Disusun Oleh
Nama : Aruzy
NIM : 01303-058
Nama : Aruzy
Nim : 01303-058
karya sendiri dan tidak menyadur dari karya orang lain, kecuali kutipan – kutipan
yang diambil dari berbagai buku referensi yang di sebutkan dalam daftar pustaka
Penulis
( Aruzy )
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Aruzy
01303-058
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah,
Tugas ini disusun untuk dapat memenuhi salah satu persyaratan kurikulum
sarjana strata satu (S1) di Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin
Tugas ini tidak akan dapat terwujud tanpa adanya petunjuk, pengarahan
serta bimbingan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah ikut membantu dalam penulisan Laporan Tugas akhir ini. Pada kesempatan
semua pihak yang telah membantu baik itu secara moril maupun secara materil.
3. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma, Msc. Selaku pembimbing Tugas Akhir dan
sepanjang hayat.
Rekatama.
Elevator Rekatama.
10. Bapak Sugito dan Keluarganya, terima kasih telah memberikan saran
11. Kepada teman-teman Jurusan Teknik Mesin Angkatan 2003 yang telah
12. Serta semua pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah
banyak terdapat kekurangan yang mungkin terjadi baik dari segi materi maupun
penyajiannya. Oleh karena itu, diharapkan kepada rekan-rekan dari berbagai pihak
Penulis
ABSTRAK
dalam menganalisanya. Lift penumpang ini menggunakan jenis mesin traksi yang
mengandalkan gaya gesek antara tali baja tarik dengan roda puli dan
digunakan pada saat kereta dipenuhi dengan kapasitas maksimum (Poutput) =15,18
dinamis(Td) menunjukan bahwa lift tidak terjadi slip, karena Td = 1,413 Traksi
.
yang diperoleh dari roda puli penggerak ( ) = = 1,62.
vertikal.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………..……………............... ii
ABSTRAK ……………………………………….............…………………….. v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………............... 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.15 Jenis Tali baja tarik dari segi arah pilinan …………………….... 33
Gambar 3.10 Gaya gesek tali baja tarik dengan roda puli ……………………… 47
Gambar 4.5 perencanaan sistem pertalian 1:1 memeluk satu kali …………….. 80
Gambar 4.7 distribusi tekanan spesifik didalam alur bentuk U undercut ……… 84
Tabel 2.1 Perbedaan lift motor traksi dengan lift hidrolik …………………….. 8
Tabel 1 Faktor Keamanan Untuk Tali Baja Tarik dan Tali Baja Governor lampiran
Tabel 3 Batas Patah Tali Baja Tarik 8 x19 FC “Seale” Dan Regular Lay..lampiran
Tabel 5 Nilai Faktor Tekuk Untuk Baja 370 N/mm2 ………………... lampiran
sehingga kebutuhan akan lahan sangat terbatas dan lahan yang ada untuk
Kemudian timbul masalah bila gedung semakin tinggi yang terdiri dari beberapa
lantai, maka hubungan antar lantai tidak efektif dan waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai lantai demi lantai tidak efisien. Oleh sebab itu dibuatlah alat transportasi
vertikal yang efektif dan efisien untuk gedung-gedung bertingkat yang kita kenal
Lift atau elevator ini digunakan untuk transportasi manusia atau barang
secara vertikal, yang dilengkapi dengan kereta (car) dan digerakkan dengan motor,
bergerak pada rel penuntun tetap yang terletak pada ruang luncur (hoist way) serta
dirancang sekuat mungkin agar penumpang tetap terjaga pada kondisi yang baik.
Faktor yang sangat penting adalah faktor kekuatan dari lift agar perbandingan
kekuatan lift dan berat barang seimbang. Dari faktor kekuatan tercipta faktor
sistem keamanan dari elevator, sistem buffer (penyangga) harus dirancang secara
baik guna meminimalisasikan resiko yang fatal jika sistem-sistem tidak dapat
Maksud dan tujuan tugas akhir dengan judul analisa perencanaan lift
Pada tugas akhir ini, diperlukan batasan masalah agar pembahasan tidak
terlalu luas dan tidak menyimpang dari topik. Pembatasan masalah yang diberikan
akan digunakan
antara lain :
Start
Perumusan Masalah
Pengambilan Data
Perhitungan
Kesimpulan
End
1.5. Sistematika Penulisan
penulisan. Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
utama lift sehingga memudahkan dalam menganalisa perencanaan lift yang akan
dibuat.
Dalam bab ini berisikan data perancangan mengenai beban yang diangkat
serta teknik dalam perencanaan dari lift penumpang model P-17-CO-105 Sanyo.
dengan perancangan lift penumpang terutama pada tali baja (wire rope), puli,
bobot pengimbang (counter weight), motor penggerak, rel penuntun dan balok
BAB V KESIMPULAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari analisa perencanaan lift.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
Landasan Teori
dengan tenaga listrik baik melalui transmisi tarikan langsung (tanpa atau dengan
roda gigi) maupun transmisi sistem hidrolik dengan gerakan vertikal (toleransi
Mulai dari jaman kuno sampai jaman pertengahan dan memasuki abad ke-
ke
13, tenaga manusia dan binatang merupakan tenaga penggerak. Pada tahun 1850
telah diperkenalkan lift uap dan hidrolik. Tahun 1852 terjadi babak baru dalam
sejarah elevator yaitu penemuan lift yang aman pertama di Dunia oleh Elisha
Graves Otis.
Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton
pada tahun 1867. Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah
hidrolik Otis yang pertama. Era Pencakar Langit pada tahun 1889 Otis
sukses. Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi tulang
punggung industri elevator, yaitu elevator listrik gearless traction yang dirancang
dan terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada
adalah Empire State building dan World Trade Center di New York, John
Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis
Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang
peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator dan mutu berkendara
dalam elevator.
2.3. Jenis Penggerak lift pada umumnya
Dari masa ke masa jenis penggerak pesawat lift telah berkembang dan
atau dipergunakannya. Namun demikian pada umumnya jenis penggerak lift dapat
elevator).
dihadapinya. Akan tetapi ada perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yang
diperhatikan
per-jam.
90 m/menit)
2.4. Jenis Lift Dengan Motor Traksi
Konsep dasar dari lift yang mempergunakan motor traksi dapat dibedakan
cara operasi lift jenis ini seperti pesawat angkat yang dipakai pada crane-
crane pada proyek kontruksi bangunan, dengan menggulung tali baja pada tabung
gulung. Pemakaian jenis lift ini pada lift penumpang tidak terlalu populer seperti
pada lift traksi jenis motor pully, hal ini disebabkan adanya beberapa keterbatasan
dalam pemakaian. Oleh karena itu lift jenis ini hanya dipergunakan untuk lift-lift
dengan kapasitas kecil seperti pada lift perumahan (residential elevator) dan (lift
Oleh karena biasanya lift jenis ini mempunyai kecepatan yang rendah
( kurang dari 30 m/menit ) maka jenis motor traksi yang dipakai kebanyakan jenis
a. Dilihat dari segi mesin penggerak langsung atau tidak langsung, dibagi
Gambar 2.2 lift Geared Elevator Gambar 2.3 lift Gearless Elevator
Gambar 2.4 Geared Elevator Gambar 2.5 Gearless Elevator
Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi dua (2)
jenis, yaitu :
kecepatan tinggi.
