Anda di halaman 1dari 29

Teori-Teori Tentang Budaya*

Roger M. Keesing 1

Pendahuluan untuk menafsirkan pola-pola kerumitan peng-


alaman manusia tersebut.
"Budaya Yanomamo", "budaya Jepang",
Tantangan masa kini adalah menemukan
"evolusi budaya", "alam versus budaya":
cara untuk mempertajam konsep "budaya",
kita para ahli antropologi masih terus meng-
sedemikian rupa, sehingga konsep itu mem-
gunakan kata budaya tersebut, dan kita masih
punyai cakupan [terdiri atas bagian-bagian]
mengira bahwa kata budaya tersebut punya
yang lebih sedikit tetapi mengungkapkan
suatu arti. Namun, dengan memperhatikan
hal yang lebih banyak. Seperti dikatakan
cara kerabat primate kita, seperti Chimpan-
oleh Geertz (30, him. 4), "pemotongan kon-
zee, Gorilla, dan Orang Utan mempelajari
sep budaya . . . [ke dalam] satu konsep
tradisi-tradisi setempat, menggunakan pera-
yang tajam, mengkhusus, dan secara teoritis
latan, dan menggunakan simbol-simbol de-
lebih kuat adalah satu tema besar dalam
ngan cekatan, kita tidak dapat lagi berkata
perteorian antropologi modern".2 Dalam pan-
dengan seenaknya bahwa "budaya" adalah
dangan ini, secara tersirat tcrlihat satu asum-
warisan tingkah laku simbolik yang mem-
si yang dimiliki oleh hampir keseluruhan
buat makhluk manusia menjadi "manusia".
dari kita. Saya pikir konsep budaya (cul-
Jadi dengan memperhatikan gerak perubah-
ture) tidak punya satu arti yang benar, dike-
an dan keanekaragaman individualitas, kita
ramatkan dan tak pernah habis kita coba te-
tidak dapat lagi dengan mudah berkata bah-
mukan. Tetapi, seperti halnya simbol-sim-
wa "satu budaya" adalah satu warisan yang
bol lain, konsep ini mempunyai makna saat
dimiliki bersama oleh sekelompok manusia
kita memakainya; dan sebagaimana konsep-
dalam suatu masyaraka t tertentu.
konsep analitik lainnya, pemakai konsep ini
Selanjutnya, kita makin menyadari bah-
harus membentuk—mencoba sedikitnya se-
wa pandangan yang holistik terhadap budaya
tuju pada—pengelompokan gejala alam, (di
seperti yang disimpulkan oleh Kroeber dan
mana) konsep ini dapat diberi label secara
Kluckhohn dalam tahun 1950-an adalah men-
sangat s trategis.
cakup terlampau banyak hal,. dan juga ku -
rang tajam, untuk digunakan bagi menelaah 2
pengalaman manusia yang begitu rumit dan Dalam pandangan ini, secara tersirat terlihat satu
asumsi yang dimiliki oleh hampir keseluruhan dari kita.
* Judul asli: "Theories of Culture," Annual Re- Saya pikir konsep budaya (culture) tidak punya satu arti
view of Anthropology (1974). Diterjemahankan oleh yang benar, dikeramatkan dan tidak pernah habis kita
Amri Marzali. coba temukan. Tetapi, seperti halnya simbol-simbol
1
Saya berhutang budi pada the Center of Advan- lain, konsep ini mempunyai makna saat kita memakai-
ced Study, The Behavioral Sciences, Stanford, Califor- nya; dan sebagaimana konsep-konsep analitik lainnya,
nia yang telah memberi kemudahan sehingga tulisan ini pemakai konsep ini harus membentuk — mencoba sedi-
terselesaikan. Saya juga berterimakasih pada Bridget kitnya setuju pada — pengelompokan gejala alam di
O'Laughlin, Mervyn Meggitt, Triloki Nath Pandey dan mana konsep ini dapat diberi label secara sangat strate-
Gregory Bateson atas saran-saran yang bermanfaat. gis.

ANTROPOLOGI NO. 52
Dan seperti diramalkan, ahli-ahli antro- tralopithecus dan Pithecanthropus) dan ka-
pologi modern belum tentu sepaham dalam jian-kajian tentang kehidupan sosial makhluk
menentukan cara yang terbaik untuk mem- manusia telah membawa kita kepada pan-
persempit dan mempertajam konsep pokok dangan yang lebih jelas bahwa pola bentuk
yang mereka warisi dari para pendahulu biologis tubuh manusia adalah "open ended",
mereka itu. dan mengakui bahwa cara penyempurnaan
Dalam uraian berikut ini, saya akan dan penyesuaiannya melalui proses pembe-
membuat sebuah ringkasan mengenai pemi- lajaran kultural (cultural learning) memung-
kiran-pemikiran masa kini tentang budaya. kinkan manusia untuk membentuk dan me-
Pemikiran-pemikiran ini dapat dibagi ke da- ngembangkan kehidupan dalam lingkungan
lam empat bidang yang utama. Setelah mem- ekologi tertentu. Penerapan satu model evo-
bicarakan dengan singkat perkembangan ma- lusionari seleksi-alam atas dasar biologis ter-
sing-masing bidang,3 saya akan mencoba hadap bangunan kultural telah membuat ahli-
menyoroti isu-isu terminologi, filosofi, dan ahli antropologi bertanya dengan kearifan
substantif yang memisahkan ahli-ahli teori yang makin tinggi tentang cara bagaimana
besar. Dalam prosesnya nanti saya akan komuniti manusia mengembangkan pola-pola
membicarakan implikasi dari pemikiran-kem- kultural tertentu.
bali (rethinking) ini terhadap sejumlah per- Sejumlah besar penerbitan, populer dan
tanyaan yang klasik dalam ilmu antropolo - teknis, telah membahas tentang pentingnya
gi, misalnya: bagaimana caranya budaya ber- dan tentang saling keterkaitan antara kom-
kembang dan kekuatan apa yang memben - ponen biologis dan komponen kultural dalam
tuk mereka? Bagaimana caranya budaya di- tingkah laku manusia. Agresi, teritorialitas,
pelajari? Bagaimana caranya sistem simbol peranan-peranan jenis kelamin, ekspresi wa-
yang dimiliki bersama merasuk ke dalam jah, seksualitas, dan ranah-ranah lain di ma-
dunia pikiran individu? Seberapa jauhkah na kultural dan biologis saling terkait telah
budaya-budaya tersebut berbeda-beda dan dibicangkan orang tanpa putus-putusnya dan
unik? Apakah pola-pola universal yang men- seringkali tanpa perasaan (mindlessly). Dari
dasari keanekaragaman budaya? Bagaimana semua perbincangan ini kita dapat menarik
caranya deskripsi kultural dimungkinkan? dua kesimpulan singkat.
Pertama, setiap pemikiran bahwa apa-
Budaya Sebagai Sistem Adaptif bila kita menguliti lapisan konvensi kultural
maka pada akhirnya kita akan menemukan
Satu perkembangan penting dalam teori kul- Primal man dan keadaan manusia yang bugil
tural berasal dari aliran yang meninjau ke- di dasarnya, merupakan pemikiran yang steril
budayaan dari sudut pandangan evolusio - dan berbahaya. Kita memerlukan satu model
nari. Satu jembatan antara kajian-kajian ten- interaksional yang kompleks, bukan satu pe-
tang evolusi makhluk hominid (seperti Aus- lapisan yang sederhana seperti itu (19, 25).
3
Kedua, baik determinisme ekologis mau-
Saya tidak akan membuat daftar panjang pub-
pun determinisme kultural yang ekstrem se-
likasi dimana konsep budaya (culture) atau teori budaya
(theory of culture) diterapkan dan dikembangkan. Kar- karang dapat didukung oleh kepercayaan dan
ena tulisan mengenai konsep dan teori budaya mencapai ideologi, tetapi tidak oleh ilmu pengetahuan
jumlah yang luar biasa, maka membicarakannya seka- yang arif bijaksana. Yang perlu untuk ditelu-
rang bukan hanya sia-sia, namun juga tidak akan men-
jelaskan: suatu fokus dari topik utama dan sorotan pen- suri adalah cara-cara bagaimana garis acuan
ting jelas dibutuhkan dalam pengkajian ulang teori, dan biologis ditransformasikan dan dikembangkan
bukan pengakumulasian substansi. ke dalam pola-pola kultural; dan ini memer-

ANTROPOLOGI NO. 52
lukan rencana penelitian yang imajinasi dan lalu.
hati-hati dan penyelidikan yang telaten, bu- Ini tidak berarli bahwa terdapat kon -
kan polemik-polemik dan s ensasionalisme. sensus dalam memandang bagaimana se-
Bagaimana khasnya budaya-budaya ma- baiknya konsep budaya didefinisikan atau
nusia, meskipun terdapat diskontinuitas da- bagaimana dan mengapa budaya berkem-
lam evolusi makhluk hominid, telah dibin- bang dan berubah. Perd ebatan antara Ser-
cangkan dengan panjang lebar oleh Hollo - vice (75) dan Harris (42) baru-baru ini, kri-
way (45), Alland (2, 5), Montagu (59), dan tikan orang-orang Marxist terhadap mate-
lain-lain. Satu isu yang penting di sini ada - rialisme budaya dari Harris, perbedaan-per-
lah bagaimana dan pada tingkat mana bahasa bedaan antara ekologi-kultural dari Steward
vocal berkembang dan hal-hal apakah yang dan ekologi-manusia yang dianjurkan Vayda
mendahuluinya (44). Kalau kita berpegang dan Rappaport (8.1), perang sekte dan "ar-
pada bukti bahwa satu bahasa vocal telah keologi baru", semuanya membuktikan ada-
berkembang dalam kehidupan sosial manusia nya keanekaragaman dan percanggahan di
kurang lebih 100.000 tahun yang lalu, maka antara mereka. Meskipun terdapat keaneka-
satu "periode antara" yang panjang muncul, ragaman sekte tersebut, namun sebagian be-
yaitu satu periode ketika manusia-manusia sar sarjana yang bekerja mengikuti tradisi
pertama hidup dalam kelompok-kelompok ini (untuk singkatnya mereka saya sebut
pengembara, membuat alat-alat, berburu, dan "cultural adaptionist")* sepakat dalam be-
mungkin hidup dalam ikatan keluarga ber- berapa asumsi pokok. Asumsi-asumsi terse-
pasangan. Satu periode 2 juta tahun atau le- but adalah sebagai berikut:
bih kehidupan manusia kuno tanpa satu pera-
turan yang sempurna untuk komunikasi sim- (a) Budaya adalah sistem (dari pola -pola
bolik. Pemahaman kita tentang apa yang tingkah laku yang diturunkan secara sosial)
membuat makhluk manusia jadi "manusia" yang bekerja menghubungkan komunitas ma-
dan bagaimana budaya berevolusi tidak ayal nusia dengan lingkungan ekologi mereka.
lagi akan terbuka dan berubah secara me- Dalam "cara-hidup-komuniti" ini termasuklah
ngagumkan dalam beberapa tahun yang akan teknologi dan bentuk organisasi ekonomi,
datang. pola-pola menetap, bentuk pengelompokan
Dari sudut pandang teori kultural, per- sosial dan organisasi politik, kepercayaan
kembangan penting telah muncul dari pen- dan praktek keagamaan, dan seterusnya. Bila
dekatan evolusionari/ekologis terhadap buda- budaya dipandang secara luas sebagai sis -
ya sebagai sistem adaptif. Pusat-pusat besar tem tingkah laku yang khas dari suatu pen-
perkembangan pemikiran-kembali evolusio- duduk, satu penyambung dan penyelaras kon-
nari/ekologis adalah Michigan dan Colum- disi-kondisi badaniah manusia, maka perbe-
bia. Dasar yang diletakkan oleh Leslie White daan pandangan mengenai budaya sebagai
telah dipermak dengan kreatif oleh pakar- pola -pola dari (pattern -of) atau pola-pola
pakar seperti Sahlins, Rappaport, Vayda, untuk (pattern -for) adalah soal kedua.
Harris, Carneiro; dan oleh pakar-pakar arkeo- Budaya adalah semua cara yang bentuk-
logi yang theory minded seperti suami-istri bentuknya tidak langsung berada di bawah
Binford, Flannery, Longacre, Sanders, Price,
dan Meggers. Pendekatan-kembali (re-ap- *Suatu konsep di mana, walau tidak dapat dise-
proachment) arkeologi teoritis dengan an- tujui. kehilangan nafas pertempuran-pertempuran kuno,
senjata berkarat. dan peninggalan penting yang terkubur
tropologi ekologis muncul sebagai salah satu
dimana tokoh evolusi budaya memasukkannya dalam
perkembangan penting dalam dasawarsa yang pemikiran.

