Sekretariat :
Jl. Cempaka Putih Barat XI / T No. 48
RT 005 RW 011 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10520
Telp. : (021) 42872484, 081315420122, 0817716228
Fax : (021) 42872484
Email : forum_komunikasi@yahoo.com
Website : www.fkpkbm.or.id
Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi 1
BAB I PENDAHULUAN
1. Lahirnya PKBM di Indonesia 2
2. Pentingnya Konsep PKBM 3
3. Pengembangan Konsep PKBM 4
BAB VI PENUTUP 43
BAB I
PENDAHULUAN
Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak
cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat
buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat
kemiskinan dan sebagainya.
Sesungguhnya pendidikan non formal telah dikenal dalam peradaban manusia jauh
sebelum adanya pendidikan formal dan sistem persekolahan. Namun pembinaan
pendidikan nasional selama ini masih didominasi oleh pendidikan formal. Pembinaan
pendidikan non formal dilakukan oleh pemerintah hanya melalui berbagai pendekatan
proyek yang bersifat sementara dan kadangkala tidak berkelanjutan. Cakupannyapun
masih sangat terbatas pada beberapa jenis kebutuhan pendidikan yang bersifat
nasional. Sementara pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat
masih bertumpu pada jenis-jenis pendidikan yang memiliki nilai komersial sehingga
dapat ditarik pembayaran dari masyarakat untuk membiayai kegiatan pendidikan
tersebut.
fasilitator. Hal ini terlihat dari berbagai naskah deklarasi antara lain deklarasi Jomtien,
Dakar, dan sebagainya.
Salah satu upaya konkrit untuk mengimplementasikan gagasan tersebut adalah dengan
mendorong dan memotivasi terwujudnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
atau Community Learning Centre. PKBM bukanlah sepenuhnya merupakan suatu
konsep yang baru sama sekali. Sebagai contoh di Jepang PKBM dikenal sejak tahun
1949 dengan nama Kominkan. Kominkan telah turut memberikan kontribusi yang
sangat berarti bagi pembangunan kemajuan masyarakat Jepang. Sampai dengan tahun
2004 diperkirakan ada sekitar 18.000 Kominkan terdapat di seluruh Jepang.
Longgarnya konsep tentang PKBM ini di satu sisi memberikan fleksibilitas yang
tinggi bagi inovasi pengembangan PKBM pada tahap awal pengembangannya namun
konsep yang terlalu umum ini tidak memadai untuk menjadi pijakan bagi
Dengan diakuinya secara eksplisit PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan non
formal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menjadi tanggungjawab semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat luas untuk mengembangkan
PKBM dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian
keberadaan konsep PKBM yang lebih jelas dan lebih memadai bagi pengembangan
PKBM lebih lanjut sangat dibutuhkan. Tanpa adanya konsep PKBM yang jelas dan
memadai akan sulit dibangun rencana strategis yang baik dalam pengembangan
PKBM selanjutnya baik di tingkat institusi, di tingkat lokal, regional, maupun
nasional. Hal ini tentunya akan mengakibatkan tidak adanya sinergi, rendahnya
efektivitas dan inefisiensi dalam pengembangan PKBM lebih lanjut.
BAB II
KONSEP PKBM
Konsep PKBM menjelaskan secara utuh jati diri PKBM, siapa atau apakah PKBM itu,
bagaimana PKBM itu berkiprah dan ke arah mana PKBM itu berjalan/berkembang. Konsep
PKBM dapat dijelaskan dalam 6 (enam) aspek yang meliputi :
1. Filosofi PKBM,
2. Tujuan PKBM,
3. Bidang Kegiatan PKBM,
4. Komponen PKBM,
5. Parameter PKBM dan
6. Karakter PKBM.
Keenam aspek tersebut harus ada dalam konsep PKBM secara utuh. Tanpa salah satu aspek
tersebut maka PKBM akan kehilangan jati dirinya. Dengan demikian perencanan,
pembangunan, pengembangan dan evaluasi PKBM haruslah mencakup seluruh aspek tersebut
secara utuh.
Yang dimaksud dengan Filosofi PKBM adalah suatu formulasi singkat yang menggambarkan
idealisasi PKBM itu secara menyeluruh. Sedangkan Tujuan PKBM merupakan formulasi
yang menjelaskan arah yang harus dicapai atau visi dari PKBM itu sendiri. Bidang Kegiatan
PKBM menggambarkan ruang lingkup kegiatan dan pemasalahan yang digarap oleh PKBM.