Modele, dll). Maka timbul kecendrungan yang kuat untuk menggeser atau
dengan kemampuan yang lebih baik dan lebih hemat biaya operasi.
Lift traksi sistem pengendali motor antara lain :
Pada umumnya lift jenis traksi meletakkan motor traksi dan panel control
diatas ruang runcur (hoistway), namun demikian dalam beberapa kasus tertentu
penempatan motor traksi dan panel control ada yang diletakkan samping bawah
atau disamping atas ruang luncur. Untuk mengatasi masalah dimana ketinggian
bangunan yang terbatas, saat ini telah ada lift motor traksi yang tidak memerlukan
ruang mesin (machine roomless) yang disebut Spacell yang telah diproduksi oleh
Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan
Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Namun
perbedaan yang nyata dari kedua lift tersebut biasanya dapat kita bedakan pada
interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Juga pada sistem
pengamanan operasi yang dipasang sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter
barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan didalam
biasanya dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar, baik dipasang
dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu) maupun yang
dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri dari dua daun
Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas muatannya.
Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation Panel Board)
didalam kereta biasanya dinyatakan dalarn kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis
lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang
(persons) atau kombinasi keduanya. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menjadi
semakin tipis apabila kita bandingkan lift penumpang dan lift barang yang
besar lift barang yang terpasang didalam gedung hunian dipersyaratkan juga untuk
penumpangnya dapat melihat kearah luar. Lift jenis ini biasanya dipasang pada
a. panel-panel control :
listrik dari panel sumber listrik utama dalam bangunan dan diteruskan
panel lift.
2. Panel Kontrol adalah terdiri dari satu atau beberapa panel yang berisi
dengan roda gigi ataupun tanpa roda gigi. Untuk lift dengan roda gigi
motor traksi dan kotak roda gigi (gear box) berfungsi untuk mengerem
kotak roda gigi atau pada motor langsung, melalui gesekan tali baja
kawat baja (wire rope) yang berfungsi pada arah gerak sangkar
kebawah.
peralatan ini biasanya berdiri sendiri akan tetapi untuk lift jenis baru
d. Perlengkapan lainnya:
1. Lampu penerangan.
2. Ventilasi terdiri dari satu atau lebih exhause fan dan grill.
Ruang luncur adalah lubang lintasan dimana kereta tersebut bergerak naik
dan turun. Lubangi harus merupakan lubang tertutup dan tidak ada hubungan
langsung ke ruang diluarnya (kecuali untuk lubang 2 (dua) buah lift yang
berdampingan).
a. Ruang luncur (Shaft, Hoistway) merupakan Lubang lintasan kereta lift
yang bebas hambatan antara pit sampai pada bagian lantai bawah ruang
mesin lift.
b. Rel (Guide Rail) adalah profil baja khusus pemandu jalannya kereta (car)
dan bobot pengimbang (counter weight), Ukuran rel untuk kereta biasanya
lebih besar dari pada rel untuk bobot pengimbang. Terpasang tegak lurus
dari bawah sampai keatas. Adapun fungsi rel ada empat yaitu :
puli penegang.
(safety device/gear)
c. Sakelar batas lintas (Limit Switch), ada dua jenis sakelar batas lintas
terpasang pada rel kereta, dipasang dibagian atas dan bagian bawah rel
berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai kamar
mesin.
d. Pelat Bendera (Floor vane) dipasang pada rel kereta yang fungsinya
landing vane ini ditiadakan dan diganti dengan pulsa detector (encoder) di
kamar mesin.
e. Pintu pendaratan (Hall Door) terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
door hanger, door sill dan door panel. Berfungsi untuk menutup ruang
luncur dari luar. Pada hall door ini dipasang alat pengaman secara
sehingga apabila salah satu pintu terbuka lift tidak dapat dijalankan.
Kereta (Car) adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik atau
turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot imbang (Couter Weight)
tempat tali baja tarik diikat dengan pegas dan baut soket dan
guides}.
safety plank).
3. Dua buah tiang tegak kiri dan kanan (up-right channels atau stiels).
Keempat bagian tersebut membentuk segi empat kokoh dengan plat baja
b. Pintu Kereta (Car Door) terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
door hanger, door sill, door panel dan mechanisme yang mengatur
buka tutup pintu. Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu
kereta (car door) ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga
c. COP (Car Operating Panel - Operating Panel Board), ada satu atau
lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta (pada front return
panel) pada panel tersebut terdapat tombol tombol lantai dan tombol
d. Interphone biasanya terletak pada COP (atau pada lokasi yang mudah
dibawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci
kereta. Biasanya terletak di sisi atas pintu kereta (transom) atau pada
COP.
j. Sakelar tali baja (Rope switch) terletak diatas kereta pada bagian
pengikat tali baja. Fungsinya untuk mematikan lift apabila ada salah
keadaan darurat).
l. Selector switch (untuk lift jenis lama) adalah mekanisme penggerak
kesempatan kereta untuk menghabiskan tenaga kinetik yang diredam oleh buffer
a. Peredam (Buffer) terletak di dua tempat, satu set untuk kereta dan
kereta atau bobot imbang yang masuk kedalam pit melewati batas
c. Stop kontak terletak didinding pit bagian depan sebagai sumber daya
perbaikan.
d. Sakelar lekuk dasar (pit switch) terletak didinding pit bagian depan
a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang lerletak didepan pintu hall
lift.
lift.
utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktipkan fungsi fireman
kereta.
semua penumpang lift sepenuhnya tergantung pada keandalan teknologi dari pada
pesawat lift itu sendiri. Oleh karena itu keyakinan akan berfungsinya alat
sehingga apabila salah satu alat tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya
seluruh pesawat tersebut akan mati dan tidak dapat dioperasikan sampai dengan
alat pengaman tersebut difungsikan kembali. Adapun peralatan pengaman tersebut
yaitu :
1. Speed Governor:
sehingga tali baja menarik safety block yang berada dikereta dan
110%.
2. Rem Mekanik (Mechanical Break) :
b. Cara kerja rem ini bekerja berdasarkan pegas yang dipasang pada
Semua peralatan pengaman dihubungkan dengan motor rem ini. Pada saat
1. Door lock
b. Cara kerja alat ini bekerja berdasarkan pegas dan gravitasi dari pengait.
pengaman yang secara seri, kontak tersebut akan selalu pada posisi
pintu biasanya dengan suatu alat khusus dan dianjurkan tidak sembarang
2. Limit Switch
a. Berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak melewati batas lintasan yang di
b. Cara kerja alat ini merupakan kontak listrik yang digerakan oleh sentuhan
yaitu pada main rail dibagian atas (setelah lantai teratas) dan dibagian
bawah setelah lantai terbawah. Alat ini terdiri dari 2 (dua) tingkat, yi.
