Makalah Askep Hiv Aids
Makalah Askep Hiv Aids
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Selain itu juga, tujuan khusus dari
pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang menyerang
sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang. Sedangkan AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome, yakni suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV (Sujana, 2007).
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak
diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.
AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV.
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan
mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,
penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,
hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (DORLAN, 2002)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)
2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system imun dalam tubuh
ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sehingga orang yang terinfeksi HIV
akan seumur hidup tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti
demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain sebagainya pada
3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006).
Selain karena terganggunya system imun, HIV juga disebabkan oleh penyebarluasan
melalui berbagai jalur penularan diantaranya:
3
Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0’01% sampai 0,07%.
Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20%
sampai 30%, sedangkan jika gejala AIDS sudah jelas maka kemungkinannya mencapai
50% (PELKESI, 1995).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui kontak antara membrane mukosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
Penularan dari ibu ke anak yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
Selama dalam kandungannya (antepartum)
Selama persalinan (intrapartum)
Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)
Bayi tertular melalui pemberian ASI
Darah dan produk darah yang tercemar HIV/ AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan
menyebar luas.
Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (PELKESI, 1995).
Penularan melalui hubungan seks
Pelecehan seksual pada anak.
Pelacuran anak
Sedangkan menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen
viral (HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah
melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang
menggunakan RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi
genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya. Sedangkan menurut
Long (1996), penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang
sudah terinfeksi yaitu darah, semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan
4
otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI
merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan transmisi HIV yaitu
melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah, jarum suntik yang dipakai
bersama-sama), seksual (homo bisek/heteroseksual), perinatal (intra plasenta dan dari ASI).
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV yaitu :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga
transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang
berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang).
2.3 Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu mengalami
destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons
imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-sel tersebut
berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar
darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga terpengaruh dengan peningkatan
produksi immunoglobulin total yang berhubungan dengan penurunan produksi antibody
spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan
terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat
replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multisystem yang dapat bersifat
dolman bertahun-tahun karena menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan
perkembangan dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily
Lynn. 2009).
5
PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium,
antara lain (Nursalam, 2007) :
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika hadap
virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV kedalam tubuh hingga
HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan (window period).
2. Stadium Asimptomatis (tanpa gejala)
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala dan
adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent
generalized lymphadenophaty) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam penyakit
infeksi sekunder.
6
PATHWAY
(HIV RETROVIRUS)
Manifestasi
(STADIUM ASIMPTOMATIK (5-10 klinis
tahun)
Masuk ke dalam organ tubuh tapi
kelenjar getah bening di leher, ketiak, paha. Keluar keringat malam hari. Lemas, BB turun 5kg/bulan batuk kering, diare, bercak di kulit,uls
tidak mengalami gejala
Kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka ulserasi, infeksi yang menyebar, TBC, diare kolik, c
(STADIUM AIDS)
Tahap akhir infeksi, menyerang limfosit B
akan antibody spesifik dan system saraf
pusat, meliputi selaputnya yang sifatnya
toksik terhadap sel
7
2.4 Manifestasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala penyakit adalah 6 bulan-10 tahun.
Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa.
Tanda-tanda yang ditemui pada penderita AIDS antara lain :
1. Gejala yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:
sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 380 C sampai 400 C dengan
pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan timbulnya bercak
kemerahan pada kulit.
2. Gejala dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat
muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran getah bening
yang terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat paha. Kemudian sering
keluar keringat malam tanpa penyebab yang jelas. Selanjutnya timbul rasa lemas,
penurunan berat badan sampai kurang 5 kg setiap bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak
di kulit, timbul tukak (ulceration), perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan
penglihatan, kejiwaan terganggu. Gejala ini diindikasikan dengan adanya kerusakan sistem
kekebalan tubuh.
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita
AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya seperti kelainan otak,
meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC),
diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal
tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Manifestasi klinisnya antara lain:
1) Berat badan lahir rendah.
2) Gagal tumbuh.
3) Limfadenopati umum.
4) Hepatosplenomegali.
5) Sinusitis.
6) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
7) Parotitis.
8
8) Diare kronik atau kambuhan.
9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.
11) Sariawan orofaring.
12) Trombositopenia.
13) Infeksi bakteri seperti meningitis.
14) Pneumonia interstisial kronik.
Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV menurut
klasifikasi WHO, antara lain:
Gejala mayor:
Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
Diare kronis
Demam memanjang tanpa sebab
Tuberkolosis
Gejala minor
Limfadenopati generalisa
Kandidiasis oral
Batuk menetap
Distress pernapasan / pneumonia
Infeksi berulang
Infeksi kulit generalisata
2.5 Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).
3. Tuberkulosis (TB).
5. Candidiasis esophagus.
9
6. Limfadenopati
7. Diare kronik
10
Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang besar bagi
perawat karena setiap system organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi atau kanker.
Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah emosional, sosial, dan
etika. Rencana keperawatan bagi penderita penyakit AIDS harus disusun secara individual
untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien.
