Oleh:
THOMAS DARWIN 06120018
ULFIA IZZATI 06120104
RENI PUTRI UTAMI 06120168
MEIDIANASER PUTRA 06120170
WINDA PUTRI APRINANDA 06923015
RIDHA ATHIFA 06923016
Pembimbing:
dr. IDA RAHMAH BURHAN
0
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................6
ANALISIS SITUASI...............................................................................................................6
2.5 Ketenagaan................................................................................................................ 10
BAB III.................................................................................................................................. 13
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................... 13
3.1.1 Definisi.................................................................................................................. 13
ii
3.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus .................................................................................. 13
BAB IV ................................................................................................................................... 26
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 26
BAB V .................................................................................................................................... 32
BAB VI ................................................................................................................................... 37
PENUTUP .............................................................................................................................. 39
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Jumlah Penderita Diabetes Melitus dan Angka Kunjungan ke Pojok Gizi...............27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Grafik Jumlah Penderita Diabetes Melitus dan Angka Kunjungannya. ................30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Secara epidemiologi diabetes sering kali tidak terdeteksi dan dikatakan onset
atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga
morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi dini. Penelitian
lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan
meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan prilaku rural-tradisional menjadi
urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah:
bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi
dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya Diabetes
Melitus tipe 2.
1
Setiap tahun, tren jumlah penderita diabetes kian meningkat. Berdasarkan data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar
dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia.
Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan,
berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stres berperan besar sebaga pemicu diabetes.
Tapi, diabetes juga bisa muncuk karena faktor keturunan.
”Faktor keturunan memang tidak dapat dicegah, namun gaya hidup dapat
diubah. Jangan sampai gemuk, jangan banyak makanan berlemak dan manis, serta
banyaklah bergerak,” ujar Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Prof Dr dr
Sidartawan Soegondo SpPD di Jakarta.
Data WHO mengungkapkan, beban global diabetes melitus pada 2000 adalah
135 juta, di mana beban ini diperkirakan akan meningkat terus menjadi 366 juta orang
setelah 25 tahun (tahun 2025). Pada 2025, Asia diperkirakan mempunyai populasi
diabetes terbesar di dunia, yaitu 82 juta orang dan jumlah ini akan meningkat menjadi
366 juta orang setelah 25 tahun.
Pola penyakit saat ini dapat dipahami sedang dalam transisi epidemiologi,
suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut
hendak menghubungkan morbiditas dan mortalitas pada beberapa golongan penduduk
dan menghubungkannya dengan faktor sosioekonomi serta demografi masyarakat
masing-masing.
Di samping itu, gaya hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan menyebabkan
tidak adanya kesempatan untuk berkreasi dan berolahraga. Pola hidup beresiko
seperti inilah yang menyebabkan tingginya kekerapan penyakit diabetes, hipertensi,
dan penyakit jantung koroner.
4
1.3.6. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan tehadap penderita Diabetes
Melitus
5
BAB II
ANALISIS SITUASI
7
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah 87.174 jiwa, yang
terdiri dari 21.404 KK dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
NO KELURAHAN Laki-laki Perempuan JUMLAH
1 Kelurahan Sawahan 3.233 3.645 6.878
2 Kelurahan Jati Baru 3.337 4.035 7.372
3 Kelurahan Jati 5.822 5.844 11.666
4 Kelurahan Sawahan Timur 2.851 2.996 5.847
5 Kelurahan Simpang Haru 2.541 2.804 5.345
6 Kelurahan Andalas 5.089 5.336 10.425
7 Kelurahan Kubu Marapalam 3.471 3.467 6.938
8 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 5.930 5.924 11.854
9 Kelurahan Parak Gadang Timur 4.415 4.528 8.943
10 Kelurahan Ganting Parak Gadang 5.856 6.050 11.906
Jumlah 42.545 44.629 87.174
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas AndalasTahun 2009
Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas yaitu:
Rumah Sakit Pemerintah :3
Rumah Sakit Swasta :6
Klinik Swasta :6
Dokter Praktek Umum : 51 Orang
Dokter Praktek Spesialis : 15 Orang
Bidan Praktek Swasta : 30 Orang
Dukun Terlatih : 2 Orang
Kader aktif : 352 Orang
Pos KB : 12 Pos
Posyandu Balita : 88
Posyandu Lansia :8
Poskeskel :1
1. Dokter Umum 4 - - 4
2. Dokter Gigi 3 - - 3
3. SKM 4 - - 4
4. Akademi Perawat 4 - - 4
5. Akademi Bidan 3 4 - 7
8. Perawat 6 - - 6
9. Bidan 8 3 - 9
11. Sanitarian 1 - - 1
13. Analis 2 - - 2
14. SMU 6 - 2 8
Jumlah 47 7 2 56
10
KEPALA PUSKESMAS
Dr.ARTATI SURYANI,DK,MPH
LAURA.S, SKM
KEUANGAN PERENCANAAN
Ka..Puskesmas
1.SUMARNI Tata Usaha
2.YENTI REFLINDA Staf Medis
PERLENGKAPAN/UMUM
ERNAWATI
ROSTINI
PUSTU JATI GAUNG PUSTU SARANG PUSTU KUBU PUSTU KP. DURIAN
GAGAK DALAM
ERNI NOFITA YULIANA,Amd.Keb SYAFRIDA ARIOSDA
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
Kelainan pankreas, hormonal, terkena obat, abnormalitas reseptor
insulin, sindroma genetika.