1. Door lock:
b. Cara kerja tidak seperti pada hall door, penguncian pintu kereta dilakukan
pada motor penggerak pintu. Pada alat ini juga dipasang rangkaian kontak
b. Cara kerja kedua alat ini dipasang pada pintu kereta (tidak selalu dipasang
dengan alat pengaman yang lain. Rangkaian ini akan terputus apabila door
edge masuk atau sinar photo cell terputus. Pada kasus tertentu
a. Berfungsi untuk menahan lift agar tidak jalan apabila terjadi muatan lebih.
b. Cara kerja alat ini dipasang dibawah atau diatas kereta atau di ruang
mesin Juga mempunyai rangkaian kontak listrik yang dipasang seri dengan
alat pengaman yang lain. Rangkaian ini akan terputus apabila terjadi beban
lebih.
4. Emergency Exit Switch (man hole)
a. untuk mengunci motor traksi apabila terjadi proses evakuasi keatas kereta.
b. Cara kerja rangkaian kontak listrik dipasangkan pada pintu Kontak akan
5. Safety gear
kearah bawah.
bagian bawah kiri dan kanan kereta. Alat ini bekerja berurutan dengan
b. Berfungsi untuk rnenahan lift agar tidak jalan apabila ada wire rope yang
rusak
c. Cara kerja alat ini dipasang diatas kereta atau di ruang mesin, juga
pengaman yang lain. Rangkaian ini akan terputus salah satu rope kendor
atau putus.
terjadi kelainan.
dengan alat pengaman lain. Kontak akan terputus apabila posisi bandul
m/s2), kecuali sesaat benturan, yaitu tidak boleh melebihi dari 2,5 g
Tali baja tarik khusus untuk lift harus dibuat dari kawat baja yang cukup
kuat, tetapi cukup lemas tahan tekukan, dimana tali tersebut bergerak bolak balik
melalui roda. Batas patah elemen kawat baja ialah kira-kira 19.000 kgf/cm2 atau
bersama, arah kekiri ataupun kekanan dengan inti ditengah dari serat sisal manila
kawat yaitu 9.9.1, artinya 9 kawat diluar, 1 dipusat dan 9 lagi diantaranya.
Biasanya 9 elemen kawat baja yang diluar dibuat dari baja "lunak" (130 kgf7mm2)
agar menyesuaikan
yesuaikan gesekan dengan roda puli dari besi tuang, tan
tanpa
pa rnenimbulkan
keausan berlebihan.. Konstruksi tali sering disebut atau ditulis 8x19 atau 8 x 9.9.1.
Gambar 2.13 pintalan (strand) atas 19 kawat dan lilitan atas 8 pintalan.
Lang lay jika pintalan searah lilitan.
Gambar 2.14 Kontruksi tali baja,
Inti serat sisal dapat juga diganti dengan serat sintetis. Adapun tujuannya
hanya sebagai bantalan untuk mempertahankan bentuk bulat tali dan memberikan
pelumasan pada elemen kawat. Tali baja yang dilengkapi inti serat diberi kode FC
(fibre core), untuk membedakan dengan tali yang dilengkapi inti kawat baja atau
kawat besi yang diberi kode IWC (independent wire core). Yang tersebut terakhir
tidak memberikan pelumasan dan tidak digunakan untuk lift karena tidak luwes.
Dilihat dari segi arah pilinan, tali dibedakan atas 2 jenis yaitu :
1. Regular lay, jika arah pilinan kawat berlawanan dengan arah lilitan dan
strand
2. Lang lay, jika arah pilinan kawat sama searah dengan lilitan dan stand.
Gambar 2.15 Jenis Tali baja tarik dari segi arah pilinan
Keuntungan dari lang lay ialah kemuluran tali lebih kecil yaitu 0.1 %
hanya dibanding dengan regular lay 0.5%. Tekanan pada alur puli lebih kecil
sehingga lebih awet dan lebih luwes, tidak mempunyai sifat kaku (menendang)
saat mau dipasang. Lang lay dipakai untuk instalasi lift berkecepatan tinggi diatas
Lang lay juga lebih tahan terhadap fatigue, tetapi batas patah lebih kecil
kira-kira 10% dibanding dengan regular lay. Umpama pada tali berdiameter 13
mm, untuk regular lay batas patah 6500 kgf, sedangkan pada lang lay sebesar kira-
Kebaikannya :
• Elastis.
Kejelekannya :
Tali baja kompensasi dipasang sebagai pengimbang berat tali baja tarik,
terutama pada instalasi lift dengan tinggi lintas lebih dari 35 meter dan lift dengan
berkecepatan 210 m/menit keatas. Lift dengan lintas rendah sampai 35 m dan
menjaga hubungan traksi T1/T2 konstan sepanjang lintasan. Lonjakan kereta dapat
terjadi saat bobot imbang membentur peredam di pit. Oleh karena itu overhead
tegangan dinamis pada tali baja tarik sesaat, setelah lonjakan. Kejutan semacam
itu juga dapat terjadi saat pesawat pengaman bekerja yaitu kereta meluncur
Untuk mengurangi tegangan dinamis pada tali baja tarik, terutama pada lift
berkecepatan diatas 210 m/m, maka dipasang roda teromol di pit sebagai
penegang tali kompensasi. Teromol tersebut beralur sesuai dengan jumlah dan
besarannya tali kompensasi serta duduk pada rumah yang bebas naik-turun
satu atau dua buah shock breaker (sejenis yang digunakan pada kendaraan
bermotor) yang diikat pada dasar pit sekaligus sebagai penahan kereta agar tidak
atau hampir tidak melonjak. Posisi kereta diujung atas dimulai dari tali kendor
sesuai, dan peredam dari bobot imbang tidak dilengkapi dengan saklar pemutus
arus, maka kereta dapat saja meloncat sampai membentur bagian bawah lantai
kamar mesin, yaitu sesaat setelah bobot imbang membentur penyangga. Peristiwa
ini sering disebut oleh teknisi lapangan sebagai peristiwa "jatuh keatas"
Bab III
METODOLOGI PERENCANAAN TEKNIS LIFT
traksi, dengan mengunakan tali baja tarik, melalui ruang luncur (hoistway)
didalam bangunan yang dibuat khusus untuk lift. Agar kereta lift tidak bergoyang
digunakan rel pemandu setinggi ruang luncur (hoistway) yang diikat dengan
tembok ruang luncur lift. Untuk mengimbangi berat kereta dan bebannya
kereta ditambah dengan 0,4 - 0,5 berat beban maksimum yang diizinkan. Hal ini
untuk memperingan kerja mesin traksi, karena pada saat kereta dipenuhi dengan
setengah dari beban maksimumnya. Sebaliknya pada saat kereta kosong, mesin
traksi hanya perlu mengangkat atau menaikan setengah dari beban maksimum
governor, tali baja pemutar roda governor, mekanisme penarik alat pengamanan
(linkages) dan rem pasak yang disebut safety block. Fungsi governor ialah
lift melaju melebihi batas tertentu sehingga putaran roda governor menimbulkan
gaya sentrifugal kepada 2 buah bandul yang keluar membentur pengungkit (cam)
Pada gambar Putaran roda governor searah jarum jam, atas kiri governor, 1
dan 5 bandul “terbang” yang akan memukul pengungkit 4, melepaskan kait dan
Tali baja governor merupakan lingkaran tidak terputus dari ujung tuas
dikereta, keatas Tali baja governor merupakan lingkaran tidak terputus dari ujung
tuas di kereta, keatas melingkari roda governor, turun langsung ke pit melingkari
roda penegang, dan kembali keatas diikat pada tuas tersebut. Jika terjadi tripped
tali baja dijepit oleh rahang yang jatuh karena kaitannya lepas. Selanjutnya tali
yang berhenti, menarik tuas kiri dan kanan, dan melalui rangkaian mekanis
menarik keatas lifting rod dan rem pasak (baji) yang berbentuk tirus masuk ke
rumahnya (block) menjepit rel. Dalam keadaan normal, pesawat pengaman tidak
mempengaruhi jalannya lift, kecuali jika lift melampaui batas kecepatan tertentu
(115 % V).
