Pembedahan Paru-Paru
JAMES D. GEIGER MD
SALEEM ISLAM MD
Pengeluaran jaringan paru dilakukan lebih sedikit pada anak dibandingkan pada
dewasa. Lesi yang didapat seperti karsinoma atau infeksi kronik, tidak sering
didapatkan pada masa kanak-kanak. Kebanyakan operasi dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah kongenital dan jarang yang dilakukan pada hal
yang disebabkan oleh infeksi. Tabel 23.1 diperlihatakan indikasi-indikasi
dilakukannya reseksi paru-paru pada anak-anak.
Jika pasien mempunyai indikasi untuk dilakukan bedah paru maka fungsi paru
perlu di optimalkan dan infeksi harus dikontrol sebaik mungkin dengan antibiotik
preoperatif. Lobektomi dan reseksi non anatomik yang kurang dari suatu
lobektomi ditoleransi dengan baik pada anak yang sehat. Pemeriksaan sebelum
operasi harus meliputi pengukuran volume ekspirasi paksa dalam detik pertama
(FEV1) dan volume vital paksa (FVC) untuk melihat efek dari reseksi. Semua
pasien harus mempunyai nilai minimum dari pengukuran nilai hemoglobin dan
suatu penyaringan pemeriksaan darah yang tersedia jika diperlukan terutama
pada suatu reseksi yang kompleks. Pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan
setelah dilakukan induksi anestesi dan sebelum dimulainya prosedur operasi
untuk menghindari nyeri yang tidak perlu pada anak yang lebih muda atau pada
bayi.
Lihat Bab 12 sebagai diskusi tambahan
Pertimbangan anestesi
PROSEDUR OPERASI
Akan didiskusikan dalam dua kategori besar yakni prinsip umum dalam reseksi
paru beserta pendekatan spesifik pada berbagai lobektomi dan indikasi dan jenis
operasi yang diperlukan pada berbagai kondisi spesifik.
Prosedur operasi paru dapat di dilakukan dengan dua jalan utama yakni : melalui
torakotomi terbuka maupun secara torakoskopik. Torakotomi dapat dilakukan
melalui satu dari tiga cara pendekatan yang ada. Yang pertama adalah melalui
pendekatan anterolateral yang paling banyak dipakai untuk biopsi paru terbuka
atau pada reseksi baji (wedge resection). Pendekatan yang kedua adalah melalui
torakotomi posterolateral, cara ini paling sering dilakukan untuk reseksi paru
terbuka. Pendekatan yang ketiga yaitu melalui posisi pronasi yang dipakai untuk
mengurangi tumpahnya sekret yang terinfeksi ke paru kontralateral selama
proses reseksi. Akan tetapi dengan teknik anestesia yang modern menjadikan
ventilasi paru tunggal sama baik dan lebih efektif dengan terapi antimikroba,
pendekatan ini masih kurang banyak dipakai. Median sternotomi dipergunakan
oleh beberapa ahli bedah bila diperlukan reseksi baji bilateral diperlukan seperti
pada metastase osteosarkoma.
Pendekatan secara torakoskopik pada saat ini telah meningkat pesat. Biopsi
paru, reseksi baji dan lobektomi dilakukan melalui pendekatan ini. Kemajuan
dalam bidang optik disertai kamera dengan high-definition dan light source yang
lebih terang membuat visualisasi lebih baik, juga perkembangan pada sarana
seperti elektrokoagulasi Ligasure dalam hal diseksi dan mengontrol pembuluh
darah sampai pada ukuran diameter 7 mm membuat proses reseksi dapat
dilakukan dengan aman. Keuntungan dalam hal kosmetik, kurangnya nyeri dan
berkurangnya waktu rawat inap juga pada kurangnya kemungkinan potensial
untuk skoliosis merupakan suatu hal yang mendukung akan tetapi belum
dibuktikan secara defenitif. Pada semua jenis reseksi secara torakoskopik,
penderita dibaringkan dekubitus seperti yang digambarkan sebelumnya. Meja
dapat dirotasikan ke kiri ataupun kekanan bila diperlukan untuk ekspose.
