PROPOSAL
SKRIPSI
Oleh
Muhammad Hilman
NIM 171910101105
1.5 Hipotesa
Penambahan anyaman kawat baja tahan karat 304 sebagai penguat pada
komposit alumunium akan meningkatkan sifat mekanik pada komposit Al-
Mg/Anyaman Kawat SS 304, serta penambahan Mg dapat meningkatkan
keterbasahan antarmuka, sehingga mengurangi tingkat porositas yang terjadi pada
komposit Al-Mg/Anyaman Kawat SS 304.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit
Komposit merupakan gabungan dari dua material atau lebih yang memiliki
sifat fisik dan kimiawi yang berbeda (Trinh Son N, dkk., 2016). Gabungan dari
material yang berbeda tersebut bertujuan untuk membentuk jenis material baru
yang memliki sifat yang lebih baik dari material yang sebelumnya. Terdapat tiga
komponen utama dalam suatu komposit yaitu matriks, penguat (reinforcement)
dan antarmuka (interface). Matriks adalah fase komposit kontinu atau sebagai
pengisi dan berfungsi untuk menahan penguat dalam orientasi yang telah
dilakukan. Penguat (reinforcement) adalah material yang lebih kuat yang
didistribusikan di dalam matriks yang bertujuan sebagai penguat dari komposit.
Matriks, penguat (reinforcement) dan antarmuka menentukan sifat dari
karakteristik suatu material (Trinh Son N, dkk., 2016).
Klasifikasi komposit dapat dibedakan berdasarkan jenis matriks dan
penguatnya. Untuk klasifikasi menurut matriksnya terdapat komposit matriks
logam (MMC), komposit matriks polimer (PMC), dan komposit matriks keramik
(CMC). Berdasarkan penguatnya, terdapat komposit penguat partikel, komposit
serat , dan komposit structural (Calister, dkk., 2012).
Tabel 2.1 Data Sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat panas logam aluminium.
Sifat Fisik Satuan Nilai
Massa Jenis g/cm3 2,7 (Sumbe
r: Lutfi Nomor Atom - 13 S.,
2010).
Berat Atom g/mol 26,67
Warna - Putih Keperakan
Struktur Kristal - FCC
o
Titik Lebur C 660,4
o
Titik Didih C 2467
Jari-jari Atom Nm 0,143
Jari-jari Ionik Nm 0,053
Nomor Valensi - 3
Sifat Mekanis Satuan Nilai
Modulus Elastisitas Gpa 72
Poisson’s Ratio - 0,35
Kekerasan VHN 3500
Kekuatan Luluh MPa 450
Ketangguhan Mpa m 4,5
Sifat Panas Satuan Nilai
Konduktivitas Panas W/moK 237
Kapasitas Panas J/Kg.K 917
Aluminium dan paduannya dapat dilihat dari produknya, apakah hasil cast
product (produk hasil pengecoran) atau wrought product (produk hasil tempa)
(Altenpohl D., 1982). Sistem penandaan paduan aluminium berdasarkan pada
jenis unsur paduan dengan menggunakan 4 digit nomor, dimana digit pertama
menunjukkan kelompok aluminium, digit kedua menunjukkan modifikasi dari
paduan aslinya atau batas unsur pengotor dan 2 digit terakhir menunjukkan
kemurnian aluminium. Paduan aluminium diklasifikasikan dalam berbagai standar
oleh berbagai negara di dunia. Saat ini klasifikasi yang sangat terkenal dan
sempurna adalah standar Aluminium Association di Amerika (AA) yang
didasarkan atas standar terdahulu dari Alcoa (Aluminium Company of America)
Berikut klasifikasi aluminium menurut standar Aluminium Association
(AA)seperti pada Tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Klasifikasi Paduan Aluminium.
Standar AA Keterangan
1001 Al murni 99,5% atau diatasnya
1100 Al murni 99,0% atau diatasnya
2010-2029 Cu merupakan unsur paduan utama
3003-3009 Mn merupakan unsur paduan utama
4030-4039 Si merupakan unsur paduan utama
5050-5086 Mg merupakan unsur paduan utama
Mg2Si merupakan unsur paduan
6061-6069
utama
7070-7079 Zn merupakan unsur paduan utama
(Sumber: Surdia, 1999)
Tabel 2.3 Data Sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat panas magnesium.
2.3 Pengecoran
Pengecoran adalah proses fabrikasi mencairkan logam sampai benar benar
cair dan dituangkan ke dalam suatu cetakan yang telah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan. Logam cair yang telah dituang akan membentuk sesuai dengan
cetakan yang telah dibuat dan logam akan mengalami penyusutan. Teknik
pengecoran akan digunakan ketika (Callister, dkk,. 2007) :
1. Bentuk yang dibuat sangat besar atau bentuk yang diinginkan rumit, dimana
metode lain kurang baik dan tidak praktis digunakan.
2. Paduan yang akan digunakan memiliki keuletan yang sangat rendah sehingga
tidak dapat menggunakan pembentukan dengan pengerjaan panas atau dingin.
3. Dibandingkan proses fabrikasi lainnya, pengecoran merupakan metode paling
ekonomis.
Berbagai metode pengecoran tersedia, sehingga menjadikannya salah satu
yang paling serbaguna dari semua proses pembuatan. Beberapa keunggulan dari
proses pengecoran antara lain :
1. Mampu digunakan untuk membuat bentuk geometri yang kompleks
sehingga tidak memerlukan proses manufaktur yang lebih lanjut
2. Mampu dilakukan untuk jenis logam apapun yang dapat dipanaskan
hingga menjadi cair
3. Cocok digunakan untuk produksi dalam jumlah massal
Namun diantara keunggulan yang dimiliki, proses pengecoran juga
memiliki beberapa kelemahan diantaranya batasan pada sifat mekanik, porositas,
akurasi dimensi dan permukaan akhir yang buruk untuk beberapa jenis
pengecoran, resiko bahaya bagi keselamatan manusia saat memproses logam cair
panas, dan dampak terhadap lingkungan (Groover,. 2010)
Pemilihan metode dan jenis cetakan dalam pengecoran juga harus
mempertimbangkan beberapa faktor, faktor tersebut digunakan untuk memilih
metode dan jenis cetakan yang akan digunakan dalam proses pengecoran,
sehingga kekurangan dan kerugian dalam pengecoran dapat diminimalisir. Faktor
tersebut diantaranya (Suprapto, W,.2017) :
1. Kompleksitas bentuk (kerumitan cetakan yang dibentuk).
2. Biaya pembuatan model atau cetakan.
3. Jumlah komponen yang diperlukan.
4. Toleransi yang diperlukan.
5. Finishing permukaan yang diperlukan.
6. Kekuatan dan berat (strength to weigh ratio)
7. Total kualitas yang diperlukan.
2.5 Pengujian
Pengujian material yaitu proses uji pada suatu bahan untuk mengetahui
sifat sifat bahan tersebut dengan menggunakan bantuan alat yang menghasilkan
data, nilai, maupun gambar dari proses pengujian. Proses pengujian pada material
bertujuan untuk mengaetahui sifat karakteristik dari material, sifat-sifat tersebut
meliputi sifat mekanik, sifat fisik dan sifat metalografi dari material.
Perkembangan teknologi juga memunculkan sifat baru dari material yang diuji
seperti sifat kimia dan sebagainya.
2.5.1 Pengujian Tarik
Pengujian Tarik merupakan prosedur rekayasa standar penting yang
berguna untuk mengkarakterisasi beberapa variable elastis dan plastis yang
relevan terkait dengan sifat mekanik suatu material yang diuji. Sifat tarik juga
sering digunakan untuk memprediksi perilaku material pada pembebanan selain
tegangan unaksial (Saray Onur, dkk., 2015). Pengujian tarik juga bertujuan untuk
mengetahui sifat mekanis dari suatu bahan dalam keadaan pembebanan statis.
Sifat-sifat yang diketahui meliputi tegangan luluh, tegangan ultimate, tegangan
patah, regangan dan sifat mekanis lainnya (Junus, 2006).
ΔL
ε= 100 % (2)
L0
Dimana :
ε : Regangan akibat daya tarik (%)
𝛥𝐿 : Perubahan panjang spesimen (mm)
L0 : Panjang spesimen awal (mm)
E=σ/ε (3)
ρm
Porosity = 1− (3)
ρth
Dimana:
ρm : densitas aktual (gram/cm3 )
ρth : densitas teoritis (gram/cm3 )
Gambar
2.15
BAB 3. METODE PENELITIAN
4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan komposit Al-
Mg/Anyaman Kawat SS 304 :
1) Al Murni
Aluminium murni digunakan sebagai matrik dalam pembuatan komposit
Al-Mg/Anyaman Kawat SS 304. Gambar 3.4 merupakan material aluminium
yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2) Magnesium
Magnesium dalam penelitian ini digunakan sebagai zat tambahan pada
pembuatan material komposit dan berfungsi sebagai wetting agent yang dapat
memperkuat ikatan antara matrik dan penguat. Magnesium yang digunakan dalam
bentuk ingot seperti pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Magnesium
W kering
ρ sampel = (2)
V sampel
dimana,
ρ sampel = Densitas sampel (gram/cm3)
Wkering = Massa di udara (gram)
Vsampel = Volume sampel (cm3)
ρkomposit = (Vf Aluminium x ρ Aluminium) + (Vf Magnesium x ρ Magnesium) + (Vf Kawat x ρ Kawat)
(3)
ρteoritis− ρaktual
%Porositas = ( ) x 100% (4)
ρteoritis
dimana,
ρteoritis = densitas teoritis (gram/cm3)
ρaktual = densitas aktual (gram/cm3)
DAFTAR PUSTAKA
Ajay Singh Verma, Sumankant, Narender Mohan Suri, Yashpal, Material Today:
Proceedings, 2, (2015), 2840-2851.
Altenpohl, D. Aluminium Viewed from Within.Aluminium Verlag.
Dusseldrof.1982
ASTM International e407 07. Standart Practice for Microetching Metals and
Alloys tahun 2012 .
BCS. Optimization of the Squeeze Casting Process for alluminium alloy parts.
(Washington: U.S Departmen of Energi), 2000.
Jit, Nrip, Anand K Tyagi, Nirmal Singh, Dayal Chand. ―Properties of (A384.1)1-
x[(SiC)p]xKomposits by Keeping Particle Size at 0.220
Micrometer‖.Proceeding of the World Congress on Engineering Vol III.
2011. ISSN : 2078-0966.
Saray Onur, Sukhwinder Kaur BHULLAR, dan Ali Osman GÜNEY. 2015.
Tensile Testing Experiment Sheet. Bursa Technical University.
Surdia, Tata dan Shinroku Saito, 1995, Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta
Trinh, Son N. and Sastry, Shankar, "Processing and Properties of Metal Matrix
Composites" (2016). Mechanical Engineering and Materials Science
Independent Study. Paper 10