harus diujl kemampuannya, Pengujian harus dllakukan oleh tenaga ahli atau ahli
Data lift Sanyo model P-17-CO-90 didapat dari katalog Sanyo Elevator
• Kapasitas : 1150 kg
machines), system ini tenaga listrik yang digunakan dari PLN sangat kecil yang
Luncur
Berat kereta kosong harus memenuhi syarat tertentu agar tali tetap tegang,
sehingga tidak terjadi slip. Dalam praktek biasanya berat kereta kosong P = 1.8
kali atau bahkan sampai 2.2 kali kapasitas angkat untuk lift berkapasitas diatas
1300 kg. Lift kecil dengan kapasitas dibawah 600 kg berat kereta kosong 1.0
hubungan traksi, dan mencegah terjadinya slip saat aselerasi dan deselerasi.41
3.5. Keseimbangan
a. Static balance ialah keseimbangan badan kereta duduk pada rangka dan
landas, yang ditumpu oleh karet isolasi peredam getaran. Bagian ujung
atas badan kereta ditumpu dengan rol-rol karet pada sisi kiri-kanan dan
seimbang betul, maka rol-rol karet tersebut tidak atau hampir tidak
menekan rangka, kecuali jika terjadi getaran. Begitu pula roda luncur
41Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004. Hal.19
berat dari pada kereta kosong. Kelebihan bobot imbang tersebut terhadap
= (0.5 ) ……………………………….………...42
gesek antara tali baja dengan roda puli (traction sheave) dari besi tuang: Besamya
gaya gesek ialah selisih antara tegangan pada tali tegang dikurangi oleh tegangan
a. Dua jenis bahan yang bergesek. Dalam hal ini antara baja dengan besi
tuang. Koefisien gesek = 0,11 jika kering, dan 0,09 jika berminyak.
Tarikan akan lebih baik jika tali baja tidak berlebihan berminyak.
b. Sudut kontak (arc of contact) tali memeluk roda puli. tarikan akan
lebih baik jika sudut kontak a = 180° (3.14 radian) dibanding sudut
42
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996.
Gambar 3.6 posisi roda puli tarik dan Gambar 3.7 sistem pentalian 2:1,
roda penyimpang (deflector Sheave) dimana T 1 = ½ (Qp+Qk), tanpa roda
penyimpang α =1800 (3,14 rad)
c. Bentuk alur (groove) dudukan tali pada permukaan keliling roda puli,
yaitu ada 3 macam : Alur bentuk V atau disebut flat seating Alur
Gambar 3.8 Potongan roda puli dengan 3 alur ( Groove) bentuk U, undercut U/C = 90 0. Maksimal
Tali baja cenderung akan tergilincir (slip) pada permukaan keliling roda
puli tarik, jika gaya gesek G lebih kecil dari selisih T1-T2, atau cenderung akan
terjadi geser (creep) oleh karena gaya gesek G dengan T1-T2 Pergeseran tersebut
akan berulang-ulang terjadi tiap-tiap saat lift mau berhenti dan mau berangkat,
Rumus hubungan traksi (traction relation) batas mulai slip (creep) dalam
TR = / = efα …………………………………………………43
Dimana :
43 4
& Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004. .hal 15
TR = T1/T2 disebut hubungan traksi (traction relation) dalam keadaan statis
berminyak.
14radian
bergesek
……………………………………………………………45
Sebagai berikut :
45
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 17
46
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 17
Besaran k tersebut akan menurun sampai 1.3 setelah terjadi abrasi
Gambar 3.10 Gaya gesek tali baja tarik dengan roda puli penggerak
roda tarik yang berputar dengan tali baja, berarti kereta dengan beban
nominal penuh muatan tidak dapat diangkat atau bobot imbang tidak
mau turun walaupun roda puli tetap berputar. Usahakan T1/ T2 lebih
fα
kecil 20% dari batas slip statis (e ).
47
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 17
fα
b. Dalam perencanaan T1/ T2 harus paling sedikit sama dengan 0.8 kali e
TRD = Cd x TR …………………………….………………….48
Dimana :
Cd = (1 + a/g) / (1 – a/g)………………………………………………49
a adalah percepatan
agar tidak terjadi slip (geser) saat lift dengan beban nominal mengalami
percepatan dan perlambatan, maka Cd x (T1 /T2) harus lebih kecil dari atau sama
fkα
dengan e
roda puli.