Beberapa ahli bedah lebih memilih posisi yang dijelaskan sebelumnya untuk
torakotomi anterolateral. Sangat penting untuk memakai gaya gravitasi sebagai
retraktor selama torakoskopik dan ahli bedah akan mengatur posisinya. Ventilasi
paru tunggal dapat diberikan bila dibutuhkan untuk memfasilitasi eksposure
meskipun ventilasi jarang diperlukan untuk hal ini. Bagian dada didesinfeksi
seperti untuk torakotomi kemudian dibuat insisi sepanjang 5 mm pada bagian
linea mid axilaris pada interkosta keempat sampai enam. Kemudian dimasukkan
sebuah Veress needle tepat pada bagian atas kosta untuk menghindari bundel
neurovaskuler. Pengembangan paru dengan CO 2 sampai pada tekanan 3-7
mmHg untuk memfasilitasi eksposure dan menciptakan sutu lapangan kerja
yang fungsional. Dipasang post 5mm dan kemudian dimasukkan toracoscope
video. Penempatan sisa port yang lain dipilih terhgantung pada anatomi spesifik
dan lobus mana yang akan dioperasi. Biasanya ditempatkan dua post tambahan
satu pada bagian anterior dan satu pada bagian posterior untuk memfasilitasi
diseksi pada fissura dan lobus. Akses ke empat dapat dipergunakan sebagai
retraksi bila diperlukan. Jika diperlukan suatu peralatan untuk stapling untuk
biopsi maka harus ditempatkan suatu port dengan ukuran 12 mm. Satu dari
tempat port tersebut harus diperbesar untuk mengeluarkan spesimen. Untuk
akhir dari prosedur operasi ini maka dipasang chest tube pada suatu lubang port
dan terlihat dengan torakoskopik, diarahkan kearah apeks paru, kemudian
difiksasi. Fasia dapat ditutup dengan jahitan benang yang dapat diserap dan kulit
diaproksimasi dengan jahitan atau dengan suatu cara lain.
Pada tumor jenis lain, lebih rasional jika dilakukan pendekatan secara
torakoskopik. Lesi parenkim yang kecil dan dalam dapat diakses dengan
torakoskopik. Beberapa penulis telah menggambarkan penggunaan tomografi
komputer ( CT ) sebagai penuntun untuk menandai lesi dengan cepat sebelum
operasi sebagai penunjuk lokasi dan reseksi dengan torakoskopik nantinya.
Suatu bleb pada daerah apeks paru yang akan mengarah pada pneumotorak
rekuren atau menetap juga bisa di tangani secara torakoskopik. Apeks paru di
visualisasikan dan dilakukan pengangkatan parenkim yang disertai bleb dalam
bentuk baji dengan peralatan stapling secara endoskopik. Pada kebanyakan
kasus, penggunaan alat ini lebih baik bila disertai dengan vaskuler load karena
staplesnya lebihnkecil dan risiko perdarahan lebih kecil. Sekali lagi, bila ada
kebocoran udara pada lokasi staples maka dilakukan staples lagi setelah pisau
diangkat, penggunaan fibrin glue atau Tisseal yang dapat dioleskan diatas garis
staples sebagai tambahan untuk mengontrol kebocoran udara.
Lobektomi
Prinsip dari lobektomi sama pada anak-anak dan dewasa. Yang terpenting dari
prinsip ini yakni harus adekuatnya visualisasi dan eksposur pada struktur daerah
hilar yaitumpembuluh darah dan bronkus. Contoh yang paling sederhana yaitu
lebih baik bila kita melakukan diseksi dan kontrol pada cabang arteri pulmonal
terleih dahulu, kemudian kedua pada drainase vena dan terakhir pada bronkus.
Pada keadaan tertentu misalnya pada proses infeksi purulen yang berat, lebih
baik bila dikerjakan bronkus terlebih dahulu
Biasanya ada tiga pembuluh darah yang menuju ke lobus atas kanan yang harus
diligasi tepat sebelum bersatu dengan vena pulmoner superior. Kemudian
divisualisasikan dengan menarik paru kearah posterior untuk menambah
ekposur pada hilum anterior.