ANTROPOLOG1 NO. 52
kontrol genetik . . . yang bekerja untuk Marxist dialektika sosial yang lebih otentik
menyesuaikan individu-individu dan kelom- atau dari "cultural evolutionism" Service,
pok ke dalam komuniti ekologi mereka dan mernbedakan orang-orang ekologi-kul-
(Binford 11. him. 323).
tural yang mengikuti tradisi Steward dari
Konsep budaya turun jadi pola tingkah ahli-ahli ekologi-manusia seperti Vayda dan
laku yang terikat kepada kelompok-kelom- Rappaport. Namun demikian, semua (kecua-
pok tertentu, yaitu menjadi "adat istiadat" li mungkin pandangan Rappaport yang pa-
(customs) atau "cara kehidupan" (way of ling mutakhir) memandang ekonomi dan ko-
life) manusia (Harris 41, him. 16). relasi sosialnya sebagai faktor yang utama,
dan sistem ideasional seperti agama, upacara
(b) Perubahan kultural pada dasarnya adalah dan pandangan hidup sebagai faktor yang
suatu proses adaptasi dan maksudnya sama kedua atau epiphenomenal.5
dengan seleksi alam. Tuduhan-tuduhan Service tentang mo-
Manusia adalah hewan, dan scperti semua nistic reductionism [bahwa realitas terdiri
hewan-hewan lain, harus menjalankan satu hanya dari satu hal elemen: mind atau mat-
hubungan adaptif dengan lingkungannya da- ter] tidak mempunyai tempat disini (lihat
lam rangka untuk tetap dapat hidup. Mes - 42, 75). Strategi analitik Harris menyatakan
kipun manusia dapat melakukan adaptasi satu harapan, bukan satu asumsi:
ini secara prinsipil melalui alat budaya, na-
mun prosesnya dipandu oleh aturan-aturan Teknologi yang sama yang diterapkan ter-
seleksi alam seperti yang mengatur adaptasi hadap lingkungan yang sama dalam pro-
bioiogis (Meggers 56, him. 4). duksi dan distribusi, dan . . . semua ini ke-
mudian menghasilkan bentuk-bentuk penge-
Dilihat sebagai sistem adaptif, budaya lompokan sosial yang sama, yang membe-
berubah ke arah keseimbangan ekosistem. narkan (justify) dan mengkoordinasikan ke-
Namun kalau keseimbangan itu diganggu giatan-kegiatan mereka dengan cara-cara sis -
oleh perubahan lingkungan, kependudukan, tem nilai dan kepercayaan yang sama (41,
teknologi atau perubahan sistemik yang lain, him. 4)
maka perubahan yang terjadi sebagai penye- Dalam merencanakan "prioritas untuk
suaian lebih lanjut akan muncul melalui sis - mengkaji kondisi-kondisi materi kehidupan
tem kebudayaan. Karena itu, mekanisme um- sosiokultural", Harris (seperti para penyo-
pan-balik dalam sistem kebudayaan mungkin kong lain dari pandangan yang bersangkutan)
bekerja secara negatif (ke arah self correc- tidak mengajukan satu "prime mover" yang
tion dan keseimbangan) atau secara positif sederhana, tapi mengajukan satu kompleks
(ke arah ketidakseimbangan dan perubahan "prime mover" (misalnya, Harris sendiri ber-
arah). bicara tentang "demo-techno-econo-environ-
(c) Teknologi, ekonomi secukup hidup mental condition"). Harris dan para cultural
(subsistence economy), dan elemen organ i- adaptionist lain memberi tempat bagi kasus-
sasi sosial yang terikat langsung dengan kasus di mana satu ideologi (baik yang
produksi adalah bidang pokok budaya yang tumbuh dengan sendirinya dari dalam mau-
paling bersifat adaptif. Dalam bidang inilah pun yang diimpor) merubah tatanan sosial
perubahan adaptif biasanya mulai dan dari dan ekonomi. Pengeritik Harris dari aliran
sini mereka biasanya berkembang. Namun
demikian, konsepsi yang berbeda mengenai 5
Doktrin yang mengatakan bahwa kesadaran-
cara kerja proses ini telah memisahkan "cul pikiran merupakan hasil proses fisik, dan kesadaran-
tural materialism" Harris dari orang -orang pikiran tidak mempengaruhi hal-hal yang fisikal.

ANTROPOLOGI NO. 52
Marxist juga mcnekankan pentingnya kon- bagai sistem ideasional. Di sini saya akan
flik dan kontradiksi dalam tatanan sosial, ti- membedakan tiga cara yang agak khas dalam
dak sekedar adaptasi, dalam menghasilkan mendekati budaya sebagai sistem gagasan
dan mengarahkan proses perubahan sosial (ide).
dan kultural.
Budaya Sebagai Sistem Kognitif
(d) Komponen-komponen ideasional dari sis -
tem kultural6 bisa punya konsekuensi adap- Satu tema besar yang lain pada 15 tahun
tif—dalam mengontrol penduduk, membantu terakhir ini adalah kemunculan satu antropo-
mata pencaharian hidup, menjaga ekosis - logi kognitif yang eksplisit (juga disebut
tem, dan Iain-Iain; dan semua ini, meskipun "etnogrqfi baru", "ethnoscience", "ethno-
seringkali subtil, harus ditelusuri kemana graphic semantics"). Dalam prakteknya "et-
pun arahnya: nografi baru" ini pada dasarnya adalah satu
. . . Perlu mempertimbangkan keseluruhan pengkajian terhadap sistem klasifikasi pen-
budaya ketika menganalisa adaptasi. Secara duduk setempat (folk classification). Di luar
dangkal mungkin dapat diterima bahwa per- metode "pengumpulan kupu-kupu" ini, juga
hatian dapat dibatasi pada aspek-aspek yang telah muncul satu pandangan baru dan pen-
secara langsung berhubungan dengan ling- ting terhadap budaya, yaitu budaya sebagai
kungan . . . (Tetapi) apakah analisis dimu - cognition (pengetahuan).
lai dari praktek-praktek keagamaan, organi- Budaya dipandang sebagai sistem pe-
sasi sosial, atau sektor lain dari satu kom- ngetahuan. Menurut Ward Goodenough:
pleks budaya, . . . (ini) akan . . . menam-
pilkan hubungan-hubungan fungsional de- Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas
ngan kategori-kategori tingkah laku yang segala sesuatu yang harus diketahui atau
lain yang bersifat adaptif (Meggers 56, him. dipercayai seseorang agar dia dapat berperi-
43). laku dalam cara yang dapat diterima oleh
anggota-anggota masyarakat tersebut. Bu-
Pendalaman yang paling meyakinkan daya bukanlah suatu penomena material:
terhadap pandangan ini pada masa akhir- dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia,
akhir ini adalah analisis yang mengagumkan tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya lebih
dari Rappaport terhadap lingkaran upacara merupakan organisasi dari hal-hal tersebut.
pada Orang Tsembaga Maring sebagai kom- Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada da-
lam pikiran (mind) manusia, model-model
ponen dalam satu sistem adaptif (65); dan
yang dipunyai manusia untuk menerima,
lebih baru lagi adalah pandangannya bahwa menghubungkan, dan kemudian menafsirkan
sistem upacara dan kerangka kultural kesu- penomena material di atas (32, him. 167).
cian memainkan peranan penting sebagai
faktor-antara dalam adaptasi budaya (66- Kebudayaan terdiri atas pedoman-pedoman
untuk menentukan apa . . . untuk menen-
68). tukan apa yang dapat menjadi . . . untuk
menentukan apa yang dirasakan seseorang
Teori-Teori Ideasional Mengenai Budaya tentang hal itu . . . untuk menentukan ba-
gaimana berbuat terhadap hal itu, dan . . .
Berlawanan dengan ahli teori adaptasi ten- untuk menentukan bagaimana caranya meng-
tang budaya, yang beranekaragam adalah hadapi hal itu (33, him. 522).
sejumlah ahli teori yang melihat budaya se-
Goodenough mempertentangkan pan-
6 dangan ideasionalnya tentang kebudayaan de-
Misalnya: pengetahuan, makna, nilai, keperca-
yaan. ngan pandangan yang digunakan oleh orang-

ANTROPOLOGI NO. 52
orang adaptionist yang telah didiskusikan pa kepingan karangan deskripsi kultural saja.
dalam bagian terdahulu, yang melihat kebu- Lebih jauh, antropologi kognitif bahkan hanya
dayaan sebagai "pola kehidupan dalam satu menghasilkan beberapa sketsa tentatif tentang
komuniti, yaitu: kegiatan yang terjadi beru- struktur dan organisasi budaya sebagai sistem
lang kali secara ajeg dan susunan materi kognitif secara menyeluruh (lihat misalnya:
dan sosial" (33, him. 521; 34-37). Maka 50, him. 123; 34, him. 258-59; 37; 38).
kcsimpulannya, Goodenough memandang bu- Pemikiran tentang "grammar kultural" telah
daya secara epistemologi berada dalam alam terbukti tidak produktif dan tidak memadai
yang sama dengan bahasa (langue dari Sas- dalam menghadapi kekayaan dan kerumitan
sure atau competence dari Chomsky), seba- pengetahuan dan pengalaman manusia.
gai aturan-aturan ideasional yang berada di Bahkan lebih menyedihkan lagi, ahli
luar bidang yang dapat diamati dan diraba. "etnografi-baru" tersebut malahan belum
Dengan konsep yang seperti ini, baha sa menyusun satu cetak biru tentang bagaimana
adalah satu subsistem dari budaya, dan caranya satu sistem kognitif yang menyelu -
peneliti antropologi kognitif berharap atau ruh dapat diorganisasikan. Karena itu gam-
menduga bahwa metode-metode dan model- baran-gambaran rinci yang disajikan dalam
model linguistik (seperti: yaitu analisa kom- etnografi mereka tidak dapat disusun ke da-
ponential, emic lawan etic, kerangka elicit- lam satu kerangka yang lebih luas. Pan -
ing, dan lain-lain) juga memadai untuk digu- dangan yang kurang luas seperti ini, saya
nakan terhadap bidang budaya yang lain. kira, telah menutupi kenyataan tentang beta-
(Lihat argumen Keesing (48) bahwa orang pa luasnya bidang -bidang budaya yang ti-
antropologi kognitif telah membuat lompatan dak terjangkau oleh penelitian dangkal etno-
ini terlampau mudah dan telah meminjam grafi-formal (antropologi kognitif). Saya telah
dari metode linguistik taksonomik yang pada menyatakan (48; 49) bahwa linguistik trans-
masa sekarang telah ketinggalan zaman). Na- formasional baru memberikan beberapa pan-
mun demikian, dalam beberapa tahun tera - dangan yang berguna tentang bagaimana ca-
khir ini perhatian orang-orang antropologi ranya pengetahuan-kultural yang ada di bela-
kognitif ini telah mulai beralih dari keunik- kang struktur permukaan diorganisasikan. Di
an sistem-sistem kultural kepada satu usaha bawah ini nanti saya akan memperlihatkan
pencarian pola -pola universal (48). bahwa pengembangan penelitian yang terus-
Analisis budaya sebagai sistem kognitif menerus terhadap pengetahuan-kultural ini
tidak berkembang terlampau jauh di luar dapat menghasilkan penglihatan yang lebih
usaha pemetaan terhadap daerah-daerah se- dalam.
mantik yang terikat secara terbatas dan ketat.
Usaha-usaha penting untuk merumuskan pe- Budaya Sebagai Sistem Struktural
ngetahuan kultural yang diperlukan untuk
Di daratan Eropa, Levi-Strauss terus mem-
peningkatan penampilan atau mengoperasi-
kannya dalam situasi-situasi sosial tertentu perdalam pandangannya tentang dunia simbo-
telah dilakukan oleh Frake (18), Metzger lik manusia dan proses pikiran yang meng-
dan Williams (57), Wallace (83), Spradley hasilkan dunia simbolik ini. Pada dasawarsa
(77), Agar (1) dan Iain-Iain. Namun demiki- terakhir, pendekatan strukturalis ini telah
an, adalah mengesankan untuk dilihat kem- memberi dampak yang kuat terhadap ba-
bali bahwa optimisme penyebaran antropo- nyak sarjana yang belajar dalam tradisi Ang-
logi kognitif pada mula -mula dulu ternyata lo- Amerika.
pada akhirnya hanya menghasilkan bebera - Tulisan-tulisan Levi-Strauss tentang bu-

ANTROPOLOGI NO. 52
daya dan pikiran (mind) tidak hanya makin kontras dalam hampir semua waktu dan tem-
menjalar pengaruhnya; bagaikan buku-buku pat. Khususnya dalam buku Mythologiques,
suci, tulisan-tulisan tersebut telah melahirkan Levi-Strauss lebih memperhatikan "Budaya"
buku-buku tafsiran yang terus makin besar daripada "sebuah budaya"." Dia melihat
jumlahnya.7 Saya tidak akan menambahkan struktur mitologi Indian Amerika sebagai
satu tafsiran lagi terhadap aliran ini. Di sini sesuatu yang tumpang-tindih. Struktur ini
hanya akan diungkapkan beberapa butir un- saling menghubungkan pola-pola organisasi
tuk menempatkan posisi pandangan Levi- kognitif individu-individu Orang Baroro, atau
Strauss dalam hubungannya dengan hal-hal Orang Winnebago atau Orang Mandan. Bah-
yang mendahului dan yang mengikutinya. kan lebih jauh struktur ini melintasi garis
Levi-Strauss memandang budaya seba- sempadan bahasa dan adat yang memisahkan
gai sistem simbolik yang dimiliki bersama, masyarakat yang berbeda tersebut. Karena
dan merupakan ciptaan pikiran (creation of itulah struktur pemikiran tersebut lebih di-
mind) secara kumulatif. Dia berusaha mene- pandang sebagai "Budaya", yaitu bersifat
mukan dalam penstrukturan bidang kultural universal, daripada "sebuah budaya" yang
(dalam mitologi, kesenian, kekerabatan, dan bersifat lokal.
bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran (mind)
yang menghasilkan budaya itu. Kondisi ma - Budaya Sebagai Sistem Simbolik
terial dari mata pencaharian hidup dan eko-
nomi memberi kendala (bukan menentukan) Jalan lain dalam membahas kebudayaan ada-
bentuk dunia yang kita hidupi ini. Khususnya lah dengan cara memandang kebudayaan-
dalam mitologi, kondisi material tersebut kebudayaan sebagai sistem makna dan sim-
membiarkan pemikiran tentang dunia ber- bol yang dimiliki bersama (13). Pendekatan
kuasa secara bebas. Dunia fisik tempat ma - ini masih berhubungan, meskipun berbeda,
nusia hidup memberikan bahan mentah yang dari pendekatan kognitif Amerika dan struk-
diperdalam lebih jauh oleh proses pemikir an turalis Eropa daratan yang telah dibicarakan
yang universal ke dalam pola -pola yang jauh diatas. Di daratan Eropa jalan ini telah di-
berbeda secara substansif tetapi sama secara rambah oleh Louis Dumont.11 Di AS pelo -
formal. por yang paling menonjol adalah dua ahli
Pikiran (mind) memaksakan tatanan antropologi pewaris tradisi Parsons: Clifford
yang terpola secara kultural (satu tatanan Geertz dan David Schneider.
serba-dua yang kontras, satu tatanan hubung- Pandangan yang kuat dari Geertz ter-
an dan transformasi) pada suatu dunia yang hadap budaya, yang ditunjang satu aliran
terus-menerus berubah. Jarak antara ranah kemanusiaan yang luas, makin lama makin
kultural (di mana manusia memaksakan tata- menjadi sistematis. Seperti Levi-Strauss,
nan arbitrarinya) dan ranah alam, adalah satu Geertz berada pada puncak pemikirannya
pusat utama serba -dua yang simbolik. ketika dia menciptakan grand theory dalam
"Alam lawan budaya" adalah satu konsep menafsirkan bahan-bahan etnografi yang khu-
yang paling mendasar dalam cara melihat sus. Namu n berbeda dari Levi-Strauss, dia
menemukan kekhususan tersebut dalam keka-
7
Kritik -kritik mengenai hal ini cenderung terasa
berat dan luas. tidak jelas, dan secara intelektual (terasa) 8
Budaya adalah struktur pikiran yang berlaku
vulgar dalam menyanggah keindahan corak teks-teks
yang ingin dijelaskan; dan penafsiran pemikiran Levi- universal, sedang sebuah budaya berarti sebuah masya-
Strauss serta orang-orang yang membenarkan pemikiran rakat tertentu.
Levi Strauss—dengan sedikit pengecualian (lihat Boon ' Ide-ide penting Dumont; karena keterbatasan
12)—telah terbawa dalam tradisi ini. tempat, tidak akan dibahas di sini.

10 ANTROPOLOGI NO. 52
yaan kehidupan manusia yang sesungguhnya: Dan penafsiran harus dikembangkan men-
dalam satu persabungan ayam, dalam satu jadi deskripsi mendalam (thick description)
upacara kematian, dalam satu peristiwa pen- yang harus diikatkan secara mendalam ke
curian biri-biri. Bahan analisisnya bukanlah dalam kekayaan konteks kehidupan sosial.
mitologi atau adat istiadat yang tcrlepas dari Geertz tidak punya optimisme ethno-
konteks dan akar masyarakatnya. Bahan ter- science bahwa aturan kultural dapat difor-
sebut terikat dengan manusia-manusia dida- malkan seperti sebuah tatabahasa, juga tidak
lam tingkah laku simbolik mereka . punya ketangkasan dalam menguraikan isi
Geertz melihat pandangan kognitif sandi seperti cara Levi-Strauss. Penafsiran
Goodenough dan para ahli '"etnografi baru" teks kultural adalah pekerjaan yang memer-
sebagai pandangan reduksionis dan formalis - lukan waktu dan sulit. Bagaimana satu kebu-
t i k yang kabur. Bagi Geertz, makna tidak dayaan (sebagai satu kumpulan teks) dapat
terletak di "dalam kepala orang". Simbol dirangkum bersama, belum pernah dikerja -
dan makna dimiliki bersama oleh anggota kan dengan jelas. Mungkin Geertz akan setu-
masyarakat, terletak di antara mereka, bukan ju bahwa kita masih pada tingkat awal dalam
di dalam diri mereka. Simbol dan makna usaha menemukan hal tersebut.
bersifat umum (public), bukan pribadi (pri- Ketika dia melangkah menggeneralisa-
vate).1 " Sistem kultural adalah ideasional. sikan agama, ideologi, dan pikiran sehat se-
Sama seperti ideasionalnya kwartet Beetho- bagai sistem kultural, dan tentang konsep-
ven. Sistem itu berada di luar atau di antara konsep Orang Bali tentang waktu dan manu-
manifestasinya dalam pikiran individu atau sia (24, 26, 27, 30, 31), suatu gambar ten -
penampilan konkrit. Pola-pola kultural, kata- tang hubungan antara ranah-ranah kultural
nya, tidak reified atau metafisikal. Seperti mulai muncul. Pandangannya tentang pemo -
batu dan mimpi, "mereka adalah benda da - laan budaya muncul secara lebih hidup da -
lam dunia nyata". lam satu analogi yang dibuat oleh Wittgen-
Geertz mengangggap pandangannya stein antara bahasa kita dan sebuah kota:
tentang budaya adalah semiotik. Mempelajari "satu jaringan gang-gang dan lapangan-la-
budaya berarti mempelajari aturan-aturan pangan" yang merupakan lapisan endapan
makna yang dimiliki bersama. Dengan me- waktu, dikelilingi oleh satu susunan pemi -
minjam satu arti "text" yang lebih luas dari sah gang dan lapangan yang rapi terhadap
Ricoeur, Geertz pada masa akhir-akhir ini bagian-bagian modern yang terencana adalah
menganggap satu kebudayaan sebagai "satu sama seperti bahasa formal matematika dan
kumpulan teks" (29 him. 26; cf. 13). Kare- sains.
na itu antropologi merupakan satu usaha in- Kata Geertz, budaya adalah seperti kota
terpretation (penafsiran) bukan usaha deci- tua. Kota yang biasanya dikaji oleh orang-
pherment (menguraikan dengan cara meme- orang antropologi. Tidak seperti kota mo -
cah-mecah) (di sini Geertz mempertentang- dern, kota in i hanya punya sedikit (itupun
kan pendekatannya terhadap Levi-Strauss) kalau ada) kota-kota satelit yang terencana
(lihat Geertz 28 dan 29, him. 36; In. 38)." dan itu kata Geertz, membuat usaha orang
antropologi untuk menemukan sektor-sektor
"' Dalam hal ini, Geertz mengikuti pemikiran yang sama dengan kota satelit filsafat, hu -
Husserl, Wittgeinstein. dan Ryle. kum dan ilmu pengetahuan yang terencana
" Perhatikan pertentangan pokok lebih lanjut an-
tara Levi-Strauss dan Geertz, terutama yang dicetus- atas penganut Fenomenologi Subjektif, dimana Geertz
kan oleh yang terdahulu: sanggahan Levi-Strauss [se- mengikuti pemikiran Schultz serta Kerangka Acuan Ak-
perti yang diperdebatkan dalam L'homme Nu (54)] tor Parsonian (Pursonian Actor Frame of Reference).

ANTROPOLOGI NO. 52 11
dengan rapi di kota ideasional tersebut men- luan pada bukunya American Kinship: A
jadi sedikit semu. Analogi ini nampak hidup. Cultural Account. Budaya menurut Schnei-
Gee rt z telah membuat sebuah usaha yang der adalah satu sistem simbol dan makna.
palut dicatat dalam menjelajahi beberapa sek- Budaya merangkum kategori-kategori atau
tor kota-kota tua dan kacau, mcmp erkenal- "unit-unit", dan "aturan-aturan" tentang hu-
kan jiwa yang subtil dari jalan -jalan dan bungan sosial dan perilaku. Kedudukan epis -
peta kasar mereka, dan menggeneralisasikan temologi unit-unit kultural atau "things" ti-
sektor-sektor yang sama pada kota-kota yang dak tergantung pada sifatnya yang dapat di-
berlainan. Rencana yang menyeluruh dari observasi. Baik hantu maupun orang mati
kota-kota budaya ini belum dapat dilihat la - adalah kategori kultural. Aturan dan kale -
gi. Di tempat lain Geertz mengingatkan me- gori tidak harus disimpulkan secara langsung
ngenai bahaya dari penganalisa yang mem- dari perilaku. Mereka berada, sedemikian
buat peta satu budaya dengan cara tertentu rupa, pada satu bidang yang terpisah. "De-
sedemikian rupa melebih-lebihkan dan mera- finisi unit dan aturan tidak berdasarkan atas,
pi-rapikan integrasi dan konsistensi inter- dibatasi oleh, ditarik dari, dibangun sesuai
nal nya—di mana nyatanya hanya integrasi dengan, atau dikembangkan dalam, bentuk
kecil dan seringkali yang ada hanyalah keti- observasi tingkah laku dalam arti langsung
dakadaan hubungan dan kontradiksi inter- dan sederhana (71, him. 6).
nal. Dia menciptakan perumpamaan menarik Dan sebagaimana diperjelas oleh analisis
lain: kekerabatan Schneider, dia percaya bahwa
". . . Masalah analisis budaya adalah ma- analisis tentang budaya sebagai sistem sim-
salah menentukan saling ketergantungan se- bol dapat menguntungkan kalau dilakukan
kaligus saling keterkaitan, masalah menen- secara bebas di luar "bentuk-bentuk peristi-
tukan jurang sekaligus jembatan. Citra yang wa yang aktual" yang dapat diamati oleh
tepat, kalau seseorang harus punya citra, seseorang sebagai kejadian dan tingkah laku.
mengenai organisasi kultural, adalah bukan Katanya ada pertanyaan-pertanyaan penting
merupakan jaringan laba-laba maupun ong- yang harus diajukan tentang hubungan bi-
gokan pasir. Organisasi kultural lebih me- dang simbol kultural dan bidang kejadian
nyerupai gurita yang tangan-tangannya se- yang dapat diamati sehingga seseorang dapat
bagian besar terintegrasi secara terpisah, sya-
"menemukan bagaimana bangunan-bangunan
raf-syarafnya kurang begitu baik berhubung-
an satu dengan lain dan dengan pusat kon- kultural muncul, hukum-hukum yang menga-
trol di otaknya. Namun demikian gurita ter- tur perubahan mereka, dan dalam cara -cara
sebut mampu berputar dan melindungi diri- apa saja mereka dihubungkan secara siste-
nya, meskipun untuk sekejap, sebagai satu matis dengan bentuk-bentuk peristiwa kehi-
gairah hidup . . ."' (27, him. 66-67)." dupan yang aktual" (71, him. 7). Tetapi da-
lam tulisannya akhir-akhir ini dia lelah me -
Satu arah yang masih berkaitan, meski milih untuk meninggalkan tugas itu kepada
sedikit berbeda, telah diambil oleh David orang lain.
Schneider. Seperti Geertz, Schneider mulai Lebih baru lagi, Schneider (72) telah
dengan satu kerangka kerja aliran Parsons, mengembangkan dan memperjelas konsepsi
tetapi dia juga telah mengembangkannya da- budayanya. Dia membedakan satu level atur-
lam satu cara tersendiri (lebih banyak men- a n atau norma "bagaimana melakukan ini"
dekati pandangan Dumont). yang mengajarkan seseorang perilaku ten-
Pandangan Schneider tentang budaya tang bagaimana caranya berlayar dalam du-
sangat jelas dinyatakan dalam kata pendahu- nia sosialnya. Namun dalam analisis kultu -

12 ANTROPOLOGl NO. 52
ral dia ingin mengambil satu langkah yang Geertz lebih terikat kepada asumsi-asumsi
lebih jauh, memisahkan "sistem simbol dan Weberian (sebagai yang dilakukan Parsons).
makna yang melekat dalam sistem normatif, Satu ranah dari sistem sosial (kekerabatan,
t etapi . . . satu aspek yang khas darinya atau agama, atau ekonomi, atau politik) diko-
(yang) . . . dapat dengan mudah diabstrak- rek ke luar, dan ranah kultural yang berhu-
sikan darinya". bungan dengan itu dianalisis. Satu analisis
kultural yang murni dapat melacak dengan
"Yang saya maksudkan dengan simbol dan
makna adalah premis -premis dasar yang di- baik interaksi simbol, premis, dan prinsip
simpan oleh satu budaya untuk hidup; ter- susunan di mana saja mereka muncul. Dan
diri atas apakah unit-unitnya; bagaimana satu peta sistem kultural sebagai satu pe-
unit-unit itu didefinisikan dan dibedakan ringkat yang terpisah, katanya, akan terlihat
dari yang lain; bagaimana unit -unit itu mem- sangat berbeda daripada satu interpretasi ten-
bentuk satu tatanan atau klasifikasi yang tang korelasi kultural dari institusi sosial.
terintegrasi; bagaimana dunia disusun seca- Pada akhirnya dia mengusulkan satu
ra teratur; dalam bagian-bagian apa dia ter- analisis kultural yang murni yang "tidak
diri dan di atas premis -premis apa dia dite- tercemar oleh kajian tentang sistem sosial-
rima berada, kategori dan klasifikasi berba- nya". Dan hanyalah setelah tugas awal yang
gai bidang dunia laki-laki dan bagaimana logis ini (untuk pelacakan hubungan antar
mereka menghubungkan satu dengan yang
bidang-bidang kultural, sosial, dan psikolo -
lain, dan dunia yang dilihat sebagai tem-
patnya hidup" (71, him. 38). gi), dapat dikerjakan maka kehidupan sosial
dari suatu masyarakat atau tindakan-tindakan
Karena kontras yang dibuat Schneider individu dapat dimengerti.
antara tingkat "normatif dan tingkat "kul-
tural" secara konseptual adalah penting, baik Budaya dan Sistem Sosiokultural
juga untuk mengutip penjelasannya agak
lebih panjang: Dalam rangka mencari kejelasan isu-isu yang
"Kalau sistem normatif . . . adalah sesuatu memisahkan ahli-ahli teori budaya yang ter-
yang berpusat pada Ego dan khususnya se- kenal, tampaknya kita tidak boleh mengha-
suai dengan model-model analisis interaksi rap bahwa gabungan yang terdiri dari berba-
atau perbuatan-keputusan, maka kebudaya- gai unsur-unsur terpilih akan dapat ditemu -
an adalah sesuatu yang berpusat pada sis - kan, lalu semua mereka sepakat dengan hal
tem . . . Budaya menempatkan posisi tersebut. Setiap pernyataan tentang budaya
manusia berhadapan dengan dunia ketim- yang dapat disetujui oleh Marvis Harris dan
bang posisi seorang manusia dalam caranya David Schneider mungkin tidak akan berisi
bergaul dengan dunia sebagaimana yang di- apa-apa. Dan sikap eclectic akan membawa
bcrikannya . . . Budaya berhubungan de- kita kembali kepada konsep-konsep budaya
ngan panggung, setting panggung, dan cast-
yang luas dan penuh dengan berbagai aspek
ing pemain; sistem normatif terletak pada
pengarahan panggung terhadap para pelaku seperti masa lampau.12
dan bagaimana pelaku harus memainkan Namun demikian, satu pemilihan kon-
bagian-bagiannya di atas panggung yang te- septual akan berguna, bukan untuk menda-
lah diatur sedemikian ,rupa" (72, him. 38; maikan perbedaan, tetapi untuk mengenali
lihat juga 73) sumber dan keadaan mereka. Beberapa kon-
Schneider selanjutnya mempertentang-
12
kan pendekatannya dalam analisis kultural Seperti yang disimpulkan Kroeber dan Kluck-
dengan pendekatan Geertz. Dia melihat hohn tahun 1950-an.

