WORKSHOP 1
| DR. SEPRIANI | DR. YOLINA | DR. CEMARA |
| DR. AARON | DR. CLARISSA | DR. OKTRIAN | DR. REZA |
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132 WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a m e d i s . c o m
1
ILMU PENYAKIT
DALAM
• Laki-laki usia 40 tahun keluhan lemas dan mual sejak 1
minggu smrs.
• TD 120/90 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu
38C.
• PF : ikterik dan hepatosplenomegali.
• Dokter mencurigai adanya abses hepar.
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS ABSES HEPAR
JAWABAN:
A. AMBIL SEMUA SAMPEL CAIRAN ABSES
• Laki-laki usia 40 tahun keluhan lemas dan
mual 1 minggu lalu. Suhu 38c , didapatkan
ikerik dan hepatosplenomegali Dokter
menucrigai abses hepar
• Dalam menegakan diagnosis abses hepar
USG guided aspiration, dan yang
diambil adalah semua cairan abses
sebagai sampel
• Untuk aspirasi cairan abses, tidak ada
istilah ambil cairan abses awal, akhir, dan
tengah
• Pilihan B, C, D tidak tepat.
• Pilihan E dilakukan pada kasus keganasan.
Abses Hepar
Infeksi hati oleh bakteri, parasit, jamur, atau
nekrosis steril berasal dari sistem GI yang ditandai
adanya proses supurasi dengan pus yang terdiri dari
jaringan hati nekrotik, sel inflamasi, atau sel darah
di dalam parenkim hati.
Wenas NT, Waleleng BJ. Abses hati ptiogenik. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6, Jakarta: 2014.
Abses Hepar
• Diagnosis :
1. Serologi
2. Kultur darah
3. USG + Drainase
4. CT-Scan / MRI
• Identifikasi penyebab dapat dilakukan dengan
pemeriksaan sampel aspirasi (cara
melakukannya dengan seluruh isi abses)
Abses hepar
• USG Abdomen
– Liver abscesses are
typically poorly
demarcated with a variable
appearance, ranging from
predominantly hypoechoic
(still with some internal
echoes however) to
hyperechoic.
– Gas bubbles may also be
seen
– Colour Doppler will
demonstrate absence of
central perfusion.
• Liver cyst
– round or ovoid anechoic
lesion, but almost
asymptomatic
2
• Wanita usia 50 tahun, keluhan nyeri pada
punggung sejak 2 minggu smrs.
• Riwayat konsumsi steroid jangka panjang.
• Menopause sejak 1 tahun yang lalu.
• Pada pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur
kompresi L3-L4.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS
JAWABAN:
A. OSTEOPOROSIS SEKUNDER
• Wanita 50 tahun dengan nyeri pada
punggung sejak 2 minggu SMRS dan
riwayat konsumsi steroid jangka panjang
serta didapatkan adanya fraktur kompresi
L3-L4 pada pemeriksaan foto rontgen
osteoporosis
• Primer/sekunder? Perlu digarisbawahi
pemakaian steroid jangka panjang
terjadi bukan akibat menopause (riwayat
baru 1 tahun), sehingga terjadi
osteoporosis sekunder.
Pilihan A osteoporosis yang terjadi akibat post
menopause atau usia tua (senilis).
Pilihan C tidak ada istilah ini.
Pilihan D termasuk ke dalam osteoporosis
primer.
Pilihan E Kondisi penurunan densitas tulang
namun belum mencapai osteoporosis.
OSTEOPOROSIS
• Penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur
tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
• Compromised bone strength
• Tipe osteoporosis
– Osteoporosis tipe I pasca menopause (defisiensi esterogen)
– Osteoporosis tipe II senilis (gangguan absorbsi kalsium di
usus)
– Osteoporosis tipe IIIosteoporosis sekunder
• Faktor risiko osteoporosis
– Usia, genetik, lingkungan, hormon, sifat fisik tulang
• Dapat menyebabkan fraktur patologis
KLASIFIKASI
HbA1c ≥9%
dan obat lain 7%
dengan mekanisme
kerja yang berbeda
Akut Kronik
Krisis
Hipoglikemia Makroangiopati
hiperglikemia
Ketoasidosis
Mikroangiopati
diabetikum
32
Diabetic Hyperglycemic Crises
No hyperosmolality Hyperosmolality
Acidosis No acidosis
33
Pathogenesis of Hyperglycemic Crises
DKA HHS
Increased
glucose
Increased
production
ketogenesis
Insulin Counterregulatory
Deficiency Hormones
Decreased
glucose Metabolic
uptake acidosis
Electrolyte Hypertonicity
abnormalities
• Diagnosis KAD:
– Kadar glukosa 250
mg/dL
– pH <7,35
– HCO3 rendah
– Anion gap tinggi
– Keton serum (+)
Harrison’s principles of internal medicine
ADA Diagnostic Criteria for
DKA and HHS
DKA
Parameter Mild Moderate Severe HHS
Plasma glucose, mg/dL >250 >250 >250 >600
Arterial pH 7.25-7.3 7.0-7.24 <7.0 >7.30
Serum bicarbonate, mmol/L 15-18 10 to <15 <10 >15
Serum ketones† Positive Positive Positive Small
Urine ketones† Positive Positive Positive Small
Effective serum osmolality,*
Variable Variable Variable >320
mOsm/kg
Alteration in sensoria or mental
Alert Alert/drowsy Stupor/coma Stupor/coma
obtundation
*Calculation: 2[measured Na+ (mEq/L)] + glucose (mg/dL)/18.
† Nitroprusside reaction method.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HIPOGLIKEMIA
JAWABAN:
B. HIPOGLIKEMIA
• Adanya keluhan berupa penurunan
kesadaran dan riwayat minum obat DM
tanpa makan terlebih dahulu dan tampak
berkeringat dingin menunjukkan bahwa
pasien kemungkinan mengalami
hipoglikemia.
• Pilihan A, pada pasien tidak ditemukan adanya
faktor risiko terjadinya stroke hemorragik.
• Pilihan C, pada KAD biasanya akan ditemukan
tanda-tanda dehidrasi dan pemicu seperti
infeksi atau sakit berat.
• Pilihan D, pada Koma HONK biasanya akan
ditemukan tanda-tanda dehidrasi dan pemicu
seperti infeksi atau sakit berat.
• Pilhan E, penurunan kesadaran dapat
ditemukan pada ensefalopati hipertensi namun
TD pasien diatas normal.
Hipoglikemia
• Hipoglikemia kumpulan
gejala klinis karena
konsentrasi glukosa darah yg
rendah.
• Whipple triad
– Gejala hipoglikemia
– Kadar glukosa darah rendah
– Gejala berkurang dengan
pengobatan
• Batas konsentrasi glukosa
darah untuk diagnosis
hipoglikemia tdk sama untuk
setiap orang gunakan
whipple triad
• Glukosa normal puasa 70-110
mg/dL
Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. PERKENI 2015
Hipoglikemia
• Respons akut hipoglikemia dimediasi oleh
glukagon & epinefrin untuk menaikkan
glukosa darah.
PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di indonesia. 2006.
8
• Laki-laki 60 tahun diantar keluarga ke IGD dengan
penurunan kesadaran sejak 3 jam smrs.
• Punya riwayat DM dan tidak berobat teratur.
• Keluarga juga mengatakan tadi pagi pasien membeli
obat sendiri di apotek dan belum sarapan tadi pagi.
• GDS 50 mg/dL.
DERAJAT HIPOGLIKEMIA…
DIAGNOSIS HIPOGLIKEMIA
JAWABAN:
C. BERAT
• Adanya keluhan berupa penurunan
kesadaran dan riwayat minum obat DM
tanpa makan terlebih dahul, menunjukkan
bahwa pasien kemungkinan mengalami
hipoglikemia.
• Hipoglikemia pada pasien termasuk berat
karena ditemukannya adanya penurunan
kesadaran dan GDS 50 mg/dL.
• Pilihan A, pada hipoglikemia ringan hanya
ditemukan gejala-gejala seperti bedebar-debar,
keringat dingin dan lemas.
• Pilihan B, pada hipoglikemia sedang bianya
ditemukan gejala-gejala seperti bedebar-debar,
keringat dingin dan lemas dan pasien mulai
merasa gelisah.
• Pilihan D dan E, tidak ada klasifikasi tersebut.
Severity of Hypoglycemia
• Mild
– Autonomic symptoms present
– Individual is able to self-treat
• Moderate
– Autonomic and neuroglycopenic symptoms
– Individual is able to self-treat
• Severe
– Requires the assistance of another person
– Unconsciousness may occur
– Plasma glucose is typically <2.8 mmol/L (< 50.4 mg/dL)
9
• Perempuan 50 tahun diantar keluarga ke IGD
dengan penurunan kesadaran sejak 3 jam smrs.
• Riwayat DM dan tidak berobat teratur.
• Keluarga juga mengatakan tadi pagi pasien membeli
obat sendiri di apotek dan belum sarapan tadi pagi.
• GDS 40 mg/dL.
TERAPI…
DIAGNOSIS HIPOGLIKEMIA
JAWABAN:
A. INJEKSI IV D40% BOLUS 2 FLACON
• Adanya keluhan berupa penurunan kesadaran
dan riwayat minum obat DM tanpa makan
terlebih dahulu menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami hipoglikemia.
• Hipoglikemia pada pasien termasuk berat
karena ditemukannya adanya penurunan
kesadaran dan GDS 40 mg/dL.
• Pada hipoglikemia berat terapi yang dapat
diberikan menurut PERKENI 2015 adalah D20%
bolus sebanyak 2 flacon namun jika tidak ada
maka alternative adalah dengan pemberian
D40% bolus sebanyak 1 flacon.
• Namun dari pilihan jawaban yang paling
mendekati adalah pilihan A.
• Pilihan Jawaban lain tidak tepat.
TATALAKSANA
Hipoglikemia ringan Hipoglikemia berat
• Konsumsi makanan tinggi
karbohidrat • Terdapat gejala
• Gula murni
neuroglikopenik dextrose
• Glukosa 15-20 g (2-3 sdm)
20% sebanyak 50 cc (jika
dilarutkan dalam air tidak ada bisa diberikan
• Pemeriksaan glukosa darah dextrose 40% 25 cc), diikuti
dengan glukometer setelah infus D5% atau D10%
15 menit upaya terapi • Periksa GD 15 menit, jika
• Kadar gula darah normal, belum mencapai target
pasien diminta untuk makan dapat diulang
atau konsumsi snack untuk
mencegah berulangnya • Monitoring GD tiap 1-2 jam
hipoglikemia.
Chvostek sign
• Tap facial nerve
twitching of lip and
spasm of facial muscles
11
• wanita berusia 65 tahun keluhan nyeri pada
pinggul kiri sejak 1 minggu smrs.
• Pasien sudah menopause sejak usia 55 tahun.
• Satu bulan yang lalu pasien menjalani operasi
pengambilan massa pada leher.
Human Physiology.
Human Physiology.
Guyton and Hall textbook of medical physiology.
Penyakit Endokrin
Klasifikasi Struma
Struma
Difusa Nodosa
Konsumsi goitrogen :
Hashimoto Tiroidiitis,
PTU atau litihium dan Adenoma toksik,
Iodium Defisiensi Grave’s Disease
Iodium defisiensi (late Plummer’s Disease
(Early), Paparan radiasi
stage)
HIPERTIROID
Hipertiroidisme
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS STRUMA DIFUS TOXIC
JAWABAN:
C. STRUMA DIFUS TOXIC
• Pasien kemungkianan mengalami
hipertiroid karena ditemukan gejala-gejala
seperti bedebar-debar, suka berkeringat
dan tremor. Adanya benjolan pada leher
dan eksoftalmus menunjukkan bahwa
pasien mengalami hipertiroid akibat grave
disease yang termasuk ke dalam struma
difus toxic.
• Pilihan A, struma nodul toksik contohnya adalah Ca
tiroid dan tidak menyebabkan kelainan hormon
tiroid.
• Pilihan B, struma nodul toksik contonhya adalah
adenoma toksis dan tidak menyebabkan
eksoftalmus.
• Pilihan D, struma difus toksik contohnya adalah
goiter endemic dan tidak menyebabkan hipertiroid.
• Pilhan E, Plummer diasease merupakan toksik
multinodular goiter yang ditandai dengan gejala-
gejala hipertiroid
Klasifikasi Struma
Struma
Difusa Nodosa
Konsumsi goitrogen :
Hashimoto Tiroidiitis,
PTU atau litihium dan Adenoma toksik,
Iodium Defisiensi Grave’s Disease
Iodium defisiensi (late Plummer’s Disease
(Early), Paparan radiasi
stage)
GRAVES DISEASE
• Tirotoksikosis: manifestasi peningkatan hormon
tiroid dalam sirkulasi.
• Hipertiroidisme: tirotoksikosis yang disebabkan
oleh kelenjar tiroid hiperaktif.
Trias:
• Hipertirioidsme: pembesaran tiroid hiperfungsional difus.
• Optalmopati infiltratif menghasilkan exophthalmos.
• Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut mixedema pretibial.
14
• Wanita usia 38 tahun datang ke RS dengan keluhan
benjolan di leher.
• Pasien sering berdebar-debar dan tidak tahan
panas.
• Pada leher ditemukan benjolan, bulat, dengan
ukuran 4x5cm, mengikuti gerak menelan, kenyal
serta mata eksoftalmus.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TIROIDITIS GRANULOMATOSA SUBAKUT
JAWABAN:
B. TIROIDITIS GRANULOMATOSA SUBAKUT
• Adanya keluhan berupa benjolan pada
leher yang disertai dengan nyeri tekan
dengan peningkatan LED menunjukkan
bahwa pasien mengalami tiroiditis.
• Adanya riwayat viral infection sebelumnya
seperti ISPA (nyeri tenggorokan)
menunjukkan bahwa pasien mengalami
tiroiditis granulomatosa subakut.
• Pilihan A, merupakan kondisis hipertiroidisme
yang memberikan gejala.
• Pilihan C, merupakan penyakit autoimun yang
menyebabkan hipotiroidisme.
• Pilihan D, kanker tiroid biasanya ditandai
dengan benjolan pada leher yang semakin
membesar dan penurunan berat badan.
• Pilhan E, pada graves disease ditemukan kondisi
hipertiroid yang ditandai dengan adanya
eksoftalmus.
Tiroiditis
• Merupakan penyakit inflamasi pada tiroid.
• It is a multifaceted disease with various
etiologies, different clinical characteristics
(depending on the stage), and distinct
histopathology.
Etiologi Tiroiditis
Tiroiditis
Terminologi
Hashimoto’s thyroiditis:
chronic lymphocytic thyroiditis, chronic autoimmune thyroiditis,
lymphadenoid goiter
Painful subacute thyroiditis:
subacute thyroiditis, giant cell thyroiditis, de Quervain’s thyroiditis,
subacute granulomatous thyroiditis, pseudogranulomatous thyroiditis
Painless postpartum thyroiditis:
subacute lymphocytic thyroiditis, postpartum thyroiditis
Painless sporadic thyroiditis:
silent sporadic thyroiditis, subacute lymphocytic thyroiditis
Infectious thyroiditis:
acute suppurative thyroiditis, bacterial thyroiditis, microbial
inflammatory thyroiditis, pyogenic thyroiditis
Riedel’s thyroiditis: fibrous thyroiditis
Tiroiditis Subakut
• Didahului oleh infeksi virus
• Lebih sering terjadi pada wanita (3:1)
Patofisiologi
Adanya patchy inflammatory infiltrate pd folikel
tiroid dan multinucleated giant cell pd beberapa
folikel.
Perubahan folikular akan berkembang menjadi
granuloma yg diikuti dengan fibrosis.
Tiroiditis Subakut
Tiroiditis
Tatalaksana
The duration of the thyrotoxic phase of thyroiditis is usually 3 to
6 wk.
This phase is followed by a hypothyroid phase typically lasting up to
12 wk.
Treat hypothyroid phase with levothyroxine 25 to 50 mcg/day
initially and monitor serum thyroid-stimulating hormone initially
every 6 to 8 wk.
Control symptoms of hyperthyroidism with beta-blockers (e.g.,
propranolol 20-40 mg PO q6h).
Control pain in patients with subacute thyroiditis with
nonsteroidal anti-inflammatory drugs. Prednisone 20 to 40 mg
qd may be used if nonsteroidals are insufficient, but it should be
gradually tapered off over several weeks.
Use IV antibiotics and drain abscess (if present) in patients with
suppurative thyroiditis.
16
• Perempuan, lemas dan mudah lelah.
• pusing, nafsu makan menurun, mual, muntah dan sulit BAB.
Berat badan menurun sebanyak 5 kg dalam 2 bulan terakhir.
• Riwayat penyakit autoimun, diberikan steroid tetapi 2 bulan
terakhir pasien menghentikan sendiri obatnya.
• Hiperpigmentasi diwajah dengan siku, lipatan kulit, telapak
tangan dan lutut.
Hiperpigmentasi mukosa
17
• Wanita, lemas sejak 4 bulan yang lalu.
• Pasien juga mengeluhkan menstruasi tidak lancar sejak 1
bulan yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100 mmHg, HR 80
x/menit, RR 20 x/menit. Terdapat obesitas sentral dan moon
face (+). Pasien dilakukan tes deksametason dan kadar
kortisol tidak turun esok harinya.
• Penyebab:
– Sekresi ACTH berlebih dari hipofisis
anterior (penyakit Cushing).
– ACTH ektopik (C/: ca paru)
– Tumor adrenokortikal
– Glukokorticod eksogen (obat)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DIABETES INSIPIDUS
JAWABAN:
B. DIABETES INSIPIDUS
• Pasien kemungkinan mengalami polyuria
yang disebut dengan diabetes insipidus
karena ditemukan adanya keluhan lemas,
sering haus dan sering BAK. Selain itu
ditemukannya BJ urin yang turun, glukosa
urin (-) dan GDS normal mendukung
diagnosis ini.
• Pilihan A, pada DM adakan ditemukan
peningkatan GDS.
• Pilihan C, pada polydipsia primer pasien banyak
BAK yang disebabkan karena intake air yang
terlalu banyak.
• Pilihan D, tidak ada istilah ini.
• Pilhan E, SIAD ditandai dengan hyponatremia,
hipoosmolalitas dan tingginya osmolalitas urin.
Poliuria
• Definisi
Ekskresi urin ≥ 3 liter/hari
• Patofisiologi
Central diabetes insipidus
rendahnya sekresi ADH (vasopresin) oleh pituitari posterior
Nephrogenic diabetes inspidus
Sekresi ADH normal tp tubulus tidak respon thd ADH
Transient diabetes insipidus
pd kehamilan terjadi peningkatan metabolisme ADH
Primary polidipsia (psychogenic)
intake cairan terlalu banyak sehingga BAK akan sering (respon
fisiologis)
Manifestasi Klinis Diabetes Insipidus
• Poliuria
Frekuensi berkemih
Enuresis,
Nokturia mengganggu tidur lelah pada siang hari
atau somnolen
• Peningkatan osmolaritas plasma
Haus polidipsia
• Tanda klinis dehidrasi
Tanda yang jelas jarang ditemukan kecuali pada pasien
dengan asupan air yang terganggu.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DIABETES INSIPIDUS
JAWABAN:
E. DIABETES INSIPIDUS TIPE NEUROGENIC
• Pasien kemungkinan mengalami polyuria
yang disebut dengan diabetes insipidus
karena ditemukan adanya keluhan lemas,
sering haus dan sering BAK, tanpa adanya
peningkatan GDS (GDS 120mg/dL).
• Adanya SOL pada CT scan menunjukkan
bahwa penyebab DI pada pasien adalah
akibat kelainan di otak yang dikenal dengan
diabetes insipidus tipe neurogenic.
• Pilihan A, pada DM tipe 1 memiliki onset anak-
anak dan ditandai dengan peningkatan GDS.
• Pilihan B, DM tipe 2 memiliki onset dewasa
dengan peningkatan GDS.
• Pilihan C, pada AKI biasanya akan ditemukan
penurunan urin output dan peningkatan kadar
kreatinin.
• Pilhan D, pada DI tipe nefrogenik biasanya akan
ditemukan kelainan pada ginjal.
Neurogenic Diabetes Insipidus
• Idiopathic (Autoimmune hypophysitis)
• Malignancy: Neoplasms of brain or pituitary fossa
(craniopharyngiomas, metastatic neoplasms from breast or lung)
• Posttherapeutic neurosurgical procedures (e.g., hypophysectomy)
• Head trauma (e.g., basal skull fracture)
• Granulomatous disorders (sarcoidosis, granulomatosis with
polyangiitis, or tuberculosis)
• Histiocytosis (Hand-Schüller-Christian disease, eosinophilic
granuloma)
• Familial (autosomal dominant); some cases autosomal recessive
• Other: interventricular hemorrhage, aneurysms, meningitis,
postencephalitis, multiple sclerosis, Guillain-Barré syndrome, IgG4-
• related disease, lymphocytic hypophysitis
Nephrogenic diabetes insipidus
• Drugs: lithium, aminoglycosides, antivirals
(foscarnet, didanosine), amphotericin B,
demeclocycline, ifosfamide, methoxyflurane
anesthesia
• Familial: X-linked
• Metabolic: hypercalcemia or hypokalemia
• Other: sarcoidosis, urinary tract infection,
amyloidosis, Sjögren syndrome, pyelonephritis,
nephronophthisis, polycystic disease, sickle cell
nephropathy, postobstructive, lowprotein diets
(protein malnourishment)
Poliuria
20
• Laki-laki usia 25 tahun keluhan suara seperti perempuan.
• tidak tumbuh kumis dan jenggot
• Pasien juga mengeluh penis berukuran kecil dan payudaranya
membesar.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan rambut pubis tidak tumbuh
namun payudara membesar.
• Kadar testosteron 8mg/dl.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SINDROM KLINEFELTER
JAWABAN:
A. SINDROM KLINEFELTER
• Adanya keluhan pasien laki-laki yang
memiliki suara seperti perempuan, tidak
tumbuh kumis dan jenggot serta
mengalami mikropenis dan ginekomastia
serta penurunan kadar testosterone
menunjukkan bahwa pasien mengalami
kelainan genetik yang disebut dengan
sindrom klinefelter (47XXY).
• Pilihan B, sidrom tourrette ditandai dengan adanya
tik vocal dan tik motoric.
• Pilihan C, pada Asperger ditemukan adanya
gangguan pada social dan perilaku namun
komunikasi masih baik.
• Pilihan D, pada sindorm Jacob biasanya tidak
ditemukan adanya gangguan pada seks sekunder.
• Pilhan E, pada sindrom turner pasien biasanya
berjenis kelamin perempuan namun mengalami
kelaianan pertumbuhan jaringan pada leher
(webbed neck), payudara kecil dan perawakan
pendek.
GENETIC DISORDER
Patau Mental retardation, heart defects, CNS abnormalities, microphthalmia, polydachtyly, a
Syndrome cleft lip with or without a cleft palate, coloboma iris, and hypotonia, Clenched hands
Trisomi 13 (with outer fingers on top of the inner fingers), Close-set eyes, Low-set ears, Single
noninherited palmar crease, microcephaly, Small lower jaw (micrognathia), cryptorchidism, Hernia
Many infants with trisomy 13 die within their first days or weeks of life.
It is three times more common in girls than boys. Many individuals with trisomy 18 die
before birth or within their first month.
21
• Laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan
sesak sejak 1 jam yang lalu.
• Sesak di rasakan setelah pasien melakukan CT scan kepala
dengan bahas kontras.
• Setelah diinjeksikan bahan kontras pasien tiba tiba sesak.
• TD 80/ mmgHg, HR 120x/mnt, RR 26x/mnt dan suhu 37C.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SYOK ANAFILAKTIK
JAWABAN:
C. SYOK ANAFILAKTIK
• Adanya keluhan berupa sesak setelah
penyuntikkan bahan kontras yang ditandai
dengan penurunan tekanan darah,
takikardia dan takipneu menunjukkan
bahwa pasien kemungkinan mengalami
syok anafilaktik setelah penyuntikkan
bahan kontras.
• Pilihan A, pada syok hipovolemik biasanya akan
ditemukan adanya faktor risiko seperti diare atau
perdarahan yang menyebabkan berkurangnya cairan
vascular.
• Pilihan B, pada syok kardiogenik biasanya akan ditandai
dengan penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh
kalainan pada jantung.
• Pilihan D, pada syok septik biasanya akan ditemukan
penurunan tekanan darah dan faktor risiko berupa
sepsis.
• Pilhan E, syok distributif ditandai dengan penurunan TD
yang diakibatkan oleh vasodilatas pembuluh darah akibat
syok neurogenic, syok sepsis atau syok anafilaktik.
Syok Anafilaksis
• Anafilaksis adalah reaksi tipe segera yang dimediasi
oleh interaksi antara alergen dengan IgE yang terikat
pada permukaan sel mast atau basofil. Interaksi
tersebut akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis
yaitu gejala sistemik.
• Susah dibedakan dengan reaksi anafilaktoid namun
anafilaktoid secara mekanisme tidak melibatkan IgE.
• Manifestasi klinis yang timbul meliputi gejala pada
kulit, pernapasan, kardiovaskuler, gastrointestinal, dan
gejala pada sistem organ lain seperti rinitis,
konjungtivitis.
22
• Laki-laki berusia 55 tahun keluhan bengkak
diwajah dan sulit bicara sejak 3 jam.
• riwayat makan kerang.
• TD 90/60 mmHg, RR 24x/mnt, HR 110x/mnt dan
suhu 37C.
TIPE REAKSI HIPERSENSITIVITAS…
DIAGNOSIS SYOK ANAFILAKTIK
JAWABAN:
A. I
• Adanya keuhan bengkak, hipotensi dan
tampak bingung setelah makan kerang
menunjukkkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami syok anafilaktik.
• Syok anafilaktik tergolong ke dalam reaksi
hipersensitivitas tipe 1.
• Pilihan B, HS (Hipersensitivitas) tipe 2
merupakan antigen antibody mediated yang
contohnya adalag grave disease, MG atau AIHA.
• Pilihan C, HS tipe 3 merupakan reaksi yang
terjadi akibat deposit antigen antibody seperti
pada GNAPS atau ENL.
• Pilihan D, HS tipe 4 merupakan limfosit T
mediated yang merupakan reaksi tipe lambat,
contohnya uji tuberculin dan reaksi reversal.
• Pilhan E, tidak ada HS tipe 5.
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
23
• Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RS
dengan keluhan bengkak diwajah dan sulit bicara
sejak 3 jam.
• Riwayat makan kerang.
• TD 90/60 mmHg, RR 24x/mnt, HR 110x/mnt dan
suhu 37C.
DOSIS OBAT…
DIAGNOSIS SYOK ANAFILAKTIK
JAWABAN:
C. 0,3 MG
• Adanya keuhan bengkak, hipotensi dan
tampak bingung setelah makan kerang
menunjukkkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami syok anafilaktik.
• Syok anafilaktik tergolong ke dalam reaksi
hipersensitivitas tipe 1.
• Tatalaksana syok anafilatik adalah dengan
pemberian adrenalin 1:1000 IM sebanyak
0,3 mg.
• Pilihan jawaban lain tidak tepat.
Syok Anafilaksis
• Tatalaksana anafilaksis
– Segera berikan suntikan epinefrin 1:1000 0,3 ml i.m di daerah
deltoid atau vastus lateralis. Dapat diulang 15-20 mg bila
diperlukan
– Hentikan infus media kontras, antibiotika, dan zat lain yang
dicurigai sebagai alergen.
– Berikan difenhidramin 50 mg intravena, ranitidin 50 mg atau
cimetidin 300 mg intravena, oksigen, infus cairan garam,
metilprednisolon 125 mg intravena
– Intubasi bila diperlukan
– Bila terdapat hipotensi segera berikan rehidrasi dan dopamin
atau norepinefrine.
– Bila terdapat sesak napas berikan salbutamol inhalasi dan
oksigen
Anaphylactic Shock
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS PNEUMONIA
JAWABAN:
C. STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE
• Pasien diatas kemungkinan mengalami
pneumonia karena ditemukan adanya
sesak yang memberat dengan batuk
kehijauan, demam dan ronchi pada kedua
lapang paru.
• Pada pemeriksaan gram dengan bakteri
berbentuk kokus gram positif yang
tersusun berderet yang merupakan
gambaran dari streptokokus pneumonia.
• Pilihan A, M. TB merupakan basil tahan asam,
tidak diwarnai dengan pewarnaan gram.
• Pilihan B, M. Pneumonia tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan gram.
• Pilihan D, S. Aureus merupakan bakteri kokus
gram positif yang tersusun seperti anggur.
• Pilhan E, Kleibsiella pneumonia merupakan
bakteri intrasel yang tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan gram.
Pneumonia
• Diagnosis pneumonia komunitas:
Infiltrat baru/infiltrat progresif + ≥2 gejala:
1. Batuk progresif
2. Perubahan karakter dahak/purulen
3. Suhu aksila ≥38 oC/riw. Demam
4. Fisis: tanda konsolidasi, napas bronkial, ronkhi
5. Lab: Leukositosis ≥10.000/leukopenia ≤4.500
• Gambaran radiologis:
– Infiltrat sampai konsolidasi dengan “air bronchogram”, penyebaran
bronkogenik & interstisial serta gambaran kaviti.
– Air bronchogram: gambaran lusen pada bronkiolus yang tampak
karena alveoli di sekitarnya menjadi opak akibat inflamasi.
Pneumonia komuniti, pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indoneisa. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.
Berdasarkan agen penyebab, pneumonia dibagi
menjadi:
– Pneumonia bakterial atau tipikal (terjadi pada
semua usia)
– Pneumonia atipikal (disebabkan Mycoplasma,
Legionella dan Chlamydia)
– Pneumonia virus
– Pneumonia jamur (immunocompromised)
Pneumonia
MIKROORGANISME PENYEBAB
PNEUMONIA LOBARIS
Cough, particularly cough productive of sputum, is the most
consistent presenting symptom of bacterial pneumonia and
may suggest a particular pathogen, as follows:
• Streptococcus pneumoniae: Rust-colored sputum
• Pseudomonas, Haemophilus, and pneumococcal species:
May produce green sputum
• Klebsiella species pneumonia: Red currant-jelly sputum
• Anaerobic infections: Often produce foul-smelling or bad-
tasting sputum
http://emedicine.medscape.com/article/300157-overview
25
• Wanita berusia 25 tahun datang dengan keluhan batuk lama
sejak 2 minggu smrs. Pasien kemudian didiagnosis TB paru
BTA (+) oleh dokter. P
• Terapi OAT kategori 1.
• Setelah 2 bulan minum obat pasien diminta kontrol kembali.
• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan BTA masih positif.
TERAPI…
DIAGNOSIS TB PARU
JAWABAN:
C. LANJUTKAN OAT KATEGORI 1 FASE LANJUTAN
• Pada pasien TB paru dengan pengobatan
OAT, jika BTA masih positif pada akhir fase
intensif, maka terapi tetap dilanjutkan ke
fase lanjutan.
• Pilhan E, pemberian terapi sisipan tidak
dilakukan lagi.
26
• Seorang laki laki keluhan nyeri ulu hati.
• Pada anamnesis didapatkan riwayat konsumsi aspirin jangka
panjang (+) karena riwayat serangan jantung yang dialami
pasien.
• PF : nyeri epigastrik.
• Dokter kemudian berencana memberikan obat yang dapat
melindungi mukosa gaster.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS GASTRITIS EROSIVE
JAWABAN:
C. SUKRALFAT
• Adanya riwayat nyeri ulu hati dengan
riwayat konsumsi aspirin jangka panjang
menunjukkan bahwa pasien kemungkinan
mengalami gastritis erosive.
• Pada gastritis erosive obat yang dapat
melindungi mukosa gaster adalah
sukralfat.
• Pilihan A, Omeprazole merupakan golongan PPI
yang bekerja dengan menurunkan produksi
asam lambung.
• Pilihan B, Ranitidine merupakan golongan H2
antagonist yang bekerja menurukan produksi
asam lambung.
• Pilihan D dan E, tetrasiklin dan klaritromisin
merupakan antibioitik yang dapat digunakan
dalam eradikasi kuman H Pylori.
Gastropati NSAID
• Patogenesis gastropati NSAID
inhibisi enzim COX-1 dan prostaglandin yang
merupakan gastroprotektif menghambat produksi
mukus pada gaster
permeabilisasi membran disrupsi pertahanan
epitelial
produksi mediator proinflamatorik
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DM TIPE 2
JAWABAN:
B. DM TIPE 2
• Adanya keluhan badan lemas, dan hasil
G2PP ≥ 200 mg/Dl dan GDP > 126 pada
laki-laki berusia 47 tahun menunjukkan
bahwa pasien kemungkinan mengalami DM
tipe 2.
• Pilihan A, pre DM dapat dibagi menjadi TGT
yang ditandai dengan GD2PP 140-199, GDP <
100 mg/dL dan GDPT dengan GD2PP < 140
mg/dL dan GDP 100-125 mg/dL.
• Pilihan C, TGT ditandai dengan GD2PP 140-199,
GDP < 100 mg/dL.
• Pilihan D, GDPT dengan GD2PP < 140 mg/dL
dan GDP 100-125 mg/dL.
• Pilhan E, DM tipe 1 biasanya memiliki onset
pada usia anak-anak.
Diabetes Mellitus
• Kriteria diagnosis DM:
1. Glukosa darah puasa ≥126 mg/dL. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
TERAPI…
DIAGNOSIS ULKUS PEPTIKUM
JAWABAN:
C. OMEPRAZOLE 4-8 MINGGU
• Pasien kemungkinan mengalami
perdarahan saluran cerna bagian atas
akibat ulkus peptikum yang ditandai
dengan adanya BAB berdarah.
• Adanya riwayat konsumsi steroid jangka
panjang menunjukkan bahwa pasien
kemungkinan mengalami ulkus gaster.
• Pada ulkus peptikum maka tatalaksana
yang tepat adalah dengan pemberian obat
golongan PPI selama 4-8 minggu.
• Pilihan jawaban lain tidak tepat.
Characteristics
Duodenal Ulcer of DU and
Gastric UlcerGU
• May present < age 40 • Usually seen in
50-60 year olds
• Rarely associated with
NSAID use • Strong relationship to
NSAID use
• Pain often on empty • Pain usually worse after
stomach, better with food meals
or antacids • H. pylori in 70% to 90%
• H. pylori in 90% to 100%
Both
• most common symptom: diffuse epigastric pain
• may be pain free
• may be associated with dyspeptic symptoms
• can lead to bleeding, perforation, or obstruction
TATALAKSANA
• Medikamentosa:
ANTACID H2R Antagonis PPI SITOPROTEKTIF
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS DISPEPSIA
JAWABAN:
A. AL (OH)3
• Pasien diatas mengalami nyeri ulu hati dan
diberikan antasida.
• Pada obat antasida garam alkali yang dapat
menyebabkan konstipasi adalah AL (OH)3.
• Pilihan B, Mg (OH)2 menyebabkan diare.
• Pilihan D, garam kalsium karbonat akan
menyebabkan hiperkalsemia.
Acid Controlling Agents
• Types of Acid-Controlling Agents
Antacids
H2 antagonists
Proton pump inhibitors
Antacids: Drug Effects
• Reduction of pain associated with acid-related
disorders
Raising gastric pH from 1.3 to 1.6 neutralizes 50% of the gastric
acid
Raising gastric pH 1 point (1.3 to 2.3) neutralizes 90% of the
gastric acid
Reducing acidity reduces pain
• Antacids DO NOT prevent the over-production of
acid
• Antacids DO neutralize the acid once it’s in the
stomach
Aluminum Salts
• Forms: carbonate, hydroxide
• Have constipating effects
• Often used with magnesium to counteract constipation
• Examples
Aluminum carbonate: Basaljel
Hydroxide salt: AlternaGEL
Combination products (aluminum and magnesium): Gaviscon,
Maalox, Mylanta, Di-Gel
Magnesium Salts
• Forms: carbonate, hydroxide, oxide, trisilicate
• Commonly cause diarrhea; usually used with other agents to
counteract this effect
• Dangerous when used with renal failure —the failing kidney
cannot excrete extra magnesium, resulting in
hypermagnesemia
• Examples
– Hydroxide salt: magnesium hydroxide (MOM)
– Carbonate salt: Gaviscon (also a combination product)
– Combination products such as Maalox, Mylanta
(aluminum and magnesium)
Calcium Salts
Forms: many, but carbonate is most common
• May cause constipation
• Their use may result in kidney stones
• Long duration of acid action may cause increased gastric
acid secretion (hyperacidity rebound)
• Often advertised as an extra source of dietary calcium
– Example: Tums (calcium carbonate)
Sodium Bicarbonate
• Highly soluble
• Buffers the acidic properties of HCl
• Quick onset, but short duration
• May cause metabolic alkalosis
• Sodium content may cause problems in
patients with HF, hypertension, or renal
insufficiency (fluid retention)
ILMU BEDAH
31
• Laki-laki, 40 thn, dengan keluhan nyeri di seluruh lapang perut sejak 3
jam yang lalu
• Keluhan diawali nyeri ulu hati yang menjalar sampai ke perut kanan
bawah, disertai dengan mual, muntah, dan nafsu makan menurun
• KU: compos mentis, TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, laju napas 20x/
menit, dan suhu 38OC
• PF: defans muscular (+), distensi, nyeri tekan dan nyeri lepas (+).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PERITONITIS
JAWABAN:
B. PERITONITIS
• Diagnosis peritonitis ditegakkan atas dasar
– Pasien dengan keluhan nyeri di seluruh lapang
perut sejak 3 jam yang lalu
– Keluhan diawali nyeri ulu hati yang menjalar
sampai ke perut kanan bawah (migrating pain),
disertai dengan demam, mual, muntah, dan nafsu
makan menurun
– PF: defans muscular (+), distensi, nyeri tekan dan
nyeri lepas (+).
• Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah
peritonitis akibat appendisitis perforasi.
• Volvulus: gejala nyeri perut disertai muntah
hijau dan bloody stool.
• Pankreatitis: keluhan nyeri epigastrium dengan
penjalaran ke punggung, berkurang saat tidur
terlentang.
• Perforasi gaster: gejala peritonitis dengan
pneumoperitoneum.
• Kolelitiasis: nyeri perut kanan atas.
PERITONITIS
• Peritonitis
– Peradangan dari peritoneum
– Disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur atau reaksi inflamasi
peritoneum terhadap darah(pada kasus trauma abdomen)
• Jenis:
– Peritonitis Primer
• Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari peradaran darah dan
pembuluh limfe ke peritoneumpenyakit hati
• Cairaan terkumpul pada rongga peritoneum, menghasilkan lingkungan
yang cocok untuk pertumbuhan bakteri
• Jarang terjadi kurang dari 1% dari seluruh kasus peritonitis
– Peritonitis Sekunder
• Lebih sering terjadi
• Terjadi ketika infeksi menyebar dari traktus bilier atau GIT
http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-000127.htm#ixzz28YAqqYSG
PERITONITIS
• Peritonitis Sekunder
– Bakteri, enzim, atau cairan empedu mencapai
peritoneum dari suatu robekan yang berasal dari
traktus bilier atau GIT
– Robekan tersebut dapat disebabkan oleh:
• Pancreatitis
• Perforasi appendiks
• Ulkus gaster
• Crohn's disease
• Diverticulitis
• Komplikasi Tifoid
Gejala dan Tanda
• Distensi dan nyeri pada Tanda
abdomen • BU berkurang atau
• Demam, menggigil absenusus tidak dapat
• Nafsu makan berkurang berfungsi
• Mual dan muntah • Perut seperti papan
• Peningkatan frekuensi • Peritonitis primerasites
napas dan nadi
• Nafas pendek
• Hipotensi
• Produksi urin berkurang
• Tidak dapat kentut atau BAB
X-Ray Normal
Gambaran radiologis pada peritonitis:
a. Adanya kekaburan pada cavum abdomen
b. Preperitonial fat dan psoas line menghilang
c. Adanya udara bebas subdiafragma atau
d. Adanya udara bebas intra peritoneal
32
• Laki-laki 26 thn, dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
yang lalu. semakin lama semakin berat
• KU: TD 120/80 mmHg, nadi 90x/ menit, laju napas 24x/
menit, dan suhu afebris.