48
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 17
49
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 18
50
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 8
Tabel 3.1 Faktor Dinamis, Cd (berdasarkan g = 9,80 m/s2)
2 0,9 1,203 0, 83
( )( )
= ……………………..………………………….51
dimana :
51
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 26
g adalah gravitasi bumi m/s2
Tali baja akan mengalami kemuluran yang nyata selama tahun pertama
operasi lift, kemudian tali akan tetap stabil atau mungkin mengalami kemuluran
yang sangat kecil, sampai suatu ketika diatas 5 tahun terjadi kembali kemuluran
nyata oleh sebab beberapa elemen kawat telah patah dan diikuti susutnya diameter
tali. Kemuluran awal adalah akibat konstruksi tali. Pintalan dari beberapa kawat,
dan lilitan yang dipuntir mengelilingi inti serat berusaha akan "duduk" secara
alami setelah dikenakan beban tarik. Biasanya maksimal kemuluran tahap awal
ialah 0.6 % dari panjang tali. Kemuluran elastisitas dapat dihitung dengan rumus
= E. atau = /E ………………………………………52
Dimana
E adalah modulus elastisitas dari tali baja bernilai dari (0,7 – 1,0) x 105 N/mm2
= δ / 1o ……………………………………………………53
dimana
Tali baja mempunyai umur kegunanan (useful life). Panjang umur menghasilkan
mesin dipasang dibawah, umur lebih pendek oleh sebab arah tekukan
yang berlawanan.
b. Tekanan atau tegangan (dalam kgf per tali) pada keliling roda puli dan
c. Diameter roda puli (traction sheave) dan diameter roda lain yang dilalui
tali, (umpama car sheave dan cwt sheave pada 2 : 1 roping) dan bentuk
alur.
praktek 50 - 60 kali.
minggu).
ialah 8 agar cukup lemas atau luwes (flexible). Material elemen kawat
luar yang langsung kontak dengan alur roda dari "baja lunak", dimana
SPH.
besaran aselerasi
karat.
tahun, sedangkan roda puli dapat berumur melebihi 10 tahun. Dalam kenyataan
banyak roda puli berumur sampai 20 tahun, dan banyak tali baja berumur kurang
dari 5 tahun. Umur kegunaan tali (useful life) sangat bergantung pada jam
Tegangan yang terdapat pada tali baja dalam keadaan terbebani karena
Σ = = + …………………………………………………....54
Dimana :
salah satu penentu umur tali adalah besarnya tekanan atau tegangan per
lembar tali pada roda puli, maka perlu adanya pembatasan besarnya tekanan
tersebut. agar tali menjadi awet, seperti yang diharapkan oleh kontraktor instalasi lift.
Tt ≥ T1 / n …………………...………………………………55
Dimana :
54
Zainuri,ach muhib.” Mesin Pemindah Bahan”,Yogyakarta: Andi Yogyakarta,2006
55
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 32
bermuatan nominal(kgf atau N).
dalam N/mm2. Besaran spesific pressure atau tekanan spesifik dari tali dapat
/
P=
. .
,
P=
. . /
Dimana, :
T =QP +Qk +Qt adalah gaya statis pada tali tegang dalam ( N )
56
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 33
Menurut BS5655 besaran p atau tekanan spesifik dari tali dibatasi tidak lebih
, .
=
……………………………………………………...57
Dimana :
= 120 (1 − )⁄ …..………………………………………………58
Dimana :
57
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 33
58
Kusasi, Sarwono.” Kendali operasi Kerja”, Jakarta,2001.hal.3
3.12. Diameter roda puli motor
D= ⁄ ...................................................................59
Dimana :
gr : gear ratio
a. Roda gigi ulir / cacing (worn gear) efisiensinya tergantung jumlah gigi
ulir
59
Kusasi, Sarwono.” Kendali operasi Kerja”, Jakarta,2001.hal.5
Cara menghitung efisiensi total system lift :
= . . ……………………………………………60
Daya atau power output dari system instalasi dapat dirumuskan sebagai
berikut :
. ( )
= …………………………………….61
.
Dimana :
1. kW = 6120 kg m/menit
60
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 39
61
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 40
3.14. Tegangan Tekuk Rel Pemandu
ukuran rel, masing-masing untuk 3 macam jenis pesawat pengaman yang bekerja
T = 25 + ....……………………………………62
T = 15 + ….……………………………………63
T = 10 + / ….……………………………………64
: Tegangan tekuk dizinkan maksimal 140 N/mm2 untuk rel baja liat
(ductile), mutu Fe370 atau = 170 N/m2 untuk baja mutu Fe430.
62
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 43
63
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 43
64
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 43
dimana
besaran dan ukuran rel untuk bobot imbang lebih kecil daripada rel untuk
kereta dan jarak rentang braketnya sebaiknya sama untuk rel kereta maupun untuk
rel bobot imbang. Jika di maksudkan untuk ketahanan akibat getaran gempa bumi,
maka jarak braket maksimal 2.5 m. Jika bobot imbang dilengkapi juga dengan
pesawat pengaman, maka ukuran relnya dan jarak rentang braketaya sama dan
Biasanya ujung rel paling bawah yang dimatikan di dasar pit (supported rails).
Sebaliknya untuk lift kecil dan kecepatan rendah, ujung atas rel yang dimatikan,
atau ikut di cor beton lantai kamar mesin (suspended rails) dan ujung bawah
berjarak kira-kira 10 cm dari dasar pit. Kedua ujung jalur rel tidak boleh
dimatikan sekaligus pada struktur bangunan, agar rel tidak bengkok atau berubah
terhadap rel. Cara mematikan ujung rel pada struktur dapat dengan fixed clip pada
rel dengan braket. Ujung lain dari jalur rel bebas tidak meyentuh bagian bawah
lantai kamar mesin, yaitu pada sistim supported rails. Atau tidak menyentuh dasar
(pit) pada sistim suspended rail. Biasanya berjarak kira-kira 10 cm dari dasar pit.
Catatan :
a. Jarak rentang braket boleh lebih pendek (lebih dekat) dari pada ketentuan
dalam layout drawing dari pabrikan. Tetapi tidak boleh lebih renggang
Penentuan ukuran rel dan jarak rentang braket menggunakan rumus besaran
diizinkan
(Γ ≤Γ ).
Dimana :
Dimana :
lampiran.
Pada saat pesawat pengaman (jenis berangsur) bekerja maka terdapat gaya
vertical F pada rel dan menimbulkan gaya horizontal R1 pada rel, dapat dihitung
dengan rumus :
= .g( + )/ ………………………………..................65
dimana :
kg
pengaman ialah
= . /10. ……………………………….…………….66
dimana :
channel)
65
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 50
66
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 51
3.16. Penyangga Atau Peredam Lift
penyangga (buffer) berfungsi menahan gaya tumbuk (impact} dari kereta atau
bobot imbang yang terjatuh menimpa dan membentur penyangga, jika pesawat
pengaman terlambat bekerja, atau bekerja pada saat kereta telah menjelang lantai
terbawah.
bermuatan penuh atau oleh bobot imbang, dihitung minimal atas dasar gaya tarik
bumi.
dengan dua kali jarak perhentian akibat gaya tarik bumi, yaitu 1 2 V02/g
jarak perhentian gaya berat bumi = l/2 V02/g, dan digunakan penyangga
jika
L = ½ (l,15.V)2/g …………..…………………………………….68
Dimana :
67
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 55
68
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 56
L : panjang langkah penyangga (m)
Gaya reaksi R0 atas gaya tumbuk (impact force) pada penyangga oleh kereta atau
bobot imbang yang "jatuh bebas" dan membentur penyangga besarnya ditetapkan
oleh BSI5655 (EN 81.1) tidak boleh lebih dari 40 (P + Q) Newton. Rumus gaya
reaksi:
R0 ≤ 40 ( + ) …………………………………………………..69
Inilah jumlah gaya reaksi yang harus dapat ditahan oleh lantai beton dasar pit.
kecepatan lift saat membentur torak atau piston yaitu V0 sebesar 115% kecepatan
V0 = 1,15 . V
Secara sederhana gaya reaksi tersebut mengikuti turunan rumus dari Newton.
