARIES GIGI PADA ORANG DEWASA USIA 20-39 TAHUN DI KELURAHAN DADAPSARI, KECAMATAN SEMARANG

UTARA, KOTA SEMARANG, Ziyaan Azdzahiy)

Keluhan gigi berlubang akibat karies maupun fraktur gigi yang tidak ditangani segera
akan menyebabkan bakteri masuk ke dalam pulpa. Karies gigi dapat menyebabkan rasa sakit
bila terkena makanan atau minuman dingin atau manis. Hal ini menjadi salah satu indikasi
terjadinya pulpitis reversibel yang apabila dibiarkan tidak dirawat dapat berlanjut menjadi
pulpitis ireversibel.4

Universitas YARSI 1
2.1 Identitas Pasien

Nama : Mairoh
Umur : 32 tahun
Alamat : Jl. Cempaka Putih Tengah 4b
No.tlp : 08532024xxxx
Agama : Islam
Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga

Status perkawinan : Belum menikah

Tanggal kunjungan : 08/02/19

NO. RM : 18-04-123

2.2 Temuan masalah umum


a. Data Subjektif
Pasien wanita berusia 32 tahun datang dengan ke RSGM YARSI dengan keluhan gigi
belakang kiri bawah patah saat makan. Gigi tersebut patah kurang lebih sudah 7 tahun
yang lalu. Sebelumnya gigi belakang kiri bawah pernah ditambal ke dokter gigi
namun tambalan terlepas. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik dan alergi.
b. Data objektif
Keadaan umum : Baik / TAK
Kesadaran : Composmentis
Status gizi : Normal
Tanda vital : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36oC
Kebiasaan buruk : tidak ada
c. Status lokalis
1. Pemeriksaan Ekstraoral :
Pembesaran kelenjar : TAK
Wajah : Simetris
Kebiasaan buruk : TAK
TMJ : TAK
2. Pemeriksaan Intraoral :
Sisa makanan : Tidak ada
Plak : Pada gigi Posterior atas dan bawah
Kalkulus : Tidak ada
Gingiva : TAK
Crowding : ada, pada gigi anterior rahang bawah
Mukosa : TAK

FOTO KLINIS INTRA ORAL


ODONTOGRAM
Elemen V/NV Keadaan gigi dan Rencana Terapi Elemen V/NV Keadaan gigi dan Rencana Terapi
diagnosis diagnosis
11 Sou - 21 Sou -
12 Sou - 22 Sou -

13 Sou - 23 Sou -
14 Sou - 24 Sou -

15 + Pulpa normal Tumpat RK kls 1 25 + Pulpa normal Tumpat RK kls I


Fis car (D3, site 1, Fis car (D3, site 1, size 1)
size 1)
16 + Pulpa normal Tumpat RK kls 1 26 + Pulpa normal Tumpat RK kls 1
FIs car (D3, site 1, Fis car (D3, site 1,
size 1) size 1)
17 Sou - 27 Sou -

18 + Pulpa normal Tumpat RK kls 1 28 Sou -


FIs car (D3, site 1,
size 1)

Elemen V/NV Keadaan gigi dan Rencana Terapi Elemen V/NV Keadaan gigi dan Rencana Terapi
diagnosis diagnosis
41 Sou - 31 Sou -
42 Sou - 32 Sou -
43 Sou - 33 Sou -
44 Sou - 34 + Pulpa normal Tumpat RK kls II
D car (D3, site 2, size 1)
45 Sou - 35 + Pulpa normal Tumpat RK kls II
D car (D4, site 2, size 2)
46 Sou - 36 Sou -