• PF: toraks asimetris. Paru kiri: vesikuler menurun,
hipersonor, suara napas menurun.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PNEUMOTHORAX
JAWABAN:
A. PNEUMOTHORAX KIRI
• Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah
Pneumothorax Kiri yang terjadi spontan
(etiologi tidak digambarkan pada soal).
• Diagnosis tersebut ditunjang dengan:
– Keluhan pasien yang mengalami sesak napas,
takipneua
– Gerak paru yang asimetris, dan hasil PF
hemitoraks kiri yang menunjukan suara napas
vesikuler menurun dan perkusi hipersonor
• Pada pneumonia, keluhan sesak biasanya
disertai dengan bunyi napas tambahan Ronkhi.
• Bronkiektasis merupakan penyakit kronis akibat
infeksi paru berulang/ lama. Sehingga terjadi
remodelling pada bronkus. Gejala utama
biasanya sesak disertai dengan mengi.
• Sedangkan pada kasus efusi pleura dan tumor
paru, akan didapatkan gambaran PF suara
napas menurun dengan perkusi: redup.
Pneumothorax
Definisi: Pneumotoraks udara bebas di dalam rongga pleura
P. traumatik
P. iatrogenik ( oleh karena efek samping
tindakan )
P. katamenial
Terapeutik
• Mekanisme pneumotorak
Diagnosis pneumotorak
Anamnesis
o Gejala penyakit dasar
o Sesak napas mendadak
o Nyeri dada
o Tanpa atau dg penyakit paru sebelumnya
• PF ; Takipnea Taki kardi
• PF Paru
:In ;Tertinggal pada pergerakan napas
Lebih cembung , sela iga melebar
Pal ; Fremitus melemah , Deviasi trakea
Per; Hipersonor, tanda 2 pendorongan organ
Aus; Suara napas melemah / tidak terdengar
Diagnosis pneumotorak
Ro: Paru kolaps
Pleural line
Daerah avascular
Hiper radio lusen
Sela iga melebar
tanda-tanda pendorongan
Kalau kurang jelas ro torak
CT Scan Thorak
NB: tidak dilakukan pada kasus tension
pneumotoraks
PNEUMOTORAKS
WSD
33
• Bayi laki-laki berusia 10 bulan, dengan keluhan
keluar cairan kental seperti BAB dari pusar
• Status tumbuh kembang bayi dalam batas
normal.
• PF: umbilikal tampak keluar secret dan berbau
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FISTULA ILEOUMBILICAL
JAWABAN:
C. FISTULA ILEOUMBILICAL
• Bayi laki-laki, dengan keluhan keluar cairan
kental seperti BAB dari pusar. PF: umbilikal
tampak keluar sekret dan berbau.
• Dari pilihan jawaban yang ada, jawaban yang
paling sesuai adalah fistula ileoumbilical yang
merupakan bagian dari omphalomesenteric
remnant/ vitello-intestinal duct.
• Gambaran klinis paling umum dari
omphalomesenteric remnant adalah
diverticuluim Meckel.
• Gambaran lain dapat berupa kista, sinus, atau
fistula yang menghubunkan organ dalam organ
dalam abdomen seperti ileum, gaster, atau
colon dengan umbilikal.
• Hernia umbilikal: gejala klinis berupa benjolan yang
keluar pada area umbilikal terutama saat bayi menangis/
mengedan.
• Kista umbilikal: tidak dijelaskan secara spesifik jenis kista
umbilikal yang dimaksus. Kista umbilikal sering disertai
dengan fistula. Paling sering terjadi adalah kista urachus
dan kista omphalomesenterikus.
• Sinus omphalomesenterika: merupakan bagian dari
omphalomesenteric remnant. Namun pada sinus
omphalomesenterica tidak memiliki saluran, hanya
terbentuk kantung-kantung pada dinding usus.
• Fistula vesica urinaria – umbilikal: disebut juga paten
duktus urachus. Gejala utama umbilikal mengeluarkan
sekret seperti urin.
OMPHALOMESENTERIC REMNANT
• Sinonim: Vitello-intestinal duct.
• Duktus vitello-intestinal biasanya akan
menutup pada minggu ke 5 – 9 kehamilan.
• Bentuk klinis:
– Vitello-intestinal cord
– Persistent fistula (ileum/ colon/ gaster)
– Sinus
– Kista
– Meckel’s diverticulum (paling sering).
34
• Perempuan 45 thn, dengan keluhan nyeri pada
pergelangan tangan kiri sejak 1 bulan yang lalu
• Pasien memiliki profesi sebagai penjahit yang sudah
ditekuni selama 20 tahun
• PF: didapatkan perabaan area lateral pergelangan tangan
kiri hangat dan nyeri tekan, finklestein sign (+).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DE QUARVEIN’S SYNDROME
JAWABAN:
A. DE QUARVEIN’S SYNDROME
• Diagnosis De Quarvein’s Syndrome,
ditegakkan atas dasar:
– Perempuan, 45 tahun, dengan profesi
menjahit
– Keluhan nyeri pada pergelangan tangan kiri.
– PF: didapatkan nyeri berpusat pada area lateral
pergelangan tangan kiri, teraba hangat,
terdapat nyeri tekan, dan finklestein sign (+)
• Carpal tunnel syndrome: nyeri pergelangan
tangan menjalar hingga digiti 1-3.
• Abses cutan: tidak ada massa yang tampak
pada penjelasan soal.
• Fraktur colles: tidak ada keterangan adanya
deformitas atau krepitasi pada soal.
• Kista ganglion: gejala utama berupa benjolan
pada pergelangan tangan dapat disertai nyeri
terutama saat aktifitas berat.
De Quervain’s Tenosynovitis
• DeQuervain's Tenosynovitis
adalah peradangan
selubung tendon (disebut
Synovium) pada bagian
dasar ibu jari.
• Tendon yang menggerakkan
ibu jari menjadi terbatas
dalam tunnel (terowongan)
yang ketat.
• Peradangan berasal dari
gesekan yang ditimbulkan
saat tendon menggelincir di
sepanjang ibu jari dengan
gerakan yang berulang-
ulang.
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
Gejala
Gejala utama yaitu rasa nyeri pada
persendian pergelangan tangan
dekat bagian bawah ibu jari. Gejala
lainnya mencakup:
• Rasa nyeri setelah terjadi
peningkatan aktivitas yang
melibatkan pergelangan dan
tangan
• Rasa nyeri berawal seperti rasa
sakit dan terus berkembang
sampai tahap ketika
menggerakkan pergelangan
tangan atau ibu jari menimbulkan
rasa nyeri yang menusuk di area
yang terpengaruh
• Area pergelangan tangan yang
sakit dapat membengkak
https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/dequervain-tenosynovitis
35
• Laki-laki 35 thn, dengan keluhan nyeri pada pinggang
kanan menjalar sampai buah zakar dan penis pada sisi
yang sama
• Pasien juga mengeluh mual, ada riwayat BAK berdarah
dan berpasir
• PF: nyeri ketok CVA kanan (+).
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS BATU URETER DISTAL
JAWABAN:
C. BATU URETER DISTAL
• Dari penjelasan adanya nyeri pinggang
kanan dengan riwayat kencing berpasir
dapat disimpulkan diagnosis pada kasus ini
adalah urolithiasis/ batu saluran kemih.
• Nyeri yang menjalar dari pinggang kanan
hingga skrotum dan penis, menandakan
letak batu berada pada ureter distal.
• Batu ureter proksimal nyeri alih dari area
pinggang hingga perut ipsilateral
• Batu ureter media nyeri alih dari area
pinggang menjalar ke perut dan paha ipsilateral
• Batu kandung kemih gejala utama biasanya
gangguan berkemih, pada pemeriksaan USG
dapat ditemukan accoustic shadow
• Batu uretra posterior gejala utama gangguan
berkemih
Urolithiasis
• Urolitiasis pembentukan batu
didalam sistem traktus urinarius
sehingga menimbulkan
manifestasi sesuai dengan
derajat penyumbatan yang
terjadi ginjal, ureter, kandung
kemih atau uretra.
• Gejala umum:
– Nyeri pada area flank
– Gejala iritatif saat BAK
– Nausea
– Hematuria bila terjadi obstruksi
• Jenis batu saluran kemih:
– Kalsium Oksalat (56,3%),
– Kalsium Fosfat 9,2%,
– Batu Struvit 12,5%,
– Batu Urat 5,5% dan
– sisanya campuran.
Urolithiasis
Nyeri Alih
36
• Laki-laki 61 thn dengan keluhan berkemih tidak lampias sejak
dua bulan yang lalu
• Keluhan disertai nyeri saat berkemih dan kadang berdarah saat
berkemih
• PF: didapatkan nyeri regio suprapubik. Pada colok bubur
didapatkan pool atas prostat tidak teraba, permukaan licin,
dan tidak nyeri.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS BPH
JAWABAN:
A. PEMBESARAN PROSTAT JINAK
• Diagnosis BPH ditegakkan atas dasar:
– Laki-laki 61 thn dengan keluhan berkemih
tidak lampias sejak dua bulan yang lalu
– PF: didapatkan nyeri regio suprapubik. Pada
colok bubur didapatkan pool atas prostat tidak
teraba, permukaan licin, dan tidak nyeri.
• Keluhan disertai nyeri saat berkemih dan
kadang berdarah saat berkemih
kemungkinan adanya infeksi saluran kemih
yang menyertai BPH.
• Pada kasus prostatitis pemeriksaan DRE yang
dapat ditemukan adalah prostat membesar
secara divergen, teraba hangat, dan terdapat
nyeri tekan.
• Vesikulolitihiasis gejala utama nyeri saat BAK/
tidak lampias disertai BAK berpasir. Pada
pemeriksaan USG buli dapat ditemukan
accoustic shadoe.
• Uretrolithiasis: gejala utama pasien tidak dapat
BAK, Jika batu terdapat pada ureter distal dapat
teraba pada ventral penis. Pemeriksaan terbaik
dengan Retrograde Urografi.
BPH
BPH
adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel
prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak
diakibatkan sel-sel prostat
memperbanyak diri
melebihi kondisi normal,
biasanya dialami laki-laki
berusia di atas 50 tahun
yang menyumbat saluran
kemih.
NORMAL TIDAK NORMAL
Diagnosis of BPH
• Symptom assessment
– the International Prostate Symptom Score (IPSS) is recommended as it is used
worldwide
– IPSS is based on a survey and questionnaire developed by the American Urological
Association (AUA). It contains:
• seven questions about the severity of symptoms; total score 0–7 (mild), 8–19 (moderate),
20–35 (severe)
• eighth standalone question on QoL
• Digital rectal examination(DRE)
– inaccurate for size but can detect shape and consistency
• Prostat Volume determination- ultrasonography
• Urodynamic analysis
– Qmax >15mL/second is usual in asymptomatic men from 25 to more than 60 years of
age
• Measurement of prostate-specific antigen (PSA)
– high correlation between PSA and Prostat Volume, specifically Trantitional Zone
Volume
– men with larger prostates have higher PSA levels 1
Watchful Operasi
waiting
α-adrenergik α-adrenergik
antagonis atau antagonis dan 5-α
5-α Reductace
Reductace inhibitor inhibitor
MUNTAH HIJAU
DISTENSI ABDOMEN
DIAGNOSA
GAMBARAN KLINIS
COLOK DUBUR
PEM.PENUNJANG :
BNO POLOS BARIUM
Gambaran ENEMA
hearing bone Gambaran
zona transisi
• Darm kontur: terlihatnya bentuk usus pada
abdomen
• Darm Steifung: terlihatnya gerakan peristaltik
pada abdomen
Rontgen :
• Abdomen polos
– Dilatasi usus
– Air-fluid levels.
– Empty rectum
• Contrast enema
– Transition zone
– Abnormal, irregular contractions of
aganglionic segment
– Delayed evacuation of barium
• Biopsy :
– absence of ganglion cells
– hypertrophy and hyperplasia of nerve
fibers,
PENATALAKSANAAN
• Prinsip terapi
– mengatasi obstruksi,
– mencegah terjadinya enterocolitis
– membuang segmen aganglionik
– mengembalikan kontinuitas usus
TERAPI
SEMENTARA COLOSTOMY
PEMBEDAHAN
RECTOSIGMOIDESTOMY
CARA SWENSON
DEFINITIF
ANASTOMOSE
COLOANAL CARA
DUHAMEL DAN SOAVE
38
• Laki laki, 45 thn, dengan keluhan tidak bisa buang air kecil yang
dirasakan sejak 5 jam lalu
• Saat buang air kecil awalnya tidak bisa, setelah mengedan
beberapa saat urin keluar namun terasa nyeri dan warna urin
kemerahan
• PF: nyeri ketok CVA pinggang (+)/ (+)
• Hasil USG ditemukan: accoustic shadow pada vesica
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS VESIKOLITHIASIS
JAWABAN:
A. VESIKOLITHIASIS
• Pasien laki-laki, 45 tahun, mengalami retensio
urin. Setelah mengedan urin dapat keluar
namun terasa nyeri dan berwarna kemerahan.
• Terdapat nyeri ketok CVA (+)/(+) yang
menandakan adanya kemungkinan
nefrolithiasis.
• Sedangkan gambaran USG tampak gambaran
accoustic shadow pada vesica yang
menunjukan adanya vesicolithiasis.
• Sehingga pada kasus ini bisa kemungkinan
terdapat 2 diagnosis: nefrolithiasis dan
vesicolithiasis.
• Namun pilihan jawaban yang ada, A.
Vesikolithiasis.
• Striktur uretra: pasien dengan keluhan BAK tidak lancar,
namun penyebab utama terjadinya striktur uretra adalah
riwayat uretritis sebelumnya. Pemeriksaan gold standard
dengan retrograde urography.
• BPH: faktor risiko pada laki-laki diatas usia 60 tahun. Bisa
terdapat gejala LUTS. Pada pemeriksaan Rectal Toucher
akan ditemukan pool atas prostat tidak teraba, tanpa
adanya nyeri atau benjolan.
• Uretritis: radang (paling sering disebabkan oleh infeksi
bakteri) pada dinding uretra. Biasanya pasien akan
merasakan nyeri saat BAK/ terasa panas, dapat disertai
hematuria, dan limfadenopati pada selah paha.
• Fimosis: preputium tidak dapat ditarik ke arah proksimal.
Vesikulolithiasis
• adalah masa yang berbentuk kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein
yang terdapat pada urin.
Vesikolithiasis
Tanda & Gejala
• Nyeri suprapubik
• Penghentian miksi tiba
tibasesuai dengan
perubahan posisi
• Poliuria
• Disuria
• Hematuria
• PF: demam, conj USG: gambaran objek hiperekoik
anemis/akral anemis, yang berbayang pada bagian
posterior
nyeri ketok CVA dapat (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
BNO IVP
USG SISTOSKOPI CT scan
• gambaran objek • memvisualisasikan • dilakukan karena alasan
hiperekoik yang batu, menilai ukuran lain (misalnya, nyeri perut,
berbayang pada serta posisi batu massa panggul, atau
bagian posterior dicurigai abses) tetapi
mungkin juga dapat
menunjukkan vesikolitiasis
bila dilakukan tanpa
kontras.
USG
SISTOSKOPI
TATA LAKSANA
• Diet (banyak minum air)
Konservatif
• Simptomatik
<5mm • Pelarutan batu
Litotripsi
• ESWL
<20mm
• Transurethral
Cystolitholapaxy
Operasi • Precutaneus Suprapubic
Cystolitholapaxy
• Suprapubic Cystostomy
39
• Anak laki-laki, 4 thn, dengan keluhan nyeri mendadak
pada scrotum kirinya sejak 2 jam yang lalu
• PF: scrotum kiri tampak lebih pendek di banding scrotum
kontralatera
• Dilakukan pemeriksaan dengan mengangkat testis dan
testis masih terasa sakit
PEMERIKSAAN YG DILAKUKAN…
DIAGNOSIS TORSIO TESTIS
JAWABAN:
A. PHREN SIGN
• Diagnosis Torsio Testis ditegakkan atas dasar:
– Adanya keluhan nyeri mendadak pada scrotum kirinya
sejak 2 jam yang lalu
– PF: scrotum kiri tampak lebih pendek di banding
scrotum kontralatera
– Dilakukan pemeriksaan dengan mengangkat testis dan
testis masih terasa sakit Phren Sign (-)
• Phren sign merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk membedakan epididimitis akut dan torsio
testis.
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengangkat
skrotum yang sakit (terasa nyeri).
– Hasil test positif apabila nyeri berkurang saat skrotum
diangkat (diagnosis epididimitis akut).
– Hasil test negatif apabila nyeri menetap/ bertambah
saat skrotum diangkat (diagnosis torsio testis).
• Psoas sign: merupakan pemeriksaan pada appendisitis akut.
Pemeriksaan positif apabila pasien merasakan nyeri perut
kanan bawah saat dilakukan hiper-ekstensi panggul kanan.
• Obturator sign: pemeriksaan pada appendistis akut.
Pemeriksaan positif apabila abdomen terasa nyeri pada
hipogastrium/ area vagina saat dilakukan fleksi + rotasi
interna panggul kanan.
• Murphy sign: manuver untuk pemeriksaan kolesistitis.
Pemeriksa memberikan tekanan dengan tangan pada margin
costa kanan di garis midklavikula kanan. Pasien diminta
inspirasi. Hasil positif apabila pasien merasa nyeri pada area
tersebut.
• Dunphy sign: pemeriksaan pada appendisitis akut. Dunphy
sign positif apabila pasien merasa nyeri pada testis saat
batuk/ mengejan/ atau bergerak.
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
• Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
• Pembengkakan skrotum
• Nyeri abdomen
• Mual dan muntah
• Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Phren Sign
RINGDAHL ERIKA,et al. Testicular Torsion
Am Fam Physician. 2006 Nov 15;74(10):1739-1743. Columbia, Missouri. In
http://www.aafp.org/afp/2006/1115/p1739.html
40
• Perempuan 60 thn mengeluhkan sulit BAB dalam 1 bulan
terakhir
• Setiap BAB dirasakan tidak tuntas danering terdapat bekas
kotoran pada celana dalam
• Pasien memiliki 7 anak (2 laki-laki dan 5 perempuan)
• Pada pemeriksaan tampak massa sirkumferensial yang keluar
dari anus
PENYEBAB…
DIAGNOSIS PROLAPS RECTI
JAWABAN:
A. KELEMAHAN OTOT PANGGUL
• Massa sirkumferensial yang keluar dari
anus, mengarahkan diagnosis pada kasus
ini adalah prolaps recti.
• Terdapat pilihan jawaban etiologi pada
prolaps recti yakni: kelemahan otot dasar
panggul dan kelemahan m. sphincter ani.
• Namun pada kasus ini lebih dipilih
kelemahan otot dasar panggul, oleh karena
pasien dengan faktor risiko: wanita, geriatri
dengan riwayat multipara.
• Kelemahan otot spincter ani pada pasien
dengan gangguan konstipasi
• Kelemahan plexus hemoroidalis interna tidak
tepat
• Kelemahan plexus hemoridalis eksterna tidak
tepat
• Kelemahan dinding rectum tidak tepat
PROLAPS REKTUM (PROCIDENTIA)
• Gejala Klinik:
• Terjadi prolap pada saat tekanan
Seluruh bagian rektum abdomen meningkat
turun melalui anus • Penonjolan massa rektum yang keluar
dari anus dengan mukosa konsentrik
(massa dapat di reposisi, inkarserasi,
Penyebab : atau strangulasi).
• Perlu tindakan manual untuk
• Kelemahan otot dasar reposisi
panggul • Terlihat adanya sulkus antara rektum
• Tekanan abdomen yang dan lubang anus.
meningkat • Colok dubur:
• Pinggir anus beralur
• Tonus sfingter ani lemah dan
dilatasi
• Inkonentia alvi
• Posisi anus normal (tidak eversi).
• Mukosa rektum lecet, mudah
berdarah, mengeluarkan sekret
mucous Dapat disertai dengan ulkus
PROLAPS REKTUM (PROCIDENTIA)
Sulkus
Komplikasi Terapi
1. Mukosa rektum 1. Medika Mentosa
Rapuh Obat-obat pelunak feses
Edema
Ulserasi 2. PEMBEDAHAN
Menyempitkan lubang anus
Reseksi rektum
2. Dinding rektum
Memasang penyangga dan
Gangren fiksasi rektum
Perforasi
41
• Laki-laki 30 thn, merasa kesakitan pada tungkai
kiri karena terbentur aspal
• PF: didapatkan tungkai kiri dalam posisi adduksi
dan endorotasi, serta ROM sangat terbatas
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DISLOKASI PANGGUL POSTERIOR
JAWABAN:
A. DISLOKASI PANGGUL POSTERIOR
• Diagnosis Dislokasi Panggul Posterior
ditegakkan atas dasar:
– Adanya riwayat trauma akibat kecelakaan lalu
lintas
– PF: didapatkan tungkai kiri dalam posisi
adduksi dan endorotasi, serta ROM sangat
terbatas
• Posisi pada dislokasi panggul anterior: panggul
abduksi dan eksorotasi tungkai. Secara
epidemiologis dislokasi panggul anterior juga
jarang terjadi.
• Fraktur pada kasus ini dapat disingkirkan karena
tidak adanya deformitas dari tungkai dan tidak
ditemukan krepitasi.
• Ankle sprain tidak sesuai dengan posisi
anatomis dari gejala yang ada pada soal.
DISLOKASI SENDI PANGGUL
Posterior Hip Dislocation
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
42
• Bayi laki-laki berusia 3 hari dengan keluhan sesak dan
badannya membiru
• KU: letargis, nadi 140x/ menit, laju napas 60x/ menit, dan
suhu afebris
• PF: pemeriksaan thorak kanan ditemukan ronkhi dan
tanda schapoid pada abdomen kiri
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HERNIA DIAFRAGMATICA
JAWABAN:
C. HERNIA DIAFRAGMATICA
• Diagnosis Hernia Diafragmatica ditegakkan
atas dasar:
– Bayi usia 3 hari, dengan keluhan sesak dan
badan membiru
– PF: pada abdomen kiri ditemukan tanda
scaphoid
• Tanda Scphoid adalah dinding anterior
abdomen tampak terbenam, membentuk
kontur cekung dibandingkan bentuk yang
seharusnya mencembung pada bagian
anterior abdomen
• Hernia Umbilikalis keluhan adanya benjolan di area
umbilikal terutama muncul saat bayi mengejan atau
menangis.
• Hernia scrotalis keluhan adanya benjolan di area
scrotum, bisa disertai nyeri/ kemerahan apabila terjadi
strangulasi.
• Volvulus usus terpuntir, gejala utama mual/ muntah,
distensu abdomen, dapat disertai BAB berdarah.
• Invaginasi Sebagian usus masuk ke dalam bag. Usus
yang lainobstruksi usus. Gejala: tiba-tiba menangis
kesakitan(crying spells), nyeri, Lethargy. Pada kuadran
kanan atas teraba massa berbentuk sosis dan
kekosongan pada kuadran kanan bawah (Dance sign).
Hernia Diafragmatika
Penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma.
Akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam
rongga thorax melalui suatu pintu pada
diafragma. Terjadi bersamaan dengan
pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pembagian Hernia Diafragmatika
a. Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan,
tusukan
b. Non-Traumatica
1)Kongenital
› Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma
› Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan
sternum
2)Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-
90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Tanda dan gejala
1. Gangguan pernafasan yang berat
2. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat
kekurangan oksigen)
3. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
4. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak
sama (asimetris)
5. Scaphoid sign pada abdomen kiri.
6. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
43
• Laki-laki mengalami kecelakaan lalu lintas
• Kesadaran pasien menurun serta mulut dan
hidung penuh darah.
• TD 100/70 mmHg, nadi 100x/ menit, laju napas
24x/ menit
TINDAKAN PERTAMA YG DILAKUKAN…
DIAGNOSIS TRAUMA KEPALA DAN WAJAH
JAWABAN:
E. EVALUASI JALAN NAPAS
• Pasien pada kasus ini mengalami trauma
kepala dan wajah, atas dasar:
– Adanya riwayat KLL
– Pasien mengalami penurunan kesadaran
dengan mulut dan hidung yang penuh darah
• Dengan adanya penurunan kesadaran serta
hidung dan mulut yang penuh darah
tindakan awal yang perlu dilakukan adalah
evaluasi jalan napas.
• Pasang kateter uretra dilakukan pada
evaluasi circulation
• Evaluasi tanda vital pada soal sudah
dilakukan, dilakukan ulang pasca primary survey
• Beri oksigen dilakukan setelah evaluasi
airway
• Pasang pulse oximetri dilakukan setelah
evaluasi airway
Management of Trauma Patient
ATLS Coursed 9th Edition
Cervical in-line immobilization
Indikasi Airway definitif
44
• Perempuan 50 thn dengan keluhan bengkak tungkai
bawah kanan sejak 2 minggu yang lalu
• Keluhan disertai nyeri, kemerahan dan gatal kulit kering
• Pasien baru saja pulang dari perjalanan dinas dari Los
Angeles
• Pasien penderita diabetes sejak 5 tahun yang lalu
• PF: edem tungkai kanan, hiperemis, dan hangat.
PENUNJANG…
DIAGNOSIS DVT
JAWABAN:
C. VENOUS ULTRASOUND
• Perempuan 50 tahun, dengan edema
tungkai, bawah kanan, teraba hangat, dan
hiperemis. Pasien memiliki riwayat DM dan
melakukan perjalanan jauh sebelumnya.
• Gambaran tersebut sesuai dengan deep
vein trombosis (DVT).
• Pemeriksaan yang sesuai pada kasus ini
adalah venous ultrasound.
• MRI
• Angiografi
• CT Scan
• Foto Polos Tungkai
Virchow Triads:
(1) venous stasis
(2) activation of blood coagulation
(3) vein damage
Sudoyo A dkk. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru. 2015
45
• Laki-laki, 12 thn, mengeluhkan nyeri pada kaki kanan sejak
2 minggu yang lalu
• Keluhan dirasakan memberat sejak 1 hari yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan keterbatasan gerak oleh karena nyeri.
• Pada pemeriksaan radiologi di dapatkan gambaran brodies
abcess pada metafisis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS OSTEOMYELITIS SUBAKUT
JAWABAN:
B. OSTEOMYELITIS SUBAKUT
• Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kanan
sejak 2 minggu yang lalu.
• Pada rontgen didapatkan abses brodie.
• Dari gejala tersebut dapat disimpulkan
diagnosis yang sesuai pada kasus ini adalah
osteomyelitis subakut.
• Osteomyelitis akut gambaran X-Ray tidak
khas.
– Bisa didapatkan gambaran jaringan lunak sekitar
tulang yang edem dan detruksi tulang yang
bertambah berat seiring perjalan penyakit yang
semakin kronis.
• Osteomnyelitis kronik gambaran X-Ray akan
tampak adanya sequestrum dan involucrum.
• Osteosarcoma sunburst appearance.
• Ewing sarcoma moth eaten lesion, onion skin,
dan codman triangle.
Osteomyelitis
• Osteomyelitis is an inflammation of bone caused by an
infecting organism.
• It may remain localized, or it may spread through the
bone to involve the marrow, cortex, periosteum, and
soft tissue surrounding the bone.
• Based on the duration and type of symptoms:
SUBACUTE HEMATOGENOUS
OSTEOMYELITIS
• More insidious onset and lacks the severity of
symptoms
• Diagnosis typically is delayed for more than 2
weeks.
• a pathogen is identified only 60% of the time
• S. aureus and Staphylococcus epidermidis
• The diagnosis often must be established by an
open biopsy and culture
Brodie’s abcess
• Bone abscess containing pus
or jelly like granulation tissue
surrounded by a zone of
sclerosis
• Age 11-20 yrs, metaphyseal
area, usually upper tibia or
lower femur
• Deep boring pain, worse at
night, relieved by rest
• Circular or oval luscency
surrounded by zone of
sclerosis
• Treatment:
– Conservative if no doubt - rest
+ antibiotic for 6 wks.
– if no response – surgical
evacuation & curettage, if large
cavity - packed with cancellous
bone graft
46
• Laki-laki 37 thn, tangan kanan terguyur zat basa
saat bekerja
• PF: tangan kanan tampak kemerahan dan
melepuh.
TINDAKAN AWAL…
DIAGNOSIS LUKA BAKAR KIMIA
JAWABAN:
C. DIGUYUR DENGAN AIR MENGALIR 30 MENIT
• Pasien pada soal diatas mengalami luka
bakar akibat tersiram zat basa.
• Penanganan awal yang tepat dari pilihan
jawaban yang ada adalah diguyur dengan
menggunakan air yang mengalir selama 30
menit.
• NaCl 0,9% dan RL dapat pula digunakan sebagai
cairan irigasi, namun pada kedua pilihan
jawaban tersebut tidak dijelaskan diberikan
dengan cara dialirkan dan selama 30 menit,
untuk menghilang kontak jaringan dengan zat
basa tersebut.
• Pemberian zat asam merupakan kontraindikasi.
• Dressing dilakukan setelah penanganan awal
dilakukan. Dressing pada luka bakar bermacam-
macam tidak harus salep antiobiotik.
Luka Bakar Kimia
• Kerusakan jaringan yang disebabkan kontak dengan
bahan kimia.
• Penyebab: asam, alkali, logam, fosfor, dll.
• Dapat ditemukan pada: cairan pembersih, baterai,
bahan baku produk rumah tangga dan kesehatan.
• Mekanisme pembentukan panas + perubahan
kimiawi jaringan tubuh.
• Tingkat keparahan bergantung: pH bahan kimia,
konsentrasi, jumlah, lama kontak, bentuk fisik, tipe
kontak, trauma kejadian.
Asam
• Termasuk diantaranya: asam sulfat, nitrat,
krlorida, hidrofluorat.
• Perubahan kimiawi denaturasi protein
nekrosis koagulasi eskar.
Basa/ Alkali
• Termasuk: natrium dan
kalium hidroksida, kalsium
oksida, hipoklorit, amonia.
• Mekanisme:
– Saponifikasi jaringan lemak
– Berikatan dengan protein
jaringan gugus hidroksil
kerusakan jaringan
– Ekstraksi air dari sel
Tatalaksana
Penangan awal cegah kontak lebih lanjut irigasi
• Stabilisasi ABC
• Lepaskan pakaian dan cegah kontaminasi
• Irigasi minimal 30 menit.
– Asam irigasi 2-3 jam
– Alkali irigasi 12 jam
Tes Apley
• Posisi pasien : telungkup,
dengan lutut fleksi ± 90˚.
• Pegangan : pada kaki disertai
dengan pemberian tekanan
vertikal ke bawah
• Gerakan:
• Putar kaki ke eksorotasikompresi
pada meniscus lateralis
• Putar kaki endorotasikompresi
pada meniscus medialis
• Positif bila ada nyeri dan bunyi
“kIik”.
Tes McMurray
• Posisi pasien : telentang
dengan pancjgul ± 110˚ fIeksi,
tungkai bawah maksimal feksi.
• Pegangan : tangan pasif pada
tungkai atas sedekat mungkin
dengan lutut, tangan aktif
memegang kaki.
• Gerakan :
• Tungkai bawah ekstensi disertai
dengan tekanan ke valgus dan
eksorotasiprovokasi nyeri pada
meniscus medialis dan bunyi “kIik”
• Gerakan tungkai bawah ekstensi
disertai dengan tekanan ke varus
dan endorotasi provokasi nyeri
pada meniscus lateralis dan bunyi
“kIik”
Pemeriksaan Penunjang
• X Ray:
– tidak dapat digunakan untuk melihat struktur meniscus
– pada beberapa kasus dapat ditemukan tanda sekunder dari rupture
meniscus berupa soft tissue swelling, namun sangat jarang.
• USG:
– memiliki keterbatasan dalam diagnosis rupture meniscus, karena
struktur meniscus terletak sangat dalam.
– Namun pada beberapa studi dalam diagnosis rupture meniscus, USG
memiliki sensitifitas 83-100% dan spesifisitas 71-89%.
– Hasil pemeriksaan USG masih perlu dibandingkan dengan MRI.
• MRI:
– merupakan gold standard dalam menegakkan diagnosis rupture
meniscus.
– MRI dapat menentukan derajat berat rupture dan tipe rupture dari
meniscus.
– MRI juga merupakan pemeriksaan yang paling sensitive dalam
mendeteksi rupture meniscus yang sangat kecil.
https://www.uptodate.com/contents/meniscal-injury-of-the-
knee?search=meniscus%20tear&source=search_result&selectedTitle=1~55&usage_type=default&display_rank=1
USG
USG
48
• Laki-laki 23 thn, dengan keluhan benjolan di leher yang
dirasakan sejak 3-4 minggu yang lalu
• PF: benjolan soliter, diameter 3 cm, kenyal, dan terletak di
anterior M. Sternocleidomastodeus. Tidak ditemukan
nyeri (-), demam (-), batuk (-) pilek (-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS LIMFADENOPATI
JAWABAN:
B. ASPIRASI JARUM HALUS
• Pasien datang dengan keluhan adanya
benjolan di area leher. Benjolan soliter,
kenyal, dan terletak di anterior M.
Sternocleidomastoideus.
• Dari keterangan soal terseut dapat
disimpulkan diagnosis pada kasus ini adalah
limfadenopati colli.
• Oleh karena keterangan klinis pada soal
tidak dijelaskan secara detail makan pilihan
penunjang yang tepat pada kasus ini adalah
aspirasi jarum halus.
• Foto dada AP - Lateral
• USG leher
• Darah rutin
• Cek BTA
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SPONDILITIS TUBERCULOSIS
JAWABAN:
E. SPONDILITIS TUBERCULOSIS
• Pasien dengan nyeri punggung, dengan
riwayat batuk lama.
• Pada pada pemeriksaan fisik ditemukan
gibbus dan dari MRI ditemukan massa
setinggi T9-T11.
• Dari gejala yang ada tersebut, diagnosis
pada kasus ini mengarah pada spondilitis
TB.
• Massa yang terlihat pada MRI adalah massa
abses (tuberkel).
• Osteoporosis: gambaran radiologi, fraktur
kompresi, dengan matriks tulang yang
berkurang.
• Tumor vertebrae: pada hasil MRI akan
menampakan gambaran massa pada vertebrae,
namun tidak dijumpai gibbus.
• Spondilolisthesis: pergeseran vertebra kedepan
terhadap segment yang lebih rendah, yang
biasa terjadi pada lumbal vertebra ke 4 atau ke
5 akibat kelainan pada pars interartikularis.
• Spondilolisis: stress fracture Os. Vertebrae.
SPONDILITIS TB
• Spondilitis TB dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai
tulang belakang. Bersifat kronis destruktif yang mengenai tulang vertebra.
Gejala:
• Adanya benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri
• Terdapat Gejala – gejala TB
• Paraparesis, rasa kebas, baal, gangguan defekasi dan miksi
405
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara hematogen/limfogen.
Arteri
JALUR
Penyebaran dari abses
paravertebral yang PENYEBARAN
telah terbentuk
Vena pleksus Batson
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium
• Kelainan bentuk tulang belakang
• Pernapasan cepat • Hitung-jumlah lekosit dapat
• Infiltrat paru akan terdengar sebagai normal atau meningkat
ronkhi, kavitas akan terdengar sedikit, pada hitung jenis
sebagai suara amforik atau bronkial ditemukan monositosis
dengan predileksi di apeks paru
• Terdapat abses paravertebra yang • Laju Endap Darah (LED)
dapat teraba, bahkan terlihat dari biasanya meningkat
luar punggung berupa
pembengkakan • Peningkatan kadar C-
• Pada pemeriksaan neurologis bisa reactive protein (CRP)
didapatkan gangguan fungsi motorik,
sensorik, dan autonom
• Uji Mantoux positif pada
• Jika kelumpuhan sudah lama, otot sebagian besar pasien
akan atrofi , yang biasanya bilateral
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Radiologi hingga saat ini merupakan pemeriksaan
yang paling menunjang untuk diagnosis dini
spondilitis TB karena memvisualisasi langsung
kelainan fisik pada tulang belakang.
• Pada infeksi TB spinal, klinisi dapat menemukan
penyempitan jarak antar diskus intervertebralis,
erosi dan iregularitas dari badan vertebra, serta
massa paravertebral.
409
Gambaran MRI vertebra terlihat adanya fraktur kompresi, kifosis di T5-T6, dan abses
paravertebral.
Gambaran MRI terlihat akumulasi Foto MRI menunjukkan destruksi
cairan di daerah dorsal yang korpus vertebra dan diskus
menggambarkan abses intervertebralis, serta abses
paravertebral paravertebral
Pemeriksaan Bakteriologi dan
Histopatologi
• Diperlukan pengambilan bahan melalui biopsi atau operasi.
Biopsi dapat dilakukan dengan cara fine needle aspiration
dengan tuntunan CT atau video assisted thoracoscopy.
• Pada pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan pewarnaan
Ziehl Nielsen, Tan Thiam Hok, Kinyoun-Gabbet atau dengan
metoda fluorokrom yang memakai pewarnaan auramine dan
rhodamine.
• Jumlah basil tuberkulosis yang didapatkan pada spondilitis
tuberkulosa lebih rendah bila dibandingkan dengan
tuberkulosis paru.
• Secara histopatologik, hasil biopsi memberi gambaran
granuloma epiteloid yang khas dan sel datia langerhans ,
suatu giant cell multinukleotid yang khas.
Pemeriksaan dengan Kultur
• Semua spesimen yang mengandung mikobakteria
harus di inokulasi melalui media kultur, karena :
kultur lebih sensitif dari pada pemeriksaan
mikroskopis.
• Kultur dapat melihat perkembangan organisme yang
diperlukan untuk identifikasi yang akurat dan dengan
pembiakan kuman dapat dilakukan resistensi tes
terhadap obat-obat anti tuberkulosa
52
• Perempuan 22 thn, dengan keluhan benjolan pada
payudara kanan sejak beberapa bulan yang lalu
• Keluhan tidak disertai rasa nyeri
• PF: didapatkan benjolan sebesar kelereng, konsistensi
kenyal, permukaan licin, dan mudah digerakkan
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FIBROADENOMA MAMMAE
JAWABAN:
D. FIBROADENOMA MAMMAE
• Diagnosis pada kasus ini adadalah
fibroadenoma mammae, ditunjang
dengan:
– Faktor disposisi penyakit yang muncul pada
wanita dengan usia dewasa muda.
– Karakteristik benjolan bersifat kenyal, batas
tegas, permukaan licin, tidak ada nyeri dan
mudah digerakan.
• Fibrokistik: lesi non kanker, gejala berupa
perubahan pada tekstur payudara, dapat disertai
benjolan dan rasa nyeri yang dipengaruhi siklus
menstruasi.
• Ca Mammae: epidemiologi pada wanita usia 40
tahun ke atas. Benjolan dengan tepi tidak rata,
batas tidak tegas dan immobile.
• Abses Mammae: menimbulkan gejala
pembengkakan payudara, benjolan tampak
memerah disertai nyeri, dan fluktuasi (+).
• Tumor Philoides: merupakan tumor fibroepitelial
yang jarang ditemukan. Bersifat jinak. Benjolan
kenyal, dengan batas tegas, namun dengan sifat
pertumbuhan yang cepat.
Fibroadenoma
• Most common benign tumor of
breast.
• Benign tumors that represent a
hyperplastic or proliferative
process in a single terminal ductal
unit.
