Anda di halaman 1dari 1

1.

7 TATALAKSANA OPERATIF
1. Pre Operatif
Melakukan tes foto toraks, supine-duduk/ volume loops (berguna untuk evaluasi lokasi dan
tanda-tanda obstruksi jalan napas), AGD, pulse oxymetri,jika simptomatis CT/MRI dada.Untuk
memperhatikan Respirasi pada bayi karena frekuensi pernafasan bayi dan anak lebih cepat dibanding
orang dewasa juga kemampuan posisi juga berpengaruhMelakukan tes ekokardiografi, EKG jika
simptomatis. Puasa pada anak juga diperlukan sebelum menjalani anestesi umum untuk menurunkan
risiko aspirasi paru dari isi perut dengan meminimalkan volume cairan lambung. Pemasangan akses
intravena yang adekuat sangat diperlukan.

2. Proses Operatif
Pasien tiba dikamar operasi dilakukan pemasangan monitor seperti elektrokardiogram,
saturnasi oksigen, end tidl CO2 dan temperatur. Stetoskop precordial diletakkan disebelah kiri untuk
memastikan dan monitoring suara nafas dan adanya kemungkinan pipa trakea tergeser selama operasi.
Pada kasus dimana bronkoskopi tidak dikerjakan, maka untuk konfirmasi pipa trakea dapat digunakan
cara lain yaitu setelah induksi intubasi mainstream kanan lalu diikuti withdrawal perlahan pipa trakea
hingga suara nafas terdengar disisi kiri, teknik ini yang dikerjakan pada pasien. Pada pasien dengan
fistel, pipa dengan cuff memiliki keuntungan untuk menutup fistula. setelah semua alat anestesi dan
resusitasi serta obat anestesi siap, pasien diberikan preoksigenasi, premedikasi, ko-induksi sambil
tetap mempertahankan napas spontan pasien dan sesekali dibantu dengan assisted ventilation.
Pemeliharaan anestesi dengan compressed air, Oksigen, sevoflurane. Kendali nafas dilakukan dengan
assisted nafas spontan dengan pemberian PEEP ( positive end expiratory pressure ) untuk mencegah
kolapsnya paru. Fraksi oksigen diatur hingga mencapai target saturasi diatas 88%. Dilakukan posisi
pasien durante operasi lateral dekubitus kiri. Prinsip-prinsip pencegahan hipotermia dilakukan dengan
blanket warmer dan infus warmer. Pasien tidak diektubasi dan direncankan dibawa ke NICU dengan
controlled veniltionon.

3. Pasca Operatif
Setelah menjalani operasi. Pertimbangan untuk dilakukan ekstubasi harus dipikirkan secara
matang. Pada pasien yang dilakukan ekstubasi sekitar 30% akan mengalami reintubasi untuk
membersihkan secret, dan trakeomalasia yang dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas. Jika anak
sukses diekstubasi, oksigenasi dan ventilasi yang adekuat harus diobservasi dengan ketat di ICU untuk
menghindari konsekuensi hemodinamik hipoksia dan hiperkarbia. Dua minggu kemudian pasien
menjalani anal dilatasi dua kali setiap hari sampai ukuran busi sesuai dengan umur pasien dan saat
businasi terasa lancar dan tidak terasa sakit. Setelah itu dilakukan tappering businasi dengan
menurunkan frekuensi sampai beberapa bulan biasanya sekitar 6 bulan. Orang tua pasien harus
diikutsertakan dalam program ini karena merekalah yang menjalankannya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jacob,R., Charles J Cote, The Anaesthetic Management of Children with Common Congenital
Heart Disease for non-cardiac Surgery In : Understanding Paediatric Anaesthesia. 2nd Ed, BI
publications Pvt Ltd, New Delhi, 2008, 111-120
2. https://www.academia.edu/15686940/ATRESIA_ANI
3. http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/26733/1/209c72b3275856864e013ed640867d37.pdf

Anda mungkin juga menyukai