Anda di halaman 1dari 166

TEKNOLOGI SEDIAAN

SEMI SOLID & LIQUID

DARI HMI, OLEH HMI,


UNTUK HMI
 Beban kredit : 3 sks
 Semester : IV

 Materi :
a. Sediaan larutan
b. Sediaan Suspensi
c. Sediaan Emulsi
d. Sediaan Setengah Padat
 Adapun tujuan model pembelajaran ini
adalah mahasiswa dapat menguasai
konsep dasar materi teknologi formulasi
sediaan cair-semipadat dan dapat
trampil menerapkan dalam pembuatan
sediaan cair-semipadat skala industri,
menumbuhkan sikap kritis melalui
pengembangan diskusi dan menghargai
pendapat orang lain dan mampu
menumbuhkan sikap kepemimpinan.
 Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti mata kuliah ini
mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi sirup dan eliksir,
sirup obat dan sirup non obat, bahan
tambahan dalam sirup, pembuatan dan
evaluasi sirup, pembuatan dan evaluasi
sirup kering, serta pembuatan dan
evaluasi eliksir
 Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti mata kuliah ini
mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi sirup dan
eliksir, sirup obat dan sirup non
obat, bahan tambahan dalam sirup,
pembuatan dan evaluasi sirup,
pembuatan dan evaluasi sirup
kering, serta pembuatan dan
evaluasi eliksir
2. Menjelaskan prinsip kimia-fisika dalam
formulasi suspensi, pembasahan,
sedimentasi, suspensi flokulasi, suspensi
deflokulasi, bahan tambahan dalam
suspensi, pembuatan dan evaluasi
suspensi
3. Menjelaskan pengertian emulsi, bentuk
emulsi dalam sediaan farmasi, teori
emulsifikasi, stabilisasi karena
penurunan tegangan muka, stabilisasi
karena Electric double layer dan
stabilisasi karena film antarmuka.
4. Menjelaskan pengertian emulsi, bentuk
emulsi dalam sediaan farmasi, teori
emulsifikasi, stabilisasi karena
penurunan tegangan muka, stabilisasi
karena Electric double layer dan
stabilisasi karena film antarmuka.
PENGANTAR BENTUK SEDIAAN
 OBAT → FORMULASI → BENTUK SEDIAAN
 praformulasi
 pembuatan
 Evaluasi

 PRINSIP :
 respon terapi dari obat dalam formula
dapat diprediksi .
 diproduksi dalam skala pabrik.
 kualitas produk reproduksibel.
Jaminan kualitas
 Stabilitas kimia & fisika
 Stabilitas mikrobiologi
 Keseragaman kandungan
 Dapat diterima pemakai

PERHATIKAN
 Faktor biofarmasetika
 Faktor fisika & kimia obat
 Kondisi pasien / penyakit
SEDIAAN CAIR
DISPERSI :
FASE TERDISPERS + MEDIUM DISPERSI
 < 1mμ : DISPERSI MOLEKULER
 0,5 - 1 mμ : DISPERSI KOLOID
 > 0,5 mμ : DISPERSI KASAR
BEBERAPA PENGERTIAN
 Air
 Air dimaksudkan = air suling = aquadest
 Air hangat = air dengan suhu 60o – 70o C
 Kelarutan :
Jml terlarutnya 1 bag bobot zat padat atau 1 bag
vol zat cair dalam vol ttt pelarut pada suhu 20o C
Bagian dalam kelarutan. adalah 1 gram zat padat
atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut.
SEDIAAN FARMASI BENTUK CAIR
 SOLUTIO
 LARUTAN TOPICAL → LOTIO
 LARUTAN ORAL → POTIO
 SIRUP
 ELIXIR
 MIXTURA
 EMULSI
 SUSPENSI
 SEDIAAN GALENIK ( tinktur, ekstrak, infus )
 LARUTAN OTIK → Auriculares
 LARUTAN OPTALMIK → Guttae, Collyrium
 SEDIAAN INJEKSI
SEDIAAN LARUTAN
 KEUNTUNGAN :
 Lebih mudah ditelan → bayi, anak,
dewasa, lanjut usia
 Lebih cepat diabsorpsi
 Distribusi obat homogen
 iritasi <<< ,terjadi pengenceran
dalam lambung
KERUGIAN :
 Voluminous → sukar diangkut &
disimpan, mudah pecah
 Stabilitas rendah
 Media pertumbuhan dan
perkembangan m.o.
 Ketepatan dosis tgt pasien
 Rasa obat tidak enak >>>
PENTING :

 solute ( bahan aktif dan bahan tambahan ) dalam


larutan .
 Penampilan
 Data kelarutan solute
 Usaha untuk meningkatkan kelarutan solute
 Stabilitas sediaan akhir
 Warna
 Bau
 Rasa
 Viskositas
→ Seni Farmasetika
OBAT SUKAR LARUT
 pH system
 Ko- solvensi
 Konstanta dielektrik
 Solubilisasi miselar
 Kompleksasi
 Hidrotropi
 Modifikasi kimia obat
 Ukuran partikel zat padat
Zat tambahan dalam sediaan larutan :
• Pengawet
• Pemanis
• Flavouring
• Colouring
• Antioksidan
• Pendapar
• Pengkompleks
• Humektan
→ pH stabilitas & inkompatibilitas
PROSES PRODUKSI SEDIAAN
 Kualitas bahan
 Ciri-ciri
 Kemurnian
 Bebas m.o.
 Formulasi
 Proses & peralatan
 Manusia
 → pendidikan , sumber m.o.
 CPOB
PENGEMASAN
Karakter cairan → Jenis wadah sediaan
Metode pengisian :
• Gravimetri ( v> , η > ) → timbang
• Volumetri
• Kadar konstan / level tetap

 EVALUASI
→ Stabilitas, elegensia, efektifitas,
aman
TEKNOLOGI
SEDIAAN
SEMI SOLID &
LIQUID
PENDAHULUAN
 Beban kredit : 3 sks
 Semester : IV

 Materi :
a. Sediaan larutan
b. Sediaan Suspensi
c. Sediaan Emulsi
d. Sediaan Setengah Padat
Tujuan pembelajaran umum :
 Mahasiswa dapat memahami permasalahan terkait
dengan teknologi dan formulasi bentuk sediaan cair-
semipadat sehingga dapat menjelaskan prinsip dasar,
cara pembuatan dan cara evaluasi sediaan bentuk
emulsi,suspensi, sirup, eliksir, salep/krem, dan aerosol
dalam skala industri

 Adapun tujuan model pembelajaran ini adalah


mahasiswa dapat menguasai konsep dasar materi
teknologi formulasi sediaan cair-semipadat dan dapat
trampil menerapkan dalam pembuatan sediaan cair-
semipadat skala industri, menumbuhkan sikap kritis
melalui pengembangan diskusi dan menghargai
pendapat orang lain dan mampu menumbuhkan sikap
kepemimpinan.
 Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan definisi sirup dan eliksir, sirup obat dan
sirup non obat, bahan tambahan dalam sirup,
pembuatan dan evaluasi sirup, pembuatan dan evaluasi
sirup kering, serta pembuatan dan evaluasi eliksir
2. Menjelaskan prinsip kimia-fisika dalam formulasi
suspensi, pembasahan, sedimentasi, suspensi flokulasi,
suspensi deflokulasi, bahan tambahan dalam suspensi,
pembuatan dan evaluasi suspensi
3. Menjelaskan pengertian emulsi, bentuk emulsi dalam
sediaan farmasi, teori emulsifikasi, stabilisasi karena
penurunan tegangan muka, stabilisasi karena Electric
double layer dan stabilisasi karena film antarmuka.
4. Menjelaskan , jenis dan contoh emulgator, mekanisme
stabilisasi, HLB, perhitungan HLB campuran,
perbandingan surfaktan pada suatu nilai HLB.
5. Menjelaskan tentang metoda pencampuran, jenis alat
yang digunakan, ketidakstabilan emulsi, dan cara
evaluasi hasil.
6. Menjelaskan anatomi dan fisiologi kulit, prinsip-prinsip
dasar difusi melalui kulit, metode-metode untuk studi
absorpsi perkutan.
7. Menjelaskan basis, preservatif, antioksidan, enhancer
dan metode pembuatan, pengemasan, langkah-
langkah untuk desain formula, evaluasi, pengujian
keamanan dan sensitivitas untuk sediaan setengah
padat.
PUSTAKA :
 Ansel C.H., (1985), Introduction to Pharmaceutical
Dosage Forms, 3rd Ed., Lea & Febiger , Philadelphia.
 Lachman L., (1986), The Theory and Practise of
Industrial Pharmacy, 3rd Ed., Lea & Febiger ,
Philadelphia.
 Aulton M.E., (1988), Pharmaceutics : The Science of
Dosage Form Design, 1st Ed, Longman Hongkong.
 Voigt R., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, alih
bahasa Soendari Noerono, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
 Martin A., (1993), Phisycal Pharmacy, 4th, ., Lea &
Febiger , Philadelphia.
 Amstrong, N.A., and James, K.C., 1996, Pharmaceutical
Experimental Design and Interpretation, Taylor and
Francis, Bristol..
 Avis, K.E., Lachman, L., and Lieberman, H.A., 2000,
Pharmaceutical Dosage Form : Parenteral, Tablet,
Disperse System, vol I, II, III, Marcel Dekker Inc., New
York.
 Banker, G.S., and Rhodes, C.T., 1996, Modern
Pharmacetics, 3rd. Ed., Marcel Dekker Inc., New York.
 Gennaro, A.R., 1995, Remington : The Science and
Practice of Pharmacy, 19th. Ed., Mack Publ. Co.,
Pensylvania
CAIRAN
Pertimbangan formula :
1. Kelarutan :
• Besarnya kelarutan dan melarutnya suatu zat
tergantung pada sifat dan intensitas zat terlarut ,
pelarut serta resultante interaksi zat pelarut-terlarut.
• Pengkajian kelarutan dilakukan pada temperatur
konstan atau temperatur lebih tinggi dari temperatur
kamar dan temperatur 4o C
2. Keasaman (pH)
• Zat aktif yang dipergunakan untuk sediaan obat
merupakan asam atau basa lemah
• Kelarutan zat dapat dipengaruhi ole pH lingkungan.
Hk Aksi Massa :
• Kelarutan obat asam lemah/basa lemah merupakan
fungsi dr pH dengan derajat kecepatan yang besar.
DH (padat) DH (larutan) D- + H+
3. Kosolven:
Elektrolit lemah dan molekul non polar mempunyai
kelarutan dalam air buruk sehingga kelarutan dapat
ditingkatkan dengan penambahan suatu pelarut yang dapat
bercampur dengan air di mana dalam pelarut tsb obat
mempunyai kelarutan yang baik disebut kosolvensi.
• Pelarut yang dikombinasikan digunakan untuk
meningkan kelarutan zat terlarut dikenal
kosolven
• Sistem kosolven bekerja dengan mengurangi
tegangan antarmuka antar larutan yang dalam
air dan zat terlarut hidrofobik.
• Mempengaruhi kelarutan obat juga memperbaiki
kelarutan dari konstituen yang mudah menguap
 Kosolven dapat mempengaruhi kelarutan obat juga
memperbaiki kelarutan dari konstituen yang
mudah menguap
 Deskripsi singkat Mata Kuliah
 Mata kuliah teknologi dan formulasi sediaan cair-semipadat
berisi materi tentang:
 pendahuluan, diagram terner, emulsi, emulgator golongan
surfaktan, golongan hidrokoloid dan
 zat padat yang terdispersi, pembuatan emulsi, suspensi,
sirup dan eliksir, kulit dan absorpsi
 perkutan, formulasi salep, pembuatan dan pengemasan,
desain protocol untuk pengembangan
 dan pengujian sediaan salep dan suppositoria. Keseluruhan
materi kuliah teknologi dan
 formulasi sediaan cair-semipadat dibagi menjadi 8 pokok
bahasan yang diberikan dalam 14 kali
 tatap muka.
 zat padat yang terdispersi, pembuatan emulsi,
suspensi, sirup dan eliksir, kulit dan absorpsi
 perkutan, formulasi salep, pembuatan dan
pengemasan, desain protocol untuk pengembangan
 dan pengujian sediaan salep dan suppositoria.
Keseluruhan materi kuliah teknologi dan
 formulasi sediaan cair-semipadat dibagi menjadi 8
pokok bahasan yang diberikan dalam 14 kali
 tatap muka
 formulasi sediaan cair-semipadat dibagi
menjadi 8 pokok bahasan yang diberikan
dalam 14 kali tatap muka
SOLUTIO (LARUTAN)
TIK :
Mahasiswa kan dapat menjelaskan pengertian,
formula dan cara pembuatan bentuk sediaan
larutan
Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut.
Mis : terdispersi secara molecular dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Karena molekul-molekuldalam larutan terdispersi


secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur.