• Young females:15 -25yrs of age.
• Aberration in normal development
of a lobule.
• Cause -unknown.
• 10% of disappear spontaneously
each year.
• Most stop growing after they
reach 2-3 cm.
• Involute in postmenopausal womencoarse
calcifications develop.
• Conversely grow rapidly during pregnancy,
HRT or immunosuppression-(multiple or
growing fibroadenomas -related to Epstein
barr virus infn)
• Variants
• juvenile fibroadenomas
• myxoid fibroadenomas Carney complex, an
autosomal dominant neoplasia syndrome
(skin mucosal lesions, myxomas, and
endocrine disorders.)
• Clinical features • Treatment
– Painless swelling • Excision of the lump
• In pericanalicular type -
– Smooth, firm, non-
periareolar incision
tender
• Intracanalicular-
– Well-localized submammary incision
– Moves freely within the
breast tissue- breast
mouse.
– Axillary LN not enlarged.
Pemeriksaan FAM
• Fibroadenoma adalah massa payudara yang
sering diperiksa dengan fine-needle aspiration
biopsy (FNAB) atau Mammografi.
Simsir A, Waisman J, Cangiarella J. Fibroadenomas with atypia: Causes of under‐ and overdiagnosis by aspiration biopsy. Wiley Online Library.
2001. Available from
https://doi.org/10.1002/dc.2055
Fibroadenoma Mammae (FAM)
• Treatment:
– Watchfull waiting
– Traditional open excisional biopsy
• Biopsy:
– Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
– Untuk menentukan adanya suatu penyakit
53
• Anak laki-laki 8 thn, dengan keluhan patah tulang
terbuka setelah jatuh dari pohon beberapa jam
SMRS
• PF: didapatkan patah tulang terbuka femur kanan
dengan perdarahan aktif yang keluar terus menerus
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS FRAKTUR TERBUKA OS. FEMUR
JAWABAN:
D. BALUT TEKAN
• Pasien mengalami fraktur terbuka pada Os.
Femur dengan perdarahan aktif yang
keluar terus menerus.
• Tindakan awal yang tepat pada kasus ini
adalah balut tekan untuk menghentikan
perdarahan.
• Pasang spalk di antara 2 sendi jika perdarahan
telah berhenti dan kondisi pasien stabil baru
diberikan spalk yang melewati 2 sendi untuk
memberikan support immbolilasis dan mengurangi
nyeri.
• Pasang spalk di atas tulang yang patah tidak
tepat.
• Pasang spalk di bawah tulang yang patah tidak
tepat.
• Reposisi dan traksi reposisi dan traksi sebaiknya
dilakukan oleh expert yang sudah berpengalaman.
Fraktur Terbuka
• Dimana terjadi hubungan tulang dengan lingkungan
luar melalui kulit.
• Terdapat luka robek yang menghubungkan patahan tulang
dengan lingkungan luar kulit.
• Luka robek yang menembus kulit & otot hingga ke tulang
• Tidak termasuk
• luka lecet (abrasi)/ vulnus ekskoriasi,
• vulnus laceratum, ataupun
• luka lain yang tidak menembus ke tulang.
• Terjadi kontaminasi bakteri komplikasi infeksi
• Luka pada kulit :
– Tusukan tulang tajam keluar menembus kulit (from within)
– Dari luar misal oleh peluru atau trauma langsung (from
without)
Controlling External Bleeding
• Pertolongan pertama yang harus segera
dilakukan untuk menghentikan perdarahan
– Memberikan tekanan langsung
– Menekan langsung sumber perdarahan dengan
kassa steril
Pressure Bandages
• Apply over wound on
extremity to maintain
direct pressure
• Use roller bandage to
completely cover
wound and maintain
pressure
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FRAKTUR MIDCLAVICULA
JAWABAN:
A. FRAKTUR MIDCLAVICULA
• Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.
Dari pemeriksaan didapatkan deformitas
pada bahu kiri, nyeri tekan (+), dan krepitasi
(+).
• Dari gambaran foto Rontgen jelas tampak
fraktur pada Os. Clavicula di bagian tengah.
• Sehingga diagnosis yang tepat pada kasus
ini adalah fraktur midclavicula.
• Fraktur clavicular 1/3 proksimal
• Fraktur clavicula 1/3 distal
• Fraktur costae
• Fraktur humeri
FAKTOR RISIKO…
DIAGNOSIS HEMORRHOID INTERNA
JAWABAN:
A. KONSTIPASI
• Adanya benjolan yang keluar dari anus
disertai dengan darah yang keluar menetes
setelah feses, hasil pemeriksaan RT juga
didapatkan benjolan di arah jam 6, serta
tidak ditemukan adanya tanda-tanda
keganasan, dapat disimpulkan diagnosis
pada kasus ini adalah hemoroid interna.
• Faktor risiko hemoroid interna pada plihan
jawaban yang ada, adalah konstipasi.
• Karsinoma rectum adanya perubahan pola
BAB, terkadang diare, terkadang konstipasi.
Disertai tanda-tanda kaheksia.
• Fistula recti biasanya tidak bergejala. Jika
fistula bermuara ke kulit, feses dapat keluar
melalui fistula tersebut.
• Fissura recti gejala utama nyeri saat BAB.
• Abses perianal benjolan di sekitar anus,
fluktuasi (+), dapat disertai nyeri dan
kemerahan.
Hemoroid
ACG (American College of
Gastroenterology Guideline
Treatment for internal hemorrhoids by grade:
• Grade I hemorrhoids
– conservative medical therapy and avoidance of nonsteroidal anti- inflammatory drugs
(NSAIDs) and spicy or fatty foods
– Conservative therapy:
• Increased fiber intake and adequate fluids reducing both prolapse and bleeding
• Avoid straining and limit their time spent on the commode
• Topical and systemic analgesics; proper anal hygiene
• a short course of topical steroid cream
• Grade II or III hemorrhoids
– initially treated with nonsurgical procedures, rubber band ligation, sclerotherapy, and infrared
coagulation
– Rubber band Ligation is the treatment of choice for second- degree hemorrhoids, and it is a
reasonable first-line treatment for third-degree hemorrhoids
• Very symptomatic grade III and grade IV hemorrhoids
– surgical hemorrhoidectomy, or stapled
– Very symptomatic gr. III
continous bleeding, intractable pain, large hemoroid gr. III
• Treatment of grade IV internal hemorrhoids or any incarcerated or gangrenous
tissue requires prompt surgical consultation
Wald A, Bharucha AE, Cosman BC, et al. ACG clinical guideline: management of benign anorectal
disorders. Am J Gastroenterol. Aug 2014
56
• Laki-laki 46 thn, dengan keluhan adanya benjolan
di sela paha kanan sejak 1 bulan yang lalu
• Benjolan tersebut dapat keluar masuk dengan
sendirinya. Benjolan keluar terutama saat pasien
batuk atau mengejan.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HERNIA INGUINALIS REPONIBEL
JAWABAN:
A. HERNIA INGUINALIS REPONIBEL
• Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada
sela paha kanan yang keluar terutama saat
pasien batuk atau mengejan.
• Benjolan dapat keluar dan masuk dnegan
sendiri dan terkadang mencapai skrotum.
• Diagnosis yang paling tepat pada kasus ini
adalah hernia inguinalis reponible.
• Hernia inguinalis ireponible: benjolan tidak
dapat masuk kembali ke peritoneum.
• Hernia inguinalis media: dikenal juga hernia
inguinalis direk, benjolan tidak dapat mencapai
skrotum.
• Hernia femoralis: benjolan teraba di lipat paha
dibawah ligamentum inguinalis.
• Hernia scrotalis: merupakan bagian dari hernia
inguinalis lateral yang massa hernia mencapai
skrotum.
HERNIA
/VENTRAL HERNIA
INGUINAL HERNIA
• Most common
• Most difficult to understand
• Congenital ~ indirect
• Acquired ~ direct or indirect
• Direk • Indirek
• usually no peritoneal sac • has peritoneal sac
• medial to epigastric vessels • lateral to epigastric vessels
• Timbul karena adanya defek atau kelemahan • mengikuti kanalis inguinalis
pada fasia transversalis dari trigonum Hesselbach • Karena adanya prosesus vaginalis persistent
• segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh • The processus vaginalis outpouching of
• Inferior : ligamentum inguinale, peritoneum attached to the testicle that trails
• Lateral: pembuluh darah epigastrika behind as it descends retroperitoneally into the
inferior scrotum.
• Medial : tepi otot rectus
Tipe Hernia Definisi http://emedicine.medscape.com/article/
Gambaran klinik
jenis Reponibel nyeri obstruksi sakit toksik
Reponibel/ + - - - -
bebas
Ireponibel/ - - - - -
akreta
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
Hernia Inkarserata dengan Ileus
ILMU PENYAKIT
MATA
57
• bapak Pepeng berusia 60 tahun, sulit untuk
membaca dekat.
• Pasien memiliki hobby membaca, akhir-akhir ini
sudah mulai ditinggalkan karena masalah matanya.
• penglihatan jauh tidak ada keluhan.
• Dari pemeriksaan visus Snelen didapatkan VOD 6/6
UKURAN KACAMATA…
DIAGNOSIS PRESBIOPIA
JAWABAN:
C. +3.00
• Laki-laki berusia 60 tahun mengeluhkan
tidak bisa membaca dekat, Penglihatan
jauh tidak ada keluhan dan pemeriksaan
visus didapatkan VOD 6/6Kecurigaan
mengalami presbyopia
• Usia 60 thn + 3.00
• PILIHAN LAIN TIDAK TEPAT
Presbiopia
Merupakan keadaan berkurangnya daya akomodasi
pada usia lanjut
• Penyebab:
– Kelemahan otot akomodasi
– Lensa mata tdk kenyal / berkurang elastisitasnya
akibat sklerosis lensa
• Diperlukan kacamata baca atau adisi :
– + 1.0 D : 40 thn
– + 1.5 D : 45 thn
– + 2.0 D : 50 thn
– + 2.5 D : 55 thn
– + 3 .0 D : 60 thn
58
• Anak 9 tahun, tidak bisa melihat tulisan di papan tulis.
Tidak terdapat riwayat penggunaan kacamata sebelumnya
serta riwayat penggunaan kacamata di keluarga.
• Pada pemeriksaan mata tampak Visus OD 1/60 OS 5/6.
Refraksi terbaik OD S-7.00 C-1.75 x 180, OS S-0.75 C-1.00 x
180.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS AMBLIOPIA ANISOMETROPIA
JAWABAN:
C. AMBLIOPIA ANISOMETROPIA
• Anak 9 tahun dengan keluhan tidak bisa
melihat tulisan di papan tulis dengan visus
OD 1/60 OS 5/6. Refraksi terbaik OD S-7.00
C-1.75 x 180, OS S-0.75 C-1.00 x 180.
• Adanya perbedaan visus mata kanan dan
kiri (1/60 dan 5/6) dengan gangguan
refraksi yang jauh berbeda (S-7.00 dengan
S-0.75) dan tidak terkoreksi mengarahkan
kepada diagnosis ambliopia anisometropia.
• Pilihan A Ambliopia Ametropia: retina tidak
dapat focus pada jarak jauh
• Pilihan C Ambliopia deprivasi: terdapat
obstruksi pada sumbu pengelihatan.
• Pilihan D Ambliopia strabismus: strabismus
lama yang tidak tertangani dapat menyebabkan
supresi dari mata yang terdeviasi mata
malas.
• Pilihan EAmbliopia reverse: amblyopia terjadi
pada mata yang sehat, sebagai efek dari terapi
amblyopia dgn patching pada mata yang sehat
Amblyopia
• A unilateral or bilateral (rare) reduction in visual acuity
the best corrected visual acuity is poorer than 20/20,
with absence of any obvious structural anomalies or
ocular disease.
• In general, it happens because of disuse from
inadequate foveal or peripheral retinal stimulation
and/or abnormal binocular interaction that causes
different visual input from the foveae.
• Classification:
– Form Deprivation Amblyopia: Caused by a physical
obstruction (e.g., congenital or traumatic cataract, corneal
opacities, prolonged uncontrolled occlusion therapy)
– Refractive Amblyopia: Isoametropic and Anisometropic
– Strabismic Amblyopia
Refractive Amblyopia
1. Isoamteropic/ametropia Amblyopia
– High, but equal, uncorrected refractive error (e.g.,
astigmatism > 2.50 D; hyperopia > than 5.00 D;
myopia > 8.00D)
2. Anisometropic Amblyopia
– Unequal, uncorrected refractive
error (e.g., astigmatism > 1.50 D;
hyperopia > 1.00 D;
myopia > than 3.00 D)
59
• Pasien keluhan mata berair dan merah sejak 3 hari yang
lalu, riwayat mata terasa mengganjal seperti kemasukan
sesuatu.
• Keluhan disertai rasa gatal pada mata.
• Terdapat injeksi konjungtiva, injeksi perikonea, infiltrate
kornea, dan sekret mukopurulen.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KERATOKONJUNGTIVITIS
JAWABAN:
A. KERATOKONJUNGTIVITIS
• Kondisi adanya mata berair dan merah,
disertai dengan temuan injeksi konjungtiva
dan perikornea, serta infiltrate kornea dan
secret mukopurulen mengarahkan pada
keratokonjungtivitis (peradangan pada
kornea dan lapisan konjungtiva).
• Pilihan B keratitis saja maka akan ditemukan
gangguan pada kornea saja.
• Pilihan C Pada uveitis, pasien akan sangat
keluhkan penurunan tajam penglihatan, nyeri, dan
fotofobia, serta bisa disertai adanya floaters.
• Pilihan D Pada vitritis atau peradangan pada
cairan vitreus, adalah uveitis posterior.
• Pilihan E Pada iridosiklitis yakni peradangan
pada iris dan badan siliar, tanda kardinalnya adalah
injeki siliar, serta biasanya discharge minimal atau
bahkan tidak ada.
Mata merah dan Keratokonjungtivitis
ANAMNESIS
Emedicine.com
Dacryocanaliculitis
Sumber: American Optometric Association. Fungal Keratitis. / Vaughan Oftalmologi Umum 1995.
Keratitis/ ulkus Fungal
• Meskipun memiliki karakteristik, terkadang sulit membedakan
keratitis fungal dengan bakteri.
– Namun, infeksi jamur biasanya localized, dengan “button appearance”
yaitu infiltrat stroma yang meluas dengan ulserasi epitel relatif kecil.
• Pd kondisi demikian sebaiknya diberikan terapi antibiotik
sampai keratitis fungal ditegakkan (mis. dgn kultur, corneal
tissue biopsy).
Stromal infiltrate
Ulkus kornea Jamur
Keratitis fungi bersifat indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion,
peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan lesi-lesi satelit (umumnya
infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi).
WHO. Guidelines for the Management of Corneal Ulcer at Primary, Secondary & Tertiary Care health facilities in the South-East Asia Region. 2004
64
• Laki-laki, keluhan nyeri hebat pada mata disertai
mata merah, sejak 1 hari yang lalu. Mata terasa
buram, mual dan muntah.
• Pemeriksaan mata: TIO 28 mmHg, sudut bilik
mata tertutup.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS GLAUKOMA
JAWABAN:
B. ASETAZOLAMID
• Pada kasus diatas tampak adanya kondisi glaucoma
akut dimana keluhan pasien ada nyeri hebat pada
mata, mata merah disertai penurunan visus, mual
dan muntah, serta peningkatan TIO (28 mmHg).
Temuan sudut bilik mata tertutup arahkan kondisi
pasien yakni glaucoma sudut tertutup.
• Pada kondisi ini penting pertama untuk turunkan
tekanan intraocular dengan menurunkan produksi
aqueous humour mengingat pada sudut tertutup
outflow terhambat. Asetazolamid yang merupakan
kelas carbonic anhydrase merupakan obat paling
tepat untuk menurunkan produksi aqueous humor
dan harus segera diberikan pada glaucoma sudut
tertutup.
• Pilihan A Timolol merupakan beta bloker yang juga
menekan produksi aqueous humor, namun topical tidak
cukup efektif menurunkan TIO glaucoma akut sudut
tertutup.
• Pilihan C antibiotic yang tidak sesuai digunakan pada
kasus ini.
• Pilihan D Asetaminofen merupakan analgetik yang
bisa saja digunakan, namun bukan sebagai terapi utama.
• Pilihan E Latanoprost berfungsi meningkatkan outflow
aqueous humor, dan biasanya utama digunakan sebagai
terapi awal glaucoma sudut terbuka (sementara pada
kasus ini sudut tertutup, sehingga paling penting
turunkan dulu produksi aqueous humor untuk turunkan
TIO).
Ilmu Penyakit Mata Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006
http://emedicine.medscape.com/article
Neisseria gonorrhoeae Chlamydia trachomatis
INFECTIOUS
AGE OF
ORGANISM CLINICAL FEATURES THERAPY
ONSET
# Uncommon, potential for
serious consequences -
severe keratitis and Staphylococcus aureus
endophthalmitis. Requires Streptococcus pneumoniae, Unilateral, crusted purulent Topical soframycin drops qds for 5
early recognition and 2-5 days
treatment. Needs blood
Haemophilus spp, discharge days
and CSF culture. Consider Enterococci
concomitant chlamydial
infection if poor response
to cephalosporin. Parents Neisseria gonorrhoeae # Ceftriaxone 50mg/kg IV/IM as a
require investigation and
screening. Infants who are positive need 3 days to 3 Bilateral, hyperaemic, chemosis, single dose (maximum 125mg),
+ Risk of rapid progression to be evaluated for weeks copious thick white discharge Saline irrigations hourly until
from purulent discharge to
denuding of corneal disseminated infections exudate resolves.
epithelium, and
perforation of cornea. The
anterior chamber can fill
with fibrinous exudate, iris
Oedema and erthyema of lid, IV anti-pseudomonal antibiotics.
Pseudomonas aeruginosa + 5-18 days
can adhere to cornea and purulent discharge. Topical Gentamicin.
later blood vessel invasion.
The late ophthalmic
complications can be
followed by bacteraemia PO erythromycin 50mg/kg/day x
and septic foci. Unilateral or bilateral, mild 14d (qid)Alternative, 5 days
* Most common pathogen,
20-50% of exposed infants
Chlamydia trachomatis * 5-14 days conjunctivitis, copious purulent Azithromycin syrup
will develop chlamydia discharge. (= pertussis dosing 10mg/kg/day
conjunctivitis, 10-20% will and 5mg/kg day 2-5)
develop pneumonia. If
relapse occurs repeat
course of erythromycin for
further 14 days. Parents Conjunctivitis with vesicles
require treatment. Acyclovir 30mg/kg/day IV tid x 14-
elsewhere
Herpes simplex 21d.
Need ophthalmology review within
Topical acyclovir 3% 5 times daily.
24 hours.
http://www.adhb.govt.nz/newborn/guidelines/infection/neonatalconjunctivitis.htm
66
• Pasien laki-laki, mata kiri terasa tidak nyaman
dan muncul merah setelah 1 jam di tinju oleh
temannya.
• Pemeriksaan visus ODS 6/6, bercak merah batas
tegas pada sklera OS.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
JAWABAN:
E. PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
• Pada kasus soal diatas dengan rasa tidak
nyaman pada mata serta mata merah
setelah trauma, disertai adanya bercak
merah batas tegas pada sklera umumnya
mengarahkan pada kondisi perdarahan
subkonjungtiva.
• Kondisi ini diakibatkan pecahnya pembuluh
darah yang terdapat dibawah konjungtiva,
seperti arteri konjungtiva dan arteri
episklera. Bisa akibat dari batu rejan,
trauma tumpul atau pada keadaan
pembuluh darah yang mudah pecah.
• Pilihan A Skleritis umumnya yang ditemukan
adalah injeksi sklera.
• Pilihan D Konjungtivitis flikten adalah
peradangan konjungtiva akibat alergi.
• Pilihan C Pada pterygium yang ditemukan
adalah selaput fibrovascular dari sisi nasal
mengarah ke pupil
Subconjunctival hemorrhage
• Subconjunctival hemorrhage (or subconjunctival haemorrhage)
also known as hyposphagma, is bleeding underneath the
conjunctiva.
• Occur after sudden severe venous congestion to the head, such as
in a Valsalva maneuver, whooping cough, vomiting, sneezing,
weight lifting, crush injuries, or spontaneously
• A subconjunctival hemorrhage initially appears bright-red
underneath the transparent conjunctiva.
• Later, the hemorrhage may spread and become green or yellow, like
a bruise.
• In general a subconjunctival hemorrhage is a painless and harmless
condition
• however, it may be associated with high blood pressure, trauma to
the eye, or a base of skull fracture if there is no posterior border of
the hemorrhage visible.
Subconjunctival hemorrhage
Causes Management
• Eye trauma • Self-limiting that requires
• Whooping cough or other no treatment in the absence
extreme sneezing or coughing
• Severe hypertension of infection or significant
• Postoperative subconjunctival trauma.
bleeding • Artificial tears may be
• Acute hemorrhagic applied four to six times a
conjunctivitis (picornavirus)
• Leptospirosis day.
• Increased venous pressure • Cold compress in the 1st
(straining, vomiting, choking, hour may stop the bleeding
or coughing)Valsava
maneuver
67
• Pasien, keluhan benjolan di kelopak mata atas, awalnya
kemudian dirasa semakin kemerahan, dan terasa
mengganjal serta nyeri bila ditekan.
• PF: Tampak palpebra superior adanya benjolan ukuran 2x2
mm, eritema, tonjolan ke arah kulit kelopak mata, serta
tampak pus dari pangkal bulu mata.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS HORDEOLUM EKSTERNA
JAWABAN:
C. HORDEOLUM EKSTERNA
• Benjolan pada palpebra superior dengan
tanda tanda peradangan seperti eritema,
terasa nyeri, dapat mengarahkan pada
kondisi hordeolum. Mengingat tonjolan ke
arah kulit kelopak mata, maka kemungkinan
yang dialami adalah hordeolum eksterna.
• Pilihan B Pada hordeolum interna, umumnya
justru benjolan mengarah ke konjungtiva tarsal.
• Pilihan D Pada kalazion tidak ditemukan
adanya tanda peradangan diatas, umumnya
benjolan kronik tanpa nyeri.
HORDEOLUM
• Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata
• Infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
• Gejala: kelopak bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal,
merah, nyeri bila ditekan, ada pseudoptosis/ptosis akibat
bertambah berat kelopak
• Gejala
– nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas atau
bawah
– berwarna kemerahan.
– Pada hordeolum interna, benjolan akan nampak lebih jelas
dengan membuka kelopak mata.
– Rasa mengganjal pada kelopak mata
– Nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk.
– Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
• 2 bentuk :
Hordeolum internum: infeksi kelenjar Meibom di dalam
tarsus. Tampak penonjolan ke daerah kulit kelopak, pus
dapat keluar dari pangkal rambut
Hordeolum eksternum: infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.
Penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
http://www.huidziekten.nl/zakboek/dermatosen/htxt/Hordeolum.htm
Entropion
• Merupakan pelipatan palpebra ke arah dalam
• Penyebab: infeksi (ditandai dengan adanya jaringan parut), faktor usia,
kongenital
• “There are four types of entropion: congenital, involutional, acute spastic,
and cicatricial. Lower eyelids are often involutional while the upper
eyelid is cicatricial”
• Klasifikasi
– Enteropion involusional
• yang paling sering dan terjadi akibat proses penuaan
• Mengenai palpebra inferior, karena kelemahan otot palpebra
– Enteropion sikatrikal
• Mengenai palpebral inferior/ superior
• Akibat jaringan parut tarsal
• Biasanya akibat peradangan kronik seperti trakoma
– Enteropion congenital
• Terjadi disgenesis retraktor kelopak mata bawa palpebra tertarik ke dalam
– Enteropion spastik akut
• Terjadi penutupan kelopak mata secara spastik terjadi penarikan oleh m.orbikularis
okuli entropion
69
• Pasien laki-laki, keluhan sulit melihat saat pencahayaan redup sejak 4
bulan, sulit mengendarai kendaraan ketika malam hari
• Tidak memiliki keluhan penglihatan saat suasana terang/siang hari.
• Riwayat operasi reseksi usus sekitar 2 tahun yang lalu.
• Visus: 6/7 bilateral
• Pada konjungtiva ditemukan adanya bintik keputihan, soliter dengan
jarak sekitar 5 mm dari limbus.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS XEROFTALMIA
JAWABAN:
C. DEFISIENSI VITAMIN A
• Pada pasien kasus diatas dengan keluhan
sulit melihat saat cahaya redup/malam hari,
lalu keluhan hilang saat suasana terang
(rabun senja), disertai adanya bintik putih
soliter 5 mm dari limbu (bitot spot), bisa
arahkan pada kondisi xerophthalmia.
• Kondisi ini diakibatkan oleh defisiensi
vitamin A.
• Pada pasien umumnya akibat operasi
reseksi usus yang dilakukan sebabkan
malabsorbsi salah satunya vitamin A.
• Pilihan B retinitis pigmentosa bisa juga
sebabkan sulit melihat di malam hari, namun
biasanya sebabkan juga gangguan penglihatan
perifer (tunnel vision), hingga gangguan melihat
warna berbeda, maupun kondisi hilangnya
penglihatan sentral.
Defisiensi vitamin A
• Vitamin A meliputi retinol, retinil ester, retinal dan asam
retinoat. Provitamin A adalah semua karotenoid yang memiliki
aktivitas biologi β-karoten
• Fungsi: penglihatan, diferensiasi sel, keratinisasi, kornifikasi,
metabolisme tulang, perkembangan plasenta, pertumbuhan,
spermatogenesis, pembentukan mukus
• Konjungtiva normalnya memiliki sel goblet. Hilangnya/
berkurangnya sel goblet secara drastis bisa ditemukan pada
xerosis konjungtiva.
• Gejala defisiensi:
– Okular (xeroftalmia): rabun senja, xerosis konjungtiva &
kornea, keratomalasia, bercak Bitot, hiperkeratosis
folikular, fotofobia
– Retardasi mental, gangguan pertumbuhan, anemia,
hiperkeratosis folikular di kulit
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS KONJUNGTIVITIS VERNAL
JAWABAN:
D. SODIUM KROMOLIN 4%
• Kasus anak keluhan mata merah berair dan gatal
disertai riwayat atopi keluarga, keluhan memberat
pada waktu tertentu, serta konjungtiva palpebra
dan bulbi yang hiperemis, dapat mengarahkan pada
kondisi konjungtivitis alergi. Sangat mungkin
disebabkan oleh konjungtivitis vernal mengingat
ditemukannya giant papilare menyerupai cobble
stone.
• Pada konjungtivitis vernal, maka penanganan paling
tepat adalah pemberian mast cell stabilizer seperti
sodium kromolin.Pemberian soidum kromolin 4%
yang merupakan mast cell stabilitator bisa diberikan
bersama antihistamin topical.
• Pilihan A Artificial tears bukan sebagai terapi
utama atasi penyebab, namun sebagai basic eye
care saja.
• Pilihan C Steroid topical baru diberikan bila
gagal dengan terapi antihistamin+mastcell
stabilizer atau kasus refrakter.
• Pilihan E Sementara siklosporin biasanya
digunakan untuk kasus berat dan tidak
responsive dengan pengobatan lainnya di
penanganan jangka panjang.
Etiologi Diagnosis Karakteristik
Viral Konjungtivitis folikuler Merah, berair mata, sekret minimal, folikel sangat
akut mencolok di kedua konjungtiva tarsal
Klamidia Trachoma Seringnya pd anak, folikel dan papil pd konjungtiva
tarsal superior disertai parut, perluasan pembuluh
darah ke limbus atas
Konjungtivitis inklusi Mata merah, sekret mukopurulen (pagi hari), papil
dan folikel pada kedua konjungtiva tarsal (terutama
inferior)
Alergi/hiper- Konjungtivitis Sangat gatal, sekret berserat-serat, cobblestone pd
sensitivitas vernalis konjungtiva tarsal superior, horner-trantas dots
(limbus)
Konjungtivitis atopik Sensasi terbakar, sekret berlendir, konjungtiva
putih spt susu, papil halus pada konjungtiva tarsal
inferior
Konjungtivitis Reaksi hipersensitif tersering akibat protein TB,
fliktenularis nodul keabuan di limbus atau konjungtiva bulbi,
mata merah dan berair mata
Autoimun Keratokonjungtivitis sicca Akibat kurangnya film air mata, tes shcirmer
abnormal, konjungtiva bulbi hiperemia, sekret
mukoid, semakin sakit menjelang malam dan
berkurang pagi
KONJUNGTIVITIS VERNAL
• Nama lain:
– spring catarrh/seasonal conjunctivitis/warm weather conjunctivitis
– Disebut vernal karena exaserbasi paling sering pada musim semi
(spring)
• Etiologi: reaksi hipersensitivitas bilateral (alergen sulit diidentifikasi)
• Epidemiologi:
– Dimulai pada masa prepubertal, bertahan selama 5-10 tahun sejak
awitan
– Laki-laki > perempuan
– Paling sering pada Afrika Sub-Sahara & Timur Tengah
– Temperate climate > warm climate > cold climate (hampir tidak ada)
– Terkait dengan manifestasi atopi lainnya seperti asma dan rinitis alergi
pada setengah kasus
Sumber: .
PPK neurologi 2017
• Antiviral efektifitas kurang
bila dibandingkan
steroidtidak disarankan
sebagai monoterapi
• Evaluasi 2 minggu dan 4
minggu
• Rujuk bila tidak ada
perbaikan atau kekambuhan
atau komplikasi
72
• Perempuan 60 thn dengan keluhan nyeri pada pinggang
kiri yang menjalar hingga ke kaki kiri sejak 1 minggu yang
lalu
• Nyeri bertambah jika mengangkat beban berat, berkurang
jika istirahat
• PF: tes lasegue (+), Patrick (-), Contra Patrick (-).
DIAGNOSIS...
DIAGNOSIS HNP
JAWABAN:
A. HNP
• Pasien mengeluhkan nyeri pinggang yang
menjalar hingga kaki. Nyeri memberat saat
mengangkat beban berat dan berkurang
saat istirahat. Pada pemeriksaan
didapatkan tes lasegue (+), patrick test (-),
dan contrapatrick test (-).
• Dari pilihan jawaban yang ada diagnosis
yang paling mungkin adalah HNP.
• Spondilosis: degenerasi pada sendi tulang belakang.
• Spondilolisthesis: pergeseran vertebra kedepan terhadap
segment yang lebih rendah, yang biasa terjadi pada lumbal
vertebra ke 4 atau ke 5 akibat kelainan pada pars
interartikularis.
• Spondilolitis: peradangan pada vertebrae.
• Spondilosis, spondilolisthesis, dan spondilolitis ditegakan
dengan X-Ray.
• Spondilitis TB: inflamasi pada vertebrae yang disebabkan oleh
infeksi TB. Gejala khas adalah adanya gibbus yang teraba pada
vertebrae.
Hernia Nukleus Pulposus
• Keluarnya nucleus
pulposus dari discus
melalui robekan annulus
fibrosus
– Keluar ke belakang/dorsal
menekan medulla spinalis
– Mengarah ke dorsolateral
menekan saraf spinalis
• Common causes:
– Heavy lifting
– Trauma
– Poor sitting posture
– Frequent bending forward
– Degenerative
Gejala Klinis
• Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke
bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai
bawah bagian atas). Dikarenakan mengikuti jalannya N.
Ischiadicus yang mempersarafi kaki bagian belakang.
1. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk,
mengangkat barang berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1
(garis antara dua krista iliaka).
4. Nyeri Spontan, sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi
berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat. Sedangkan bila
berbaring nyeri berkurang atauhilang.
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Pemeriksaan
• Motoris
– Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi panggul
dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
– Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
• Sensoris
– Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
– Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.
Tes-tes Khusus
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
– Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.
2. Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
3. Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
4. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari ibu jari
kaki (L5).
5. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5), atau
plantarfleksi (S1).
6. Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit
7. Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
8. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan indikasi
untuk segera operasi.
9. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk operasi.
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Lasegue’s Test (Straight Leg Raising
Test)
• Prosdur: pasien supine.
Fleksikan sendi pinggul pasien
dengan lutut tertekuk. Jaga
pinggul tetap dalam keadaan
fleksi, kemudian ekstensikan
tungkai bawah.
• Tes positif: radikulopati sciatik
(+), jika:
– Nyeri tidak ada pada
kondisi pinggul dan lutut
fleksi.
– Nyeri muncul saat pinggul
fleksi, dan kemudian lutut
diekstensikan.
Straight Leg Raising Test
http://www.healingartscenter.info/wp-content/uploads/2010/01
Bragard’s Test
• Prosedur: pasien supine. Kaki
pasien lurus kemudian elevasi
hingga titik dimana rasa nyeri
dirasakan. Turunkan 5o dan
dorsofleksi kaki.
• Positive Test: nyeri akibat traksi
nervus sciatik.
– Nyeri dengan dorsiflexion 0° to
35° – extradural sciatic nerve
irritation.
– Nyeri dengan dorsiflexion from
35° – 70° – intradural problem
(usually IVD lesion).
– Nyeri tumpul paha posterior -
tight hamstring.
Sicard's Sign
• If the SLR is positive, lower the leg to just below the point of
pain and quickly dorsiflex the great toe.
• Mempertajam hasil lasegue test, interpretasi sama dengan
lasegue.
Valsalva Maneuver
• Increases intrathecal
pressure.
• Aggravates pain caused
by pressure on cord or
roots.
Naffziger’s Test
• Penderita dalam posisi
tegak dilakukan
penekanan pada vena
jugularis dan meminta
pasien mengejan,
positif bila terasa nyeri
radikular pada radiks
saraf yang sakit.
• Patrick Test (FABER) and contra-patrick test
– Deteksi kondisi patologis dari sendi paggul dan sakroiliaka.
– Pemeriksaan (+) jika terasa nyeri pada salah satu atau kedua
sendi tersebut.
LETAK LESI…
DIAGNOSIS BRACHIAL PLEXUS PALSY
JAWABAN:
D. PLEXUS BRACHIALIS
• Pasien terjatuh dari motor dan mengalami
kelumpuhan kedua lengan atas dan
bawah.
• Saraf yang paling mungkin mengalami
kelumpuhan adalah plexus brachialis.
• N. medianus Ape thumb/ monkey hand.
• N. radialis drop hand.
• N. ulnaris claw hand.
• Lumbosacral pasien akan mengalami
gangguan neurologis setinggi pinggang ke
bawah.
Plexus Brachialis
• It is a network of nerves passing through the cervico-axillary
canal to reach axilla and innervates brachium (upper arm),
antebrachium (forearm) and hand.
• Brachial plexus is a somatic nerve plexus formed by the union
of anterior rami of C5,C6,C7,C8 and T1.
• The formation of brachial plexus begins just distal to the
scalenus muscles.
Function:
• The brachial plexus is responsible for cutaneous and muscular
innervation of the entire upper limb, with two exceptions:
– the trapezius muscle innervated by the spinal accessory nerve (CN
XI) and
– an area of skin near the axilla innervated by the intercostobrachial
nerve.
Epidemiology
• In most large series, motorcycle accidents are the most common
cause 70%.
• In 20% cases a/w rupture of subclavian or axillary artery.
• Spinal cord injury is reported in 2% - 5% cases.
Netter 1997
Lower Brachial Plexus Injury – Klumpke’s Palsy
• Much rarer than UBPIs and Erb’s Palsy
• Loss of C8 & T1 results in major motor deficits in the
muscles working the hand: “claw hand”
• Loss of sensation to medial aspect of UE
• Sometimes ptosis or full Horner’s syndrome
• Much rarer (1%) but poorer prognosis
“claw
hand”
Netter 1997
Total Brachial Plexus Injury
• Complete paralysis of
the shoulder, arm, and
hand, lack of sensation,
and circulatory
problems due to
damage of all brachial
plexus nerve roots.
• If there is bilateral
paralysis, spinal injury
sgould be suspected.
74
• Perempuan 20 thn, dengan keluhan nyeri pada wajah
sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu
• Nyeri panas dan terbakar
• Nyeri ini timbul ketika pasien disentuh daerah pipi dan
dagu serta ketika pasien menggosok gigi
• Pada pemeriksaan neuro dalam batas normal
DIAGNOSIS...
DIAGNOSIS NEURALGIA TRIGEMINAL
JAWABAN:
A. ALODINIA
• Pasien dengan keluhan nyeri pada wajah
sebelah kanan sejak 3 bulan yang lalu.
Wajah terasa panas dan terbakar saat
daerah pipi disentuh atau saat sikat gigi.
• Diagnosis yang sesuai adalah neuralgia
trigeminal dan yang dialami pasien adalah
alodinia, yakni rangsang nyeri yang muncul
saat diberikan rangsangan yang normalnya
tidak menimbulkan nyeri, seperti raba atau
sentuhan.
• Anestesia pasien tidak dapat merasakan rasa
nyeri.
• Hipostesia respon pasien terhadap suatu
rangsangan sensorik berkurang.
• Parastesia rasa tidak nyaman berupa
kesemutan.
• Hiperalgesia saat diberikan rangsang nyeri
(mis: tusukan jarum), pasien merespon nyeri
tersebut secara berlebihan, sehingga nyeri
terasa lebih berat.
Neuralgia Trigeminal (Tic Douloureux)
75
• Perempuan 55 thn, dengan keluhan baal di kedua kaki
sejak 1 bulan yang lalu
• Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 5 tahun yang
lalu
• Pemeriksaan neurologi hipestesi stoking gloves kaki kanan
dan kiri
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS NEUROPATI DM
JAWABAN:
B. EMG
• Pasien 55 tahun dengan riwayat DM sejak 5
tahun yang lalu, mengeluhkan baal di kedua
kaki sejak 1 bulan.
• Pemeriksaan status neurologis didapatkan
hipestesi pada kedua pedis.
• Diagnosis yang sesuai pada kasus ini adalah
neuropati DM.
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis tersebut EMG.
• Fungsi dari EMG antara lain: lokalisasi lesi,
spesifik diagnostik Informasi, keparahan dari
lesi, dan evaluasi pengobatan
• MRI dapat mengetahui derajat kerusakan
saraf yang dialami pasien, namun EMG memiliki
fungsi yang lebih komprehensif.
• EEG digunakan untuk diagnosis kejang dan
epilepsi.
• CT Scan kurang sensitif untuk mendeteksi
kerusakan saraf.
• HbA1C untuk evaluasi dan prognosis
komplikasi DM secara umum.
Neuropati Diabetikum
• Neuropati diabetikum merupakan komplikasi yang paling sering
pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien dengan DM
tipe 1 dan tipe 2.
• Neuropati diabetika perifer meliputi gejala atau tanda- tanda
disfungsi pada saraf perifer pada penderita diabetes mellitus
setelah penyebablainnya disingkirkan.
• Neuropati perifer simetrik yang mengenai systemsaraf motorik
serta sensorik ekstremitas bawah yang disebabkan oleh
jejas sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan akson saraf.
• Neuropati otonom dapat menimbulkan impotensi seksual yang
bersifat fokal (mononeuropati diabetik) paling besar
kemungkinannya disebabkan olehmakroangiopati
Faktor Resiko
• Hiperglikemia
• Kerusakan pembuluh darah
• Dislipidemia
• Hipertensi
• Penyakit kardiovaskular
• Gaya hidup
612
Klasifikasi Diabetic Neuropathy
• Autonomic neuropathy
613
614
Symmetric Polyneuropathy
• Bentuk paling lazim dari diabetic neuropathy
• Mengenai ekstremitas bawah distal dan
tangan (“stocking-glove” sensory loss)
• Gejala/tanda
– Nyeri, rasa terbakar pada feet, leg, hand, arm
– Numbness
– Tingling
– Paresthesia
615
DOC
76
• Laki-laki 20 thn, terjatuh saat naik pohon kelapa
1 jam yang lalu
• PF: didapatkan rangsang propioseptif normal
disertai dengan parestesi, kekuatan ekstremitas
atas 2/2/2/2, bawah 4/4/4/4
DIAGNOSIS...
DIAGNOSIS CENTRAL CORD SYNDROME
JAWABAN:
C. CENTRAL CORD SYNDROME
• Pasien ini kemungkinan mengalami Central cord
syndrome karena:
– kekuatan ekstremitas atas 2/2/2/2, bawah 4/4/4/4
– rangsang propioseptif normal disertai dengan parestesi
• Central cord syndrome Defisit neurologis
motoric dan sensorik, namun gejala pada
ekstrimitas atas lebih berat dibandingkan
ekstrimitas bawah.
• Mekanisme traum yang paling sering terjadi adalah
hiper-ekstensi cervical.
• Ekstrimitas atas dapat mengalami kelumpuhan
motoric tipe LMN disertai hilangnya rangsang suhu
dan nyeri, sedangkan ekstrimitas bawah mengalami
kelumpuhan motoric tipe UMN dengan deficit
sensorik yang lebih ringan.
• Brown-Séquard’s syndrome (BSS) terjadi
karena hemisection dari medulla spinalis akibat trauma
tembus (baik karena pisau maupun luka tembak) atau fraktur
tulang belakang
– parase motorik ipsilateral dibawah lesi, hilangnya fungsi sensorik
untuk nyeri, temperatur, dan raba pada kontralateral dari lesi, dan
hilangnya fungsi proprioseptif ipsilateral dari lesi.
• Anterior cord syndrome paralisis bilateral setinggi lesi
disertai hilangnya fungsi sensorik nyeri, suhu, serta bladder
dysfunction
– Namun pasien masih dapat merasakan fungsi proproseptif, raba,
dan tekanan.
• Posterior cord syndrome hilangnya rangsang proprioseptif,
raba, dan tekanan setinggi lesi ke bawah.
• Cauda equina syndrome (ECS) adanya disfungsi miksi dini
dan saddle-type anesthesia, kelemahan flaccid ekstremitas
bawah yang simetris, nyeri hebat
Klasifikasi Trauma Medula Spinalis
• Berdasarkan tipe dan lokasi trauma:
– Komplit (Grade A)
• Unilevel
• Multilevel
– Inkomplit (Grade B, C, D, E)
• Cervico medullary syndrome
• Central cord syndrome
• Anterior cord syndrome
• Posterior cord syndrome
• Brown Sequard syndrome (Hemicord)
• Conus Medullary Syndrome
– Complete Cauda Equina Injury (Grade A)
– Incomplete Cauda Equina Injury (Grade B, C, D)
Chin LS. Spinal Cord injuries. Emedicine. 2018.
PERDOSKI. Konsensus nasional penanganan trauma kapitis dan trauma spinal. 2006.
Tipe-tipe
cedera
spinal
www.apparelyzed.com
Sci.Rutgers.edu
Central Cord Syndrome
• Paresis lengan > tungkai
• Otot distal > proksimal
• Gangguan sensorik bervariasi
• sembuh spontan
Sacral
sparing
GEJALA KLINIK
• Anterior Cord Syndrome
– Paralisis komplit yang
mendadak dengan
hiperestesia pada tingkat
lesi, dibawah lesi ada rasa
raba, merupakan kasus
yang harus dintervensi
operasi secara dini.
• Posterior cord syndrome
– Jarang ada, kelemahan dr
batas lesi kebawah
Gangguan proprioseptik
Brown-Sequard Syndrome
• Kausa tersering trauma tembus,
kompresi ekstrinsik
• Gejala&Tanda:
– Gangguan ipsilateral: Motorik,
proprioseptif (raba&tekan)
– Gangguan kontralateral: eksteroseptif
(nyeri&suhu)
Conus Medullaris Syndrome Cauda Equina Syndrome
DIAGNOSIS...
DIAGNOSIS TIA
JAWABAN:
A. TIA
• Laki-laki 60 tahun, datang dengan keluhan
anggota gerak sisi sebelah kanan
mengalami kelumpuhan 1 jam yang lalu.
Didapatkan hipertensi.
• Namun pada pemeriksaan di RS tidak
ditemukan defisit neurologis.
• Diagnosis yang paling mungkin pada kasus
ini adalah TIA.
• Stroke hemoragik dan iskemik: gejala defisit
neurologis akan menetap, dan diagnosis
ditegakan dengan CT Scan kepala.
• Perdarahan epidural: gejala khas adalah adanya
interval lucid. Hasil CT Scan: Gambaran
Biconvex Hiperdens.
• Perdarahan subdural: terjadi akibat robekan
pada bridging vein. CT Scan kepala didapatkan
hasil crescent shape hyperdens
Stroke Iskemik -- Infark
• Saat serangan stroke
terjadi kerusakan sel otak di
daerah tertentu segera.
• Daerah yang rusak tersebut
dinamakan infark.
• Kerusakan akan terjadi
beberapa menit – jam
setelah serangan terjadi.
• Penumbra:
• Area dimana masih ada aliran
darah namun tidak mencapai
batas optimal.
• Berpotensi untuk menjadi
infark.
• Merupakan target
penanganan fase akut.
63
635
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila (2012)
• Transient Ischemic Attack (TIA)
• defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otaksepintas dan
menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebihdari 24 jam.
• Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
• defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung
lebih dair 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 72 jam.
• Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
• deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai
maksimal dalam beberapa jam hingga beberapa hari4.
• Stroke in ResolutionStroke in resolution:
• deficit neurologik fokal akut karena
gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan
dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bebrapa hari.
• Completed Stroke (infark serebri):
• defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah otak
yang secara cepat menjadi stabil tanpamemburuk lagi
Manajemen TIA
• Tujuan tatalaksana TIA adalah untuk menurunkan
angka kejadian stroke setelah adanya serangan TIA.
• Tatalaksana TIA
– Modifikasi faktor risiko: tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, kolesterol, merokok, alkohol, konsumsi garam dan
lemak, dan aktifitas fisik.
– Antiplatelet:
• Rekomendasi Aspirin (50-325mg/ day) monoterapi atau dapat
diberikan kombinasi Aspirin 25 mg dan Dipyridamol 20mmg twice
daily. Terapi antiplatelet dapat diberikan selama 1 tahun.
• ABCD2 Score untuk menilai risiko terjadinya stroke
pasca TIA.
https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/STR.0000000000000024
78
• Laki-laki 39 thn dengan keluhan sakit kepala sejak 5 hari yang
lalu, keluhan disertai mual dan sakit kepala berputar hingga
terjatuh, keluhan sakit kepala berputar dirasakan sudah 3
bulan terakhir
• Pemeriksaan neurologis papil edema (+), nistagmus horizontal
(+), tes rebound (+), tanda tanda vital dalam batas normal
• Pemeriksaan radiologis di temukan massa/tumor
LETAK LESI…
DIAGNOSIS CEREBELLUM TUMOR
JAWABAN:
C. CEREBELLUM
• Pusing berputar disertai mual vertigo
• Papil edema (+) ada kelainan sentral
kemungkinan vertigo tipe sentral
• Nistagmus horizontal (+), tes rebond (+)
kemungkinan berasal dari kelainan
serebelum
• Pemeriksaan radiologis ditemukan tumor
tumor intracranial
• Kemungkinan lokasi tumor: cerebellum
• Korteks motorik akan menyebabkan gangguan
motorik berupa hemiparesis/ paralisis N. VII.
• Lobus frontal pasien memiliki gangguan dalam
mengambil keputusan, mengontrol emosi, dan
gangguan afasia motorik.
• Lobus oksipital biasanya akan mengalami
gangguan penglihata berupa pandangan ganda/
hemianopsia.
• Tumor cerebellopontine angle dapat juga
menyebabkan vertigo namun disertai tinnitus dan
hilang kemampuan mendengar
CEREBELLUM TUMOR
• Tumor pada SSP dapat diklasifikasikan sebagai jinak atau ganas, dan dapat
ditemukan pada semua usia, terutama pada dewasa.
• Tumor cerebellum diketahui merupakan tumor SSP yang paling sering terjadi pada
anak, namun jarang pada dewasa.
• Tumor pada serebellum merupakan salah satu lesi yang berbahaya karena
menyebabkan kompresi pada serebelum dan batang otak, termasuk juga
menyebabkan obstruksi cairan CSF
• Gejala klinis bergantung pada ukuran, lokasi, dan usia.
• Pada neonatus pada umumnya berupa fetal distress, sedangkan pada bayi dapat
berupa gangguan pertumbuhan dan perkembangan serta muntah.
• Pada anak dapat ditemukan adanya hidrosefalus akibat adanya obstruksi pada
aliran CSF
• Sedangkan pada remaja dan dewasa gejala yang umum ditemukan adalah
peningkatan TIK berupa nyeri kepala, mual, muntah, dan papil edema, yang
kemudian dapat berlanjut menjadi hidrosefalus sekunder akibat obstruksi CSF.
• Temuan pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah gait and truncal ataxia,
dysmetria, dan nystagmus
DIAGNOSIS...
DIAGNOSIS MIGRAIN DENGAN AURA
JAWABAN:
C. MIGRAIN DENGAN AURA
• Nyeri kepala sebelah kiri, berdenyut dan
menjalar ke tengkuk migrain.
• Nyeri kepala disertai mual dan muntah
sehingga mengganggu pekerjaan pasien
migrain sedang-berat.
• Melihat bintik bintik hitam aura
• Tidak ada kelainan sentral menunjukkan
nyeri kepala primer
• Diagnosis: migrain dengan aura
• Cluster headache nyeri kepala sebelah terutama
area periorbital yang terjadi secara episodik,
disertai gejala autonom seperti mata merah berair
dan rhinorrea.
• Migrain tanpa aura gejala migrain yang tidak
disertai aura sebelum serangan terjadi. Disebut
juga common migrain.
• Migrain opthalmoplegi suatu kelainan yang
jarang terjadi, yakni adanya paralisis nervus
okulomotor rekurens yang menyertai serangan
migrain.
• Tension type headache nyeri kepala bersifat
tegang/ seperti terikat, biasanya di area belakang
kepala, hingga tengkuk.
Migrain
Olesen J et al. The International Classification of Headache Disorders 3rd edition. International Headache Society . 2013
• Migren: nyeri kepala primer dengan kualitas vaskular (berdenyut), diawali
unilateral yang diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan tidur dan
depresi
• Penyebab Idiopatik (belum diketahui hingga saat ini) :
• Gangguan neurobiologis
• Perubahan sensitivitas sistem saraf
• Avikasi sistem trigeminalvaskular
• Pada wanita migren lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala 2:1.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18813707
Kriteria Diagnosis Migrain
Alur Tatalaksana Migrain Akut
Gilmore B, Michael B. Treatment of Acute Migrain. AAFP Volume 83, Number 3 . 2011
Tatalaksana Migrain
A. Terapi abortif migrain:
a) Abortif non spesifik : analgetik, obat anti-inflamasi non
steroid (OAINS)
b) Abortif spesifik : triptan, dihidroergotamin, ergotamin,
diberikan jika analgetik atau OAINS tidak ada respon.
B. Terapi profilaksi migrain:
– Prinsip umum :
• Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum
untuk meminimalkan efek samping.
• Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi.
• Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid
pasien.
• Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan secara
bertahap.
A. Terapi Abortif Migrain
No Golongan Obat Dosis Keterangan
1. Analgetik dan OAINS
a. Aspirin 500-1000mg per 4-6 jam LOE A
b. Ibuprofen 400-800mg per 6 jam LOE A
c. Paracetamol 500-1000mg per 6-8 jam LOE B
d. Diklofenak 50-100mg Sediaan Powder
2. Antimuntah Mengurangi mual / muntah &
a. Metoklopramid 10mg per oral meningkatkan pengosongan
b. Domperidon 10mg p.o atau 30mg supp lambung (LOE B)
3. Triptan
a. Sumatriptan 30mg LOE A
b. Eletriptan 40-80 mg LOE A
c. Rizatriptan 10 mg LOE A
4. Ergotamin Ergotamin tidak
direkomendasikan untuk
migrain akut (LOE A)
Badan Genikulatum
Kerja sama gerak antar otot lidah, bibir, pita suara dan
otot-otot yang membuka dan menutup mulut bersimpang
siur, sehingga kelancaran kalimat dan konyinuitas kalimat
yang diucapkan sangat terganggu
Keterangan
CT Scan courtesy: University of Texas Health Science Center at San Antonio, Department of Neurosurgery
DIAGNOSIS...
DIAGNOSIS STROKE INFARK TROMBUS
JAWABAN:
B. STROKE INFARK TROMBUS
• Kelemahan pada tangan dan tungkai kiri sejak 2 jam
yang laluhemiparesis sinistra
• Keluhan di awali sejak bangun tidur seringkali
menjadi gejala dari stroke iskemik tipe thrombosis
• Disertai baal pada wajah, tangan dan kaki
kiriparaesthesia
• Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu faktor resiko
aterosklerosis.
• Hemiparesis sinistra, parese VII dan XII lesi UMN
lokasi lesi pada SSP.
• Stroke iskemik tipe trombosis terjadi saat tidur, saat
pasien relative mengalami dehidrasi dan dinamika
sirkulasi menurun.
• Gejala dan tanda akibat stroke iskemik ini bergantung
pada lokasi sumbatan dan tingkat aliran kolateral di
jaringan yang terkena dan berkaitan dengan lesi
aterosklerotik
• Stroke iskemik tipe emboli disingkirkan karena
tidak adanya riwayat aritmia dan paresis berat yang
terjadi mendadak saat aktivitas.
• Stroke hemoragik disingkirkan karena tidak
adanya TD yang tidak termasuk krisis dan tidak ada
penurunan kesadaran.
• Perdarahan Subarachnoid ciri khas berupa
adanya nyeri kepala hebat, disertai tanda rangsang
meningeal yang positif, dan star sign pada CT Scan.
• Perdarahan intraventrikel perdarahan pada
sistem ventrikel yang dapat diakibatkan oleh
adanya trauma atau perdarahan intrakranial.
Stroke
“Suatu sindroma klinis yang ditandai oleh
gangguan fungsi otak fokal maupun global
mendadak berlangsung lebih dari 24 jam,
mempunyai kecenderungan perburukan bahkan
kematian yang diakibatkan oleh satu-satunya
gangguan vaskuler”
Atherothrombotic
disease (20%)
SAH (41%)
Embolism
(20%)
69
693
Gejala Stroke
• Kelumpuhan mendadak wajah atau anggota badan (pada
umumnya sesisi – hemiparesis)
• Gangguan bicara/komunikasi mendadak ( disartria atau afasia)
• Gangguan sensibilitas (kebas atau kesemutan)
• Gangguan status mental (kesadaran menurun)
• Gangguan penglihatan (buta satu, dua mata atau sesisi)
• Gangguan keseimbangan (vertigo, ataksia )
• Gangguan daya ingat (amnesia,dll)
69
694
Deteksi dini Stroke:
Cincinnati Prehospital Stroke Scale (CPSS).
1. Facial droop. Suruh pasien tersenyum atau
memperlihatkan gigi.
2. Arm drift. Suruh pasien mengangkat tangan
90º dari tubuh dan tahan 10 detik.
3. Slurred speech. Suruh pasien mengulang
kalimat sederhana.
4. Time. Segera mencari RS terdekat.
FAST
69
695
ILMU PSIKIATRI
85
• Seorang perempuan 18 tahun mengamuk di kampus sejak
1 jam yang lalu.
• Sejak 3 minggu yang lalu pasien dikatakan sering terlihat
berbicara sendiri dan mendengar suara-suara yang
mengaku ingin memperkosa pasien, sehingga pasien
terlihat ketakutan.
• Sekitar 2 bulan lalu, pasien putus dengan pacarnya karena
di tinggal menikah.
TERAPINYA…
DIAGNOSIS AGITASI
JAWABAN:
A. HALOPERIDOL IM
• Pada pasien kasus diatas tampak mengalami gaduh
gelisah dimana terdapat kondisi mengamuk sejak
1 jam yang lalu. Pasien tampak ada gejala psikotik
yakni kondisi halusinasi sejak 3 minggu lalu dan bisa
jadi dipicu stressor yakni putus ditinggal menikah
pacarnya 2 bulan yang lalu.
• Pada kondisi agitasi maupun agresi (gaduh gelisah)
yang masuk ke IGD, penting biasanya dilakukan
penilaian PANSS-EC yang akan membantu dokter
dalam memberikan penanganan awal pada pasien
untuk menenangkan pasien.
• Pada pasien dapat diberikan restrain kimiawi
berupa Haloperidol IM (namun jangan pilih
haloperidol decoanate yang sifatnya long acting).
• Benzodiazepin seperti diazepam ataupun
lorazepam bisa saja diberikan, namun biasanya
sediaan IM baik tunggal (bila tidak ada
haloperidol) ataupun kombinasi dengan
haloperidol IM (pada PANSS-EC 6-7).
• CPZ merupakan generasi pertama anti psikotik,
bisa digunakan, tapi sediaanya tidak bisa per
oral
• Risperidon dan Aripiprazole yang merupakan
antipsikotik generasi 2 tidak diberikan pada
kasus gawat darurat psikiatri
GADUH GELISAH dan AGITASI
• Definisi: Aktivitas motorik atau verbal yang berlebih yang sifatnya tidak
bertujuan.
• Agresi: bagian dari gaduh gelisah seperti agitasi, namun biasanya akan ada
tindakan/perilaki fisik maupun verbal sengaja/terencana untuk menyakiti
atau merusak
• Dapat berupa:
– Hiperaktivitas
– Menyerang
– Verbal abuse, memaki-maki
– Gerakan tubuh dan kata-kata mengancam
– Merusak barang
– Berteriak-teriak
– Gelisah, bicara berlebih
• Kondisi Berat Agitasi
– Tindakan kekerasan atau merusak
– Distres berat
– Mencelakai diri sendiri, keluarga, atau orang lain
Positive and Negative Syndrome
Scale (PANSS-EC)
• Consists of 5 items:
– excitement,
– tension,
– hostility,
– uncooperativeness, and
– poor impulse control.
• rated from 1 (not present) to 7 (extremely
severe);
• scores range from 5 to 35;
– mean scores ≥ 20 clinically correspond to severe
agitation.
http://www.medscape.com/viewarticle/744430_2
Tatalaksana Agitasi
• Bila skor PANSS-EC berkisar pada skor 2-3, maka
dilakukan persuasi dan medikasi oral.
– Haloperidol 2x5 mg untuk pasien dewasa
– Haloperidol 0,5 mg atau Lorazepam 0,5 mg untuk anak dan
remaja
TILIKANNYA…
DIAGNOSIS OCD
JAWABAN:
D. TILIKAN DERAJAT 4
• Pada kondisi pasien diatas dengan keluhan
selalu merasa cemas dan gelisah serta
kesulitan mengendalikan diri untuk tidak
melakukan perilaku berulang berupa obsesi
dan kompulsi (mengecek pintu berulang,
mencuci tangan berulang, berpenampilan
sama atas dan bawahan) merupakan kondisi
Obsessive Compulsive Disorder.
• Pada pasien ini, mengingat pasien menyadari
hal tersebut tidak baik namun belum dapat
melawan keinginan, serta tidak paham
penyebab hal ini biasanya termasuk dalam
tilikan 4.
• Pada tilikan 1 pasien menyangkal dirinya sakit
• Pada tilikan 2 pasien menganggap dirinya
antara sakit atau tidak sakit (ambigu)
• Pada tilikan 3 pasien menyalahkan orang lain
atau factor lain sebagai penyebab sakitnya
• Pada tilikan 5 biasanya pasien menyadari dan
tahu faktor berhubungan dengan penyakitnya
meski tidak menerapkan dalam perilaku praktis.
87
• Seorang laki-laki berusia 28 tahun. Sejak 5 hari yang lalu
penderita mengalami perubahan tingkah laku berupa sulit
tidur, sering bicara sendiri, mondar-mandir dan marah-
marah tanpa sebab.
• Penderita merasa kerasukan arwah neneknya yang sudah
meninggal, sehingga perbuatannya sering dikendalikan oleh
arwah tersebut.
• Dari pemeriksaan status psikiatri didapatkan adanya waham
kendali pikir, waham sisip pikir , dan halusinasi auditorik.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS PSIKOTIK AKUT
JAWABAN:
PSIKOTIK AKUT
• Pada kasus diatas dimana pasien tampak
dibawa dengan perubahan perilaku,
peningkatan psikomotor (pasien mondar
mandir dan marah tanpa sebab jelas),
serta adanya waham kendali pikir (pasien
merasa perbuatan dikendalikan arwah
neneknya),
• Waham sisip pikir, serta halusinasi
auditorik, mengarahkan pada kondisi
psikotik.
• Mengingat baru dialami selama 5 hari saja,
maka termasuk gangguan psikotik akut.
• Gangguan afek dapat ditemukan pada skizofrenia
herbefrenik dimana afek pasien tidak sesuai
• Pada skizofrenia, meski ada waham dan halusinasi,
namun diagnosisnya memerlukan gejala diatas terjadi
selama kurun waktu 1 bulan atau lebih. Begitu pula
gangguan waham menetap yang ditegakkan bila satu
atau lebih waham dialami selama 1 bulan atau lebih,
serta tidak memenuhi kriteria skizofrenia.
• Pada gangguan waham menetap tidak akan ditemukan
halusinasi, hanya waham selama 3 bulan
• Pada gangguan mental organic harus ada hasil
pemeriksaan otak seperti CT Scan atau MRI yang
menandakan kelainan
PSIKOTIK AKUT
• Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti
gangguan psikotik akut, harus ada setidaknya
satu dari gejala di bawah ini:
1. Halusinasi
2. Waham
3. Agitasi atau perilaku aneh (bizarre)
4. Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
Dengan lama episode >1 hari, tetapi <1 bulan.
PPDGJ-III
Gangguan Psikotik Akut (DSM 5)
Kriteria Diagnosis
A. Terdapat satu atau lebih dari gejala berikut, minimal satu harus
merupakan gejala 1, 2 atau 3:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara tidak terkoordinasi (inkoherensia, dsb)
4. Perilaku aneh atau katatonia
B. Durasi gangguan minimal satu hari namun kurang dari 1 bulan,
dengan kembalinya kemampuan fungsional hingga normal, seperti
sebelum gejala timbul
C. Gangguan tidak disebabkan oleh gangguan depresi mayor atau
bipolar dengan gejala psikotik, atau gangguan psikotik lainnya
seperti skizofrenia atau katatonia, dan bukan merupakan efek obat-
obatan atau kondisi medis lain.
88
• Seorang laki-laki, 3 hari terakhir ini pasien tidak
mau bekerja, suka menyendiri.
• Pasien merupakan pengguna napza, nafsu makan
meningkat, mata merah dan mulut kering.
Cannabis Intoxication
Management
• The management of cannabis (marijuana) intoxication consists of
supportive care.
• Gastrointestinal decontamination not recommended
• Mild intoxication
– Mild intoxication with dysphoria can be a common presentation in either
naïve or chronic marijuana users after ingestion or inhalation of a high-
potency product such as an edible or concentrate.
– Most patients can be managed:
• with a dimly lit room, reassurance, and decreased stimulation.
• Short-acting benzodiazepines (eg, lorazepam) can be helpful in controlling symptoms
of anxiety and have a low side effect profile.
• Severe intoxication
– Severe physiologic effects are rare after cannabis use and their presence
should prompt the clinician to consider coingestion of other recreational drugs
including cocaine, amphetamines, and phencyclidine or coexisting mental
illness.
– Marked agitation or combativeness not responsive to reassurance and
benzodiazepines may necessitate the use of other medications, depending
upon the cause, and is rarely encountered with intoxication from cannabis
alone.
• Most symptoms after acute marijuana use in adults and adolescents
resolve within a few hours and will not require hospital admission.
89
• Seorang laki-laki dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan
yang lalu,
• Pasien juga merasa khawatir, gelisah dan sering berdebar-
debar, pusing dan mual.
• Pasien sering merasa khawatir dia akan jatuh sakit berat.
• Pada pemeriksaan fisik dan laboraturim tidak ditemukan
kelainan dan dalam batas normal.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
JAWABAN:
E. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
• Pasien ini mengalami gejala kecemasan
berupa khawatir akan nasib buruk (sakit
berat) yang ditandai dengan adanya gejala
ketegangan motorik (gelisah), dan
overaktivitas otonom (mual, sesak,
berdebar-debar dan pusing).
• Berdasarkan gejala tersebut pasien dapat
digolongkan mengalami gejala gangguan
cemas menyeluruh.
• Tidak dipilih gangguan cemas/ansietas karena
terlalu luas, biasa gejalanya hanya kekhawatiran
akan suatu hal yang buruk akan segera terjadi,
biasa menyebabkan sulit konsentrasi dan insomnia
• Pada gangguan somatisasi akan ditemukan
beberapa keluhan seperti gejala nyeri,
gastrointestinal, seksual dan neurologis. Menurut
PPDGJ-III, biasa keluhan ini muncul di bawah usia
30 tahun dan kurang tepat pada kasus pasien ini
karena penyebab predominan gejalanya adalah
kecemasan.
• Depresi tidak ada kriteria yang dijelaskan.
• Pada hipokondriasis pasien memiliki keyakinan
bahwa dia memiliki sebuah penyakit.
Ansietas
Diagnosis Characteristic
Gangguan fobik (F40) Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau situasi,
antara lain: hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera, dan
kematian.
Gangguan panik (F41) Serangan ansietas yang intens & akut disertai dengan perasaan akan
datangnya kejadian menakutkan.
Tanda utama: serangan panik yang tidak diduga tanpa adanya provokasi
dari stimulus apapun & ada keadaan yang relatif bebas dari gejala di
antara serangan panik.
Tanda fisis:Takikardia, palpitasi, dispnea, dan berkeringat.
Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit, jarang melebihi 1 jam.
Tatalaksana: terapi kognitif perilaku + antidepresan.
Gangguan cemas Ansietas berlebih terus menerus berlangsung setiap hari sampai bbrp
menyeluruh (F42) minggu disertai Kecemasan (khawatir akan nasib buruk), ketegangan
motorik (gemetar, sulit berdiam diri, dan sakit kepala), hiperaktivitas
otonomik (sesak napas, berkeringat, palpitasi, & gangguan
gastrointestinal), kewaspadaan mental (iritabilita).
PEDOMAN DIAGNOSIS
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (PPDGJ-III)
• Penderita harus menunjukan anxietas sebagai gejala primer yg harus
berlangsung setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan.
TATALAKSANANYA…
DIAGNOSIS CHRONIC MOTOR TIC DISORDER
JAWABAN:
E. RISPERIDON
• Pada kasus didapatkan pasien dengan gerakan
berkedip dan gerakan berulang yang lainnya yang
kemungkinan adalah ekstremitas sejak kecil
(>1tahun), kemungkinan diagnosis pada pasien ini
adalah Chronic complex motor tic disorder
• Terapi tambahan (menurut American Association of
Neurologist (AAN) Guideline 2019) bila diperlukan
adalah dopamine depleters seperti Tetrabenazine,
Central adrenergic inhibitors seperti clonidine,
injeksi botox pada otot tic atau penghambat
dopamin anti psikotik,
• Dipilih risperidone dibanding haloperidol karena
efek samping ekstrapiramidal yang lebih minim
• Tidak ada rekomendasi pemberian anti ADHD
metilfenidat menurut AAN, metilfenidat masih
memberikan hasil yang kontroversial pada tics,
begitu pula diazepam
• Sertraline dapat diberikan pada tics bila keluhan
disertai dengan OCD, yang tidak disebutkan
pada kasus ini
Tic Disorder
Simple motor tic: hanya melibatkan satu otot atau satu kelompok
otot, seperti mata berkedip-kedip
Motorik
Complex motor tic: melibatkan beberapa kelompok otot, seperti
lompat, mengocok
Tic
Simple phonic tic: hanya berupa bunyi atau vokalisasi
Phonic/vokalisasi sederhana seperti suara batuk, menelan, menghisap
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS SOMNABULISME
JAWABAN:
A. SOMNABULISME
• Pada kondisi anak tampak alami
somnambulisme atau sleep walking,
dimana anak ditemukan sering berjalan
saat dirinya sedang tidur.
• Banyak hal bisa sebabkan gangguan tidur
(parasomnia) ini, misalnya saja defisiensi
magnesium, stress, kurang tidur, jadwal
tidur tidak teratur atau kacau, dan lainnya.
• Pada opsi lainnya, pavor nocturnal dan sleep/night
terror adalah kondisi yang sama dimana pasien
bisa alami terbangun dari sepertiga awal tidur
malam diikuti teriakan dan kecemasan berlebihan,
namun tidak ingat terhadap episode mimpi.
• Berbeda pada nightmare yang biasanya ada kondisi
terjaga dari tidur berulang dengan ingatan
terperinci akan mimpi menakutkan.
• Pada hypersomnia, tidak dijelaskan pada kasus
diatas, dimana pasien akan alami mengantuk
berlbih pada siang hari meski tidur tidak kurang.
KLASIFIKASI GANGGUAN Insomnia
Disomnia Narkolepsi
Gangguan tidur
berhubungan
dengan pernapasan
Mimpi buruk/
nightmare
Disomnia:
Gangguan jumlah tidur
Teror tidur/ night
Parasomnia
terror
Parasomnia:
Adanya episode abnormal saat
Somnambulisme/
tidur sleep walking
F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking)
Penyebab
a) Kurang tidur (sleep deprivation)
b) Jadwal tidur yang tidak teratur/kacau (chaotic sleep
schedules)
c) Demam (fever)
d) Stres atau tekanan (stress)
e) Kekurangan (deficiency) magnesium
f) Intoksikasi obat atau zat kimia
92
• Pasien wanita berusia 21 tahun datang ke dokter karena
keluhan merasa sedih dan putus asa sejak melahirkan anak
pertamanya.
• Keluhan dialami sudah 3 hari sejak melahirkan anaknya.
• Ibu sulit tidur dan sering menangis terus menerus karena
merasa terbebani dengan anaknya yang baru lahir ini,
• Tetapi pasien masih berusaha merawat dan menyusui anaknya.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS POST PARTUM BLUES
JAWABAN:
B. POST PARTUM BLUES
• Pasien dengan keluhan mood depresif
berupa merasa sedih dan putus asa,
menangis terus menerus, sulit tidur, yang
dialami sejak 3 hari melahirkan, dapat
mengarahkan pada kondisi post partum
blues.
• Hal ini juga didukung dengan pasien yang
tampak masih mampu mengurus anaknya
seperti menyusui dan memandikan anak.
• Berbeda pada depresi post partum yang biasanya
keluhan ini dialami menetap lebih dari 2 minggu,
dan bahkan biasanya bisa berbulan bulan, serta
akan terdapat gangguan fungsi terjadi pada pasien.
DSM-IV-TR
OCD vs OCPD
• OCD:
– pikiran obsesif yang bersifat ego-distonik (membuat
penderitanya tidak nyaman) dan harus segera diwujudkan
dalam perilaku supaya penderitanya merasa nyaman.
– Dasar perilaku kompulsifnya adalah karena ansietas.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS EKSHIBISIONISME
JAWABAN:
B. EKSHIBISIONISME
• Pada kasus diatas termasuk dalam
gangguan parafilia (kondisi
gangguan/penyimpangan seksual
menyangkut dorongan seksual yang intens
melibatkan objek hingga aktivitas tidak
lazim yang diperlukan untuk mengalami
gairah seksual dan orgasme), yakni
ekshibisionisme.
• Hal ini dikarenakan pasien memperoleh
gairah seksual bila memperlihatkan genital
nya pada orang asing dan bila tidak
dilakukan timbul distress.
• Pada fetishism, maka untuk memperoleh dorongan
seksual pasien akan membutuhkan objek benda
mati misalnya pakaian dalam dan lainnya.
• Sementara pada frotteurism, akan muncul gairah
seksual dengan menyentuh atau menggesekkan
kelamin pada orang lain tanpa persetujuannya.
• Voyeurism melibatkan munculnya gairah seksual
bila pasien melihat orang lain tanpa busana atau
berhubungan seksual tanpa diketahui yang
bersangkutan.
• Sementara troilism mirip voyeurism, namun
dengan menyaksikan aktivitas seksual orang lain
sepengetahuan orang tersebut.
Pedoman Diagnosis
Ekshibisionisme (DSM-IV)
Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS NEUROLEPTIC MALIGNANT SYNDROME
JAWABAN:
E. NEUROLEPTIC MALIGNANT SYNDROME
• Pasien dengan kondisi diatas terdapat
riwayat penggunaan obat antipsikotik
(kemungkinan generasi pertama atau
tipikal), yang diikuti kondisi demam tinggi,
penurunan kesadaran, rigiditas otot
(katatonik dan peningkatan tonus otot),
dapat mengarahkan pada kondisi
neuroleptic malignant syndrome.
• Kondisi ini cukup jarang ditemukan, namun
bisa mengancam nyawa.
• Pada penggunaan antipsikotik tipikal, bisa
diikuti juga dengan efek samping lain seperti
gangguan dystonia, tardive dyskinesia, dan
parkinsonism.
• Namun umumnya kondisi ini tidak ada
penurunan kesadaran ataupun gejala sistemik
seperti demam seperti hal nya NMS.
SINDROM NEUROLEPTIK MALIGNA
http://emedicine.medscape.com/article/816018-overview
96
• laki-laki berusia 67 tahun dibawa karena tidak dapat
mengingat istri dan anaknya lagi.
• Padahal, ia tinggal satu rumah bersama dengan istri dan
anaknya.
• Kegiatan sehari-hari pasien sudah terganggu dan
memerlukan pertolongan dari istri dan anaknya.
• MMSE didapatkan hasil 13.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS DEMENSIA
JAWABAN:
C. DONEPEZIL HCL
• Pasien di atas mengalami demensia atas
dasar:
– adanya gangguan daya ingat (tidak dapat
mengingat istri dan anak yang tinggal bersama)
dan gangguan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari,
– skor MMSE 13 yang sudah termasuk moderate
cognitive impairment.
• Terapi medikamentosa untuk demensia
adalah pemberian obat golongan inhibitor
kolinesterase yaitu donepezil.
• Quetiapin, Haloperidol,
Risperidonantipsikotik atipikal
• FluoksetinSSRI, digunakan untuk terapi
depresi dan gangguan cemas
DEMENSIA
Pedoman diagnostik demensia (PPDGJ III):
• Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan
harian seseorang (personal activities of daily
living) seperti : mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
• Tidak ada gangguan kesadaran (clear
consciousness)
• Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling
sedikit 6 bulan
Klasifikasi Demensia Berdasarkan
Etiologinya
• Demensia pada penyakit Alzheimer
• Demensia vaskular
• Demensia pada penyakit Pick
• Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
• Demensia pada penyakit Huntington
• Demensia pada Penyakit Parkinson
• Demensia pada Penyakit HIV/AIDS
Demensia tipe Alzheimer prevalensinya paling besar (50-
60%), disusul demensia vaskular (20-30%).
Deteksi Dini Demensia
• Dengan menggunakan mini mental state
examination (MMSE)/ Folstein test.
https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-dementia#H23
97
• Pasien laki-laki 44 tahun, sering marah marah serta tidak tidur.
• Pasien merupakan pengguna alcohol, biasa konsumsi rutin
namun sudah 2 hari tidak minum alkohol.
• Saat ini pasien tampak agitasi dan ditemukan adanya
halusinasi, dengan kondisi delirium
• TD 150/90, HR 130 bpm, dan diaphoresis, serta demam suhu
38.8 derajat Celcius.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DELIRIUM TREMENS
JAWABAN:
A. DELIRIUM TREMENS
• Pada pasien didapatkan gejala delirium,
diaphoresis (yang merupakan
hiperaktivitas otonom) , agitasi dengan
halusinasi, yang kemungkinan besar
disebabkan akibat meminum alcohol, hal
ini disebut delirium tremens
• Delirium tremens adalah gejala delirium
yang muncul secara cepat, biasa ditandai
dengan delirium, berkeringat dan
gemetaran, dan juga dapat disertai
halusinasi
• Gejala withdrawal alcohol dapat muncul awal pada 6 jam
setelah putus atau lambat diantara 10-72 jam putus
alcohol. Pada gejala putus alcohol pasien akan sadar
tidak delirium seperti pada kasus di atas
• Pada intoksikasi alkohol akan ditemukan gejala seperti
slurred speech, gangguan koordinasi dan gerakan
berjalan, nystagmus, gangguan atensi dan memori
hingga koma. Tidak dipilih karena gejala muncul setelah
meminum alkohol dalam jumlah banyak
• Tidak ada istilah penyalahgunaan alkohol di psikiatri
• Wernicke korsakoff syndrome adalah gejala yang dapat
muncul pada pasien alkoholik atau kekurangan vitamin
B1, triasnya terdiri dari opthalmoplegia/gangguan
gerakan bola mata, confusion dan ataxia
Alcohol Withdrawal Syndrome
• Alchohol withdrawal terdiri dari 4 kategori:
– Minor withdrawal
• terjadi dalam 6-24 jam setelah konsumsi alcohol terakhir,
sebabkan tremor, cemas, mual, muntah, insomnia
– Major withdrawal
• alcoholic hallucinosis, biasanya terjadi 10-72 jam setelah
konsumsi alcohol terakhir, terdapat gangguan
kesadaran/tampak bingung, halusinasi auditorik dan visual,
tremor, muntah, diaphoresis, hingga hipertensi dan
takikardia
– Withdrawal seizures
• terjadi dalam 6-48 jam setelah hentikan alcohol
– Delirium tremens
• merupakan kondisi terberat dari ethanol withdrawal, berupa
gangguan kesadaran hingga hiperaktivitas autonom yang
bisa berlanjut hingga gagal kardiovaskular
Alcohol Intoxication (DSM)
A. Recent ingestion of alcohol.
B. Clinically significant maladaptive behavioral or psychological changes
(e.g., inappropriate sexual or aggressive behavior, mood lability,
impaired judgment, impaired social or occupational functioning) that
developed during, or shortly after, alcohol ingestion.
C. One (or more) of the following signs, developing during, or shortly after,
alcohol use:
D. (1) slurred speech
(2) incoordination
(3) unsteady gait
(4) nystagmus
(5) impairment in attention or memory
(6) stupor or coma
E. The symptoms are not due to a general medical condition and are not
better accounted for by another mental disorder.
Zat Withdrawal Syndrome (Putus Obat)
Minor withdrawal symptoms — CNS hyperactivity: insomnia, tremulousnes, mild anxiety,
Gastrointestinal upset, anorexia, headache, diaphoresis, palpitations (onset 6 to 36 hours after last
drink)
Withdrawal seizures — Single or brief flurry of generalized tonic-clonic seizures, short postictal period;
Alkohol status epilepticus rare (onset 6 to 48 hours after last drink)
Alcoholic hallucinosis — Visual, auditory, and/or tactile hallucinations with intact orientation and
normal vital signs (onset 12 to 48 hours after last drink)
Delirium tremens — Delirium, agitation, tachycardia, hypertension, fever, diaphoresis,
hallucinations may present (onset 48 to 96 hours after last drink)
Gastrointestinal distress – Abdominal cramps, diarrhea, nausea, and/or vomiting
Flu-like symptoms – Lacrimation, rhinorrhea, diaphoresis, shivering, and piloerection (goosebumps)
Sympathetic nerve and central nervous system arousal – Mydriasis, mild hypertension and
Opioid
tachycardia, anxiety and irritability, insomnia, agitation, restless leg syndrome, general restlessness,
tremor, and, less frequently, low grade temperature and tactile sensitivit
Other – Yawning, sneezing, anorexia, dizziness, myalgias/arthralgias, and leg cramps
Benzodiazepin Tremors, anxiety, perceptual disturbances, dysphoria, psychosis, seizures
Kanabis/ Irritability, anger, anxiety, depression, restlessness, sleep difficulty (eg, insomnia, vivid or disturbing
ganja/ dreams), decreased appetite or weight loss, abdominal pain, shakiness or tremors, sweating, fever or chills,
marijuana headache
Prominent psychological features, but is rarely medically serious.
