762b2 07. Modul 7 Geologi Dan Geoteknik
762b2 07. Modul 7 Geologi Dan Geoteknik
MODUL 07
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 7 Geologi dan Geoteknik
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Geologi dan Geoteknik sebagai materi inti/substansi dalam
Pelatihan Perencanaan Embung. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang sumber daya air.
Modul geologi dan geoteknik ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami dan
menerapkan Geologi dan Geoteknik. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 7 Geologi dan Geoteknik
A. Simpulan ................................................................................................... 79
B. Tindak Lanjut ............................................................................................ 81
EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 82
A. Soal ............................................................................................................ 82
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Geologi dan Geoteknik ini terdiri dari empat materi pokok. Materi pokok
pertama membahas klasifikasi tanah dan batuan. Materi pokok kedua membahas
sifat material tanah dan batuan. Materi pokok ketiga membahas penyusunan
program penyelidikan. Materi pokok keempat membahas penyelidikan geoteknik.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami materi
geologi dan geoteknik. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan atau evaluasi
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari
materi dalam modul ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dan
menerapkan dengan baik materi geologi dan geoteknik yang merupakan materi
inti/substansi dari Pelatihan Perencanaan Embung. Untuk menambah wawasan,
peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan
geologi dan geoteknik dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 7 Geologi dan Geoteknik
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan menerapkan materi tentang geologi dan geoteknik.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 7 Geologi dan Geoteknik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari bagian bangunan diatas tanah (super
structure) dan bagian bangunan dibawah permukaan tanah (sub structure). Bagian
bangunan dibawah permukaan tanah akan meneruskan seluruh beban bangunan
ketanah pondasi. Untuk menyiapkan desain dan melaksanakan konstruksi
bangunan, perencana perlu mengetahui sifat material bangunan yang digunakan
dan sifat massa fondasinya yang dapat berupa tanah atau batuan.
Pengetahuan tersebut sangat penting khususnya bagi ahli geologi teknik dan juga
bagi perencana (engineer) untuk memahami perilaku fondasi. Pengetahuan
tersebut juga sangat dibutuhkan ketika membangun bangunan yang seluruh
material bangunannya menggunakan material alami seperti bangunan embung.
Informasi mengenai sifat material fondasi dan material bangunan dapat diperoleh
dari hasil penyelidikan geoteknik terhadap fondasi dan material bangunan yang
mencakup material timbunan dan agregat beton.
Salah satu dari modul pelatihan perencanaan embung adalah modul geoteknik
embung yang membahas mengenai dasar-dasar geoteknik yang menjelaskan
perilaku kondisi tanah yang berbeda-beda yang sering kita jumpai didalam praktek.
Keragaman dan perbedaan yang ada menentukan sifat tanah dengan berbagai
persoalan sesuai dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam perencanaan
embung.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan mengenai
geologi dan geoteknik, yang disajikan dengan menggunakan metode ceramah,
diskusi, tanya jawab dan peragaan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan
mampu memahami dan menerapkan mengenai materi geologi dan geoteknik.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan dan menerapkan klasifikasi tanah dan batuan,
b. Menjelaskan dan menerapkan sifat material tanah dan batuan,
c. Menjelaskan dan menerapkan penyusunan program penyelidikan,
d. Menjelaskan dan menerapkan penyelidikan geoteknik.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Geologi dan Geoteknik” ini adalah 6 (empat) jam pelajaran (JP)
atau sekitar 270 menit.
MATERI POKOK 1
KLASIFIKASI TANAH DAN BATUAN
1.1 Tanah
1.1.1 Pembentukan Tanah
Pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan yang ada baik berupa batuan
sedimen, batuan metamorf atau batuan beku. Pelapukan dianggap bagian yang
sangat penting dari proses degradasi. Secara umum tanah terbentuk akibat proses
pelapukan /penguraian batuan secara kimia, fisik dan biologi.
Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan karena
berhuhungan dengan udara, air, dan organisme. Pelapukan digolongkan sebagai
pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung kepada
penyebab utamanya. Pada pelapukan fisik, tenaga yang berupa tekanan dan
temperatur memegang peranan yang sangat penting, sedangkan pada pelapukan
kimiawi reaksi kimia menyebabkan parubahan pada komposisi kimia batuan.
Pelapukan fisik menyebabkan batuan berubah ukuran menjadi lebih kecil yaitu
dengan pemecahan atau desintegrasi. Penyebab terjadinya disintegrasi dapat
berupa pengembangan karena berkurangnya tekanan, pertumbuhan kristal,
pengembangan dan pengerutan karena pemanasan dan pendinginan, serta
pengisian koloid.
dengan mineral pada batuan. Batuan yang mudah larut seperti batu gamping akan
mengalami proses karbonasi ini. Asam karbonat terbentuk karena udara yang
mempunyai kandungan CO2 bereaksi dengan adanya air.
Pelapukan batuan disatu sisi memiliki peran yang menguntungkan bagi umat
manusia. Akibat proses pelapukan, batuan yang keras menjadi lunak sehingga
memudahkan umat manusia untuk mengelola suatu bentang alam tertentu menjadi
lahan budidaya (misalnya tahan pertanian). Gambar di bawah menunjukkan proses
pembentukan tanah akibat adanya pelapukan batuan.
Pelapukan kimia umumnya terjadi didaerah yang memiliki curah hujan tinggi,
mengandung asam yang tinggi dan suhu yang tinggi. Proses pelapukan terjadi
karena reaksi batuan dengan asam, basa, oksigen dan karbon dioksida, yang hasil
akhirnya akan berupa partikel/butiran cristalin berukuran colloid (<0,002 MM) yang
dikenal sebagai mineral lempung yang memiliki komposisi yang berbeda dengan
batuan induknya.
Pelapukan secara fisik atau mekanik terjadi akibat erosi oleh angin, air, perubahan
suhu atau cuaca. Hasil pelapukan berupa partikel-partikel kecil yang masih memiliki
komposisi yang sama dengan batuan induk, dapat berupa lanau, pasir,kerikil dan
boulder.
Yang dimaksud dengan tanah (soil), adalah: campuran atau himpunan partikel /
butiran mineral tanah dari berbagai ukuran yang relatif lepas (uncemented / partially
cemented) yang dapat berupa lempung, lanau, pasir, kerikil, boulder atau campuran
diantara material-material tersebut. Diantara butir-butir tanah terdapat ruang / pori-
pori yang dapat berisi udara atau air, lihat gambar I.1.
Hasil pelapukan batuan induk yang masih ditempat asal, disebut residual soil, yang
ditandai dengan warna merah atau cokelat yang umumnya dijumpai di daerah
pegunungan atau perbukitan.
Bila hasil pelapukan terangkut oleh air, es atau angin, kemudian diendapkan didaerah
lain, disebut tanah angkutan (transported soil).
Tanah juga dapat berasal dari hasil pelapukan material organik seperti tumbuhan
yang membusuk. Yang disebut tanah organik, biasanya berupa tanah angkutan
hasil pelapukan yang bercampur dengan tanaman yang membusuk.
air
udara
Dalam keadaan alami, massa tanah terdiri dari pori-pori diisi oleh cairan atau gas
(udara) atau keduanya dan butiran tanah (solid). Pengisian oleh gas tersebut
biasanya berupa udara.
Tanah dibagi menjadi butir kasar dan butir halus oleh saringan No.200. Bila
lebih dari 50% terhadap berat kering tertinggal diatas saringan No.200,
material tersebut adalah material berbutir kasar. Bila 50% atau lebih lolos
saringan 200, material tersebut disebut sebagai material berbutir halus.
Dalam hal ini, hanya sifat tanah berbutir kasar yang merupakan hal yang
penting dan bagian tanah yang berbutir halus dapat diabaikan dalam
melakukan klasifikasi tanah. Klasifikasi sebagai pasir atau kerikil adalah
merupakan sifat utama dari material.
Karakteristik sekunder dari butiran yang mempunyai butir halus kurang dari
5% adalah gradasi tanahnya sendiri. Butiran tanah mungkin hanya terdiri dari
satu ukuran butiran yang dominan ;campuran dari butiran kasar dan halus
dengan ukuran diantaranya hilang; atau suatu campuran yang terdiri dari
berbagai macam ukuran partikel. Material dalam dua kelompok pertama
diklasifikasikan sebagai gradasi buruk. Kelompok yang terakhir adalah
butiran yang bergradasi baik. Batas (range) dari ukuran partikel dapat
diperoleh dengan cara mengoyang-goyang kan saringan. Hasilnya diplotkan
dalam grafik pembagian butiran tanah dan dianalisis untuk memperoleh
kriteria berikut bila material bergradasi baik.