2. Gangguan toleransi glukosa
- Obesitas
- Non-obesitas
- Berkaitan dengan kondisi tubuh lain
3.1.3 Epidemiologi
Pola penyakit saat ini dapat dipahami sedang dalam transisi epidemiologi, suatu
konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut hendak
menghubungkan morbiditas dan mortalitas pada beberapa golongan penduduk dan
menghubungkannya dengan faktor sosioekonomi serta demografi masyarakat masing-
masing.
Dikenal 3 periode dalam transisi epidemiologi. Hal tersebut terjadi tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di Negara-negara lain yang seang berkembang.
Periode II . Pandemi berkurang pada akhir abad ke-19. Dengan perbaikan gizi,
hygiene serta sanitasi, penyakit menular berkurang dan mortalitas menurun. Rata-rata
harapan hidup pada waktu lahir meningkat dan jumlah penduduk bertambah.
Periode III . Periode ini merupakan era penyakit degeneratif dan pencemaran.
Menurut penelitian Zimmert (1978) hal ini disebabkan adanya adopsi gaya hidup
barat. Tetapi bila kontak dengan barat berkurang dan masih terdapat kehidupan
tradisional, seperti di pedesaan, penyakit-penyakit tersebut umumnya jarang
ditemukan.
14
Sebagai dampak positif pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam
kurun waktu 60 tahun merdeka, pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran
yang cukup berarti. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur turun, meskipun
angka kejadiannya masih tinggi. Di lain pihak, penyakit menahun yang disebabkan
penyakit degeneratif, di antaranya diabetes melitus meningkat tajam. Perubahan pola
penyakit itu diduga ada hubungannya dengan perubahan gaya hidup. Pola makan di
kota-kota telah berubah dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat dan serat ke pola makan kebarat-baratan yang mengandung banyak
protein, lemak, gula, garam, dan sedikit serat.
Di samping itu, gaya hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan menyebabkan
tidak adanya kesempatan untuk berekreasi dan berolahraga. Pola hidup berisiko
seperti inilah yang menyebabkan tingginya kekerapan penyakit diabetes, hipertensi,
dan penyakit jantung koroner.
3.1.4 Patogenesis
Tubuh manusia membutuhkan energi agar dapat berfungsi dengan baik. Energi
tersebut diperoleh dari hasil pengolahan makanan melalui proses pencernaan di usus.
Di dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi bahan dasar dari
makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi menjadi asam
amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap
15
oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar. Dalam proses metabolisme, insulin
memegang peranan sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Pengeluaran insulin tergantung pada
kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah sebesar > 70 mg/dl akan
menstimulasi sintesa insulin. Insulin yang diterima oleh reseptor pada sel target, akan
mengaktivasi tyrosin kinase dimana akan terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen,
lipogenesis dan meningkatkan transport glukosa ke dalam otot skelet dan jaringan
adipose dengan bantuan transporter glukosa (GLUT 4).
16
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (Polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori, gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.
17
atau mungkin meninggi tetapi tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa
darah normal. Penderita juga resisten terhadap insulin eksogen.
3.1.6 Komplikasi
1. Microangiopathy
2. Macroangiopathy
- Coronary heart disease, dimana berawal dari berbagai bentuk dislipidemia, yaitu
hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada Diabetes Melitus sendiri tidak
meningkatkan kadar LDL, namun sedikit partikel LDL pada Diabetes Melitus tipe 2
sangat bersifat atherogenik karena mudah mengalami glikasilasi dan oksidasi.
- Cerebrovascular disease
3.1.7 Diagnosis
Diagnosis Diabetes Melitus harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Walaupun demikian, sesuai dengan
kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena taupun
kapiler dengan tetap memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda
sesuai pembakuan oleh WHO.
19
6. Kolesterol HDL < 35mg/dl dan tau trigliserida > 250 mg/dl
3.1.8 Penatalaksanakan
20
Materi Pencegahan Primer
Materi Penyuluhan :
21
1. Perjalanan penyakit DM
2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
3. Penyulit DM dan risikonya
4. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan
5. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obat lain
6. Cara pemantauan glukosa dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri.
7. Mengatasi sementara keadaan gawat darurat sepertirasa sakit atau
hipoglikemia
8. Pentingnya latihan jasmani teratur
9. Pentingnya perawatan kaki
10. Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air
b. Periksa kaki setiap hari, dan laporkan pada dokter apabila ada kulit
yang terkelupas, kemerahan, atau luka
c. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
22
d. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih dan mengoleskan krim
pelembab ke kulit yang kering
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani 3-4 kali seminggu selama + 30 menit merupakan salah satu
pengelolaan Diabetes Melitus. disamping untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin sehingga
memperbaiki kendali glukosa darah. Pelatihan jasmani yang dianjurkan yang
23
bersifat aerobik seperti jalan kaki, sepeda santai, jogging, dan berenang, yang
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan pelatihan jasmani.
