Khalifah Abu Bakar R
Khalifah Abu Bakar R
Abu bakar as-shiddiq merupakan khalifah pertama setelah nabi SAW wafat sekaligus
sahabat rasulullah dalam golongan tua, Abu bakar lahir pada tahun 571 M, beliau terlahir dengan
nama Abdullah bi Utsman bin Amr bin Ka’b yang berasal dari keturunan bani Taim Quraisy
dimana bani Taim bertanggung jawab atas al- Asynaq yaitu pengaturan tebusan dan denda.
Beliau di beri gelar al- Atiq dan sebelum memasuki islam Abu bakar bernama Abdul ka’bah.
Abu bakar lahir dari pasangan Ummu Khair binti Sakhr dan Utsman bin Amr bin Amr bin Sa’ad
bin Taim ( Abu Quhafa).
Abu bakar dikenal sebagai sosok orang yang ahli dalam ilmu Nashb atau ilmu
pengetahuan mengenai silsilah keturunan, Ia menguasai berbagai nasab kabilah dan suku-suku
Arab. Selain itu, beliau juga mengetahui tinggi rendahnya derajat dari setiap masing-masing suku
dalam bangsa Arab, terutama suku Quraisy. Pada masa jahiliyah, Abu bakar pernah menikahi
dua orang wanita, yaitu Qutailah binti Abdul Uzza, dari pernikahan ini lahirlah Abdullah dan
Asma; beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir dari bani Kinanah, dari pernikahan
ini lahirlah Abdurrahman dan Aisyah.
Kebersihan dan kewara’annya Abu bakar dari zaman jahiliyah dahulu beliau telah
mengharamkan khamr dari dirinya, dia tidak pernah sekali pun meminum-minum khamr, berjudi,
dan menyembah berhala. Dengan karunia Allah, Allah menjaganya hingga Abu bakar memeluk
Islam.
Gelar Abu bakar diberikan nabi kepadanya karena beliau adalah orang yang paling cepat
masuk Islam, yang dimana bakar artinya besegera. Sedangkan gelar as-shiddiq karena
membenarkan perkataan nabi dalam beberapa peristiwa yang terutama adalah peristiwa tentang
kepergian Rasulullah isra’ dan mi’raj ke langit untuk bertemu dengan Allah membahas tentang
Roka’at sholat umat muslim.
Peran Abu bakar dalam Islam sangatlah besar. Beliau selalu memberikan dorongan,
dukungan, dan selalu membela Nabi Muhammad dalam masa perjuangan Islam dahulu. Banyak
budak yang disiksa oleh majikannya dan dibebaskan oleh Abu bakar seperti halnya Bilal bin
Robbah, beliau juga banyak mengajak para sahabatnya masuk islam seperti Usman bin Affan,
Abdurrahman bin Auf, dan Zubair bin Awwam. Hubungan Nabi dengan Abu bakar semakin erat
ketika Abu bakar menikahkan puterinya Aisyah dengan Nabi.
Telah jelas riwayat yang menyatakan bahwa Saad telah membaiat Abu Bakar dalam
pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah. Dimana ketika Abu bakar berpidato dengan menunjukan
besarnya kedudukan kaum Anshar dalam Islam melalui hadits-hadits nabi, lalu Abu Bakar pun
menyampaikan sebuah hadits kepada Saad.
برّهمddاس تبعلddّب ّر النdd ف, رddذا االمdd ]قريش والة ه: أن رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم قال وأنت قاعد
ّ ولقد علمت يا سعد
فتتابع القوم على البيعة وبايـــع سعد, صدقت نحن الوزراء وأنتم األمراء: وفاجرهم تبع لفاجرهم[ قال سعد
“Dan engkau telah mengetahuinya wahai Saad, bahea Rasulullah pernah bersabda dimana
engkau dalam keadaan duduk: “Kaum Quraisy lah yang berhak dalam perkara ini, dan baiknya
umat manusia mengikuti pada baiknya mereka dan keburukan manusia mengikuti keburukan
mereka.” Saad pun berkata: “Engkau Benar, kami adalah mentri dan kalianlah peminpin.” Maka
mereka pun berbaiat dan saad pun berbaiat.”
