makalah-modul-IPS MODUL 4
makalah-modul-IPS MODUL 4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS
SD?
2. Apa saja masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam
pembelajaran IPS SD?
3. Apa saja masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam
pembelajaran IPS SD?
4. Apa saja masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran hukum
warga negara dalam pembelajaran IPS SD?
5. Bagaimana pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS SD
?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran
IPS SD.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan
dalam pembelajaran IPS SD.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum
dalam pembelajaran IPS SD.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran
hukum warga negara dalam pembelajaran IPS SD.
5. Untuk mengetahui pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam
pendidikan IPS SD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tren Globalisasi dan Keragaman Budaya
2.1.1 Globalisasi
Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia.
Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah
yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia.
Pengertian lain berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan.
Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang
dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut
menurut King harus mengandung hal-hal berikut.
1. Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian jari jaringan
yang memiliki keterkaitan.
2. Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional
maupun universal. Namun demikian, keputusan yang diambil haruslah demi
tatanan dunia yang lebih baik di masa datang.
3. Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan
yang berbbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan yang lain.
Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa
mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti
harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula
sebaliknya, sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia
yang baik.
Pendidikan global mencoba lebih banyak mengangkat persamaan daripada
perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu,
berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang kesetiaan terhadap bumi
tempat kita semua hidup dan tidak hanya berpikir tentang negerinya sendiri,
terutama berkenaan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi
batas-batas negara. Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai
berikut:
1. Krisis energy, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa,
masalah harga maupun penelitian tentang sumber sumber energy pengganti.
2. Jurang antara Negara kaya dan miskin.
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya
penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan.
4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan,
pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang
semakin menipis.
5. Perang nuklir
6. Perdagangan internasional
7. Komunikasi
8. Perdaganagn obat terlarang
Pendidikan harus dikaitkan denga penelitian tentang sebab-sebab, akibat-
akibat, dan kemungkinan penyelesaia tentang isu-isu global saat ini. Para siswa
harus mengetahui bagaimana mereka memengaruhi dan dipengaruhi oleh
masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak mengetahui bagaimana
mereka dapat memberikan kontribusi dalam proses penyelesaiannya itu.
Ciri isu-isu dan masalah global
1. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari
masalahnya melintasi lebih dari satu negara.
2. Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan
multilateral: penyelesaian dan perbaikaan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan
satu negara.
3. Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah
dalam membedakan nilai dan tujuan tentang jasil dan cara , dan dalam kesulitan
menemukan tindakan yang tepat yang diperlukan untuk menjamin hasil yang
diharapkan.
4. Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus menerus (persistence). Masalah
dan isu telah berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan.
5. Isu dan masalah terkait dengan hal lain.
2.1.2 Keragaman Budaya
Keragaman budaya mengandung arti, yaitu keragaman artinya
ketidaksamaan, perbedaan dan budaya berarti dalam rangka kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian,
keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu
masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya.
Keanekaragaman budaya di antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik
yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.
Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di
Indonesia sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan
yang ada pada siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar
belakang pekerjaan orang tua. Pelajran IPS akan menarik jika para siswa didorong
mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan
dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Dalam masyarakat yang
memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu0isu
diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism (melahirkan
superioritas dan inferioritas).
Pembauran adalah proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut:
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda.
2. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama.
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya
yang khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur
kebudayaan campuran.
Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran, antara lain:
1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi.
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas.
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang
rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas.
Pendidikan tentang keanekaragan budaya akan mampu membebaskan
siswa-siswi kita dari cara berpikir dan memandang yang sempit terhadap
perbedaan kebudayaan sehingga melalui pendidikan pula diharapkan mampu
dikembangkan sikap toleran yang didasari simpati dan kasih sayang.
2.1.3 Globalisasi dan Keragaman Budaya di Indonesia
Indonesia sebagai dari masyarakat dunia merasakan gelombang globalisasi
yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat,
baik dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan budaya.
Berkembangnya karakter global daari teknologi masalah lingkungan,
keuangan, telekomunikasi, dan media menyebabkan lahirnya umpan balik budaya
baru, yakni kebijakan suatu pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia menjadi
perhatian bagi negara lain. Implikasinya adalah tidak ada negara manapun di
dunia yang dengan sendirinya bisa menyimpan atau menutupi fakta dari negara
lain.
Indonesia tidak hanya strategis dari segi geografis dan ekonomis, tetapi juga
dalam sumber daya manusia dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari
pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas
Indonesia yang demikian, mampu dieratkan dan jaraknya diperpendek dengan
teknologi komunikasi satelit. Dalam dekade 70-an Indonesia adalah satu-satunya
negara Asia Tenggara yang mempercayakan sistem komunikasi dengan
menggunakan satelit Palapa, bahkan berlangsung sampai dekade tahun 80-an dan
Indonesia tidak menggunakan jasa satelit negaralain, tetapi milik sendiri.
Langkah lain yang diambil Indonesia dalam menyikapi globalisasi adalah
diizinkannya beroperasi stasiun televisi, sebagai pengakuan bahwa bangsa
Indonesia sudah waktunya menerima informasi yang lebih banyak sehingga tidak
tertinggal dari bangsa-bangsa lain, dalam hal pengetahuan tentang peristiwa-
peristiwa penting di belahan bumi lain dalam waktu yang bersamaaan.
Derasnya arus informasi yang masuk ke Indonesia memberikan keuntungan-
keuntungan, misalnya penyerapan ilmu pengetahuan lebih cepat dilakukan.
Peristiwa penting di seluruh dunia bisa diketahui dengan cepat karena jarak
menjadi tidak begitu berarti, terutama bagi yang menggunakan parabola. Mereka
dapat mengetahui berita buruk atau baik dari seluruh dunia. Misalnya,masalah
mode pakaian yang sedang trend di Paris. Di Paris sedang musim baju mini dan
ketat maka kita akan melihat kecemderungan yang sama di seluruh pelosok dunia,
para gadis mengenakan model yang serupa baik tatanan pakaian maupun corak
warna. Masalah tersebut dapat berjangkit di Jakarta, Bandung, Medan, bahkan
Papua.
Masalah globalisasi yang melanda Indonesia adalah penggunaan jaringan
internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai
akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas kepentingan. Orang
Indonesia bisa mengetahui informasi tentang negara dan bangsa lain. Sebaliknya,
bangsa lain pun bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan Indonesia.
Media global telah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus
dampak negatifnya, terutama di kalanga generasi muda. Beberapa media surat
kabar menyebutkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan adanya
keterkaitan antara pola tingkah laku generasi muda, umumnya di perkotaan
sebagai masyarakat urban dengan sajian televisi, baik televisi nasional maupun
internasional.
Masalah global lainnnya yang sangat populer meningkat akhir-akhir ini
yaitu narkoba dan jenis obat ectasy. Kebanyakan para penggunanya adalah
kalangan muda di kota-kota, bahkan orang yang lebih tua pun menjadi pengguna
obat terlarang tersebut.
Salah satu masalah yang menjadi perhatian khusus yaitu tentang pembauran
dalam masyrakat. Masalah pembauran menjadi salah satu program pemerintah
maka usaha ke arah itu patut mendapat dukungan dari kita semua.
Berabad-abad yang lalu orang cina telah datang ke Indonesia. Kedatangan
mereka lebih teratur lagi ketika VOC (persekutuan dagang orang-orang Belanda)
dalam awal abad ke-18 membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengelola
perkebunan tebu di Batavia. Pasang surut peranan mereka di tengah-tengah
masyarakat telah banyak ditulis oleh para ahli sehingga saat ini para ahli masih
melihat proses pembauran belum berjalan dengan baik.
Kelambanan proses pembauran tersebut meurut Koentjaraningrat
dilatarbelakangi oleh belum cukupnya sikap saling bertoleransi dan bersimpati.
Hasil penelitian dari hariyono tentang pemahaman menuju asimilasi kultural
orang Cina. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut.
Di beberapa lingkungan hubungan sosial antara masyarakat Cina dan jawa
kurang begitu harmonis sehingga terbentuk stereotype-stereotype kuat tentang
orang Cina di Indonesia. Stereotype adalah karakteristik yang dimiliki oleh
individu-individu berupa ciri khas perilaku dan emosi yang sama dalam suatu
kelompok primordial (kesamaan kedaerahan, misalya sama-sama orang jawa).
Stereotype dapat menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya menutup
diri masing-masing kelompok dan memperkuat stereotypenya sendiri-sendiri.
Ketertutupan ini menyebabkan pembauran menjadi lamban. Di harapkan dengan
adanya pertukaran pengetahuan dan pengertian stereotype dapat menumbuhkan
rasa salinh menghormati dan mengahargai antara kedua belah pihak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS meliputi (1) masalah
tren globalisasi dan keragaman budaya, (2) masalah-masalah lingkungan dan
pendidikan lingkungan, (3) masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran
hukum, (4) masalah-masalah hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara.
Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-
masalah yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh
dunia. keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana
suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil
karya. Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong
mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyrakat global dengan
keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan
pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini
dalam mengambil keputusan untuk masa datangdan berpartiipasi dalam aktivitas
di masyrakat.
Pembelajaran IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu yang mengkaji
tentang manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di luar dirinya.
Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi, dan
mewarisi khasanah peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting dalam
hubungannya dengan masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan sumber
daya alam secara rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari tujuan
pembelajaran Pendidikan IPS.
Hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik,
melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam
berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi
dengan lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran
hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.
Penanaman kesadaran hukum warga negara dapat dilakukan melalui
proses pendidikan. Dalam proses pendidikan dilakukan dengan mengintegrasikan
antara pengetahuan nilai dan skill pada diri siswa. Apabila dikaitkan dengan
pendidikan IPS, penanaman kesadaran hukum dapat dilakukan dengan pendekatan
multidisipliner. Kurikulum yang ditetapkan, yaitu dengan pendekatan integrasi
dan korelasi terhadap permasalahan-permasalahan sehari-hari yang dihadapi oleh
siswa.
3.2 Saran
Dalam isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS, guru harus
dapat memahami arti globalisasi secara baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa
agar meraka dapat menjadi warga negara yang efektif. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pendidikan formal.
Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan dalam pembahasan makalah tersebut,
melalui pengajaran IPS diharapkan lahir generasi muda yang penuh pengertian
akan keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah
dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan.
Dalam memecahkan masalah mengenai lingkungan, seharusnya
pendidikan IPS diberikan di tingkat sekolah dengan materi yang tak terpisahkan
dengan masalah-masalah ekologi. pendidikan Ekologi memiliki tujuan tidak
hanya pada tataran konseptualisasi, yaitu untuk pengembangan disiplin ilmu itu
sendiri, tetapi juga memiliki fungsi aktualisasi, yaitu pengalaman ilmu itu dalam
konteks praktis sehingga dapat bermanfaat secara langsung untuk kepentingan
keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan manusia di satu sisi dalam
hubungannya dengan lingkungan alam sekitar di sisi lain.