Kedua kondisi (Cudan Cc) harus dipenuhi untuk mendapatkan tanah yang
bergradasi baik. Bila salah satu kondisi tidak terpenuhi tanah tersebut
dimasukkan sebagai material bergradasi buruk.
Beberapa material dapat ditentukan klasifikasinya dengan memeriksa secara
visual terhadap grafik. Bila hasil plotting membuat kurva yang baik dan
membentuk kurva cekung dengan kecenderungan naik diantara garis10%
dan 60% dalam grafik distribusi ukuran butiran, berarti tanah bergradasi baik.
Semua kombinasi dari tanah dengan butiran halus kurang dari 5%, termasuk
tanah bergradasi buruk.
Ada empat kelompok dari butiran kasar dimana persentase tanah berbutir
halus melebihi 12 % . Empat kelompok tersebut adalah kerikil mengandung
butiran halus lempung (GC), kerikil mengandung butiran halus lanau (GM),
pasir mengandung butiran halus lempung (SC),dan pasir butiran halus lanau
(SM).
Bilamana persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 antara 5 sampai
dengan 12 %, simbol ganda seperti GW-GM, GP-GM,GW-GC,SW-SM,SW-
SC, SP-SM,dan SP-SC diperlukan.
Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL, OL, ME, CH, dan OH
diperoleh dengan cara menggambar batas cair dan indeks plastisitas tanah
yang bersangkutan pada bagan plastisitas (Casagrande, 1948).
3. Material organik
Tanah mengandung sejumlah besar bahan organik dapat dikenali dari
warna dan baunya. Karakteristik tanah organik tidak mempunyai batasan-
batasan yang jelas. Jenis tanah ini tidak dapat digunakan dalam kontruksi
dan memerlukan pengarahan khusus dari tenaga ahli,bila digunakan
dalam konstruksi. Beberapa jenis dari tanah ini dapat dikelompokkan
sebagai tanah organik dengan batas cair tinggi dan tanah organik dengan
batas cair rendah, bila diuji dilaboratorium. Tanah organik mengandung
serat yang tidak dapat diuji di laboratorium dikenal sebagai gambut. Ada
tiga jenis tanah organik, yaitu tanah organik dengan batas cair tingg i(OH),
tanah organik dengan batas cair rendah (OL) dan gambut (Pt).
Hasil dari pada pengklasifikasian tanah tersebut dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, antara lain untuk perancangan tubuh embung, rencana teknis serta
pelaksanaan pembangunan guna memperoleh gambaran kemampuan adaptasi
material tersebut untuk tubuh embung, pemilihan peralatan yang paling sesuai
untuk pelaksanaan pembangunan tubuh embung, penentuan kelayakan
(adequacy) pondasi yang akan mendukung dan lain-lain.
Berbagai jenis (sistem) pengklasifikasian dari tanah dibuat oleh para ahli, terutama
dari Amerika Serikat seperti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT),
American Assosiation of States Highway Officials US.Dept.of Algriculture, United
States Bureau Of Reclamation dan lain-lain yang semuanya membuat klasifikasi
tanah berdasarkan ukuran butir dengan sedikit perbedaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
Di Indonesia secara umum menggunakan sistim klasifikasi dari USBR yaitu Unified
Soil Classification System (USCS) dalam melakukan klasifikasian tanah untuk
keperluan teknik sipil. Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Casagrande
pada tahun 1942 untuk dipergunakan pada pembangunan lapangan terbang yang
dilaksanakan oleh The Army Corps of Engineers. Sistem ini kemudian dengan
bekerja sama dengan United States Bureau of Reclamation tahun 1952,
disempurnakan agar dapat terpakai untuk embung dan konstruksi lainnya.
Sistem Unified Classification mengelompokkan tanah ke dalam 2 kelompok besar,
yaitu:
a. Tanah berbutir-kasar (coarse-grained-soil), yaitu: tanah kerikil dan pasir dimana
kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No.200 dari kelompok ini
dimulai dengan huruf awal G atau S. G untuk kerikil kecil (gravel) atau tanah
berkerikil, dan S untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.
b. Tanah berbutir-halus (fined-grained - soil), yaitu tanah dimana lebih dari 50%
berat total contoh tanah lolos ayakan No.200. Simbol dari kelompok ini dimulai
dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay),
anorganik, dan 0 untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol Pt
digunakan untuk tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan
kadar organik yang tinggi. Pada bagian ini, sebuah garis empiris (garisA)
memisahkan lempungan organik (C) dari lanau (M) dan tanah organic (O), dan
garis A tersebut diberikan dalam persamaan:
IP = 0,73(wL–20)
Tanah gambut (peat), merupakan bahan berupa kayu yang berserabut dan
hanya diklasifikasikan lewat penampilan secara visual.
Pada gambar diatas, grafik dibuat dengan wL sebagai absis dan IP sebagai
ordinat. Dalam grafik ini, garis yang dinamakan "Garis A" yang telah diplotkan
sedemikian rupa,sehingga hampir sejajar terhadap plot dari sejumlah material
dan bermula pada IP = 4% dan wL = kira-kira 25. Untuk tujuan klasifikasi,
semua material yang terletak diatas garis A dikelompokkan sebagai lempung
dan yang terletak dibawah garis A dikelompokkan sebagai lanau. Daerah
tertentu dari grafik yang mempunyai IP antara 4 sampai 7% dari "GarisA"
kearah 0% dariwL mempunyai dua penunjuk ganda dan dapat dianggap
sebagai perpanjangan dari garis A untuk memisahkan material.
Bahasa standar sangat penting dalam deskripsi tanah, baik untuk mengenali
karakteristik material tanah maupun massa tanah di lapangan. Karakteristik-
karaktcristik tersebut dapat diperoleh dari contoh tanah tak terganggu
(undisturb soil) dan contoh tanah terganggu (disturb soil). Karakteristik material
utama tanah adalah distribusi ukuran partikel (gradasi) dan plastisitas, yang
digunakan sebagai pedoman penamaan. Sedangkan karakteristik material
yang menunjang (sekunder) adalah warna tanah, tekstur, komposisi partikel
tanah. Untuk deskripsi karakteristik massa tanah harus meliputi taksiran
kekerasan dan kekuatannva, rincian tempat, bidang bidang diskontinuitas, dan
batuan asal dari tanah tersebut.
Istilah deskripsi dan klasifikasi tanah perlu dibedakan. Deskripsi tanah sudah
termasuk meliputi baik massa tanah maupun karakteristik material tanah,
karena itu tidak ada dua jenis tanah dengan deskripsi yang benar-benar sama.
Pada klasifikasi tanah, sebalikmya, tanah ditempatkan hanya salah sate dari
beberapa kelompok berdasarkan hanya pada karakteristik material saja.
Ukuran butir dan gradasi ditentukan dengan analisis saringan sedang batas
cair dan batas plastis ditentukan melalui pengujian di laboratorium dengan
menggunakan metode standar.
Klasifikasi tanah menurut sistem USCS dibuat untuk tanah dengan diameter
butiran kurang dari 75mm (3 inchi), tanah dibagi menjadi dua, yaitu: berbutir
kasar dan berbutir halus berdasar penyaringan melalui ayakan No.200 (Ø >
0.074mm).
Presentasi kandungan kerikil, pasir dan butiran halus didalam tanah akan
menentukan apakah tanah termasuk kelompok tanah berbutir kasar atau
berbutir halus. Disebut tanah berbutir kasar, bila material yang tertinggal diatas
ayakan no.200 lebih dari 50% terhadap berat kering dan disebut tanah berbutir
halus bila material yang lolos ayakan. No.200 lebih dari 50%.
1. Tanah berbutir kasar, dibedakan menjadi pasir atau kerikil berdasarkan
ayakan No.4 atau Ø 4,76mm. Bila material tertahan diatas saringan ≥ 50%
atau lebih, digolongkan sebagai kerikil, Sebaliknya bila yang lolos >50%
digolongkan sebagai pasir.
a) Kerikil / gravel diberi simbol ”G”, memiliki ukuran Ø75 ~ 6mm, terdiri
dari: kerikil kasar Ø75 ~ 19mm, kerikil halus Ø19 mm ~ ayakan no.4 atau
Ø 4,76 mm
b) Pasir diberi symbol “S”, memiliki ukuran ayakan no.4 ~ no.200, terdiri
dari:
1) pasir kasar, ayakan no.4 (4,76mm) ~ no.10 (2,0mm)
2) pasir sedang, (médium) ayakan no.10 (2,0mm) ~ no.40 (0,42 mm)
3) pasir halus, ayakan no.40 (0,42mm) ~ no.200 (0,074mm)
Pembedaan material inil ebih didasarkan pada komposisi partikel dari pada
ukurannya, yang memiliki rentang ukuran dari koloid sampai beberapa inchi
yang berupa bagian-bagian berserat hasil proses dekomposisi tumbuhan.