Komponen PKBM adalah berbagai pihak yang terlibat dalam PKBM. Parameter PKBM
adalah ukuran yang digunakan untuk menilai tingkat kemajuan ataupun tingkat keberhasilan
suatu PKBM. Sedangkan Karakter PKBM menjelaskan nilai-nilai positif yang harus menjiwai
suatu PKBM agar PKBM tersebut dapat mencapai tujuannya secara sehat dan berkelanjutan.
kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah
ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut.
Dalam hal pendirian suatu PKBM peran pemerintah ataupun pihak lain di luar
komunitas tersebut hanyalah berupa proses sosialisasi, motivasi, stimulasi dan
pelatihan untuk memperkenalkan PKBM secara utuh dan membuka perspektif
serta wawasan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membentuk
PKBM serta dalam pengembangan selanjutnya. Proses sosialisasi ini hendaknya
tidak mengambil alih inisiatif pendirian yang harus murni datang dari kesadaran,
kemauan dan komitmen anggota masyarakat itu sendiri. Hal ini sangat penting
demi menjaga kelahiran PKBM itu secara sehat yang di kemudian hari akan
sangat menentukan kemandirian dan keberlanjutan PKBM tersebut.
iii. Untuk Masyarakat berarti bahwa keberadaan PKBM haruslah sepenuhnya demi
kemajuan kehidupan masyarakat dimana PKBM tersebut berada. Itu berarti juga
bahwa pemilihan program-program yang diselenggarakan di PKBM harus benar-
benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini tentunya juga tidak
berarti menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar masyarakat tersebut
untuk dapat turut serta mengikuti berbagai program dan kegiatan yang
diselenggarakan oleh PKBM. Kemungkinan tersebut dapat saja diwujudkan
sepanjang tidak menghambat pemberian manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Prioritas dan fokus pemberdayaan tentunya haruslah tetap tertuju kepada
masyarakat sasaran PKBM itu sendiri. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai
subyek dan obyek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.
Penggunaan kata ‘belajar’ dalam PKBM dan bukan kata ‘pendidikan’ juga
memiliki makna tersendiri. Belajar lebih menekankan pada inisiatif dan
kemauan yang kuat serta kedewasaan seseorang untuk dengan sadar
menghendaki untuk mengubah dirinya ke arah yang lebih baik. Belajar
lebih menekankan upaya-upaya warga belajar itu sendiri sedangkan peran
sumber belajar atau pengajar lebih sebagai fasilitator sehingga lebih bersifat
bottom up dan lebih berkesan non formal. Sedangkan pendidikan sebaliknya
lebih bersifat top-down, dan lebih berkesan formal, inisiatif lebih banyak
datang dari sumber belajar atau pengajar.
dipahami dalam arti yang lebih sempit dan terbatas, misalnya ‘masyarakat
RT-06 RW 05 Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay, Kota
Bandung’. Kata ‘masyarakat’ dalam PKBM lebih dimaksudkan pada
pengertian masyarakat dalam arti lebih sempit dan terbatas. Dalam bahasa
Inggris, padanan katanya adalah community, atau diterjemahkan menjadi
‘komunitas’. Pemahaman ini memberi implikasi bahwa PKBM haruslah
merupakan institusi yang dibangun dan dikembangkan dalam suatu
masyarakat yang bersifat terbatas dan bersifat setempat, bersifat lokal.
Batasan ini dapat dikategorikan dalam batasan geografis maupun batasan
karakteristik. Batasan geografis dapat berarti dalam suatu wilayah tertentu
seperti suatu Kampung atau Dusun tertentu, suatu Desa atau Kelurahan
tertentu ataupun suatu Kecamatan tertentu. Batasan Karakteristik dapat saja
mengacu pada suatu kelompok masyarakat yang mengalami suatu
persamaan permasalahan tertentu misalnya suatu kelompok masyarakat
yang karena permasalahan sosial tertentu sama-sama berada dalam suatu
Lembaga Pemasyarakatan tertentu dan sebagainya. Dengan pemahaman ini
tentu sulitlah dipahami adanya suatu PKBM yang mengklaim PKBM skala
yang terlalu luas wilayah cakupannya misalnya skala propinsi atau skala
nasional.
Berbicara tentang mutu kehidupan akan mencakup dimensi yang sangat luas seluas
dimensi kehidupan itu sendiri. Mulai dari dimensi spiritual, social, ekonomi,
kesehatan, mentalitas dan kepribadian, seni dan budaya dan sebagainya. Ada
komunitas yang hanya menonjolkan satu atau dua dimensi saja sementara dimensi
lainnya kurang diperhatikan, tetapi ada juga komunitas yang mencoba memandang
penting semua dimensi. Ada komunitas yang menganggap suatu dimensi tertentu
merupakan yang utama sementara komunitas lainnya bahkan kurang memperhatikan
dimensi tersebut.