Setelah pemisahan cabang arteri dan vena pada lobus kanan atas, jaringan
adventisia pada bronkus dibersihkan. Bronkus hanya perlu dibersihkan untuk
melihat asalnya, bila dilakukan diseksi lebih jauh lagi maka akan bisa
mengganggu aliran darah dan memperlambat penyembuhan stump bronkial.
Dilakukan jahitan dengan benang yang tidak diserap pada kedua sisi dari
bronkus dan kemudian dipisahkan sekitar 1 cm atau 2 cm dari cabang utama
untuk menghindari stump yang panjang yang dapat mengakumulasi sekret.
Setelah dilakukan pemisahan bronkus stump kemudian ditutup dengan jahitan
interuptus dengan benang yang tak diserap atau dengan peralatan stapling.
Setelah dilakukan penutupan kemudian dimasukkan cairan salin hangat untuk
melihat kebocoran dengan memberi tekanan 30-40 cmH2O melalui ventilator.
Pleura yang berada disekitarnya dapat digunakan untuk memperkuat stump juga
untuk mempercepat penyembuhan. Dipasang chest tube dan difiksasi seperti
cara yang telah digambarkan sebelumnya.
5a,b setelah pasien diposisikan dengan baik dalam posisi lateral dekubitus
kanan, dapat dilakukan pendekatan baik dengan torakotomi posterolateral
ataupun dengan torakoskopi. Sama seperti pada paru-paru kanan, pleura yang
menutupi hilus bagian anterior dilakukan insisi dan dibawah kearah superior dan
posterior dibawah level dari bronkus utama kiri.
-------
Berikut akan didiskusikan mengenai pembedahan paru anak pada keadaan
khusus kongenital yang sering seperti ekspansi lobus berlebihan (emfisema),
malformasi kistik adematoid dan sekuestrasi. Seperti disebutkan sebelumnya,
prinsip pembedahan meliputi lobektomi spesifik akan diterapkan pada tiap-tiap
keadaan.
7a,b Keadaan ekpansi lobus yang berlebihan yang didapatkan secara kongenital
ataupun yang didapat dapat ditemui pada neonatus ataupun pada bayi. Masalah
yang dididapat bisa muncul karena sumbatan mukus ataupun akibat masalah
struktur yang menyebabkan sumbatan pada jalan napas. Ekspansi lobar
berlebihan yang didapatkan secara kongenital diakibatkan oleh karena tidak
adanya kartilago pada 35% kasus sehingga menyebabkan terperangkapnya
udara berbentuk katup bola. Biasanya kompresi ekstrinsik (contohnya penyakit
jantung kongenital) dapat menyebabkan terperangkapnya udara di daerah distal
dan terjadinya nekspansi berlebihan. Kista bronkogenik juga dapat terlihat pada
masalah ini. Sepertiga kasus berasal dari hiperplasia alveolar pada lobus spesifik
dari paru.
Gejala berasal dari penekanan pada struktur toraks dan mediastinum, yang
dapat terjadi secara akut maupun secara kronik. Beberapa bayitidak
memerlukan intervensi secara bedah dan tetap stabil dengan lesi ini. Dari yang
memerlukan tindakan bedah , 50 persen akan bergejala dalam beberapa hari
kehidupan sementara sisanya terjadi beberapa bulan kemudian.
Foto ronsen dada akan memberi gambaran area hiperlusen pada dada yang
terkena dengan derajat penekanan struktur mediastinum yang bervariasi.
Diafragma akan mendatar pada sisi yang terkena. Ini biasanya hanya melibatkan
lobus atas saja (kiri atas 42 persen, kanan atas 21 persen, kanan tengah 35%)
dan kurang dari 1 persen yang melibatkan lobus bawah. Diagnosis bandingnya
meliputi pneumotoraks, malformasi kistik adematoid (CAM), pneumatokel dan
atelektasis.
Malformasi kistik adematoid (CAM) adalah lesi yang sering didiagnosa sebelum
lahir dengan menggunakan ultrasound. Ditemui sekitar 25 persen dari semua
malformasi kongenital paru. Beberapa diantaranya menjadi cukup besar
sehingga membuat hipoplasia paru sekunder dan mengganggu vena cava dan
jantung dan menyebabkan polihidramnion dan hidrop fetalis. Beberapa dari
janin yang mengalami hal ini akan lahir mati. Pada beberapa center di Amerika
Serikat, pembedahan janin yang mengalami hidrops, beberapa diantaranya bisa
selamat. Metode-metode lain yang belum berhasil digunakan untuk intervensi
janin. CAM didapatkan 25persen pada lobus bawah kiri dan 20 persen pada
lobus atas kiri, pada lobus kanan bawah 19 persen dan lobus kanan atas sekitar
10 persen.
8a,b Pada neonatus yang lahir hidup beberapa diantaranya simptomatik pada
saat lahir, dengan distress dan dapat muncul dengan hipertensi pulmoner yang
berat yang membutuhkan oksigenasi membran extrakorporeal (ECMO) untuk
stabilisasi sebelum dilakukannya reseksi. Foto ronsen dada terkadang bisa
memperlihatkan gambaran massa kistik yang ireguler pada paru yang terkena,
yang dapat juga mengenai seluruh thorax dan juga disertai pergeseran
mediastinum. Pada beberapa kasus gambaran ronsen dada adalah normal dan
dilakukan CT scan thorax untuk memastikan diagnosa prenatal. Ada beberapa
kasus jarang yang dilaporkan yang terjadi setelah kelahiran. Pada pasien yang
tidak disertai distres setelah lahir, biasanya reseksi ditunda sampai anak
tersebut tumbuh lebih dewasa. Risiko terjadinya infeksi dan keganasan tetap
menjadi indikasi utama untuk dilakukan reseksi secara elektif. Menunggu hingga
anak berumur hampir mendekati 1 tahun sebelum dilakukannya reseksi adalah
masuk akal dan beberapa bahkan menyarankan untuk melakukan follow up
jangka panjang tanpa dilakukannya intervensi bedah, walaupun tak ada data
yang menyokong akan hal ini. Karsinoma bronkoalveolar, blastoma
pleuropulmonar dan rhabdomisarkoma telah dilaporkan muncul dari lesi
kongenital ini dan diperlukan pengamatan yang lebih dekat.
Pada pasien dengan gejala, reseksi harus dilakukan sesegera mungkin. Prosedur
yang paling sering dilakukan adalah lobektomi, meskipun segmentektomi juga
telah dilaporkan sama baiknya. Adalah sangat penting untuk mereseksi seluruh
CAM karena akan kambuh dan bisa terjadi kebocoran. Pada beberapa kasus CAM
dapat melibatkan lobus yang multipel dan pada kasus yang sangat jarang bisa
diperlukan pneumonektomi. Pergeseran mediastinum setelah pneumonektomi
dapat simptomatik sehingga mungkin diperlukan pengisian rongga toraks
ipsilateral dengan larutan garam fisiologis ataupun dengan tissue expander.
Sekuestrasi
Perawatan intensif diperlukan untuk pasien dengan penyakit paru berat yang
mendasari dan adanya pengurangan pada fungsi paru. Kebanyakan dari pasien
dipulangkan pada hari ke 3-4, meskipun anak yanglebih dewasa perlu untuk
tinggal lebih lama karena masalah nyeri. Pasien yang menjalani prosedur
torakoskopik bisa dipulangkan lebih awal.
OUTCOMES
Mortalitas dan morbiditas setelah dilakukan biopsi paru sangat tergantung pada
penyakit yang mendasarinya. Risiko akan terjasinya kebocoran udara yang
berkepanjangan dengan penyakit parenkimal yang difus juga bisa terjadi dan hal
ini dapat menambah morbiditas.
--------------------------------------------------------
fine----------------------------------------------------------------------