Tanah yang mengandung sejumlah besar bahan organic dapat dikenali dari
warna dan baunya.
1.2 Batuan
1.2.1 Umum
Kerak dan selubung atas bumi terdiri atas batuan yang bermacam-macam usia dan
asal usulnya. Menurut asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok/jenis batuan utama,yaitu:
a. Batuan beku (igneous),
b. Batuan sedimen / batuan endap, dan
c. Batuan malihan (metamorfik).
Dari ketiga kelompok batuan tersebut (beku, malihan dan sedimen), bagian
terbesar dari batuan yang terbuka dipermukaan tanah adalah batuan sedimen
yang mencapai 75%. Dan dari bagian tersebut yang menonjol adalah batuan
serpih (serpihl empung, batu lanau, batu lumpur dan batu lempung) yang meliputi
50% lebih dari batuan sedimen terbuka (Foster,1975). Informasi distribusi jenis
batuan di Indonesia dapat diperoleh dari peta geologi yang dikeluarkan oleh
Direktorat Geologi.
Magma yang muncul ke permukaan bumi, proses mendinginnya akan lebih cepat
sehingga kristalnya hanya memiliki sedikit waktu untuk tumbuh. Batuan yang
terbentuk berbutir lembut missal: batu gelas, obsidian, basalt, tufa, batuan vulkanik.
Bila magma nya banyak mengandung unsur gas, hasil pembekuannya adalah batu
apung. Batuan yang membeku dipermukaan bumi disebut batuan beku ekstrusi
atau batuan leleran.
Batuan sedimen klastik terbentuk oleh disintegrasi batuan asal melalui proses
pelapukan, yang kemudian terangkut dan diendapkan. Proses transportasi oleh air
dan angin dapat mengubah atau memperkecil pecahannya dalam berbagai ukuran
dan bentuk. Jenis-jenis batuan ini dilihat dari aspek butirannya yang berbutir kasar:
konglomerat, breksi; berbutir sedang: batu pasir, batu lanau; berbutir halus: serpih
dan batu lumpur.
Batuan sedimen klastik memiliki satu golongan khusus, yaitu batuan sedimen
pyroklastik yang berasal dari erupsi gunung berapi yang keluar berbentuk debu halus,
kemudian terbentuk endapan berlapis-lapis, misal batuan sedimen tuff.
batu serpih menjadi batu sabak, batu bara lunak menjadi grafit, batu pasir menjadi
kuarsa.
Secara garis besar batuan maliha dibedakan menjad dua macam yaitu: foliasi
(strukturnya berlapis) dan masif. Contoh untuk foliasi: gneiss, schist, phyllit, slate /
batu sabak, sedang untuk kelompok masif: marmer, kuarsa, amphibolite.
Batuan dasar adalah merupakan campuran massa batuan dan/ atau pecahan-
pecahan batuan. Jaringan rekahan membagi massa batuan menjadi blok-blok
prismatik atau pecahan-pecahan yang mempengaruhi respon dan kinerjanya.
Pada umumnya sifat teknik batuan dapat diperkirakan pertama-
tamaberdasar:diskontinuitas, rekahan, kekar, celah-celah, retakan dan bidang
perlemahan. Blok batuan utuh diantara diskontinuitas biasanya cukup kuat, kecuali
untuk jenis batuan lunak dan porus serta yang mudah lapuk.
Secara garis besar sistem klasifikasi batuan menggolongkan batuan menjadi dua
macam yaitu:
a. Batuan utuh yang padat dan
b. Massa batuan.
Diantara beberapa metode klasifikasi yang ada, adalah metode klasifikasi yang
dikembangkan oleh: Tanaka; yang biasa digunakan untuk klasifikasi batuan fondasi.
Pada pemetaan geologi permukaan dan pemboran batuan, sering perlu dicatat
nama dan umur satuan batuan untuk membantu pemilahan perlapisan stratigrafi
dan perkiraan profil geoteknik. Pada tabel 1.5 disajikan skala waktu geologi
umum dan perioda yang terkait. Pada umumnya batuan tua mempunya
iporositas lebih rendah dan kekuatan lebih tinggi dari pada batuan muda
(Goodman,1989).
Beberapa jenis batuan dapat digunakan untuk menduga beberapa masalah yang
mungkin akan terjadi dalam konstruksi. Misal pada batu gamping sering dijumpai
masalah adanya rongga dan lubang benam; serpentin bersifat licin; serpih
bentonit bersifat mengembang dan bermasalah dengan stabilitas lereng;
diabas berbentuk bongkah, dll.
1.3 Latihan
1. Sebutkan penyebab-penyebab terjadinya pelapukan kimiawi, pelapukan
organik dan pelapukan mekanik!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis batuan utama menurut asal-usulnya!
3. Sebutkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam klasifikasi batuan
menurut Tanaka!
1.4 Rangkuman
Pelapukan adalah perubahan fisik atau kimiawi batuan yang disebabkan karena
berhuhungan dengan udara, air, dan organisme. Pelapukan digolongkan sebagai
pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis tergantung kepada
penyebab utamanya. Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang ada baik
batuan sedimen, batuan metamorf atau batuan beku. Pelapukan dianggap bagian
yang sangat penting dari proses degradasi. Secara umum tanah terbentuk akibat
proses pelapukan / penguraian batuan secara kimia, fisik dan biologi.
MATERI POKOK 2
SIFAT MATERIAL TANAH DAN BATUAN
2.1 Umum
Secara umum material tanah dan batuan dapat dibagi menjadi tiga macam:
a. Butiran (granular),berupa lanau, pasir, kerikil dan boulder yang tidak
tersementasi.
b. Kohesif; berupa lempung atau material yang mengandung banyak lempung
sehingga bersifat seperti lempung.
c. Litifikasi; berupa batuan atau material yang membatu / mengalami proses
pembatuan.
Hampir setiap material terbentuk dari berbagai macam jenis mineral. Sifat material
(kering) ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Mineralogi (jenis mineral yang terkandung)
b. Ukuran dan bentuk butiran
c. Tumpukan alami (grain packing)
d. Ikatan butiran (grain bonding)
Sebagian besar material endapan bersifat anisotropik yang merupakan akibat dari
proses terbentuknya secara geologist, misal: sedimen umumnya berlapis-lapis,
batuan metamorf umumnya foliasi (strukturnya berlapis), dan batuan mungkin
merupakan suatu kumpulan batuan (banded). Oleh karenanya sifat material
berfariasi terkait dengan tekstur internal dan struktu rmaterialnya.
Pengaruh anisotropik nampak nyata pada sifat permeabilitas, kekuatan dan sifat
deformasi. Dalam beberapa kasus sifat anisotropik tidak begitu nyata (slgiht)
sehingga untuk keperluan praktis, material dianggap homogin atau isotropik.
Sebagian besar background teori mekanika tanah dan mekanika batuan
dikembangkan dengan asumsi material bersifat isotropik.
Secara sederhana, susunan material tanah dapat digambarkan seperti gambar II.1,
yang terdiri dari butiran tanah,air dan udara. Tanah dapat dalam kondisi jenuh air
dimana seluruh Pada kondisi sebagian jenuh air, susunan terdiri dari butiran tanah,
air dan udara, kering; sedang pada kondisi kering kandungan airnya tidak ada dan
pada kondisi jenuh air,semua pori terisi air tidak ada kandungan udaranya.
Kadar air optimum adalah persentase dari kadar air, berdasarkan berat kering,
pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh dari hasil pemadatan. Tanah
yang jenuh adalah tanah yang pori-porinya seluruhnya diisi oleh air. Contohnya
adalah tanah yang berada dibawah muka air tanah. Tanah yang basah
memerlukan pengeringan untuk mencapai kadarair optimum. Tanah yang
lembab dan alami biasanya mempunyai kadar air yang mendekati kadar air
optimum.
Tanah yang kering hanya berisi udara dalam pori-pori (air telah dikeluarkan
dengan cara memanaskan sampai tercapai berat yang tetap). Tanah pada
kondisi ini memerlukan penambahan air untuk mencapai kadar air optimum
untuk melakukan pemadatan standar. Kondisi yang jenuh dan kering, biasanya
menggambarkan keadaan kadar air yang telah tetap, sedangkan kondisi
lembab dan basah adalah suatu keadaan diantara dua kondisi tersebut. Semua
bagian dari tanah dalam teknik tanah, tersusun dari material padat ditambah
hanya dengan udara atau air atau udara dan air. Selanjutnya istilah "tanah"
akan digunakan secara umum termasuk material padat, air dan udara.
Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran tanah.
Kadar air tanah dalam keadaan asli merupakan salah satu data yang sangat
penting. Kadar air sangat berpengaruh pada sifat teknis tanah (kuat geser, daya
dukung, plastisitas, dll).
2. Di laboratorium berat volume tanah diuji dari contoh tabung tanah asli yang
bergantung pada berat jenis padat (G s), kadar air (wn) dan angka pori (e0)
maupun derajat kejenuhan (S). Parameter ini saling berhubungan secara
timbal balik dengan persamaan:
Gs w n = S e 0
d. Batas-Batas Konsistensi
Plastisitas adalah sifat fisik yang didefinisikan sebagai sifat dari tanah yang
mengalami perubahan bentuk melebihi bentuk awal tanpa retak atau perubahan
volume yang berarti. Sifat ini menunjukkan bahwa tanah tersebut dapat dengan
mudah dibentuk, tanah dapat bersifat plastis dan mudah dibentuk atau tidak
plastis dan tidak mudah dibentuk. Semua tanah yang plastis biasanya
mempunyai tekstur yang halus, tetapi semua tanah yang bertekstur halus belum
tentu bersifat plastis. Tanah hasil pelapukan dari kwarsa (batu yang telah
terhaluskan) tidak plastis, sedangkan tanah lempung dari ukuran partikel
tertentu mungkin plastis dan mudah dibentuk. Campuran dari tanah tertentu
akan menunjukan derajat plastisitas diantara plastis dan nonplastis . Kadar air
dari tanah plastis mempengaruhi konsistensinya atau kemudahan untuk
dibentuk. Konsistensi di definisikan sebagai relative mudahnya tanah
mengalami perubahan bentuk.
Derajat konsistensi dinyatakan dengan istilah keras, sangat kaku, kaku, teguh
(sedang) dan lunak. Menambahkan air secara terus menerus pada tanah plastis
yang kering akan membuat campuran mempunyai semua karakteristik dari
cairan. Pada perubahan dari padat menjadi cair, tanah pertama-tama menjadi
semi padat dan kemudian menjadi plastis. Seorang ilmuwan Swedia yang
bernama Atterberg mengembangkan pengujian untuk menentukan kadar air
pada setiap perubahan bentuk. Pengujian ini kemudian dikenal sebagai Batas-
batas Atterberg.
Meskipun butiran halus diukur sebagai persentase yang lolos saringan no.200
(0,074mm), batas-batas Atterberg digunakan untuk material yang lolos saringan
no. 40. Disini terlihat jelas tidak konsistennya yang terjadi, karena batas-batas
Atterberg digunakan untuk material yang lolos saringan no.40, beberapa tahun
e. Gradasi Butiran
Gradasi (distribusi) butiran menunjukkan susunan / tingkat percampuran
butiran pada suatu lapisan tanah yang dnyatakan dalam prosentasi berat.
Gradasi butiran sangat berpengaruh pada sifat teknik tanah berbutir kasar,
seperti: kepadatan, kuat geser, permeabilitas, dll. Semakin besar ukuran
butiran dengan gradasi yang baik, biasanya kekuatannya juga akan semakin
besar dan kompresibilitasnya semakin menurun.
Gradasi butiran dapat diperoleh dari uji gradasi atau analisis ayakan. Hasil
analisis kemudian diplot pada kertas semi logaritma. Tanah bergradasi baik
(wellgraded) umumnya memiliki grafik distribusi berbentuk lengkung yang
‖smooth‖. Tanah bergradasi buruk, memiliki rentang ukuran butiran yang sempit
(uniform) yang ditunjukkan dengan grafik yang mendekati tegak atau memiliki ‖
gap‖ butiran yang ditunjukkan dengan grafik yang lelatif tegak dibagian tengah.
tanah diukur sebagai massa per volume (dalam satuan gr/cc atau kg/m 3) dan
dinyatakan dengan simbol ρ.
DR = (emax-eo) / (emax-emin)
Dengan e max adalah angka pori pada keadaan paling lepas, dan e min adalah
angka pori pada keadaan paling padat. Namun perkiraan langsung DR tersebut
kurang praktis, sebab sangat sulit memperoleh contoh tanah tidak terganggu
untuk menghitung ketiga parameter e 0, e max , dan e min tersebut di
laboratorium.
Pada tabel 2.3 disajikan derajat kepadatan relatif material alami, sebagai
berikut:
Tabel 2.3 - Derajat kepadatan material alami
Kepadatan relatif % Deskripsi NilaiNSPT
tegangan geser yang sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan
terjadi pada titik tersebut. Kekuatan geser tanah ( f) disuatu itik pada suatu
bidang tertentu dikemukakan oleh Coulomb sebagai suatu fungsi linier
terhadap tegangan normal ( f) pada bidang tersebut padatitik yang sama,
yakni:
f = C + f tanØ
Dimana c dan Ø berturut-turut adalah kohesi (cohesi oninter cept atau apparent
cohesion) dan sudut geser dalam (internal angle of shearing resistance).
Berdasarkan konsep dasarTerzaghi (1948), tegangan geser pada suatu tanah
hanya dapat ditahan oleh tegangan partikel-partike lpadatnya. Kekuatan geser
tanah dapat juga dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan normal efektif
sebagai berikut:
f = C + f tanØ
Dimana c' dan Ø' adalah parameter-parameter kekuatan geser pada tegangan
efektif. Dengan demikian keruntuhan akan terjadi pada titik yang mengalami
keadaan kritis yang disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser dan
tegangan normal efektif.
Selain itu, kekuatan geser dapat juga dinyatakan dalam tegangan utama
f
(principles tress) 1 dan 3 pada keadaan runtuh dititik yang ditinjau. Garis yang
dihasilkan oleh persamaan di bawah pada keadaan runtuh merupakan garis
singgung terhadap lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan tegangan
dengan nilai positif untuk tegangan tekan. Koordinat titik singgung nya adalah
f dan f ,, dimana:
tf = ½ (s,1 - s,3) sin 20
f = ½ (s1 - s3) + ½ (s1 - s) cos 20
Sudut θ adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh.
Dengan demikian jelas bahwa :
θ=(45° + Ø)1/2
Dari Gambar II.4 dapat dilihat juga hubungan antara tegangan utama efektif
pada keadaan runtuh dan parameter-parameter kekuatan geser. Kini :
sin ∅ = 1⁄ (s‘1-s‘3)
2
c'cot+ 1⁄2 (s‘1-s‘3)
Sehingga :
(s‘1-s‘3) = (s‘1-s‘3) sin Ø‘ +2‘ cos Ø‘
Atau
Kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat atau sebelum terjadinya
keruntuhan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa tegangan utama
efektif a' tidak mempengaruhi kekuatan geser tanah. Di dalam praktek, kriteria
keruntuhan Mohr-Coulomb ini paling sering digunakan karena
kesederhanaannya, walaupun bukan merupakan satu-satunya kriteria
keruntuhan tanah. Selubung keruntuhan untuk tanah tertentu tidak selalu
berbentuk garis lurus, tetapi secara perkiraan dapat dibuat garis lurus, yang
diambil dari suatu rentang tegangan serta parameter-parameter kekuatan geser
pada rentang tersebut.
Garis-garis yang digambar dari titik tegangan pada sudut 45° terhadap
horizontal, seperti pada gambar diatas, berpotongan dengan sumbu horizontal
di titik-titik yang menyatakan nilai-nilai tegangan utama s‘1 dan s‘ 3.
Dalam keadaan simetris aksial, suatu keadaan tegangan efektif dapat juga di plot
terhadap koordinat-koordinat vertikal dan horizontal berturut-turut q' dan p',
dimana :
q′ = ½ (s‘1-s‘3)
p′ = ½ (s‘1-s‘3)
Q = (s1-s3)
p = ½ (s1+s3)
Dalam hal ini hubungan antara tegangan efektif dan tegangan total adalah :
q'=q
p'=p - u
Uji kuat geser, bertujuan untuk memperoleh nilai c dan Ø yang nantinya akan
digunakan untuk menghitung kekuatan geser suatu contoh bahan tanah atau
bahan fondasi. Pengujian dapat dilakukan dengan cara: geser langsung,
triaksial dan kuat tekan bebas. Untuk uji bahan timbunan tanah sebaiknya
dilakukan uji triaksial BP (back pressure - dengan memberi tekanan s3 secara
berangsur-angsur sedemikain rupa, sehingga contoh menjadi jenuh).