R0 = m (g + a0) ………..…………….…………………………70
Dimana :
m : Qk + Qp (kg)
1 ( , . )
……..……………..………………………......... 71
2
perlambatan sebesar 9.8 m/s2, sampai terhenti. Jika kecepatan lift tersebut telah
1 ( )
……………..……………………………………….72
2
71
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 58
72
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 59
Gambar 3.11 lekuk dasar (pit)
Catatan :
a. Panjang langkah peredam (buffer stroke) kereta dan bobot imbang sama;
b. Kedalaman pit sangat tergantung dari langkah peredam dan tinggi silinder
kadang buffer stand sengaja dibuat tinggi untuk memperoleh ruang aman
c. Ruang aman (refuge space) ada dua, yaitu didasar pit dan dibagian teratas
ruang luncur, dibawah lantai kamar mesin. Jika bobot imbang jatuh bebas
membentur peredam, maka kereta akan melonjak keatas tetapi masih
tersisa 0.6 m bagi teknisi jongkok dengan arnan diatas atap kereta. Tinggi
minimal 40 sampai 60 kali diameter tali baja. Batas minimal diameter puli yang
diizinkan SNI ialah 40 kali diameter tali baja, akan tetapi hal ini cenderung
memperpendek umur tali. Oleh karena itu perencanaan diameter puli diarahkan 55
sampai 60 kali diameter tali, dengan cara memilih besaran frequency dan jumlah
pole.
sebagai berikut:
.
= ………..…………….……………………………73
( )
Dimana,
: kecepatan putar (radial speed) dari puli atau as motor (dalam rpm)
73
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 68
: 3,14
: slip (3%)
Model P-17-Co-105
Diketahui :
,
= = = 0,158 = ,
Beban kereta kosong harus memenuhi syarat tertentu agar tali tetap tegang,
sehingga tidak terjadi slip. Dalam praktek biasanya berat kereta kosong, =1,8
= 2 x 1150 kg = 2300 kg
Beban bobot imbang direncanakan terbuat dari besi cor kelabu dengan
Diketahui :
= (0.5 ) ……………………………………………..74
= 2875 kg
= /
74
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996. Hal. 357
= 0,400 m3 = 400 x 106 mm3
Direncanakan :
t =( ) ( )
t =( )
= ,
( )
Σ = = =115 batang
batang besi cor, yang pada kedua ujungnya dibuat alur untuk mempermudah
Spesifikasi tali baja yang digunakan jenis seale regular lay Type 8 x 19 FC
= 152 kawat baja + 1 inti serat sisal (tali berpelumas yang memberikan pelumasan
• Diameter tali, d = 13 mm
( )( )
= ……………………………………………………75
( ) ,
= 9,5
= 5,04 ⟶ 6 ℎ
( ) = 6 38 0,58 ⁄ = 132,24
Berat inersia (berat karena adanya percepatan dari keadaan diam sampai
= ……………………………………......76
,
= ⁄
0,80 /
,
= 291,85
75
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.
76
= + ..………………………………………………77
1,75 = 0 + (0,8)
, /
= = 2,1875
, /
Maka beban total dinamis yang ditahan oleh tali baja tarik
= + + +
= ………………………………………………………78
,
= = 596,46
= xg
= 596,46 9,81 /
= 5851,27 N
Luas penampang metalik tali baja diasumsikan sama dengan 45% luas
penampang tali :
77
Yahdi,umar.”Pengantar Fisika Mekanika”,Jakarta:1996. Hal 42
78
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama
Saptakarya, 2004.hal 32
Maka luas penampang metalik adalah
Tegangan yang terdapat pada tali baja dalam keadaan terbebani karena
= = + …………………………………………………79
( )
= ………………………………………………………80
( )( , ⁄ )
= = , ⁄
,
= ………………………………………………………………...81
= = /
,
/
= = = = , /
,
= − = 112,32 ⁄ − 94,48 ⁄ = , /
79
Zainuri,ach muhib.” Mesin Pemindah Bahan”,Yogyakarta: Andi Yogyakarta,2006,hal.10
80
& 41 Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama
Saptakarya, 2004. hal 29
Besarnya perkiraan kemuluran tali tiap tahun adalah :
( )
= ………………………………………………………82
, ⁄
=
,
= 0,05129
= ,
Antara tali pengangkat dengan kabin yang akan diangkat atau diturunkan,
82
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 29
Diketahui :
= 5851,27 N
h≈
≥ 4,75
≥ 4,75 13 61,75 …. 83
≥ 4.
≥4 13 = 52
3,2 ≤ ≤ 12,7
= (2,25 ⋯ 3).
Diketahui :
.
= .
………………………………………………….84
.
= .
+
83
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.38
84
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996. Hal 52
Maka diameter dalam lingkaran soket tirus terbesar adalah :
,
= + (13 )
, / ,
= √829,714 = 28,80 → 29 mm
, .
= . ……….……………………………………85
, .
/ , , /
= 29 . / , , /
= 29 1,716
= 49,76 →
, .
= . ……………………………………………86
, .
/ , , /
= 29 .
/ , , /
= 13 1,716
= 22,30 mm→ 23 mm
ℎ≈ =
jarak kemiringan
=ℎ +
85
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996.hal.52
46
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996.hal.52
= 52 +
= 52 + (8)
= √2768
= ,
sudut kemiringan :
sin =
sin = ,
sin = 0,152
= 807
4.6. Roda Puli
Diketahui :
• Massa jenis puli terbuat dari besi tuang (cast iron) =7250 kg/m3
reduction gear
13%
• jumlah pole, P = 4
. ( )
= …………………………………………………87
Kecepatan putar motor traksi saat lift keatas dengan beban penuh :
. ( )
=
( , )
= = ,
Pada waktu lift akan mendarat turun ke lantai yang dituju, maka jumlah
Kecepatan putar motor traksi saat lift ke bawah dengan beban penuh :
. ( )
=
( , )
= = ,
= ……………………………………………………89
= , ,
= 0,732 =
= = ,
89
Kusasi, Sarwono.” Kendali operasi Kerja”, Jakarta,2001.hal 5
90
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004. Hal 4
= .
…..………..……………………………………………91
/
= = ,
, ,
Jumlah alur sesuai dengan jumlah tali baja tarik (single wrapped traction)
adalah 6 alur
.
= …………………………………………………………92
/ ( , / )
= , /
= 2,263,315 /
= 2,26 10 /
= .