2.7.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada anak dengan HIV/ AIDS mencakup hal-hal sebagai
berikut:
Kaji riwayat imunisasi
Kaji riwayat yang berhubungan dengan faktor risiko terhadap AIDS pada anak-anak
(mis., penularan HIV dari ibu kepada anak pada saat kehamilan, pemajanan terhadap
produk darah)
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang HIV/AIDS
Observasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak seperti gagal tumbuh,
limfadenopati, hepatosplenomegali
Selain faktor di atas, hal yang perlu dikaji adalah semua faktor yang mempengaruhi
sistem imun antara lain:
Pengkajian Kardiovaskuler
Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
Pengkajian Respiratori
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,
napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
Pengkajian Neurologik
Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-
kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis,
keterlambatan perkembangan.
Pengkajian Gastrointestinal
11
Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis
mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa.
Pengkajain Renal
Pengkajaian Muskuloskeletal
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
Pengkajian Hematologik
Pengkajian Endokrin
Untuk menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan penunjang perlu dilakukan.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
TB (PPD): untuk menentukan pemajanan dan atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menentukan hasil negative-palsu pada respons defisiensi
imun). Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikobakterium TB positif pada
kehidupan mereka bila terjadi kontak.
Serologis:
Tes antibody serum: skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.
Tes blot western: mengkonfirmasikan diagnosa HIV.
Sel T limfosit: penurunan jumlah total.
Sel T4 helper (indikator system imun yang menjadi media banyak proses system
imun dan menandai sel-B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing):
jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.
Tes PHS: pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.
Pemeriksaan neurologis, mis. EEG, MRI, skan CT otak, EMG/pemeriksaan konduksi
saraf: diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya
dan/atau perubahan fungsi sensori/motor (Doenges, 2001:836).
12
Diagnosa keperawatan pada anak dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah sebagai berikut:
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya
organisme infeksius.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral.
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik, hospitalisasi,
stigma sosial terhadap HIV.
2.7.3 Perencanaan
Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan diagnosa di atas mencakup pasien
mengalami risiko infeksi minimal, pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain,
pasien mendapatkan nutrisi yang optimal, dan pasien berpartisipasi dalam kelompok
sebaya dan aktivitas keluarga.
14
kewaspadaan yang tepat. yang tepat.
Jelaskan adanya kesalahan 3. Mencegah penyebaran
konsep tentang penularan infeksi.
virus.
3. Ajarkan metode
perlindungan anak yang
sakit.
4. Usahakan untuk mencegah
bayi dan semua anak kecil
agar tidak menempatkan
tangan dan objek pada area
terkontaminasi.
5. Kaji situasi rumah dan
implementasikan tindakan
perlindungan yang mungkin
dilakukan pada situasi
individu.
2.7.4 Evaluasi
Evaluasi hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan adalah sebagai berikut:
Anak tidak kontak dengan individu terinfeksi.
Anak dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik.
Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
16
Orang lain tidak mendapatkan penyakit tersebut.
Anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup.
Anak dapat berinteraksi dengan orang lain.
2.7.5 Perencanaan Pemulangan
1. Ajarkan kepada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat
tanda-tanda atau gejala infeksi.
2. Ajarkan kepada anak dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan
memberi tahu dokter tentang adanya reaksi yang merugikan.
3. Ajarkan kepada anak dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan tindak lanjut.
Hasil yang diharapkan
1. Anak tidak menunjukan tanda-tanda atau gejala infeksi.
2. Anak dan keluarga menunjukan pemahaman tentang perawatan dirumah dan perlunya
pemeriksaan tindak lanjut.
3. Anak akan berpartisipasi dalam aktivitas bersama keluarga dan teman sebaya (Bezt,
Cecily Lynn. 2009).
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak diri
didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.
AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV. Penularan HIV dari ibu ke
anak yang biasa terjadi selama dalam kandungannya (antepartum),selama persalinan
(intrapartum),pada bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)
dan pada bayi tertular melalui pemberian ASI. Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan
infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul
gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan mencakup pasien mengalami risiko infeksi minimal,
pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain, pasien mendapatkan nutrisi yang optimal,
dan pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga.
3.2 Saran
Karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang efektif untuk pencegahan
atau penyembuhan AIDS, maka untuk menghindari infeksi HIV dan menekan penyebarannya,
cara yang utama adalah melakukan tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.
Kepada para pembaca khususnya perawat, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
melaksanakan tindakan yang tepat dan benar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
penderita HIV/ AIDS.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bezt, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
DR. Nursalam, M.Nurs dan Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep. Ns. 2007. Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS Edisi Pertama. Salemba Medika: Jakarta.
Lily, V.L. 2004. Transmisi HIV dari Ibu ke Anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 54.
Martono, Lydia Harlina. 2008. Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka
PELKESI. 1995. Pendekatan Perencanaan Program PMS dan AIDS di Masyarakat. Jakarta:
PELKESI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol. 3. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta:
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
19