Zat pelarut disebut solvent.


Zat yang terlarut disebut solute.
Jenis larutan

Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A


yang terlarut.

Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A


yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.

Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang


terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelarutan

POLARITAS

PEMBENTUKAN
CO-SOLVENCY
KOMPLEKS

KELARUTAN

SALTING IN KELARUTAN

SALTING OUT TEMPERATUR


1. Polaritas
Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like
dissolves like” artinya solute yang polar
akan larut dalam solvent yang polar, solute
yang non polar akan larut dalam solvent
yang bersifat non polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform
2. Co-solvency

Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan


kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air-gliserin.
3. Kelarutan
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
adalah :

Larut dalam air


Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth
subnitras
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

Tidak larut dalam air


– Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3,(NH4)CO3
– Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, Ba(OH)2
– Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3,(NH4)PO4
4. Temperatur
Zat padat pada umumnyabertambah larut bila
suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm,
karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
Zat terlarut + pelarut + panas larutan
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya
dinaikkan (bersifat eksoterm), karena pada
kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut larutan + panas

Contoh :
K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang
larut.
5. Salting Out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke
dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding
kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri
akan memisah.
6. Salting In
Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
senyawa organik dengan penambahan suatu
garamdalam larutannya.

Contoh :
riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam larutan yang mengandung
nicotinamidum karena terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4.
7. Pembentukan Kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa


tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garamkompleks.

Contoh :
Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh.
KI + I2 KI3
HgI2+ 2 KI K2HgI4
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :

Ukuran partikel: makin halus solute,


makin kecil ukuran partikel; makin luas
solute yang kontak dengan solvent, solute
makin cepatlarut.

Suhu : pada umumnya kenaikan suhu


akan menambah kelarutansolute.

Pengadukan
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Solutio

• Merupakan campuran homogen


• Dosis dapat mudah diubah- ubah
dalam pembuatan.
• Volume bentuk larutan
• Dapat diberikan dalam larutan lebih besar.
encer kapsul • Ada obat yang tidak
• Kerja awal obat lebih cepat
stabil dalam larutan.
karena obat cepat diabsorpsi.
• Mudah diberi pemanis, bau- • Ada obat yang sukar
bauan dan warna. ditutupi rasa dan baunya
• untuk pemakaian luar, bentuk dalam larutan.
larutan mudah digunakan.
Sediaan Larutan
SIRUP

GUTTAE POTIONES

LAR.ORAL
POTIO
ELIXIR
EFFERVESCENT

SATURATIO NETRALISASI
Potiones (Obat Minum)
Sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna
yang larut dalam air atau berbentuk
emulsi atau suspensi.
Elixir
Sediaan yang mengandung bahan obat dan
bahan tambahan (pemanis, pengawet,
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang
sedap dan sebagai pelarut digunakan
campuran air-etanol.

Etanol berfungsi untuk mempertinggi


kelarutan obat. Elixir dapat pula ditambahkan
glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
Sirup

– Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam


larutan nipagin 0,25 %b/v
– Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis
obat dengan atau tanpa zat tambahan,
digunakan untuk pengobatan.
– Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi
mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
Penambahan sirup ini bertujuan untuk
menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
Netralisasi

Obat minum yang dibuat dengan


mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan
larutan bersifat netral.

Mis; solutio citratis magnesii.


Saturatio

Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam


dan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah
sehingga larutan jenuh dengan gas.

Pembuatan:
– Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang
tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
– Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang
tersedia.
– 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa
asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan
sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
Potio Effervescent
Saturatio yang CO2nya lewat jenuh.

Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan
hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya
digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.

Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio


effervescent adalah :
Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup
kedap dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan
sampagne knop.
Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak
boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan-bahan
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam
Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan
dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa,
berdasarkan perbandingan jumlah airnya).
Zat-zat mudah menguap.
Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
Sirup

Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa


Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas,
Natrii salisilas.
Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-
garam kalium dan amonium harus
ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila tidak
akan terbentulk endapan kalium atau amonium
dari asamtartrat.
Guttae (drop)
Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau
suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan
untukobatdalam.

Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan


penetes yang menghasilkan tetesan yang setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia.

Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan


untuk anak-anak atau bayi.
GARGARISMA

GUTTAE OPTH LITUS ORIS

LAR. TOPIKAL

COLLYRIUM GUTTAE NASALES

EPITHEMA
INHALATIONES
OBAT KOMPRES
Collyrium

Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah


asing, isotonis digunakan untuk membersihkan mata,
dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.

Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah
tutup dibuka dan ”obat cucimata”.

Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet


hanya boleh digunakan lama 2jam setelah botol
dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat
digunakan paling lama 7hari setelah botol dibuka
tutupnya.
Guttae ophthalmicae

Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel


asing merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.

Tetes mata juga tersedia dalam bentuk


suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi
atau goresan pada kornea.
Hal-hal yang diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

– Nilai isotonisitas
Idealnya sama dengan nilai isotonis larutan NaCl 0,9 %b/v. Tetapi
mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara
dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi 2,0 % b/v NaCl.

– Pendaparan
Pendaparan larutan obat tetes mata adalah untuk mencegah
kenaikan pHyang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil
oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat menggangu kelarutan dan
stabilitas obat.Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan
untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya garam-garam
alkaloid.

Air mata normal memiliki pH 7,4, secara ideal obat tetes mata
memiliki pH seperti air mata, tetapi karena beberapa bahan obat
tidak stabil pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata
supaya tidak terlalu merangsang mata.
– Pengawet
Wadah larutan mata harus tertutup rapat dan disegel
untuk menjaminsterilitas pada pemakaian pertama.
Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau
memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu
wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengawet yang dianjurkan :
– Nipagin dan nipasol
– Fenil merkuri nitrat,timerosol
– Benzalkonium klorid
– Klorbutanol, fenil etil alkohol
– Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga
obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat
mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang
dapat terlihat. Cth : metil selulosa, hidroksi propil selulosa,
polivinil alkohol.
Cara pembuatan obat tetes mata

1) Obat dilarutkan ke dalam salah satu zat pembawayang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.

2) Obat dilarutkan dalam cairan pembawa beriaryang


mengandung salah satu zat pengawet dan sterilkan menggunakan
bakteri filter, masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan
tutup rapat.

3)Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang


mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara
penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutu rapat dan sterilkan
dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98 – 100oC
selama 30 menit.
Gargarisma (Gargle)

Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan


berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang
harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan


atau pengobatan infeksi tenggorokan.

Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan


dan ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”
Litus Oris

Oles bibir adalah sediaan cair agak


kental dan pemakaiannya secara
disapukan dalam mulut.

Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin


Guttae Nasales

Tetes hidung adalah obat yang digunakan


untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke
dalam rongga hidung,

Dapat mengandung zat pensuspensi,


pendapar dan pengawet.

Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh


digunakan sebagai cairan pembawa.
Inhalationes

Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau


mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam
saluran pernafasan.

Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat


halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.

Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocokdahulu”


Epithema/Obat Kompres

Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa


dingin pada tempat yang sakit dan panas
karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose, digunakan untuk
mengeringkan luka bernanah.

Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol


Emulsi
Pendahuluan

Emulsi merupakan sediaan yang


mengandung bahan obat cair atau larutan
obat yang terdispersi dalam cairan
pembawa dan distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Biasanya emulsi mengandung dua zat atau
lebih yang tidak dapat bercampur,
misalnya minyak dan air.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan
komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil
Jenis emulsi

Salah satu fase cair dalam suatu emulsi


terutama bersifat polar (contoh: air),
sedangkan lainnya relatif nonpolar
(contoh: minyak).
Emulsi dibagi dalam empat golongan,
yaitu
1. emulsi minyak dalam air (m/a),
2. emulsi air dalam minyak(a/m),
3. emulsi minyak dalam air dalam
minyak(m/a/m),
4. emulsi air dalam minyak air(a/m/a)
Jenis emulsi

a. Emulsi jenis minyak dalam air (m/a )


Bila fase minyak didispersikan sebagai
bola-bola ke seluruh fase kontinu air,
sistem tersebut dikenal sebagai suatu
emulsi minyak dalam air (m/a)
b. Emulsi jenis air dalam minyak (a/m)
Bila fase minyak bertindak sebagai fase
kontinu, emulsi tersebut dikenal
sebagai produk air dalam minyak (a/m)
c. Emulsi jenis minyak dalam air dalam
minyak (m/a/m)
Dikenal sebagai emulsi ganda, dapat
dibuat dengan mencampurkan suatu
pengemulsi m/a dengan suatu fase air
dalam suatu mikser dan perlahan-lahan
menambahkan fase minyak untuk
membentuk suatu emulsi minyak dalam
air
d.Emulsi jenis air dalam minyak dalam air(a/m/a)
Emulsi a/m/a
Dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi a/m dengan
suatu fase minyak dalam suatu mikser dan
perlahan-lahan menambahkan fase air untuk
membentuk suatu emulsi air dalam minyak.
Emulsi a/m tersebut kemudian didispersikan dalam
suatu larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a,
seperti polisorbat 80 (Tween 80), sehingga
membentuk emulsi air dalam minyak dalam air.
Pembuatan emulsi a/m/a ini untuk obat yang
ditempatkan dalam tubuh serta untuk
memperpanjang kerja obat, untuk makanan-
makanan serta untuk kosmetik
Gambar tipe emulsi
menentukan tipe emulsi

1. Metode pewarnaan
Sejumlah kecil zat warna yang larut dalam
air, seperti metilen biru atau briliant blue
FCF bisa ditaburkan pada permukaan
suspensi.
Jika air merupakan fase luar, yakni jika
emulsi tersebut bertipe m/a, zat warna
tersebut akan melarut didalamnya dan
berdifusi merata ke seluruh bagian dari air
tersebut.
Jika emulsi tersebut bertipe a/m, partikel-
partikel zat warna akan tinggal
bergerombol pada permukaan
2. Metode pengenceran fase
Jika emulsi tersebut bercampur dengan
sempurna dengan air, maka ia termasuk
bertipe m/a dan apabila tidak dapat diencerkan
adalah tipe a/m
3. Metode konduktivitas listrik
Pengujian ini menggunakan sepasang
elektroda yang dihubungkan dengan suatu
sumber listrik luar dan dicelupkan dalam
emulsi.
Lampu akan menyala bila elektroda dicelupkan
dalam cairan emulsi bila tipenya m/a dan
lampu akan mati bila emulsi tipenya a/m
4. Metode fluoresensi
Minyak dapat berfluoresensi di bawah
sinar UV, emulsi m/a menunjukkan pola
titik-titik, sedangkan emulsi a/m
berfluoresensi seluruhnya
Tujuan pembuatan emulsi

Secara farmasetik, proses emulsifikasi


memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu
preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang tidak saling bisa bercampur. Untuk
emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi m/a
memungkinkan pemberian obat yang harus
dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak
walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang
tidak enak rasanya, dengan menambahkan
pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya,
sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke
lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-
bola minyak dapat mempertahankan minyak
tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih
mudah diabsorpsi
Teori emulsifikasi

Adanya kegagalan dari dua cairan yang tidak


dapat bercampur untuk tetap bercampur
diterangkan dengan kenyataan bahwa gaya
kohesif antara molekul-molekul dari tiap
cairan yang memisah lebih besar daripada
gaya adhesif antara kedua cairan.
Gaya kohesif dari tiap-tiap fase dinyatakan
sebagai suatu energi antarmuka atau
tegangan pada batas antara cairan-cairan
tersebut.
Faktor yang umum untuk zat pengemulsi
adalah pembentukan suatu lapisan, apakah itu
monomolekular, multimolekular atau partikel
1. Adsorpsi Monomolekuler