ANTROPOLOG1 NO. 52 13
sep adalah bersifat filosofis dan beberapa sisi lain dari pegunungan tersebut).
yang lain merupakan hal yang mendasar; Apa yang dibicarakan oleh para ahli
beberapa konsep dapat diselesaikan dengan adaptasi kultural adalah dalam satu penger-
bukti empiris, beberapa yang Iain tidak. Ma- tian "sistem-sosiokultural-dalam-lingkungan".
sing -masing pendekatan atau posisi teori Sistem inilah yang adaptif atau maladaptif,
yang telah saya lukiskan dimuka mempu- dan tergantung dalam beberapa hal pada se-
nyai kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri. leksi alam. Pola-pola ideasional untuk hidup,
Dengan menggarisbawahi kekuatan dan pola -pola makna dan sistem pengetahuan
membukakan kelemahan yang tersembunyi dan kepercayaan yang dimiliki bersama oleh
dibalik retorika yang berbunga-bunga, bebe- subsistem sangat penting dari "cara-hidup-
rapa cara penggabungan kekuatan dengan dalam-lingkungan". Yang terakhir ini adalah
kekuatan dan menjaga sisi-sisi yang terbu- sistem yang kompleks dalam pengertian cy-
ka, maka beberapa jalan bagi penyelidikan bernetic, dalam sirkuit -sirkuit yang kom-
masa depan mungkin muncul dan berguna. pleks menghubungkan subsistem-subsistem
Kontras pertama dalam pemilihan kon- ekologi, demografi, ideasional, dan Iain -
septualisasi paralel budaya ini dibuat oleh lain.11 Bagaimana lingkaran-lingkaran ini sa-
Goodenough. Saya akan menyebut "pola-pola- ling berhubungan, bagaimana informasi ke-
dari-kehidupan-komunitas" sebagai sis tem luar melalui lingkaran-lingkaran tersebut, dan
sosiokultural (sociocultural system). "Sistem bagaimana proses homeostasis dan perubah-
sosiokultural" mewakili realisasi so-sial atau an yang terarah bekerja, adalah pertanyaan-
aturan-aturan tentang "pola-untuk-hidup" pertanyaan empiris bagi penelitian, bukan
yang ideasional dalam lingkungan tertentu. polemik ideologis dan pasal-pasal kesetiaan.
Satu pola pemukiman adalah satu elemen dari [Harap dicatat bahwa konseptualisasi
satu "sistem sosiokultural", bu kan satu tentang budaya sebagai suatu sistem ideasional
elemen dari "sistem kultural" (prinsip -prinsip tidak berart i sama dengan perbedaan antara
konseptual yang sama mungkin bisa ranah ekonomi (secukup hidup, teknologi,
menghasilkan desa mengelompok padat atau organisasi sosial dari unit-unit produksi) de-
dangau yang terkelompok, tergantung kepada ngan ranah ideasional (agama, ideologi, hu-
sumber air, tanah daratan, tanah yang dapat kum, kesenian, dll), seperti yang dibuat oleh
ditanami, kependudukan, dan suku-su-ku Harris dan beberapa ahli adaptasi kultural
tetangga yang bersifat damai atau pem-buru yang lain. Pengetahuan dan strategi menge-
kepala orang). nai lingkungan dan cara-cara memperoleh
Satu cara teknologi mata pencarian hi- kehidupan dari mereka (misalnya tentang
dup adalah juga merupakan bagian dari satu membuat piranti, tentang pembentukan
"sistem sosiokultural", tetapi tidak secara kelompok-kelompok kerja) adalah sekaligus
tegas dikatakan sebagai bagian dari satu merupakan bagian dari ranah ideasional yang
"sistem kultural" (masyarakat dengan penge- saya sebut "budaya" maupun bagian dari
tahuan dan susunan strategi untuk hidup pola-pola kepercayaan kosmologis atau upa-
yang sama, mungkin terutama adalah horti- cara keagamaan].14
kulturalis, dalam satu lingkungan dan teru-
tama nelayan dalam lingkungan yang lain, " Subsistem ini, atau elemen dari subsistem ini,
mungkin pembuat kapak batu dalam satu bisa jadi dari bidang ontologi yang berbeda, dalam per-
spektif Sibernetika (Cybernetic), adalah tidak relevan.
lingkungan atau pembuat kerang di ling - 14
Perhatikan. bagaimanapun juga, pemilahan
kungan yang lain, mungkin menanam taro yang saya buat terlihat secara khusus dalam analisis-
pada satu sisi pegunungan atau yam pada analisis aliran Marxis.

14 ANTROPOLOGI NO. 52
Ini mengelompokkan Goodenough, Le- struktur sosial, dalam bentuk "cara berting-
vi-Slrauss, Geertz, dan Schneider kedalam kah laku dan berpikir yang melembaga dan
satu kubu. Ini membuat sebagian besar ar- baku, yang bentuk normalnya diakui secara
keologi baru dan ahli antropologi ekologi/ sosial dalam aturan yang nyata dan tidak
evolusionari dapat menerimanya sebagai se- nyata, menjadi panduan anggota-anggota dari
buah kemungkinan strategi konseptual. Seku- suatu masyarakat" (76, him. 532). Bahaya
rang-kurangnya mereka akan setuju bahwa dari mendangkalkan "the social" ke dalam
"pusat perhatian mereka adalah sistem sosio- "the cultural", atau "the cultura”' ke dalam
kultural"15 dan bagaimana sistem ini berkem- "the social", telah diungkapkan oleh Geertz:
bang dan berubah. Seseorang dapat meneliti Apakah budaya dipandang sebagai sesuatu
bagaimana sistem ideasional bekerja dalam yang berasal dari bentuk organisasi sosial
proses adaptasi dan perubahan ini, keduanya . . . atau bentuk organisasi sosial dipandang
dalam pengertian struktur internal (bagaima- sebagai wujud dari pola-pola kultural. Dalam
na perubahan dalam gagasan tentang strategi kasus yang manapun . . . elemen dinamis
hidup berhubungan dengan perubahan dalam dalam perubahan sosial yang muncul dari
gagasan tentang kekerabatan atau perubahan kegagalan pola kultural untuk conruent se-
dalam gagasan tentang upacara keagamaan?) cara sempurna dengan bentuk organisasi so-
sial pada umumnya adalah merupakan kele -
dan dalam hubungan dengan subsis tem yang
mahan p erumusan.
lain (bagaimana gagasan tentang pemilihan
tempat menetap setelah nikah berhubungan Geertz, Goodenough, Levi-Strauss,
dengan pertumbuhan penduduk atau Schneider, dan Iain -lain sepakat bahwa bi-
pertumbuhan produksi pertanian). dang sosial dan bidang kultural berdiri sen-
diri, meskipun saling berkaitan, yang satu
bukan merupakan refleksi dari yang lain,
Budaya Sebagai Sistem Ideasional: Para-
masing -masing harus dilihat dalam posisi
doks dan Masalah
dan haknya sendiri. Satu pemecahan kon-
Ahli-ahli teori tentang budaya sebagai sis - septual seperti ini adalah penting bagi peng-
tem ideasional harus dipilah-pilah lagi. Ahli- halusan teori dan penajaman konsep "bu-
ahli teori antropologi modern ini memiliki daya" dalam 20 tahun terakhir ini.
bersama satu premis penting yang membe- Pusat dari percanggahan konseptual an-
dakan mereka dari pendahulu mereka. Se - tara sarjana-sarjana di atas adalah pada ma-
perti dikatakan oleh Singer (76), dua tradisi salah: apa yang harus dilakukan terhadap
yang sejajar, yaitu antropologi kultural Ame- paradoks dasar dari kehidupan manusia. Ke-
rika dan antropologi sosial Inggris, masing- tika individu terlibat dalam hubungan sosial
masing mengeluarkan sejenis imperialisme (meskipun cuma 2 individu), memiliki mak-
intelektual. Bagi antropologi kultural Ame- na secara bersama, pengertian yang sama
rika, pola-pola sosial adalah salah satu aspek tentang tindakan masing-masing, maka mak-
dari budaya. Sebaliknya bagi antropologi na dan pengertian milik bersama ini lebih
sosial Inggris, khususnya Radcliffe-Brown, besar dari penjumlahan "bagian-bagian" yang
pola-pola kultural dipandang terkristal dalam dimiliki setiap individu. Makna sosial ini
tembus melampaui pengalaman individu yang
pribadi. Pemikir-pemikir sosial telah bergu-
" Banyak ahli. seperti halnya Binford (suami- lat dengan paradoks ini selama berdasawar-
istri), memakai konsep 'sistem sosial-budaya' (socio-
sa, bahkan berabad-abad. Namun conscience
culturul system) sedikit banyak saling dipertukarkan de-
ngan konsep 'sistem budaya' (cultural system). collectives masih tetap saja membingungkan

ANTROPOLOGI NO. 52 15
analisis sosial. Levi-Strauss melihat budaya sebagai se-
Jalan kcluar Goodenough adalah meng- suatu yang lembus melampaui aktor indi-
gambarkan "budaya" sebagai satu sistemasi vidu, bahkan dalam hal-hal tertentu melam-
ideal dari dunia kognitif individu. Satu sis - paui batas suku bangsa. Tetapi "collective
lemasi yang memungkinkan seorang peneliti representation" menggambarkan dan meng-
luar untuk membuat tanggapan kultural yang ungkapkan struktur dan proses pikiran indi-
tepat sebagaimana yang diperlihatkan oleh vidu, dan merupakan ciptaan kumulatif dari
penduduk native. Dia mampu menentukan pikiran individu tersebut.
melalui cara -cara grammar kultural tentang Geertz mengambil makna (meaning) mi-
"apakah . . . apa yang dapat . . . bagaimana lik bersama sebagai dasar. Namun, mengikuti
seseorang melihat itu . . . apa yang harus Wittgenstein, Husserl, dan Ryle, makna ter-
dilakukan dengan itu . . . dan bagaimana sebut tidaklah misterius. Dia nyata, ada da-
caranya melakukan itu'". Jadi apa yang di- lam kehidupan sehari-hari. Geertz mungkin
miliki bersama itu adalah sudut-pandang in- akan setuju bahwa budaya "terletak pada
dividu aktor sosial (yang bersifat ideasional). waktu dan tempat melalui persebaran tem-
Jadi model kognitif Goodenough adalah satu poral dan spasial dari individu yang memili-
gabungan dari pengetahuan kultural para in- kinya" (6, h. 86). Namun, budaya terletak
dividu dalam lingkungan sosial yang berbe - di antara pikiran-pikiran individu-individu
da. Namun Goodenough, seperti ahli lingu- ini, bukan "di dalamnya".
istik, memberi tempat bagi variasi subkul- Tampaknya Schneider ingin bergerak
tural dan perbedaan individual (33, 34, 37). selangkah lebih maju ke arah posisi "metho-
Meski demikian tidak berarti bahwa Good- dological essentialist" (63, h. 28-29), bahwa
enough adalah sedangkal seorang redusio - sebuah budaya dalam hal tertentu berada
nist kognitif, seperti yang dituduhkan Geertz. "dalam pada posisinya sendiri, bebas dari
Kata Goodenough: wujud-wujudnya yang kurang sempurna
Orang belajar sebagai individu. Karena itu, dalam pemikiran dan tindakan aktor pendu-
jika budaya diperoleh dengan cara belajar, kungnya" (6, h. 86). Dalam membedakan
maka tempat utamanya tentu dalam diri sistem normatif dari sistem simbol dan mak-
sang individu daripada dalam kelompok so- na, Schneider secara eksplisit mengabstraksi-
sial . . . . Teori kultural (karena itu) hanya kannya di atas dan di luar perspektif indivi-
menjelaskan dalam hal apa kita dapat ber- dual. Level dari simbol ini, bebas dari ikat-
bicara tentang budaya sebagai sesuatu yang annya dengan dunia tindakan sosial dan kon-
dimiliki bersama atau sebagai hak milik
teks situasional. Simbol dan makna ini ada
kelompok . . . dan bagaimana proses la-
hirnya kepemilikan bersama itu . . . . Kita dalam dunia kognitif dari ahli teori kultural.
harus . . . mencoba untuk menjelaskan Hal ini melahirkan aspek lain dalam
bagaimana bangunan tersebut berkaitan de- paradoks utama sekitar simbol yang dimiliki
ngan . . . proses sosial dan psikologis yang bersama dan transendental ini. Setiap aktor
menjadi ciri-ciri manusia dalam kelompok memandang cara hidup masyarakatnya seba-
(37, him. 20). gai sesuatu yang eksternal, berada di luar
dirinya. Kita punya pandangan tentang apa
Goodenough membedakan dengan hati- yang kita pahami sebagai permainan yang
hati 7 arti ideasional dari "budaya" yang dimainkan oleh anggota masyarakat kita. Da-
menghubungkan dunia kognitif seorang indi- lam melihat "sistem", seseorang mempunyai
vidu dengan gagasan dan perilaku kolektif beberapa kebebasan untuk mencoba menak-
dari masyarakat, secara sistematik. lukkannya, menggabungnya, mengubahnya,

16 ANTROPOLOGI NO. 52
dll. (53). dan idealis yang mengoreksi mereka. Bu-
Lebih jauh, daerah kehidupan di mana daya . . . tidak lagi dapat dikatakan sebagai
masing-masing kita bergerak adalah satu du- . . . satu fenomena psikologis, satu ciri dari
nia yang bukan terdiri atas peranan dan ins- pikiran seseorang. kepribadian, struktur
kognitif . . . (Geertz 30, h.11-13).'"
titusi dan aturan-aturan abstrak, tetapi terdi-
ri atas individu dan tempat-tempat yang mu - Namun pandangan lain tentang dilema
dah dikenali. Kita menjalani kehidupan kita konseptual—melihat "budaya" sebagai hal
pada umumnya dalam ruangan fenomenolo- bebas dari pikiran individu—juga mempu-
gis yang kekhususannya akan membimbing nyai bahaya. Pertama, struktur dari sistem
tindakan kita. Kita mengikat peranan dan kultural diciptakan, dibentuk, dan ditentukan
aturan kultural (berdasarkan atas hal yang oleh pikiran dan otak individu. Bentuk budaya
umum dan abstrak, bukan hal yang indivi- tergantung pada apa yang dipikirkan, di-
dual dan konkret) dalam arena sosial pada bayangkan, dan dipelajari oleh individu ma-
umumnya adalah pada pinggiran ruangan nusia, dan juga pada apa yang dibentuk dan
yang kita kenal. Begitulah yang kita lakukan dipelihara oleh perilaku kolektif dalam pola
ketika berhubungan dengan orang asing dan kehidupan yang langgeng dalam ekosistem.
pejabat pemerintah, atau berhubungan de- Budaya harus merupakan sesuatu yang dipi-
ngan pelayan toko atau polisi. Dalam hal kirkan, yang dipelajari, dan yang dijalani
ini, pengetahuan yang memungkinkan indi- dalam kehidupan sosial.
vidu bertindak dalam cara yang "pantas seca- Tanpa mengaitkan model budaya kita
ra kultural" hanyalah satu bagian saja dari dengan pengetahuan yang mendalam ten -
apa yang memungkinkan mereka untuk hidup tang struktur dan proses pikiran, maka pem-
dalam kelompok sosial. bahasan kultural kita bisa turun menjadi la -
Lebih jauh, terdapat perbedaan penting tihan bahasa semata. Schneider kecewa bah-
(meskipun kabur) antara sistem ideasional wa Geertz—dalam membentuk pembahasan
kolektif dan dinamika kejiwaan individu. kulturalnya sekitar lembaga keagamaan, per-
Berbagai ahli teori "budaya dan kepribadian" tanian, atau ekonomi—merusak fenomena
telah mencoba menjawab masalah ini selama budaya sebagai sistem ideasional. Namun,
bertahun-tahun. apakah Schneider (setelah bergerak ke ting-
Semua ini berarti bahwa setiap usaha katan yang lebih abstrak mengenai simbol
untuk mengecilkan sistem kultural menjadi dan makna, yang melampaui pikiran indi-
sistem kognitif individu adalah penuh de - vidu) bukannya mempunyai kebebasan semu
ngan bahaya. untuk menggambar polanya sendiri, ketika
dia berpikir bahwa dia sedang menelusuri
Dengan cara seperti itu, subyektifisme yang pikiran orang lain?
ekstrim dikawinkan dengan formalisme eks - Schneider telah mendidik sejumlah ma-
trim, dengan harapan akan menghasilkan hasiswa untuk mencari keanekaragaman bi-
satu ledakan perdebatan tentang apakah ana-
lisis khusus . . . mencerminkan apa yang "' Dapat dilihat, pandangan Geertz dalam mengkaji
"sesungguhnya" dipikirkan oleh penduduk pandangan penganut 'kognitif reduksionis' (cognitive
reductionist) yang ditujukan pada Goodenough sendiri,
asli atau cuma simulasi yang cerdik . . . walaupun Goodenough menaruh budaya dalam pikiran
Kesalahan ahli kognitif bahwa budaya ter- dan perasaan manusia, Geertz secara nyata memperbaiki
diri atas "fenomena mental yang dapat . . . pandangan tersebut dalam diskusinya mengenai budaya
sebagai terdiri dari sesuatu yang dimiliki bersama dan
dibahas dengan metode formal seperti dalam bersifat umum (public): dan sintesis Geertz terbaru
matematika dan logika" adalah sama meru - mengembangkan pandangan yang sangat dekat dengan
saknya seperti kesalahan kaum behavioris apa yang akan saya paparkan.

ANTROPOLOGI NO. 52 17
dang kultural dalam simbol kekerabatan. Dan reasoning . . . dan mengumpulkan keda -
tidak mengherankan, mereka menemukan- laman sifat dan bentuk pikiran manusia".
nya. Mcneliti salu tingkatan transendental Levi-Strauss tentu telah berusaha mencari
dari simbol kultural dimana pun mereka proses universal dari pemikiran dalam bidang
muncul, kita mungkin juga akan menemukan budaya. Beliau juga mu ngkin telah menggu-
keanekaragaman dalam bidang-bidang yang nakan kata-kata yang sama seperti Boole
lain. Namun banyak di antara kita yang dalam menggambarkan usahanya ini, meski-
percaya bahwa keanekaragaman ini sebagian pun model linguistik yang dipinjamnya pada
besar adalah unsur semu dalam pencarian umumnya adalah formal isme status dari fo-
simbol-simbol kultural yang tidak dipenga- nologi strukturalis.
ruhi bidang-bidang yang lain. Namun ba - Yang penting adalah bahwa ini tam-
nyak di antara kita yang percaya bahwa ke- paknya merupakan satu masa yang penting
anekaragaman ini sebagian besar adalah un- dalam mencari universalitas kultural, meski-
sur semu dalam pencarian simbol-simbol pun bukan untuk menyetujuinya, karena ba-
kultural yang tidak dipengaruhi oleh cara hasa dapat menjadi satu subsistem dari logi-
manusia berpikir, belajar, dan berkomuni- ka dan transduksi (48,49). Dan apa univer-
kasi, dan oleh setting sosial di mana mereka salitas di sini adalah universalitas dari proses,
memainkan peranannya. Apakah sistem ke- dari logika, dan struktur, dari prinsip orga-
kerabatan adalah ranah simbolik yang bera- nisasi, bukan substansinya (48,49). Kemurni-
nekaragam, atau permutasi dari sistem dasar an dari pencarian penunjuk umum dalam
yang sama (dengan demikian Orang asli bahasa substansi dari budaya telah dibica -
Australia dapat masuk ke dalam masyarakat rakan dalam Geertz (25).
New Guinea, atau ke dalam masyarakat Ba- Sampai seberapa jauh universalitas dari
dui (Beduoin) yang tinggal di padang pasir), bahasa akan mencerminkan aturan, ol gika,
dan kemudian langsung dapat memahami dan struktur-dalam, adalah terbuka bagi per-
pembicaraan tentang kekerabatan mereka, debatan yang serius. Chomsky sudah menga-
waktulah yang akan menyelesaikan masalah jukan spesifikasi mendalam yang terinci.
ini. Piaget dll. telah menjawabnya, bahwa baik
Ini menimbulkan masalah yang bersifat kompetensi linguistik maupun kemahiran li-
universal. Apakah dalam budaya non-lingu- nguistik dari kemampuan-kemampuan li-
istik ada pola universal yang sama seperti nguistik yang lain mungkin didasarkan atas
yang muncul dalam bahasa? Dalam linguis - prinsip -prinsip dan strategi kognitif umum.
tik, kemunculan satu tatabahasa yang uni- Dan Piaget mengatakan bahwa sistem kog-
versal di belakang keanekaragaman kalimat- nitif yang sangat bertingkat dan kompleks
kalimat telah menjadi satu tema pembicaraan dibangun atas dasar yang terprogram, melalui
yang penting dalam dasawarsa terakhir ini. keterbu kaan yang progresif, atau "teori-teo-
Khususnya dalam semantik generasi kini, ri" yang makin kompleks tentang dunia (62).
struktur yang paling mendalam dari kalimat Jika kemudian muncul struktur kultural yang
dilihat sebagai proposisi dalam satu "logika universal, maka belum jelas berapa banyak
natural" universal yang mengandung makna, program genetika dan berapa banyak pemur-
satu logika yang sangat sama dengan yang nian kognitif berperan mendasarinya.
dirumuskan oleh Boole dalam bukunya Masalah-masalah di atas menggarisba-
Laws of Thought (1854), di mana dia beru - wahi pentingnya usaha untuk tidak memi-
saha menemukan undang-undang yang men- sahkan satu konsepsi tentang budaya dari
dasar dari kerja pikiran yang menghasilkan pengetahuan kita tentang pikiran. Geertz

18 ANTROPOLOGI NO. 52
yang sadar untuk membawa pengaruh feno- gai satu perangkat mekanisme kontrol (yaitu
menologi, filsafat linguistik, dan simbolik rencana, resep, aturan, instruksi, [atau apa
kc dalam antropologi, tentunya harus awas yang disebut sebagai "program" oleh ahli
sadar bahwa revolusi dalam ilmu pasti alam- komputer) untuk mengendalikan perilaku"
lah yang mendorong kemajuan filsafat mo - (25, h. 57). Tetapi dia, saya pikir, belum
dern, bukan sebaiiknya. menjelajahi dengan sepenuhnya implikasi da-
Satu kemajuan yang pesat dalam pema- ri pandangan ini. Kita akan kurang puas
haman kita mengenai organisasi inteligensi bila kita berhasil melampaui gelombang ke -
pada masa kini mulai mu ncul.17 Dalam ma - ras berikutnya dalam kebijaksanaan mem-
salah internasional—bukan antardisiplin teta- pelajari Husserl, Ryle, dan Wittgenstein.18
pi super disiplin—menggabungkan satu teori Akhirnya, mempelajari simbol kultural
formal tentang inteligensi dan komunikasi sebagai sesuatu yang dimiliki bersama dan
dengan biologi teoretis dan ilmu-ilmu empi- bersifat public (sebagai sesuatu yang berada
ris tentang kognisi, tentang otak manusia, dalam interaksi sosial) melahirkan beberapa
dan tentang pikiran, merupakan tantangan bahaya. Bahaya bukan hanya pada penafsiran
penting. Ini adalah sistem alamiah yang pa- kultural yang menciptakan pola simbolik
ling kompleks. yang konsisten dan terintegrasi (ingat analogi
otak manusia menggabungkan kenyataan yang dibuat Geertz tentang gurita), tetapi
bahwa dia diperoleh melalui pengalaman juga pada keanekaragaman dan perubahan
dan bentuk pembelajaran yang lain ke kultural yang tersembunyi. Sejumlah ke -
dalam satu model tentang dunia. Fakta- anekaragaman dalam versi individu tentang
fakta baru dinterpretasikan melalui mo del- budaya public mungkin bukan hanya seke -
model itu . . . memahami . . . model dunia dar suatu ketidaksempurnaan sosial, tetapi
tersebut, organisasi naturalnya, ke - mungkin merupakan satu keperluan adaptif.
tergantungan mereka pada lingkungan dan Ini adalah satu sumber penting yang dapat
budaya, adalah penelitian yang pelik dan ditarik dan dipilih dalam proses perubahan
mendasar bagi semua disiplin keilmuan
kultural. Premis kultural yang paling abs-
(14, h. 437).
trak tentang apakah budaya itu dan bagai-
Lebih dari satu dasawarsa yang lalu, mana budaya berkaitan satu sama lain, dan
Geertz telah mencatat kemajuan awal pada berkaitan tentang kehidupan manusia, mung-
bidang-bidang di atas, dan bagaimana po - kin bersifat agak seragam dan lambat beru-
tensi pokoknya (23). Pada tahun 1965, bah. Tetapi rencana-rencana dan pola -pola
Geertz menulis bahwa "budaya yang terbaik khusus bagi tindakan manusia adalah ber-
adalah dilihat bukan sebagai kompleks dari beda; dan tidak seperti kwartet Beethoven,
pola tingkah laku yang konkret (yaitu adat- mereka berubah.
istiadat, kebiasaan, tradisi) . . . tetapi seba - Tetapi kita masih berada antara berba -
gai pilihan dari suatu dilema konseptual.
17
Kata inteligensia dalam kalimat tersebut tidak Di satu pihak adalah reduksionisme kognitif
secara sederhana mengacu pada (pengertian) 'otak'
(bruin), baik secara harfiah maupun pengertian kono-
tatif, tetapi representasi sistem formal dari sistem yang '" Sebagaimana ditunjukkan oleh Bateson (10),
memperlihatkan ciri-ciri 'biologi' atau 'mental" dari ada masalah-masalah serius mengenai pengkategori-
pengaturan diri, arah tujuan. dan ciri-ciri pengolahan sasian logika menyangkut pembentukan konsep budaya
informasi dari sistem-sistem kehidupan. 'Biologi for- yang harus diseleksi. Model 'Sibernetika' (cybernetic)
mal' dalam pengertian ini . . . bisa . . . menjadi . . . yang telah menghasilkan penambahan pengertian ten-
suatu teori dari semua organisme, secara alamiah atau tang struktur formal sistem heterarcical, mungkin pen-
buatan (51, h. 49). ting dalam hal ini.

ANTROPOLOGI NO. 52 19
yang kehilangan simbol yang dimiliki ber- Secara analitis, tampaknya mungkin
sama, dan tumpang-tindih antara dunia psi- membedakan suatu kompetensi kultural yang
kologi dari individu dan kode dari makna tidak mencakup keseluruhan dunia psikolo -
dengan konvensi kultural. Di pihak lain ada- gis dari setiap individu. Dan ini memberi
lah satu dunia simbol kultural yang memiliki kita kesempatan untuk menghindari kedua
otonomi dan keseragaman semu, bebas dari butir dilema konseptual di atas.
pengaruh-pengaruh pikiran dan otak yang Budaya, dipandang sebagai satu sistem
digunakan untuk menciptakan, mempelajari. kompetensi yang dimiliki bersama, yang ber-
dan menyadari budaya. variasi antara individu pada hal-hal yang
khusus, adalah bukan semua hal yang dike-
tahui, dipikirkan, dan dipandang individu
Ke Arah Penyelesaian Konseptual
tentang dunianya. Budaya adalah teori se-
Mungkin perbedaan konseptual antara "kom- orang individu tentang apa yang diketahui,
petensi" dan "pcrforman" yang digeluti oleh dipercayai, dan diartikan oleh masyarakat-
orang linguistik dapat memberikan satu jalan nya, teori individu tersebut tentang kode
keluar dari dilema ini. "Kompetensi linguis - yang dipatuhi, tentang permainan yang di-
tik" adalah satu model tentang pengetahuan mainkan, di dalam masyarakat di mana dia
bahasa sendiri yang diperoleh oleh seorang lahir (lihat juga 37). Teori inilah yang di -
native speaker dalam bercakap dan mende - acu oleh seorang native actor dalam menaf-
ngar (proses dari performan linguistik). Da - sirkan hal yang dia kurang akrab (atau hal
lam teori linguistik Chomsky pcrtengahan yang membingungkan), dalam berinteraksi
tahun 1960-an, konsen utama adalah pada dengan orang asing (atau supernatural), dan
kompetensi dari seorang pembicara-pende - dalam setting lain yang terletak di pinggir
ngar yang tahu bahasanya sendiri dengan kehidupan yang digeluti sehari-hari. Dengan
sempurna. Tetapi peningkatan kecanggihan teori ini dia menciptakan panggung tempat
pada kubu transformasional, dan tekanan dari permainan kehidupan dijalankan. Kita dapat
Labov dkk. dalam aliran "variationist", men- mengatakan persepsi aktor individu tersebut
dorong para ahli teori memperhatikan keane- terhadap budayanya sebagai hal yang ber-
karagaman masalah. Bagaimana dan pada sifat eksternal. Jadi, kita bisa mengatakan
tingkat mana kompetensi linguistik dari in- bahwa dapatnya individu secara sadar meng-
dividu bervariasi, telah menjadi isu perde- gunakan, memanipulasi, melanggar, dan
batan hangat yang akan dikaji dengan lebih mencoba untuk mengubah apa yang dipa -
hati-hati pada masa yang akan datang. Apa- hami oleh masyarakat adalah the rules of
kah kita menciptakan satu kompetensi yang the game. Tetapi harap dicatat bahwa "teo -
seragam, atau perbedaan dalam kompetensi ri" aktor tentang budayanya ini, seperti teori
subkelompok (dia lek) atau individu (idiolek) dia tentang bahasanya, mungkin sebagian
adalah pertanyaan tentang strategi belajar besar berada di bawah sadar. Aktor mema -
yang diterapkan terhadap masalah masa kini. tuhi aturan yang tidak disadarinya ada, dan
Kompetensi tetap berbeda dari performan.'1 ' menerima satu dunia yang ada "jauh di luar
sana" yang telah mereka ciptakan sendiri
dengan menggunakan pola-pola pikiran yang
" Kesulitan utama dalam menentukan batas an-
sudah terbentuk secara kultural.
tara kemampuan (competence) berbahasa penduduk se-
tempat dan pengetahuan budaya dalam menghadapi
ruhi ahli antropologi yang memulai pada bagian yang
kebutuhan untuk mengkaji kondisi-kondisi penting (pre-
membingungkan, yang juga sedapat mungkin dihindari
supposition). Perembesan batas tidak perlu mempenga-
oleh para ahli bahasa.

20 ANTROPOLOGI NO. 52
Kita dapat mengerti bahwa tidak setiap jadi alat penekan dan kekuatan pemecahan.
individu memiliki teori tentang kode kultu- Ini telah memisahkan kemajuan dalam ilmu
ral yang persis sama, bahwa tidak setiap in - linguistik dari kemajuan dalam ilmu psiko-
dividu tahu semua sektor dari budayanya. logi, antropologi, dan biologi. Dan sebagai
Jadi satu dcskripsi kultural sclalu merupakan yang telah dikatakan Labov dkk., ini telah
bangunan yang abstrak. Tergantung kepada memp ersempit data base dari penelitian li-
tujuan kajian, kita, seperti ahli linguistik, nguistik.2"
dapat menyusun distribusi dari variasi kom- Saya percaya bahwa jika ahli antropo-
petensi antara subkelompok, antara peranan, logi mengkonsepsikan "budaya" sebagai hal
dan antara individu. Dan seperti ahli lingu- yang dapat dipadankan dengan "kompetensi"
istik, kita dapat mengkaji proses perubahan linguistik secara epistemologi dan logika,
baik dalam kode konseptual maupun dalam mereka seharusnya berbuat begitu hanya da-
pola -pola perilaku sosial (37). lam konsern yang lebih luas terhadap "per-
Pengkonsepsian budaya sebagai satu pe- forman" sosiokultural. Satu konsepsi idea-
rangkat komp etensi yang menyebar secara tional mengenai budaya "kurang membantu
tidak merata dalam satu masyarakat (namun kita jika kita mengeluarkan sistem abstrak
sebagian terdapat dalam pikiran individu), yang kita ciptakan dari dunia fenomenal,
memungkinkan kita untuk mengarahkan se- dan menguji ' i n i ' untuk mengetahui bagai-
jumlah pengetahuan tentang struktur pikiran mana ' i n i ' digabungkan. Tetapi "budaya"
dan otak, dan organisasi formal dari inteli- dapat membantu kita jika kita menggunakan-
gensi. Meskipun tidak seorang pun dari na- nya dalam menyelesaikan benang kusut
tive actor yang tahu keseluruhan budayanya saling hubungan yang ruwet dalam dunia
(dan masing-masing aktor mempunyai vari- itu" (48, h. 326).
an dari kode budayanya), budaya dalam Karena itu saya setuju dengan Schnei-
pandangan seperti ini disusun tidak seseder- der bahwa budaya sebagai sistem ideasional
hana seperti sejumlah simbol yang disusun seharusnya ditelusuri dan dipetakan dalam
oleh seorang analis, tetapi sebagai satu sys- ungkapan-ungkapan mereka sendiri, tidak da-
tem of knowledge, yang dibentuk dan dipe- lam ungkapan-ungkapan dari bidang sosial.
ngaruhi oleh cara otak manusia memperoleh, Namun saya tidak setuju dengan kesimpul-
mengorganisasikan, dan memproses in for- an Schneider bahwa kajian tentang budaya
masi dan menciptakan "model internal dari dapat dicari secara lebih menguntungkan jika
rcalitas" (16, 38, 39). Konsep budaya se- tidak "tercemar" oleh kajian tentang setting
perli ini membebaskan kita dari bahaya yang sosial dan ekologi tempat manusia berin -
mungkin muncul dari reduksionisme kog - teraksi. Alasan-alasan saya adalah demikian.
nitif dan idealisme ngambang.
(I) Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi
Sampai pada litik ini saya telah meng-
perhatian utama ahli antropologi tidak se-
anjurkan agar kita berpaling kepada ahli
luruhnya pertanyaan-pertanyaan tentang bu-
linguistik dalam menggunakan panduan kon-
daya sebagai sistem ideasional. Kita ingin
septual. Namun, bagaimanapun, ahli linguis -
memahami bagaimana kelompok-kelompok
tik (setelah memisahkan kompetensi dari per-
manusia mengorganisasikan dan melestari-
forman) pada umumnya telah memilih un -
tuk hanya mengkaji kompetensi. Hal ini t i -
-'" Atau secara lebih akurat, dalam kemampuan
dak hanya menempatkan linguistik modern pemakai bahasa penduduk setempat dalam mengkomu-
pada satu menara gading yang dikelilingi nikasikan pranata mereka tentang kalimat (sentence)
oleh satu dunia di mana bahasa telah men- yang diajukan oleh ahli bahasa.

ANTROPOLOGI NO. 52 21
kan kehidupan sosial mereka. Bagaimana lapangan sepakbola adalah beberapa di an-
biologi dan pengalaman hidup berinteraksi tara tempat-tempat tersebut (70, dikutip da -
ketika individu-individu menjadi anggota lam 23). Makna dimiliki bersama oleh orang-
yang berfungsi dalam suatu masyarakat, dan orang yang justru mengkonsepsikan budaya
bagaimana sifat dari pengalaman itu mem- berbeda satu dengan yang lain (48). Tetapi
bentuk kepribadian. Berapa persamaan—dan ini adalah suatu kemisteriusan yang dicapai
berapa perbedaan—cara berpikir dan cara bukan dalam kekosongan hipotetis (satu bi-
berpersepsi manusia dalam waktu dan tem- dang simbolik), tetapi dalam penerapan ber-
pat yang berlainan. Bagaimana cara kehidup- sama hal yang umum terdapat hal yang
an berubah, dan apa yang menentukan pem- khusus, yang pribadi terhadap yang sosial.
bentukannya dalam setting tertentu.
Kita tidak dapat memahami kehidupan (3) Untuk memahami perubahan dan
masyarakat lain hanya dengan cara memeta- keanekaragaman, kita hams melihat budaya
kan budaya mereka, meskipun kita tidak sebagai elemen -elemen dalam sistem si-
dapat memahami bahkan mencatat peristi-wa- bernetik yang kompleks, dari manusia-dalam-
peristiwa dalam dunia mereka tanpa me - lingkungan. Satu model ideasional tentang
mahami "model internal dari realitas" mereka budaya, dalam isolasi, mencegah pengertian
(lihat 15, 37). Saya sudah pernah mengilus- kita untuk berubah dan beradaptasi. Sebagai
trasikan hal ini dengan contoh Trobriand bagian dari skema konseptual yang kom-
(47, h. 404:50, h. 441). Satu model kompe- pleks, bagaimanapun, model budaya yang
tensi dari budaya Trobriand mengatakan ke- seperti ini memperkaya pemahaman kita ten-
pada kita tentang kelas benda-benda, orang, tang perubahan dan membantu kita dalam
dan peristiwa apa yang ada, dan dalam je - memperbaiki model ekologis/adaptionist yang
nis dunia seperti apa mereka hidup. Model terlalu sedehana.
kompetensi ini akan memberikan aturan ten- Budaya harus melahirkan pola-pola ke -
lang bagaimana cara berkebun, cara mene- hidupan yang langgeng dalam ekosistem.
lusuri kekerabatan, cara melakukan pertu- Tetapi ini tidak berarti bahwa seleksi natu-
karan, dan cara bermukim. Tetapi model ini ral memangkas dan membentuk sistem idea-
tidak bercerita apa-apa tentang pola pemu - sional dengan cara yang sederhana dan lang-
kiman, kelompok kekerabatan, produksi per- sung. Pola kehidupan sosial dalam satu ko-
tanian, atau aliran pertukaran, berapa jum- munitas bukanlah satu perwujudan sederha-
lahnya orang Trobriand, dan di mana mereka na dari program kultural yang dimiliki ber-
tinggal. sama. Seperti dikatakan Homans, "masalah
utama dalam ilmu-ilmu sosial adalah seperti
(2) Kemisteriusan dari simbol yang di- dikatakan Hobbes: Bagaimana perilaku
miliki bersama, dan kemisteriusan dari per- individu-individu menciptakan ciri-ciri ke-
temuan pikiran -pikiran individu, bukanlah lompok?" (46, h. 106). Perilaku individu di-
satu kemis teriusan yang terjadi pada tataran pandu, disalurkan, dan dikendalakan oleh
kultural yang abstrak dan tinggi, sebagai prinsip-prinsip dan aturan-aturan kultural ten-
yang dianggap oleh Geertz, ahli fenomeno- tang permainan hidup dan tentang bagaimana
logi, dan ahli etnometodologi. Ini adalah ke - permainan hidup ini dimainkan. Tetapi, di-
misteriusan yang terjadi pada setting sosial. pihak Iain, perilaku individu-individu ini pu-
Dia menjadi satu dengan interaksi sosial lalah yang menciptakan kehidupan sosial
yang umum. Pikiran bukan satu "tempat" ketika mereka membuat pilihan, mencari
metaforikal. . . . Papan catur, pelataran dan strategi, memaksimumkan nilai, membentuk

22 ANTROPOLOG1 NO. 52
koalisi, dst. (5, 7-9, 46).:l Aturan-aturan sedang diusahakan untuk menutupi jurang
permainan sendiri diciptakan dan diubah oleh ini dan mengatasi misteri otak23 (lihat misal-
pola permainan yang diaturnya, dalam suatu nya 4, h. 64).
dialektika yang tiada henti. Tetapi, ketika para pakar mulai menu -
Hal yang dibentuk secara langsung oleh lis etnografi seperti robot dan menjelajahi
tekanan selektif adalah bagaimana manusia struktur "memori" secara matematis dan bio-
hidup, bukan bagaimana mereka mengkon- logis —model internal dan realitas—berbagai
sepsikan permainan kehidupan. Selanjutnya, bagian dari pikiran menolak perwujudan for-
otak (yang memungkinkan manusia untuk mal. Adalah menarik untuk memperhatikan
menanggulangi masalah kelangsungan hidup bahwa bukanlah fungsi logika dan pikiran,
dalam berbagai lingkungan) menawarkan har- tetapi fungsi "otomatis" yang berada di ba -
ganya sendiri: upacara, mitos, kosmologi, wah sadarlah yang menolak pekerjaan peng-
dan sihir mungkin merupakan adaptasi ter- analisisan.24
hadap tekanan psikis manusia (kekuatiran, Hal ini menandakan bahwa mungkin
frustasi, ketakutan, dan ketidaktahuan) seka- terdapat hambatan-hambatan yang mendasar
ligus merupakan adaptasi terhadap tekanan pada usaha kita untuk membukakan, dalam
dari lingkungan luar. cara formal, apa yang "diketahui" manusia
(4) Untuk mengkaji budaya sebagai tentang hal yang memungkinkan mereka ber-
buat seperti apa yang telah mereka lakukan.
sistem ideasional tanpa pemetaan lingkaran
Anjuran George Miller mengungkapkan dile-
sibernetik yang kompleks 22 (yang menghu -
ma ini demikian:
bungkan budaya dengan sistem sosial, de -
ngan ekosistem, dan dengan psikologi dan Seandainya kita dapat mengetahui aturan-
biologi dari individu) akan membuat anali- aturan yang belum diformulasikan [se-
sis kultural menjadi suatu usaha pencarian
misteri. Satu usaha yang terisolasi dari " Model 'Sibernetika' (Cybernetic) membantu
menjelaskan hubungan dari 'bahasa pikiran' (mind lan-
disiplin -disiplin ilmu sekelilingnya, pada guage) ke 'bahasa otak' (brain language), tetapi se-
tingkat ketika dorongan besar pengetahuan bagaimana Mackay (55, p. 465) membantah, bahkan jika
ilmiah dilontarkan. seluruh operasi dalam pikiran dapat secara mendasar
dihubungkan dengan proses dalam otak, masih ada satu
(5) Dalam gerak kemajuan ini, satu ironi kebutuhan penting bagi 'bahasa pikiran' (mind language).
yang lebih besar mungkin muncul. Budaya Pandangan 'Reduksionis Neurosikologi' (Neuropsxco-
logy Reductionism) seperti bentuk 'reduksionalisme' (re-
sebagai sistem pengetahuan mungkin hanya duclionalism) lainnya, telah mengalahkannya.
sebagian yang dapat dideskripsikan dalam 24
"Kemajuan yang baik telah dibuat dalam seni ..
bahasa formal yang kita kuasai. Meski ter .'programing'". Sebagai contoh robot yang hanya mem-
butuhkan beberapa menit untuk membuktikan lebih dari
dapat kemajuan yang mengesankan dalam
200 teori Whitehead dan Russell: 'Principia Mathe-
model sibernetik cara sistem saraf pusat matica'. Sebagian dari pembuktian tersebut, lebih baik
memproses dan mengorganisasikan informa - dari yang pernah dilakukan sebelumnya. Tetapi, kemam-
si, namun juga terdapat jurang yang luas puan robot mempunyai batas tertentu. Sebagai contoh,
tidak ada satu robot pun yang dapat membaca berbagai
antara model dan apa yang dicapai otak se- alamat yang ditulis tangan, bahkan alat penyortir yang
cara efisien dan cepat. Beberapa kemajuan biasa digunakan di Kantor Pos . . . suatu fungsi . . . yang
sederhana dan jauh dari sifat-sifat intelektual, lebih sulit
21 untuk dibuat otomatis dan pada fungsi-fungsi lain yang
Pembedaan oleh C.F. Freilich antara 'layak'
kita anggap mencirikan intelektual . . . untuk fungsi-fung-
(proper) dan 'cerdas' (smart) dalam pengkonseptuali- si yang secara tidak sadar telah menjadi bagian (dari kita),
sasikan yang sedikit berbeda dari bidang budaya dan
tidak ada proses otomatisasi yang memuaskan, yang telah
sosial. diciptakan (74 p. 46; cf 17,85).
22
Dalam hal ini, dirintis oleh Rappaport (66-68).

ANTROPOLOGI NO. 52 23
perti pengetahuan implisit kita tentang netik untuk menemukan bidang-bidang yang
aturan gramatikal], dapatkah kita menge- akan menghasilkan pemahaman itu. Mereka
tahui aturan-aturan yang mengatur cara kurang dapat melakukannya tanpa bantuan
kerja pikiran manusia, yang tidak dapat ahli antropologi. Tetapi saya setuju dengan
dibuat secara eksplisit oleh pikiran manu-
Geertz bahwa bila usaha-usaha tersebut dapat
sia, meskipun level inteligensi dan per-
lengkapan simboliknya tidak dapat mem- dikembangkan, kita harus tetap berakar pada
buat eksplisit? (59, h.!92).2S prinsip usaha menginterprestasikan perilaku
dan pikiran manusia nyata dalam setting so-
Ini bukanlah dimaksudkan untuk me-
sial yang nyata.
nyimpangkan penelitian tentang inteligensi.
Ini hanya sekedar mengingatkan bahwa mes- (6) Argumen penting terakhir dalam
kipun kekuatan otak adalah terpusat, namun rangka mengaitkan konsepsi ideal tentang
kemungkinan untuk menganalisis satu sis - budaya dengan dunia sosial dan ekologis
tem kultural (dalam pengertian yang sem- yang konkret adalah bahwa "budaya" seha-
purna) menemukan dan menggambarkan rusnya punya potensi untuk menghapuskan
strukturnya masih tetap jauh. Mungkin akan dirinya.26 Seperti konsep ahli linguistik ten-
tetap itu selamanya. Untuk mengabstraksikan tang "kompetensi", dalam jangka panjang
satu level "simbol kultural" menurut ca ra budaya mungkin dapat berubah menjadi
yang diusulkan Schneider, tampak hanya tangga-penopang (steger) yang harus dibong-
merupakan jalan keluar semu dari dilema kar ketika struktur yang lebih solid dan
ini. Kenyataan bahwa pikiran ahli antropo- langgeng telah dapat dibangun. Pernyataan
logi dapat menemukan "level" kultural terse- ini menekankan sifat "kesementaraan" dari
but membuktikan adanya kekuatan besar budaya.
yang membuat manusia jadi "manusia". Te- Sampai seberapa jauh tindakan manusia
tapi ini hanya menolong sedikit bagi penje - dibimbing oleh kode umum itu (atau budaya,
lasan tentang bagaimana manusia berpikir, atau satu teori tentang dunia dan tentang
bertindak, dan memandang. permainan kehidupan sosial yang dapat di-
Geertz sudah mengingatkan bahwa gra- uraikan melalui kekhususan pengalaman hi-
mmar kultural sepcrti yang dirumuskan ahli- dup pribadi masing-masing individu dalam
ahli "etnografi baru" adalah begitu tidak dunia kehidupan sosial yang umum)? Kajian
mungkin untuk mencapai manusia tentang John Haviland tentang gosip pada masyara-
dunia mereka. Inilah yang mendorong Geertz kat Zinacantan, dari sudut pandang kognitif,
untuk memutuskan bahwa usaha ahli antro- memberi contoh nyata tentang pertanyaan di
pologi untuk dicapai karena sangat rumitnya atas.
apa yang diketahui grammar kultural ini pa- Kita umumnya menganggap kem-
ling banter adalah pada tingkat "deskripsi pentensi kultural seseorang terdiri atas
yang mendalam". Ketimbang melakukan "de- kode-kode . . . . Skema konseptual mem-
coding" atau eksplanasi, Geertz lebih memi- punyai eksistensi bebas sebelum adanya
lih untuk melakukan interpretasi. Saya tidak konfigurasi khusus binatang, setiap per-
setuju dengan Geertz kalau itu diartikan se- angkat kerabat yang nyata . . . . Tetapi,
dalam gosip, peristiwa-peristiwa tidak ter-
bagai penyerahan tugas kepada ahli siber-
duga membentuk prinsip umum, karena
;
' Pandangan Van Foorster yang tidak tampak semuanya ada di sana. Dalam gosip, dunia
menunjukkan pemikiran yang sama: 'Hukum alam dibuat
manusia, Hukum biologi harus dibuat dengan sendirinya' 26
Lihat Bateson (10) pada konsep prinsip-prinsip
(82 p. 5). dormitive dalam ilmu sosial.

24 ANTROPOLOGI NO. 52
lebih dari sekedar skema dan kode-kodc dan bertindak dengan cara meneliti dunia
ideal. . . Banyak dari kompetensi kultu- tenomenologi yang paling dekat dan lang -
ral sang aktor terletak pada pengetahuan sung, yaitu kehidupan sehari-hari yang nyata.
yang luas mengenai hal-hal yang mungkin
terjadi, hal-hal kecil yang tidak saling
berkaitan. Kesimpulan
Pengamatan terhadap orang-orang
yang bertingkah laku menurut aturan kul- Saya kira kita perlu bekerja dari berbagai
tural mereka, melalui gosip, juga mem- arah. Menginterpretasikan adu ayam di Bali
perlihatkan kepada kita tentang ketololan dan gosip di Zinacantan memberi penjelas -
kepercayaan kita bahwa budaya memberi an tentang kondisi manusia dari satu pers -
perangkat aturan ideal yang digunakan pektif yang penting meskipun (atau, karena)
kepada sejumlah orang, tempat, benda,
apa yang memungkinkan kejadian itu ter-
dan peristiwa. Kemungkinan-kemungkinan
kejadian dalam kehidupan membangun jadi, bagi ahli antropologi dan masyarakat
aturan-aturan baru, bahkan merubahnya setempat, tidak dapat dicatat dengan rapi.
aturan itu sepanjang waktu . . . . Dalam Pengkajian tentang upacara dan adaptasi eko-
gosip, pemahaman seseorang tentang kode logi di New Guinea memberi penjelasan
kultural tergantung pada setting tertentu, tentang sisi lain dari kondisi manusia. Kita
pada susunan pengalaman dan pengeta- mungkin akan kehilangan keterkaitan antara
huan masa lalu, yang relevan dengan pe- kedua sisi kehidupan manusia di atas jika
nerapan undang-undang dan standar ter- kita tidak punya pandangan yang luas ten-
tentu terhadap fakta yang dihadapi (43,
tang sistem kompleksitas alam. Pada waktu
h.279-80).27
yang sama, usaha-usaha untuk menetapkan
Apakah aktor manusia mengkonsepsikan budaya sebagai sistem ideasional dalam. kait-
"sistem" dengan cara yang sistimatik, dan annya dengan pemahaman tentang pikiran
menggunakan model umum ini untuk me- dan otak, seharusnya memungkinkan peneli-
mandu tindakan dan pemahaman mereka da- tian yang lebih jelas terhadap organisasi
lam suatu sosial yang konkret? Jika tidak, pengalaman dan sifat kedalaman dari variasi
satu susunan umum model kompetensi kul- dunia pemikiran manusia.
tural dalam jangka panjang akan kurang Menerima budaya sebagai satu subsis -
membantu kita untuk memahami performan tem ideasional didalam satu sistem yang
dalam setting kehidupan nyata yang konkret. luar biasa kompleksnya (biologis, sosial, dan
Ini masih merupakan tanda tanya. simbolik), dan menurunkan model abstrak
Haviland sampai pada kesimpulan yang kita pada kekhususan-kekhususan yang kon-
sama dengan Greetz, bahwa pada masa kini, krit dari kehidupan sosial manusia, seha-
hal yang terbaik bagi kita adalah berharap rusnya memberi kemungkinan bagi dialek-
untuk menemukan pemahaman dan interpre- tika untuk menghasilkan pengertian yang le-
tasi, bukan prediksi dan eksplanasi. Selan- bih dalam. Apakah konsep tentang budaya
jutnya mungkin kita dapat memperoleh pe- akan direvisi secara cepat, diinterpretasikan
ngetahuan yang paling penting tentang ba- secara radikal, atau hilang dengan cepat,
gaimana manusia memahami, memandang, dalam jangka panjang tidak begitu menjadi
persoalan, selama konsep ini telah mendo-
" Dikutip atas izin dari disertasi Dr. Haviland (43) rong kita untuk menyelidiki pertanyaan-per-
yang telah diperbaiki secara ekstensif untuk kepentingan tanyaan strategis dan untuk melihat hubung-
penerbitan (sebagai buku).
an-hubungan yang akan hilang.

