Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-volume laba
“Analisis hubungan Biaya-Volume–Laba (Cost-Volume-Profit)
merupakan teknik untuk menghitung perubahan dampak harga jual, volume
penjualan, dan biaya terhadap laba, untuk membantu manajemen dalam
perencanaan laba jangka pendek, atau dalam suatu periode akuntansi
tertentu dengan mendasarkan analisisnya pada variabilatas penghasilan-
panghasilan penjualan maupun biaya volume kegiatan sehingga teknik-
teknik tersebut akan dapat digunakan dengan baik sebagai alat perencanaan
laba dalam jangka pendek”. Mulyadi (1993;223)
“Analisis Biaya-Volume–Laba menghasilkan informasi dampak
perubahan harga jual, biaya dan atau volume penjualan terhadap laba
bersih”. Mulyadi (1993;271)
“Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan suatu metode estimasi
bagaimana perubahan variabel-variabel berikut akan mempengaruhi laba:
biaya variabel per unit, harga jual per unit, jumlah biaya tetap per
periode,volume penjualan,dan bauran penjualan. Analisis Biaya-Volume-
Laba adalah pemeriksaan bagaimana jumlah pendapatan dan jumlah biaya
berubah seiring dengan perubahan volume penjualan. Henry Simamora
(1999;159)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laba :
1. Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk, atau jasa yang
dijual.
2. Perubahan jumlah total biaya tetap.
3. Perubahan biaya variabel per unit.

6
7

4. Kombinasi perubahan harga jual per unit, total barang tetap, biaya
variabel per unit, dan biaya tetap per unit.

2.1.2 Pengertian Biaya


Biaya merupakan salah satu unsur dalam perhitungan break event
point, karena itu sangatlah penting untuk mengetahui pengertian biaya dan
bagaimana penggolongan biaya. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya
dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva. Mulyadi (2005;8)

2.1.3 Penggolongan Biaya


Dalam biaya digolongkan dengan berbagai macam cara, umumnya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai
dengan penggolongan tersebut. Berikut beberapa penggolongan biaya
menurut Mulyadi (1993;15)
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran merupakan
penggolongan biaya yang paling sederhana. Misalnya nama
objek pengeluaran adalah transportasi, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan transportasi disebut “biaya
transportasi “.
b. Penggolongan biaya menurut fungsi – fungsi pokok dalam
perusahaan. (functional cost classification), dikelompokan
menjadi tiga kelompok :
- Biaya produksi (production cost)
Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi dalam
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.
8

Menurut objek pengeluaranya objek pengeluaranya biaya


produksi dibagi menjadi tiga bagian : biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.
- Biaya pemasaran (advertising cost)
Biaya pemasaran merupakan biaya- biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk, misalnya : biaya
iklan, biaya promosi, biaya pencetakan brosur, biaya sampel,
dll.
- Administrasi dan Umum (general and administration cost)
Biaya administrasi dan umum adalah biaya – biaya yang
berhubungan dengan kegiatan administrasi dan pemasaran
produk, misalnya: biaya gaji karyawan bagian keuangan,
bagian akuntansi dan bagian lainnya.
c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu
yang dibiayai.
dalam hubunganya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya
dikelompokan menjadi :
- Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya
sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung dalam
hubunganya dengan produksi dinamakan biaya produksi
langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
- Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung
dalam hubungannya sering disebut biaya overhead pabrik.
9

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya


dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Biaya dapat
digolongakan menjadi :
- Biaya variabel
biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan, contohnya : biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung.
- Biaya semi variabel
Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap
dan unsur biaya variabel.
- Biaya semifixed
Biaya tetap untuk tingkat kegiatan tertentu dan berubah dengan
jumlah konstan pada volume produksi tertentu.
- Biaya tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kaisar volume kegiatan
tertentu, contohnya : gaji derektur produksi.

2.1.4 Break Even Point (BEP)


Break even point adalah keadaan volume penjualan minimum agar
perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga tidak memperoleh laba.
Break even point adalah volume penjualan dimana pendapatan dan
jumlah bebannya sama. Tidak terdapat laba maupun rugi bersih Hansen
dan Mowen (2005 ; 274)
Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan
total biaya, titik dimana laba sama dengan nol.
Dari beberapa uraian dapat di ambil kesimpulan bahwa analisis
break even point adalah suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan
untuk mengetahui volume kegiatan produksi (usaha) dimana dari volume
10

produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak


menderita rugi.
Dengan mengetahui titik impasnya ( break even point ), manager
suatu perushaan dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan
agar terhindar dari kerugian, dan diharapkan dapat mengambil langkah –
langkah yang tepat untuk masa yang akan datang. Dengan mengetahui titik
impas ini, manager juga dapat mengetahui sasaran volume penjualan
minimal yang harus diraih oleh perusahaan yang dipimpinya.
Berikut adalah asumsi – asumsi yang mendasari analisis break even point :
1. Biaya harus di pisahkan atau diklasifikasikan menjadi biaya
tetap dan biaya variable apabila ada biaya campuran, maka
baiaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan
variable.
2. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah – ubah secara
prorposional dengan volume produksi / penjualan, bahwa biaya
variable per unit adalah tetap sama.
3. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun
ada perubahan volume produksi / penjualan, ini berarti bahwa
biaya tetap per unitnya berubah – ubah Karena adanya
perubahan volume kegiatan.
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang di
analisa.
5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila
lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan
penjualan antara masing – masing produk atau “sales mix”-nya
adalah konstan.
11

2.1.5 Kegunaan Break Even Point (BEP)


Analisa Break Even dapat digunakan untuk membantu menetapkan
sasaran tujuan perusahaan, kegunaan bagi manajemen Menurut Sutrisno
antara lain :

1. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan


operasional dalam usaha mencapai laba tertentu

2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan


operasi yang sedang berjalan yaitu alat untuk pencocokan
antara realisasi dengan angka-angka dalam perhitungan Break
Even atau dalam gambar Break Even .

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan harga jual yaitu


setelah diketahui hasil perhitungan menurut hasil analisa Break
Even dan laba yang ditargetkan.

4. Sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan


yang harus dilakukan seorang manager suatu perusahaan.

2.1.6 Manfaat Break Even Point ( BEP )

Manfaat Break Even Point dari berbagai segi seperti keuangan,


kuantitas yang diproduksi, perubahan harga penjualan, dan dari segi laba
adalah sebagai berikut :

a. BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi


keuangan perusahaan

b. BEP bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan jumlah


peralatan dalam rupiah atau unit yang akan dihasilkan
perusahaan agar tidak rugi dan tidak untung.

c. BEP bermanfaat untuk menargetkan perusahaan harga


penjualan dan peralatan.
12

d. BEP bermanfaat untuk mengetahui jumlah biaya tetap dan


variabel serta hubungan pendapatan total pada tingkat produksi.

2.1.7 Perhitungan Break Even Point

Ada beberapa cara dalam perhitungan Break even point antara lain :

1. Perhitungan pendekatan persamaan

Harga jual/unit = by.tetap + by. Varabel/unit + laba

Unit = by. tetap


Harga jual – by. variabel

2. Perhitungan pendekatan Contribusi Margin yang terbagi atas dasar unit


dan atas dasar sales atau penjualan dalam rupiah adalah sebagai berikut

a. Atas dasar unit menggunakan rumus :


TFC
BEP(Q) =
CMsatuan

b. Atas dasar rupiah menggunakan rumus :

BEP(Rp) = TFC
rasioCM
13

3. Perhitungan dengan pendekatan grafik.


Salah satu pendekatan penentuan titik break even adalah dengan
menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam suatu
gambar grafik. Pada grafik nampak garis-garis biaya variabel, tetap dan
total biaya dan garis total penghasilan.
TR
Harga TC
Daerah rugi
Rp BEP

FC

0 Unit
Grafik Break Even Point ( BEP )
Keterangan :
TR ( Total Revenue)
TC ( Total Cost )
VC ( Variable Cost )
FC ( Fixed Cost
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan denngan
grafik atau bagan, dengan grafi break even manajemen akan dapat
mengetahui hubungan antara biaya, penjualan, penjualan dan laba.
Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui
besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan
dengan grafik break even point pula manajemen akan dapat mengetahui
tingkat-tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan dan
tingkat-tingkat penjualan yang sudah menimbulkan harga tertentu.
14

2.1.8 Margin Of Safety


Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah
volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita rugi, jika
angka impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang
dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi
berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan
tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi.
Margin of safety adalah selisih antara volume penjualan yang
dianggarkan dan penjualam pada tingkat break even dengan penjualan yang
dianggarkan itu sendiri, atau rasio antara penjualan yang dianggarkan
dengan volume penjualan pada tingkat break even. Margin of safety dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

MOS(Rp) = Penjualan yang dianggarakan – Penjualan pada BEP

MOS dalam Rp
MOS(%) = x 100
Penjualan yang dianggarkan

Anda mungkin juga menyukai