91
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004. Hal 4
92
Khurmi,R.S.dan J.K.Gupta,A Text Book of Machine Desaign, New Delhi: Erurasia Publishing(Pvt),Ltd,1982.hal.
/
= = 57,1
, ,
Diketahui :
= ……………………………………………………93
( ⁄ ) ,
=
= 5,10
= 5,10 2 = 10,2
93
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.71
54
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999., hal 75
Tekanan spesifik tali maksimum dibatasi tidak lebih
, .
= ………………………………………………94
, ( , )
= , /
= 7,09 N/mm
Tekanan spesifik tali dengan alur puli bentuk U undercut 900 adalah :
= …………………………………………95
.
,
=
5851,27 8 cos 45
=
13 732 (( ) − 2 − (1))
95
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal. 81
Periksa perhitungan Tekanan spesifik tali dengan alur puli bentuk U undercut 1050
adalah :
105
5851,27 8 cos 2
=
13 732 180 105
− 180 − sin 180 − sin 105
180
= 105 .
Periksa perhitungan Tekanan spesifik tali dengan alur puli bentuk V sudut
40o adalah :
. .
= ……………………………………………96
. . .
3 3.14 5851,27
=
40
2 732 13 sin 2
,
= = 8,47 / → alur v tidak aman
,
96
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal. 76
Dalam perhitungan tekanan spesifik tali dengan alur puli bentuk U
undercut 900 aman maka perhitungan selanjutnya dipilih alur puli bentuk U
undercut 900.
Koefisien friksi Alur bentuk U undercut 900 antara tali baja tarik dengan
= . ……………………………………97
= . (4 ) ……………………………………98
180 90
sin 2 − sin 2
= 0,09 . ( 4 )
− 2 + sin 180 − sin 90
sin 90 − sin 45
= 0,09 ( 4 )
3,14 − 1,57 + 0 − 1
,
= 0,09 ( 4 )
, ,
= 0,09 (2,056)
= 0,185
Diketahui :
97
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. 83
58
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. 83
• Jarak vertikal titik pusat puli penggerak dengan puli penuntun, h =
1000mm
• Jarak horizontal titik pusat puli penggerak dengan puli penuntuL =1320
mm
Gambar 4.9 perhitungan sudut kontak tali baja tarik dengan roda puli penggerak
= 180 − ∅
. .
sin ∅ = …………………………..99
. ( ) ( )
sin ∅ =
. ( ) ( )
sin ∅ =
sin ∅ = 0,4995
99
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal. 71
∅ = 29,96 = 30
Diketahui :
Koefisien friksi antara dua benda (tali baja tarik dengan puli) yang bergesek,
= 0,185
T =Q = 2875 kg
= ≤ ………………………………………….100
= = = 1,2
= . ≤ …...………………………………..……101
= .
( )
= ………………………………………………….102
( )
100
& 61Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.83
0,80
1+
9,81
= 1,2
0,80
1−
9,81
Batas maksimal traksi yang diperoleh dari puli penggerak dengan tali baja tarik
adalah :
.
=
, .
= 2,718
, .( )
= 2,718
, .( , )
= 2,718
= 1,62
undercat β = 90o maka kereta dapat diangkat. Berat kereta terhadap kapasitasnya
102
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.83
4.9. Mesin Penggerak Lift
Pada sistem penggerak yang dipilih adalah” sistem transmisi gigi reduksi
(geared machine) dengan system pentalian 1: 1,” maka daya statis dari system
. ( )
= .
...…………………………..............103
⁄ ( , )
= ( , )
= , = ,
Daya yang digunakan sebesar 15,18 kW tersebut terjadi jika lift dibebani
penuh dan arah keatas. Maka lift dengan kereta kosong arah ke bawah, maka daya
. ( )
= .
= , = ,
Jumlah rata-rata perhari diasumsikan 50% saat lift dibebani penuh keatas
dan kereta kosong kearah bawah. Serta 50% lift bekerja secara seimbang (balance)
103
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.39
104
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.39
, ,
= 0,5 12 = 91,08 kWh
Maka harga tenaga listrik yang harus dibayar satu unit lift perhari adalah
Motor yang akan digunakan adalah dengan daya (power rating) sebesar 22,5 kW
(30,16 hp) (brosur lift Sanyo) dapat mengangkat lift penumpang berkapasitas
maksimal.
Diketahui :
• Gravitasi, g = 9,81m/s2
• overhead, OH = 4850 mm
= 30,1m
Energi kinetik yang terjadi akibat beban kereta kosong ( ) ditambah
.
= = ………………………………………105
.
= 2. . ℎ ……………………………………….106
=2 9,81 ⁄ 30,1
= 590,56 m/s 2
= 590,56 ⁄
= 24,3 /
= .
.
= (24,3 ⁄ )
, ⁄
= 103832,34 .
Panjang lintasan rel, s dapat dihitung dengan mengukur jarak antara pit sampai
overhead adalah
s = 35050 mm = 35,05 m
Gaya yang bekerja sepanjang rel penuntun untuk 1 rel penuntun adalah :
105
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996. hal.355
106
Yahdi,umar.”Pengantar Fisika Mekanika”,Jakarta:1996.hal.41
= 1+ . .
+ ………………………………….107
( , / )
= 1+ (1150 + 2300 )
, / ,
= 6412,40 kg
2 =2 = 6412,40 kg x 2 = 12824,8 kg
Pemihan rel
( )
= ………………………………………108
( ).
140 / =
/ ( ).
= /
,
= /
= 1223,52
Diketahui :
berikut : ……………………(lampiran)
107
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996. Hal.355
108
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.43
• Moment inersia polar x, Jx = 102,2 x 104 mm4
• Nilai Faktor tekuk untuk kelangsingan, = 140 untuk baja 370 N/mm2 =
3,31 (lampiran)
= .
= 3,31 17,6
= 2464 → 2400
Gambar 4.11 perhitungan tegangan tekuk
Periksa tegangan yang diterima rel dengan pesawat pengaman tipe mendadak
( )
=
/ ( ).
=
Periksa tegangan yang diterima rel dengan pesawat pengaman tipe berangsur
(progressive)
( )
= ……………………………………………109
( ).
=
= 66,392 ℎ
.
= . ……………………………………………110
109
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.43
110 72
& Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. hal.240
( ). , /
= 2
= 33844.5
.
= .
……………………………………………111
.
=
= 2900,95
. ,
=
= 65,13 /
rel akan menerima tegangan kombinasi tekanan dan lenturan saat safety gear
= + …………………………………………113
,
= 33844.5 + 0,616 ,
sebesar 205 N/mm2 untuk baja 370 N/mm2 referensi lubomir janovsky hal.259
111
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.51
113
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.239
, ( )
=
, ( , / )
= , /
= 0,156 minimal
, ( )
= ,
, ( , / )
= , /
= 0,780 maksimal
Beban kritis rel pemandu dihitung dengan rumus yang ditemukan oleh ahli
. .
