Anda di halaman 1dari 5

1.

Sebagaimana diketahui bahwa dasar hukum surat berharga itu adalah


KUHD. Namun seiring perkembangan zaman, dasar hukum surat
berharga pun terus mengalami perkembangan. Coba saudara/i
jelaskan, bagaimana eksistensi keberlakuaan KUHD itu di Indonesia dan
hubungannya dengan berbagai berbagai peraturan hukum lainnya?

Jawab :
Pasal 112 ayat (2) KUHD, Endosemen itu harus diletakkan di bagian
belakang surat tersebut dg menyebutkan nama. Namun menurut Emmy
Pangaribuan Simajuntak : “hal tersebut tidak sebuah keharusan, akan
tetapi kecuali endosemen blanko yg hanya ada ttd saja”

2. PT Indo Nusantara yang merupakan anak perusahaan dari PT Kencana


Nusantara yang bergerak di bidang elektronik, furniture dan peralatan
rumah tangga telah melakukan proyek pengadaan paket komputer
dengan PT Kencana. Hubungan hukum itu diadakan dengan model
pembayaran Wesel setelah PT Digdaya selaku pemenang tender
menerima barang yang dipesankan oleh pihak PT Indo Nusantara.
Melalui ilustrasi itu, silahkan anda uraikan, yang mana dikatakan
sebagai peritiwa dasar dan yang mana dikatakan hubungan dasar? Dan
apa akibat hukumnya jika PT Digdaya tidak menerima barang sesuai
dengan hubungan hukum yang sudah terjadi itu?

Jawab :
Ajaran ini mendasarkan dirinya kepada Pasal 1451 dan 1452 BW yg
menyatakan bahwa “kebatalan suatu perjanjian mengakibatkan barang
dan org-nya harus dipulihkan dalam keadaan sebelum perikatan dibuat”.
(Contoh Wesel di atas <Apabila perikatan yg menimbulkan hubungan
dasar itu batal, maka wesel pun batal>. Akibatnya, pihak ke-3 pemegang
wesel yg tidak tau-menahu atas adanya perjanjian yg batal tentu
dirugikan, karena wesel yg dibelinya menjadi tidak lak
Ajaran ini diajarkan oleh Heineccius. Menurutnya, hubungan antara
hubungan dasar dan perikatan yg terkadung dlm SB itu putus, sehingga
timbul akibat bahwa surat wesel itu harus dibayar pada hari bayar
meskipun harga barang (dalam hubungan dasar) menurut hukum tidak
perlu dibayar, karena perjanjian itu batal walaupun wesel itu ada
ditangan penerbit sendiri.
Ajaran Abtraksi Material tentunya menguntungkan pihak ke-3, namun
merugikan salah satu pihak dalam perjanjian yg menimbulkan
hubungan dasar.
Kelemahan itu diperbaiki oleh Ajaran Persatuan ini. Menurut ajaran ini,
antara hubungandasar dan perikatan yg dikandung didalam wesel
masih tetap ada bg para pihak dalam perjanjian.
Hubungan itu lenyap apabila berhadapan dengan pihak ketiga yng
beritikad baik.

3. Sebutkan dan jelaskan secara sederhana perbedaan antara teori kreasi,


teori perjanjian, teori kepantasan dan teori penunjangan sehubungan
dengan dasar hukum mengikatnya surat berharga antara debitur dan
pemegang surat berharga?

Jawab :

TEORI KREASI

Menurut teori ini, dasar hukum perikatan SB bagi seorang debitor SB


terletak pada perbuatan penandatanganan surat tersebut. Artinya,
dengan menempatkan tandatangan diatas SB itu akan menimbulkan
suatu perikatan bg orang yang menandatanganinya terhadap orang lain
yang memperoleh SB itu.
Intinya, teori ini ingin menampilkan bahwa
TINDAKAN MENANDATANGANI SURAT BERHARGA TERSEBUT
ADALAH DASAR HUBUNGAN PERIKATAN ANTARA PENERBIT DAN
PEMEGANG SB

Keberatan teori ini adalah pernyataan sepihak dg ttd saja tidak


mungkin menimbulkan perikatan. Supaya timbul perikatan, harus ada 2
pihak yang mengadakan persetujuan, sebab tanpa persetujuan tidak
ada kewajiban.
Demikian juga apabila SB itu jatuh ke tangan orang yg tidak berhak atau
tidak jujur, misalnya dicuri, penerbit yg menendatangani tetap terikat
untuk membayar. Padahal Pasal 1977 ayat (2) BW, seseorang yang
kehilangan surat itu karena dicuri, masih berhak menuntut kembali
surat itu dari pencuri atau penemunya selama tenggang waktu 3 tahun.
TEORI PERJANJIAN

Menurut teori ini, dasar hukum perikatan SB terletak pada suatu


perjanjian yg merupakan perbuatan dua belah pihak, yakni antara
pihak penerbit dan pemegangnya.
Keberatan atas teori ini ada pada ketidakmampuannya memberikan
penyelesaian beberapa hal yg timbul pada peredaran SB itu. Dalam
keadaan normal, teori ini dapat diterima akan tatapi dalam keadaan
tidak normal (mis, dicuri atau hilang) penerbit masih harus
bertanggungjawab terhadap pemegang atau pembawa SB yg diperoleh
dg tidak normal itu.

TEORI PENUNJUKKAN

Perikatan suatu SB itu baru timbul dg menunjukkan surat itu. Jika


seseorang menguasai suatu SB pada saat jatuh tempo dan menunjukkan
kpd debitor untuk meminta pembayaran, maka pada saat itulah ia
menjadi penagih dan saat penunjukkan itu pulalah debitor menjadi
terikat membayar.
Teori ini menurut abdul kadir muhammad tidak sesuai dg fakta dan
terlalu jauh bertentang dg UU. Dikatakan tdk sesuai dg fakta karena
pembayaran itu adalah pelaksanaan dari suatu perikatan. Dengan
demikian, perikatan harus sudah ada terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan
Persoalannya, bagaimana pemegang memperoleh pembayaran kalau
tidak ada dasar hukumnya, yaitu perikatan yg terjadi sebelumnya
antara penerbit dan pemegang itu?
Persoalan lainnya, bagaimana seadainya penerbit menolak pembayaran
terhadap pemegang SB dg alasan belum ada perikatan? Kepada siapa
pemegang SB itu memperoleh pembayaran? Persoalan ini tidak dapat
dipecahkan dg teori

Dikatakan terlalu jauh bertentangan dg UU adalah karena UU (KUHD)


sendiri menentukan bahwa perikatan sudah ada sebelum hari
pembayaran dan sebelum penunjukan SB itu. Hal ini dapat disimpulkan
dari ketentuan pasal 142 KUHD.
TEORI KEPANTASAN
Teori ini masih mengakui teori kreasi, namun juga menerima keberatan
yg diajukan terhadap teori kreasi mengenai org yg memperoleh SB
secara tidak jujur yg berhak menagih.
Menurut teori ini masih harus ditambahkan dalil bahwa hanya orang
yang memperoleh surat yang telah ditandatangni dan diperolehnya
secara pantas yang mendapat perlindungan. Artiny, kalau cara
perolehan surat yg ditandatangani itu secara pantas, maka debitur
menjadi terikat.
Tetapi teori ini masih tetap berpedoman pada perbuatan sepihak saja
saja sudah dapat menimbulkan perikatan.

4. Dalam praktek pengembanan surat berharga, dikenal adanya upaya


tangkisan atau bantahan menyangkut penerbitan surat berharga, baik
itu upaya tangkisan absolut maupun tangkisan relatif. Menurut saudara,
kapan upaya tangkisan atau bantahan tersebut berlaku?

Jawab :
upaya tangkisan relatif ini tidak dapat diketahui dari bentuk formil SB.
Upaya bantahan relatif ini dapat diketahui dari hubungan hukum antara
penerbit dan pemegang pertama. Dengan kata lain, upaya tangkisana
relatif ini tidak daat digunakan kepada semua pemegang SB, ttp hanya
dapat digunakan olrh penerbitnya kpd pemegang yg tdk jujur (secara
melawan hukum).
Upaya tangkisan relatif ini terdiri dari :
Upaya tangkisan yg bersumber dari Perikatan Dasarnya.
Penolakan Pembayaran dalam kategori ini terjadi karena cacat atau
batal perikatan dasarnya. (Teori Hubungan Kausal).
Artinya.
Terbitnya SB itu adalah pemenuhan prestasi dari perikatan dasarnya,
sehingga apabila perikatan dasarnya batal, maka penerbit dapat
menggunakan upaya bantahan karena perikatan dasarnya sudah batal.
Upaya tangkisan yg bersumber dari Hubungan Pribadi
Bantahan yg bersumber pada hubungan pribadi antara penerbit dengan
pemegang pertama yang merupakan hubungan utang piutang yang
terjadi diluar hubungan hukum SB. Dengan kata lain, terjadi
perjumpaan utang atau kompensasi antara piutang penerbit dan
kewajiban membayar SB.

5. Dari 7 (tujuh) kali pertemuan dalam mata kuliah surat berharga, materi
tentang apa yang menurut saudara menarik perhatian saudara? Berikan
uraiannya sesuai dengan pemahaman saudara/i terkait materi itu yang
manarik perhatian saudara tsb.

Jawab :
Penyerahan setiap piutang karena surat atas pembawa (aan tonder)
dilakukan dengan penyerahan surat itu, penyerahan setiap piutang atas
tunjuk dilakukan dengan cara penyerahan surat itu disertai dg
endosemen

Di Susun Oleh :

RIZKI WAHYUNA
NPM. 1801110190

Anda mungkin juga menyukai