Dan dengan ini jelaslah mengenai sikap Saad dalam pembaiatan Abu Bakar sebagai
khalifah. Dan dengan begitu jelaslah bahwa kaum Anshar telah bersepakat (baca; ijmak) dalam
pengangkatan Abu Bakar.
2. Sikap Ali dan Zubeir Terhadap Baiat Abu Bakar
Muncul banyak cerita terutama dari kalangan Syiah, bahwa Ali dan Zubeir terlambat
dalam membaiatAbu Bakar. Dan jelas semua ini tidaklah benar adanya. Adapun riwayat yang
benar akan hal ini adalah dari Ibnu Abbas RA. bahwa Ali dan Zubeir bersama beberapa orang
lainnya berada di rumah Fatimah RA. dimana beberapa orang dari kaum Muhajirin ini tengah
sibuk mengurusi jenazah Rasulullah Saw. terutama Ali bin Abi Thalib RA. mulai dari
memandikan dan mengkafani jenazah beliau.
Adapun mengenai waktu baiat Ali dan Zubeir terhadap Abu Bakar. Keduanya membaiat
Abu Bakar paha hari baiat ‘ammah bersama dengan kaum muslimin yang lain. Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Alkhudri beliau menceritakan bahwa pada saat baiat ammah,
Abu Bakar tidak melihat Zubeir maka belaiu meminta untuk dipanggilkan Zubeir. Dan
didatangkanlah Zubeir yang kemudian membaiat Abu Bakar. Begitu pula dengan Ali bin Abi
Thalib RA.
Pihak Muhajirin menghendaki dari golongan Muhajirin dan pihak Anshar menghendaki
pihak yang memimpin. Situasi yang memanas inipun dapat diatasi oleh Abu Bakar, dengan cara
Abu Bakar menyodorkan dua orang calon khalifah untuk memilihnya yaitu Umar bin Khattab
atau Abu Ubaidah bin Jarrah. Namun keduanya justru menjabat tangan Abu Bakar dan
mengucapkan baiat memilih Abu Bakar.Setelah Rasulullah SAW wafat pada 632 M, Abu Bakar
terpilih sebagai khalifah pertama pengganti Rasulullah SAW dalam memimpin negara dan umat
Islam. Waktu itu daerah kekuasaan hampir mencakup seluruh Semenanjung Arabia yang terdiri
atas berbagai suku Arab.
Ada beberapa faktor yang mendasari terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, yaitu:
1. menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin)
haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di
tangan orang Quraisy).
2. Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena
beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara ia adalah laki-laki dewasa pertama
yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi SAW pada
saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang
ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang
uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
3. Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama maupun
kekeluargaan. Beliau seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk
kepentingan Islam.
Sebagai khalifah Abu Bakar mengalami dua kali baiat. Pertama di Saqifa Bani Saidah
yang dikenal dengan Bai 'at Khassah dan kedua di Masjid Nabi (Masjid Nabawi) di Madinah
yang dikenal dengan Bai’at A 'mmah.Seusai acara pembaitan di Masjid Nabawi, Abu Bakar
sebagai khalifah yang baru terpilih berdiri dan mengucapkan pidato. la memulai pidatonya
dengan menyatakan sumpah kepada Allah SWT dan menyatakan ketidakberambisiannya untuk
menduduki jabatan khalifah tersebut.
Abu Bakar selanjutnya mengucapkan "Saya telah terpilih menjadi pemimpin kamu
sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik di antara kalian. Karena itu, bantulah saya
seandainya saya berada di jalan yang benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah.
Kebenaran adalah kepercayaan dan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di
antara kalian menjadi kuat dalam pandangan saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya
Allah menghendaki dan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya
hingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya".