24
mengenai diabetes. Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui apakah kecenderungan mencari
dukungan sosial yang lebih rendah berhubungan dengan peningkatan angka mortalitas pada
penderita diabetes. Disimpulkan bahwa pada studi penderita diabetes skala besar ini,
kecenderungan memperoleh dukungan sosial yang lebih rendah berhubungan dengan angka
mortalitas 5 tahun yang lebih tinggi. Saat ini masih diperlukan studi lebih lanjut untuk
mengetahui mekanisme yang mendasari hubungan ini.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
26
Tabel 4. Jumlah Penderita Diabetes Melitus dan Angka Kunjungan ke Pojok Gizi
TAHUN JUMLAH PENDERITA ANGKA
DIABETES MELITUS KUNJUNGAN KE
POJOK GIZI
2008 507 orang 2,9 %
2009 652 orang 3,9 %
2010 885 orang 3,2 %
Intervensi
Biaya
27
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup murah
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : cukup sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
Rendahnya skrining TB di
5 2 3 4 14 III
wilayah kerja Puskesmas Andalas
28
Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, kami mengambil prioritas yang
pertama untuk Plan Of Action yaitu belum optimalnya pelayanan kesehatan penderita
Diabetes Melitus di wilayah kerja Puskesmas Andalas. Penulis menganggap perlu
untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus guna
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi atau progresi
komplikasi dari penyakit tersebut .
29
o Rendahnya angka kunjungan penderita Diabetes Melitus untuk kontrol ke
pojok gizi di Puskesmas. Hal ini dilihat dari data laporan tahunan
Puskesmas Andalah dari 2008-2010. Pada tahun 2008 angka kunjungan
sebesar 2,9 %, pada tahun 2009 sebesar 3,9% dan pada tahun 2010 sebesar
3,2% dari total penderita Diabetes Melitus.
900
800
700
600
500
Penderita
400
Kunjungan Pojok Gizi
300
200
100
0
2008 2009 2010
Petugas Kesehatan
o Kurangnya perhatian petugas kesehatan dalam menatalaksana penderita
Diabetes Melitus secara holistik. Hal ini dilihat dari observasi dan
wawancara langsung dengan petugas kesehatan.
3. Material
Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, pamflet,
poster, leaflet tentang pencegahan dan penatalaksanaan Diabetes Melitus. Hal ini
dapat dilihat dari observasi langsung di Puskesmas Andalas
30
MANUSIA
PENDERITA DM
Belum optimalnya
pelayanan
kesehatan
penderita Dibetes
Melitus di wilayah
kerja Puskesmas
MATERIAL METODE
29
Gambar 4. Fishbone Diagram
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Metode:
Manusia:
2. Petugas Puskesmas:
Kurangnya perhatian petugas kesehatan dalam menatalaksana penderita Diabetes
Melitus secara holistik.
Rencana: memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan penderita Diabetes
Melitus secara holistic kepada petugas Puskesmas Pelaksana: Petugas kesehatan
30
Target: petugas Puskesmas punya pengetahuan tentang penatalaksanaan
penderita Diabetes Melitus secara holistik sehingga pelayanan kesehatan
terhadap penderita Diabetes Melitus berjalan sdengan baik.
Material:
Target: tersedia berbagai media informasi yang berkaitan dengan pencegahan dan
penatalaksanaan Diabetes Melitus
31
BAB V
Skrining ini dilakukan pada seluruh masyarakat yang berisiko di wilayah kerja
Puskesmas Andalas untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala tetapi punya
risiko menderita Diabetes Melitus agar tidak jatuh sebagai penderita.
32
2. Penyuluhan
o Diet sehat
o Latihan jasmani
o Menghentikan merokok
3. Senam Massal
4. Sharing Informasi
33
yang ditemukan dalam pelaksanaan program dan mencari solusinya. Evaluasi
dilakukan tiap 3 bulan pada saat Lokmin triwulan Puskesmas Andalas. Monitoring
dan evaluasi ini dilakukan oleh petugas promkes dan surveilans dari Puskesmas
Andalas.
TENAGA SARANA
35
Tabel 7. Indikator Keberhasilan Program Komunitas DM
Indikator Keberhasilan
No Kegiatan Sumber dana Penanggung Jawab
Jumlah Peserta Jumlah kegiatan
Iuran anggota
90 % jumlah 1 x bulan
1 Pemeriksaan gula anggota komunitas komunitas Pengurus Komunitas
DM
darah rutin DM (awal bulan)
Promkes
75 % anggota
2 Penyuluhan 1 x perbulan Puskesmas Tj komunitas
komunitas penyuluhan dari
komunitas DM
Promkes
75% anggota 1 x per minggu Iuran anggota
3 Senam Massal Tj senam masal dari
komunitas (minggu pagi) komunitas anggota komunitas
DM
36
BAB VI
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
37
o Memanfaatkan berbagai media informasi dalam pelayanan kesehatan
penderita Diabetes Melitus seperti membuat pamflet, poster, LCD dan lain
lain.
38
BAB VII
PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
40