2. Uji Triaksial
Cara pengujian menggunakan triaksial merupakan cara yang sering
digunakan dan cocok untuk semua jenis tanah. Keuntungan dari cara ini
adalah kondisi pengaliran (drainasi) dari benda uji dapat dikontrol,
3. Rembesan
Semua jenis tanah adalah dapat dilalui oleh air melalui pori-pori tanah.
Tekanan air pori diukur relatif terhadap tekanan udara (atmosfir) dan bila
permukaan didalam tanah sama dengan tekanan atmosfir, disebut muka
air tanah atau muka air freatik. Tanah yang ada dibawah muka air tanah,
biasanya dalam keadaan jenuh sempurna dengan tingkat penjenuhan
mendekati 100%.
k= 10-2.D102(m/s)
dimana :
D10 adalah ukuran efektif butiran tanah dalam satuan mm.
Nilai tipikal koefisien kelulusan air dari berbagai jenis tanah adalah sebagai
berikut:
Kerikil :> 1 cm/det
Nilai koefisien kelulusan air (k) dapat diperoleh dari pengujian di laboratorium
dan pengujian lapangan. Pada pengujian laboratorium, k untuk tanah
lempung dapat dengan cara "falling head" dan untuk pasir dengan cara
"constant head". Salah satu cara sederhana dan mudah dari pengujian k di
lapangan dilakukan melalui pemberian air kedalam lubang bor. Cara ini
dikenal dengan cara "open end test”.
Air bebas adalah air yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan dan
bergerak kebawah akibat gaya gravitasi mencapai lapisan yang tak dapat
dirembesi. Permukaan air ini disebut sebagai permukaan air tanah. Tekanan
pada permukaan air tanah = 1 atmosfir. Air yang terdapat dibawah muka air
tanah dinamakan air tanah, yang berada didalam pori-pori akibat gaya tarik
antar molekul dinamakan air higroskopis.
4. Konsolidasi
Konsolidasi adalah pemampatan tanah yang disebabkan oleh proses
keluarnya air pori dari tanah secara berangsur-angsur akibat pembebanan
secara konstan. Kemampuan konsolidasi suatu material dapat diketahui
dengan cara membebani suatu contoh material yang jenuh air sehingga
terjadi konsolidasi yang diakibatkan oleh proses pengerutan karena
keluarnya air pori dari celah-celah butiran.
Semakin kecil koefisien filtrasi suatu material, akan semakin lama pula waktu
yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air pori dari material tersebut,
demikian pula penurunan yang terjadi juga akan semakin lambat. Semakin
banyak kandungan kerikil dalam tanah, maka konsolidasinya juga semakin
kecil.
b. Material yang fungsi utamanya untuk mencegah rembesan air dari waduk,
berupa material kedap air yang umumnya berupa tanah lempungan.
Pada umumnya material lulus air tidak sensitif terhadap perubahan tingkat kadar air
yang dikandungnya, sehingga karakteristik mekanisnya juga tidak banyak berubah
saat terjadi perubahan kadar air, baik yang berasal dari air hujan maupun dari air
tanah. Sebaliknya material kedap air sangat sensitif terhadap perubahan tingkat
kadar air yang dikandungnya. Oleh karena itu, pada saat penimbunan, kadar air
material tersebut harus selalu diawasi secara teliti, apabila kadar airnya berbeda dari
spesifikasi desain, maka kadar air material tersebut harus disesuaikan lebih dulu
sebelum digunakan untuk timbunan.
Material untuk tubuh embung, biasanya diusahakan agar dapat diambil sedekat
mungkin dari tempat lokasi calon embung. Hampir semua material tanah / batuan
dapat digunakan sebagai material tubuh embung, kecuali tanah yang mengandung
zat-zat organik atau zat-zat yang mudah larut lainnya.
Berhubung banyaknya jenis material yang terdapat didaerah sekitar lokasi calon
embung, maka dengan dasar pemilihan material yang paling ideal, tubuh embung
dapat direncanakan sedemikian rupa, sehingga didapatkan altermatif bentuk
geometri yang paling menguntungkan.
Material timbunan / urugan, secara umum dapat dibedakan dalam 3 jenis, yaitu:
1. Tanah
2. Pasir kerikil
3. Batu
Material kedapair terdiri dari: lempung berplastisitas tinggi dan plastisitas rendah
(CH dan CL), pasir lempungan dan kerikil lempungan (SC-GC), dan lanau
lempungan (CL-ML). Material ini biasa digunakan sebagai material urugan zona
inti dan selimut kedap air, memiliki koefisien permeabilitas setelah dipadatkan
lebih kecil dari orde 10-5cm/s.
Material semi kedap air, mecakup:lanau, pasir lanauan (SM), kerikil lanauan
(GM), pasir lanauan dan pasir bergradasi buruk (SP) yang mengandung butiran
halus yang lolos ayakan no.200 hingga 12% (biasanya 5% adalah batas atas
materiall lulusair) bersifat semi kedap air, walaupun dalam spesifikasi material
diizinkan dipakai untuk material urugan zona lolos air.
Disamping sebagai bahan tubuh embung, biasanya material pasir dan kerikil ini
merupakan material vital untuk lapisan filter atau transisi Oleh karena itu, gradasi
dari bahan tersebut perlu mendapat perhatian khusus. Persyaratan yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Gradasi material sesuai dengan fungsi yang dibebankan pada lapisan atau
zona-zona pada calon tubuh embung .
2. Tingkat kekerasan material setinggi mungkin dan mempunyai kekuatan
geser yang cukup tinggi.
3. Tidak mengandung campuran zat-zat organik atau mineral-mineral yang
mudah larut.
4. Mempunyai kestabilan struktur yang tinggi terhadap pengaruh-pengaruh
atmosfir maupun kimiawi lainnya.
5. Mempunyai kemampuan drainase yang cukup memadai.
lolos saringan no.200 kurang dari 5%. Uji kompaksi standar (standard proctor,
SNI03-2832-1992) dilaboratorium terhadap material ini tidak dapat
menghasilkan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
jelas,seperti halnya material kedap air (lempung). Kepadatan kering dilapangan
dapat diperoleh dari hubungan kepadatan maksimum dan minimum yang dapat
diperoleh dari pengujian kepadatan relatif dilaboratorium dengan
menggunakan meja getar (SNI 03-1965-1990). Biasanya, zona urugan luar
(shell) menggunakan tanah berbutir kasar yang mengandung sejumlah butiran
halus dan didesain sebagai zona lulus air.
Material batu digunakan sebagai zona lulus air atau setengah lulus untuk
hamparan pelindung pada lereng udik atau timbunan drainase tumit di sebelah
bawah lereng hilir (tumit) tubuh embung Jenis batuan yang cocok sebagai
material tubuh embung seperti tabel di bawah.
c. Material campuran
Material ini digunakan untuk memenuhi persyaratan tertentu, karena material
yang ada dan tersedia dilapangan tidak memenuhi persyaratan, misalnya
lempung dengan platisitas tinggi dengan kadar air dan indeks plastisitas tinggi
(CH) yang berpotensi bersifat ekspansif dan sulit dikerjakan pada kadar air
mendekati kadar air optimum. Untuk memperbaiki sifat dan konsistensinya
tersebut jenis tanah tersebut yang dikenal sebagai stabilisasi tanah dengan
cara pencampuran dengan pasir atau kapur, tergantung kemudahan dan
tersedianya material pencampur tersebut di lapangan. Dengan cara stabilisasi
d. Material random
Selain material seperti yang telah diuraikan diatas, kadang-kadang juga
digunakan material yang kualitasnya lebihrendah, seperti:
1. Material batu yang berasal dari batuan lunak yang mudah lapuk.
2. Material dari dua jenis material tanah, pasir atau kerikil yang tidak mungkin
terpisahkan, karena pelapisannya pada tempat penggalian terlalu tipis.
3. Material hasil galian dari pondasi zone kedap air atau pondasi bangunan
pelengkap
4. Material hasil galian jalan jalan masuk atau jalan exploitasi.
5. Material yang penyebarannya cukup luas, tetapi tidak mempunyai
karakteristik yang seragam.
b. Tanah lunak
Tanah lunak adalah tanah yang mempunyai kuat geser rendah dan sifat
kompresibilitas tinggi. Pada umumnya lapisan tanah ini selalu dalam kondisi
terendam air atau mempunyai kadar air yang tinggi. Tanah lunak banyak
dijumpai dipesisir timur Sumatra, Kalimantan dan Irian.