Zat yang aktif pada permukaan dapat


mengurangi tegangan antarmuka karena
adsorpsinya pada batas m/a membentuk
lapisan-lapisan monomolekuler
bahwa lapisan monomolekular dari zat
pengemulsi melingkari suatu tetesan dari
fase dalam pada emulsi.Teori tersebut
berdasarkan anggapan bahwa zat
pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya
di sekitar dan dalam suatu cairan yang
merupakan gambaran kelarutannya pada
cairan tertentu
Penggunaan emulsi kombinasi dalam pembuatan emulsi
saat ini lebih sering dibandingkan penggunaan zat
tunggal. Kemampuan campuran pengemulsi untuk
mengemas lebih kuat menambah kekuatan lapisan itu,
dan karenanya menambah kestabilan emulsi tersebut.
Umumnya pengemulsi mungkin membentuk struktur gel
yang agak rapat pada antarmuka, dan menghasilkan
suatu lapisan antarmuka yang stabil.
Kombinasi dari natrium setil sulfat dan kolesterol
mengakibatkan suatu lapisan yang kompleks yang
menghasilkan emulsi yang sangat baik.
Natrium setil sulfat dan oleil alkohol tidak membentuk
lapisan yang tersusun dekat atau lapisan yang kompak
dan akibatnya kombinasi tersebut menghasilkan suatu
emulsi yang jelek.
Pada setil alkohol dan natrium oleat
menghasilkan lapisan yang tertutup
erat, tetapi kekompleksan diabaikan
sehingga menghasilkan suatu emulsi
yang jelek.
Pengertian dari suatu lapisan tipis
monomolekular yang terarah dari zat
pengemulsi tersebut pada permukaan
fase dalam dari suatu emulsi, adalah
dasar paling penting untuk mengerti
sebagian besar teori emulsifikasi
Gambaran kombinasi zat
pengemulsi pada batas minyak-air
suatu emulsi digambarkan pada
Gambar 2.2
gambaran tetesan air dalam suatu emulsiminyak-
air, terlihat arah dari sebuah molekul Tween dan
sebuah molekul Span pada batas antarmuka
suatu emulsi minyak-air
Gambar 2.3 diatas menunjukkangambaran
skematis dari tetesan air dalam suatu emulsi
minyak-air, terlihat arah dari sebuah molekul
Tween dan sebuah molekul Span pada batas
antarmuka suatu emulsi minyak-air.
Pengemulsi campuran seringkali lebih efektif
daripada pengemulsi tunggal. Kemampuan
campuran pengemulsi untuk mengemas lebih
kuat menambah kekuatan lapisan itu, dan
karenanya menambah kestabilan emulsi
tersebut. Umumnya pengemulsi mungkin
membentuk struktur gel yang rapat pada
antarmuka, dan menghasilkan suatu lapisan
antarmuka yang stabil.
Atlas–ICI (1976)merekomendasikanbahwa Tween hidrofilik
dikombinasi dengan Span lipofilik menghasilkan emulsi m/a
atau a/m yang diinginkan.
Pada bagian hidrokarbon dari molekul Span 80 (Sorbitan mono-
oleat) berada dalam air dan radikal sorbitan berada dalam bola
minyak. Bila Tween 40 (polioksietilen sorbitan monopalmitat)
ditambahkan, ia mengarah pada batas sedemikian
rupasehingga sebagian dari ekor Tween 40 ada dalam fase
minyak, dan dari rantai tersebut, bersama-sama dengan cincin
sorbitan dan rantai polioksietilen, berada dalam fase air.
Diselidiki bahwa rantai hidrokarbon dari molekul Tween 40
berada dalam bola minyak antara rantai- rantai Span 80, dan
penyusunan ini menghasilkan atraksi (gaya tarik-menarik)Van
Der Waals yang efektif.
Dalam cara ini, lapisan antarmuka diperkuat dan kestabilan
dari emulsi m/a ditingkatkan melawanpengelompokkan
partikel
Tipe emulsi yang dihasilkan, m/a atau a/m,
terutama bergantung pada sifat zat
pengemulsi. Karakteristik ini dikenal
sebagai kesimbangan hidrofil-lipofil
(hydrophile-lipophile balance, HLB), yakni
sifat polar-nonpolar dari pengemulsi.
Kenyataannya, apakah suatu surfaktan
adalah suatu pengemulsi, zat pembasah,
detergen, atau zat penstabil dapat
diperkirakan dari harga kesimbangan
hidrofil- lipofil
Adsorpsi Multimolekuler

Koloid lipofilik ini dapat dianggap seperti zat aktif permukaan


karena tampak pada batas antarmuka minyak-air.
Tetapi zat ini berbeda dari zat aktif permukaan sintetis dalam
dua hal, yaitu tidak menyebabkan penurunan tegangan
antarmuka dan membentuk suatu lapisan multimolekuler pada
antarmuka dan bukan suatu lapisan monomolekuler.
Zat ini bekerja sebagai bahan pengemulsi terutama karena
efek yang kedua, karena lapisan-lapisan yang terbentuk
tersebut kuat dan mencegah terjadinya penggabungan.
Efek tambahan yang mendorong emulsi tersebut menjadi
stabil adalah meningkatnya viskositas dari medium dispers.
Karena zat pengemulsi yang terbentuk akan membentuk
lapisan-lapisan multilayer di sekeliling tetesan yang bersifat
hidrofilik, maka zat pengemulsi ini cenderung untuk
membentuk emulsi m/a
Adsorpsi Partikel Padat

Partikel-partikel padat yang terbagi halus


yang dibasahi sampai derajat tertentu oleh
minyak dan air dapat bekerja sebagai zat
pengemulsi.
Ini diakibatkan oleh keadaannya yang
pekat antarmuka dimana dihasilkan suatu
lapisan berpartikel sekitar tetesan dispers
sehingga dapat mencegah terjadinya
penggabungan.
Serbuk yang mudah dibasahi oleh air akan
membentuk emulsi tipem/a, sedangkan
serbuk yang mudah dibasahi dengan
minyak membentuk emulsi a/m
Penggunaan emulsi

1. Emulsi untuk pemakaian dalam


Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi
pemakaian per oral.
Emulsi untuk penggunaan oral biasanya
mempunyai tipe m/a. Emulgator merupakan
film penutup dari minyak obat agar
menutupi rasa tidak enak.
Flavor ditambahkan pada fase ekstern agar
rasanya lebih enak. Emulsi juga berguna
untuk menaikkan absorpsi lemak melalui
dinding usus
2. Emulsi untuk pemakaian luar

Emulsi untuk pemakaian luar meliputi pemakaian


pada injeksi intravena yang digunakan pada kulit
atau membran mukosa yaitu lotion, krim dan salep.
Produk ini secara luas digunakan dalam farmasi
dan kosmetik untuk penggunaan luar.
Emulsi parenteral banyak digunakan pada
makanan dan minyak obat untuk hewan dan
manusia
, Misalnya, vitamin A diserap cepat melalui
jaringan, bila diinjeksikan dalam bentuk emulsi.
Terutama untuk lotion dermatologi dan lotion
kosmetik serta krim karena dikehendaki produk
yang dapat menyebar dengan mudah dan dan
sempurna pada daerah dimana produk ini
digunakan
Pembuatan emulsi

1. Metode gom kering


Korpus emulsi mula-mula dibuat dengan empat
bagian lemak, dua bagian air dan satu bagian gom,
selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan.
Metode ini juga disebut metode 4:2:1.
Cara mencampurnya adalah empat bagian minyak
dan satu bagian gom diaduk dan dicampur dalam
mortir yang kering dan bersih sampai tercampur
benar, lalu ditambahkan dua bagian air sampai
terjadi korpusemulsi. Tambahkan sirup dan
tambahkan sisa air sedikit demi sedikit. Bila ada
cairan alkohol sebaiknya ditambahkan setelah
diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi
2. Metode gom basah
Cara ini dilakukan sebagai berikut, dibuat
musilago yang kental dengan sedikit air
lalu ditambahkan minyak sedikit demi
sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi
terlalu kental, tambahkan air sedikti demi
sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi
ditambah sisa minyak. Bila semua minyak
sudah masuk ditambah air sambil diaduk
sampai volume yang dikehendaki. Cara ini
digunakan terutama bila emulgator yang
akan dipakai berupa cairan atau harus
dilarutkan dulu dalam air
3. Metode botol
Untuk membuat emulsi dari minyak-minyak
menguap dan mempunyai viskositas rendah.
Caranya, serbuk gom arab dimasukkan ke dalam
botol kering, lalu ditambahkan dua bagian air
kemudian air campuran tersebut dikocok dengan
kuat dalam keadaan wadah tertutup. Suatu volume
air yang sama dengan minyak kemudian
ditambahkan sedikit demi sedikit, terus mengocok
campuran tersebut setiap kali ditambahkan air.
Jika semua air telah ditambahkan, emulsi utama
yang terbentuk bisa diencerkan sampai mencapai
volume yang tepat dengan air atau larutan zat
formulatif lain dalam air
Zat pengemulsi

Tahap awal dalam pembuatan suatu emulsi adalah


pemilihan zat pengemulsi. Zat pengemulsi harus
mempuyai kualitas tertentu. Salah satunya, ia
harus dapat dicampurkan dengan bahan formulatif
lainnya dan tidak boleh terurai dalam preparat
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen
yang paling penting agar memperoleh emulsa yang
stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir
tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya
cairan dispers sebagai fase terpisah
Daya kerja emulsifier (zat pengemulsi)
terutama disebabkan oleh bentuk
molekulnya yang dapat terikat baik
padaminyak maupun air
Zat pengemulsi

1. Emulsifier alami
Umumnya dapat diperoleh dari tanaman, hewan atau
mikroba yang diperoleh dengan cara eksudat, ekstraksi
dan fermentasi. Eksudat diperoleh dari cairan atau
getah pada tanaman. Misalnya gum arab, gum pati, dan
gum tragakan. Hasil ekstraksi biasanya paling banyak
diperoleh dari rumput laut. Sedangkan hasil fermentasi
banyak diperoleh dari mikroorganisme baik. Salah satu
gum yang penting dari hasil fermentasi ini adalah
xanthangum. Dimana xanthan gum merupakan
polisakarida dengan bobot molekul tinggi hasil
fermentasi karbohidrat dari Xanthomonas campetris
yang dimurnikan, dikeringkan dan digiling. Bakteri ini
secara alami hidup di tanaman kubis
Contoh gum arab
Emulsifier buatan

2. Emulsifier buatan
Di samping emulsifier alami telah
dilakukan sintesis elmusifier buatan
seperti ester dari polioksietilena sorbitan
dengan asam lemak yang dikenal sebagai
Tween yang dapat membentuk emulsi m/a.
Sabun juga merupakan emulsifier buatan
yang terdiri dari garam natrium dengan
asam lemak. Sabun dapat menurunkan
tegangan permukaan air dan meningkatkan
daya pembersih air
Contoh tween
Aktivitas dan harga keseimbangan
hidrofil-lipofil pada surfaktan
Aktivitas Kesimbangan Hidrofil-Lipofil
Pengemulsi (a/m) 3 sampai 6

Zat pembasah (wetting agent) 7 sampai 9

Pengemulsi (m/a) 8 sampai 18

Detergen (zat pembersih) 13 sampai 15

Pelarut (solubilizer) 15 sampai 18


Ketidakstabilan emulsi

Kemungkinan besar pertimbangan yang


terpenting bagi emulsi di bidang farmasi dan
kosmetika adalah stabilitas dari hasil jadi
sediaan emulsi tersebut.
Kestabilan dari sediaan emulsi ditandai
dengan tidak adanya penggabungan fase
dalam, tidak terjadi creaming, dan memiliki
penampilan, bau, warna dan sifat- sifat fisik
lainnya yang baik
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
flokulasi dan creaming, penggabungan dan
pemecahan, dan inversi
1. Flokulasi dan creaming
Pengkriman (creaming) mengakibatkan
ketidakrataan dari distribusi obat dan
tanpa pengocokan yang sempurna sebelum
digunakan, berakibat terjadinya pemberian
dosis yang berbeda. Tentunya bentuk
penampilan dari suatu emulsi dipengaruhi
oleh creaming, dan ini benar-benar
merupakan suatu masalah bagi
pembuatannya jika terjadi pemisahan dari
fase dalam
b. Penggabungan dan Pemecahan
Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali,
berbeda dengan proses cracking (pecahnya emulsi)
yang bersifat tidak dapat kembali.
Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi
kembali dan terjadi campuran homogen bila dikocok
perlahan-lahan, karena bola-bola minyak masih
dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat
pengemulsi(Anief, 1994).
Sedang pada cracking, pengocokan sederhana akan
gagal untuk membentuk kembali butir-butir tetesan
dalam bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang
mengelilingi partikel-partikel tersebut telah dirusak dan
minyak cenderung untuk bergabung
c. Inversi
Fenomena penting lainnya dalam
pembuatan dan penstabilan dari emulsi
adalah inversi fase yang meliputi
perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi
a/m atau sebaliknya
SUSPENSI … ?

Definisi suspensi :

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. (FI IV, hal 17)

- Ukuran partikel > 10 μm


- Partikel suspensi dapat dilihat pada mikroskop biasa
- Dapat dipisahkan dengan penyaringan
- Dalam bidang farmasi sediaan suspensi dibuat untuk membuat
sediaan cair menggunakan zat aktif tertentu yang tidak larut air
Kenapa suspensi.. ?
Beberapa alasan bahan aktif diformulasi bentuk sediaan
suspensi :
Beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet
atau kapsul
Sukar larut dalam air
Dalam bentuk terlarut berasa pahit
Lebih stabil secara kimia daripada bentuk terlarut
Lebih siap secara bioavailabilitas daripada bentuk
tablet atau kapsul
Jenis Suspensi
Suspensi oral
Suspensi topikal
Suspensi tetes telinga
Suspensi optalmik
Suspensi untuk injeksi
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi
Keuntungan
Baik untuk pasien yang sulit menelan
Homogenitas tinggi
Lebih cepat diabsorpsi
Dapat menutupi rasa tidak enak
Mengurangi penguraian zat aktif
(Stabilitas terhadap hidrolisis relatif lebih baik
dibanding sediaan bentuk larutan (karena kontak
zat dengan air lebih sedikit)
Kekurangan
Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal)
Terbentuk “Cacking”
Alirannya menyebabkan sukar dituang
Ketepatan dosis lebih rendah dibanding larutan
(Ketepatan dosis pemakaian tergantung pada
ketelitian pasien dalam menakar)
Jika terjadi perubahan suhu kadang terjadi
perubahan sistem dispersi
Harus dikocok terlebih dahulu.
Persyaratan Suspensi
Partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi
merata di seluruh sistem dispersi.
Zat yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap
Bila partikel-partikel mengendap tidak boleh
membentuk gumpalan padat (harus terdispersi
kembali jika dikocok).
Tidak boleh terlalu kental sehingga mudah dituang
dari botol atau melewati jarum injeksi
Untuk sediaan obat luar harus cukup cair sehingga
dengan mudah tersebar di permukaan tetapi tidak
boleh mudah bergerak sehingga mudah hilang dari
permukaan.
Persyaratan Suspensi
Dapat mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitas.
Karakteristik suspensi harus tetap konstan
selama penyimpanan.
Tidak boleh diinjeksikan secara intra vena dan
intratekal.
Suspensi harus menggunakan antimikroba
Harus dikocok terlebih dahulu
Harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
STABILITAS SUSPENSI
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
1. Ukuran partikel
 Makin kecil ukuran partikel  makin besar luas
penampangnya  daya tekan ke atas
semakin besar  memperlambat
gerakan partikel untuk mengendap.
 Makin besar ukuran partikel  makin
kecil luas penampangnya  daya tekan ke
atas semakin kecil  mempercepat
gerakan partikel untuk mengendap.
Jadi, untuk memperlambat laju pengendapan,
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partikel dengan menggunakan mixer, homogenizer,
colloid mill, dan mortir.
STABILITAS SUSPENSI
2. Kekentalan (viskositas)
Dengan menambah kekentalan (viskositas)
cairan, gerakan turun partikel yang
dikandungnya akan diperlambat (laju
pengendapan diperlambat), sehingga suspensi
tetap stabil.
Tapi kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hukum STOKES

Keterangan :
V = kecepatan aliran
d = diameterpartikel
ρ = berat jenis daripartikel
ρ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositascairan
STABILITAS SUSPENSI
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam
jumlah besar, maka partikel akan sulit melakukan
gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Benturan ini akan mengakibatkan
terbentuknya endapan zat tersebut.
Oleh karena itu, semakin besar konsentrasi
partikel, makin besar kemungkinan terjadinya
endapan partikel dalam waktu cepat.
STABILITAS SUSPENSI
4. Sifat atau muatan partikel tersuspensi
Suspensi adalah suatu sistem yang secara antar
muka tidak stabil.
Hal ini disebabkan besarnya luas permukaan partikel
(akibat ukuran partikel kecil) menyebabkan
meningkatnya energi bebas permukaan  kondisi
tidak stabil.
Untuk menjadi lebih stabil partikel akan memilih
untuk berkelompok sehingga memperkecil luas
permukaan dan memperkecil pula energi bebas
permukaan.
Maka  dapat ditambahkan surfaktan untuk memperkecil
tegangan permukaan dan menurunkan energi bebas.
Flokulasi dan Deflokulasi
Ketidakstabilan suatu suspensi menyebabkan
suspensi dapat mengalami pengendapan dan
penggumpalan partikel.

Tipe pengendapan yang dapat terjadi adalah


flokulasi dan deflokulasi.
Flokulasi
Flokulasi terjadi apabila gaya tolak menolak antar
partikel relatif kecil sehingga partikel cenderung
untuk mendekat dan menggumpal dengan jarak
yang cukup untuk membuat flokulat yang renggang.
Partikel yang terflokulasi akan mengendap dengan
cepat tetapi, karena ikatan antar partikel lemah
menjadi mudah untuk didispersikan kembali.

Dalam Sistem FLOKULASI :


“Partikel TERFLOKULASI adalah terikat lemah, cepat
mengendap, mudah tersuspensi kembali dan tidak
membentuk cake”
Deflokulasi
Jika energi tolak menolak antar partikel tersuspensi tinggi
(akibat potensial zeta terlalu tinggi atau terlalu kecil) maka
partikel tidak akan menggumpal (berkelompok).
Bila partikel mengendap secara sempurna maka partikel-
partikel tersebut membentuk susunan yang tertutup
dengan partikel- partikel kecil mengisi ruang-ruang dari
partikel besar.
Partikel-partikel di bawah semakin tertekan oleh partikel
diatas sehingga lama-lama menjadi masa yang kompak
(caking) dan tidak dapat dikembalikan dengan pengocokan.

Dalam Sistem DEFLOKULASI :


“Partikel TERDEFLOKULASI mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang
keras dan sukar tersuspensikembali”
Sediaan suspensi terflokulasi
dan
terdeflokulasi
Biasanya, sediaan suspensi
terflokulasi dibuat untuk produk
yang digunakan dalam jangka
waktu lama, sedangkan sediaan
suspensi terdeflokulasi dibuat untuk
produk yang digunakan dalam
jangka waktu pendek.

Contoh sediaan suspensi


terflokulasi:
- Jamu
-Antibiotik (serbuk yang
dilarutkan dengan penambahan
air) Contoh sediaan suspensi
terdeflokulasi:
- Obat batuk
- Obat mag (contoh: milanta
Parameter pengendapan
Volume pengendapan/ derajat flokulasi

F = Volume Sedimentasi
Vu = volume akhirendapan
Vo = volume awalsuspensi
Parameter pengendapan

Derajat flokulasi
β = volume sedimen akhir suspensi terflokulasi
volume sedimen akhir suspensi terdeflokulasi

Berapa volume sedimentasi dari 5% b/v suspensi


MgCO3 dalam air. Volume awal = 100 ml, volume
akhir = 30 ml

! Jika derajat flokulasi 1,3
Jawab :
F = Vu / Vo = 30 / 100 =0,3
β = F /F∞
1,3 = o,3 / F ∞  F ∞ = 0,23
Hal yang harus diperhatikan
dalam suspensi
Kecepatan sedimentasi
Rheologi
Pembasahan serbuk
Floatasi (terapung)
Pertumbuhan kristal
Pengaruh gula
Kecepatan sedimentasi
Supaya tidak cepat mengendap maka :
Perbedaan BJ harus kecil antara pembawa dan terdispersi,
sorbitol/sukrosa = bj media meningkat
Ukuran partikel diperkecil
Menambah viskositas
Hukum stokes
Rheologi
Rheologi
Pemilihan tipe aliran sediaan tergantung pada
stabilitas sistem dan kemudahan penggunaan
Newtonian atau non newtonian (pseudoplastis,
plastis, tiksotropik, dilatan)
Rheologi
Rheologi
Aliran plastis (Bingham Bodies)
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-
partikel yang terflokulasi dalam suatu suspensi
pekat.Akibatnya terbentuk struktur kontinu diseluruh
sistem.

Aliran pseudoplastis
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan
sintesis, misalnya: disperse cair dari tragakan, Na alginat,
metil selulosa dan CMC Na menunjukkan aliran
pseudoplastis, sering disebut sebagai shear-thining
system. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan
meningkatnya pengadukan.
Rheologi
Aliran dilatan
Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat
padat terdisper tinggi misalnya: cat, tinta atau pasta
menunjukkan peningkatan dalam daya hambat
untuk mengalir dengan meningkatnya rate of shear
Pembasahan serbuk
Tahapan kritis pembuatan suspensi adalah
pencampuran partikel padat kedalam pembawa
yaitu pembasahan partikel padat untuk
mendapatkan dispersi yang stabil.

Pembasahan (wetting) partikel padat adalah


pengusiran udara pada permukaan partikel oleh
cairan.

Untuk menurunkan tegangan permukaan bisa


digunakan wetting agent atau surfaktan.
Floatasi (terapung)
Perbedaan BJ
Partikel padat terbasahi sebagian
Adanya adsorpsi gas pada permukaan
Bisa ditambahkan humektan (zat pembasah zat padat)
Pertumbuhan kristal
Yang memicu terjadinya kristal
Keadaan jenuh
Pendinginan ekstrim dan pengadukan cepat
Sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif
Keberadaan cosolutes, cosolvent, dll
Kondisi saat proses pembuatan
Digunakan cara freez-traw cycling, yaitu diturunkan
sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair
kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan
kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak
terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
Pengaruh gula

Viskositas naik
Konsentrasi gula meningkat akan mempercepat kristal
Ada batasan konsentrasi antara gula dengan
suspending agent
KOMPONEN SUSPENSI
Fase terdispersi/fase internal/fase diskontinyu
Fase pendispersi/fase eksternal/fase kontinyu
Agar zat padat yang tak larut
air dapat terdispersi dalam air

Perlu suspending agent

Suspending agent dari alam

SUSPENDING AGENT Suspending agentsistetis


SUSPENDING AGENT DARI ALAM
Golongan gom
a. Akasia (Pulvis Gummi Arabica/PGA)
Diperoleh dari tanaman Acasia sp.
Dapat larut dalam air, tidak larut
etanol.
Mudah rusak oleh bakteri sehingga ke dalam suspensi perlu
ditambahkan pengawet.

b. Chondrus
Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina
mamilosa. Dapat larut dalam air, tidak larut etanol.
Ekstrak dari chondrus disebut karagen.Mudah dirusak
oleh bakteri sehingga perlu penambahan pengawet.
SUSPENDING AGENT DARI ALAM
c.Tragakan
Diperoleh dari tanaman Astragalus gummifera.
Mucilago tragakan lebih kental dibanding mucilago dari
gom arab. Mucilago tragakan hanya baik sebagai
suspending agent, tetapi bukan sebagai emulgator.

d. Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Di
perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu
natrium alginat.
Mudah dirusak oleh bakteri sehingga perlu ditambahkan
pengawet.
Konsentrasi yang biasa digunakan 1-2%.
SUSPENDING AGENT DARI ALAM
Golongan bukan gom (golongan tanah liat)
a. Bentonit
b. Hectorite
c. Veegum
Jika tanah liat dimasukkan ke dalam air, mereka akan
mengembang dan mudah bergerak/mengalir jika
dilakukan pengocokan. Peristiwa ini disebut
“tiksotropik”.
Ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air sehingga
penambahan bahan tersebut ke dalam suspensi adalah
dengan menaburkannya pada campuran suspensi.
Keuntungan gol. Tanah liat : tidak dipengaruhi oleh
suhu/panas maupun fermentasi oleh bakteri karena tanah
liat merupakan senyawa anorganik, bukan dari golongan
karbohidrat.
SUSPENDING AGENT SINTETIS
Derivat selulosa
 Metil selulosa (methosol, tylose)
 Karboksimetilselulosa (CMC)
 Hidroksi metil selulosa.
Di belakang nama tersebut biasanya terdapat angka
atau nomor, misalnya methosol 1500. angka ini
menunjukkan kemampuan suspending agent tersebut
untuk meningkatkan viskositas cairan pelarut. Semakin
besar angkanya, kemampuannya semakin tinggi.
Golongan ini tidak diabsorpsi oleh usus halus dan tidak
beracun
sehingga banyak digunakan dalam produksi makanan.
Dalam farmasi digunakan pula sebagai laksansia dan
bahan penghancur/disintegrator dalam pembuatan
tablet.
SUSPENDING AGENT DARI
ALAM
Golongan organik polimer
Yang paling terkenal : Carbophol 934 (nama dagang
suatu pabrik).
Konsentrasi yang biasa digunakan : ±1%.
CARA MENGERJAKAN OBAT
DALAM SUSPENSI
Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada
saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena
adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk
yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar
dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung
besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium.
Bila sudut kontak ± 90o serbuk
akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian
disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk
menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat
dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau
wetting agent.
CARA MENGERJAKAN OBAT
DALAM SUSPENSI
Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan
pensuspensi dalam air. Akan
terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan
polietilenglikol
PENGAWET
Dapat digunakan :
- Butil parabenzoat
- Etil parabenzoat
- Propil parabenzoat
- Nipagin
- Nipasol
SOAL
Bahan pensuspensi yang berasaldari tanah mineral
adalah .....
a. Algin
b. Tylose
c. Hectorite
d. Chondrus
e. Carbophol
SOAL
Menambahkan etanol ke dalam champora sebelum
disuspensikan ke dalam bahan pensuspensi disebut
metode ......
a. Caking
b. Dispersi
c. Flokulasi
d. Deflokulasi
e. Praesipitasi

Anda mungkin juga menyukai