47 Sou - 37 Sou -
48 Sou - 38 + Pulpitis reversible Tumpat GIC kls I
D car (D4, site 1, size 2)

* N/NV = + Vital / - Non vital


2.3 Faktor resiko karies
a. Sikap
A : Mau mengubah sikap
3 : Penyakit aktif
b. Saliva
- Tanpa stimulasi :
1) Hidrasi : 30-60 detik (kuning)
2) Viskositas : berbusa (kuning)
3) pH : tidak dilakukan pemeriksaan lengkap
- Dengan stimulasi
1) Laju alir saliva /5menit : tidak dilakukan pemeriksaan lengkap
2) Kapasitas buffer : tidak dilakukan pemeriksaan lengkap
3) pH : tidak dilakukan pemeriksaan lengkap
c. Plak
- pH : tidak dilakukan pemeriksaan lengkap
- Aktivitas : tidak di lakukan pemeriksaan lengkap
d. Fluor
- Pasta gigi : Ya
- Air minum : Ya
- Topikal : Tidak
e. Diet
- Gula : Tidak
-Asam : <2x/hari
f. Faktor modifikasi
- Obat peningkat aliran saliva : Tidak
- Penyakit penyebab mulut kering : Tidak
- Protesa/alat ortodonti : Tidak
- Karies aktif : Ya
- Sikap : Ya
Penilaian akhir resiko karies
a. Saliva : Kuning
b. Plak : -
c. Fluor : Kuning
d. Diet : Hijau
e. Faktor modifikasi : Kuning
2.4 Perawatan non invasif
a. Pembersihan gigi dan mulut : Sikat gigi 2x/hari
b. Agen antibakteri : -
c. Diet mengurangi : Minuman berkefein
Modifikasi diet diperlukan untuk mengurangi konsumsi minuman berkafein.
Konsumsi kafein yang berlebihan menyebabkan timbulnya plak ada bekas kuning
pada gigi yang dikarenakan oleh senyawa kafein sehingga plak tersebut dapat
memberikan dampak buruk bagi kesehatan gigi yang mengakibatkan gigi
berlubang(Anwar &Khomsan 2009)
d. Saliva : Meningkatkan asupan air dan mengkonsumsi permen karet xylitol/CPP-ACP
Saliva mempunyai peran penting dalam perlindungan terhadap karies, sebagai
pendukung remineralisasi. Dengan meningkatkan asupan air akan membantu
meningkatkan produksi saliva dan tidak terjadi dehidrasi. Sedangkan dengan
mengkonsumsi permen karet xylitol/CPP-ACP dapat meningkatkan sekresi saliva
pasien.5,6
e. Fluor : Pasta gigi
f. Penutupan pit dan fissure dengan GIC : Perlu

2.5 Perawatan invasif, diagnosis dan rencana perawatan


1) Gigi 15, 16, 18, 25, dan 26

a. Pemeriksaan
 Pemeriksaan subjektif
Tidak ada keluhan
 Pemeriksaan objektif
 Secara klinis terlihat gambaran karies pada daerah pit dan fissure, berwarna coklat
dan coklat kehitaman. Ketika dilakukan sondase, sonde menyangkut, palpasi (-)
perkusi (-) dan vitalitas (+)

b. Diagnosis
 Diagnosis kerja : Pulpa Normal 15, 16, 18, 25, dan 26
Diagnosis pulpa normal ditegakkan berdasarkan pemeriksaan subjektif dan
objektif. Pasien tidak merasakan adanya keluhan, baik saat makan dan minum
dingin maupun nyeri secara spontan saat tidak melakukan aktivitas. Pada
pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis, pulpa normal tidak melihatkan adanya
gejala dan normal terhadap tes pulpa/vitalitas.10 termasuk dafpus abe, akses sendiri
Berdasarkan klasifikasi ICDAS lesi karies termasuk dalam kategori D3
karena karies melibatkan email. Sedangkan berdasarkan klasifikasi GJ.Mount lesi
karies pada gigi 15, 16, 18, 25, dan 26 termasuk dalam site 1 karena meliputi
bagian pit dan fissure dan size 1 karena karies/kavitas minimal belum melibatkan
dentin.6

Tabel 2.1 prosedur pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis pada endodontik.7