= ……………………………………………114
Dimana diketahui
janovsky hal.234)
( . ) , /
= ( )
= 184251,275 N
Dengan membagi beban kritis dengan luas penampang rel akan didapatkan
= ……………………………………………115
114
Daryanto. “Mekanika Bangunan”, Jakarta : Bumi Aksara,1996. Hal 106
,
=
= 107,12 N/mm2
. .
= ..…………………………………………116
.
,
=
= 1813,098
. . .
= ……………………………………………117
.
,
=
`
= 1133,19
= 0,22 …………………………………………….118
115
Daryanto. “Mekanika Bangunan”, Jakarta : Bumi Aksara,1996. Hal 106
116
, Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal.259,259,246
117
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal.259.
118
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal,246
= 0,2 1813,098 2400
= 870287,04 .
= 0,22 ………………………………………………119
= 598324,32 .
= …..…………………………………………120
, .
= ,
= 41,64 /
, .
= ,
= 50,28 /
Defleksi rel
.
= . ………………………………………………….121
.
, ( )
= 0,01455 , /
= 3,38 mm
=ℎ− ………………………………………………….122
119
,Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal, 246.
120
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal, 246,
121
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal, 246,247
= 2100 −
= 900
= = 0,375
.
= . ……………………………………………………123
.
, ( )
= 0,018
, ,
= 1,33
Dalam perencanaan lift dengan kecepatan 1,75 m/s maka akan ditentukan buffer
diketahui :
( , )
=2 …………………………………………………124
( , , / )
=2 , /
= 0,412 m
122
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal, 246,247
123
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999.hal, 247
124
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal 55
Gaya reaksi penyangga (Buffer) atas gaya tumbuk (impact force)
R0 ≤ 40 (3450 kg)
R0 ≤ 138000
Gaya reaksi awal penyangga ( ) hanya terjadi jika dengan kecepatan V0 = 115%
x V = membentur piston.
=( + )( + ) ………………………………………126
Dimana dibatasi = 2,5 x g = 2,5 x 9,81 = 24,5 m/s2 referensi sarwono kusasi
Maka didapat
= 118369,5
= 12
( , . )
…………………………………………127
( , . , / )
= 0,5 , / , /
( , / )
= 0,5 , / , /
= 0,059 = 59 mm
125
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.56
126
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.57
127
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.58
Setelah terjadi benturan, langkah piston mengalami perlambatan 9,81 m/s2 sampai
berhenti.
adalah
= 12
( )
…………………………………………………128
( , / )
= 0,5 , /
L = 0,156 m = 156mm
mm = 0,215 m
Energy kinetik kereta lift dengan muatan penuh dengan kecepatan lebih ( ) =
2,0125m/s2
= ( ) …………………………………………………129
= (2,0125 / )
, /
= 712,18 .
W=
, .
W= ,
W = 3312,46 kg
Direncanakan :
• Indeks pegas, c = 5
128
Kusasi, Sarwono. “Transportasi Vertikal Dasar Perencanaan Teknis Pesawat Lift”, Jakarta : Mediatama Saptakarya,
2004.hal.59
129
Rudenko, N,” Material Handling Equipment”, Jakarta : Erlangga, 1996.hal.355
• Bahan pegas terbuat dari baja pegas SUP 6 dengan
. ,
= .
+ …………………………………………… 130
,
= +
,
= +
= 1,3105
Biasanya
= 0,28 . …………………………………………………………131
= 0,28 125 /
= 35 /
diketahui : c = D/d
. . .
≥ …………………………………………………132
.
. .
≥ .
. .
≥ .
130
Sularso dan Kokyatsu Suga ,”Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991.
Hal 316
131
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.307
132
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.308
. .
≥
.
, ,
≥ 5
, /
≥ 1579,97
≥ 39,75 mm diambil d = 40 mm
c = D/d ……………………………………………………133
5 = D/40
D = 5 x 40 mm = 200 mm
Dluar = D + d
Ddalam = D - d
. . .
= .
. .
= …………………………………………………134
. .
133
Sularso dan Kokyatsu Suga ,”Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991.
Hal 316
134
Sularso dan Kokyatsu Suga ,”Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991.
Hal 318
Direncanakan defleksi pegas, = 100 mm
. .
= . .
/
= ( )
, (
n = 9,66 diambil 10
= +2
= 10 + 2 = 12
. = 12 x 40 = 480 mm
L= . + + [( − 1) 0,1]
L = 581,1 mm
Konstanta pegas
.
= ………………………………………………135
. .
135
Sularso dan Kokyatsu Suga ,”Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, Pradnya Paramita, Jakarta, 1991.
Hal 318
/
=
= 32 /
.
= …………………………………………………136
.
,
=
= 331246 .
.
= ...………………………………………………138
,
=
= 251200
= . . …………………………………………………139
= 3,14 200 10
= 6280
.
= ……………………………………………………140
.
136
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.309
137
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.309
138
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.310
139
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.309
140
Janovsky, Lubomir.”Elevator Mechanical Design”,Al 36660 U.S.: Elevator World, INC, 1999. Hal.309
.
= /
= 2,38
,
= 180
,
= 136 43
4.12. Governor
menimbulkan gaya sentrifugal kepada dua buah bandul sehingga bandul akan
rahang sehingga tali terjepit oleh rahang yang jatuh. Perhitungan gaya sentrifugal
= ……………………………………………………141
Dimana direncanakan
V0 = 115% x V
141
Zemanky, “Fisika Untuk Universitas 1”, Erlangga, Jakarta, 1982. Hal 135
Maka gaya sentrifugal bandul adalah
, ( , / )
= ,
= 8,1
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
pada sistem pentalian (roping system) 1:1, Maka penulis dapat menarik
tali baja dengan roda puli, faktor yang menentukan gaya gesek antara
lain adalah Dua jenis bahan yang bergesek, Sudut kontak (arc of
contact) tali memeluk roda puli, dan bentuk alur puli yang dipilih.
baja tarik, bentuk alur roda puli penggerak, rel, peredam (buffer) dalam
kecepatan kereta.
antara tali dengan roda puli tidak terjadi slip (gelincir) karena lift yang
baja tarik dengan roda puli. Dalam perencanaan ini Lift menunjukan
roda puli.
yang tepat.
5.2.Saran
mengikuti acuan normatif yang telah dibuat oleh para tenaga ahli
2. Jika pada perencanaan didapat slip antara tali baja tarik dengan
menaikan besarnya sudut kontak antara tali baja tarik dan puli tarik
menjadi 1800.
3. Tali baja yang digunakan harus khusus untuk menarik lift, baik
Erurasia Publishing(Pvt),Ltd,1982.
Yogyakarta,2006
Nama : Aruzy
Ttl : Jakarta, 1 Desember 1983
alamat : Jl.Swadarma
.Swadarma Raya Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan
phone home : 021 5858218
e-mail : Auzy_aang@yahoo.co.id
PENDIDIKAN