Di masa awal pemerintahan Abu Bakar, diwarnai dengan berbagai kekacauan dan
pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, aktifnya orang-orang yang mengaku diri
sebagai nabi (nabi palsu), pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-
orang yang ingkar membayar zakat.Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh keyakinan
mereka terhadap ajaran Islam belum begitu mantap, dan wafatnya Rasulullah SAW
menggoyahkan keimanan mereka.
Mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagi setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Dan mereka merasa tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali
kepada ajaran agama sebelumnya. Tentang orang-orang yang mengaku diri nabi sebenarnya telah
ada sejak masa rasulullah SAW, tetapi kewibawaan Rasulullah SAW menggetarkan hati mereka
untuk melancarkan aktivitasnya. Diantara nabi palsu seperti Musailamah Al Kadzab dari Bani
Hanifah, Tulaihah bin Khuwailid dari Bani As'ad Saj'ah Tamimiyah dari Bani Yarbu, dan Aswad
Al Ansi dari Yaman
Mereka mengira, bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang lemah, sehingga mereka
berani membuat kekacauan. Pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa
perjanjian perdamaian yang dibuat bersama Nabi SAW bersifat pribadi dan berakhir dengan
wafatnya Nabi SAW, sehingga mereka tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada penguasa Islam
yang baru. Orang-orang yang enggan membayar zakat hanyalah karena kelemahan iman mereka.
Terhadap semua golongan yang membangkang dan memberontak itu. Abu bakar mengambil
tindakan tegas. Ketegasan ini didukung oleh mayoritas umat.
Untuk menumpas seluruh pemberontakan, ia membentuk sebelas pasukan masing-masing
dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah
bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dan
pemberontakan yang terjadi dalam negeri dapat ditumpas dengan sukses. Meskipun fase
permulaan dari kekhalifahan Abu Bakar penuh dengan kekacauan, ia tetap berkeras melanjutkan
rencana Rasulullah SAW untuk mengirim pasukan ke daerah Suriah di bawah pimpinan Usamah
bin Zaid. Pada mulanya keinginan Abu Bakar ditentang oleh para sahabat dengan alasan suasana
dalam negeri sangat memprihatinkan akibat berbagai kerusuhan yang timbul.
Akan tetapi setelah ia meyakinkan mereka bahwa itu adalah rencana Rasulullah SAW,
akhirnya pengiriman pasukan itu pun disetujui. Langkah politik yang ditempuh Abu Bakar itu
ternyata sangat strategis dan membawa dampak yang positif. Pengiriman pasukan pada saat
negara dalam keadaan kacau menimbulkan interpretasi di pihak lawan bahwa kekuasaan Islam
cukup tangguh sehingga para pemberontak menjadi gentar.
Di samping itu, bahwa langkah yang ditempuh Abu Bakar tersebut juga merupakan taktik
untuk mengalihkan perhatian umat Islam dalam perselisihan yang bersifat intern. Pasukan
Usamah berhasil menunaikan tugasnya dengan gemilang dan kembali dengan membawa harta
rampasan perang yang berlimpah.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan
Madinah. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama
dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang
Riddah (perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang banyak berjasa dalam perang tersebut
adalah Khalid bin Walid.
Bahwa kekuasaan yang dijalankan oleh Abu Bakar adalah sebagaimana yang dijalankan
pada masa Rasulullah Saw yaitu bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif
terpusat di tangan khalifah. Meskipun demikian, Abu bakar selalu mengajak para sahabat untuk
bermusyawarah.
PRESTASI ABU BAKAR SEMASA MENJABAT MENJADI KHALIFAH
1. Prestasi Abu Bakar Memerangi Kelompok Pembangkang
Abu Bakar terpilih menjadi Khalifah secara demokratis, hal ini tidak menjamin situasi
umat Islam akan stabil. Setelah nabi Muhammad Saw wafat, krisis kepemimpinan menimbulkan
gejolak perpecahan umat. Sebagian umat Islam mulai menentang kebijakan Nabi Muhammad
Saw. Mereka menciptakan ketidakstabilan umat Islam. Khalifah Abu Bakar menetapkan
kebijakan yang tegas terhadap para pembangkan.