 Diagnosis banding : Pulpitis Reversible

c. Rencana perawatan :
Pada gigi 15, 16, 18, 25, dan 26 akan dilakukan penumpatan dengan bahan restorasi
resin komposit (kelas I)
Berikut tahapan kerja penumpatan kelas I resin komposit:8
 Isolasi daerah kerja dengan rubberdam
 Pembuangan jaringan karies/tumpatan lama dengan bur bulat (preparasi
dilakukan dengan prinsip minimal invasive)
 Kedalaman disesuaikan dengan kedalaman jaringan yang terinfeksi
 Lebar marginal ridge pada sisi proksimal tanpa kavitas ± 2mm (molar) dan
1,6mm (premolar)
 Preparasi oklusal memiliki sudut kavosurface 90o sehingga tidak perlu dibevel
(karena enamel rod sudah terekspos dan cukup sebagai retensi tumpatan)
 Bilas kavitas dan keringkan
 Aplikasi etsa (asam phosphoric 37%) dalam bentuk gel/cairan pada permukaan
yang sudah dipreparasi dengan menggunakan mikrobrush
 Diamkan etsa selama 15 detik setelah itu bilas hingga etsa sudah tidak ada lagi
dikavitas
 Keringkan dengan cotton pellet dan biarkan kavitas lembab agar serang kolagen
tetap mengembang sehingga meningkatkan ikatan hibrida
 Aplikasi bonding pada seluruh kavitas dengan menggunakan mikrobrush,
terutama pada bagian kavitas yang sudah telah di etsa, diamkan 10-20 detik agar
berpenetrasi ke tubuli dentin dan berikatan dengan serat kolagen, ratakan dengan
tiupan angina di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas), setelah itu
sinari dengan lightcure selama 20 detik
 Penumpatan dengan resin komposit secara incremental, lapisan ≤ 2mm dengan
arah oblik pada dinding bukal maupun lingual lalu sinari dengan lightcure dari
arah bukal maupun lingual, lakukan tahap tersebut hingga kavitas tertutup,
pembentukan anatomi gigi dilakukan sebelum dilakukan penyinaran
 Finishing dengan menggunakan bur tungsten dan bur diamond halus
 Pemolesan dengan menggunakan bur poles khusus resin komposit agar
mendapatkan permukaan yang halus, pemolesan dengan arah dari email ke resin
komposit dari kasar hingga halus dan digunakan secara berurutan

 Kontur dan tepi permukaan di cek secara taktil dengan eksploler dan dental floss
pastikan tidak ada permukaan yang tersangkut
 Kemudian dilakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper dan buang
bagian yang terlalu tinggi.

Gambar 2.6. Hasil preparasi dan penumpatan resin komposit kelas I.9

2) Gigi 34 dan 35
b. Pemeriksaan
 Pemeriksaan subjektif
Tidak ada keluhan, namun pada gigi 36 37 46 47 sebelumnya sudah pernah
ditambal dengan tambalan sewarna gigi, namun pada gigi graham kesatu atas
kanan belakang terasa ngilu pada saat makan dan minum dingin.
 Pemeriksaan objektif
Secara klinis pada gigi 16 17 24 25 terlihat gambaran karies pada daerah pit dan
fissure, berwarna coklat dan coklat kehitaman, sedangkan pada gigi 36 37 46 47
terdapat garis coklat kehitaman pada sekitar tumpatan dipermukaan oklusal dan
juga pada bagian vestibular gigi. Ketika dilakukan sondase, sonde menyangkut,
palpasi (-) perkusi (-) dan vitalitas (+)
c. Diagnosis
 Diagnosis kerja :
o Pulpa normal 17,24,25,37,36,46,47
(karies sekunder pada 36 37 46 47)
pulpa normal adalah kategori diagnosa klinis dimana pulpa tidak ada gejala
dan memberikan respon normal pada saat pemeriksaan pulpa atau “pulp
testing”. Meskipun secara histologi mungkin tidak normal, biasanya pulpa
normal secara klinis menghasilkan respon yang ringan pada saat dites dengan
suhu dingin, bertahan tidak lebih dari satu maupun dua detik setelah stimulus
dihilangkan. Sebuah diagnosis tidak dapat ditentukan tanpa membandingkan
tes termal atau suhu dingin dengan gigi tetangganya atau kontralateral terlebih
dahulu agar pasien terbiasa dengan pengalaman respon normal terhadap
dingin.7
Pada kasus ini pasien tidak memiliki keluhan apapun pada gigi tersebut, dan
pada saat dilakukan test termal tidak menunjukkan adanya kelainan.
o Pulpitis Reversible 16
Diagnosis pulpitis reversible ditegakkan berdasarkan pemeriksaan subjektif
dan objektif. Pasien merasakan ketidaknyamanan pada saat adanya stimulus
semacam dingin atau manis namun ketika stimulus dihilangkan maka rasa
tidak nyaman akan hilang dalam beberapa detik. Etiologinya dapat termasuk
adanya dentin yang terekspos sensitivitas dentin), karies atau restorasi yang
dalam. Tidak ada perubahan radiografi yang signifikan didaerah periapikal
pada gigi yang dikeluhkan dan tidak ada riwayat nyeri spontan. 7 Pada kasus
gigi 16 ini memiliki gejala seperti terdapat rasa ngilu pada saat makan dan
minum dingin, namun akan hilang pada saat tidak makan dan minum dingin.
Dan pada saat dilakukan tes termal, pasien merasa gigi tersebut terasa sangat
ngilu namun hilang pada saat stimulus dihilangkan.
Berdasarkan klasifikasi ICDAS lesi karies termasuk dalam kategori D3
karena karies mencapai email. Sedangkan berdasarkan klasifikasi GJ.Mount
lesi karies pada gigi 16 17 24 25 37 36 46 47 termasuk dalam site 1 karena
meliputi bagian oklusal/grove/pit fissure dan size 1 karena karies terbatas pada
email.6
 Diagnosis banding : Pulpitis Reversible 17 24 25 37 36 46 47
Pulpitis Ireversible 16
d. Rencana perawatan :
Pada gigi 16 17 24 25 37 36 46 47 akan dilakukan penumpatan gigi dengan
menggunakan restorasi berbahan resin komposit (Resin komposit klas I)
Tahapan Penumpatan yaitu:8
 Isolasi daerah kerja dengan rubberdam
 Pembuangan jaringan karies/tumpatan lama dengan bur bulat (preparasi
dilakukan dengan prinsip minimal invasive)
 Kedalaman disesuaikan dengan kedalaman jaringan yang terinfeksi
 Lebar marginal ridge pada sisi proksimal tanpa kavitas ± 2mm (molar) dan
1,6mm (premolar)
 Preparasi oklusal memiliki sudut kavosurface 90o sehingga tidak perlu dibevel
(karena enamel rod sudah terekspos dan cukup sebagai retensi tumpatan)
 Bilas kavitas dan keringkan
 Aplikasi etsa (asam phosphoric 37%) dalam bentuk gel/cairan pada permukaan
yang sudah dipreparasi dengan menggunakan mikrobrush
 Diamkan etsa selama 15 detik setelah itu bilas hingga etsa sudah tidak ada lagi
dikavitas
 Keringkan dengan cotton pellet dan biarkan kavitas lembab agar serang kolagen
tetap mengembang sehingga meningkatkan ikatan hibrida
 Aplikasi bonding pada seluruh kavitas dengan menggunakan mikrobrush,
terutama pada bagian kavitas yang sudah telah di etsa, diamkan 10-20 detik agar
berpenetrasi ke tubuli dentin dan berikatan dengan serat kolagen, ratakan dengan
tiupan angina di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas), setelah itu
sinari dengan lightcure selama 20 detik
 Penumpatan dengan resin komposit secara incremental, lapisan ≤ 2mm dengan
arah oblik pada dinding bukal maupun lingual lalu sinari dengan lightcure dari
arah bukal maupun lingual, lakukan tahap tersebut hingga kavitas tertutup,
pembentukan anatomi gigi dilakukan sebelum dilakukan penyinaran
 Finishing dengan menggunakan bur tungsten dan bur diamond halus
 Pemolesan dengan menggunakan bur poles khusus resin komposit agar
mendapatkan permukaan yang halus, pemolesan dengan arah dari email ke resin
komposit dari kasar hingga halus dan digunakan secara berurutan
 Kontur dan tepi permukaan di cek secara taktil dengan eksploler dan dental floss
pastikan tidak ada permukaan yang tersangkut
 Kemudian dilakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper dan buang
bagian yang terlalu tinggi.

Gambar 2.6. Hasil preparasi dan penumpatan resin komposit kelas I.9
DAFTAR PUSTAKA

1. Aprilia K. Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan jumlah
karies pada anak tk masyithoh maesan lendah kulon progo. Yogyakarta; 2019
2. Kesehatan gigi nasional. Info Datin (pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI). Jakarta: Septemper 2019
3. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Laporan Nasional; 2013.
4. Dewiyani S, Palupi EJ. Distribusi frekuensi pulpitis reversibel dan pulpitis ireversibel
di rsgm fkg moestopo pada tahun 2014-2016. JITEKGI 2019, 15 (2) : 41-46
5. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure, 3rd ed. West
Sussex, UK:John Wiley & sons limited. 2016.
6. Andrianto Soeprapto. Pedoman dan Tatalaksana praktik Kedokteran Gigi.
Yogyakarta. 2017;69-71.
7. Endodontic diagnosis. Endodontics colleagues for excellence. Fall 2013. American
Association of Endodontists. Diakses pada 16 November 2020
www.aae.org/colleagues
8. Buku panduan keterampilan klinis / skills lab FKG yarsi
9. Sturdevant. Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. St. Louis, Mo:
Elsevier/Mosby, 2013.
10. https://www.aae.org/specialty/wp-
content/uploads/sites/2/2017/07/endodonticdiagnosisfall2013.pdf

Universitas YARSI 16

Anda mungkin juga menyukai