Untuk memperoleh suatu konsep mutu kehidupan yang secara umum dapat diterima
oleh berbagai komunitas yang beragam, dikembangkanlah beberapa konsep seperti
Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia). Indeks ini
menggambarkan tingkatan mutu kehidupan suatu komunitas. Dengan menggunakan
indeks ini kita dapat membandingkan tinggi rendahnya mutu kehidupan suatu
komunitas relatif dengan komunitas yang lain. Dengan menggunakan indeks ini juga
kita dapat memonitor kemajuan upaya peningkatan mutu kehidupan suatu komunitas
tertentu secara kuantitatif. Suatu PKBM dapat saja memanfaatkan indeks tersebut
sebagai wahana dalam merumuskan tujuannya serta dalam mengukur sudah sejauh
mana PKBM tersebut telah efektif dalam memajukan mutu kehidupan komunitas
sekitarnya.
1. Kegiatan Pembelajaran
Yang termasuk dalam bidang kegiatan pembelajaran adalah semua kegiatan
yang merupakan proses pembelajaran bagi anggota komunitas dan berupaya
melakukan transformasi kapasitas/kemampuan/kecerdasan intelektual, emosi
dan spiritual, watak dan kepribadian meliputi aspek kognisi, afeksi dan
psikomotorik. Pembelajaran juga mencakup seluruh kalangan baik dari usia
dini sampai lanjut usia, pria dan wanita, dan semua orang tanpa terkecuali.
Yang termasuk dalam bidang kegiatan ini antara lain :
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini
b. Program Pendidikan Kesetaraan SD (Paket A), SMP (Paket B), SMA
(Paket C)
c. Program Pendidikan Mental dan Spiritual
2. Warga Belajar
Warga belajar adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas
tetangga yang dengan suatu kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih
program pembelajaran yang ada.
3. Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas
tersebut ataupun dari luar yang bertanggungjawab langsung atas proses-proses
pembelajaran yang ada.
5. Mitra PKBM
Adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-lembaga yang memiliki
agen atau perwakilan atau aktivitas atau kepentingan atau kegiatan dalam
komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran dan kerelaan telah turut
berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu
PKBM.
BAB III
RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN PKBM
kita di masa datang yang kita inginkan. Visi harus dapat memberikan kepekaan yang
kuat tentang fokus dari suatu PKBM.
Pernyataan visi PKBM perlu diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema
yang mempersatukan semua pihak di PKBM bahkan juga di tengah-tengah komunitas
dimana PKBM berada, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta
sebagai sumber kreativitas dan inovasi PKBM. Kriteria pembuatan visi meliputi antara
lain :
- visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin
diwujudkan
- visi dapat memberikan arahan mendorong anggota PKBM untuk menunjukkan
kinerja yang baik
- dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan
- menjembatani masa kini dan masa datang
- gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik
- sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.
Suatu visi PKBM agar menjadi realistik, dapat dipercaya dan meyakinkan, serta
mengandung daya tarik, maka dalam proses pembuatannya perlu melibatkan semua
pemangku kepentingan (stakeholder). Selain keterlibatan berbagai pihak, visi perlu
secara intensif dikomunikasikan kepada semua pihak yang terkait dengan PKBM
sehingga merasa sebagai pemilik dari visi itu. Visi sebaiknya dibuat dalam kalimat
yang singkat sehingga mudah diingat dan dijadikan sebagai komitmen.
Visi yang telah diperoleh harus diterjemahkan ke dalam arah yang lebih pragmatis dan
konkrit yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan target, prioritas dan
aktivitas. Untuk itu diperlukan pernyataan misi yang lebih tajam dan lebih rinci jika
dibandingkan dengan visi. Sehingga visi lebih merupakan keadaan masa datang
sedangkan misi lebih merupakan cara untuk mencapainya.
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai PKBM bagi semua pihak
yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala
sesuatu penjelasan tentang pelayanan yang ditawarkan PKBM. Pernyataan misi
haruslah :
- menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh PKBM dan
bidang kegiatan utama dari suatu PKBM
- secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya
Dalam mencapai visi dan misi, dibutuhkan suatu nilai-nilai yang akan mengarahkan
semua pihak terkait bagaimana harus melaksanakan tugas masing-masing setiap
harinya. Nilai-nilai adalah kriteria tentang kebaikan dan kebenaran yang diyakini dan
diterapkan dalam kehidupan PKBM, sehingga menjadi norma yang diyakini dalam
kehidupan individu. Nilai adalah pedoman yang dibuat dan dianut oleh PKBM
sehingga mengikat semua pihak terkait di PKBM untuk berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut itu. Kriteria nilai-nilai adalah :
- Kriteria tentang kebaikan dan kebenaran yang diyakini dan diterapkan dalam
kehidupan PKBM
- Faktor penggerak perilaku PKBM dan mendorong keunggulan setiap orang di
PKBM
- Mampu mengklarifikasi ekspektasi kinerja mutu
- Menghargai semua stakeholder
- Sangat menentukan pencapaian visi dan misi
- Perilaku pimpinan sebagai teladan.
Yang dimaksud dengan kekuatan internal (Strength) adalah situasi dan kemampuan
internal yang bersifat positif yang memungkinkan PKBM meraih keuntungan strategis
dalam mencapai visi dan misi. Kelemahan internal (Weakness) adalah situasi dan
faktor-faktor yang berasal dari dalam PKBM yang bersifat negatif dan dapat
menghambat PKBM dalam mencapai visi dan missi. Yang dimaksud dengan peluang
eksternal (Opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar PKBM yang bersifat
positif dan dapat membantu PKBM dalam mencapai visi dan misinya. Yang dimaksud
dengan tantangan/ancaman eksternal (Threat) adalah situasi dan faktor-faktor luar
PKBM yang bersifat negatif dan dapat menghambat ataupun mengakibatkan PKBM
gagal dalam mencapai visi dan misinya.
Setelah dilakukan analisis lingkungan maka akan diperoleh peta kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dimiliki oleh PKBM. Dalam analisis tersebut juga perlu
dikritisi signifikansi dari setiap butir analisis dan dibandingkan satu dengan yang lain
untuk memahami lebih jauh. Salah satu cara efektif dan sederhana dalam mengolah
hasil analisis SWOT adalah dengan mengkonfrontasikan setiap butir analisis tersebut
satu dengan yang lainnya. Dari setiap perbandingan dan konfrontasi tersebut dapat
dikembangkan suatu asumsi strategi tertentu untuk memberikan solusi terhadap
kesenjangan (gap) yang ada. Hasilnya dapat dikonfrontasikan dengan visi, misi, dan
nilai-nilai untuk melihat berbagai kemungkinan-kemungkinan yang paling
menguntungkan bagi pencapaian visi dan misi PKBM, yang selanjutnya
kemungkinan-kemungkinan ini sering disebut sebagai rumusan startegi PKBM.
- Tujuan biasanya bersifat jangka lebih panjang dan dirumuskan dalam beberapa
tujuan yang tidak terlalu banyak, umumnya sekitar 2 sampai 3 tujuan
- Tujuan cenderung secara esensial tidak berubah kecuali terjadi pergeseran
lingkungan atau dalam hal isu strategis tertentu, hasil yang diharapkan telah
tercapai
- Tujuan harus dapat mengatasi kesenjangan antara tingkat pelayanan dan
kondisi saat ini dan yang diinginkan
- Tujuan menggambarkan hasil yang diinginkan dan arah yang jelas tetapi belum
menetapkan ukuran-ukuran spesifik
- Tujuan harus menantang, namun realistik untuk dicapai
Target PKBM merupakan penggambaran yang lebih spesifik, konkrit dan rinci tentang
hasil yang ingin dicapai melalui dan tindakan-tindakan yang ingin diambil dalam
mencapai tujuan PKBM yang telah ditetapkan sebelumnya. Target mengungkapkan
secara spesifik tugas yang harus dilaksanakan dalam jangka pendek. Target
merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari suatu proses perencanaan
strategis PKBM. Target haruslah fokus pada aksi yang bersifat spesifik, agresif, dapat
diukur, dapat dicapai, berorientasi hasil, dan berbatas waktu. Target juga harus
mengindikasikan dengan jelas berapa alokasi anggaran dan sumber-sumber yang akan
mendukung pelaksanaan kegiatannya. Keseluruhan akumulasi pencapaian target
haruslah meyakinkan akan dengan sendirinya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun target :
- Jika serangkaian tindakan ini diimplementasikan apakah masuk akal bahwa
semua tujuan akan tercapai?
- Berapa biaya yang dibutuhkan dan keuntungan yang diperoleh untuk
serangkaian tindakan yang dihasilkan?
- Apakah rangkaian tindakan yang akan diambil akan berdampak positif atau
negatif kepada setiap tujuan yang ada?
- Apakah target tertentu tergantung pada keberhasilan implementasi target
lainnya?
- Jika diperlukan perubahan, berapa lama waktu yang diperlukan?
- Adakah kendala yang akan terjadi?
- Setelah diimplementasikan apakah dibutuhkan perubahan prosedur tertentu?
- Jika ya apa dampaknya bagi PKBM?
- Langkah-langkah apa saja lagi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
rangkaian tindakan yang ada dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
tiap langkah?
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN PKBM DI INDONESIA
Dalam melaksanakan tugasnya tim ini perlu menyusun kerangka kerja yang sistematis
dan melibatkan seluruh pihak yang terkait. Pendekatan yang digunakan dapat
mengkombinasikan antara pendekatan top-down dan bottom-up. Semua pihak yang
terkait haruslah dilibatkan dalam proses penyusunan rencana strategis ini. Mulai dari
para pengelola PKBM, tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dengan kegiatan-
kegiatan PKBM, para warga belajar dan alumninya, para tutor, para penilik, para
pejabat pendidikan luar sekolah di tingkat kabupaten/kota, propinsi dan pusat,
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dan
Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP), para ahli
pendidikan luar sekolah, dan sebagainya. Penyusunan rencana strategis ini juga
membutuhkan proses penelitian dan pemetaan keberadaan dan perkembangan PKBM
yang telah ada sebelumnya serta membutuhkan survai yang dilakukan kepada berbagai
pemangku kepentingan (stakeholder) PKBM. Dalam survai tersebut perlu digali lebih
jauh berkenaan dengan partisipasi masyarakat dalam PKBM, impact yang telah
diberikan PKBM kepada komunitasnya, mutu dan relevansi berbagai program yang
diselenggarakan oleh PKBM serta kemandirian dan keberlanjutan PKBM. Survai ini
juga perlu melibatkan seluruh komponen PKBM. Dalam rencana strategis
pengembangan PKBM Nasional ini hendaknya tercakup berbagai aspek yang ada di
PKBM.
Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut perlu dilakukan dengan sangat hati-
hati, kritis dan menyeluruh. Hal ini sangat penting agar maksud baik
pengembangan kelembagaan dan manajemen PKBM ini benar-benar efektif dan
tidak sebaliknya dapat menjadi kontra produktif. Untuk menyusun format standard
kelembagaan PKBM perlu dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan serta para ahli yang benar-benar mendalami secara langsung praktek-
praktek penyelenggaraan PKBM secara luas. Disamping itu, perlu disadari bahwa
apapun yang dihasilkan haruslah tidak dianggap sebagai rumusan yang kaku namun
tetap membuka kemungkinan untuk adanya dinamika dan penyesuaian-penyesuaian
yang diperlukan.
Agar pengembangan kelembagaan PKBM tidak salah arah, beberapa hal berikut
perlu diperhatikan secara seksama :
- Harus dapat memberikan jaminan keberlangsungan dan perkembangan PKBM
sebagai suatu gerakan masyarakat di tingkat akar rumput yang berkembang
secara luas di tengah-tengah masyarakat
- Menghindari terperosok ke arah penciptaan birokrasi baru yang menghambat
kreativitas dan inovasi masyarakat dalam membangun dan mengembangkan
dirinya melalui PKBM
- Memberikan adanya kepastian dan perlindungan hukum bagi seluruh kegiatan
PKBM
Pengembangan manajemen PKBM juga merupakan salah satu bagian inheren dari
pengembangan kelembagaan PKBM. Dalam hal ini perlu dipikirkan apakah perlu
suatu penyeragaman bentuk manajemen PKBM ataukah diserahkan kepada masing-
masing komunitas untuk menyusunnya. Perlu dikembangkan parameter-parameter
untuk mengukur kinerja manajemen suatu PKBM. Dengan menggunakan parameter
tersebut dapat dipetakan kondisi umum PKBM secara nasional dan dapat
dikembangkan perencanaan pengembangan kelembagaan dan manajemen PKBM
ini selanjutnya secara nasional. Penguatan kemampuan manajemen PKBM dapat
meliputi penguatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
PKBM. Demikian pula, mengingat konsep PKBM yang mencakup tiga bidang area
kegiatan, maka pengembangan manajemen PKBM juga tentulah meliputi
pengembangan sistem dan kemampuan manajemen dalam tiga bidang area
manajemen pembelajaran, manajemen usaha dan manajemen masyarakat.
fakultas pendidikan tidak jarang juga memiliki jurusan atau program studi
manajemen pendidikan. Namun perlu dikritisi apakah manajemen pendidikan yang
dikembangkan tersebut dapat secara utuh diterapkan dalam manajemen
pembelajaran luar sekolah ataupun yang bersifat pendidikan non formal. Program-
program pembelajaran di PKBM pun sangat luas keragamannya dan tidak jarang
hanya ada dan dikembangkan untuk suatu komunitas tertentu saja. Oleh karenanya
manajemen pembelajaran yang dibutuhkanpun tentu perlu disesuaikan pula. Untuk
itu perlu dikembangkan pula kajian-kajian akademik dalam rangka
mengembangkan manajemen pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh berbagai PKBM. Pengembangan
sistem dan operasional manajemen PKBM haruslah mempertimbangkan hal-hal
tersebut secara dinamis.
Manajemen usaha biasa dilakukan oleh para penguasaha dan manajer suatu
perusahaan atau unit usaha tertentu. Manajemen usaha juga telah berkembang ke
dalam berbagai bidang keilmuan manajemen yang lebih khusus seperti manajemen
pemasaran, manajemen keuangan, manajemen sumberdaya manusia, manajemen
produksi, manajemen sistem informasi, manajemen mutu manajemen logistik,
manajemen produk dan sebagainya. Pengembangan manajemen PKBM dibidang
usaha juga dapat memanfaatkan berbagai keilmuan manajemen usaha tersebut.
Namun perlu dipikirkan sejauhmana berbagai sistem manajemen tersebut dapat
diimplementasikan dalam manajemen usaha di PKBM. Karakter PKBM yang
bersifat kekeluargaan dan kebersamaan dalam kemajuan cenderung menyerupai
sifat-sifat koperasi. Namun itu tidak berarti bentuk kelembagaan usaha di PKBM
harus secara otomatis berbentuk koperasi. Namun, apa pun bentuk kelembagaan
usaha yang digunakan di PKBM, jiwa kebersamaan dan kekeluargaan haruslah
menentukan sistem dan operasionalisasi manajemen usaha yang dikembangkan
dalam dan oleh PKBM.
Sebagai contoh, orang dewasa yang buta aksara tidak jarang yang menolak untuk
mengikuti proses pemberantasan buta aksara, demikian juga pendidikan kesadaran
hukum dan lingkungan, dan sebagainya. Demikian pula untuk menarik partisipasi
masyarakat terlibat mendukung keberlangsungan dan pengembangan PKBM
membutuhkan kemampuan manajemen masyarakat yang baik. Tanpa memiliki
kemampuan manajemen masyarakat yang baik juga akan sulit dilakukan
identifikasi dan pemetaan kebutuhan dan potensi suatu komunitas dengan akurat
dan lengkap yang sangat diperlukan bagi pengembangan program-program dan
kelembagaan PKBM.
Dalam kerangka penguatan mutu dan relevansi program ada beberapa program
yang dapat dikembangkan segera sesuai dengan prioritas yang ditetapkan oleh
pemerintah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah program pendidikan
keaksaraan bagi orang dewasa buta aksara, program pendidikan kesetaraan
terutama dalam kerangka penuntasan wajib belajar dan program pendidikan anak
usia dini. Pengembangan ketenagaan dalam kategori ini dapat diseragamkan secara
nasional setidaknya dalam beberapa kelompok situasi kondisi tertentu. Disamping
kategori program prioritas pemerintah dapat juga dikembangkan bagi program-
program khusus tertentu misalnya program keterampilan hidup bagi para petani dan
komunitas pertanian, nelayan dan komunitas perikanan dan kelautan, juga
pengembangan ketenagaan bagi komunitas khusus seperti anak-anak jalanan,
komunitas rawan narkoba, komunitas napi dan eks napi dan sebagainya.
menyangkut hal sangat mendasar bagi kemanusiaan. Salah satu pemikiran yang
dapat dikaji dan dikembangkan lebih lanjut dalam penuntasan buta aksara adalah
dengan menggabungkan pendekatan fungsional yang selama ini dikembangkan
dengan pendekatan wilayah. Pemikiran dasar dari gagasan ini adalah bagaimana
memposisikan penuntasan buta aksara ini lebih sebagai pemberantasan ‘epidemi’
yang berbahaya dan telah meluas. Berdasarkan pemikiran tersebut disamping
kombinasi pendekatan fungsional dan pendekatan wilayah, juga tidak hanya
membangun sistem pemberantasannya saja tetapi juga harus disertai oleh
pembangunan sistem deteksi dan pencegahan serta sistem pengendalian yang
efektif. Desa atau kelurahan dapat digunakan sebagai satuan wilayah terkecil yang
memiliki secara utuh sistem deteksi dan pencegahan, sistem pemberantasan, dan
sistem pengendalian. Untuk itu dapat dikembangkan konsep desa bebas buta aksara
dimana jumlah buta aksaranya telah minimal dan seluruh sistem tersebut beroperasi
secara efektif.
Ada banyak program lain yang dapat dikembangkan secara nasional melalui dan di
dalam PKBM. Beberapa program yang dapat dikembangkan antara lain:
- Program pendidikan anak usia dini
- Program penciptaan dan peningkatan penghasilan (income generating
program)
- Program pendidikan lingkungan
- Pengembangan unit usaha PKBM
- Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education for sustainable
development)
- Pendidikan hukum, politik dan kewarganegaraan
- Pengembangan pemuda dan olah raga
- Pegembangan sosial dan budaya
- Pendidikan prevensi narkoba, HIV/AIDS dan penyakit sosial lainnya
- Pendidikan pasca rehabilitasi narkoba, anak jalanan, ex-napi, ex-prostitusi
- Pembangunan pertanian dan perikanan serta kehutanan
- Pembanguan masyarakat padat penduudk dan buruh di perkotaan
- Pembangunan higienitas, kesehatan masyarakat dan gizi
Peran dan keterkaitan berbagai sekor pemerintahan dengan PKBM juga perlu
diakomodasikan dan dikoordinasikan dengan baik. Berbagai instansi pemerintah
yang secara langsung berkaitan dengan PKBM antara lain :
- Departemen Sosial
- Departemen Hukum dan HAM
- Departemen Tenaga Kerja
- Departemen Koperasi dan UKM
- Departemen Kesehatan
- Departemen Perindustrian dan Perdagangan
- Departemen Pertanian
- Departemen Kehutanan
- Departemen Perikanan dan Kelautan
- Departemen Lingkungan Hidup
- Kementerian Pemuda dan Olah Raga
- Kementerian Penanggulangan Kemiskinan dan Daerah Tertinggal.
IV.5 Contoh Analisis SWOT, Visi, Misi dan Target 5 Tahun Pengembangan
PKBM di Indonesia
STRENGTH (KEKUATAN)
• Adanya lebih dari 3.000 PKBM di seluruh Indonesia.
• Adanya success story sejumlah PKBM ‘model’ yang cukup baik dalam hal
partisipasi, impact, mutu & relevansi, kemandirian, dan keberlanjutan dan untuk
skala tertentu telah ‘terbukti’ mampu mengatasi kebodohan, kemiskinan, dan
membangun kesetiakawanan.
• Adanya success story sejumlah alumni PKBM yang telah ‘berhasil’.
WEAKNESS (KELEMAHAN)
• Sebagian besar masyarakat dan birokrasi pemerintah masih belum mengenal
PKBM baik konsepnya, kiprahnya dan potensinya.
• Sebagian besar PKBM masih memiliki personalia, sarana dan prasarana yang
sangat terbatas baik dalam hal kuantitas maupun kualitas serta memiliki sistem
manajemen dan kepemimpinan yang masih lemah.
• Adanya indikasi yang kuat cukup banyak PKBM yang berdiri dengan motivasi
utama agar memperoleh dana dari pemerintah untuk kepentingan pribadi
sehingga kurang perduli terhadap pelaksanaan dan mutu program yang
menimbulkan citra yang negatif bagi PKBM.
• Adanya indikasi yang kuat masih kentalnya budaya KKN dalam birokrasi
pemerintahan serta dalam pendistribusian anggaran pemerintah khususnya yang
terkait dengan PKBM.
• Usia PKBM dan FK-PKBM yang masih sangat muda sehingga masih sangat
kurang kader-kader yang militan untuk memajukan PKBM
• Kondisi geografis dan infrastruktur yang kurang baik secara nasional
• Sebagian besar stakeholder pendidikan masih memandang sebelah mata terhadap
pendidikan non formal dan masih men’dewa’kan pendidikan formal.
OPPORTUNITY (PELUANG)
• Banyaknya permasalahan dan rendahnya mutu pendidikan formal sehingga
membuat pendidikan non-formal menjadi alternatif yang menarik bagi masa
depan pendidikan
• Adanya tiga dimensi PKBM yaitu pembelajaran, usaha dan pengembangan
masyarakat memungkinkan untuk menarik partisipasi masyarakat dan dukungan
lembaga-lembaga donor yang lebih luas
• Adanya komitmen global dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang
implementasinya di tingkat akar rumput sebagian besar merupakan ruang
cakupan PKBM
• Adanya komitmen global tentang Education For All dan Life long Learning yang
sebagian besar merupakan ruang cakupan PKBM
• Berbagai isu-isu global seperti masalah pengurangan kemiskinan, permasalahan
lingkungan, pengarus utamaan gender, korban narkoba, HIV/AIDS, pendidikan
inklusif, trafficking, pendidikan HAM, demokratisasi, multikulturalisme,
Education for Sustainability Development. penanganan korban bencana alam
dan daerah konflik, dsb. Sebagian besar implementasinya dapat dilakukan
melalui pendekatan PKBM.
• Berbagai isu nasional seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan masyarakat miskin, pembudayaan anti korupsi, tingginya tingkat
putus sekolah, tingginya tingkat buta aksara, rendahnya tingkat partisipasi
PAUD, dsb. Sebagian besar dapat diimplementasikan melalui pendekatan PKBM
• Menurunnya kepercayaan lembaga-lembaga donor internasional dalam
menyalurkan dana bantuannya terhadap pembangunan masyarakat melalui
birokrasi pemerintahan memungkinkan penyalurannya dilakukan melalui
PKBM.
THREAT (ANCAMAN)
• Adanya potensi konflik diantara berbagai lembaga yang bertanggungjawab
membina dan mengembangkan PKBM, misalnya antara Sub-Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten, SKB, BPKB, Sub Dinas Pendidikan Propinsi, BPPLSP, FK-
PKBM Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat yang apabila tidak disikapi secara
dewasa dapat menimbulkan usaha-usaha kontra produktif bagi gerakan untuk
memajukan PKBM
• Dapat muncul adanya sinisme sebagian anggota masyarakat terhadap PKBM jika
melihat perilaku beberapa oknum pembina, pengelola dan pelaksana PKBM
yang memanfaatkan PKBM untuk mengambil dana negara ataupun dari pihak
donor lain untuk keuntungan pribadi semata.
• Adanya beberapa oknum yang merasa ‘terancam’ akan adanya gerakan PKBM
yang murni dan kuat sehingga membuat langkah-langkah ‘perlawanan’ yang
dapat menghambat gerak maju PKBM agar oknum-oknum tersebut tidak
kehilangan ‘keuntungan’ dari ‘manipulasi’ dan KKN proyek PKBM.
IV.5.2 Contoh Hasil Perumusan Visi, Misi dan Target 5 Tahun Pengembangan
PKBM di Indonesia
Visi
Terwujudnya PKBM sebagai gerakan masyarakat akar rumput yang efektif
untuk mengatasi kebodohan, kemiskinan dan membangun kesetiakawanan
sosial di setiap komunitas di seluruh Indonesia.
Misi
1. Mewujudkan sejumlah besar PKBM yang partisipatif, mandiri, berkelanjutan dan mampu
menyelenggarakan program-program yang bermutu serta yang dapat menjawab kebutuhan
komunitasnya.
2 Mewujudkan kesadaran yang luas seluruh lapisan masyarakat akan
pentingnya PKBM bagi pembangunan masyarakat dan bersedia
berpartisipasi untuk mendukungnya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Mewujudkan jaringan kerjasama yang positif, konstruktif, dan kuat baik
sesama PKBM maupun antar PKBM dengan berbagai Lintas sektoral,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, lembaga kemasyarakatan, lembaga
Target 5 Tahun
1. Adanya minimum dua PKBM yang memiliki kualifikasi sebagai
percontohan (model) PKBM yang partisipatif, bermutu, mandiri dan
berkelanjutan di setiap propinsi.
2. Adanya minimum satu propinsi yang dapat memberikan contoh/model
dimana penerapan PKBM yang intensif sebagai suatu gerakan masyarakat.
3. Adanya minimun satu PKBM sebagai contoh atau model dalam mengatasi
permasalahan komunitas khusus.
4. Minimum 50% program Kesetaraan, program PAUD dan program
Keterampilan yang ada di PKBM memiliki mutu yang berkualifikasi baik.
5. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkemuka di Asia Pasifik dalam
hal gerakan PKBM (community learning center).
6. 30% PKBM dapat berperan sebagai Community Business Centre dan/atau
Community Information Centre dan/atau Community Art & Cultural
Centre secara efektif.
7. 75% FK PKBM Propinsi, kabupaten/kota berperan sebagai motor
penggerak dalam membangun PKBM sebagai gerakan masyarakat untuk
mengatasi kebodohan, kemiskinan dan membangun kesetiakawanan sosial.
8. Minimal 2.000 PKBM berkualifikasi baik.
9. Minimum 50 lembaga/Departemen baru yang memiliki komitmen resmi
akan mendukung pengembangan PKBM.
10. Menghasilkan satu juta entrepreneur di seluruh Indonesia melalui PKBM.
11. FK PKBM Indonesia memiliki :
a. Pusat Pelatihan dan Pengembangan PKBM
b. Pusat Pengembangan Bisnis PKBM
12. Adanya minimum 6.000 PKBM di Indonesia
BAB V
PENUTUP
Demikian naskah Konsep dan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini
kami susun. Kami menyadari dalam konsep ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
tim penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan tersebut
dan kami sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dalam penulisan naskah ini.
Semoga naskah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan tidak sia-sia, serta apa yang kami
tulis dalam naskah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain terutama bagi pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada di PKBM.
-----------------------------------
----------------