Tanah lunak juga merupakan salah satu jenis dari tanah bersifat khusus
(problematic soil) yang apabila tidak diselidiki secara seksama dapat
menimbulkan masalah ketidak stabilan dan pergerakan/deformasi berlebihan
yang membahayakan bangunan diatasnya. Tanah yang dimaksud dapat
berupa tanah lempungan atau lanauan baik mengandung organik maupun
inorganik. Untuk jenis tanah ini sulit untuk memperoleh contoh tanah tidak
terganggu, sebagai gantinya dapat dilakukan uji lapangan, misal dengan
pisokonus atau uji baling. Berdasarkan kuat geser dan daya dukungnya, tanah
lunak dapat dibagi menjadi 2 kelompok, seperti tabel di bawah.
Perlawanan Standard
Kuat geser
konus Penetraion
No. Konsistensi Undrained,Su,
Sondir,qc Test,NSPT
(kN/m2)
(kN/m2) (Pukulan/30 cm)
I Tanah Lempungan
1. - Sangatlunak <12.5 <5 <3
2. - Lunak 12.5–25.0 5- 10 3- 5
Disamping tanah bersifat khusus, ada beberapa jenis tanah / batuan yang juga
memerlukan penanganan khusus dalam hal cara melakukan identifikasi,
pengambilan contoh, cara uji dan karakteristiknya, seperti disarikan pada tabel
di bawah.
cepat rambat gelombang seismik, kekerasan restitusi, kuat Tarik, uji indeks beban
titik, uji tekan tidak terkekang,uji tekan triaksial, dan lain-lain adalah cara yang umum
untuk mengevaluasi sifat-sifat mekanis batuan dan mengklasifikasi massa batuan.
Uji indeks beban titik merupakan uji sederhana sebagai pengganti uji UCS, karena
dapat digunakan potongan inti batuan tidak teratur. Untuk uji tarik langsung
diperlukan persiapan khusus yang biasanya sulit bagi laboratorium pabrik. Oleh
karena itu, kuat tarik seringkali dievaluasi dengan pembebanan tekan benda uji
silindris yang melintang diameter (dikenal sebagai uji Brazilian). Uji geser langsung
digunakan untuk menyelidiki karakteristik friksi sepanjang bentuk diskontinuitas
batuan.
a. Uji indeks beban titik: untuk menentukan klasifikasi kekuatan batuan. Indeks
batuan biasa digunakan untuk mengevaluasi kekuatan tekan uniaksial (σu), dan
nilai rata-rata σu. Uji ini dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI 03-
2814-1992.
b. Uji tekan uniaksial (UCS = Uniaxial Compression Strength): untuk mengukur
kuat tekan uniaksial batuan (qu,σu ,σc). Uji ini dapat dilakukan dengan
mengacu pada standar uji SNI 03-2825-1992.
c. Uji Brasilian, untuk mengetahui kuat tarik batuan.SNI 06-2486-1991
d. Uji geser langsung, untuk mengetahui kuat geser batuan. Uji ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada standar uji SNI 06-2486-1991.
2.3.3 Ketahanan
Evaluasi ketahanan batuan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor alami, seperti
cuaca musiman dan siklus ulang temperatur (misalnya aliranair, pembasahan dan
pengeringan, kegiatan gelombang, pembekuan dan pencairan, dan lain-lain). Oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan uji ketahanan bahan.
Prinsip dasar uji ketahanan adalah cara empirik dan hasilnya merupakan petunjuk
atau indikasi ketahanan batuan terhadap proses alami. Perilaku batuan dalam
aplikasi sebenarnya dapat berbeda dengan hasil uji. Oleh karena itu, uji Ketahanan
batuan merupakan cara uji mutu yang handal dan terpercaya. Selain hasil uji ini,
kesesuaian berbagai jenis batuan dan penggunaannya bergantung pada kinerja
aplikasi awal. Sebagai contoh penggunaan uji ketahanan batuan adalah pada
evaluasi serpih dalam tubuh embung
a. Uji tahan lekang (slake durability test) batuan untuk mengetahui ketahanan
serpih atau batuan lunak lainnya yang mengalami siklus pembasahan dan
pengeringan. Uji ini dapat dilakukan dengan mengacu pada standar uji SNI
03-3406-1994.
b. Uji keawetan (soundness) untuk menentukan keawetan batuan rip-rap
yang mengalam ierosi. Uji ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
standar uji ASTM D 5240.
2.4 Latihan
1. Jelaskan macam-macam material tanah dan batuan secara umum!
2. Sebutkan tanah atau batuan alami yang bersifat khusus!
3. Sebutkan dan jelaskan contoh penggunaan uji ketahanan batuan pada evaluasi
serpih dalam tubuh embung!
2.5 Rangkuman
Secara umum material (tanah dan batuan) dapat dibagi menjadi tiga macam:
a. Butiran (granular), berupa lanau, pasir, kerikil dan boulder yang tidak
tersementasi.
b. Kohesif; berupa lempung atau material yang mengandung banyak lempung
sehingga bersifat seperti lempung.
c. Litifikasi; berupa batuan atau material yang membatu / mengalami proses
pembatuan.
Secara garis besar sifat tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisik (index
properties) dan sifat teknis. Sama seperti tanah, batuan juga memiliki sifat fisik dan
kimiawi maupun sifat teknik. Secara garis besar bahan atau material pokok
timbunan tubuh embung dapat dibedakan dalam 2 (dua) macam,yaitu Material
yang fungsi utamanya untuk mendukung stabilitas tubuh embung, berupa material
lulus air,seperti pasir, kerikil dan batu. Kemudian material yang fungsi utamanya
untuk mencegah rembesan air dari waduk, berupa material kedap air yang
umumnya berupa tanah lempungan.
Dalam penyiapan desain bangunan air, sering dijumpai tanah atau batuan alami
yang bersifat khususyang perlu lebih kehati-hatian dalam penanganannya. Tanah
tersebut, antara lain adalah tanah dispersif, tanah ekspansif, tanah lunak, tanah
yang mudah runtuh (colapsiblesoil), dan lain-lain. Sama seperti tanah, batuan juga
memiliki sifat fisik dan kimiawi maupun sifat teknik, uji dilakukan untuk mengetahui
sifat fisik, kimiawi dan sifat teknik massa batuan atau pecahannya untuk bahan
bangunan.
MATERI POKOK 3
PENYUSUNAN PROGRAM PENYELIDIKAN
3.1 Umum
Investigasi geoteknik dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang
berkaitan dengan kondisi fondasi dan cadangan material yang tersedia untuk
mendukung desain tubuh embung. Investigasi harus dilakukan antara lain di
lokasi tubuh bendungan dan bangunan pelengkapnya, cekungan waduk dan
daerah sekelilingnya serta pada sumber bahan galian. Investigasi geoteknik
tersebut mencakup investigasi lapangan dan pengujian-pengujian di
laboratorium.
Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tata letak yang lebih
tepat dan tipe tubuh embung. Pengumpulan data ini mencakup klasifikasi, sifat
fisik perlapisan tanah dan batuan, serta variasi muka air tanah. Pengetahuan
mengenai geologi regional dan lokal, dapat menghasilkan peta dan potongan
geologi. Peta yang menunjukkan tentang litologi, struktur geologi, kelulusan air,
topografi, dan geometri sangat dibutuhkan untuk menyusun program
penyelidikan Geoteknik,
Struktur geologi dapat menggambarkan jurus (strike) dan kemiringan (dip) dari
bidang perlapisan, rongga dalam batu kapur, rekahan, kekar, lensa-lensa
lempung, zona patahan (gaugezone) dan sesar. Strukturi ni sangat
mempengaruhi stabilitas fondasi dan lereng galian, terutama yang
berhubungan dengan rembesan air. Perlapisan tanah yang berpotensi
mengalami likuifaksi waktu terjadi gempa bumi harus diselidiki dengan uji
penetrasi standar (SPT).
Penyelidikan tanah dan batuan fondasi secara lebih rinci dibutuhkan bila
ditemukan hal-hal khusus sebagai berikut :
a. Lapisan pasir yang berpotensi mengalami proses likuifaksi (liquefaction).
b. Lempung lunak dan sensitif;
c. Tanah organik;
d. Tanah ekspansif;
e. Tanah bersifat collapsible biasanya terjadi pada tanah berbutir halus yang
mempunyai kohesi rendah, berat volume asli rendah, mudah mengalami
perubahan volume (menurun) bila dibasahi dan diberi beban.
f. Batu lempung atau shales yang bersifat mengembang dan menurun kekuatan
gesernya bila dibongkar (unload) atau dikupas.Jenis batuan ini kadang-kadang
mempunyai kekuatan geser yang rendah.
g. Batu kapur atau tanah calcareous yang mengandung rongga bekas pelarutan.
h. Batu atau tanah―gypsi ferous‖.
i. Lempung berlapis-lapis (varved clay).
Pada daerah berbatu kapur gua dan rongga yang terbentuk karena pelarutan
perlu diselidiki untuk mengetahui apakah air waduk tetap dapat tertampung.
Daerah-daerah bekas pertambangan juga perlu diselidiki secara lebih
seksama.
Tumpuan tubuh embung adalah bagian dari bukit dimana kedua ujung tubuh
embung menumpu. Daerah sekitar tumpuan seperti fondasi perlu diselidiki
secara seksama. Kegagalan desain sering terjadi karena penyelidikan pada
daerah tumpuan kurang rinci. Rembesan sering sekali terjadi melewati daerah
tumpuan. Dinding perbukitan sebelah udik dan hilir tumpuan kadang-kadang
mempunyai lereng alam yang tegak. Tempat ini sering mengalami longsor,
sehingga menimbulkan kerusakan berat.
Pada tahap penyelidikan geoteknik rinci, perlu dilakukan evaluasi karakteristik / sifat
tanah dan batuan untuk mendapatkan parameter perencanaan embung dan
bangunan pelengkapnya serta menyajikan ikhtisar permasalahan geoteknik yang
dibutuhkan dalam desain geoteknik bangunan air secara umum yang mencakup:
data /informasi yang diperlukan, uji lapangan dan uji laboratorium untuk
menunjang berbagai macam analisis desain bangunan air. Setelah penyelidikan
geoteknik tahap ini selesai, kadang-kadang masih diperlukan penyelidikan geoteknik
tambahan jika terdapat perubahan desain yang signifikan atau jika terdapat
keganjilan kondisi geoteknik di lapangan (insitu).
Sumber-sumber data dan informasi geologi, historis dan topografi yang penting
antara lain adalah :
1. Penyelidikan geoteknik masa lampau (data historis) pada atau dekat lokasi
proyek;
2. Permasalahan konstruksi masa lampau dan catatan metode konstruksi di
lapangan (misalnya longsoran lereng, longsoran batuan, rembesan berlebihan,
penurunan tidak terduga, dan informasi lain); informasi yang sangat penting ini
harus diselidiki, didokumentasi, dan dievaluasi oleh tenaga ahli;
3. Peta,laporan dan publikasi dari Direktorat Geologi;
4. Peta zona daerah rawan banjir dari institusi yang terkait;
5. Perpustakaan universitas setempat dan perpustakaan pusat dari institusi
terkait;
6. Data geologi, data gempa, peta bahaya gempa, peta patahan, dan informasi dari
instansi atau institusi yang terkait (BMG, Direktorat Geologi, Puslitbang Sumber
Daya Air);
Sedangkan infiltrasi yang terjadi pada dinding kolam menyebabkan kehilangan air
kolam. Besarnya kehilangan air tergantung pada sifat lulus air material dasar dan
dinding kolam. Untuk kebutuhan praktis, sifat lulus air dalam hubungannya dengan
kehilangan air tersebut, dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : tidak lulus air, semi lulus
air dan sangat lulus air.
3.6 Latihan
1. Sebutkan lingkup kegiatan yang ada dalam penyelidikan geoteknik
pendahuluan!
2. Jelaskan manfaat dari pengumpulan dan pengkajian data dalam perencanaan
penyelidikan geoteknik!
3. Jelaskan alasan diperlukannya peninjauan lapangan ke lokasi rencana
embung!
3.7 Rangkuman
Penyelidikan geoteknik dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang berkaitan
dengan kondisi fondasi dan cadangan material yang tersedia untuk mendukung
desain, Penyelidikan harus dilakukan antara lain di lokasi tubuh embung dan
bangunan pelengkapnya, cekungan waduk dan daerah sekelilingnya serta pada
sumber bahan galian. Investigasi geoteknik tersebut mencakup investigasi
lapangan dan pengujian-pengujian di laboratorium.
Penyelidikan Geoteknik pada tubuh embung, bangunan pelengkap dan borrow area
harus cukup lengkap untuk mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:
a. Kondisi fondasi dan kedua tumpuan;
b. Cara perbaikan fondasi yang dibutuhkan;
c. Penggalian lereng;
d. Persediaan dan karakteristik bahan urugan;
e. Kemungkinan dewatering yang diperlukan.
Pengumpulan data mencakup klasifikasi, sifat fisik perlapisan tanah dan batuan,
serta variasi muka air tanah. Aspek geotekni kolam embung yang perlu diperhatikan
adalah infiltrasi air dan stabilitas dinding kolam.
MATERI POKOK 4
PENYELIDIKAN GEOTEKNIK
4. Beban-beban fondasi.
Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi:
a. Peta wilayah dengan skala 1:50.000 sampai 1:100.000
b. Peta semi detil lapangan skala1:10.000 sampai 1:25.000
c. Peta detil dengan skala 1:500 sampai1:5.000
lengkap guna menentukan tipe tubuh embung, batas galian serta perbaikan
fondasi. Kondisi diatas dapat diketahui dari hasil pemboran inti. Selain pemboran
inti, metode lain yang lazim digunakan adalah pendugaan geofisik dengan survai
seismik, dan terowongan uji. Secara umum lokasi dan kuantitas investigasi ini
ditetapkan dengan mempertimbangkan tipe embung serta kondisi geologi
setempat.
4.4.2 Pengeboran
Untuk kedalaman bor yang dangkal (maksimum 8 - 10 m) dapat dilakukan dengan
menggunakan bor tangan. Pengeboran tangan tersebut dilakukan dengan
menggunakan mata bor jenis lawan atau spiral, sebagai tenaga pemutar, dapat
menggunakan tenaga manusia (mata bor Iwan) atau mesin (mata bor spiral).
Sebelum pekerjaan dimulai semua peralatan yang dibutuhkan harus disiapkan. Salah
satu langkah pertama adalah pemilihan lokasi yang tepat sehingga data yang
diharapkan bisa diperoleh. Kadang-kadang perlu diperhatikan kerusakan yang timbul
pada lengkungan baik akibat sumur uji itu sendiri maupun akibat peralatan yang
dibawa. Setelah lokasi ditemukan, rencana sumur uji ditandai dengan patok. Lapisan
humus dibuang terlebih dahulu. Setiap penggalian dilakukan lapis demi lapis setebal
±30 cm untuk memungkinkan pengujian-pengujian setempat.
Untuk sumur uji dengan kedalaman lebih dari 1,50 m harus diberi kemiringan atau
diberi turap pelindung, tetapi untuk tanah lumpur yang sangat lunak kadang-kadang
diperlukan tuiap meskipun kedalaman galian kurang dari 1,50 m. Untuk tanah
lempung kenyal kadang-kadang tidak dibutuhkan turap sampai kedalaman 1,50 m
tetapi untuk lebih dari 1,50 m diperlukan turap. Tanah berpasir dan lanau akan
membahayakan terutama jika mengandung air dan terutama jika berada di bawah
muka air tanah. Tanah batuan sering-sering tidak membutuhkan turap hanya perlu
diperhatikan adanya bahaya batu jatuh.
Jika pengujian telah selesai, maka sumur uji harus ditutup kembali tetapi jika masih
dibutuhkan untuk tidak tertimbun kembali.
tersebut. Pada batas dimana tanah menjadi plastis, berat air dalam
persentase berat tanah kering adalah disebut batas plastis (wP).
Bila air ditambahkan sampai diatas batas plastis, tanah akan berubah
menjadi cairan (liquid). Pada batas tanah menjadi cair, berat air dalam
persentase dari berat tanah kering disebut batas cair (wL). Perbedaan
diantara dua harga dari kedua kondisi batas konsistensi tersebut,
dimana.tanah dalam keadaan plastis dinamakan indeks plastisitas (IP).
Dalam praktek, tanda atau symbol % dihilangkan ketika merujuk
besaran-besaran Atterberg limits.
d. Indeks plastisitas (IP)
Indeks plastisitas adalah selisih antara batas cair dan batas plastis, yaitu:
IP = wL-wP
Tanah dengan batas cair (wL) yang tinggi, memiliki sifat plastisitas dan
kompresibilitas yang tinggi (kembang susut besar) dan sangat
dipengaruh ioleh kadar airnya. Sebaliknya bila batas cair rendah
plastisitas dan kompressibilitas nya rendah. Kapasitas pengembangan
dapat diperkirakan dari indeks plastisnya. Tanah dengan IP >20 potensi
pengembangan sedang;IP >35 potensi pengembangan tinggi.
Sample
Aktifitas tanah (A), adalah sifat aktif dalam penyesuaian perubahan volume
terhadap pengaruh air, yang ditunjukkan dari hubungan:
Ip
𝐴=
C
Dimana :
Ip = Indeks plastis(%)
C = Kandungan fraksi lempung (%)
Sebagai gambaran untuk tanah kaolinit A sekitar 0,4 dan untuk tanah
monmorilonit A ≥5 (sangat aktif). Tingkat aktifitas tanah ditunjukkan tabel
di bawah.
3. Tanah ekspansif
Pada umumnya tanah ekspansif berada pada kondisi plastis dengan rentang
kadar air yang besar. Perilaku ini disebabkan oleh kapasitas mineral tanah
lempung untuk menahan air dalam jumlah yang besar antar partikel.
Ikatan ion antar partikel ada hubungannya dengan jarak antar partikel, oleh
sebab itu berat isi dan susunan butir lempung dapat mempengaruhi
kemampuan pengembangannya. Peningkatan kepadatan tanah lempung
akibat pekerjaan kompaksi atau tambahan beban dari alam akan menyebab kan
meningkatnya swelling potential dan swelling pressure.
a. Kondisi lingkungan
Pengembangan dan ponyusutan yang terjadi pada tanah ekspansif
dipengaruhi oleh perubahan kadar air. Di alam perubahan kadar air dapat
disebabkan oleh manusia maupun alam sendiri. Perubahan kadar air oleh
manusia misalnya pada penggalian tanpa proteksi, pelaksanaan sistem
drainase yang kurang baik, adanya sambungan pipa yang bocor pada area
tanah ekspansif sedangkan adanya perubahan siklus cuaca, fluktuasi tinggi
muka air tanah dan vegetasi disebabkan oleh alam.
b. Jenis mineral pada tanah lempung
Dari tabel berikut terlihat bahwa mineral utama yang menyebabkan
perubahan kembang susut adalah montmorillonite,.Illite dan kaolinite
4.6 Latihan
1. Sebutkan jenis penyelidikan geoteknik yang dilakukan di lapangan!
2. Jelaskan pengertian dari penyelidikan bawah permukaan!
3. Sebutkan kegiatan-kegiatan dalam pengujian di laboratorium mekanika tanah!
4.7 Rangkuman
Program penyelidikan geoteknik lapangan direncanakan oleh tenaga ahli geoteknik
berdasarkan hasil pengumpulan dan pengkajian data yang tersedia. Jenis
penyelidikan geoteknik yang dilakukan di lapangan, antara lain meliputi :
a. pemetaan geologi teknik
b. pemboran tangan
c. pembuatan lubang uji (sumuran uji )
d. pengambilan contoh tak terganggu;
e. pengambilan contoh terganggu, bahan beton dan batu;
f. pengujian lapangan.
Harga tegangan kapiler pada tanah tidak jenuh juga ditentukan oleh besarnya kadar
air tanah. Makin besar kadar airnya, makin kecil tegangan kapilernya.
Dengan adanya tegangan kapiler yang harganya negatif, maka tegangan efektif
tanah akan lebih besar dari pada tegangan efektif awal. Sehingga massa tanah
seakan-akan tertekan dan volumenya berkurang (menyusut).
Pada musim kemarau, kadar air tanah akan berkurang, sehingga mengakibatkan
terjadinya hisapan tanah (soilsuction). Sebaliknya pada musim penghujan akan
terjadi penjenuhan sehingga akan mengakibatkan mekanisme pengembangan.
Tanah mempunyai sifat khusus yang sangat mempengaruhi kondisi bangunan yang
ada disekitarnya atau secara umum sifat tanah ini dapat mempengaruhi kondisi
disekitarnya, karena mempunyai sifat-sifat khusus dan mengandung mineral-
minera tertentu yang menyebabkan terjadinya kerusakan dan keruntuhan
bangunan. Jenis tanah yang mempunyai sifat khusus (problematic soil), antara lain
tanah ekspansif, serta tanah mudah likuifaksi.
PENUTUP
A. Simpulan
Modul ini membahas tentang sifat teknis tanah dan batuan, dan penyelidikan
geoteknik untuk menunjang pekerjaan perencanaan embung yang mencakup
antara lain: klasifikasi tanah dan batuan, sifat material tanah dan batuan,
penyusunan program penyelidikan dan investigasi geoteknik.
Ilmu geoteknik menerapkan geologi di dalam setiap tahap pekerjaan atau kegiatan
pekerjaan sipil, terutama mempelajari sifat-sifat fisik dan teknik dari tanah dan
batuan. Pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan yang ada baik batuan
sedimen, batuan metamorf atau batuan beku. Pelapukan dianggap bagian yang
sangat penting dari proses degradasi. Secara umum tanah terbentuk akibat proses
pelapukan / penguraian batuan secara kimia, fisik dan biologi.
Tanah (soil), adalah: campuran atau himpunan partikel atau butir mineral tanah dari
berbagai ukuran yang relatif lepas (uncemented / partially cemented) yang dapat
berupa lempung, lanau, pasir, kerikil, boulder atau campuran diantara material-
material tersebut. Hasil pelapukan batuan induk yang masih ditempat asal, disebut
residual soil, yang ditandai dengan warna merah atau coklat yang umumnya
dijumpai di daerah pegunungan atau perbukitan. Bila hasil pelapukan terangkut oleh
air atau angin, kemudian diendapkan di daerah lain, disebut tanah angkutan
(transported soil).
Tanah dibagi menjadi butir kasar dan butir halus yang lolos saringan no.200. Bila
lebih dari 50% terhadap berat kering tertinggal diatas saringan no.200, material
tersebut dimasukkan kedalam golongan material berbutir kasar yang bersifat
porous serta mempunyai kuat geser tinggi dan kompresibilitas rendah. Bila 50%
atau lebih lolos saringan 200, material tersebut disebut sebagai material berbutir
halus yang bersifat kedap air, mempunyai kuat geser lebih rendah dan
kompresibilitas yang tinggi. Hal tersebut merupakan faktor-faktor penting dalam
menentukan material urugan.
Menurut asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga kelompok/ jenis batuan
utama, yaitu:
1. batuan beku (igneous),
2. batuan sedimen/batuan endap, dan
3. batuan malihan (metamorfik).
Batuan beku terbentuk dari magma yang mendingin danmengeras, yang sebagian
besar terdiri atas silika (SiO2). Namun tergantung pada komposisi magmanya,
batuan beku dapat berbeda-beda: warnanya, kepadatan, komposisi mineral dan
teksturnya. Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dapat dikelompokkan
menjadi :aluvium yang diendapkan oleh sungai-sungai; batuan muda yang lunak
dan tidak dipengaruhi oleh gerakan orogen atau gempa. Ketika gerakan lempeng
mendorong batuan beku atau batuan sedimen jauh kedalam bumi, tekanan dan
suhu tinggi memampatkan dan meremukkannya menjadi batuan malihan
(metamorf).
Sama seperti tanah, batuan juga memiliki sifat fisik dan kimiawi maupun sifat teknik.
Uji dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimiawi dan sifat teknik massa batuan
atau pecahannya untuk bahan bangunan.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami dan menerapkan detail Perencanaan Embung dan
ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang
komprehensif mengenai Perencanaan Embung.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Secara umum tanah terbentuk akibat proses pelapukan/penguraian batuan
secara....
a. fisik dan kimiawi
b. fisika dan biologi
c. kimia, fisik dan biologi
d. organik, fisik dan kimia
e. organik, fisik, kimia dan biologi
5. Selain metode pengeboran dan pengambilan contoh tanah di lapangan, hal ini
juga faktor penting yang perlu dilakukan yaitu....
a. mencari kelongsoran /struktur geologis dengan membuat atau memperluas
sumur uji menjadi paritan
b. mengadakan percobaan ditempat dalam skala besar
c. pengujian rutin
d. pengujian konsistensi tanah
e. menangani contoh tanah dalam transportasi ke laboratorium
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami dan menerapkan matero geologi dan geoteknik. Proses berbagi dan
diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi geologi dan geoteknik.
Untuk memperdalam pemahaman terkait materi geologi dan geoteknik, diperlukan
pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau pada modul-
modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-modul yang
ada pada media internet, sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh akan
Perencanaan Embung.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Fracture : Rekah
Soil : Tanah
Strength : Kekuatan
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut: