Lung volume reduction surgery (LVRS) merupakan suatu tindakan operasi dengan
mengambil sebagian lobus paru-paru baik satu sisi maupun dua sisi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengembangan paru-paru khususnya pada kondisi emfisematus (sabiston &
spencer). LVRS, pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Otto C. Brantigan dan Muller pada tahun
1957. Brantigan dan Muller melakukan terapi pembedahan dengan teknik LVRS pada pasien
dengan diffuse pulmonary emphysema dengan hasil yang cukup memuaskan, yaitu mencapai
75 % peningkatan fungsi paru pada pasien tersebut(Claudio caviezel Operatif thoracic surgery
6th, Pearson’s thoracic & esophageal surgery 3th). Kemudian, pada tahun 1995, Cooper dkk
menyempurnakan teknik LVRS sebelumnya dengan mengambil sebanyak 30% volume paru
yang mengalami emfisematus (Pearson’s thoracic & esophageal surgery 3th).
LVRS sendiri sudah sering digunakan untuk terapi pembedahan pada emfisematus
paru-paru sejak abad ke- 20, meskipun sempat dihentikan karena angka mortalitas mencapai
23 % dalam 12 bulan setelah dilakukan prosedur ini. Akan tetapi dengan banyaknya penelitian-
penelitian yang bersifat observasional dari tahun 1990 serta penelitian yang bersifat
ramdomized control trial dalam jumlah sample yang besar pada tahun 2003 oleh National
Emphysema Treatment Trial (NETT), semakin menunjukkan bahwa LVRS memberikan
peningkatan yang signifikan terhadap fungsi paru, kemampuan untuk berolahraga, status
kesehatan secara umum dan meningkatkan survival rate pada pasien dengan emfisematus paru
(Claudio caviezel Operatif thoracic surgery 6th, Pearson’s thoracic & esophageal surgery 3th,
Alex G. Textbook of cardiothoracic Johns Hopkins Medicine).
Di Amerika serikat, dilaporkan lebih dari 12 juta penduduknya mengalami chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) dan sebanyak 2 juta diantaranya mengalami
emfisematus paru. Terapi pertama yang diberikan adalah obat-obatan dan LVRS dapat
digunakan sebagai terapi tambahan untuk penyakit tersebut. Selain itu transplantasi paru bisa
menjadi pilihan terapi tambahan, akan tetapi tindakan ini membutuhkan waktu yang lama
karena harus menunggu donor yang tepat serta kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
menjalanin operasi yang besar tersebut(sabiston & spencer, Pearson’s thoracic & esophageal
surgery 3th). Keuntungan tindakan LVRS ini, dapat menentukan kriteria pasien yang sesuai
secara klinis untuk tindakan ini dan memberikan hasil yang baik terhadap fungsi paru serta
lebih menghemat biaya terutama untuk tatalaksana emfisematus paru (sabiston & spencer)
Selain itu, yang menjadi kontroversi pada tindakan LVRS adalah seleksi pasien yang
akan menjalani LVRS dan teknik operasi yang digunakan(Alex G. Textbook of cardiothoracic
Johns Hopkins Medicine). Oleh karena itu, pada makalah ini, penulis ingin membahas
mengenai kriteria pasien yang bisa dilakukan tindakan LVRS, apakah ada perbedaan teknik
operasi yang digunakan pada LVRS?, serta apakah ada pengaruh terhadap pembiayaan?.
Tinjauan Pustaka
Definisi
LVRS merupakan tindakan invasive untuk mengurangi volume paru yang mengalami
hiperinflasi menjadi volume paru yang lebih fisiologis (Claudio caviezel Operatif thoracic
surgery 6th, Pearson’s thoracic & esophageal surgery 3th). Sehingga dengan adanya
pengurangan volume paru tersebut menyebabkan diafragma dapat bergerak ke atas dan dinding
dada dapat mengembang lebih baik(Pearson’s thoracic & esophageal surgery 3th).
Persiapan Preoperatif
LVRS merupakan prosedur invasif dengan risiko morbiditas dan mortalitas. Dan
tindakan ini dilakukan pada pasien yang memiliki gejala emfisematus menetap meskipun
sudah dilakukan perawatan dengan obat-obatan secara optimal. Sehingga persiapan secara
komprehensif meliputi olahraga khusus yang terprogram, optimalisasi kondisi medis secara
umum, kondisi psikososial, optimalisasi nutrisi serta penjelasan terhadap pasien mengenai
tindakan dan efek samping yang mungkin ditimbulkan. Selain itu berhenti merokok sangat
dianjurkan dan paling tidak bebas tembakau minimal 6 bulan terakhir(Pearson’s thoracic &
esophageal surgery 3th).
Beberapa penelitaan yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai manfaat LVRS
menunjukkan hasil yang memuaskan dan tetap dengan mortalitas dan morbiditas yang masih
bisa ditoleransi. Oleh karena, untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu dilakukan seleksi
pasien terlebih dahulu sebelum tindakan, selain mengurangi faktor-faktor risiko, serta
perawatan pasca operasi yang baik. Tabel di bawah ini menunjukkan kriteria inklusi dan
eksklusi pasien dengan emfisema paru - paru yang akan menjalani tindakan LVRS.
Table 2.1 Kriteria inklusi dan eksklusi untuk LVRS(Pearson’s thoracic & esophageal surgery
3th , Alex G. Textbook of cardiothoracic Johns Hopkins Medicine, sabiston & spencer).
LVRS menjadi pilihan pada pasien dengan emfisema paru-paru berat, di mana
volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) antara 20% dan 45% dari nilai yang seharusnya,
hiperinflasi lebih besar dari 150%, dan volume residu terhadap total kapasitas paru-paru (RV /
TLC) lebih dari 60%. Jarak berjalan yang dicapai selama 6 menit harus antara 150 dan 450 m.
Sedangkan kapasitas difusi lebih rendah dari 20% bukan merupakan kontraindikasi jika
FEV1% lebih besar dari 20% pada emfisema heterogen.
Sebelum tindakan LVRS perlu pemeriksaan radiologi untuk memperoleh informasi
secara anatomis dari paru-paru yang mengalami emfisematous. Metode yang paling dapat
diandalkan untuk memperoleh informasi tentang tingkat dan distribusi emfisema adalah
pemindaian dada yang dikomputasi (CT). Meskipun skintigrafi perfusi paru memiliki peran
terbatas dalam prediksi hasil, tetapi mungkin membantu untuk mengidentifikasi daerah sasaran
untuk reseksi pada pasien yang akan dilakukan LVRS dengan morfologi CT homogen(Claudio
caviezel Operatif thoracic surgery 6th).
Pemeriksaan dada standar CT (CT) tanpa kontras intravena memberikan informasi
penting untuk proses seleksi. Yang paling penting, ini memberikan gambaran rinci tentang
keparahan dan distribusi emfisema. Ini sangat membantu dalam mengkarakterisasi apakah
keterbatasan pasien sekunder akibat emfisema atau penyakit saluran napas. Hal ini juga penting
dalam menetapkan keberadaan dan lokasi daerah sasaran. CT resolusi tinggi memberikan
peningkatan sensitivitas untuk mengungkapkan bronkiektasis okultisme atau penyakit paru
interstitial yang mendasarinya. Selain itu, CT dapat menunjukkan bukti patologi yang
mendasarinya, seperti penyakit pleura, bronkiektasis, infeksi, kanker, atau penyakit
kardiovaskular, yang mungkin menghalangi LVRS.
Scan paru ventilasi-perfusi obat nuklir yang menggambarkan pola aliran darah regional (Gbr.
50-3) memberikan peta jalan yang berharga untuk pembedahan. Tingkat keparahan absolut
emfisema tidak dapat dinilai karena distribusi agen perfusi relatif, tetapi keberadaan penyakit
dominan lobus difus atau atas atau bawah dapat dinilai.
GAMBAR Pemindaian paru perfusi, pandangan posterior, dari tiga pasien yang dievaluasi
untuk operasi pengurangan volume paru-paru. A, Hampir tidak ada perfusi dari kedua zona
paru-paru atas, menyediakan "area target" untuk reseksi bedah. B, Hampir tidak ada perfusi
dari kedua zona paru-paru bagian bawah, menyediakan "area target" untuk reseksi bedah. C,
perfusi yang merata di kedua paru-paru, tanpa “area target” yang dapat diakses
Ketika prosedur bilateral direncanakan untuk lobus atas emphysema dominan, pasien
terletak pada posisi terlentang dengan kedua lengan terangkat, memungkinkan akses ke kedua
sisi tanpa mengubah posisi pasien.
Prosedur unilateral atau bilateral, dalam kasus emfisema lobus-dominan yang lebih
rendah, dilakukan dalam posisi dekubitus lateral. Kecuali jika ada kebocoran udara masif
setelah sisi pertama selesai, pasien harus diputar untuk menyelesaikan prosedur di sisi yang
berlawanan. Gambar 2.1 menunjukkan posisi pasien saat operasi.
Insisi untuk LVRS bilateral pada lobus atas dominan emfisema terletak tepat di bawah
lipatan inframammary di ruang intercostal ke-4 atau ke-5 di midclavicular, axillary anterior,
dan median axillary lines. Sayatan sebaiknya ditempatkan di ruang interkostal yang sama untuk
meminimalkan rasa sakit pasca operasi. Untuk sisi kiri, kita sering memilih untuk
menempatkan sayatan di ruang intercostal ke-5 dan lebih lateral karena posisi jantung. Kami
menggunakan tiga trocar 11,5 mm, dengan endoskop 10 mm, penjepit 10 mm, dan perangkat
stapel 10 mm.
Ketika prosedur dilakukan dalam posisi lateral decubitus, penempatan sayatan mungkin
sedikit lebih dorsal atau lebih rendah, tetapi tergantung pada jenis emfisema juga.
Daerah sasaran dan tingkat reseksi berbeda antara berbagai jenis emfisema. Paru-paru
direseksi di daerah yang menunjukkan kerusakan emisematosa paling parah pada studi
pencitraan (CT scan) yang sesuai dengan penampilan makroskopik intraoperatif. Pada pasien
dengan emfisema lobus atas-dominan sebelumnya, sekitar 30% -50% dari lobus atas direseksi.
Volume target dapat diperkirakan dari selisih antara nilai TLC yang diprediksi dan yang
diinginkan. Pada pasien dengan emfisema homogen, lebih sulit untuk menentukan jumlah dan
lokasi reseksi, karena daerah target yang jelas tidak ada. Kami lebih suka memilih lobus atas
dan sekitar 30% -40% direseksi.
Sebelum reseksi, area target yang ditentukan disiapkan oleh menekan parenkim paru
di sepanjang garis stapel yang diusulkan dengan penjepit atau penjepit. Manipulasi dan kontak
dengan paru-paru harus dibatasi, karena paru-paru emphysematous sangat lunak dan bahkan
menyentuhnya dengan stapler dapat membuat lubang. Sebelum memasukkan stapler, paru-paru
harus sejajar sehingga dapat dengan mudah meluncur melintasi stapler. Endostapler yang
diperkuat kemudian dimasukkan (yaitu melalui port PPN anterior) di sepanjang wilayah paru
yang terkompresi. Kami biasanya menggunakan endostapler panjang 60 mm dengan staples
4,8 mm. Prosedur stapel ini diulangi sampai area target direseksi. Dalam kasus emfisema
dominan lobus atas, reseksi sering dimulai pada tingkat vena azygos atau lengkung aorta. Area
yang direseksi muncul seperti tongkat hoki. Spesimen kemudian dipindahkan melalui satu port
dengan atau tanpa menggunakan endobag.
Setelah reseksi, satu tabung dada ditempatkan dan reinflasi diperiksa di bawah
penglihatan langsung. Jika terjadi kebocoran udara masif, garis stapel diperiksa terlebih dahulu.
Insisi port ditutup dan sisi yang berlawanan didekati setelah melakukan ventilasi satu paru.
Pada pasien dalam posisi terlentang, meja operasi mungkin dimiringkan dari satu sisi ke sisi
lain.
2. Torakotomi
Sedangkan operesi terbuka merupakan satu-satunya indikasi pada kondisi di mana
terjadi perlengkatan di dalam rongga dada. Sehingga, setiap LVRS harus dicoba dengan
prosedur minimal invasif. Jika didapatkan adhesi yang hebat dan tidak dapat dilakukan
adesiolisis, maka torakotomi anterolateral di interkostal ke-4 atau ke-5 dapat dilakukan.
Menentukan area target dan stapel sama dengan LVR torakoskopik. Jika terjadi perlengketan
yang hebat dan dilakukan adhesiolisis yang luas, maka diperlukan pemasangan chest tube
sebanyak dua buah, sebelum dilakukan penutupan rongga dada.
Pada kasus emfisema paru bilateral yang akan dilakukan tindakan LVRS dengan
prosedur terbuka, maka operasi dilakukan 2 tahap dengan jarak operasi setidaknya selama 6-
12 bulan.
Lebih dari setengah pasien yang menjalani LVRS mengalami beberapa bentuk komplikasi
pasca operasi. Ini telah dibuktikan dalam kedua uji coba acak besar dan dalam seri kasus besar
(Ciccone et al, 2003) .10,18,19 Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kebocoran udara terjadi
pada semua pasien tetapi berkelanjutan (> 7 hari) dalam sekitar satu setengah pasien. Faktor-
faktor risiko untuk kebocoran udara yang berkepanjangan termasuk tingkat adhesi pleura,
DLCO yang lebih rendah yang mencerminkan tingkat kerusakan paru-paru yang
mendasarinya, dan penggunaan kortikosteroid. pasien. Morbiditas jantung mayor termasuk
aritmia, infark miokard, atau emboli paru terjadi pada seperlima. Usia lanjut dan penyakit paru
lanjut adalah prediktor untuk morbiditas paru dan kardiovaskular utama(Pearson’s
thoracic & esophageal surgery 3th).