ANTROPOLOGI NO. 52 25
Daftar Pustaka

1. Agar, M.
1973 Urban Heroin Addicts. New York: Seminar Press.

2. Alland, A.
1972 The Human Imperative. New York: Columbia University Press.
1972 Evolution and Human Behaviour. New York: Doubleday, 2nd. ed.

3. Arbib, M.
1973 The Metaphorical Brain. New York: Wiley.

4. Bailey, F.
1969 Stratagems and Spoils: A Social Anthropology of Politics. New York: Schocken.

5. Barnes, J.A.
1971 Three Styles in the Study of Kinship. London: Tavistock.

6. Barth, F
1966 Models of Social Organization. Royal Anthropological Institute. Occasional Pa-
pers 23.

7. Barth, F.
1966 Anthropological Models and Social Reality. Proc. Royal Society No. 165:
20-35.

8. Barth, F.
1967 On the Study of Social Change. American Anthropologist, No. 69: 661-69.

9. Bateson, G.
1972 Steps to an Ecology of Mind. Philadelphia: Intext.

10. Binford, L.
1968 Post-Pleistocene Adaptations. Dalam New Perspective in Archaelogy. ed. L.R.
Binford dan S.R. Binford. 313^2. Chicago: Aldine
11. Boon, J.A.
1972 From Symbolism to Structuralism: Levi-Strauss in Literary Tradition. Oxford:
Blackwell: New York: Harper and Row.

12. Boon, J.A.


1972 Further Operations of 'Culture' in Anthropology: A Synthesis of and for Debate.
Social Science Quarterly.
13. Bremermann, H.J.
1970 Principles of Natural and Artificial Intellegence. Dalam Principles and Prac
tice of Bionics, ed. H.E. Von Gierke, W.D. Keidel, H.L. Oestreicher. 425-46.
Slough. England: Technivision.

26 ANTROPOLOG1 NO. 52
14. Chomsky, N.
1959 Review of Verbal Behavior by B.F. Skinner. Language 35: 26-59.

15. Craik, K.J.W.


1943 The Nature of Explanation. Cambridge: Cambridge University Press.

16. Dreyfus, H.L.


1972 What Computers Can't Do: A Critique of Artificial Reason. New York: Harper
and Row.

17. Frake, CO.


1964 A Structural Description of Subanun 'Religious Behavior'. Dalam Explorations
in Cultural Anthropology, ed. W.H. Goodenough. 111-29. New York: McGraw-
Hill.

18. Freeman, J.D.


1970 Human Nature and Culture. Dalam Man and the New Biology ed. R.G. Slatyer
et. al. 50-75. Canberra: Australia National University Press.

19. Freilich, M.
1972 Manufacturing Culture: Man the Scientist. See Ret". 21, 267-323.

20. Freilich, M.
1972 The meaning of Culture: A Reader in Cultural Anthropology. Lexington, Mass:
Xerox Corp.

21. Geertz, C.
1957 Ritual and Social Change: A Javanese Example. American Anthropologist. 59: 991-
1012.

22. Geertz, C.
1962 The Growth of Culture and Evolution of Mind. Dalam Theories of the Mind,
ed. J. Scher, 713^0. Glencoe, III: Free Press.

23. Geertz, C.
1964 Ideology as a Cultural System. Dalam Ideology and Discontent, ed. D. Apter,
47-56. Glencoe III: Free Press.

24. Geertz, C.
1965 The Impact of the Concept of Culture on the Concept of Man. Dalam New
Views on the Nature of Man, ed. J.R. Platt, 93-118. Univ. Chicago Press.

25. Geertz, C.
1966 Religion as a Cultural System. Dalam Anthropological Approaches to the Study
of Religion, ed. M. Banton, 1-46. London: Tavistock.

26. Geertz, C.
1966 Person, Time, and Conduct in Bali: An Essay in Cultural Analysis. Yale South-
east Asia Program, Cult. Rep. Ser. No. 14.

ANTROPOLOG1 NO. 52 27
27. G e e r t z , C .
1967 The Cerebral Savage: On the World of Claude Levi -Slrauss. Encounter 28:
25- 32.

28. G e e r t z , C .
1972 D e e p P l a y : N o t e s o n t h e B a l i n e s e C o c k F i g h t . D a e d a l u s 1 0 1 : 1 -37.

29. G e e r t z , C .
1973 T h e I n t e r p r e t a t i o n o f C u l t u r e . N e w Y o r k : B a s i c B o o k s .

30. G e e r t z , C .
Common Sense as Cultural System. Akan diterbitkan dalam Antioch Review.

31. G o o d e n o u g h , W . H .
1957 Cultural Anthropology and Linguistic. Dalam Report of the Seventh Annual
R o u n d T a b l e M e e t i n g o n L i n g u i s t i c s a n d L a n g u a g e S t u d y , ed. P. Garvin. Wa -
shington D.C.: Georgetown Univ. Monogr. Ser. Lang, and Ling.

32. G o o d e n o u g h , W . H .
1961 Comment on Cultural Evolution. Daedalus 90: 521-28.

33. G o o d e n o u g h , W . H .
1963 C o o p e r a t i o n i n C h a n g e s . N e w Y o r k : R u s s e l l S a g e F o u n d .

34. G o o d e n o u g h , W . H . e d , .
1964 I n t r o d u c t i o n t o E x p l o r a t i o n s i n C u l t u r a l A n t h r o p o l o g y , 1- 2 4 . N e w Y o r k : M c
G r a w - Hill.

35. G o o d e n o u g h , W . H .
1970 D e s c r i p t i o n a n d C o m p a r i s o n i n C u l t u r a l A n t h r o p o l o g y . C h i c a g o : A l d i n e .

36. G o o d e n o ug h , W . H .
1971 C u l t u r e , L a n g u a g e , a n d S o c i e t y . M c C a l e b M o d u l e i n A n t h r o p o l o g y . R e a d i n g ,
Mass: Addison- Wesley.

37. G r e g o r y , R . L .
1969 O n H o w L i t t l e I n f o r m a t i o n C o n t r o l s s o M u c h B e h a v i o r . D a l a m T o w a r d a T h e -
oritical Biology, Vol.1, ed. C.H.Waddington. Chicago: Aldine.

38. G r e g o r y , R . L .
1970 I n f o r m a t i o n P r o c e s s i n g i n B i o l o g i c a l a n d A r t i f i c i a l B r a i n s . D a l a m P r i n c i p l e s a n d
Practice of Bionics, cd. H.E. Von Gierke, W.D. Keidcl, H.L. Oestrcicher, 73 -80.
S l o u g h , E n g l a n d : T e c h n i v i s i o n.

39. H a r r i s , M .
1964 The Nature of Cultural Things. New York: Random House.

40. H a r r i s , M .
1968 The Rise of Cultural Theory. New York: Crowell.

28 ANTROPOLOG1 NO. 52
41. Harris, M.
1969 Monistic Determinism: Anti Service. Southwestern Journal Anthropology, 25.2:
198-206.

42. Haviland, J.B.


1972 Gossip, Gossips, and Gossiping in Zinacantan. PhD. thesis. Harvard Univ.
Cambridge, 281 pp.

43. Hewes, G.W.


1973 Primate Communication and the Gestural Origin of Language. Current Anthro
pology, 14: 5-24.

44. Holloway, R.J Jr.


1969 Culture: a Human Domain. Current Anthopology 10: 395^407.

45. Homans, G.C.


1967 The Nature of Social Science. New York: Harcourt, Brace & Jovanovitch.

46. Keesing, R.M.


1970 Toward a model of role analysis. A Handbook of Method in Cultural Anthopo
logy. ed. R. Naroll, R. Cohen, 423-53. Garden City, New York: Natural History
Press.

47. Keesing, R.M.


1972 Paradigms Lost: The New Ethnography and the New Linguistics. Southwestern
Journal Anthropology. 28: 299-332.

48. Keesing, R.M.


1974 Transformational Lingusitics and Structural Anthropology. Cultural Hermeneu-
tics. Dalam penerbitan.

49. Keesing, R.M., Keesing, F.M.


1971 New Perspectives in Cultural Anthropology. New York: Holt, Rinehart &
Winston.

50. Laing, R.
1972 Artificial Organisms and Autonomous Cell Rules. Journal ofCynbernetics 2, 1.

51. Lakofff, G.
1971 Presupposition and Relative Well-Formedness. Dalam Semantics: An Interdis-
ciplinary Reader, ed. L. Jakobovits, D.Steinberg, 329^00. Cambridge Univ.
Press.

52. LeVine, R.A.


1973 Culture, Behaviour, and Personality. Chicago: Aldine.

53. Levi-Strauss, C.
1971 Mythologiques, IV: L'homme Nu. Paris: Plon.

ANTROPOLOGI NO. 52 29
54. M a c K a y , D . M .
1970 D i g i t s a n d A n a l o g u e s . S e e R e t ' . 3 9 , 4 5 9 - 6 6 .

55. Meggers, B.J.


1971 A m a z o n i a : M a n a n d N a t u r e i n a C o u n t e r f e i t P a r a d i s e . C h i c a g o : A l d i n e .

56. Metzger, D., Williams, G.


1963 A Formal Ethnographic Analysis of Tenejapa Ladino Weddings. American
Anthropologist. 65: 1072- 1101.

57. Miller, G.A.


1970 Four Philosophical Problems of Psycholinguistics. Phil.Sci. June: 183-99.

58. Montagu, M.F.A., Ed.


Culture: Man's Adaptive Dimension. London: Oxford Univ. Press.

59. Newell, A.
1970 Remarks on the Relationship between Artificial Intelligence and Cognitive Psy-
chology. Dalam Theoretical Approaches to Non-Numerical Problem Solving,
ed. R. Banerji, D. Mesarovic. Berlin: Springer-Verlag.

60. Norman, D.A., Ed.


1970 Models of Human Memory. New York: Academic.

61. Piaget, J.
1970 Piagefs Theory. In Carmichael's Manual of Child Psychology, ed. P.H. Mussen,
I: 803-32. New York: Wiley. 3rd ed.

62. Popper, K.A.


1961 The Poverty of Historicism. London: Routledge and Kegan Paul.

63. Pribram, K.H., Broadbent, D.E., Eds.


1970 Biology of Memory. New York: Academic.

64. Rappaport, R.
1967 Pigs for the Ancestors: Ritual in the Ecology of a New Guinea People. New
Haven: Yale Univ. Press.

65. Rappaport, R.
1971 Ritual, Sanctity and Cybernetics. American Anthropologist, 73: 59-76.

66. Rappaport, R.
1971 The Sacred in Human Evolution. Annual Review Ecological System. 2: 22-44.

67. Rappaport, R.
1971 Nature, Culture, and Ecological Anthropology. Dalam Man, Culture and So -
ciety, ed. H. Shapiro, 237-67.

68. Rosch, E.
1974 Universals and Cultural Spesifics in Human Categorization. Dalam Cross-

30 ANTROPOLOGI NO. 52
Cultural Perspectives on Learning, cd. R. Brcslin, W. Lonner, S. Bochner. New
York: Sage.

69. Rylc, G.
1949 The Concept of Mind. New York: Barnes and Noble.

70. Schneider, D.
1968 American Kinship: A Cultural Account. Englewood Cliffs, New York: Prentice-
Hall.

71. Schneider, D.
1972 What is Kinship All About? Dalam Kinship Studies in the Morgan Memorial
Year. ed. P. Reinig, 32-63. Washington, D.C: Anthropol. Soc. Washington.

72. Schneider, D. Smith, R.


1973 Class Difference and Sex Roles in American Kinship. Engelwood Cliffs. N. J.:
Prentice-Hall.

73. Schuh, J.F.


1969 What a Robot Can and Cannot Do. Dalam Survey of Cybernetics: A Tribute
to Norbert Weiner, ed. J. Rose, 29^6. New York: Gordon and Breach.

74. Service, E.R.


1968 The Prime Mover of Cultural Evolution. Southwestern Journal of Anthropology
24, 4: 396- 409.

75. Singer, M.
1968 Culture International Encyclopedia Social Sciences 3: 527—43.

76. Spradley, J.P.


1970 You Owe Yourself a Drunk: An Ethnography of Urban Nomads. Boston: Little,
Brown.

77. Spradley, J.P.


1972 Foundations of Cultural Knowledge. Dalam Culture and Cognition: Rules,
Maps, and Plans, ed. J.P. Spradley, 3-40. San Francisco: Chandler. 400 pp.

78. Tulving, E. Donaldson.


1972 Organization of Memory. New York: Academic.

79. Tyler, S.A.


1969 Introduction. Dalam Cognitive Anthropology, cd. S.A. Tyler, 1-23. New York:
Holt, Rinehart, and Winston.

80. Vayda, A.P., Rappaport, R.A.


1968 Ecology, Cultural and Noncultural. Dalam Introduction to Cultural Anthropol-
ogy, ed. J.A. Clifton, 477-97. Boston: Houghton Mifflin.

ANTROPOLOGI NO. 52 31
81. Von Foerstcr, H.
1972 Rcsponsibililics of Competence. Journal Cybernetics 2, 2: 1-6.

82. Wallace, A.F.C.


1965 "Driving lo Work". Dalam Context and Meaning in Cultural Anthropology, ed.
M.E. Spiro. Glcncoc, 111.: Free Press.

83. Wallace, A.F.C.


1970 Culture and Personality. New York: Random House. 2nd ed.

84. Walter, W.G.


1969 "Neurocybernetics: Communication and Control in the Living Brain". Dalam
Survey of Cybernetics, ed. J. Rose. London: Gordon and Breach.

32 ANTROPOLOG1 NO. 52

Anda mungkin juga menyukai