Anda di halaman 1dari 4

1.

4 Keterbatasan Penelitian (Farah)


Pada penelitian ini peneliti menentukan batasan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada PT Prodia Widyahusada Tbk spesifik pada
layanan laboratorium yang dimiliki oleh Prodia yang dapat dibandingkan
dengan layanan laboratorium lainnya.
2. Studi literatur, dokumen dan data sekunder dikumpulkan melalui Laporan
Tahunan PT Prodia Widyahusada Tbk 2018-2020, jurnal ilmiah dan berita
aktivitas emiten yang dipublikasikan pada media nasional baik cetak
maupun elektronik dan yang terpercaya.

2.4 Customer Needs (Farah)


Industri kesehatan di Indonesia menunjukkan tren yang terus meningkat
setiap tahun. Pada tahun 2017, nilai industri jasa kesehatan dan kegiatan
sosial menurut data BPS sebesar Rp 145,0 triliun, meningkat 9,43%
dibanding tahun 2016 sebesar Rp 132,5 triliun. Hal ini ditunjukan juga dimana
pada tahun 2019, pendapatan tes laboratorium Prodia tercatat sebesar Rp
1.558,83 miliar atau berkontribusi sekitar 89,36% kepada pendapatan Prodia.
Pada tahun 2019 BPJS Kesehatan memiliki tujuan untuk menyediakan total
cakupan kesehatan untuk seluruh masyrakat Indonesia. Pada tahun 2019
2018, sudah lebih dari 200 juta atau 80% masyarakat sudah mengakses
BPJS Kesehatan. Adanya tujuan dari pemerintah ini menghasilkan
peningkatan permintaan kebutuhan yang kuat untuk layanan kesehatan
profesional, peralatan medis canggih dan produk farmasi.

Lalu jumlah permintaan tes esoterik mengalami peningkatan sebesar 6,6%


pada tahun 2019 menjadi 551.101 tes dan mengalami peningkatan sebesar
191,5% pada tahun 2020 menjadi 1,6 juta tes. Pendapatan tes esoterik
mengalami peningkatan sebesar 18,5% pada tahun 2019 menjadi Rp 302,09
miliar dari Rp 254,86 miliar di 2018 atau berkontribusi sekitar 17,3% kepada
pendapatan Prodia tahun 2019. Sedangkan pada tahun 2020 Pendapatan tes
esoterik mengalami peningkatan sebesar 131,8% pada tahun 2020 menjadi
Rp 700,3 miliar. Dalam menghadapi hal ini Prodia terus berupaya untuk
mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar dalam tes laboratorium
klinik di Indonesia, Prodia memilki strategi pengembangan produk dengan
dukungan teknologi terkini dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada seluruh segmen pelanggan dengan mengedepankan
multi- segmen strategi.

Seperti saat ini untuk memenuhi kebutuhan customer Prodia memiliki


laboratorium rujukan regional di Surabaya, Medan, dan Makassar.
Laboratorium rujukan regional tersebut akan berperan sebagai hub regional
untuk laboratorium klinik lokal dan outlet lainnya. Mengingat permintaan
untuk pemeriksaan esoterik semakin meningkat, Prodia yakin bahwa
Perseroan dapat melayani permintaan pelanggan lokal dengan baik dengan
memperluas kapasitas Perseroan pada PNRL, yang menciptakan
keuntungan tertentu bagi kapasitas regional.

Selain itu dengan meningkatnya kebutuh masyarakat akan Prodia telah


mengembangkan Next Generation Technology Lab yang akan mendukung
layanan preventive personalized medicine atau Genomic Health Risk,
precision medicine meliputi targeted therapy, genomic screening yang
bersifat non invasive serta pemeriksaan molekular lainnya. Di luncurkannya
layanan terbaru ini karena Berdasarkan Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, diketahui bahwa masyarakat Indonesia kini lebih banyak
dihadapkan pada ancaman penyakit tidak menular yang prevalensinya
meningkat pada tahun 2018. Beberapa jenis penyakit tidak menular yang
paling banyak ditemukan di Indonesia diantaranya adalah hipertensi,
diabetes melitus, stroke, penyakit sendi dan gagal ginjal kronis, asma dan
kanker. Dengan mengetahui risiko genetik suatu penyakit tersebut, maka
seseorang dapat menghindari munculnya penyakit dan mencegah faktor
risiko yang lain dengan menjalankan pola hidup yang lebih sehat. Terlebih
risiko berbasis genetik sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau pola
hidup. Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga akan terus meningkat
pasca pandemi COVID-19. Fokus penanganan kesehatan akan lebih
mengarah pada tindakan preventif ketimbang kuratif. Hal ini sejalan dengan
pengembangan layanan dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Prodia
dalam mempromosikan paradigma sehat.
3.2 Defensive Strategy (Farah, Ghea)

Dari hasil perhitungan market attractiveness index dan competitive advantage


diperoleh strategi defensive yang dapat dilakukan Prodia adalah protect position.
Prodia selalu menjadi market leader dari tahun ke tahun dan perusahaan pun telah
mengklaim bahwa sejak 2018 menjadi pemimpin pasar laboratorium kesehatan
dengan market share 38,8%. Sedangkan pada 2019 torehan pangsa pasar
perseroan naik menjadi 39,2%. Selain itu kita dapat melihat pada pencapaian tahun
2020 menunjukkan bahwa Prodia mampu terus bertumbuh dan mengatasi setiap
tantangan yang dihadapi selama pandemi COVID-19. Berkat kerja keras yang
optimal dan dukungan dari pemangku kepentingan, Prodia berhasil menjaga
keberlangsungan usahanya dan mencapai target operasional dan keuangan di
tengah kondisi pandemi COVID-19. Prodia mencatatkan laba bersih sebesar Rp
268,75 miliar atau naik sebesar 27,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pendapatan bersih juga mengalami kenaikan menjadi Rp 1,87 triliun dan EBITDA
sebesar 455,02 miliar.

Prodia dapat terus mempertahankan posisinya sebagai market leader hal ini dapat
dilihat bagaimana Prodia tersu konsisten dalam menjaga positioning nya yaitu
sebagai layanan kesehatan terpercaya menunjang pengobatan generasi baru
(transforming toward reliable next generation health care).

Anda mungkin juga menyukai