Ada sekelompok orang di Madinah menyatakan keluar dari Islam mereka kembali
memeluk agama dan tradisi lama, yakni menyembah berhala. Suku-suku tersebut menyatakan
bahwa hanya memiliki perjanjian dengan Nabi Muhammad Saw. Beberapa pemberontakan
antara yang terjadi lain:
a. Pemberontakan Al -Aswad al-Ansi
Al-Anwad al Ansi memimpin pasukan suku Badui di Yaman. Mereka berhasil merebut
Najran dan San’a. Akan tetapi Al-Aswad al-Ansi terbunuh oleh saudara gubernur Yaman. Ketika
Zubair bin Awwam datang di Yaman Al Ansi telah terbunuh. Pasukan Islam berhasil menguasi
Yaman.
b. Musailamah al-Kazab Mengaku sebagai Nabi
Musailamah al-Kazab mengaku dirinya sebagai nabi. Ia didukung oleh Bani Hanifah di
Yamamah. Ia mengawini Sajah yang mengaku sebagai Nabi di kalangan Kristen. Mereka
berhasil menyusun Pasukan dengan kekuatan 40.000 orang. Khalifah Abu Bakar as Siddiq
mengirimkan Ikrimah bin Abu Jahal dan Syurahbil bin Hasanah. Pada mulanya pasukan Islam
terdesak. Akan tetapi, pasukan bantuan mereka datang dipimpin Khalid bin Walid. Pasukan
Musailamah berhasil dikalahkan 10.000 orang kaum murtad mati terbunuh, ribuan kaum
muslimin gugur dalam perang ini, termasuk penghafal Al-Qur’an. Perang ini dinamakan Perang
Yamamah dan merupakan yang paling besar diantara perang melawan kaum murtad lainya.
c. Thulaihah bin Khuwalid al-Asadi Mengaku sebagai Nabi
Thulaihah bin Thuwailid al-Asadi mengangap dirinya sebagai Nabi. Pengikutnya berasal
dari Bani Asad, Gatafan dan Bani Amir. Abu Bakar ash-Shiddiq mengirimkan pasukan yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pemberontakan terjadi di dekat sumur Buzakhah. Pasukan
muslim berhasil mengalahkakn mereka.
Ada beberapa penyebab mereka murtad atau melakukan pembangkangan. Sebab mereka
murtad atau pembangkangan antara lain:
a. Iri dan dengki terhadap perkembangan kota Madinah.
b. Fanatisme rasa kesukuan dan sifat patenalistik, yaitu tunduk secara membabi buta
kepada pemimpinnya.
c. Takut kedudukan hilang karena Islam membawa perubahan di bidang politik, sosial,
budaya, dan agama.
d. Banyak suku arab masuk Islam karena pertimbangan politik.
e. Mereka baru memeluk Islam dan belum menghayati ajaran Islam.
Ketika itu pasukan Islam berjumlah 18.000. Pasukan Romawi berjumlah 240.000 orang.
Pasukan Islam mengalami kesulitan. Khalifah Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin
Walid berangkat menuju Syam. Perjalanan mereka selama 18 hari melewati 2 lembah padang
pasir yang belum pernah dilewatinya.
Pertempuran akhirnya pecah di pingggir sungai Yarmuk, sehingga dinamakan perang
Yarmuk. Ketika perang sedang terjadi ada kabar bahwa Abu Bakar meninggal . Beliau
digantikan Umar bin Khattab. Khalid bin Walid kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin
Jarrah. Peperangan ini dimenangkan oleh Pasukan Islam dan menjadi kunci utama runtuhnya
kekuasaan Byzantium di Tanah Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Ath- Thahyhawi, Ahmad Abdul ‘Aal. 2009. The Great Leaders. Depok: Gema Insani
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2016. Biografi Abu Bakar. Jakarta: Beirut Publishing
Al- Maghlouth. 2012. Abu Bakar Ash- Shiddiq. Jakarta: Almahira Publishing