Kokain - Symptoms include dysphoric mood, depression, suicidal thoughts, anxiety, fatigue, difficulty
amfetamin concentrating, anhedonia, craving, increased appetite, increased sleep, insomnia, and increased
dreaming.
Other sign &
Toxidrome Mental status Pupils Vital signs Examples of toxic agents
Symptoms
Hyperthermia, Cocaine, amphetamines,
Hyperalert, Diaphoresis,
SYMPATHO tachycardia, ephedrine,
agitation, tremors,
-MIMETIC/ Mydriasis hypertension, widened pseudoephedrine,
hallucinations, hyperreflexia,
STIMULANT pulse pressure, phenylpropanolamine,
paranoia seizures
tachypnea, hyperpnea theophylline, caffeine
Hallucinations,
Phencyclidine, LSD,
perceptual
Hyperthermia, mescaline, psilocybin,
HALLUCINO distortions, Mydriasis
tachycardia, Nystagmus designer amphetamines
GENIC depersonaliza- (usually)
hypertension, tachypnea (eg, MDMA ["Ecstasy"],
tion, synesthesia,
MDEA)
agitation
Bradypnea, apnea Hyporeflexia, Opioids (eg, heroin,
CNS depression, characteristic; may pulmonary morphine, methadone,
OPIOID Miosis
coma develop: hypothermia, edema, needle oxycodone,
bradycardia, hypotension marks hydromorphone),
Often normal, but may
CNS depression, develop: hypothermia, Benzodiazepines,
SEDATIVE-
confusion, Variable bradycardia, Hyporeflexia barbiturates, alcohols,
HYPNOTIC
stupor, coma hypotension, apnea, zolpidem
bradypnea
98
• Seorang pria berusia 25 tahun, diantar ke poliklinik dengan
keluhan hilang ingatan secara tiba-tiba.
• Hal ini terjadi setelah mengetahui bahwa ia di PHK dari
kantornya. Dari pemeriksaan didapatkan tanda vital dalam
batas normal dan kondisi fisik umum baik.
• Pada pemeriksaan CT Scan tidak dijumpai adanya
gangguan otak yang mendasar.
DIAGNOSISNYA…
DIAGNOSIS AMNESIA DISOSIATIF
JAWABAN:
C. GANGGUAN AMNESIA DISOSIATIF
• Pada pasien terdapat hilang ingatan atau
amnesia yang terjadi tiba tiba setelah
stressor berupa PHK, disertai pemeriksaan
CT scan kepala normal dapat mengarahkan
pada kondisi gangguan disosiatif/konversi
yakni gangguan amnesia disosiatif.
• Gangguan disosiatif biasanya merupakan
cara penanggulangan stress pada pasien ini
dan bukan hal yang secara sengaja
dilakuakan pasien (berbeda dengan
malingering).
• Pada fugue disosiatif juga umumnya akan ada
hilang ingatan, namun biasanya pasien juga
akan secara mendadak melarikan diri serta
memiliki identitas baru (fugure : melarikan diri)
• Disosiatif merupakan gangguan identitas jadi
tidak ada istilah redundan seperti gangguan
identitas disosiatif
• Tidak ada istilah gangguan motor disosiatif
Dissociative (Conversion) Disorder
• Gangguan disosiatif disebut juga dengan konversi karena
dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai
proses mental seperti:
– Identitas diri
– Memori
– Fungsi sensorik dan motoric
• Disosiasi adalah cara pikiran untuk menanggulangi stress
berlebih salah satu bentuk denial.
• Didahului oleh stressor/trauma.
• DSM-V:
1. Gangguan depersonalisasi/derealisasi
2. Amnesia disosiatif
3. Fugue disosiatif
4. Gangguan identitas disosiatif
5. Gangguan disosiatif lainnya
Gangguan Konversi
Amnesia disosiatif Tidak bisa mengingat detail personal yang penting dan
pengalaman yang berhubungan dengan kejadian traumatis
atau sangat menekan & tidak disebabkan oleh penyebab
organik.
Fugue disosiatif “Fugure” melarikan diri (bahasa Yunani). Individu
kehilangan seluruh ingatannya dan secara mendadak
meninggalkan rumah serta memiliki identitas baru.
Malingering Berpura-pura sakit atau melebih-lebihkan kondisi fisik yang sudah ada
sebelumnya dengan tujuan untuk mendapatkan kompensasi tertentu
(misalnya untuk mendapatkan cuti kerja).
Factitious disorder/ Berpura-pura sakit atau membuat dirinya sakit. Namun hal ini
Munchhausen dilakukan semata-mata untuk mendapatkan perhatian/ simpati dari
syndrome orang lain saja.
KULIT & PARASIT
99
• Perempuan 23 tahun keputihan warna putih
seperti gumpalan susu
• Gatal di daerah kemaluan
• Whiff test negatif
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS CANDIDIASIS VAGINALIS
JAWABAN:
B. CANDIDIASIS VAGINALIS
• Perempuan usia 23 tahun duh tubuh
putih bergumpal + tidak berbau + gatal
curiga infeksi jamur berupa kandidiasis
vaginalis
• Whiff test negative menyingkirkan
kondisi akibat bacterial vaginosis
• Maka pada pasien paling mungkin alami
kandidiasis vaginalis (opsi B)
• Bacterial vaginosis sindroma klinis akibat tergantinya
flora normal vagina menjadi bakteri anaerob batang
gram negatif (contoh Gardnerella vaginalis), duh tubuh
vagina biasanya putih homogen, melekat, berbau amis,
dan gatal
• Chancroid ulkus genital berupa ulkus mole akibat
Haemophilus ducreyi, biasanya berupa keluhan ulkus
dasar kotor dan mudah berdarah, terdapat nyeri tekan,
dengan tepi ulkus menggaung
• Sifilis infeksi Treponema pallidum, gejala pada sifilis
primer akan ada papul lentikuler, erosi, hingga ulkus
durum pada genitalia eksterna serta limfadenopati regio
inguinalis
• Cervicitis kondisi adanya peradangan serviks oleh
berbagai penyebab
Kandidiasis vulvovaginalis
• Terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian
antibiotik, pil KB, dan obat lainperubahan pH
vaginapertumbuhan candida
• Sering ditemukan pada wanita hamil, menstruasi, DM
• Gejala
- Mengenai mukosa vulva (labia minora) dan vagina.
- Bercak putih, kekuningan, hiperemia, leukore seperti
susu pecah, dan gatal hebat
- Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih
Kandidiasis vulvovaginalis
• Anamnesis:
1. Gatal pada vulva
2. Vulva lecet, dapat timbul fisura
3. Dapat terjadi dispareunia
• Pemeriksaan klinis:
Pada vulva dan vagina tampak:
Hiperemis
Dapat timbul fisura
Edema jika berat
Duh tubuh vagina, putih seperti susu, bergumpal, tidak berbau
Jika mengenai genitalia luar dapat dijumpai bercak/plak eritema
dengan lesi satelit
PPK PERDOSKI 2017
Kandidiasis vulvovaginalis
Kandidiasis vulvovaginalis
• Pemeriksaan Penunjang
Bahan dari duh tubuh vagina
yang berasal dari dinding
lateral vagina, dilakukan
pemeriksaan:
1. Sediaan apus dengan pewarnaan
Gram ditemukan blastospora
dan atau pseudohifa
2. Sediaan basah dengan larutan
KOH 10% ditemukan blastospora
dan atau pseudohifa
3. Kultur jamur dengan media
Saboraud
Jika menyusui?
• Tunda menyusui selama 12-24 jam
• Metronidazole 2 gram single dose setelahnya boleh menyusui
2015 STD Treatment Guideline CDC
101
• Laki-laki berusia 32 tahun muncul bercak kemerahan
diseluruh tubuh, awalnya muncul di lengan kemudian
menyebar ke seluruh tubuh
• Sekitar 1 minggu sebelumnya sempat flu
• Ditemukan papul eritematosa dan urtikaria, serta
ditengahnya terdapat bintik dengan gambaran lesi target
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS ERITEMA MULTIFORMIS
JAWABAN:
E. ERITEMA MULTIFORMIS
• Pasien laki-laki 23 tahun bercak
kemerahan awalnya dilengan kemudian
menyebar ke seluruh tubuh + papul
eritematosa dan urtikaria + lesi target
Eritema Multiforme
• Pada EM khas ada target-like lesions
• Terjadi biasanya setelah infeksi virus
pada pasien sekitar 1 minggu sebelum lesi
muncul ada gejala flu
• SJS sindrom mengenai kulit dan selaput lendir
orifisium dan mata, variatif dari ringan sampai berat,
(bisa ada misalnya eritema, vesikel, bula, hingga
konjungtivitis). Berbeda dengan EM, pada SJS biasanya
nikolsky sign positif
• Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
kemerahan, bula cepat pecah bentuk krusta, paling
sering menyerang usia muda (bayi), berhubungan
dengan toksin stafilokokkus
• Dermatitis Kontak Alergi dan Dermatitis Kontak Iritan
(DKA dan DKI) kumpulan gejala inflamasi/peradangan
pada kulit (gatal, eritema, vesikel, plak krusta, dan
lainnya) setelah kontak/terpajan bahan tertentu (alergen
atau iritan)
Erythema multiforme
• An acute, immune-mediated condition characterized by the
appearance of distinctive target-like lesions on the skin
• Hypersensitivity type IV
• Eritema multiforme
– EM major: EM with severe mucosal involvement (and may have
associated systemic symptoms, such as fever and arthralgias)
– EM minor: EM without (or with only mild) mucosal disease (and
without associated systemic symptoms)
• Etiology:
– Most commonly induced by infection (viral, bacterial, or fungal) for
approximately 90% of cases, with herpes simplex virus being the most
frequent precipitator
– Drugs induce EM in less than 10 percent of cases, most common
precipitators appear to be nonsteroidal anti-inflammatory drugs,
sulfonamides, antiepileptics, and antibiotics
https://www.uptodate.com/contents/erythema-multiforme-pathogenesis-clinical-features-and-
diagnosis?search=erythema%20multiforme&source=search_result&selectedTitle=1~150&usage_type=default&display_rank=1#H1
Symptoms
• Influenza like prodrome, • The hallmark of erythema
including moderate fever, multiforme (EM) is a
general discomfort, target lesion with
cough, sore throat, variable mucous
vomiting, chest pain, and membrane involvement
diarrhea • The lesions are
• Present for 1-14 days symmetrical,
before the cutaneous predominantly on the
eruption occurs acral extensor surfaces of
the extremities, and they
spread centripetally to
involve the abdomen and
back
Clinical
manifestation
• “Multiforme" describes the myriad
clinical manifestations
• EM lesions usually appear over the
course of three to five days and resolve
within approximately two weeks
• Cutaneous lesion
– Target lesions are the hallmark of the
disorder (may not always be present)
– Lesions may begin as round,
erythematous papules that evolve into
classic target lesions
– Usually asymptomatic, some patients
experience itching and burning
• Mucosal lesion
– Occurs in association with cutaneous
lesion (oral, ocular, and/or genital
mucosa)
– Erythema, painful erosions, and/or
bullae
Uptodate
Specific tests
• Nikolsky sign (-)
• Punch biopsy of target
lesions
– high density of cell
infiltrate rich in T-
lymphocytes
Management: acute episode
• Aim to improve symptoms (eg, pruritus, pain) and support resolution
because acute episodes typically spontaneously resolve within two
weeks
• Can be managed in the outpatient setting, except severe mucous
membrane in that prevents sufficient oral intake may require
hospitalization for nutrition and pain control
• Cutaneous involvement
– Topical corticosteroids medium-potency (trunk and extremities), or low-
potency (facial and intertriginous)
– Oral sedating antihistamine
• Mucous involvement
– Nondisabling oral involvement: painful oral erosions can be treated with a
high-potency topical corticosteroid gel and mouthwash (containing
lidocaine 2%, diphenhydramine, aluminum hydroxide and magnesium
hydroxide mixture)
– Disabling oral involvement: systemic glucocorticoids (adults consists of 40
to 60 mg per day of prednisone or its equivalent tapered over two to four
weeks)
Uptodate
102
• Laki-laki berusia 25 tahun, keluhan nyeri saat
berkemih serta terdapat luka di kemaluan
• Pernah berhubungan seksual dengan PSK
• Ulkus dasar kotor, mudah berdarah, serta nyeri tekan
• Pemeriksaan mikroskopik tampak gambaran school of
fish.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS CHANCROID
JAWABAN:
C. AZITROMISIN 1 GRAM PO SINGLE DOSE
• Pada pasien laki-laki 25 tahun nyeri saat
berkemih + luka kemaluan + riwayat hubungan
seksual berisiko (dengan PSK) curiga IMS
• Ulkus dasar kotor + mudah berdarah + nyeri
tekan biasanya ulkus mole atau chancroid
• Temuan gambaran mikroskopis school of fish
mendukung gambaran ulkus mole oleh
infeksi Haemophilus ducreyi
• Tatalaksana DOC Azitromisin 1 gram SD PO
• Ciprofloksasin bisa menjadi pilihan
alternative tatalaksana chancroid, namun
rekomendasi B dengan dosis 2x500 mg p.o
selama 3 hari
• Eritromisin bisa menjadi obat pilihan dnegan
dosis 4x500 mg p.o selama 7 hari (opsi B salah)
• Seftriakson bisa menjadi obat pilihan untuk
chancroid, dosis 250 mg injeksi intramuscular
dosis tunggal (opsi D salah)
• Amoksisilin tidak digunakan dalam penanganan
kondisi chancroid
Ulkus pada IMS
Ulkus Durum Ulkus Mole (Chancroid)
• Treponema pallidum (spiral) • Haemophilus ducreyi
• Dasar bersih (kokobasil, gram negatif)
• Tidak nyeri (indolen) • Dasar kotor, mudah berdarah
• Sekitar ulkus keras (indurasi) • Nyeri tekan
• Soliter • Lunak
• Multipel
• Tepi ulkus menggaung
Ulkus Mole (Chancroid)
Ulkus Mole: Penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut,
setempat disebabkan oleh Haemophillus ducreyi. Ulkus: kecil,
lunak, tidak ada indurasi, bergaung, kotor (tertutup jaringan
nekrotik dan granulasi)
PATOGENESIS :
• Masa inkubasi : 1-3 hari
• Port d’entrée merah papul pustula pecah ulkus
• Ulkus :
Multiple
Tidak teratur
Dinding bergaung
Indurasi +
Nyeri (dolen)
Kotor
2015 STD Treatment Guideline CDC
Prinsip diagnosis
• Diagnosis definitif adalah menemukan H. ducrei
dengan medium kultur spesifikTidak tersedia di
semua negara, sensitivitas <80%kurang efisien
• Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini:
1. Adanya 1 atau lebih ulkus genital yang nyeri
2. Limfadenopati regional tidak wajib ada
3. Terbukti tidak ada syphilis melalui
pemeriksaan lapang pandang gelap
4. HSV negatif
Erisipelas
Erisipelas vs Selulitis
ERISIPELAS SELULITIS
• Infeksi akut oleh Streptococcus • Infeksi akut terutama oleh
• Menyerang lapisan kulit atas (superfisial): Staphylococcus
dermis atas dan limfatik superfisial
• Tanpa purulensi
• Menyerang lapisan kulit yang lebih
dalam deeper dermis dan lapisan
• cenderung memiliki onset akut gejala dengan
manifestasi sistemik termasuk demam dan subkutan
menggigil • Bisa dengan atau tanpa purulensi
• Eritema merah cerah, batas tegas, pinggirnya • cenderung memiliki perjalanan yang
meninggi, tanda inflamasi (+) lebih lamban dengan perkembangan
• Predileksi: tungkai bawah gejala lokal selama beberapa hari.
• Lab: leukositosis • Infiltrat difus (batas tidak tegas) di
• Jika sering residif dapat terjadi elefantiasis subkutan, tanda inflamasi (+)
• Predileksi: tungkai bawah
• Lab: leukositosis
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 58-61
https://www.icgp.ie/assets/75/73F75322-D310-AFE8-B27BF2BFD39E293F_document/derma.pdf
Tatalaksana Pioderma
• Non medikamentosa
Mandi 2 kali sehari dengan sabun
Mengatasi/identifikasi faktor predisposisi dan keadaan komorbid,
misalnya infestasi parasit, dermatitis atopik, edema, obesitas dan
insufisiensi vena.
• Medikamentosa
• Prinsip: pasien berobat jalan, kecuali pada erisipelas, selulitis dan flegmon
derajat berat dianjurkan rawat inap. Terdapat beberapa obat/tindakan yang
dapat dipiih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
Topikal
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas
kalikus 1/5000, asam salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon
iodine 1% dilakukan 3 kali sehari masing-masing 1/2-1 jam selama
keadaan akut.
Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat 2%,
mupirosin 2% Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari.
Apabila tidak tersedia mupirosin dan asam fusidat maka dapat
digunakan gentamisin 0.1% salep sebagai alternatif
PERDOSKI 2017
Tatalaksana Pioderma
• Sistemik: minimal selama 7 hari
• Lini pertama:
1. Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari per
oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
2. Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500
mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3
dosis
3. Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
• Lini kedua:
1. Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg
(hari 2-5)
2. Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
3. Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50
mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis.
PERDOSKI 2017
Tatalaksana Pioderma
• Penyebabnya MRSA:
Trimetoprim-sulfometoxazol 160/800 mg, 2 kali sehari.
Doksisiklin, minosiklin 2x100 mg, tidak direkomendasikan untuk anak, usia 8 tahun.
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
• Kasus yang berat, disertai infeksi sitemik atau infeksi di daerah berbahaya (misalnya maksila),
antibiotik diberikan parenteral.
Nafcillin 1-2 gram IV tiap 4 jam, anak 100-150 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
Penisilin G 2-4 juta unit IV tiap 4-6 jam, anak: 60-100.000 unit/kgBB tiap 6 jam.
Cefazolin IV 1 gram tiap 8 jam, anak: 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis.
Ceftriaxone IV 1-2 gram ,1 kali/hari.
Apabila terdapat/dicurigai ada methycillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) pada
infeksi berat: vankomisin 1-2 gram/hari dalam dosis terbagi atau 15-20 mg/kgBB setiap 8-
12 jam intravena, selama 7-14 hari (A,1). Anak: vankomisin 15 mg/kgBB IV tiap 6 jam.
Linezolid 600 mg IV atau oral 2 kali sehari selama 7-14 hari, anak-anak 10 mg/kgBB oral
atau intravena tiap 8 jam.
Klindamisin IV 600 mg tiap 8 jam atau 10-13 mg/kgBB tiap 6-8 jam.
Kasus rekuren, diberikan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan resistensi.
PERDOSKI 2017
Erysipelas
Algoritma
Tatalaksana ¶ Five days of antibiotic
therapy is generally sufficient;
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS SINDROM LOFFLER
JAWABAN:
A. ALBENDAZOLE 400 MG + PREDNISON
• Anak laki-laki 18 tahun datang dengan keluhan lemas
yang memberat sejak 3 bulan + demam + batuk
berdahak + ada cacing pada BAB + mengalami gangguan
tumbuh kembang sejak kecil + lab eosinophilia curiga
infeksi cacing
• Temuan cacing A. Lumbricoides pada pemeriksaan feses
Askariasis
• Mengingat ada gejala saluran napas + pada rontgen
thorax ditemukan benda asing dan gambaran larva
Sindrom Loffler (gejala akibat transit parasite di paru-
paru)
• Tatalaksana DOC Albendazole 400 mg SD +
kortikosteroid sistemik (prednisone)
• Pirantel pamoate terapi alternative (bukan
DOC seperti abendazole) digunakan pada
wanita hamil atau anak usia < 2 tahun
• Prazikuantel biasanya DOC pada taeniasis,
sistiserkosis
Askariasis (Cacing Gelang)
Gejala
• Rasa tidak enak pada perut (gangguan
lambung); kejang perut, diselingi diare;
kehilangan berat badan; dan demam; ileus
obstruktif
• Telur
– Fertilized: bulat, bile stained (coklat),
dilapisi vitelin dan unstructured
albuminoid (tidak teratur), ukuran
diameter 50 dan 75 mcm
– Unfertilized: lonjong, permukaan bisa
tidak teratur atau teratur (dekortikated),
dinding lebih tipis, ukuran diameter 43
dan 95 mcm
• Etiologi
– Ascaris lumbricoides (utama)
– Strongyloides stercoralis, Ancylostoma duodenale, dan Necator
americanus dan Obat pencetus hipersensitivitas disebut
pulmonary eosinophilia
https://emedicine.medscape.com/article/1002606-medication#1
105
• Laki-laki 32 tahun keluhan kemerahan disertai bintik
nanah pada dagu dan daerah kumis sejak 1 bulan
• Meminum antibiotik keluhan belum berkurang
• Papul eritem dan pustul multiple perifolikular
• Pemeriksaan KOH didapatkan hifa panjang dan bersepta
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TINEA BARBAE
JAWABAN:
B. TINEA BARBAE
• Laki-laki dengan kemerahan + bintik bernanah
pada dagu dan area kumis infeksi kulit
• Tidak membaik dengan pemberian antibiotic +
adanya papul eritema dan pustule multiple
perifolikular bisa mengarahkan pada infeksi
kulit akibat jamur maupun infeksi kulit akibat
bakteri yang resisten dengan antibiotic
diberikan
• KOH hifa panjang dan bersepta
menguatkan diagnosis adanya dermatofitosis
tinea barbae pada dagu dan kumis
• Tinea korporis lesi kulit pada badan, biasanya lesi
batas tegas, polisiklik, pinggir aktif, dan ada central
healing
• Folikulitis infeksi folikel rambut seperti gambaran
pasien diatas. Namun pada folikulitis bacterial
disebabkan oleh infeksi bakteri (seharusnya tidak
ditemukan hifa panjang bersepta pada KOH)
• Candida ditemukan adanya pseudohifa dan
blastospora
• Pitirosporum gambaran biasanya hifa pendek dan
spora bulat
Tinea Barbae
• Superficial dermatophyte • Clinical manifestation (zoophilic)
infection that is limited to the • Kerion
bearded areas of the face and • Circular
neck • Scaling
• Clinically classified as • Vesicle
inflammatory and non • Ectothrix, Endothrix, Favus
inflammatory • Antropophilic
• Inflammatoryzoophilic • Active border composed of
• Non papules, vesicles, and/or crusts.
inflammatoryantropophili • Hairs are broken next to the skin,
c or they plug the hair follicle.
• In the sycosiform variety, small
follicular pustules are observed.
zoophilic antropophilic
Etiology
• Most Common
• T.v errucosum,
• T. mentagrophytes
• Cow and Cattle
• T. rubrum and T.
violaceum are the most
common anthropophilic
Tinea: Pemeriksaan KOH
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PEARLY PENILE PAPUL
JAWABAN:
A. PEARLY PAPULE PENIS
• Pada pasien 29 tahun keluhan bintil-bintil
area penis tidak gatal, tidak nyeri + tidak ada
riwayat promiskuitas singkirkan
kemungkinan IMS
• Pada regio sulcus coronaries ada papul
multiple sewarna kulit (tampak dome-shaped
hingga filiformis, kering tidak bergaung
sekelilingnya, tidak tampak kemerahan)
curiga variasi normal pearly penile papule
• Faktor resiko belum disunat
• Kondiloma lata lesi eksudatif pada sifilis yang sangat
menular, biasanya berupa papul lentikuler datar dan sebagian
berkonfluensi pada daerah lipatan kulit (inguinal, skrotum,
vulva, perianal)
• Kondiloma akuminata infeksi HPV berupa vegetasi
bertangkai dengan permukaan papilomatosa (jengger
ayam/kembang kol), biasanya tidak nyeri dan ada riwayat
kontak seksual sebelumnya
• Sifilis infeksi oleh Treponema pallidum, bisa gambaran
papul seperti kondiloma lata diatas
• Herpes genitalis infeksi oleh virus herpes simpleks,
terdapat vesikel berkelompok dasar eritematosa, ada riwayat
kontak seksual
Pearly Papul Penis
• Varian normal kelenjar
sebasea
• Bukan penyakit menular
seksual, berhubungan
dengan pria tidak
sirkumsisi
• Manifestasi:
– Papul putil
kekuningan/sewarna kulit
ukuran 1-2 mm (dome-
shaped hingga filiformis)
tersebar di sulkus
koronarius
– Seperti cobblestone
• Tidak perlu diobati
Herpes genitalismultiple
painful ulcer, eritematous
107
• Perempuan usia 30 tahun rambut rontok sejak 2 bulan yang
lalu
• Terasa memberat setelah melahirkan anak kedua
• Tidak ada kebotakan dalam keluarga, tidak ada kebiasaan
mencabut rambut sendiri
• Hair Pull Test didapatkan positif terdapat 10, distribusi tidak
merata, batas tidak tegas
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS TELOGEN EFFLUVIUM
JAWABAN:
E. TELOGEN EFFLUVIUM
• Perempuan usia 30 tahun rambut rontok
sejak 2 bulan yang lalu + distribusi tidak
merata pada kerontokan mungkin
diffuse hair loss pada pasien
• Terjadi pada wanita dan memberat setelah
melahirkan anak kedua + hair pull test
positif telogen effluvium terjadi
karena gangguan keseimbangan
pertumbuhan rambut (fase telogen
dominan), bisa pada kondisi postpartum
• Tidak ada kebotakan dalam keluarga
singkrikan kemungkinan alopesia androgenic
yang herediter
• Tidak ada kebiasaan mencabut rambut sendiri
singkirkan trikotilomania
• Alopesia areata biasanya kebotakan
berbentuk bulat/lonjong, pada tepi daerah yang
botak ada rambut putus, ada exclamation mark,
hair pull test positif, dikaitkan dengan kondisi
autoimun
Telogen Effluvium
• A form of diffuse, nonscarring hair loss transient
or chronic loss of hair; occurs as a result of
abnormal shift in follicular cycling that leads to
premature shedding of hair.
Telogen Effluvium
• Terjadi karena gangguan keseimbangan
pertumbuhan rambut, dimana fase telogen
rambut dominan turn over rambut lebih
cepat
• Dapat terjadi di rambut kepala, aksila, pubis
• Hair pull test (+)
Cara: genggam 40-60 helai rambut, lakukan
penarikan rambut
• Tatalaksana
Tidak spesifik, hair regrowth terjadi setelah
rambut rontok, tatalaksana spesifik untuk
penyebab dasar.
Dd/ Anagen Effluvium:
• kerontokan rambut secara tiba-tiba pada
80-90% rambut di seluruh tubuh, terjadi
karena gangguan pada fase anagen.
Penyebab utama: kemoterapi
Pull Test
• The pull test is helpful
(positive) for diagnosis
of telogen effluvium,
anagen effluvium, and
alopecia areata. The
test is positive in whole
scalp in case of acute
telogen effluvium
108
• Laki-laki berusia 28 tahun keluhan rambut kepala makin
menipis terutama di daerah depan kepala
• Tidak ada riwayat peradangan sebelumnya, tidak merasa
gatal di area kepala
• Kebiasaan mencabuti rambut disangkal
• Ayah pasien juga mengalami hal yang sama
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS ALOPESIA ANDROGENIK
JAWABAN:
A. MINOXIDIL 2%
• Laki-laki 28 tahun rambut kepala semakin
tipis di bagian depan kepala + ayah pasien
alami hal sama sifat herediter alopesia
androgenic
• Biasanya akan ada kebotakan dengan pola M,
rambut rontok bertahap dari vertex dan
frontal
• Tidak merasa gatal maupun tanpa peradangan
singkirkan kemungkinan penyebab infeksi
• Tidak mencabuti rambut singkirkan
trikotilomania
• Tatalaksana Minoxidil 2% (rekomendasi A)
• Hidrokortison 1% bisa digunakan pada
kondisi dermatitis, tidak pada alopesia
androgenik
• Permethrin 5% bila ada sebab rontok akibat
infeksi parasite misalnya pediculosis kapitis atau
kutuan
• Ketokonazol 2% untuk infeksi jamur
• Mupirosin 2% untuk infeksi bakteri misalnya
pada pioderma
Alopesia androgenik
(Male & Female pattern of baldness)
- Timbul pada usia akhir 20 atau awal 30 tahun, bersifat
herediter
- Rambut rontok bertahap dari vertex dan frontal meluas
dengan pola M
- Garis rambut anterior mundur dan dahi menjadi terlihat
lebar
- Puncak kepala tampak botak
- Folikel rambut lebih halus dan berwarna mudalama-lama
tidak terbentuk rambut terminal
- Mengenai folikel yang sensitif terhadap DHT
- Rambut parietal dan oksipital menipis
Alopesia Androgenika
• Alopesia Androgenika atau male-
pattern baldness adalah penipisan
rambut dengan bentuk khas, yaitu
berbentuk M, umumnya terjadi di
daerah temporal dan bagian kepala
atas
• Bentuk khas pada alopesia androgenika
terjadi karena distribusi folikel rambut
yang sensitif terhadap hormon
androgen. Terjadi mulai saat pubertas
• Hormon androgen akan
memperpendek fase anagen dan
meningkatkan pemendekan dari folikel
rambut, menyebabkan penipisan
rambut
• Hair pull test negatif
Alopesia Androgenika pada Wanita
• Pada wanita, Alopesia
androgenika terjadi pada
daerah sentral dan frontal
kepala tanpa ada penipisan di
daerah fronto-temporal
• Dikaitkan dengan kondisi
hiperandrogenisme (hirsuitisme,
menstruasi ireguler, jerawat,
infertilitas)
• Pemeriksaan Penunjang
(mengarah ke hiperandrogen)
– Prolactin, FSH, LH, DHEAS
Tatalaksana Alopesia Androgenika
• Minoxidile 2% topikal (pria dan wanita), Minoxidile 5% solusi (hanya
untuk pria)
Sebagai 1st line treatment baik di pria maupun wanita. Cara kerja belum
diketahui pasti. Diberika 2 kali sehari selama 1 tahun
• Finasteride (hanya untuk pria)
Menghambat 5 alfa reduktase tipe 2 menurunkan hormon
dihidrotestosteron (DHT) memperlambat penipisan rambut,
meningkatkan hair growth.
Dosis: 0,2 mg per hari. Wanita tidak disarankan karena dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bai laki-laki (jika sedang hamil)
• Estrogen (pada wanita)
Sebagai hormonal replacement therapy pada wanita dengan gejala
hiperandrogenisme. Dapat diberikan dalam bentuk kontrasepsi oral.
109
• Wanita 23 tahun keluhan kuku rusak sejak 6 bulan karena
kuku pasien terjepit pintu
• Kuku jari ke tiga kanan terdapat onikolisis dan
hyperkeratosis subungual distal
• Pada pemeriksaan KOH 20% dari kerokan kuku didapatkan
adanya artrospora
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS ONIKOMIKOSIS
JAWABAN:
C. DOSIS DENYUT ITRAKONAZOL 2x200 MG
• Wanita 23 tahun keluhan kuku rusak sejak 6 bulan
karena kuku pasien terjepit pintu faktor resiko
trauma
• Kuku jari ke tiga kanan terdapat onikolisis dan
hyperkeratosis subungual distal temuan klinis
dari infeksi jamur pada kuku atau onikomikosis
• Pada pemeriksaan KOH 20% dari kerokan kuku
didapatkan adanya artrospora mendukung
adanya kondisi onikomikosis oleh dermatofita
• Tatalaksana DOC Terbinafine tidak ada bisa
gunakan Itrakonazol dosis denyut 2x200 mg/hari
selama 1 minggu tiap bulan (kuku kaki 3 bulan)
Onikomikosis
• Kelainan kuku akibat infeksi jamur
• Faktor risiko:
• Trauma pada kuku
• Sering terendam air
• Occlusive foot wear
• Tinea pedis
• DM dan imunosupresi
• merokok
• Etiologi
• Dermatofita: T. rubrum, T. mentagrophytes, epidermophyton
• Candida sp.
• Non dermatofita lain: Aspergillus sp, Scytalidium dimidiatum, Scopulariosis
brevicaulis, dan Fusarium spp.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3416/1/08E00604.pdf
Onikomikosis: 5 Tipe
(a) Anatomical structure of the normal nail unit. (b) Pattern of fungal invasion in distal lateral
subungual onychomycosis. (c) Pattern of fungal invasion in endonyx onychomycosis. (d)
Pattern of invasion in superficial white onychomycosis. (e) Pattern of invasion in PSOM. (f)
Fungal involvement in a case of TDOM
Onikomikosis Subungual Distal
• Bantalan kuku di bawah lempeng kuku melalui
hiponikium dan bergerak kearah proksimal
• Invasi juga dapat dari lateral (onikomikosis subungual
distal dan lateral/OSDL)
• Klinis
– Hiperkeratosis subungual dan
onikilosis, descolorisasi (kekuningan)
• Etiologi
– T. rubrum (paling sering)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3416/1/08E00604.pdf
Onikomikosis Subungual Proksimal
• Infeksi dimulai dari lipat kuku proksimal, melalui kutikula dan
masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya bergerak
kearah distal
• Lebih jarang terjadi dibandingkan subungual distal dan
superfisial putih; biasanya pada pasien defisiensi imun.
• Klinis
– Hiperkeratosis dan onikilosis proksimal,
destruksi lempeng
kuku proksimal
• Etiologi
– T. rubrum, Fusarium species, C. albicans
(yang disebabkan oleh kandida seringkali
juga mengenai lipatan kulit/ paronikia
kronik), and Aspergillus species
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3416/1/08E00604.pdf
Onikomikosis Superficial Putih
• Jarang dijumpai
• Jamur menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng
kuku
• Klinis
– Bercak-bercak keruh berbatas
tegas yang dapat berkonfluen
– Kuku menjadi kasar, lunak dan
rapuh
• Etiologi
– T. mentagrophytes (paling
sering)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3416/1/08E00604.pdf
Endonyx Onychomycosis
• Involves only the interior of the nail
plate, sparing involvement of the nail
bed.
• Clinically, EOM is seen as a diffuse milky-
white discoloration of the affected nail,
forming irregular wide waves with pits
and lamellar splits, with an absence of
nail bed hyperkeratosis or onycholysis.
• Nail plate surface and nail thickness are
normal.
• Penyebab utama: Trichophyton
soudanense; Trichophyton violaceum
juga bisa menyebabkan onikomikosis Milky white discoloration of the nail
jenis ini plate without surface change in
endonyx onychomycosis
Totally Dystrophic Onychomycosis
• Totally dystrophic
onychomycosis is most often
a manifestation of end-stage
distal lateral subungual or
proximal subungual
onychomycosis.
• Total destruction of the nail
with a ridged, hyperkeratotic
nail bed is present in this
patient with totally dystrophic
onychomycosis.
Onikomikosis: Pemeriksaan Penunjang
PERDOSKI 2017
Prinsip Terapi Onikomikosis
• Onikomikosis dermatofita ringan-sedang (distal
lateral subungual onychomycosis involving ≤50%
tanpa mengenai matrix/lunula), bisa memakai terapi
topikal ataupun oral.
• Onikomikosis berat (DLSO >50%, mengenai lunula,
onikomikosis subungual proksimal, distrofi total)
harus memakai terapi oral
• Onikomikosis superfisial putih cukup menggunakan
terapi topikal karena hanya mengenai lokasi
superfisial saja.
Uptodate. 2017
Onikomikosis: Terapi
• Topikal
– Ciclopirox berbentuk cat kuku, dipakai per hari selama 12 bulan
– Amorolfine cat kuku konsentrasi 5%; sekali seminggu; kuku tangan selama 6
bulan, kuku kaki selama 9-12 bulan
• Sistemik
– DOC onikomikosis dermatofita: Terbinafine; DOC onikomikosis kandida/ jamur
nondermatofita lainnya: itraconazole
– Terbinafine 250 mg/hari selama 6 minggu untuk kuku tangan; 12 minggu untuk kuku
kaki efektif untuk dermatofita, kurang terhadap candida
– Itrakonazol 200 mg/hari selama 1,5 bulan utk kuku tangan atau 3 bulan untuk kuku
kaki
– Itrakonazole dosis denyut 2x200 mg/hari selama seminggu tiap bulan dalam 2 (kuku
tangan) atau 3 bulan (kuku kaki) untuk dermatofita dan candida
– Flukonazol 150-300 mg sekali/minggu selama 6-12 bulan
Uptodate. 2017
110
• Wanita 20 tahun, keluhan gatal di pergelangan
tangan sejak 3 minggu setelah pakai jam tangan
• Riwayat gatal di perut setelah memakai ikat pinggan
• Papul dan plak eritematosa batas tidak tegas dengan
ekskoriasi dan skuama
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DERMATITIS KONTAK ALERGI
JAWABAN:
C. DERMATITIS KONTAK ALERGIKA
• Wanita 20 tahun keluhan gatal di
pergelangan tangan sejak 3 minggu setelah
pakai jam tangan + papul dan plak eritematosa
batas tidak tegas dengan ekskoriasi dan
skuama muncul lebih lama, ada waktu
sensitisasi curiga dermatitis kontak alergi
• Riwayat gatal di perut setelah memakai ikat
pinggang sekarang gatal setelah pakai jam
tangan ada proses eksaserbasi setiap kali
setelah reexposure cenderung pada DKA
• DKI bisa terjadi pada siapa saja, muncul cepat
dalam waktu jam setelah paparan, bergantung
pada konsentrasi agen penyebab (diatas
threshold), biasanya seringkali batas lesi tegas
• Dermatitis atopic biasanya sering didaerah
fleksura (antecubital atau popliteal serta bokong),
lesi xerosis, likenifikasi, eczematous lesion
• Dermatitis numularis lokasi bisa dimana saja,
berupa coin lesion eritematosa
• Dermatitis venenata terjadi setelah kontak
dengan tumbuhan atau serangga
Dermatitis Kontak
• Dermatitis: kumpulan gejala inflamasi/peradangan
pada kulit seperti gatal, eritema, vesikel,
mengelupas, dan plak krusta
• Dermatitis kontak (dermatitis akibat respon
terhadap pajanan bahan tertentu)
• Dermatitis Kontak Alergi (DKA): pajanan allergen luar
tubuh, diperantarai reaksi hipersensitivitas tipe 4
(allergen-specific T lymphocytes) 20% dermatitis
kontak
• Dermatitis Kontak Iritan (DKI): pajanan bahan iritan fisik
atau biologis yang kontak dengan kulit, TANPA dimediasi
respon imunologis, tidak perlu sensitisasi sebelumnya
80% dermatitis kontak
• Terapi Terapi
– Topikal • Sistemik: Kortikosteroid
• Prednison 5-10 mg/ dosis,
• Akut & eksudatif: kompres
NaCl 0.9% 2-3x/hari
• Deksametason 0.5-1 mg, 2-
• Kronik & kering: krim
hidrokortison 3x/hari
DKI vs DKA: Patch Test
• Untuk metode diagnostik delayed contact hypersensitivity DKA
• DKI: diagnosis berdasarkan klinis saja dan dengan menyingkirkan
DKA (hasil Patch Test negatif)
• Patch test:
– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
– Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit setelah
dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas
– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan,
cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.
The eczematous area at the wrist is due to sensitivity to nickel in the watch-strap buckle. (2) The suspected allergy may be
confirmed by applying potential allergens, in the relevant concentrations and vehicles, to the patient’s upper back (patch testing).
A positive reaction causes a localized area of eczema at the site of the offending allergen 2–4 days after application.
Tatalaksana
DKA
(PERDOSKI
2017)
111
• Laki-laki 18 tahun datang ke dokter keluhan gatal pada telapak
tangan serta menyebar hingga lipat ketiak dan sela sela jari
sejak 1 minggu
• Rasa gatal terutama malam hari
• Teman sekamar pasien di Asrama juga mengeluhkan hal yang
serupa
• Lesi berupa kanalikulus dengan ujung papul
• Kanalikuli
• Sarcoptes scabiei
Modalitas pemeriksaan
• Menemukan terowongan (kedua teknik sama
sensitifnya)
1. Burrow Ink Test
- Cara kerja: tinta dioleskan pada kulit dan tinta ini akan
melakukan penetrasi ke stratum korneumdibersihkan
dengan alkoholtinta mewarnai terowongan.
- Metode ini sangat efektif terutama juga pada anak-anak dan
penderita dengan jumlah terowongan yang kecil dan sedikit
2. Tetracycline:
- Cara kerja:Tetrasiklin topikal dioleskan di kulit kemudian
dibersihkan dengan alkohollampu wood: terowongan akan
berwarna kehijauan
- Metode ini lebih disukai karena colorless dan bisa
mendeteksi area kulit yang luas
PPK PERDOSKI 2017
Modalitas pemeriksaan
(lebih advanced dan butuh tenaga terlatih)
• Skin scraping
- Cara kerja: kulit yang ada terowongan dikerok dengan
scalpeldiperiksa di mikroskopditemukan 1-2 telur atau
tungau
- Hasil sering false negative
• Adhesive tape test
- Cara kerja: beberapa tape ditaruh di kanalikuli kemudian
dilepaskan tiba-tiba dan diperiksa di bawah mikroskop
- Yang dicari sama seperti skin scraping, namun sensitivitas tes
ini lebih bagus dari skin scraping
• Dermatoscopy
- Lebih akurat dibandingkan pemeriksaan adhesive tape test,
yaitu sensitivitasnya 83%
- Butuh tenaga terlatih
PPK PERDOSKI 2017
Prinsip Tatalaksana
• Classic Scabies
- DOC: Permethrine cream 5% (anak usia<2 bulan tidak boleh) dioleskan
pada kulit dan didiamkan selama 8 jam.
- Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Tidak
boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
- Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan 8.
- Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh
• Crusted scabies
- Ivermectin 200 µg/kgBB/pemberian, pembagian dosis berdasarkan derajat
keparahan dan perlu dikombinasi dengan topikal
- Permethrin cream 5%
- Benzyl benzoate 25%
- Keratolitic cream terapi adjuvan
PPK PERDOSKI 2017
112
• Laki-laki 20 tahun keluhan kemerahan dibadan
• Diawali lepuh pada bibir dan genitalia, pasien juga mengeluhkan mata
merah
• Riwayat minum kotrimoksazol 2 minggu lalu
• Krusta pada area mulut dan genitalia, mata tampak kemerahan, dan
eritema pada seluruh tubuh seluas <10% BSA
• Nikolsky sign positif
• Berat badan 50 kg
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS STEPHENS-JOHNSON SYNDROME
JAWABAN:
C. DEXAMETASONE 3x10 MG
• Laki-laki 20 tahun keluhan kemerahan dibadan
diawali lepuh pada bibir dan genitalia + mata
merah + riwayat minum kotrimoksazol 2
minggu lalu reaksi alergi obat Nikolsky
sign positif curiga SJS/TEN
• Krusta pada area mulut dan genitalia + mata
tampak kemerahan + eritema seluas <10%
BSA SJS
• Tatalaksana bisa diberikan kortikosteroid
sistemik prednisone 1-4 mg/kgbb/hari
pada kasus opsi berupa dexametason
• Konversi deksametason
• Deksametason = 0.15 x Prednison
• Untuk terapi SSJ:
– Prednison 1-4 mg/kgBB/hari = BB 50 kg = 50-200 mg/hari
– Deksametason = (50 mg x 0,15) sampai (200 mg x 0,15) = 7,5
mg – 30 mg/hari
• Analisis soal:
– BB 50 kg
– Dosis deksametason: 7.5 – 30 mg/hari
– Dari sumber Perdoski dan buku Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, maka dipilih opsi C deksametason 3x10 mg
karena merupakan pilihan jawaban dengan pemberian
deksametason yang paling sering, namun dosis sesuai
SJS & TEN
• Sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat
• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host
disease, neoplasma, radiasi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 4
• Trias kelainan
– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula
– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada
mukosa mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta
kehitaman
– Kelainan mata: konjungtivitis
• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
Stevens-Johnson syndrome (SJS)
Definition Physical Findings & Clinical Presentation
• Stevens-Johnson syndrome (SJS) is a • The cutaneous eruption generally occurs
rare, severe vesiculobullous form of within 8 wk of drug initiation and is
erythema multiforme (EM) affecting the generally preceded by vague, nonspecific
skin, mouth, eyes, and genitalia. symptoms of low-grade fever and fatigue
• SJS <10% of body surface area (BSA). (influenza-like symptoms).
• SJS–toxic epidermal necrolysis (TEN) • Enlarging red-purple macules or papules
overlap syndrome 10% to 30% of and bullae generally occur on the
BSA, it is known as. conjunctiva, mucous membranes of the
• TEN affects >30% of BSA. mouth nares, and genital regions.
• Corneal ulcerations may result in
blindness.
Etiology
• Ulcerative stomatitis results in
• Drugs hemorrhagic crusting.
• Upper respiratory tract infections (e.g.,
Mycoplasma pneumoniae) and HSV
infections have also been implicated
Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic
imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
SSJ vs TEN
Clinical Features that Distinguish SJS, SJS-TEN Overlap, and TEN
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Tatalaksana
• Topikal
– mencegah kulit terlepas lebih banyak, infeksi
mikroorganisme, dan mempercepat reepitelialisasi:
• Dapat diberikan pelembab berminyak seperti 50% gel
petroleum dengan 50% cairan parafin.
Diphteria Classification
• Respiratory diphtheria
– Nasal diphtheria
• Pilek ringan dangan atau tanpa gejala sistemik
• Sekret hidung
• Tampak pseudomembran putih pada septum nasi
– Pharyngeal and tonsillar diphtheria
• nyeri tenggorok
• Bull-neck (bengkak pada leher)
• Pseudomembran purulen berwarna putih keabuan
di faring, tonsil, uvula, palatum
– Laryngeal diphtheria
• Stridor progresif dan suara parau, batuk kering
• Demam tinggi, lemah, sianosis, pembengkakan
KGB leher
• Cutaneous diphtheria
– Any break in the skin, can became infected
with diphteria
– It made ulceration and usually covered by a
gray-brown pseudomembrane
Prinsip diagnostik
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput
pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cystine tellurite blood
agar (CTBA), medium hoyle dan medium tinsdale
medium selektif untuk kultur Corynebacterium diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah
telurit (Mc Leod), sebagai media selektif, setelah inkubasi
selama 24 jam koloni bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-
hitam.
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan
media perbenihan Loeffler dalam tabung
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html
Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
Tellurite Blood (Hoyle’s)
Agar
• A selective medium for
isolation of Corynebacterium
diphtheriae.
• Tellurite inhibits the growth of
most secondary bacteria
without an inhibitory effect on
diphtheria bacilli.
• It is also an indicator medium
as the diphtheria bacilli
produce black colonies.
• Tellurite metabolized to
tellbrism, which has black
colour.
114
• Bayi berusia 2 bulan terdapat bercak bercak putih di mulut
dan lidah selama 2 hari
• 2 minggu yang lalu sempat berobat ke Bidan dan diberikan
antibiotic
• Pada pemeriksaan terdapat plak putih dengan maserasi
jika diangkat
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS KANDIDIASIS ORAL
JAWABAN:
A. NYSTATIN TOPIKAL 4x200.000 UNIT
• Bayi 2 bulan bercak putih di mulut dan
lidah + plak putih dengan maserasi jika
diangkat kandidiosis oral
mengarahkan pada kandidiosis
pseudomembranosa akut
• Penggunaan antibiotic bisa menjadi faktor
resiko karena terganggunya flora normal
• Terapi Nystatin drops (topical) 4x200.000
unit
Kandidiosis oral
• Infeksi candida pada rongga mulut
• Spesies tersering: Candida albicans
• Terjadi akibat terganggunya flora normal atau pada kondisi
immunodefisiensi
• Terdapat beberapa jenis, yaitu
- Kandidiosis pseudomembran akut
- Kandidiasis atrofik akut (kandidiasis eritematosa)
- Kandidiosis hiperplasia kronik (leukoplakia)
- Kandidiasis atrofik kronik (denture stomatitis):
- Kelitis angularis (Keilosis Kandidal)
Sumber: Scully C. Mucosal candidiosis clinical presentation. Emedicine | PPK Perdoski. 2017
Jenis Gambaran klinis
Sumber: Scully C. Mucosal candidiosis clinical presentation. Emedicine | PPK Perdoski. 2017
Candida albicans
Prinsip tatalaksana
Gejala klinis DOC Keterangan
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Cara membaca kolom usia : misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d. 2 bulan 29 hari (89 hari) dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI (http:// idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Catch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
7. Vaksineinflunz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel pertama kali (primary immunizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a atau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per l u diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan. dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3. 11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antib
o d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setia p 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
Cara membaca kolom usia: misal 2 berarti usia 2 bulan (60 hari) s.d 2 bulan 29 hari (89 hari)
aVaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan)
bApabila diberikan pada remaja 10-13 tahun pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12
1. Vaksin Hepatitis B: vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam 12 jam
setelah lahir, didahului pemberian vitamin K, minimal 30 menit sebelumnya, jadwal
pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0, 1 dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg
positif diberikan vaksin HB dan IG hep B (HbIg) pada extremitas berbeda. Apabila
diberikan HB kombinasi dengan DTPw maka jadwal pemberian pada usia 2,3, dan 4
bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa maka jadwal pemberian pada usia 2,
4, dan 6 bulan.
2. Vaksin polio: apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana
kesehatan OPV-0 diberikan saat dipulangkan. Untuk polio 1,2, dan 3 dan booster
diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus mendapat satu dosis IPV bersamaan
dengan OPV-3
3. Vaksin BCG: pemberian sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan. Apabila diberikan
usia 3 bulan atau lebih perlu diuji tuberkulin
4. Vaksin DTP: DTP 1 paling cepat usia 6 minggu, dapat diberikan DTPW atau DTPa atau
kombinasi dengan vaksin lain. Apabila DTPa maka interval 2,4,6 bulan. Untuk usia lebih
7 tahundiberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap pada usia
10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun
5. Vaksin pneumokokkus (PCV): apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2
kali dengan interval 2 bulan dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya
perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir.
Anak diatas 2 tahun PCV cukup 1 kali
6. Vaksin rotavirus. Monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama 6-14 minggu, kedua
diberikan interval minimal 4 minggu, batas akhir pemberian pada 24 minggu.
Pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-14 minggu, dosis kedua dan ketiga interval
4-10 minggu, batas akhir pemberian pada 32 minggu
7. Vaksin influenza: diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk
imunisasi pertama anak kurang dari 9 tahun diberikan dua kali dengan interval minimal
4 minggu. Untuk anak usia 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. untuk anak usia 36 bulan atau
lebih, dosis 0,5 mL
8. Vaksin campak: campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan bila sudah mendapat
MMR
9. MMR/MR: apabila sudah mendapatkan pada usia 9 bulan maka diberikan pada usia
15 bulan (interval minimal 6 bulan). Apabila usia 12 bulan belum vaksin campak,
dapat diberikan MMR/MR
10. Varisela: diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik sebelum masuk SD. Apabila lebih
dari 13 tahun perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu
11. HPV: diberikan mulai usia 10 tahun, bivalen jadwal 3 kali 0,1,6 bulan. Tetravalen 0,2,6
bulan. Bila diberikan usia 10-13 tahun, cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan
12. Japanese Encephalitis: diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemic atau turis
yang akan ke daerah endemic. Perlindungan jangka panjang diberikan booster 1-2
tahun berikutnya
13. Vaksin dengue: diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6, dan 12 bulan
116
• Anak usia 3 tahun alami kejang di rumah
• Sudah diberikan diazepam dari anus sebanyak 2x, tetapi
sampai di rumah sakit kejang tetap berlangsung
• Dokter memberikan diazepam IV, namun kejang tidak
berhenti
TATALAKSANA SELANJUTNYA…
DIAGNOSIS KEJANG AKUT
JAWABAN:
C. FENITOIN IV
• Anak usia 3 tahun kejang dirumah dan prehospital
sudah diberikan diazepam per rektal 2x kejang belum
berhenti
• Saat masuk RS diberikan diazepam IV belum stop
kejang sesuai algoritma lanjut dengan pemberian
fenitoin 20 mg/kgBB atau fenobarbital IV
• Pada opsi kasus lebih dipilih fenitoin IV mengingat
fenobarbital lebih sebabkan depresi status
mental/kesadaran sehingga menyulitkan investigasi
penyebab dari kejang yang dialami; juga mungkin terjadi
depresi pernapasan secara signifikan (maka itu fenitoin
lebih banyak digunakan di praktik klinis)
Status Epileptikus
• Definisi Operasional Status Epileptikus Konvulsif
• Status epileptikus konvulsif adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit,
atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran diantara
bangkitan.
• Berdasarkan durasi:
– SE Dini (5-30 menit)
– SE menetap/ Established (>30 menit)
– SE Refrakter (bangkitan tetap ada setelah mendapat dua atau tiga jenis antikonvulsan
awal dengan dosis adekuat )
Tatalaksana kejang akut
• Pertahankan fungsi vital (airway, breathing,
circulation)
• Identifikasi dan terapi faktor penyebab dan faktor
presipitasi
• Menghentikan aktivitas kejang
• Evaluasi tanda vital serta penilaian airway,
breathing, circulation (ABC) harus dilakukan
seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan.
• Pemilihan jenis obat serta dosis anti-konvulsan
pada tata laksana SE sangat bervariasi antar
institusi.
Tatalaksana kejang akut
Keterangan
• Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit, kecepatan 2 mg/menit.
Bila kejang berhenti sebelum obat habis, tidak perlu dihabiskan.
• Fenobarbital: pemberian boleh diencerkan dengan NaCl 0,9% 1:1 dengan kecepatan
yang sama
• Midazolam buccal: dapat menggunakan midazolam sediaan IV/IM, ambil sesuai dosis
yang diperlukan dengan menggunakan spuit 1 cc yang telah dibuang jarumnya, dan
teteskan pada buccal kanan, selama 1 menit. Dosis midazolam buccal berdasarkan
kelompok usia;
– 2,5 mg (usia 6 – 12 bulan)
– 5 mg (usia 1 – 5 tahun)
– 7,5 mg (usia 5 – 9 tahun)
– 10 mg (usia ≥ 10 tahun)
• Tapering midazolam infus kontinyu: Bila bebas kejang selama 24 jam setelah pemberian
midazolam, maka pemberian midazolam dapat diturunkan secara bertahap dengan
kecepatan 0,1 mg/jam dan dapat dihentikan setelah 48 jam bebas kejang.
• Midazolam: Pemberian midazolam infus kontinyu seharusnya di ICU, namun disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit
• Bila pasien terdapat riwayat status epileptikus, namun saat datang dalam keadaan tidak
kejang, maka dapat diberikan fenitoin atau fenobarbital 10 mg/kg IV dilanjutkan dengan
pemberian rumatan bila diperlukan.
Fenitoin & Fenobarbital
• In surveys of pediatric emergency providers
and neurologists, phenytoin or fosphenytoin
remain the most-used anti-seizure
medications if status epilepticus persists after
administration of benzodiazepines.
• Phenobarbital's major disadvantages are that
it significantly depresses mental status and
causes respiratory difficulty.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS DISENTRI AMOEBA
JAWABAN:
D. DISENTRI AMOEBA
• Anak 7 tahun alami BAB cair 5x/hari selama
1 minggu + lendir + darah disentri
• Pemeriksaan feses kista berinti 4
Entamoeba hystolitica
• Disentri pada anak merupakan disentri
amoeba BAB cair tidak sesering pada
disentri basiler, bisa disertai nyeri
perut/kolik, gejala konstitusional seperti
demam lebih jarang
• Giardiasis infeksi protozoa, bisa asimptomatik bisa juga
gejala diare steatorrhea, pada feses ditemukan kista atau
trofozoit berbentuk seperti pear dengan sepasang nucleus
dan berflagel
• Kolera diare sekretorik profuse seperti cucian beras,
keram perut, ditemukan bakteri batang gram negative
berbentuk seperti koma
• Disentri basiler biasanya BAB darah dan lendir dengan
frekuensi sering >10x/hari, ditemukan adanya bakteri non
motil (Shigella)
• Balantidiasis infeksi oleh Balantidium coli, biasanya
asimptomatik namun bisa juga diare kronik dan disentri,
ditemukan kista/trofozoit pada feses (trofozoit biasanya oval ,
double nucleus, bersilia)
Disentri Sindrom
• Definisi diare yang • Indikasi rawat inap
disertai darah – Usia < 2 bulan
• Tanda dan gejala: – Keracunan makanan
– BAB cair disertai dengan – Letargis
darah – Nyeri abdomen dominan
– Nyeri perut – Kejang
– Demam – Risiko tinggi terjadi sepsis
– Kejang • Etiologi
– Letargis – Amobiasis E. histolitica
– Prolaps rektum – Basiller E.coli, shigela
http://www.searo.who.int/indonesia/documents/9789791947701-buku-saku-kesehatan-anak-indonesia.pdf?ua=1
Disentri Amoeba
• Disentri adalah diare yang disertai darah
• Disentri amoeba:
– Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
– Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
– Sakit perut hebat (kolik)
– Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan
pada 1/3 kasus).
• Pemeriksaan penunjang:
– Feses rutin untuk mengidentifikasi trofozoit amuba dan giardia.
– Peningkatan jumlah leukosit lebih dari 10 per lapang pandang
mendukung etiologi bakteri invasif
• Pikirkan diagnosa invaginasi jika terdapat tanda dan gejala: Feses
dominan lendir dan darah, kesakitan dan gelisah, muntah, massa
intra-abdomen (+)
Uptodate
119
• Anak perempuan 7 tahun keluhan menstruasi
dan tinggi badan yang melebihi teman-teman
seusianya
• Pemeriksaan fisik: terdapat pertumbuhan
payudara dan rambut pubis
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PUBERTAS PREKOKS
JAWABAN:
A. PUBERTAS PREKOKS
• Anak perempuan 7 tahun sudah
menstruasi + tinggi badan yang melebihi
teman-teman seusianya + terdapat
pertumbuhan payudara dan rambut pubis
terdapat tanda maturasi seksual
sebelum usia 8 tahun pubertas prekoks
• Pada pubertas prekoks peningkatan
hormone seks steroid efek estrogen bisa
“tall child but short adult” karena
penutupan epifisis tulang dini
Pubertas Prekoks
Pubertas Prekoks, Diagnosis & Tatalaksana. H. Hakimi; Melda Deliana; Siska Mayasari Lubis. Divisi Endokrinologi Anak Fakultas
Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan
Anamnesis
Pubertas Prekoks, Diagnosis & Tatalaksana. H. Hakimi; Melda Deliana; Siska Mayasari Lubis. Divisi Endokrinologi Anak Fakultas
Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan
121
• Anak perempuan 16 tahun belum menstruasi
• Anak juga tampak pendek dibanding teman
seusianya
• Pada pemeriksaan fisik tampak adanya webbed
neck, low set ears, low hair line, dan cubitus valgus
pada pasien
DIAGNOSIS..
DIAGNOSIS SINDROM TURNER
JAWABAN:
A. SINDROM TURNER
• Anak usia 16 tahun belum menstruasi +
tubuh pendek + webbed neck + low set ears
+ low hair line + cubitus valgus
mengarah pada gambaran pasien dengan
sindrom Turner
• Sindrom turner hanya dialami anak
perempuan 45 + XO
• Terjadi hipofungsi ovarium sehingga bisa
menyebabkan amenorrhea
• Sindrom Klinefelter 47 XXY hanya di anak laki-laki
kriptorkidismus, hipospadia, mikropenis, delayed
puberty, ginekomastia, infertil
• Sindrom Jacob 47 XYY hanya di anak laki-laki, tidak
ada ciri fisik khusus, bisa ada keterlambatan
perkembangan
• Sindrom Down trisomy 21 mikrosefal, single palm
crease, wajah mongoloid (slanting eyes, flattenes nose)
• Sindrom Edward trisomy 18 3x lebih sering di
perempuan, mikrognathia, rocker-bottom feet, low set
ears, mikrosefali, clenched hands
Turner Syndrome
Diagnosis
• Kariotipe pemeriksaan analisis kromosom
• Normal: 23 pasang kromosom total 46
kromosom
• Kromosom seks laki-laki adalah 46XY sedangkan
perempuan 46XX.
• Pada Turner Syndrome, terjadi kehilangan
total/sebagian kromosom X pada beberapa atau
seluruh sel tubuh sehingga individu tersebut hanya
memiliki 45 kromosom (45XO, O melambangkan
kromosom yang hilang monosomi X)
122
• Bayi 9 bulan, perempuan, keluhan demam 2 minggu, BAK
mengejan sambil menangis
• Mengganti popok 2 - 3x/hari
• Pemeriksaan lab : Hb 13 g/dl, leukosit 20.000/mm3, hitung
jenis 0/2/60/20/15/3, urin sedimen leukosit 15/lpb,
eritrosit 5/lpb, leukosit esterase (+), nitrit (+)
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH
JAWABAN:
A. ISK
• Bayi 9 bulan perempuan keluhan demam 2
minggu + BAK mengejan sambil menangis
curiga infeksi saluran kemih
• Mengganti popok 2 - 3x/hari faktor resiko
memudahkan infeksi saluran kemih
• Lab leukositosis, urin sedimen leukosit 15/lpb,
eritrosit 5/lpb, leukosit esterase (+), nitrit (+)
mendukung kondisi infeksi saluran kemih
• Gagal ginjal akut penurunan fungsi ginjal mendadak
yang mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeostasis, peningkatan kadar
kreatinin darah dan ureum
• Balanitis peradangan pada glans penis, bisa akibat
infeksi
• Sepsis disfungsi organ yang mengancam kehidupan
(life-threatening organ dysfunction) yang disebabkan
oleh disregulasi imun terhadap infeksi
• Bakteremia bakteri masuk dalam peredaran darah,
bisa terjadi pada infeksi
Infeksi Saluran Kemih
• UTI pada anak perempuan 3-5%, laki-laki 1% (terutama yang
tidak disirkumsisi)
• Banyak disebabkan oleh bakteri usus: E. coli (75-90%),
Klebsiella, Proteus. Biasanya terjadi secara ascending.
• Gejala dan tanda klinis, tergantung pada usia pasien:
– Neonatus: Suhu tidak stabil, irritable, muntah dan diare, napas tidak
teratur, ikterus, urin berbau menyengat, gejala sepsis
– Bayi dan anak kecil: Demam, rewel, nafsu makan berkurang, gangguan
pertumbuhan, diare dan muntah, kelainan genitalia, urin berbau
menyengat
– Anak besar: Demam, nyeri pinggang atau perut bagian bawah,
mengedan waktu berkemih, disuria, enuresis, kelainan genitalia, urin
berbau menyengat
Fisher DJ. Pediatric urinary tract infection. http://emedicine.medscape.com/article/969643-overview
American Academic of Pediatrics. Urinary tract infection: clinical practice guideline for the diagnosis and
management of the initial UTI in febrile infants and children 2 to 24 months. Pediatrics 2011; 128(3).
ISK
• 3 bentuk gejala UTI:
– Pyelonefritis (upper UTI): nyeri abdomen, demam, malaise, mual,
muntah, kadang-kadang diare
– Sistitis (lower UTI): disuria, urgency, frequency, nyeri suprapubik,
inkontinensia, urin berbau
– Bakteriuria asimtomatik: kultur urin (+) tetapi tidak disertai gejala
• Pemeriksaan Penunjang :
– Urinalisis : Proteinuria, leukosituria (>5/LPB), Hematuria
(Eritrosit>5/LPB)
– Biakan urin dan uji sensitivitas
– Kreatinin dan Ureum
– Pencitraan ginjal dan saluran kemih untuk mencari kelainan
anatomis maupun fungsional
• Diagnosa pasti : Bakteriuria bermakna pada biakan urin (>10 5 koloni
kuman per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) yang diambil
pagi hari)
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. & PPM IDAI
Tatalaksana
• Tujuan : Memberantas kuman penyebab, mencegah dan menangani komplikasi dini, mencari
kelainan yang mendasari
• Umum (Suportif)
– Masukan cairan yang cukup
– Edukasi untuk tidak menahan berkemih
– Menjaga kebersihan daerah perineum dan periurethra
– Hindari konstipasi
• Khusus
– Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara empirik selama 7-
10 hari
– Obat rawat jalan : kotrimoksazol oral 24 mg/kgBB setiap 12 jam, alternatif ampisilin,
amoksisilin, kecuali jika :
• Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
• Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri pinggang/bengkak)
• Pada bayi muda
– Jika respon klinis kurang baik, atau kondisi anak memburuk berikan gentamisin (5-7.5 mg/kg IV
sekali sehari) + ampisilin (25-50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3 parenteral
– Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks berulang, pielonefritis akut, ISK pada
neonatus, atau ISK kompleks (disertai kelainan anatomis atau fungsional)
– Pertimbangkan komplikasi pielonefritis atau sepsis
123
• Anak 7 tahun, keluhan gelisah sejak 1 hari yang lalu
• Demam tinggi, nyeri kepala, dan mual-muntah, 1 minggu
yang lalu nyeri tenggorok
• Riwayat 2 minggu yang lalu, kaki kanan anak tergigit
binatang
• PF: hiperventilasi, hipersalivasi, hidrofobia
• Tampak vulnus morsum yang mulai mengering
PENYEBAB…
DIAGNOSIS RABIES
JAWABAN:
A. VIRUS RNA FAMILY RHABDOVIRIDAE
• Anak 7 tahun demam tinggi, nyeri kepala, dan
mual-muntah curiga kondisi infeksi
• Riwayat 2 minggu yang lalu, kaki kanan anak tergigit
binatang + vulnus morsum mulai mengering
curiga infeksi penularan melalui gigitan binatang
rabies
• Anak gelisah + hiperventilasi, hipersalivasi,
hidrofobia (stimulasi otonom) stadium
neurologic akut pada rabies
• Penyebab virus RNA dari famiy rhabdoviridae.
Lyssavirus merupakan nama genus dari virus rabies,
bukan family
Rabies
• Penyakit infeksi akut pada Sistem Saraf Pusat (SSP)
yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan
melalui gigitan hewan menular rabies terutama
anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
• Penyakit rabies atau penyakit anjing gila
– Penyakit yang bersifat fatal
– selalu diakhiri dengan kematian bila tidak ditangani dan
diobati dengan baik.
• Telah dilaporkan 98 persen kasus rabies di Indonesia
ditularkan akibat gigitan anjing dan 2 persen akibat
gigitan kucing dan kera.
Rabies Virus Taxonomy
• Order: Mononegavirales
• Family: Rhabdoviridae
• Genus: Lyssavirus
• Species: Rabies lyssavirus
• Rabies virus is a rod- or bullet-shaped, single-
stranded, negative-sense, unsegmented, enveloped
RNA virus.
• The virus genome encodes five proteins.
124
• Anak 8 tahun keluhan bengkak seluruh tubuh
• Tidak ada riwayat sakit tenggorokan ataupun demam
• BAK darah disangkal
• Ada edem anasarka (+)
• Pada pemeriksaan lab ditemukan proteinuria +++,
Kolesterol 345 mg/dL, Hb 13 g/dL
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SINDROM NEFROTIK
JAWABAN:
A. SINDROM NEFROTIK
• Anak 8 tahun edema anasarca +
proteinuria masif + hiperkolesterolemia
sindrom nefrotik
• Tidak ada riwayat sakit tenggorokan serta
demam dan BAK darah disangkal
singkirkan kemungkinan sindrom nefritik
akibat GNAPS (biasanya lebih sering ada
hematuria)
• Gagal ginjal akut penurunan fungsi ginjal mendadak yang
mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeostasis, peningkatan kadar kreatinin
darah dan ureum
• Sindrom nefritik ada edema, hematuria, hipertensi, dan
penurunan fungsi ginjal
• Gagal ginjal kronis penurunan fungsi ginjal irreversible,
ada bukti abnormalitas struktur/fungsi ginjal menetap > 3
bulan
• Gagal jantung kongestif kondisi jantung gagal memompa
darah, sebabkan gejala termasuk edema, biasanya pada anak
paling sering karena defek jantung bawaan atau gangguan
struktur jantung misalnya gangguan katup
Sindrom Nefrotik
PENYEBAB TERSERING…
DIAGNOSIS SUSPEK TUMOR WILMS
JAWABAN:
C. TUMOR WILMS
• Anak 5 tahun datang benjolan di perut sejak usia 1
tahun massa perut sebelah kiri bisa dari ginjal,
hepar, dan struktur jaringan lunak lainnya
• BAK merah hematuria curiga massa dari ginjal
• Keluhan mual dan muntah serta sakit pada perut
bagian kiri + benjolan di abdomen regio lumbal kiri
curiga massa ginjal paling sering pada anak
Tumor Wilms
• Tumor Wilms merupakan tumor solid terbanyak
(5% jumlah kanker anak)
• Kadang tampak sesak + rhonki basal curiga
metastasis paru (85-95% tumor wilms metastasis ke
paru)
Wilms tumor
Gedzelman E, Meador KJ. Antiepileptic drugs in women with epilepsy during pregnancy. Ther Adv Drug Saf (2012) 3(2) 71–87
Hill DS, Wlodarczyk BJ, Palacios AM, Finnell RF. Teratogenic effects of antiepileptic drugs. Expert Rev Neurother. 2010
Long-Term Effects
• There is accumulating evidence from observational
studies that anticonvulsant treatment during
pregnancy may have deleterious effects on the
cognitive and neurologic function of the offspring that
may manifest later in life
• The evidence for this association is strongest with
valproate, which has been associated with increased
risk for lower cognitive test scores and impaired motor
development as well as an increased risk of autism
spectrum disorders.
Recommendation
• Because there are no clear data indicating that any drug is without risk in
pregnancy, we suggest that patients planning pregnancy should be managed
on the most effective antiseizure drug for their seizures (Grade 2C).
• As an exception, valproate should be avoided if an alternate effective
antiseizure drug regimen can be found (Grade 1B).
• Monotherapy and the lowest possible drug dose may limit risk of
teratogenicity.
• The antiseizure drug regimen should be optimized six months prior to planned
conception.
• We suggest NOT making changes to antiseizure drug regimen for the purpose
of reducing teratogenic risk in established pregnancy (Grade 2C).
• Folic acid supplementation (0.4 to 0.8 mg per day) is recommended for all
women of child bearing potential (Grade 1A).
• Folic acid supplementation prior to conception and during the first trimester
decreases risk for congenital neural tube defects
127
• Anak 4 tahun, keluhan BAB cair 5x/hari, nyeri perut
(+), tidak disertai darah dan lendir
• Pemeriksaan makroskopis tinja: darah (-), lemak (+)
• Mikroskopis tinja dijumpai parasit pipih simetris
bilateral dengan flagel 4
DIAGNOSIS …
DIAGNOSIS GIARDIASIS
JAWABAN:
E. GIARDIASIS
• Anak 4 tahun keluhan BAB cair 5x/hari +
nyeri perut + tidak disertai darah dan lendir
infeksi saluran cerna
• Pemeriksaan makroskopis tinja: darah (-),
lemak (+) steatorrhea kemungkinan
Giardiasis
• Mikroskopis tinja dijumpai parasit pipih
simetris bilateral dengan flagel 4
gambaran Giardia lamblia anak alami
Giardiasis
• Amoebiasis biasanya BAB darah dan lendir ditemukan
ada kista Entamoeba hystolitica
• Balantidiasis infeksi oleh Balantidium coli, biasanya
asimptomatik namun bisa juga diare kronik dan disentri,
ditemukan kista/trofozoit pada feses (trofozoit biasanya
oval , double nucleus, bersilia)
• Ascariasis ada riwayat BAB keluar cacing dan akan
ditemukan telur Ascaria lumbricoides pada tinja
• Ulkus peptikum keluhan lebih pada nyeri perut diarea
sekitar ulu hati, bisa ada ditemukan darah pada tinja
Giardiasis
• Etiologi: protozoa Giardia lamblia
• Gejala klinis
– Dapat asimtomatik
– Diare dengan gambaran ekskresi lemak meningkat (steatorrhea)
• Akut berbau, mual, distensi abdomen, demam, tidak ada darah
dalam tinja
• Kronis nyeri dan distensi abdomen, tinja berlendir, penurunan
berat badan
• Diagnosis:
– Pemeriksaan feses untuk memeriksa stadium kista atau trofozoit
apabila sampel segar
– Bila sulit dilakukan, dapat menggunakan pemeriksaan imuno-
enzim feses untuk mendeteksi Antigen Giardia
• Terapi:
– DOC: Metronidazole 3x250 mg atau 2x500 selama 5-7 hari (anak
3x15 mg/kgBB selama 5 hari)
– Alternatif: Tinidazole 2 g PO SD (anak 50 mg/kgBB PO SD)
Giardiasis
Anerior membulat
Trofozoit
Kista
Trofozoit:
- Pear shaped
Flagel Inti - Sepasang
nukleusseperti mata
- Pada bagian ventral
Posterior tajam terdapat alat
isapuntuk menempel
di mukosa usus
128
• Anak 3 tahun, dengan kelumpuhan ekstremitas kiri
• Sebelumnya demam disertai nyeri otot selama 1 minggu
• Kelumpuhan bersifat flaccid, kelemahan otot proksimal,
reflex superfisial dan dalam (-)
• Tidak pernah diimunisasi
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS POLIOMYELITIS
JAWABAN:
B. POLIOMIELITIS
• Anak 3 tahun kelumpuhan ekstremitas
kiri (asimetris) + flaccid paralysis +
kelemahan otot proksimal + arefleksia
curiga poliomielitis
• Sebelumnya demam disertai nyeri otot
selama 1 minggu biasanya onset diawal
sebelum ada kelemahan pada pasien
polio paralitik
• Tidak pernah diimunisasi faktor resiko
• GBS biasanya ascending paralysis disertai dengan
gangguan sensorik stocking & gloves
• Ensefalitis biasanya akan ada tanda infeksi berupa
demam hingga sakit kepala, lalu disertai penurunan
kesadaran pada anak
• Miastenia gravis kelemahan otot (autoimmune),
biasanya mengenai otot-otot kecil dulu seperti palpebra
(ptosis)
• Botulism kondisi keracunan makanan, berhubungan
dengan makanan kaleng/sayuran/ikan, bisa ada muntah,
dehidrasi, paresis okuler, hingga penurunan kesadaran
• Manifestasi
– Inapparent infection/asimptomatik
Poliomyelitis (90-95%)
– 5-10% tipe abortif/minor:
• Poliomyelitis merupakan • Demam
infeksi enterovirus oleh • Nyeri kepala, nyeri tenggorokan
poliovirus (family • Nyeri tangan dan kaki, letargi
Picornaviridae) • Gangguan saluran cerna
• Inkubasi : 5-35 hari – 1-2% major poliomyelitis:
• Transmisi: melalui rute fekal- • Non paralytic : Sindrom
meningitis
oral through atau menelan
air yang terkontaminasi • Paralytic
– Flaccid paresis dengan
• Virus akan bereplikasi dalam kelemahan proksimal asimetris
nasofaring dan saluran cerna serta arefleksia, terutama di
ke jaringan limfoid ekstremitas bawah
penyebaran ke dalam darah – Paresthesia tanpa hilang
viremia neurotropik sensorik atau disfungsi otonom
dan destruksi motor neuron – Atrofi otot
pada anterior horn PPM IDAI
Polio paralitik
• Polio paralitik diklasifikasikan menjadi 3 tipe berdasarkan
derajat keterlibatannya:
– Spinal polio paling umum (melibatkan 79% kasus paralitik
tahun 1969–1979). Terdapat paralisis asimetrik yang umumnya
melibatkan tungkai
– Bulbar polio menyebabkan kelemahan otot yang dinervasi
nervus kranialis (2% kasus tahun 1969-1979)
– Bulbospinal polio gabungan paralisis spinal dan bulbar (19%
kasus tahun 1969-1979)
– Studi autopsy pada satu pasien menunjukkan adanya gliosis dan
sel inflamatorik CD8+ pada kornu anterior dengan hilangnya sel
kornu anterior (moderate)
http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/polio.pdf | Uptodate 2018
Diagnosis Poliomielitis
Pemeriksaan Penunjang
• The diagnosis of poliomyelitis is suspected based on the clinical
presentation and cerebrospinal fluid findings.
• The gold standard for confirming the diagnosis is polymerase chain
reaction (PCR) amplification of poliovirus RNA from the
cerebrospinal fluid.
• Alternatively, the diagnosis can be confirmed by virus isolation, but
this method is less sensitive than PCR.
• Poliovirus can be isolated from throat secretions in the first week of
illness and from feces for several weeks.
• It rarely can be isolated from cerebrospinal fluid.
• The diagnosis can also be made serologically, by comparing viral
titers in acute and convalescent sera, but this method is slow and
often hard to accomplish with the large number of enteroviruses
PPM IDAI | Uptodate
129
• Anak usia 3 tahun, kelumpuhan ekstremitas kiri
• Sebelumnya demam selama 1 minggu
• Kelumpuhan bersifat flaccid, kelemahan otot
proksimal, reflex superfisial dan dalam (-)
• Bayi bisa malas minum dan ada riwayat faktor resiko dari anamnesis serta bisa
pula ditemukan tali pusat kotor dan berbau dari pemeriksaan
• Spasme pada tetanus neonatorum hampir menyerupai kejang, namun
gambaran klinis bisa dibedakan dimana pada tetanus neonatorum:
- Kontraksi otot tidak terkendali paling lama beberapa detik sampai menit
- Spasme sering meski sadar, terutama bila dipicu sentuhan, suara, atau cahaya
- Bayi tetap sadar meski menangis kesakitan selama ada spasme otot berulang
- Trismus (kaku rahang, mulut tidak bisa dibuka)
- Bibir mencucu seperti mulut ikan (carper mouth)
- Perut teraba keras
- Opistotonus (ada sela antara punggung bayi dengan alas saat bayi ditidurkan)
- Gerakan tangan seperti meninju dan mengepal (spastik anggota gerak boxing
position)
PPM IDAI 2009
Pemeriksaan penunjang
• Umumnya penegakkan diagnois bisa hanya dari
klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) yang
cukup khas
• Bila meragukan bisa dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk membedakan dengan diagnosis
banding sepsis neonatal atau meningitis:
– Pungsi lumbal
– Pemeriksaan darah rutin
– Kultur darah dan sensitivitas antibiotik
TATALAKSANA AWAL…
DIAGNOSIS TETANUS NEONATORUM
JAWABAN:
A. DIAZEPAM DAN ATS
• Bayi 2 hari tampak kaku seluruh tubuh dan
mulutnya mencucu + umbilicus bau busuk dan
ada bercak kopi infeksi tali pusat anak
kemungkinan alami tetanus neonatorum
• Bayi lahir ditolong dukun beranak + ibu
mengoleskan ramuan tradisional dari daun-
daunan serta membubuhkan kopi pada pusar
faktor resiko perawatan tali pusat tidak
higienis
• Tatalaksana awal berikan diazepam untuk
kontrol spasme dan ATS untuk netralisir toksin
Penanganan tetanus neonatorum (1)
• Pasang jalur IV dan beri cairan dosis rumatan
• Diazepam 10 mg/kgBB/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap
3-6 jam (dosis 0.1-0.2 mg/kgBB per kali beri), maksimal 40 mg/kgBB/hari
– Hati hati depresi napas! Kalau RR<30x/menit stop diazepam meski bayi
spasme (terutama bila tidak ada ventilator)
– Bila pasien henti napas selama spasme atau sianosis sentral setelah spasme
O2 kecepatan aliran sedang belum napas resusitasi dan rujuk ke
fasilitas NICU
– Kondisi khusus bisa gunakan muscle relaxant (vecuronium) dengan
tunjangan ventilasi mekanik untuk kontrol spasme
– Bila tidak ada akses IV pasang OGT dan beri diazepam melalui OGT (dosis
sama dengan IV, bila perlu tambahan dosis 10 mg/kgBB tiap 6 jam)
– Setelah 5-7 hari dosis diazepam dikurangi bertahap 5-10 mg/hari dan
diberikan melalui orogastric tube
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Kwashiorkor
Protein
Serum Albumin
Edema
Marasmus
Karbohidrat
Lemak subkutan
PEMERIKSAAN SEROLOGI…
DIAGNOSIS GLOMERULONEFRITIS (SUSP GNAPS)
JAWABAN:
B. ASTO
• Anak 8 tahun kencing berwarna seperti cucian
daging (hematuria gross) + kencing sedikit +
hipertensi + edema sindrom nefritik
• Riwayat infeksi saluran nafas serta demam diakui,
diberikan antibiotik, tetapi hanya diminum sehari
curiga infeksi Streptokokkus tidak diobati tuntas
sindrom nefritik dan Riwayat infeksi sal napas
suspek GNAPS
• Pemeriksaan serologi : ASTO (antibodi terhadap
streptolysin O, yang merupakan toxin yang
diproduksi oleh kuman grup A )meningkat
• MAT microagglutination testing, merupakan
metode pemeriksaan serologi (contoh pada
diagnosis leptospirosis bisa pemeriksaan MAT
untuk deteksi marker serologi)
• Anti rheumatoid factor antibody untuk
diagnosis rheumatoid arthritis
• ANA antinuclear antibody, biasanya serology
untuk kondisi autoimmune seperti lupus,
rheumatoid arthritis, hingga skleroderma
• DS DNA anti ds-DNA? anti double stranded
DNA, biasanya bila positif kuat sangat
mengarahkan pada kondisi SLE
Glomerulonefritis akut
• Glomerulonefritis akut kondisi yang ditandai dengan edema, hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (sindrom nefritik) di mana terjadi
inflamasi pada glomerulus
• Glomerulonefritis disebabkan oleh beberapa macam kelainan yang
memiliki karakteristik berupa kerusakan glomerulus akibat inflamasi
• Glomerulonefritis akut post streptococcal merupakan salah satu bentuk
tersering dari glomerulonefritis akut
• Gejala klinis:
Gross hematuria: urin berwarna seperti the atau coca-cola
Oliguria
Edema
Nyeri kepala, merupakan gejala sekunder akibat hipertensi
Dyspneabisa akibat edema paru atau gagal jantung yang mungkin terjadi
Hipertensi
Niaudet P. Overview of the pathogenesis and causes of glomerulonephritis in children. UpToDate, 2016
Parmar MS. Acute glomerulonephritis. Emedicine, 2016
Glomerulonefritis akut Pasca Streptokokus
Immune injuries
Proliferasi selular
Destruksi membran basal glomerulus
Lumen kapiler menyempit
hematuria
Aliran darah glomerular menurun
oliguria
Retensi air dan natrium
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PAROTITIS
JAWABAN:
C. PAROTITIS
• Anak 10 tahun keluhan demam sejak 3 hari
+ lemas + nafsu makan turun + benjolan di
leher + nyeri saat mengunyah makanan
infeksi teraba benjolan di submandibula
hingga preauricular curiga
mumps/parotisis epidemica
• Teman sebangku ada yg mengalami hal
serupa kondisi menular pada
mumps/parotitis
Mumps (Parotitis Epidemica)
• Acute, self-limited, systemic
viral illness characterized by the
swelling of one or more of the
salivary glands, typically the
parotid glands.
• Highly infectious to nonimmune
individuals and is the only cause
of epidemic parotitis.
• Taksonomi:
– Species: Mumps rubulavirus
– Genus: Rubulavirus
– Family: Paramyxoviridae
– Order: Mononegavirales
Mumps
• Salah satu penyebab parotitis • Penularan terjadi sejak 6 hari
• Satu-satunya penyebab parotitis sebelum timbulnya
yang mengakibatkan “occasional pembengkakan parotis sampai 9
outbreak” hari kemudian.
• Disebabkan oleh paramyxovirus, • Bisa tanpa gejala
dengan predileksi pada kelenjar • Masa inkubasi 12-25 hari, gejala
dan jaringan syaraf. prodromal tidak spesifik ditandai
• The transmission mode is person dengan mialgia, anoreksia,
to person via respiratory droplets malaise, sakit kepala dan demam
and saliva, direct contact, or ringan Setelah itu timbul
fomites. pembengkakan
• Insidens puncak pada usia 5-9 unilateral/bilateral kelejar parotis.
tahun. • Gejala ini akan berkurang setelah
• Imunisasi dengan live attenuated 1 minggu dan biasanya
vaccine sangat berhasil (98%) menghilang setelah 10 hari.
Mumps Treatment
• Conservative, supportive medical care is indicated for
patients with mumps.
• No antiviral agent is indicated, as mumps is a self-
limited disease.
• Encouraging oral fluid intake
• Refrain from acidic foods and liquids as they may cause
swallowing difficulty, as well as gastric irritation.
• Analgesics (acetaminophen, ibuprofen)
• Topical application of warm or cold packs to the
swollen parotid may soothe the area.
135
• Anak 10 tahun, keluhan ada penglihatan ganda
• Sulit menelan dan sulit berbicara sejak 2 hari
yang lalu
• Keluhan ini dirasakan setelah anak makan
makanan kaleng yang belum dimasak
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS BOTULISM
JAWABAN:
D. CLOSTRIDIUM BOTULINUM
• Anak 10 tahun keluhan ada penglihatan
ganda + sulit menelan dan sulit berbicara sejak
2 hari yang lalu gangguan neuromuskular
• Keluhan ini dirasakan setelah anak makan
makanan kaleng yang belum dimasak curiga
keracunan makanan Clostridium botulinum
sebabkan botulism (ada paresis nervus
kranialis akibat toksin cegah pelepasan
asetilkolin dari neuromuscular junction)
• Bacilus cereus keracunan makanan dari nasi goreng
terkontaminasi (muntah), atau daging (diare)
• Kandida albicans infeksi jamur candida, bisa sebabkan
kandidiasis oral atau oral thrush
• Clostridium perfringens daging tidak dimasak
matang/umbi umbian yang kemudian dibiarkan dulu sebelum
dimakan, keram perut akut dengan diare 8-24 jam setelah
menelan makanan, jarang muntah
• Staphilococcus aureus makanan dengan kadar garam/gula
tinggi tidak disimpan baik sebabkan pertumbuhan
stafilokokus, terkait dengan food handler, sebabkan muntah
dan BAB cair 1-4 jam setelah konsumsi makanan
FOOD POISONING
CLOSTRIDIUM BOTULINUM
• It is a gram positive anaerobic spore bearing bacilli
• Incriminated food: Most cases of botulism are associated with
home canned or bottled meat, vegetables and fish.
• Incubation period: 12-36 hours
• Clinical features: Common features include vomiting, thirst, dryness
of mouth, constipation, ocular paresis (blurred-vision), difficulty in
speaking, breathing and swallowing. Coma or delirium may occur in
some cases. Death may occur due to respiratory paralysis within 7
days.
Botulism
• Botulism is a rare disease with 4 naturally occurring syndromes:
– foodborne botulism is caused by ingestion of foods contaminated with
botulinum toxin
– wound botulism is caused by Clostridium botulinum colonization of a wound
and in situ toxin production,
– infant botulism is caused by intestinal colonization and toxin production,
– adult intestinal toxemia botulism is an even rarer form of intestinal
colonization and toxin production in adults.
• The clinical syndrome of botulism is highly distinctive, consisting of
symmetrical cranial nerve palsies, followed by symmetrical descending
flaccid paralysis that may progress to respiratory arrest
• Nausea, vomiting, and diarrhea often precede or accompany neurologic
manifestations; constipation typically follows after neurologic signs have
appeared.
• GI symptoms are more prominent in food-borne botulism and much less
pronounced in cases of wound botulism.
Botulism
136
• Anak 13 Tahun, tampak pendek dan tidak tumbuh tinggi
• Tampak lidah besar
• Tinggi badan 110 cm dan berat badan 40 kg
• Anak juga tampak cepat lelah, serta kulit kering dan sulit
ikuti pelajaran di Sekolah, bahkan tidak naik kelas
• Oleh karena servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang
total dapat menyebabkan syok dan memicu terjadinya perdarahan pasca persalinan yang masif
akibat atonia uteri yang menyertainya.
• Jenis
– Complete: fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya berada diluar
– Incomplete: fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri
• Bila uterus yang berputar balik keluar dari vulva: inversio prolaps
Hemorrhagia Post Partum: Inversio Uteri
• Gejala
– Syok
– Fundus uteri tidak teraba/ teraba
lekukan
– Kadang tampak massa merah di
vulva atau teraba massa dalam
vagina dengan permukaan kasar
– Perdarahan
• Terapi
– Atasi syok
– Reposisi dalam anestesi
Akibat traksi talipusat dengan plasenta
– Bila plasenta belum lepas: reposisi yang berimplantasi dibagian fundus uteri
uterus baru dilepaskan karena dan dilakukan dengan tenaga berlebihan
dapat memicu perdarahan >> dan diluar kontraksi uterus akan
menyebabkan inversio uteri
Inversio Uteri: Terapi
• Replacement of Inverted Uterus
Inversio Uteri
• Komplikasi fatal
persalinan
• Akibat plasenta
gagal lepas dari
dinding uterus
menarik uterus
keluar
• Pasien P4A0
• Pemeriksaan lokal: inspekulo: tampak vesikel
berukuran 2 mm di serviks.
• Biopsi: didapatkan cairan jernih.
• Pemeriksaan histopatologi: sel silindris menipis dan
sel kubus.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KISTA NABOTHIAN
JAWABAN:
C. KISTA NABOTHIAN
• Pasien tanpa keluhan yang berarti, pada
pemeriksaan tampak vesikel berukuran 2
mm di serviks.
• Hasil biopsi: cairan jernih, dan
histopatologis sel silindris menipis dan sel
kubus. Hal tersebut mengarahkan pada
kista Nabothi.
• Pilihan A lesi vesikel berkelompok, dasar
eritematosa, gatal nyeri, panas
• Pilihan B kista di labia arah jam 5 dan 7,
asimtomatik hingga bergejala akibat efek massa
(iritasi akibat gesekan) hingga infeksi (bartolonitis)
• Pilihan D massa di serviks, gejala: perdarahan,
terutama pos koital, inspekulo gambaran seperti
bunga kol, rapuh mudah berdarah
• Pilihan E kista di anterolateral superior vagina,
gejala: asimtomatik hingga gatal, dyspareunia
Kista Nabothi
• Etiologi
– Terjadi bila kelenjar
penghasil mukus di
permukaan serviks
tersumbat epitel skuamosa
• Gejala & Tanda
– Berbentuk seperti beras
dengan permukaan licin
• Pemeriksaan
- Pemeriksaan pelvis, kadang dengan kolposkopi untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain seperti keganasan
serviks
• Terapi: observasi ; Bila simptomatik drainase
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001514.htm
142
HINTS
Etiologi
• Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan hCG, hCG
yang meningkat dapat menyebabkan hipertiroidisme intermiten
karena meningkatkan reseptor hormone TSH
Komplikasi
• Akibat mual muntah → dehidrasi → elektrolit berkurang,
hemokonsentrasi, aseton darah meningkat → kerusakan liver
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Faktor Resiko
• Faktor resikonya adalah keadaan apapun yang
menyebabkan hCG meningkat, seperti:
– Obesitas
– Kehamilan gemeli
– Nuliparitas
– Mola hidatidosa
– Riwayat kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum
RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. 2016
Hiperemesis Gravidarum
Emesis gravidarum:
• Mual muntah pada kehamilan tanpa komplikasi, frekuensi <5 x/hari
• 70% pasien: Mulai dari minggu ke-4 dan 7
• 60% : membaik setelah 12 minggu
• 99% : Membaik setelah 20 minggu
Hyperemesis gravidarum
• Mual muntah pada kehamilan dengan komplikasi
– dehidrasi
– Hiperkloremik alkalosis,
– ketosis
Grade 1 Penurunan nafsu makan, nyeri epigastrium, peningkatan nadi
>100x/menit, tekanan darah menurun, dehidrasi
Grade 2 Apatis, nadi meningkat dan lemah, ikterik, oliguria, hemokonsentrasi,
nafas bau aseton
Grade 3 Syok hipovolemik, Somnolen-Koma, Ensefalopati Wernicke
1. http://student.bmj.com/student/view-article.html?id=sbmj.c6617. 2. http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview#a0104. 3.
Bader TJ. Ob/gyn secrets. 3rd ed. Saunders; 2007. 4. Mylonas I, et al. Nausea and Vomiting in Pregnancy. Dtsch Arztebl 2007; 104(25): A 1821–6.
Diagnosis
Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kementerian Kesehatan RI
Terapi Cairan Pada Hiperemesis
Gravidarum Dengan Hipovolemia
• Correct hypovolemia with up to 2 L intravenous Ringer's lactate infused over
three to five hours, supplemented with appropriate electrolytes and vitamins.
• Isotonic saline is used to treat hyponatremia in hypovolemic patients with
minimal or no symptoms and serum sodium levels >120 mEq/L who are at low
risk of complications from untreated hyponatremia or from excessive rapid
correction of hyponatremia such as osmotic demyelination syndrome (cerebral
edema and neurologic symptoms).
• After initial replacement fluid therapy with Ringer's lactate, we administer
dextrose 5 percent in 0.45 percent saline with 20 mEq potassium chloride at 150
mL/hour to patients with normal potassium levels (hypokalemia is discussed
below).
– It is prudent to avoid use of dextrose in the initial replacement fluid because of the
theoretical concern of inducing Wernicke's encephalopathy from dextrose infusion in
a thiamine-deficient state
https://www.uptodate.com/contents/treatment-and-outcome-of-nausea-and-vomiting-of-
pregnancy?search=hyperemesis%20gravidarum&source=search_result&selectedTitle=1~137&usage_type=default&display_rank=1
#H21389638
143
HINTS
• Diagnosis
– Perdarahan kehitaman dan cair, syok tidak sesuai dengan jumlah
darah keluar (tersembunyi), anemia berat, gawat janin/
hilangnya DJJ, uterus tegang dan nyeri
• Faktor Predisposisi
– Hipertensi
– Versi luar
– Trauma abdomen
– Hidramnion
– Gemelli
– Defisiensi besi
Solusio Plasenta: Gambaran Klinis
• Solusio Placenta Ringan
– Luas plasenta yang terlepas < 25% atau < 1/6 bagian (Jumlah perdarahan < 250 ml)
– kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%
– Tumpahkan darah yang keluar terlihat seperti pada haid, sukar dibedakan dari
plasenta previa kecuali warna darah yang kehitaman
– Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada
• Jika perdarahan ringan/ sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
• DJJ normal, lakukan seksio sesarea
• DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal: pertimbangkan
persalinan pervaginam
• DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
– pecahkan ketuban dengan kokher:
– Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
• DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan persalinan
pervaginam segera, atau SC bila tidak memungkinkan
Hipertensi dalam Kehamilan
PREEKLAMPSIA
• HT yang baru terjadi pada kehamilan / saat usia
kehamilan >20 minggu + gangguan organ
• Proteinuria (+) 2 atau lebih, jika tidak didapatkan
salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
1. Trombositopenia: <100.000/mikroliter
2. Gangguan ginjal: Cr serum >1.1 mg/dL atau terdapat
peningkatan kadar Cr serum pada kondisi tidak ada
kelainan ginjal lainnya
3. Gangguan hati: Peningkatan transaminase 2x normal
dan/atau adanya nyeri di daerah epigastrik atau RUQ.
4. Edema paru
Hipertensi dalam Kehamilan
5. Gangguan neurologi: Nyeri kepala, gangguan pengelihatan,
stroke
6. Gangguan pertumbuhan janin gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidroamnion, fetal growth restriction.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KISTA BARTHOLIN
JAWABAN:
A. KISTA BARTHOLIN
• Pasien datang dengan nyeri pada kemaluan
sejak seminggu sebelumnya, tanpa riwayat
keputihan. Pemeriksaan fisik: benjolan di
dekat mulut vagina, tanpa tanda
peradangan sehingga mengarahkan pada
diagnosis kista bartholin.
• Nyeri yang dialami oleh pasien diperkirakan
akibat gesekan kista bartolin saat berjalan
sehingga mengalami iritasi
• Pilihan C benjolan di dalam dinding vagina
area anterolateral superior, ukuran kecil <2 cm,
bisa terdapat nyeri
• Pilihan E benjolan disertai tanda peradangan,
sangat nyeri, dan fluktuasi.
Ginekologi
Jenis Keterangan
Kista Bartholin Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di
belakang labium mayor. Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma
atau infeksi
Kista Nabothi Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti
(ovula) dengan epitel berlapis gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan
permukaan licin (tampak spt beras)
Polip Serviks Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran
bbrp mm, kemerahan, rapuh. Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari
kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai introitus. Tangkai
mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip mengalami peradangan
dengan metaplasia skuamosa atau ulserasi dan perdarahan.
Karsinoma Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol,
Serviks rapuh, mudah berdarah pada serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu
displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis
dan ulserasi.
KISTA BARTHOLIN
Kelenjar Bartholin: Kista Duktus Bartholin:
• Bulat, kelenjar seukuran kacang • Kista yang paling sering
terletak didalam perineum pintu
masuk vagina arah jam 5 & jam 7 • Disebabkan oleh obstruksi
• Normal: tidak teraba sekunder pada duktus akibat
• Duktus: panjang 2 cm & terbuka inflamasi nonspesifik atau
pada celah antara selaput himen trauma
& labia minora di dinding lateral
posterior vagina • Kebanyakan asimptomatik
Bartholin Cyst
• Bartholin cyst • Bartholin abscess
– If the orifice of the – An obstructed Bartholin
Bartholin duct becomes duct can become infected
obstructed, mucous and form an abscess
produced by the gland
accumulates, leading to
cystic dilation proximal to
the obstruction.
– Obstruction is often caused
by local or diffuse vulvar
edema.
– Bartholin cysts are usually
sterile and the gland is not
affected.
Uptodate.com
Clinical Presentation
• Bartholin cyst :
– Unilateral, 1-3 cm
– typically painless, and may be asymptomatic or mild pain
– Most Bartholin cysts are detected during a routine pelvic examination or by the woman
herself.
– Larger cysts discomfort, typically during sexual intercourse, sitting, or ambulating.
– Patients may also find the presence of a cyst to be disfiguring, even in the absence of
symptoms.
– Cysts are likely to have clear or white fluid.
• Bartholin abscesses :
– typically present with such severe pain and swelling and patients are unable to walk, sit,
or have sexual intercourse.
– Abscesses have a purulent discharge that is typically yellow or green
– Fever - One-fifth of patients with abscess are febrile
– Unilateral, warm, tender, soft, or fluctuant mass in the lower medial labia majora or lower
vestibular area, occasionally surrounded by erythema (cellulitis) and edema
(lymphangitis).
– A large abscess, however, can expand into the upper labia.
– If the abscess is very close to the surface, pus may break through the thin layer of skin at a
point (pointing) and may drain spontaneously.
Kista & Abses Bartholin: Terapi
• Pengobatan tidak diperlukan pada wanita usia
< 40 tahun kecuali terinfeksi atau simptomatik
• Simptomatik
– Kateter Word selama 4-6 minggu
– Marsupialization: Alternatif kateter Word, biasanya
dilakukan jika rekuren tidak boleh dilakukan bila
masih terdapat abses obati dulu dengan antibiotik
spektrum luas Kateter Word
– Eksisi: bila tidak respon terhadap terapi sebelumnya
dilakukan bila tidak ada infeksi aktif, jarang dilakukan
karena menyebabkan disfigurasi
anatomis serta nyeri
PENANGANAN…
DIAGNOSIS PERSALINAN KALA II LAMA
JAWABAN:
E. RUJUK
• Pasien hamil 39 minggu sudah in partu dimana
terdapat mulas-mulas, keluar lendir darah, dan
kemungkinan sudah dipimpin meneran oleh dukun
sejak 3 jam terakhir, tapi tidak lahir-lahir. Pada
pemeriksaan pembukaan lengkap, ketuban (-),
kepala bayi di St+2. Hal ini menandakan pasien
mengalami persalinan kala II lama.
• Pada kondisi ini, ibu kemungkinan sudah Lelah,
sehingga tidak dapat dipimpin mengejan lagi, selain
itu bila kala II lama, dan tanpa diketahui kondisi his,
sudah lebih dari 2 jam, di Puskesmas, maka harus di
RUJUK, untuk persiapan dilakukan SC jika
diperlukan
• Pilihan A Ekstraksi vakum tidak dipilih karena
kemungkinan kelelahan pada ibu dan masih
terdapat kemungkinan bayi memang tidak
dapat dilahirkan per vaginam (kala II sudah
selama 3 jam, tanpa diketahui kondisi His )
Persalinan Lama
• Waktu persalinan memanjang karena
kemajuan persalinan yang terhambat.
• Syarat
– Kepala janin sudah mencapai pintu bawah panggul
– Pembukaan rahim sudah lengkap
– Selaput ketuban sudah pecah/ dipecahkan
Persalinan dengan Alat Bantu:
Vakum
Alat bantu berupa cup penghisap yang menarik kepala bayi dengan
lembut
Komplikasi
• perdarahan intrakranial, edema skalp, sefalhematoma,
aberasi, dan laserasi kulit kepala pada janin, laserasi
perineum, laserasi anal, maupun laserasi jalan lahir pada ibu
Persalinan dengan Alat Bantu:
Forceps
• Janin dilahirkan dengan tarikan cunam/ forceps di kepalanya
• Forceps/cunam: Logam, terdiri dari sepasang sendok (kanan-kiri)
• Janin • Janin
– Adanya gawat janin – Sama seperti pada ekstraksi
vakum
• Waktu
– Nullipara: 3 jam dengan anelgesi
lokal, 2 jam tanpa anelgesi lokal
– Multipara: 2 jam dengan anelgesi
lokal, 1 jam tanpa anelgesi lokal
Persalinan dengan Forcep
Syarat:
• Presentasi belakang kepala atau muka dengan
dagu di depan atau kepala menyusul pada
sungsang
• Pembukaan lengkap
• Penurunan kepala minimal Hodge 3+ (St 0)
• Kontraksi baik dan ibu tidak gelisah
• Ketuban sudah pecah
• Dilakukan di rumah sakit rujukan
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS PLASENTA PREVIA
JAWABAN:
D. PLASENTA PREVIA
• Pasien hamil 32 minggu datang dengan
perdarahan dari jalan lahir, tidak ada nyeri
perut, pemeriksaan inspekulo darah (+) di
forniks posterior dan ostium tertutup
mengarahkan pada perdarahan
antepartum ec plasenta previa.
• Pilihan C solusio plasenta tidak dipilih karena
biasanya disertai nyeri perut
• Plasenta letak marginal dan letak rendah baru
bisa diketahui dari hasil USG
• Plasenta akreta diketahui dari USG gambaran
plasenta swiss cheese, implantasi plasenta
mencapai lapisan permukaan luar miometrium.
Bisa ditemukan bersamaan dengan plasenta
previa
Plasenta Previa
• Implantasi pada tempat abnormal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (OUI)
Inspekulo + USG + Koreksi cairan dengan infus (NaCl 0,9% atau RL)
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Tatalaksana Plasenta Previa
Tatalaksana Umum
• PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Pemerik¬saan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
• Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
• Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
• Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio
sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan
• Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
Terapi Konservatif
• Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
• Syarat terapi ekspektatif:
– Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti dengan atau
tanpa pengobatan tokolitik
– Belum ada tanda inpartu
– Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
– Janin masih hidup dan kondisi janin baik
• Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
• Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
• Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
– MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau Nifedipin 3 x 20 mg/hari
– Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IM dosis tunggal
selama 2 hari untuk pematangan paru janin
• Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.
• Pastikan tersedianya sarana transfusi.
• Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu dapat
dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Terapi aktif
• Rencanakan terminasi kehamilan jika:
– Usia kehamilan cukup bulan
– Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
– Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
– Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi
kepala pemecahan selaput ketuban dan persalinan pervaginam masih
dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea
• Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan
u
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS KEGANASAN SERVIKS
JAWABAN:
C. BIOPSI
• Pasien dengan sosiodemografik usia 40
tahun multipara datang dengan keluhan
perdarahan usai berhubungan seksual,
ditemukan massa di serviks, permukaan
erosi, nyeri, cairan vagina berbau disertai
darah, sebaiknya dicurigai dulu pada
adanya kemungkinan keganasan di serviks.
• Dengan demikian pemeriksaan yang tepat
adalah biopsi. Cone biopsi juga berfungsi
sebagai terapeutik, selain sebagai
diagnostik.
• Pilihan A salah satu pilihan tatalaksana untuk
kista bartholin yang rekuren
• Pilihan B metode deteksi lesi pra kanker,
tidak digunakan pada kasus ini karena sudah
ada gejala dan tampak lesi massa di serviks
sudah menjadi Ca cervix
Kanker Serviks
• Keganasan pada serviks Faktor Risiko :
• Perubahan sel dari normal • HPV (faktor utama) 50% oleh
pre kanker (displasia) HPV 16 & 18
kanker • Multipartner
• Insidens : usia 40-60 tahun • Merokok
• Riwayat penyakit menular
seksual
• Berhubungan seks pertama
pada usia muda
• Kontrasepsi oral
• Multiparitas
• Status ekonomi sosial rendah
• Riwayat Keluarga
• Imunosupresi
• Defisiensi nutrien dan vitamin
Etiologi
HPV
(Human Papilloma Virus)
Terutama tipe risiko tinggi
memiliki kemampuan
untuk menonatifkan p53
dan pRb epitel serviks
berperan sebagai
penghambat
kelangsungan siklus sel.
Kanker Serviks: Tanda dan
Gejala
• Perdarahan pervaginam
• Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak
dari biasanya
• Perdarahan post menopause atau keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks, mudah berdarah
• Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan
berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Kanker Serviks: Diagnostik
• Diagnostik
– Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan
fisik
– Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks,
sistoskopi, IVP, foto toraks dan tulang, konisasi,
amputasi serviks
– Pelayanan Tersier: Proktoskopi
Panduan Pelayanan Klinis Kanker Serviks, Komite Penanggulangan Kanker (KPKN) 2015
Pemeriksaan
• Biopsi Cone
Prosedur diagnostik dan terapeutik
Pemeriksaan
• HPV DNA testing
Meningkatkan sensitifitas hingga 96% bersama
dengan Pap Smear.
HPV tidak dapat dikultur di laboratorium sehingga
digunakan teknologi molekuler untuk mendeteksi
DNA HPV dari sampel servikal, misalnya, dengan PCR.
149
HINTS
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
JAWABAN:
B. USG PAYUDARA
• Keluhan pasien 25 tahun, benjolan di
payudara kanan sejak setahun lalu,
pemeriksaan lokal benjolan 2 cm, batas
tegas, mobile, tanpa tanda peradangan dan
pembesaran KGB mengarahkan pada
diagnosis fibroadenoma mammae (FAM).
• Pemeriksaan untuk kondisi ini adalah USG
payudara untuk membedakan massa solid
dan kistik.
• Pilihan B Mamografi digunakan untuk
skrining pada pasien yang asimtomatik,
terutama untuk pasien di atas 35 tahun.
The Breast
Tumors Onset Feature
Breast cancer 30-menopause Invasive Ductal Carcinoma , Paget’s disease (Ca Insitu),
Peau d’orange , hard, Painful, not clear border,
infiltrative, discharge/blood, Retraction of the
nipple,Axillary mass
Fibroadenoma < 30 years They are solid, round, rubbery lumps that move freely in
mammae the breast when pushed upon and are usually painless.
Fibrocystic 20 to 40 years lumps in both breasts that increase in size and
mammae tenderness just prior to menstrual bleeding.occasionally
have nipple discharge
Mastitis 18-50 years Localized breast erythema, warmth, and pain. May be
lactating and may have recently missed feedings.fever.
Philloides 30-55 years intralobular stroma . “leaf-like”configuration.Firm,
Tumors smooth-sided, bumpy (not spiky). Breast skin over the
tumor may become reddish and warm to the touch.
Grow fast.
Duct Papilloma 45-50 years occurs mainly in large ducts, present with a serous or
bloody nipple discharge
Pemeriksaan Radiologis Payudara
• USG Mamae
– Tujuan utama USG mamae adalah untuk
membedakan massa solid dan kistik
– Sebagai pelengkap pemeriksaan klinis dan
mamografi
– Merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk
wanita usia muda (<35) dan berperan dalam
penilaian hasil mamografi ‘ dense’ breast
Mammography
• Skrening wanita usia 50thn atau lebih yang
asimptomatik
• Skrening wanita usia 35 thn atau lebih yang
asimtomatik dan memiliki resiko tinggi terkena kanker
payudara :
– Wanita yang memiliki saudara dengan kanker payudara
yang terdiagnosis premenopaus
– Wanita dengan temuan histologis yang memiliki resiko
ganas pada operasi sebelumnya, spt atypical ductal
hyperplasia
• Untuk pemeriksaan wanita usia 35 thn atau lebih yang
simptomatik dengan adanya massa pada payudara
atau gejala klinis kanker payudara yang lain
www.rad.washington.edu
• Treatment FAM:
– Watchfull waiting
– Traditional open excisional biopsy
• Biopsy
– Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
– Untuk menentukan adanya suatu penyakit
150
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SISA PLASENTA
JAWABAN:
E. SISA PLASENTA
• Pasien mengalami perdarahan post partum
setelah sebelumnya plasenta dilahirkan
dengan cara ditarik kencang. Pemeriksaan
terdapat tanda syok, TFU teraba 2 jari
bawah pusat dengan kontraksi uterus
hilang timbul. Kemungkinan penyebab
perdarahan pada pasien adalah adanya sisa
plasenta.
• Kontraksi uterus yang hilang timbul terjadi
karena gangguan kontraksi uterus akibat
adanya benda asing/ massa di dalam kavum
uteri
• Pilihan A Retensio plasenta merupakan kondisi
dimana plasenta tidak lahir, tidak tepat untuk kasus
di soal karena plasenta sudah dilahirkan.
• Pilihan B Inversio uteri tidak dipilih karena pada
soal uterus masih teraba, sementara pada inversio
uteri tidak teraba.
• Pilihan C Atonia uteri juga tidak tepat karena
TFU sudah dua jari di bawah pusat menandakan
uterus mengalami kontraksi yang membuat proses
involusi terjadi.
• Pilihan D Robekan jalan lahir tidak dipilih karena
tidak ada keterangan mengenai robekan pada soal.
Hemorrhagia Post Partum
• Definisi Lama
– Kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan pervaginam
– Kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan sesar (SC)
• Definisi Fungsional
– Setiap kehilangan darah yang memiliki potensial untuk
menyebabkan gangguan hemodinamik
• Insidens
– 5% dari semua persalinan
Hemorrhagia Post Partum:
Diagnosis
G E J A L A D A N TA N D A G E J A L A & TA N D A YA N G DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG ADA
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Syok Atonia uteri
• Perdarahan setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer)
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) berlebihan
• Uterus kontraksi baik • Inversio uteri akibat tarikan
• Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput (mengandung • Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya
pembuluh darah) tidak lengkap fundus tidak berkurang sebagian plasenta
• Perdarahan segera • (kontraksi hilang-timbul)
Hemorrhagia Post Partum:
Diagnosis
GEJALA DAN
G E J A L A D A N TA N D A TA N D A YA N G
DIAGNOSIS
YA N G S E L A L U A D A KADANG-KADANG
ADA
• Uterus tidak teraba • Syok neurogenik Inversio uteri
• Lumen vagina terisi massa • Pucat dan limbung
• Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
• Perdarahan segera
• Nyeri sedikit atau berat
• Hipertensi Kronik
• Hipertensi Gestasional
• PreEklampsia
• PreEklampsia Berat
• Superimposed PreEklampsia
• HELLP Syndrome
• Eklampsia
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Gestasional
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan
• Diagnosis
- Tekanan darah sistolik ≥140 atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg
– Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah kembali
normal <12 minggu pasca salin
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Tidak ada gangguan organ
• Tatalaksana Umum
– Pantau TD, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan,
diberikan antihipertensi
– Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
– Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik: Tatalaksana
• Sebelum hamil sudah diterapi & terkontrol baik, lanjutkan pengobatan
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
152
HINTS
GRADE PENYAKIT…
DIAGNOSIS INVERTED NIPPLE
JAWABAN:
C. GRADE 3
• Pasien post partum tidak dapat menyusui
bayinya karena puting tertarik ke dalam
inverted nipple.
• Pada pemeriksaan fisik: puting tidak dapat
dikeluarkan saat pemeriksaa sesuai
dengan grade 3.
• Akibat ASI yang tidak dikeluarkan karena
inverted nipple pasien mengalami
peradangan/mastitis yang ditandai
payudara yang nyeri, bengkak dan
kemerahan
• Pilihan A Grade 1 dapat dikeluarkan
dengan mudah dengan tekanan jari di sekitar
areola dan terkadang dapat keluar dengan
sendirinya.
• Plihan B Grade 2 dapat dikeluarkan
dengan tekanan jari, tetapi masuk kembali
setelah tekanan dilepas.
• Tidak ada grade 4 dan 5
Gangguan Proses Menyusui:
Inverted Nipple
• Etiologi: kongenital
(pendeknya duktus
laktiferus)
• Terapi:
– Massage dengan minyak
zaitun
– Tarik perlahan dan jepit
dengan jari selama
beberapa detik atau
menggunakan nipple
retractor
– Menggunakan nipple
shield saaat menyusui
Diagnosis
• Grade 1
– Puting tampak datar atau masuk ke dalam
– Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau sekitar areola.
– Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi
– Saluran ASI tidak bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.
• Grade 2
– Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas
– Terdapat kesulitan menyusui.
– Terdapat fibrosis derajat sedang.
– Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan.
– Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot polos.
• Grade 3
– Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan untuk
dikeluarkan.
– Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
– Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan
– Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah
154
HINTS
• Gejala/Tanda:
– Riwayat terlambat
haid/gejala & tanda hamil
– Akut abdomen
– Perdarahan pervaginam
(bisa tidak ada)
– Nyeri goyang porsio
– Keadaan umum: bisa baik
hingga syok dan penurunan
kesadaran
– Kadang disertai febris
Implantasi Memicu
embrio inflamasi edema
Nyeri
nyeri berat
Ectopic Pregnancy
• The most common site of ectopic implantation is
the fallopian tube, accounting for approximately
98% of cases.
– Fallopian tube sites include the ampullary, isthmic,
fimbrial, and interstitial portions.
• Additional sites include the cervix, ovary,
cesarean scar, and abdominal cavity.
• Sonographic evidence of an extrauterine
pregnancy is definitive for the diagnosis of an
ectopic pregnancy but occurs in fewer than one-
third of patient
Predileksi
Sumber: Sivalingam VN, Duncan WC, Kirk E, Shephard LA, Horne AW. Diagnosis and management of ectopic pregnancy. J Fam Plann Reprod
Health Care, 2011;: 1-10
KET: Kuldosentesis
Tatalaksana Khusus
• Laparotomi: eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii
• Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi)
• Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk
mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
• Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
• Atasi anemia dengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari
selama 6 bulan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu, WHO
155
HINTS
• Hodge adalah suatu bagian panggul yang berada pada rongga panggul yang
sifatnya antara satu dengan yang lainnya sejajar, ditentukan pada pinggir atas
symphisis
• Hodge I: Bidang yang dibentuk pada PAP dengan bagian atas sympisis dengan
promontorium
• Hodge II: Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak setinggi bagian bawah
sympisis
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Gestasional
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan
• Diagnosis
– TD ≥140/90 mmHg
– Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah kembali
normal <12 minggu pasca salin
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Tidak ada gangguan organ
• Tatalaksana Umum
– Pantau TD, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
– Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan
– Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
– Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
– Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Superimposed Preeklamsia
Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia
Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
Preeklampsia
• Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ.
• Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein
urin, namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan
gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
preeklampsia, yaitu:
– 1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
– 2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
– 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas
abdomen
– 4. Edema Paru
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tatatalaksana Preeklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Himpunan Kedokteran Feto Maternal 2016
– 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
– 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi
tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta :
Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
atau didapatkan adanya absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Pre Eklampsia Berat
157
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH
JAWABAN:
D. INFEKSI SALURAN KEMIH
• Pasien hamil 10 minggu keluhan lebih
sering buang air kecil, demam (+),
pemeriksaan urin leukosit urin +3
mengarahkan pada infeksi saluran kemih.
• Pilihan A Kista bartholin dan bartolinitis
ditandai dengan benjolan di bibir vagina.
• Pilihan D dan E Vulvitis dan vaginitis
infeksi vulvovagina, kemerahan, iritasi,
keputihan.
Urinary tract infection in Pregnancy
• Urinary tract infections (UTIs) are common in
pregnant women.
• By convention, UTI is defined either as a
lower tract (acute cystitis) or upper tract
(acute pyelonephritis) infection
• As in nonpregnant women, Escherichia coli is
the predominant uropathogen found in both
asymptomatic bacteriuria and UTI in pregnant
women
Asymptomatic Bacteriuria
• We screen all pregnant women at least once for asymptomatic bacteriuria.
• Screening for asymptomatic bacteriuria is performed at 12 to 16 weeks
gestation with a midstream urine for culture.
• The diagnosis is made by finding high-level bacterial growth (≥105 colony
forming units [cfu]/mL or, for group B Streptococcus, ≥104 cfu/mL) on urine
culture in the absence of symptoms consistent with UTI.
• Management of asymptomatic bacteriuria :
– Antibiotic therapy tailored to culture results, which reduces the risk of
subsequent pyelonephritis and is associated with improved pregnancy
outcomes.
– Following treatment, follow-up cultures are performed to confirm sterilization
of the urine. For those women with persistent bacteriuria, prophylactic or
suppressive antibiotics may be warranted in addition to retreatment.
Acute Cystitis
• Acute cystitis should be suspected in pregnant women who
complain about new onset dysuria, frequency, or urgency.
• The diagnosis is made by finding of bacterial growth on
urine culture in this setting.
• Management of acute cystitis :
– Empiric antibiotic therapy that is subsequently tailored to
culture results.
– Potential options for empiric and directed therapy include beta-
lactams, nitrofurantoin, and fosfomycin (table 1).
– As with asymptomatic bacteriuria, follow-up cultures are
performed to confirm sterilization of the urine. For those
women with persistent bacteriuria or recurrent cystitis,
prophylactic or suppressive antibiotics may be warranted in
addition to retreatment.
Acute pyelonephritis
• Acute pyelonephritis during pregnancy is suggested by the presence of flank
pain, nausea/vomiting, fever (>38ºC), and/or costovertebral angle tenderness, with
or without the typical symptoms of cystitis, and is confirmed by the finding of
bacteriuria in the setting of these symptoms.
• Pregnant women may become quite ill and are at risk for both medical (eg, sepsis,
respiratory failure) and obstetrical complications from pyelonephritis
• Management of acute pyelonephritis :
– hospital admission for parenteral antibiotics, preferably broad spectrum beta-lactams
(table 2).
– Antibiotic therapy can be converted to an oral regimen tailored to the susceptibility
profile of the isolated organism following clinical improvement.
– Oral options are generally limited to beta-lactams or, if in the second
trimester, trimethoprim-sulfamethoxazole. Following the treatment course, suppressive
antibiotics are typically used for the remainder of the pregnancy to prevent recurrence.
• It is generally accepted that penicillins (with or without beta-lactamase inhibitors),
cephalosporins, aztreonam, and fosfomycin are safe in pregnancy. Because of
possible but uncertain associations with adverse birth outcomes, we generally
avoid nitrofurantoin during the first trimester and trimethoprim-
sulfamethoxazole during the first trimester and near term unless no other options
are available.
158
HINTS
• Salphingitis akut biasanya disamakan dengan PID karena merupakan bentuk paling sering
dari PID
• Faktor Risiko
– Instrumentasi pada serviks dan uteri (IUD, biopsi, D&C)
– Perubahan hormonal selama menstruasi, menstruasi retrogard
• Diagnosis
• Nyeri perut bawah, nyeri adneksa bilateral, nyeri goyang serviks
• Tambahan: suhu oral > 38.3 C, keputihan abnormal, peningkatan C rekative protein, adanya bukti
keterlibatan N. gonorrhoeae atau C. trachomatis
• Terapi
– Rawat inap dengan antibiotik IV (cefoxitin dan doksisiklin)
– Rawat jalan dengan cefotixin IM dan Doksisiklin oral
– Operatif bila antibiotik gagal
http://emedicine.medscape.com/article/275463-overview#a2
PID:Current concepts of diagnosis and management,Curr Infect Dis Rep, 2012
PID: Pengobatan
• Harus berspektrum luas
• Semua regimen harus efektif melawan N. gonorrhoeae dan C.
trachomatis karena hasil skrining endoserviks yang negatif tidak
menyingkirkan infeksi saluran reproduksi atas
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
Pelvic Inflammatory Disease
http://depts.washington.edu/handbook/syndromesFemale/ch8_pid.html
Sexually active woman presenting with abnormal vaginal
discharge, lower abdominal pain, OR dyspareunia
Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?
YES NO
YES NO
NO YES
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS KETUBAN PECAH DINI PRETERM +
KORIOAMNIONITIS
JAWABAN:
B. PPROM + KORIOAMNIONITIS
• Pasien hamil 34 minggu datang dengan
keluhan air-air tanpa perut mulas
mengarahkan pada ketuban pecah dini
prematur (PPROM).
• Satu hari yang lalu, pasien demam tinggi,
cairan ketuban berbau busuk
korioamnionitis.
• Oleh karena itu, jawaban yang paling tepat
ialah PPROM + korioamnionitis
• PROM KPD pada kehamilan aterm
• Persalinan premature persalinan yang terjadi
sebelum usia gestasi 37 minggu tidak tepat
karena tidak menjelaskan adanya
koriomanionitis maupun KPD; pada soal tidak
dijelaskan ada tidaknya tanda-tanda inpartu
pada pasien
• Gawat janin tidak ada data di soal yang
mengarahkan pada kondisi gawat janin
• Infeksi puerperal infeksi postpartum dalam
42 hari sejak melahirkan
Korioamnionitis
• Etiologi dan Faktor Risiko
– Infeksi ascending dari vagina (IMS, BV)
– serviks pendek
– Persalinan prematur
– Persalinan lama
– Ketuban pecah lama
– Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
– Alkohol
– Rokok
• Gejala dan Tanda
– Demam > 38 C (paling sering), takikardia ibu > 100 bpm, takikardia janin >
160 bpm, cairan ketuban/keputihan purulen atau berbau, nyeri fundus
saat tidak berkontraksi, leukositosis ibu > 15.000
• Bila terdapat 2 atau lebih gejala dan tanda diatas risiko sepsis
neonatal >>>
http://emedicine.medscape.com/article/973237-medication
Tatalaksana
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS ANEMIA EC POST PARTUM HEMORRHAGE
JAWABAN:
A. USG ABDOMEN
• Keluhan pasien adalah keluar darah dari
jalan lahir setelah 2 jam sebelumnya
melahirkan, dan pemeriksaan darah
didapatkan Hb 6 g/dL anemia ec post
partum hemorrhage.
• Pada pemeriksaan fisik, fundus sulit teraba
dan tonus uterus tidak ada, mengarahkan
pada kemungkinan penyebab perdarahan
adalah atonia uteri.
• Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
pemeriksaan USG abdomen.
Perdarahan Postpartum:
Atonia Uteri
• Merupakan penyebab tersering PPH
Identifikasi sumber
Jika terus berdarah, Kompresi bimanual eksterna + perdarahan lain
Infus oksitosin dalam NS** • Laserasi jalan
Infus untuk restorasi cairan & jalur obat esensial, kemudian
lahir
lanjutkan KBI
• Hematoma
parametrial
Tidak berhasil • Ruptur uteri
• Inversio uteri
• Sisa fragmen
plasenta
Rujuk; Selama perjalanan Kompresi
bimanual eksterna **Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml
Berhasil Kompresi aorta abdominalis larutan NaCl 0,9%/Ringer
Tekan segmen bawah atau aorta Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan
abdominalis; lanjutkan infus infus 20 IU 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20
unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
oksitosin dalam 500 ml NS/RL/ jam Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti.
Terkontrol Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak membaik,
dimulai dari yang konservatif. pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan:
B-Lynch/embolisasi arteri uterina/ Ligasi a. uterina & ovarika/ histerektomi subtotal
Transfusi Rawat & Observasi
Atonia Uteri: Terapi
• Atonia Uteri - Bimanual Massage
164
HINTS
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
JAWABAN:
E. SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
• Pasien hamil 38 minggu datang dengan ada
riwayat hipertensi sebelumnya
hipertensi kronik.
• Pemeriksaan tekanan darah 180/100
mmHg, DJJ (+) 138 x/menit, proteinuria (+),
nyeri kepala dan nyeri ulu hati tanda
preeklamsia dengan gejala berat
• Adanya kondisi preeklampsia pada pasien
hipertensi kronik sesuai dengan
superimposed preeklampsia.
Hipertensi Kronik
• Definisi
– Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Diagnosis
– Tekanan darah ≥140/90 mmHg
– Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau
diketahui adanya hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
– Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
– Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata,
jantung, dan ginjal yang terjadi akibat hipertensi kronik ini
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Hipertensi Kronik: Tatalaksana
• Sebelum hamil sudah diterapi & terkontrol baik, lanjutkan pengobatan
• Suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari usia
kehamilan 20 minggu
Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Bakti Husada
Superimposed Preeklamsia
Superimposed preeklampsia
- Sudah ada hipertensi kronik sebelum hamil atau saat
usia kandungan <20 minggu disertai dengan kriteria
preeklamsia
Eklampsia
- Kejang umum dan/atau koma
- Ada tanda preeklampsia
- Tidak ada kemungkinan penyebab lain seperti
epilepsi, perdarahan subarachnoid, atau meningitis
Sumber: Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan WHO, 2013
ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS & FORENSIK
165
• Pada tahun 2019 dilakukan suatu survei tentang pemberian makanan
pendamping ASI dengan kejadian gizi buruk
• Peneliti tinggal menunggu ibu hamil yang datang ke puskesmas, dan apabila
anaknya memenuhi kriteria gizi buruk langsung diambil sebagai sampel.
• Akan tetapi, untuk memudahkan peneliti, subyek yang diambil harus bersedia
melakukan wawancara 5 kali selama 1 bulan, dan yang diambil adalah subyek
yang kontrol ke puskesmas antara hari Senin-Rabu-Jumat.
TEKNIK SAMPLING…
DIAGNOSIS JUDGEMENTAL SAMPLING
JAWABAN:
C. JUDGEMENTAL SAMPLING
• Teknik pengambilan sampel ini mengambil
sampel secara langsung tanpa randomisasi
apabila memenuhi kriteria inklusi sampel yaitu
gizi buruk, tetapi memiliki “kriteria sampel
tambahan” yang biasanya dipakai untuk
memudahkan penelitian (dalam hal ini subyek
yang diambil harus bersedia melakukan
wawancara 5 kali selama 1 bulan, dan yang
diambil adalah subyek yang kontrol ke puskesmas
antara hari Senin-Rabu-Jumat)
• Nama sampling ini adalah judgemental atau
purposive sampling
• Simple random sampling adalah pengambilan sampel dari
semua anggota populasi secara acak tanpa pembagian
apapun sehingga setiap orang punya kesempatan sama.
• Systematic sampling yaitu teknik pemilihan berdasarkan
urutan pola tertentu misalnya kelipatan angka 10 atau 50 dan
seterusnya.
• Stratified sampling dilakukan berdasarkan pemilihan
strata/tingkatan dengan karakteristik tertentu terlebih dahulu
seperti usia atau jenis kelamin, kemudian setelah itu
dilakukan pengacakan sampel.
• Convenience Sampling adalah memilih sampel langsung
sekehendak hati peneliti
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel
• Probability Sampling pengambilan acak
Simple Random Pengambilan sampel dari semua
anggota populasi secara acak tanpa pembagian
apapun (setiap orang punya kesempatan sama), ex:
dadu, koin, “arisan”
Systematic Dipilih berdasarkan urutan pola
tertentu, ex: tiap kelipatan 10, genap atau ganjil saja
Stratified Pemilihan berdasarkan strata/tingkatan
dengan karakteristik tertentu (ex: usia, jenis kelamin)
lalu setelah itu diacak sesuai kelompoknya.
Case fatality rate persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu,
untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus: jumlah kematian/jumlah seluruh kasus x 100%.
Angka kematian ibu jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas
(sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup.
Rumus: jumlah kematian ibu/jumlah kelahiran hidup x 100.000
Angka kematian bayi jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup. Rumus: jumlah kematian bayi/jumlah kelahiran hidup x
1000
Angka Kematian Ibu/
Maternal Mortality Rate (MMR)
DEFINISI
• Banyaknya kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000
kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu/
Maternal Mortality Rate (MMR)
Misalnya:
• Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio
(MMR) di Indonesia untuk periode tahun 1998 -
2002, adalah sebesar 307.
• Artinya terdapat 307 kematian ibu yang disebabkan
karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan pada periode tersebut per 100.000
kelahiran hidup.
167
• Di sebuah puskesmas didapatkan kerusakan
massal vaksin akibat kerusakan lemari es tempat
penyimpanan vaksin.
• Petugas kemudian melihat vaksin yang tersimpan
apakah masih viable atau tidak.
Keterangan:
• VVM A : bila belum kadaluwarsa, boleh digunakan
• VVM B : bila belum kadaluwarsa, SEGERA gunakan vaksin
• VVM C dan D : JANGAN digunakan, segera lapor pimpinan
Vaccine Vial Monitor
Contoh VVM Vaksin Hepatitis B Dan Interpretasinya
168
• Sebuah penelitian dilakukan untuk membandingkan
efektivitas manajemen obat anti hipertensi bernama
Melodipine.
• Hasil pada penelitian ini adalah perbedaan tekanan
darah sebelum dan setelah 2 jam diberikan terapi
pada individu yang sama.
Interpretasi :
8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit / tidak sehat)
170
• Tuan A, tinggal di rumah tersebut bersama
empat orang Istri pasien dan lima orang anaknya
yang belum menikah.
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Case series
Deskriptif
Memberi deskripsi Studi ekologi
tentang kejadian
penyakit
Cross
Desain studi
sectional
Analitik
Memberikan perlakuan kepada
Mencari hubungan antara Eksperimental subyek penelitian (misalnya obat)
suatu pajanan dengan
penyakit
Desain Penelitian Analitik
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Cross-sectional
– Pajanan/ faktor risiko dan outcome dinilai dalam waktu
yang bersamaan.
Cohort study
– Individu dengan pajanan/ faktor risiko diketahui, diikuti
sampai waktu tertentu, kemudian dinilai apakah outcome
terjadi atau tidak.
Case-control study
– Individu dengan outcome diketahui, kemudian digali
riwayat masa lalunya apakah memiliki pajanan/ faktor
risiko atau tidak.
Prinsip Desain Studi Analitik
Observasional
Assess Known
Case -control study exposure outcome
Known Assess
Prospective cohort exposure outcome
Known Assess
Retrospective cohort exposure outcome
172
• Seorang dokter melakukan pemeriksaan pada
karyawan perusahaan A. Dari hasil pemeriksaan
ditemukan pada seluruh karyawan didapatkan 5
kasus epilepsi, 3 kasus hipertensi, dan 2 migraine.
• Kemudian dokter memutuskan untuk melaporkan
kelayakan kerja dari pasien-pasien ini pada atasan.
http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=9
Siapa Yang Dianggap Miskin dan Tidak
Mampu? (9 dari 14 harus dipenuhi)
• Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
• Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
• Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
• Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.
• Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
• Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
• Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
• Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
• Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
• Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
• Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
• Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh
bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
• Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
• Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/
non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
http://www.pasienbpjs.com/2016/04/cara-menjadi-peserta-bpjs-pbi.html
174
• Dokter menjelaskan biaya tanggungan untuk
mendapat pelayanan BPJS yang dipotong dari
total gaji masing-masing karyawan.
• Untuk karyawan dengan gaji Rp 5.000.000,-,
2. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;
4. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
5. Peserta Pekerja Penerima Upah selain di atas (no 1-4) dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah di atas Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah) sampai
dengan Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah); dan
6. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 2
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
4. Peserta Pekerja Penerima Upah selain pada poin 1 sampai dengan 3 di atas dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji atau Upah sampai dengan Rp 4.000.000,00
(empat juta rupiah); dan
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
HAK KELAS PESERTA BPJS
KELAS 3
Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
dan
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III
https://www.panduanbpjs.com/penjelasan-ruang-perawatan-masing-masing-kelas-bpjs-kesehatan/
175
• Mahasiswa kedokteran sedang mengembangkan rapid test
untuk mendeteksi dengue.
• Untuk sampel terdapat 800 penderita dengue dan 1000 orang
bukan penderita dengue. Setelah dilakukan rapid test,
• Diperoleh hasil 400 positif pada penderita dengue dan 200
positif pada bukan penderita dengue.
SENSITIVITAS =
Kemampuan tes untuk
mendeteksi orang yang sakit
TP
dengan benar. TP+FN
Kemampuan tes untuk TN
S P E S I F I S I TA S = mendeteksi orang yang tidak
sakit dengan benar. FP+TN
Kemampuan tes untuk TP + TN
AKURASI = mendeteksi dengan benar
dari seluruh populasi. Total
UJI DIAGNOSTIK
SAKIT (+) SAKIT (-)
• Ingat bahwa OR>1 merupakan faktor risiko, OR<1 merupakan faktor protektif, dan OR=1
menunjukkan variabel yang diteliti tidak memiliki hubungan. Maka pada gado-gado,
karena ORnya berada dalam rentang <1 sampai >1, maka gado-gado tidak jelas
hubungannya dengan diare (apakah gado-gado adalah faktor risiko, protektif, tidak
berhubungan?).
• Hal yang sama juga didapatkan pada OR (95% CI) chicken katsu. OR chicken katsu adalah
5, tapi 95%CInya menunjukkan rentang <1 sampai >1, maka chicken katsu tidak dapat
disimpulkan sebagai penyebab diare.
• Hal berbeda pada nasi goreng, didapatkan OR 1,5 (95% CI 1,4-2,0). Dari nilai OR dan 95%
CInya yang lebih dari 1, maka jelas bahwa nasi goreng lah penyebab diarenya.
177
• Dilakukan suatu pemeriksaan kesehatan dan rokok pada
suatu perusahaan.
• Didapatkan 40% pegawai merokok dan tidak terdapat
keluhan serta tidak ingin mengubah kebiasaannya.
STUDY
DESIGNS
Analytical Descriptive
Case series
Observational Experimental
Cross-sectional
Case series
Deskriptif
Memberi deskripsi Studi ekologi
tentang kejadian
penyakit
Cross
Desain studi
sectional
Analitik
Memberikan perlakuan kepada
Mencari hubungan antara Eksperimental subyek penelitian (misalnya obat)
suatu pajanan dengan
penyakit
Desain Penelitian Analitik
179
• Pasien sudah meninggal dan ditemukan di pinggir
jalan dengan kondisi kaku & sendi-sendi tidak bisa
digerakkan pada bagian panggul, lutut, dan bahu
saja.
• Sendi-sendi kecil bisa digerakkan.
• Lebam mayat sudah ditemukan menetap.
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
TANATOLOGI FORENSIK
• Livor mortis atau lebam mayat
– terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah
kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya
gravitasi bumi .
– Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan
dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan.
– Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam.
Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap
8-12 jam.
Rigor mortis atau kaku mayat
• terjadi akibat hilangnya ATP.
• Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin
bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam
postmortem.
• Kemudian dipertahankan selama 12 jam, setelah itu akan
berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
• Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah.
• Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi
dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.
Pembusukan mayat
(dekomposisi)
• Terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri.
• Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai
dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau
busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain.
• RUMUS CASPER untuk perbedaan kecepatan pembusukan udara:
air: tanah = 8:2:1
• Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah
terutama bila dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari
predators seperti binatang dan insekta, dan rendahnya oksigen
menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.
Thanatologi
20 30 2 6 8 12 24 36
0 mnt mnt jam jam jam jam jam jam
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
180
• Dokter mendapat endorse dari perusahaan facial
wash.
• Dokter mencantumkan titel dokternya di
headline post iklan produk tersebut.
PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN, IDI, 2008
Intisari KODEKI
KEWAJIBAN UMUM KEWAJIBAN THD PASIEN KEWAJIBAN THD DIRI SENDIRI & TS
menjunjung tinggi, menghayati dan ..wajib merujuk jika tidak setiap dokter harus memelihara
mengamalkan sumpah dokter (pasal mampu, atas persetujuan kesehatannya supaya dapat
1) pasien(pasal 14) bekerja dengan baik (pasal 20)
Seorang dokter wajib selalu setiap dokter wajib merahasiakan setiap dokter harus senantiasa
melakukan pengambilan keputusan segala sesuatu yang diketahuinya mengikuti perkembangan ilmu
profesional secara independen, dan tentang seorang pasien , bahkan pengetahuan dan teknologi
mempertahankan perilaku juga setelah pasien itu meninggal kedokteran/kesehatan (psl 21)
profesional dalam ukuran yang dunia (pasal 16)
tertinggi. (pasal 2) setiap dokter memperlakukan
setiap dokter wajib melakukan teman sejawat nya sebagaimana
dalam melakukan pekerjaannya pertolongan darurat sbg suatu ia sendiri ingin diperlakukan
seorang dokter tidak boleh tugas perikemanusiaan, kecuali (pasal 18)
dipengaruhi oleh sesuatu yang bila ia yakin ada orang lain
mengakibatkan hilangnya bersedia dan mampu
kebebasan & kemandirian profesi memberikannya (pasal 17)
(pasal 3)
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.
Berbuat baik (beneficence) Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)
• Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar • Praktik Kedokteran haruslah memilih
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan pengobatan yang paling kecil risikonya dan
kesehatannya (patient welfare). paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
• Pengertian ”berbuat baik” diartikan first, do no harm, tetap berlaku dan harus
bersikap ramah atau menolong, lebih diikuti.
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Keadilan (justice)
Menghormati martabat manusia (respect
• Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
for person) / Autonomy ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
• Setiap individu (pasien) harus kewarganegaraan, status perkawinan,
diperlakukan sebagai manusia yang serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
memiliki otonomi (hak untuk menentukan terhadap pasiennya.
nasib diri sendiri), • Tidak ada pertimbangan lain selain
• Setiap manusia yang otonominya kesehatan pasien yang menjadi perhatian
berkurang atau hilang perlu mendapatkan utama dokter.
perlindungan. • Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Beneficence (Berbuat baik)
• General beneficence
– Melindungi dan mempertahankan hak, mencegah terjadinya kerugian
– Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
• Specific beneficence
– Menolong orang cacat, menyelamatkan dari bahaya, mengutamakan kepentingan pasien
– Memandang pasien/ keluarga/ sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter/ rumah
sakit/ pihak lain
– Maksimalisasi akibat baik
– Menjamin nilai pokok: “apa saja yang ada, pantas kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada
yang hidup)
• Prinsip tindakan
– Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
– Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
– “janji” atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpecaya
• Contoh tindakan
– Dokter bersikap profesional, bersikap jujur, dan luhur pribadi (integrity); menghormati pasien,
peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan teknisnya
– Memilih keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom (kurang mampu memutuskan
bagi dirinya), misalnya anak, pasien dengan gangguan jiwa, pasien dalam kondisi gawat
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
Non-Maleficence
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh
berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien; minimalisasi
akibat buruk
• Primum non nocere: First do no harm
• Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
– Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting dan dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
– Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
– Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
– Norma tunggal, isinya larangan
• Contoh tindakan:
– Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak
mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai
komoditi
– Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu
pengobatan yang tidak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran
amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
– Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia,
sengaja malpraktik etis
182
• Di sebuah sekolah menengah atas terjadi kehebohan. Di
gudang penyimpanan olahraga terdapat karung besar
berisi mayat perempuan tak dikenal.
• Pada jenazah terdapat banyak luka, tapi jenazah
meninggal dicurigai karena tertusuk benda tajam ke
jantung, dengan kedalaman luka 12 cm lebar 4 cm.
• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.
http://www.exploreforensics.co.uk/performing-an-autopsy.html
Teknik otopsi kepala
185
• Pasien 17 tahun belum menikah hamil 8 minggu
menjadi ketakutan dan minta saran terbaik
kepada dokter.
Pasal 52
• Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, dan negara.
• Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak
anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam
kandungan.
Pasal 53
• Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
• Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status
kewarganegaraannya.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan PASAL 76.
Abortus Provokatus Menurut
UU No.36 Tahun 2009
PASAL 76
• Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan :
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c) dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d) dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e) penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri
186
• Seorang laki laki datang dengan luka bakar akibat
asam di wajah, laki-laki tersebut ditemani polisi
yang membawa SPV.
• Dokter melakukan penanganan sementara dan
pasien dikatakan perlu dirawat hingga 7 hari
kemudian untuk melihat respons pengobatan.
DOKUMEN DIBERIKAN KEPADA POLISI DI HARI KE 7…
DIAGNOSIS VISUM ET REPERTUM
JAWABAN:
C. VISUM ET REPERTUM LANJUTAN
• Pada kasus ini terdapat luka yang perlu
perawatan inap lanjutan untuk melihat
hasil pengobatan, jadi dibuat VeR
sementara baru setelah hasil pengobatan
keluar dibuat VeR lanjutan
• Jadi yang diberikan ke polisi hari ke 7
adalah VeR lanjutan
VISUM ET REPERTUM
• Aspek medis: visum et repertum dibuat berdasarkan
penilaian dokter mengenai kondisi klinis pasien (dalam
hal ini korban), dapat berdasarkan pemeriksaan
langsung atau berdasarkan pemeriksaan yang tercatat
di rekam medis.
Antemortem Postmortem
Otopsi
Visum definitif anatomis
Otopsi forensik
Jenis Visum et Repertum Korban Hidup
JENIS LUKANYA…
DIAGNOSIS LUKA BACOK
JAWABAN:
C. LUKA BACOK
• Pada soal di atas terdapat kekerasan tajam
karena tepi rata dengan ujung lancip tanpa
jembatan jaringan, kemungkinan adalah
luka bacok karena menyebabkan patah
tulang iga (luka mengenai jaringan/ organ
tubuh yang lebih dalam)
• Luka sayat dan luka tusuk akan menyebabkan
luka dengan tepi rata, pada luka sayat akan
timbul luka yang lebih lebar dibandingkan
kedalamannya dibandingkan luka tusuk.
• Luka tembak akan menghasilkan luka berbentuk
bundar dengan bekas/kelim disekitarnya
• Luka memar berwarna kebiruan di kulit
Luka Akibat Kekerasan Tajam
• Luka tusuk: Akibat kekerasan tajam yang mengenai kulit dengan
arah kekerasan tegak terhadap permukaan kulit. Tepi luka rata.
– Lebar luka menggambarkan lebar pisau yang digunakan.
– Karena elastisitas kulit, dalamnya luka tidak menggambarkan
panjangnya pisau
• Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.
MEKANISME KEMATIANNYA…
DIAGNOSIS ASFIKSIA MEKANIK
JAWABAN:
A. SUMBATAN JALAN NAFAS
• Pada soal ini didapatkan adanya cyanosis
dengan warna keunguan pada bibir dan jari,
tardieu spot di mata yang menandakan
tanda asfiksia
• Kasus asfiksia pada gantung merupakan
jenis asfiksia mekanik. Jadi dipilih jawaban
A yang paling mendekati yaitu sumbatan
jalan nafas (asfiksia mekanik)
• Pilihan B merupakan tanda asfiksia
• Pada pilihan C seharusnya tidak ada tanda
asfiksia
• Pilihan D tidak dispesifikasikan di soal
• Pilihan E tidak dipilih karena jeratan lebih
menyumbat jalan nafas yang menyebabkan
asfiksia mekanik, dibandingkan menekan arteri
karotis yang hanya menyebabkan asfiksia ke
otak
Kematian akibat asfiksia
• Asfiksia (mati lemas): kondisi terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan oksigen darah
berkurang (hipoksia) dan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnea) kematian
• Penyebab:
– Asfiksia mekanik : trauma sebabkan sumbatan pada saluran
napas (pembekapan/smothering, penyumbatan/gagging dan
choking, penjeratan/strangulation, pencekikan/throttling,
gantung/hanging, penekanan dinding dada)
– Penyebab alamiah : penyakit misalnya laryngitis difteri,
fibrosis paru
– Keracunan : bahan sebabkan depresi pusat
napas/barbiturate, narkotika, karbon monoksida, hydrogen
sianida
Obstructive Compressional
asphyxia asphyxia
Solid obstruction
Strangulation:
(choking,
penjeratan
gagging)
Manual
strangulation:
pencekikan
Hanging
189
• Ditemukan mayat pria di bawah kebel listrik pada tiang
listrik yang roboh.
• Korban diduga meninggal akibat terkena listrik.
• Temuan fisik pada korban ditemukan Kerusakan jaringan
hebat pada punggung korban dimana kulit dan otot
punggung korban terkoyak hingga tulangnya terekspos.
RESPONS DOKTER…
DIAGNOSIS EUTHANASIA
JAWABAN:
E. TIDAK MENYETUJUI KALAU EUTHANASIA AKTIF
• Dari soal didapatkan pasien yang meminta
euthanasia, dalam hal ini yang
diperbolehkan hanya euthanasia pasif
secara volunter dimana pasien meminta
penghentian pengobatan agar
mempercepat kematian
• Tidak diperbolehkan euthanasia aktif
karena melanggar KODEKI (pasal 9, bab II)
dan KUHP pasal 344
• Dalam hal ini yang paling benar adalah E.
• Pilihan A dan B memang benar, pasien punya
hak mengakhiri hidup tapi bukan dengan
tangan seorang dokter, jadi tidak dipilih
• Pilihan C dan D tidak pernah dibenarkan
sebagai alasan dokter untuk mengambil nyawa
pasien
Euthanasia
“Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek
hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri”
• Konsep mati : Jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat
diyakini bahwa manusia tersebut telah mati baik secara fisik maupun
sosial. Yang harus diyakini adalah proses kematian tersebut bersifat
irreversible.
• Berdasarkan cara pelaksanaanya dibagi menjadi:
– Euthanasia aktif
– Euthanasia pasif
• Berdasarkan pengambil keputusannya dibagi menjadi:
– Euthanasia volunter
– Euthanasia involunter
Garrard E, Wilkinson S. Passive euthanasia. Journal of Medical Ethics (British Medical Journal)2005;31:64-68
Euthanasia aktif
• Eutanasia aktif langsung
Dilakukannya tindakan medik secara terarah yg
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien,
atau memperpendek hidup pasien.
• Eutanasia aktif tidak langsung
Saat dokter atau tenaga kesehatan melakukan
tindakan medik untuk meringankan penderitaan
pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut
dapat memperpendek atau mengakhiri hidup
pasien
EUTHANASIA PASIF
ASAL BENJOLAN…
DIAGNOSIS KISTA BRANKIAL
JAWABAN:
B. BRANCHIAL CLEFTS
• Anak usia 6 tahun dengan benjolan leher
kiri depan, benjolan berukuran 3 cm,
berada pada tepi atas anterior M.
Sternocleidomastoideus dan benjolan
dikatakan sudah ada sejak lahir
kemungkinan besar kelainan yang
mendasari yaitu kista brankial yang berasal
dari branchial cleft
• Pilihan jawaban D adalah lekukan sementara
yang terdapat pada bagian leher embryo, terdiri
dari arkus brankialis.
• Pada perkembangannya akan menghilang, bila
menetap, akan menjadi cervical sinus cyst, yang
dapat terdiri dari kista brankial, thyroglossal
duct cysts, dermoid cysts, dan median cervical
cleft.
Kista brankial
• Benjolan kongenital pada
leher yang berbatasan
dengan bagian posterior otot
sternokleidomastoideus
akibat gangguan celah
brankial
• Lebih sering terjadi pada usia
dewasa muda perempuan
3:2 laki-laki
• Terdapat beberapa
patofisiologi namun belum
jelas
• Tatalaksana dapat dilakukan
ekstripasi
Kista Branchial (Branchial Cleft Cyst)
• Tanda dan gejala klinis
– Massa soliter
– Tidak nyeri
– Riwayat bengkak intermiten
terutama berhubungan
dengan infeksi saluran napas.
– Karakteristik massa:
permukaan licin, kenyal,
fluktuasi (+)
– Lokasi: sepertiga bawah batas
anteromedial m.
sternocleidomastoideus.
– Bila terinfeksi, dapat tampak
sinus, pus (+)
192
• laki-laki berusia 47 thn keluhan mendengkur saat tidur.
• Saat tidur, pasien seringkali terlihat seperti tersedak dan henti
napas sementara kemudian terbangun. Keluhan berkurang
saat penderita tidur miring. Riwayat sakit menelan berulang.
• BB 94kg, TB 155cm.
• Cavum oris: tonsil T3/T3, kripta melebar, tidak tampak
hiperemis maupun detritus.
ETIOLOGI…
DIAGNOSIS OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA
JAWABAN:
E. OBESITAS
• Laki-laki, 47 tahun dengan keluhan mendengkur
saat tidur, seringkali seperti tersedak dan henti
napas sementara kemudian terbangun
berkurang saat penderita tidur miring. Riwayat
sakit menelan berulang. PF: obesitas, tonsil T3/T3,
kripta melebar, tidak tampak hiperemis maupun
detritus.
• Dari anamnesis dan PF yang tertulis di atas, pasien
mengalami OSA yang paling sering disebabkan oleh
obesitas.
• Faktor risiko lain: struktur yang abnormal, riwayat
keluarga, konsumsi alcohol/sedatives, hipotiroid.
• Pilihan jawaban lain tidak tepat.
• Pada soal, terdapat kondisi hipertrofi tonsil
akibat tonsilitis.
– Ini bisa juga menjadi faktur penyebab OSA karena
menghalangi jalan napas, tetapi pilihan jawaban
tonsillitis akut salah karena pasien mengalami
tonsilitis kronis, bukan tonsillitis akut.
OSA
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS FISTUL PREAURICULAR
JAWABAN:
D. FISTUL PREAURICULAR
• Diagnosis pasien ini kemungkinan
mengarah pada Fistel Preaurikula, karena
terdapat keluhan keluar cairan berbau dari
lubang kecil di depan daun telinga dan
terdapat riwayat keluhan yang sama
sebelumnya
• Pilihan jawaban A-C, dan E tidak dipilih karena
keluhan pasien tidak berasal dari dalam liang
telinga, tapi di depan aurikula
Fistula
Preaurikula
• Fistula preaurikula terjadi bila
terdapat kegagalan
penggabungan tuberkel ke
satu dan tuberkel ke dua.
• Biasanya berupa fistula pd
kulit anterior dari helix pd
tragus bagian atas.
• Kelainan herediter yang
bersifat dominan.
• Dari muara fistel sering keluar
cairan yang berasal dari
kelenjar sebasea
• Jika terjadi infeksi
pembentukkan abses.
Tatalaksana
• Biasanya pasien datang karena obstruksi atau
infeksi fistula sehingga terjadi pioderma atau
selulitis.
• Infeksi akut diatasi dengan pemberian antibiotik.
• Jika sudah terbentuk abses, dilakukan insisi
untuk drainase abses.
• Tindakan operasi diperlukan jika cairan keluar
berkepanjangan atau terjadi infeksi berulang
sehingga mengganggu aktivitas.
• Sewaktu operasi, fistel harus diangkat
seluruhnya untuk mencegah kekambuhan.
194
• Anak laki-laki, 13 tahun, keluhan mimisan tidak berhenti dari hidung kanan
dan kiri sejak 4 jam lalu.
• Perdarahan kurang lebih sebanyak 1/2 gelas air mineral kemasan. Sebagai
pertolongan pertama, sudah dicoba dengan menekan hidung namun tidak
berhasil.
• Pasien memiliki riwayat mimisan saat kecil namun dapat berhenti sendiri.
• Pasien terakhir mimisan 6 bulan lalu namun tidak sebanyak ini. Pasien riwayat
dirawat dengan AML satu bulan yang lalu.
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS EPISTAKSIS POSTERIOR
JAWABAN:
C. TAMPON BELLOCQ
• Pasien ini kemungkinan mengalami epistaksis
posterior karena datang dengan mimisan sejak 4
jam yang lalu, yang banyak (1/2 gelas air mineral),
dan tidak berhenti dengan menekan hidung.
• Epistaksis posterior yang dialami pasien ini
kemungkinan diakibatkan karena AML yang
diderita pasien
• Tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien ini
adalah pemasangan tampon Bellocq disertai
dengan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui status leukemia dan status hemostasis
pasien
• Pilihan D Tampon boorzolf tidak ada
• Pilihan E sudah dilakukan
• Pilihan jawaban lain tidak tepat.
Epistaksis
Penatalaksanaan
• Perbaiki keadaan umum
– Nadi, napas, tekanan darah
• Hentikan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah &
bekuan
– Pasang tampon sementara yang
telah dibasahi adrenalin 1/5000-
1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber
perdarahan
PEMERIKSAAN…
DIAGNOSIS BPPV
JAWABAN:
B. TES DIX HALLPIKE
• Kemungkinan diagnosis pada pasien adalah
vertigo perifer karena terdapat keluhan
pusing berputar, diperberat dengan
membuka mata dan perubahan posisi,
disertai mual dan muntah berat (tidak mau
makan)
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
memastikan vertigo perifer yang dialami
pasien adalah dengan tes Dix hallpike,
apabila positif, maka pasien mengalami
BPPV
• Tes Romberg untuk menilai adanya gangguan
keseimbangan, dapat untuk menentukan tipe
vertigo yang dialami pasien, vertigo sentral atau
perifer, terutama dilakukan bila terdapat
kecurigaan adanya vertigo sentral
• Tes epley manuver manuver terapi untuk BPPV,
bukan tes diagnostic
• Tes nystagmus tes untuk melihat arah
nystagmus pada pasien, dapat digunakan untuk
menentukan vertigo perifer dan vertigo sentral
• Tes glycerine untuk membantu diagnosis
meniere’s disease
Vertigo Perifer: BPPV vs non BPPV
BPPV Non-BPPV
Tidak selalu diprovokasi gerakan
Diprovokasi gerakan kepala
kepala
Diagnosis: Perasat Dix-Hallpike, Diagnosis: Head Thrust (Impulse) Test,
Sidelying, Roll Dynamic Visual Acuity Test
Nistagmus vestibuler pada tes posisi:
Nistagmus vestibuler pada tes posisi:
arah ke sisi telinga yang sehat, tidak
arah ke sisi telinga yang sakit, terdapat
terdapat masa laten, dapat terjadi
masa laten, dapat terjadi reverse
reverse nistagmus, tidak selalu
nistagmus, terdapat decay (fenomena
ditemukan decay (fenomena
kelelahan).
kelelahan).
Diagnosis BPPV
• BPPV is diagnosed based on medical history, physical examination, the
results of vestibular and auditory (hearing) tests, and possibly lab work to
rule out other diagnoses.
• Vestibular tests include the Dix-Hallpike maneuver and the Supine Roll
test.
– These tests allow a physician to observe the nystagmus elicited in response
to a change in head position. The problematic semicircular canal can be
identified based on the characteristics of the observed nystagmus.
• Dix-Hallpike (also referred to as the Nylen-Barany) manoeuvre is the
definitive diagnostic test for posterior canal BPPV
Tes dix-hallpike
Pemeriksaan BPPV
Interpretasi tes dix-hallpike(Untuk Kanalis
Semisirkularis Posterior & Anterior)
https://www.uptodate.com/contents/benign-paroxysmal-positional-vertigo
196
• Perempuan, 17 tahun, datang ke IGD diantar oleh kedua
orang tuanya dengan keluhan pusing disertai dengan
mual dan muntah.
• Pasien mengaku baru saja berpergian dengan
menggunakan angkutan umum sejauh 200 km karena
ingin mudik dan berlebaran di kampung halaman.
TERAPI…
DIAGNOSIS OTOSKLEROSIS
JAWABAN:
D. NA FLORIDA
• Pasien ini kemungkinan mengalami
otosklerosis karena pasien wanita,
mengalami penurunan pendengaran
perlahan, dan merasa lebih jelas
mendengar di suasana bising (paracusis
willisii).
• Pada otosklerosis, terapi medikamentosa
yang dapat diberikan adalah D. Na fluoride
• Pilihan Aterapi pada rhinitis alergi dan
motion sickness
• Pilihan Bterapi pada rhinitis alergi
• Pilihan Cterapi pada rhinitis dan OMA
• Pilihan E terapi pada infeksi bakteri
OTOSKLEROSIS
• Spongiosis tulang stapes (tersering) rigid tidak bisa menghantarkan
suara ke labirin
• Otosklerosis terkait faktor genetik, ¼-2/3 pasien memiliki saudara dengan
kelainan serupa.
• Rasio perempuan: laki-laki 2:1.
• Ketulian mulai timbul pada usia 10-30 tahun dan bersifat progresif.
Ad ■ The TM is more moveable than normal. Can Higher than normal peak height on tracing
result from:
• Disarticulation of the bony structures in
• the middle ear
• A TM that has healed over a previous
• perforation but is thinner and more
• mobile than expected
B ■ The TM is not moving at all. Can result from: No evidence of peak height on tracing.
• Middle ear fluid “Flat tympanogram”
• Severe scarring of the TM
• Tympanosclerosis
• Cholesteatoma or middle ear tumor
• Cerumen or obstruction in ear canal
■ A large volume (>2.0) type B could indicate:
• Perforation in the TM
• Patent tympanostomy tube
• Previous mastoidectomy
PEMERIKSAAN PENUNJANG…
DIAGNOSIS SINUSITIS
JAWABAN:
B. ROENTGEN FOTO WATERS
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah Sinusitis,
karena terdapat gejala hidung tersumbat sejak 4
bulan, PND (lendir kuning kental yang mengalir di
tenggorok), napas berbau, dan secret kental
kehijauan di daerah meatus nasi media.
• Pada sinusitis, pemeriksaan penunjang gold standar
adalah dengan CT scan paranasal, namun dipilihan
jawaban tidak ada
• Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan
adalah dengan foto Ro Waters, terutama untuk
sinusitis maksilaris dan frontalis
• Pilihan Auntuk kelainan pada mastoid
• Pilihan Duntuk menilai kelainan pada otak
Maxillary Sinuses
• Largest sinuses
– 3.5 cm high
– 2.5 – 3 cm wide
• Within maxilla
– Above upper teeth
http://www.fulspecialista.hu/en/nose/maxillary-sinusitis
Copyright © 2005, Mosby, Inc.
Frontal Sinuses
• Second largest sinuses
– 2 – 2.5 cm
• Normally:
– Between tables of vertical
plate in frontal bone
– Can extend beyond frontal
bone inot the orbital
plates
• Rarely symmetrical
• Number varies
(occassionally absent)
Mangunkusomo E., Soetjipto D. Sinusitis dalam Soepardi E. A. et al : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2007
Sinus trans-illumination test
• Performed in a dark room.
https://id.pinterest.com/yamahafreddy/skull-sinuses-facial-bones/ imageradiology.blogspot.co.id/2012/09/x-ray-pns-position-occipito-frontal.html
Modalitas X-Ray
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus