Anda di halaman 1dari 50

BAB V

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLAMBING DAN


SISTEM JARINGAN PERPIPAAN AIR LIMBAH INFEKSIUS

5.1 Kebutuhan Air Bersih


Pada perencanaan ini, sistem penyaluran air bersih merupakan sistem tangki
atap dimana sistem ini bersumber dari pipa utama Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo yang dihubungkan ke pipa air bersih gedung pelayanan terpadu
geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dimana air terlebih dahulu
ditampung di dalam tangki bawah (ground water tank) yang dipasang pada lantai
terendah bangunan, kemudian dialirkan dan di pompa menuju tangki atap (roof tank).
Tangki atap akan disimpan pada lantai tertinggi bangunan lantai 13 kemudian di
distribusikan ke masing-masing unit alat plambing. Skematik air bersih gedung unit
pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dapat
dilihat pada Gambar 5.1.

5.1.1 Kebutuhan Air Bersih Dingin

Kebutuhan air bersih dingin gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan
paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dihitung dari jumlah populasi penghuni
dan standar pemakaian air bersih yang disesuaikan dengan fungsi ruangnya
menggunakan SNI-03-7065-2005, dapat juga menggunakan standar pemakaian air
bersih berdasarkan Soufyan M. Noerbambang tentang perancanaan dan pemeliharaan
sistem plambing. Untuk standar pemakaian air bersih dapat dilihat pada tabel 2.1 dan
tabel 2.2.

Persamaan yang digunakan pada kebutuhan air bersih ini berdasarkan (Noerbambang,
2005):

Kebutuhan air (L/hari) = Jumlah populasi (Jiwa) x Standar pemakaian air bersih
(L/jiwa/hari)

V-1
Sumber: Noerbambang, 2005

V-2
Gambar 5.1 Skematik Air Bersih
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Keterangan:

1. Garis biru muda merupakan jalur pipa air bersih untuk menyalurkan air dari ground water tank menuju rooftank;
2. Garis biru tua merupakan jalur pipa air bersih distribusi air bersih dari roof tank ke alat plambing;
3. Garis orange merupakan jalur pipa air bersih distriusi air dari rooftank ke bagian kamar (lantai 6-lantai 10);
4. Garis merah merupakan jalur pipa air panas;
5. Warna hitam merupakan alat plambing;
6. Lingkaran merah pompa.

V-3
Kebutuhan air digedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo terdiri atas air bersih dingin dan air bersih panas.
Dimana untuk kebutuhan air dingin mencakup semua ruangan, sedangkan untuk air
panas di khususkan pada kamar rawat inap yaitu pada lantai 6 sampai lantai 10.

Berdasarkan tabel 5.1 sesuai dari hasil pengolahan data, total populasi di
gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo sebesar 1.624 jiwa. Hasil perhitungan kebutuhan air bersih sesuai
dengan populasi sebesar 117,46 m3/hari. Rekapitulasi perhitungan kebutuhan air
bersih dapat dilihat pada tabel 5.1 dan lampiran.

Tabel 5.1 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan
Nama Populasi Debit Rata-
No. Fungsi Ruang Air Bersih
Ruangan (Jiwa) rata (m3/hari)
(m3/hari)
1 Lantai 1 112 Lobby, Operator. 3.78 0.427
Lobby, Gymnasium,
2 Lantai 2 96 Kamar Occupational, 2.36 0.254
dapur, Janitor
3 Lantai 3 130 Lobby, Laboratorium. 1.96 0.246
4 Lantai 4 105 Lobby, R. Loker. 1.05 0.131
Lobby, janitor, musholla,
5 Lantai 5 229 3.02 0.378
dapur
Lobby, kamar rawat
6 Lantai 6 101 isolasi, pendidikan, Ruang 12 0.928
dokter.
Lobby, Rawat Non-infeksi,
7 Lantai 7 131 Ruang pendidikan, 24.81 1.75
musholla, Dapur.
Lobby, Rawat wanita tipe
8 Lantai 8 135 1-3, Ruang Dokter, familly 15.75 1.15
meeting, Dapur.
Lobby, ruang rawat
9 Lantai 9 129 fisioterapi, ruang tunngu 16.35 1.23
keluarga, musholla, janitor.
Lobby, kamar pasien VIP,
10 Lantai 10 119 kamar jaga dokter, janitor, 16.9 1.21
dapur.
Lobby, ruang staff, dapur,
11 Lantai 11 89 3.33 0.42
musholla.
Lobby, Pendidikan Kuliah,
12 Lantai 12 249 Perpustakaan, ruang tamu, 16.14 2.02
janitor.
Total Keseluruhan 1624 117.46 10.19
Sumber: Pengolahan Data, 2017

V-4
Keterangan:
Pengolahan data diatas menggunakan standar kebutuhan air sebagai berikut:

1. Karyawan menggunakan SNI-03-7065-2005 dengan penggunaan gedung yaitu kantor/ pabrik


sebesar 50 Liter/Karyawan/hari;
2. Mushola menggunakan SNI-03-7065-2005 dengan penggunaan gedung yaitu peribadatan sebesar
5 Liter/orang;
3. Ruang pendidikan menggunakan SNI-03-7065-2005 dengan penggunaan gedung yaitu SNU/SMK
dan lebih tinggi sebesar 80 Liter/sisa/hari;
4. Ruang Tamu menggunakan buku dari Noerbambang tahun 2005 dengan jenis ruangan
perkumpulan sosial sebesar 30 Liter/orang;
5. Perpustakaan dan serbaguna menggunakan buku dari Noerbambang tahun 2005 dengan jenis
gedung perpustakaan dan serbaguna sebesar 25 Liter/orang;
6. Pantry (dapur) menggunakan buku dari Noerbambang tahun 2005 dengan jenis gedung yaitu
restoran umum sebesar 15 Liter/ orang;
7. Pasien menggunakan buku dari Noerbambang tahun 2005 dengan jenis gedung yaitu Rumah sakit.
Pada standar ini digunakan dua standar Rumah Sakit Umum sebesar 350 Liter/pasien/hari, untuk
pasien yang menginap dan 8 Liter/pasien/hari untuk pasien luar (pasien yang tidak menginap).
Untuk rumah sakit ini tidak menggunakan SNI-03-7065-2005 dikarenakan standar kebutuhan air
bersihnya terlalu besar;
8. Jam kerja karyawan di bagi atas 3 shift yaitu menjadi 8 jam/ hari, sedangkan untuk pasien yang
menginap di durasikan sebesar 15 jam/ harinya.

5.1.2 Kebutuhan Air Bersih Kolam Terapi


Gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo memiliki 3 kolam terapi pasien untuk penyembuhan, dimana
diantaranya satu kolam terapi besar dan dua kolam whirlpool. Kolam whirlpool
merupakan kolam untuk terapi bagi pasien dengan populasi perendaman hanya 2 jiwa
per kolam whirlpool.

Untuk dapat mengetahui volume kolam, terlebih dahulu mengetahui


kedalaman dan luas penampang kolam. Pada kolam terapi dibutuhkannya balancing
tank dimana fungsinya untuk dapat menampung air yang melimpah sehingga dapat di
resirkulasi dan digunakan kembali. Durasi resirkulasi untuk kolam terapi sekitar 6
jam setiap harinya.

Perhitungan kolam terapi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kolam terapi
Data untuk kolam terapi diperoleh dari pengukuran pada gambar arsitek,
dimana panjang kolam tersebut sebesar 9 meter, lebarnya sebesar 3,6 meter
dan kedalaman sebesar 1,15 meter. Maka diperoleh volume nya sebesar 37,26

V-5
m3. Untuk perhitungan volume balancing tank dengan cara, luas kolam terapi
dikalikan 10%, maka diperoleh volume balancing tank nya sebesar 3,25 m3.

2. Whirlpool 1 dan Whirlpool 2


Sama halnya dengan kolam terapi, data untuk whirlpool diperoleh dari
pengukuran gambar arsitek, dimana panjang kolam tersebut sebesar 1,7 meter,
lebarnya sebesar 1,7 meter dan kedalaman sebesar 1,21 m. Maka volume nya
sebesar 3,5 m3. Untuk perhitungan volume balancing tank dengan cara, luas
whirlpool dikalikan 10%. Maka diperoleh volume balancing tank nya sebesar
0,3 m3. Volume total balancing tank untuk whirlpool 1 dan whirlpool 2
sebesar 0,6 m3.

Maka total kebutuhan air bersih untuk kolam terapi dan 2 kolam whirlpool
sebesar 3,82 m3, sehingga debit rata-rata kolam terapi dengan waktu
operasional 6 jam dalam sehari sebesar 0,64 m3/hari.

5.1.3 Kebutuhan Air Bersih Panas

Sama halnya dengan air bersih, kebutuhan air panas dihitung sesuai dengan
jumlah populasinya. Untuk kebutuhan air panas ini hanya melayani ruangan kamar,
ini disebabkan pasien inap gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo membutuhkan air panas untuk keperluan sehari-hari.
Dimana jumlah pasien inap dikalikan dengan standar pemakaian air bersih yang
disesuaikan dengan fungsi ruangnya menggunakan SNI-03-7065-2005. Dapat dilihat
pada tabel 2.3.

Persamaan yang digunakan pada kebutuhan air bersih ini berdasarkan (Noerbambang,
2005):

Kebutuhan air (L/hari) = Jumlah populasi (Jiwa) x Standar pemakaian air panas
(Ltr/jiwa/hari)

Sumber: Noerbambang, 2005

V-6
Perhitungan kebutuhan air panas digedung unit pelayanan terpadu geriatri dan
paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hanya mencakup kamar, dimana kamar
tersebut berada pada lantai 6 sampai dengan lantai 10. Berdasarkan tabel 5.2 sesuai
hasil pengolahan data, total pasien inap pada kamar sebesar 298 jiwa. Maka hasil
perhitungan kebutuhan air panas nya sebesar 32,80 m3 setiap hari. Rekapitulasi
kebutuhan air bersih panas dapat dilihat pada tabel 5.2 dan lampiran.

Tabel 5.2 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Panas


Kebutuhan Air Debit Rata-
No Populas
Nama Ruangan Fungsi Ruang Bersih rata
. i (Jiwa)
(m3/hari) (m3/hari)
1 Rawat Isolasi, Rawat
Lantai 6 34 4.86 0.27
Infeksi
2 Rawat Non-infeksi Pria
Lantai 7 89 9.07 0.57
dan Wanita
3 Lantai 8 48 Rawat wanita tipe 1-3 5.43 0.35
4 Rawat (Fisioterapi Akut,
Lantai 9 84 7.72 0.35
Delirium, Kronik)
5 Lantai 10 44 Rawat VIP 5.72 0.38
Total 298 32.80 1.92
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
1. Pengolahan data ini menggunakan standar kebutuhan air bersih SNI 03-7065-2005 dengan
penggunaan gedung yaitu Rumah Sakit yaitu sebesar 130 Liter/orang/hari;
2. Durasi pasien menginap dirumah sakit yaitu 15 jam/ hari.

5.2 Kapasitas Tangki Bawah (Ground Water Tank)


Kapasitas Ground water tank di gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan
paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo direncanakan 1 unit untuk dapat
digunakan sebagai penyimpanan air yang bersumber dari pipa utama pengolahan air
sumur dan PDAM yang ada di kawasan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang
dihubungkan ke pipa air bersih gedung pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo untuk kebutuhan sehari-hari.

Untuk dapat menentukan kapasitas ground water tank, terlebih dahulu perlu
diketahui total kebutuan air bersih lalu dikalikan dengan faktor kemanan (kehilangan
air yang di sebabkan oleh kebocoran) sebesar 20% (Noerbambang, 2005).

V-7
Pada perhitungan sebelumnya diperoleh kebutuhan air bersih dalam
penggunaan minimal sehari untuk perhitungan sesuai dengan populasi sebesar 117,46
m3, kebutuhan air pada kolam 3,82 m3 dan kebutuhan air air panas sebesar 32,8 m 3.
Maka total kebutuhan air bersih dalam penggunaan minimal sehari sebesar 154,08
m3. Berikut perhitungan kapasitas ground water tank dengan menggunakan
persamaaan (Noerbambang, 2005):

m3
Ground Tank = Kebutuhan air bersih + (Total kebutuhan air bersih x Faktor
hari
keamanan (20%))
3 3
m m
Ground Tank = 154,08 + (154,08 x 20% ) = 184,89 m3 ≈ 185m3
hari hari
Ground water tank yang direncanakan berbentuk rectangular dengan kedalam
3,5 m (0,5 dari 3,5 m merupakan safety factor), panjang dan lebar sebesar 7,5 m.
Maka kapasitas sebenarnya untuk ground water tank di gedung unit pelayanan
terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebesar 197 m3.

5.3 Kapasitas Tangki Atas (Roof Tank)


5.3.1 Kapasitas Tangki Atas Air Bersih Dingin (Roof Tank)
Roof tank di gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo berfungsi untuk dapat menyimpan air bersih yang berasal dari
ground water tank dan dapat mendistribusikan air bersih ke semua ruangan yang ada
di gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo dengan persaman sebagai berikut (Noerbambang, 2005):

Volume ground tank


Qr=
Jam Kerja
Qp=Qr x c 1
Q maksimum =Qr x c 2
Keterangan:
C1 = Faktor kebutuhan jam puncak
(1,5 – 2)
C2 = Faktor kebutuhan menit puncak
(3 – 4)
Qr = Debit rata-rata (m3/jam)

V-8
Qp = Kebutuhan jam puncak dalam waktu 24 jam (m3/menit)
Qr = Kebutuhan rata-rata dalam pemakaian sehari (m 3/hari)
Qmaksimum = Kebutuhan menit puncak pada saat jam puncak (m3/menit)

VE= [ Qp−Qmax ] x Tp+Qpu x TPU


Sumber: Noerbambang, 2005

Keterangan:
VE = Kapasitas efektif tangki atas (m3)
TP = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
TPU = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
QPU = Qmaksimum
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat dihitung kapasitas roof tank sebagai
berikut:
 Kapasitas Ground Water tank= 185 m3
 Jam kerja = 8 jam untuk karyawan
15 jam untuk pasien rawat inap
 Qr = (Qr Air bersih dingin + Qr air bersih kolam +
Qr air bersih panas)
= (10,19 + 0,64 + 1,92) m3/hari
= 12,75 m3/jam
 C1 =2
 C2 =3
1 jam
 Qp = 12,75 m3/jam x 2 x = 0,425
60 menit
m3/menit
1 jam
 Qmaksimum = 12,75 m3/jam x 3 x = 0,637
60 menit
m3/menit
 TP = 60 menit
 TPU = 45 menit
 VE =
3 3
m m m3
[ 0,425
menit
−0,637
menit ]
x 60 menit +0,67
menit
x 45 menit

¿ 41,42 m3

V-9
Diperoleh kapasitas rooftank air bersih dingin sebesar 41,45 m3 dengan
kedalaman rooftank sebesar 3 m panjang dan lebar 4 m maka diperoleh kapasitas
sebenarnya yaitu 48 m3. Jenis rooftank yang digunakan yaitu rooftank jenis panel
yang diletakkan pada lantai atap atau lantai 13.

5.3.2 Kapasitas Tangki Atas Air Panas (Tangki Pemanas)


Penentuan tangki air panas untuk kegiatan air panas ini berdasarkan SNI-03-
7065-2005 paling sedikit sekitar 1/10 dari total kebutuhan air panas. Dimana sumber
air panas di alirkan dari rooftank air dingin menuju tangki air panas. Kapisata tangku
air panas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Kapasitas Tangki Air Panas Sesuai Penggunaan Gedung


No. Penggunaan Gedung Kapasitas Tangki Penyimpan sehari
1 Rumah tinggal 1/5
2 Rumah susun 1/5
3 Hotel 1/5
4 Rumah sakit 1/10
5 Kantor 1/5
6 Pabrik 2/5
7 Restoran 2/5
Kamar mandi umum
8 1/5
(1 x mandi per orang)
Sumber: SNI-03-7065-2005

Total kebutuhan air panas di gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan
paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebesar 32,8 m3 atau 32.802 Liter.
Kapasitas tangki untuk penggunaan gedung rumah sakit yaitu 1/10 dari total
kebutuhan air panas, maka diperoleh kapasitas tangki air panas sebesar 3.280,2 Liter
setara dengan 3,3 m3. Kedalaman tangki air panas sebesar 1 m serta panjang dan lebar
sebesar 2 m, maka diperoleh kapasitas sebenarnya sebesar 4 m3.

5.4 Kapasitas Daya Pompa

Pompa yang digunakan di gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo berjumlah 2 pompa, 1 pompa aktif (kerja) dan 1
pompa cadangan. Fungsi pompa adalah untuk dapat manyalurkan air bersih yang

V - 10
berada di ground water tank menuju tangki atas (rooftank). Perhitungan kapasitas
pompa menggunakan persamaan (Ir. Sularso, 1987):

ρ.g.Q.H
P=

Keterangan:
 P = daya pompa (KW)
 ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
 g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
 Q = kapasitas pompa (m3/detik)
 H = head total (m)
 ᶯ = Efisiensi pompa
Persamaan perhitungan Head (H) (Ir. Sularso, 1987):

H = h S + h V + hL

Keterangan:
 H = head total pompa (m)
 hs = Kehilangan tekanan akibat adanya perbedaan elevasi (m)
 hv = Kehilangan tekanan akibat adanya laju aliran air (m)
 hL = Kehilangan tekanan akibat adanya gesekan pada pipa (m)
Tahapan untuk menghitung kapasitas pompa yang akan digunakan di gedung
unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
sebagai berikut:
1. Kapasitas pompa
Besaran kapasitas pompa dapat dilihat di perhitungan kapasitas roof tank yaitu
dengan melihat debit maksimum (Q maksimum) atau kebutuhan menit puncak
(Liter/menit). Maka kapasitas pompa tersebut sebesar 637 L/menit atau 0,01
m3/detik.
2. Head statis (Hs)
Head statis merupakan kehilangan tekanan yang diakibatkan perbedaan
elevasi dari sisi keluar pompa menuju sisi hisap pompa, atau dari ground
water tank sampai dengan roof tank. Perbedaan elevasi dapat dilihat pada
Gambar 5.2.

V - 11
3. Diameter pipa
Diameter pipa pada perhitungan ini digunakan untuk mengalirkan air dari
ground water tank menuju roof tank. Untuk dapat mengetahui diameter yang
dibutuhkan harus di lakukan perhitungan menggunakan persamaan sebagai
berikut:

V = kecepatan aliran air 1,2 m/s (Noerbambang, 2005)


Q 0,01 m3 / s
A= = = 0,0083 m2
V 1,2 m/s
1
A= x π x d2
4
Ax4
d=
√ π
2
d = 0,0083m x 4 = 0,1 m = 100 mm
√ π

V - 12
Gambar 5.2 Skematik Pipa Ground Water Tank Menuju Roof Tank
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
1. Head statis gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo sebesar 59,3 m.
2. Elevasi Ground Water Tank berada pada elevasi -3 m, dimana elevasi ini menyatakan
kedalaman ground water tank.
3. Elevasi Rooftank berada pada elevasi +55,8 m, dimana elevasi ini menyatakan kedalaman
rooftank dengan kedalaman +3 m.
4. Head loss(h L )
Kehilangan tekanan akibat adanya gesekan pada pipa, maka diperoleh head
loss dengan kapasitas pompa sebesar 673 L/menit sebagai berikut:
Q 1,85
hL = 6,05 x ( 1,85
C xd )
4,87
x 105

637 L/menit 1,85


= 6,05 x ( 1,85 4,87
150 x 100 mm )
x 105 x 83,19 m = 0,13 bar = 1,3 m

5. Kecepatan aliran sebenarnya

V - 13
1
A= x π x d2
4
1
A= x π x ( 0,1 m )2
4
= 0,008 m2
Q 0,01 m3 / s
V= = = 1,25 m/s
A 0,008 m2
6. Head velocity
Kehilangan tekanan akibat adanya laju aliran air pada pipa. Untuk
mengetahuinya dapat dinyatakan dengan persamaan:
v2
hV =
2x g
1,252 m/ s
hV = = 0,079 m
2 x 9,81 m/ s

7. Head total
Head total adalah besarnya head minimal yang harus disediakan oleh pompa
untuk dapat mengalirkan air sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Dapat
dihitung dengan persamaan:
H=hs+h L + hV H=59,3 m+1,3 m+ 0,079 m=60,68 m
8. Efisiensi Pompa
Untuk dapat menentukan efisiensi pompa diperlukannya data debit maksimum
(Qmaksimum) yaitu sebesar 637 L/menit atau setara dengan 38,22 m3/jam.

V - 14
Gambar 5.3 Kurva Efisiensi Pompa dari GWT Menuju Rooftank
Sumber: Webcaps, 2017

Setelah memasukkan data yang dibutuhkan, diperoleh angka efisiensi pompa


sebesar 66,6% atau setara dengan 67%.
9. Daya pompa
Pompa digunakan untuk menaikan air dari ground water tank ke rooftank
melalui sistem perpipaan. Dapat dihitung dengan persamaan:
kg m m3
1000 .9,81 .0,01 .60,68 m
m3 s detik
P= =8.884 watt=8,88 K watt
67 %
Sehingga daya pompa yang dibutuhkan untuk gedung unit pelayanan terpadu
geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menaikan air
bersih dari ground water tank menuju roof tank sebesar 8,88 Kwatt.

5.5 Penentuan Diameter Pipa Mendatar Air Bersih

Perencanaan pipa mendatar di dalam gedung banyak ditemukannya


percabangan pipa dalam pembagian jalur distribusi ke alat plambing, maka sangat
penting dihitung besaran diameter pipa distribusi air bersih yang akan digunakan.
Kapasitas aliran air bersih harus merata dan sesuai dengan kebutuhan aliran masing-

V - 15
masing unit alat plambing yang digunakan pada gedung unit pelayanan terpadu
geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Perhitungan atau penentuan diameter pipa air bersih yang digunakan untuk
dapat mendistribusikan air bersih yang ditinjau satu per satu dari unit alat plambing
yang terjauh setiap lantainya, setelah itu dilihat Fixture Unit (FU) Unit Beban Alat
Plambing (UBAP) sesuia dengan jenis unit alat plambing yang dapat dilihat pada
tabel 2.4, selanjutnya menghitung FU kumulatif dari setiap persimpangan jalur
distribusi, menghitung jumlah Plambing Fixture (PF) unit, mengetahui faktor
keserempakan (%) yang disesuaikan dengan banyaknya unit alat plambing dapat
dilihat pada tabel 2.5 dan tahapan selanjutnya menentukan diameter yang dibutuhkan
untuk dapat mengalirkan air bersih ke suatu alat plambing sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Dapat dilihat pada Gambar 5.4 dan tabel 5.4
(perhitungan keseluruhan diameter air bersih dingin dapat dilihat pada lampiran)
merupakan contoh jalur distribusi air dan contoh perhitungan pipa air bersih.

Gambar 5.4 Jalur Distribusi Air Bersih Lantai 1 pada Shaft 1A


Sumber: Pengolahan Data, 2017

V - 16
Tabel 5.4 Contoh Perhitungan Diameter Pipa Air Bersih Lantai 1 pada Shaft 1A
Segmen PF FU FU PF Faktor
Ø
Alat Keserempaka Perkalia
Dar (UBAP Uni (mm
Ke Plambing Ø Kumulatif n n
i ) t )
(%)
WC A Water 15 3 3 1 100 3 20
Closet
UR A Urinal 20 2 2 1 100 2 20
A B -     5 2 100 5 20
LV B Lavatory 15 1 1 1 100 1 15
B D -     6 3 87.5 5.25 20
WC C Water 15 3 3 1 100 3 20
Closet
LV C Lavatory 15 1 1 1 100 1 15
C D -     4 2 100 4 20
D E -     10 5 70 7 25
KS E Kitchen 20 1.5 1.5 1 100 1 15
Sink
E F -     11.5 6 65 7.47 25
LV F Lavatory 15 1 1 1 100 1 15
F G -     12.5 7 60 7.5 25
WC G Water 15 3 3 1 100 1 15
Closet
G Shaft       15.5 8 55 8.525 25
1A
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Untuk contoh perhitungan ini diambil pada segmen D ke E dan segmen G ke Shaft
1A, berikut perhitungannya:

- D ke E
Jenis alat plambing =-
Diameter =-
Unit Beban Alat Plambing (FU UBAP) =-
UBAP Kumulatif = B ke D + C ke D
= 6 + 4 = 10
Unit alat plambing (PF Unit) = B ke D + C ke D
= 3 + 2= 5
Faktor Keserempakan (%) = 70% (Noerbambang, 2005)
Perkalian =

F . keserempakan x FU Kumulatif
100 %

V - 17
70 x 10
= =4,2
100 %
Diameter terpilih = 25 mm
- G ke Shaft 1A
Jenis alat plambing =-
Diameter =-
Unit Beban Alat Plambing (FU UBAP) =-
UBAP Kumulatif = F ke G + Water Closet ke G
= 12.5 + 3 = 15.5
Unit alat plambing (PF Unit) = F ke G + Water Closet ke G
=7+1 =8
Faktor Keserempakan (%) = 55% (Noerbambnag, 2005)
Perkalian =

F . Keserempakan x FU Kumulatif
100 %
55 x 15,5
= =8,525
100 %
Diameter terpilih = 25 mm

Untuk perhitungan pipa air panas yang membedakannya yaitu UBAP nya
lebih kecil dibandingkan dengan UBAP air bersih dingin yaitu sebesar ¾ dari UBAP
air bersih (SNI-8153, 2015) dapat dilihat pada catatan dibawah tabel 2.4. Dapat
dilihat pada Gambar 5.5 dan tabel 5.5(perhitungan keseluruhan diameter air bersih
dingin dapat dilihat pada lampiran) merupakan contoh jalur distribusi air panas dan
contoh perhitungan pipa air panas.

V - 18
Gambar 5.5 Jalur Distribusi Air Panas Lantai 6 pada Shaft 6AC
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Tabel 5.5 Contoh Perhitungan Dimensi Pipa Air Panas Lantai 6 pada Shaft 6AC
Segmen PF FU FU PF Faktor
Alat Ø
Keserempak Perkalia
Da Plambin (UBAP Kumulat (mm
Ke Ø Unit an n
ri g ) if )
(%)
LV A Lavatory 15 0.75 0.75 1 100 0.75 15
SH A Shower 20 1.5 1.5 1 100 1.5 15
A B - 2.25 2 100 2.25 20
SH B Shower 20 1.5 1.5 1 100 1.5 15
B C - 3.75 3 87.5 3.28 20
LV C Lavatory 15 0.75 0.75 1 100 0.75 15
Shaft
C 4.5 4 75 3.37 20
6AC
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Untuk contoh perhitungan ini diambil pada segmen B ke C dan segmen C ke Shaft
6AC, berikut perhitungannya:

- B ke C
Jenis alat plambing =-
Diameter =-
Unit Beban Alat Plambing (FU UBAP) =-
UBAP Kumulatif = A ke B + Shower ke B
= 2.25 + 1.5 = 3.75
Unit alat plambing (PF Unit) = A ke B + Shower ke B

V - 19
=2+1 =3
Faktor Kesereakan (%) = 87.5% (Noerbambang, 2005)
Perkalian =

F . Keserempakan x FU Kumulatif
100 %
87.5 x 3,75
= =3,28
100 %
Diameter terpilih = 20 mm
- C ke Shaft 6AC
Jenis alat plambing =-
Diameter =-
Unit Beban Alat Plambing (FU UBAP) =-
UBAP Kumulatif = B ke C + Lavatory ke C
= 3.75 + 0.75 = 4.5
Unit alat plambing (PF Unit) = B ke C + Lavatory ke C
=3+1 =4
Faktor Keserempakan (%) = 75% (Noerbambnag, 2005)
Perkalian =

F . Keserempakan x FU Kumulatif
100 %
75 x 4.5
= =3,375
100 %
Diameter terpilih = 20 mm

Setelah dilakukan perhitungan pipa mendatar air bersih (dingin dan panas)
yang berfungsi untuk dapat menyalurkan air bersih dari setiap percabangannya
menuju satu per satu unit alat plambing berada pada rentang 15 mm sampai 65 mm.

5.6 Kehilangan Tekanan (Titik Kritis)


Kehilangan tekanan yaitu tidak terpenuhinya aliran air yang disesuiakan
dengan tekanan alat plambing yang dibutuhkan setiap alat plambing dapat dilihat
pada tabel 2.8. Kehilangan tekanan ini akan menimbulkan kesulitan dalam

V - 20
pemakaian air bersih sedangkan jika tekanan berlebih akan dapat menimbulkan rasa
sakit yang diakibatkan tekanan yang berlebih sehingga dapat mempercepat kerusakan
pada alat plambing. Standar kecepatan yang digunakan yaitu sebesar 0,9 sampai
dengan 1,2 m/detik dan batas maksimum berkisat antara 1,5 sampai dengan 2,0
m/detik (Noerbambang, 2005).

Aliran distribusi air bersih di gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan
paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan aliran gravitasi, dimana
distribusi air berasal dari rooftank lalu dialirkan ke masing-masing alat plambing.
Maka dari itu diperlukannya perhitungan kehilangan tekanan atau titik kritis pada
lantai paling atas gedung, karena ditakutkan adanya tekanan yang tidak terpenuhi
dalam sistem aliran gravitasi ini.
Untuk perhitungan kehilangan tekanan (titik kritis) di gedung unit pelayanan
terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini dihitung dari dua
lantai paling atas yaitu lantai 11 dan lantai 12 dengan cara menentukan titik kritis alat
plambing yang ada pada lantai tersebut. Dapat dilihat pada Gambar 5.6 merupakan
contoh jalur yang dilakukan untuk perhitungan kehilangan tekanan.

Gambar 5.6 Jalur Pipa Air Bersih Lantai 12 pada Shaft 12A
Sumber: Pengolahan Data, 2017

V - 21
Setelah dilakakukan perhitungan pada kedua shaft (A dan B) dilantai 12
diperoleh titik kritis pada shaft A dengan alat plambing shower bertekanan 0,7 Bar
(Noerbambang, 2005) untuk mendapatkan tekanan tersebut dibutuhkan tekanan awal
sebesar 0,56 Bar, maka di perlukannya pompa yang dapat membantu menambah
tekanan pada gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Berikut contoh perhitungan kehilangan tekanan dapat dilihat pada
tabel 5.6 dan lampiran.

V - 22
Tabel 5.6 Contoh Perhitungan Kehilangan Tekanan Air Bersih pada Gedung Unit Pelayanan Terpadu Geriatri dan Paliatif Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo
Segmen Head Head Head Tekanan Akhir
Tekanan
Lantai Alat Plambing Elevasi Loss Velocity
Dari Ke Awal (M) M Bar
(m) (m) (m)
SH A Shower -2.6 0.02 0.01 7.00 4.44 0.44
A B - 0 0.04 0.02 4.44 4.49 0.45
B C - 0 0.13 0.03 4.49 4.65 0.46
C D - 0 0.08 0.05 4.65 4.78 0.48
D E - 0 0.63 0.08 4.78 5.49 0.55
KS F Kitchen Sink -4.5 0.15 0.03 3.50 -0.82 -0.08
12 F G - 0 0.05 0.02 -0.82 -0.76 -0.08
Shaft 12A G H - 0 0.05 0.04 -0.76 -0.67 -0.07
H I - 0 0.04 0.03 -0.67 -0.60 -0.06
SH J Shower -2.6 0.02 0.01 7.00 4.43 0.44
J K - 0 0.05 0.04 4.43 4.53 0.45
K I - 0 0.08 0.03 4.53 4.64 0.46
I E - 0 0.12 0.02 -0.60 -0.46 -0.05
E SHAFT 12 A - 0 0.12 0.06 4.64 4.81 0.48
Shaft ke
shaft 12 rooftank - -0.2 0.27 0.06 5.49 5.62 0.56
Rooftank
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Keterangan:
Ø = Diameter
V = Kecepatan
Q = Debit
M= Meter Kolom Air

V - 23
Berikut ini merupakan salah satu contoh perhitungan kehilangan tekan di lantai 12
pada shaft 12A di titik terjauh dari Shower ke A:

Segmen Shower (SH) ke A


 Diameter pipa : 20 mm (pengolahan data, 2017).
 Ketinggian jenis alat plambing : 1,8 m (Shower).
 Faktor kekasaran pipa (C)
Poly Propylene Random (PPR) : 150 untuk pipa PPR
(SNI 03-1745, 2000) tabel 2.9
 Elevasi Awal : (Tinggi gedung pada lantai 12 (m) +
Tinggi pemasangan alat plambing (m))
: (48,2 + 1,8) m = 50 m.
 Elevasi Akhir :(Tinggi gedung pemasangan rooftank –
Jarang pemasangan pipa (m))
: (52,8 + 0,2) m = 52,6 m
 Head Elevasi (m) : (Elevasi awal (m) – elevasi akhir
(m)).
: (50 – 52,6) m = -2,6 m.
 UBAP : 2 (Pengolahan Data, 2017)
 Laju aliran (L/menit) : 9,4 Liter/menit (SNI-8153,2015) Tabel 2.6
 Panjang pipa SH Ke A : 1,13 m (pengolahan data, 2017)
 Panjang pipa eqivalen (leq(m)) : Panjang pipa + (panjang pipa x 20%)
: 1,13 m + (1,13 x 20%) m = 1,36 m.
Q1,85
 Headloss (m) ( 6
)
: HL = 6,05 x 1,85 4,87 x 10 x leq
C d

9,4 L/menit 1,85


= 6,05 x ( 1,85
150 20 mm4,87 ) x 106 x 1,36 m

= 0,02 m.
Q
 Kecepatan aliran (V(m/detik)) :V=
A

V - 24
1
: A= x π x d2
4

1
: A= x π x(0,02)2= 0,000314 m2
4
9,4 1
(
: V = 1000 ) x( )m 3/detik
60 = 0,5 m/s
0,000314 m2
v2
 Head velocity (m) : HV =
2x g
0,52 m/ s
: HV = = 0,01 m.
2 x 9,81 m/ s
 Tekanan awal : Tekanan standar untuk Shower sebesar
7 M (Noerbambang, 2005)
Tabel 2.8
 Tekanan akhir : Head total adalah akumulasi besaran
dari seluruh Head (tekanan). Dimana
hasil akhirnya menentukan apakah
sebuah gedung membutuhkan atau
tidaknya pompa yang berfungsi sebagai
alat bantu untuk menambahkan tekanan
supaya dapat mengalirkan air bersih
sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

H=H elevasi + H Loss + H velocity +Tekanan awal

H = -2,6 m + 0,02 m + 0,01 m + 7 M

= 4,44 M atau 0,44 bar.

5.6.1 Pompa Tekan (Booster)

Pada perhitungan tekanan yang sudah dilakukan, pada lantai 12 membutuhkan


tekanan tambahan dari pompa tekan (booster). Kehilangan tekanan pada lantai 12

V - 25
shaft 12A yaitu sebesar 5,97 M atau setara dengan 0,6 bar. Maka perhitungan
kapasitas pompa tekan (booster) yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Kapasitas pompa
Untuk dapat menentukan besaran kapasitas pompa yang akan digunakan
ditetukan terlebih dahulu jumlah unit alat plambing dapat dilihat pada tabel
5.7.

Tabel 5.7 Perhitungan Unit Beban Alat Plambing Air Bersih Lantai 12
Jenis Alat Plambing Jumlah Alat Plambing UBAP FU Kumulatif
WCT 9 3 27
WCFV 0 4 0
UR 4 2 8
LV 13 1 13
Kran 4 1 4
KS 2 1.5 3
SH 4 2 8
Total 63
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
WCT : Water Closet Tank LV : Lavatory
WCFV : Water Closet Flush Valve KS : Kitchen Sink
UR : Urinoar SH : Shower

Dapat dilihat pada tabel 5.7 diatas maka jumlah unit beban alat plambing
pada lantai 12 sebesar 45. Setelah itu melihat laju aliran air bersih dari
jumlah unit alat plambing ini dengan melihat ke tabel 2.6. Berdasarkan tabel
2.6 diperoleh laju aliran air bersih pada lantai 12 sebesar 127,77 Liter/menit
atau setara dengan 0,0021 m3/detik.

2. Head Statis (hs)


Head statis merupakan perbedaan elevasi yang terjadi pada peletakkan
rooftank menuju lantai 12 dapat dilihat pada gambar 5.7.

V - 26
Gambar 5.7 Skematik Rooftank ke Lantai 12
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Dari gambar skematik roof tank ke lantai 12 diperoleh hs (perbedaan


elevasinya) sebesar 4,6 m ditambah dengan tinggi pemasangan pompa 0,2 m
maka hs nya 4,8 m.
3. Diameter pipa
Diameter ini berfungsi untuk dapat menyalurkan air dari rooftank ke alat
plambing yang ada di lantai 12. Untuk dapat menentukan diameter pipa yang
dibutuhkan, perlu dilakukannya perhitungan dengan persamaan sebagai
berikut:
 V = kecepatan aliran air 1,2 m/detik (Noerbambang, 2005)
Q 0,0021m 3 /detik
 A= = = 1,75 x 10-3 m2
V 1,2m/ s
1
 A= x π x d2
4
Ax4
 d=
√ π
−3 2
d = 1,75 x 10 m x 4 = 0,047 m = 50 mm

√ π
4. Head loss (hL)
Kehilangan tekanan akibat adanya gesekan pada pipa, maka diperoleh head
loss dengan kapasitas pompa sebesar 99,59 L/menit sebagai berikut:
Q 1,85
hL (
= 6,05 x 1,85 4,87 x 10
C xd
5
)
127,77 L/menit 1,85
= 6,05 x ( 1,85 4,87
150 x 50 mm )
x 105 x 24,72 m = 0,05 bar = 0,5 m

5. Kecepatan aliran sebenarnya

V - 27
1
 A= x π x d2
4
1
 A= x π x ( 0,05 m )2
4
= 0,0019 m2
Q 0,0021m3 / s
 V= = = 1,1 m/detik
A 0,0019 m2
6. Head velocity
Kehilangan tekanan akbiat terjadinya laju aliran pada pipa dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
v2
 hV =
2x g
( 1,1 )2 m/detik
 hV = = 0,06 m
2 x 9,81 m/detik
7. Head total
Head total merupakan besar head minimal yang dibutuhkan untuk kebutuhan
pompa tekan sehingga dapat mengalirkan air bersih sesuia dengan kondisi
yang diinginkan. Perhitungannya menggunakan persamaan sebagai berikut:
 H=hs +h L + hv
 H=4,8 m+ 0,5 m+ 0,06 m=5,36 m
8. Efisiensi Pompa
Untuk dapat menentukan efisiensi pompa diperlukannya data debit
maksimum (Qmaksimum) yaitu sebesar 127,77 L/menit atau setara dengan 7,67
m3/jam.

V - 28
Gambar 5.8 Kurva Efisiensi PompaTekan
Sumber: Webcaps, 2017

Setelah memasukkan data yang dibutuhkan, diperoleh angka efisiensi pompa


sebesar 61,2 %.
9. Daya pompa
Pompa yang digunakan berfungsi untuk memberikan tekanan tambahan yang
dibutuhkan. Perhitungan daya pompa menggunakan persamaan sebagai
berikut:

ρ.g.Q.H
P=

Sumber: Ir. Sularso, 1987


Keterangan:
P = daya pompa (Kwt)
ρ = massa jenis air (1000 kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Q = kapasitas pompa (m3/detik)
H = head total (m)
ᶯ = Efisiensi pompa
kg m m3
1000 3 .9,81 .0,0021 .5,36 m
m s detik
P= =180,43 watt
61,2 %

Daya pompa tekan (booster) yang dibutuhkan di gedung unit pelayanan


terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menambahkan

V - 29
tekanan air bersih dari rooftank ke alat plambing yang berada pada lantai 12 sebesar
180,43 watt atau setara dengan 0,18 Kwtt.

5.7 Penentuan Diameter Pipa Tegak Air Bersih

Pipa tegak air bersih merupakan pipa utama yang dapat menyalurkan air
bersih ke pipa cabang dan alat plambing. Pipa tegak pada gedung unit pelayanan
terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terdiri 4 pipa tegak,
dimana 3 pipa tegak menggunakan sistem gravitasi dan 1 pipa tegak mengunakan
pompa tekan (pompa booster). Pipa tegak yang menggunakan sistem gravitasi terdiri
dari, pipa tegak utama yang berfungsi menyalurkan air bersih dari rooftank sampai
lantai 1 ,pipa tegak yang berada pada kamar yang berfungsi menyalurkan air bersih
dari lantai 10 sampai lantai 6 dan pipa tegak air panas pada bagian kamar.

Untuk dapat mengetahui diameter pipa tegak pada sistem gravitasi dan pipa tegak
pada sistem pompa tekan (booster) perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu.
Tidak jauh berbeda dengan menentukan diameter mendatar pipa air bersih, pada
perhitungan pipa tegak ini hanya menggunakan kumulatif dari semua perhitungan
pada pipa mendatar dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Tabel 5.8 Perhitungan Pipa Tegak Utama pada Shaft B dengan Sistem Aliran Gravitasi
Segmen FU PF Faktor Perkalia Diameter
Dari Ke Kumulatif Unit Keserempakan n (mm)
(%)
LT. 2 LT. 1 7.5 8 55.0 4.1 20
LT. 3 LT. 2 21.5 17 44.6 9.6 25
LT. 4 LT. 3 32.5 26 41.5 13.5 32
LT. 5 LT. 4 38.5 32 40.0 15.4 32
LT. 6 LT. 5 36.5 32 40.0 14.6 32
LT. 7 AB LT. 6 AB 10 5 70.0 7.0 25
LT. 8 AB LT. 7 AB 15 9 53.3 8.0 25
LT. 9 AB LT. 8 AB 19 12 48.0 9.1 25
L. 10 AB LT. 9 AB 31 18 44.3 13.7 32
LT. 10 LT. 10 AB 32 19 43.9 14.0 32
AA
LT. 7 AA LT. 6 AA 12 6 65.0 7.8 25

V - 30
Segmen FU PF Faktor Perkalia Diameter
Dari Ke Kumulatif Unit Keserempakan n (mm)
(%)
LT. 8 AA LT. 7 AA 19 10 51.5 9.8 25
LT. 9 AA LT. 8 AA 21 12 48.0 10.1 32
LT .10 LT. 9 AA 23 14 46.5 10.7 32
AA
LT. 10 AC LT. 10 55 33 39.9 21.9 40
AA
LT. 7 AC LT. 6 AC 12 6 65.0 7.8 25
LT. 8 AC LT. 7 AC 19 10 51.5 9.8 25
LT. 9 AC LT. 8 AC 21 12 48.0 10.1 32
LT. 10 AC LT. 9 AC 33 18 44.3 14.6 32
LT. 10 A LT. 10 AC 44 26 41.5 18.3 32
LT. 10   99 59 36.7 36.3 40
LT. 11 LT. 10 137.5 91 33.6 46.2 50
LT. 12 LT. 11 111.5 91 33.6 37.5 50
LT. 13 LT. 12 130.5 105 33 43.06 65
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak utama pada shaft B:
- Dari lantai 2 ke lantai 1
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 7.5
Unit alat plambing (PF Unit) :8
Faktor Keserempakan (Usage factor) : 55 % (Noerbambang, 2005)
F . Keserempakan x UBAP kumulatif
Perkalian (Multiply) :
100
55 % x 7.5
: =4,1
100 %
Diameter terpilih : 20 mm

Penentuan diameter pipa tegak ini diketahui terlebih dahulu FU kumuatif dari
setiap lantainya, dilakukan perhitungan dengan menentukan faktor pemakaian (%)
yang dapat dilihat pada tabel 2.5 yang disesuaikan dengan plambing fixture unit.
Berikut merupakan tabel 5.9 perhitungan pipa tegak yang berada pada kamar dengan
sistem aliran gravitasi.

Tabel 5.9 Perhitungan Pipa Tegak Kamar pada Shaft A dengan Sistem Aliran Gravitasi
Segmen FU PF Faktor Ø
Perkalia
Kumulati Keserempakan n
Dari Ke Unit (mm)
f (%)
Shaft Shaft 7AA 12 6 65 7.8 25

V - 31
Segmen FU PF Faktor Ø
Perkalia
Kumulati Keserempakan n
Dari Ke Unit (mm)
f (%)
6AA
Shaft
Shaft 8AA 19 10 51.5 9.785 25
7AA
Shaft
Shaft 9AA 21 12 48 10.08 32
8AA
Shaft
Shaft 10AA 23 14 46.5 10.695 32
9AA
Shaft 6AB Shaft 7AB 10 5 70 7 25
Shaft 7AB Shaft 8AB 15 9 53.25 7.9875 25
Shaft 8AB Shaft 9AB 19 12 48 9.12 25
Shaft 9AB Shaft 10AB 31 18 44.25 13.7175 32
Shaft 6AC Shaft 7AC 12 6 65 7.8 25
Shaft 7AC Shaft 8AC 19 10 51.5 9.785 25
Shaft 8AC Shaft 9AC 21 12 48 10.08 32
Shaft 9AC Shaft 10AC 33 18 44.25 14.6025 32
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak kamar pada shaft A:
- Shaft 6AA ke Shaft 7AA
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 12
Unit alat plambing (PF Unit) :6
Faktor Keserempakan (Usage factor) : 65 % (Noerbambang, 2005)
F . Keserempakan x UBAP kumulatif
Perkalian (Multiply) :
100
65 % x 12
: =7,8
100 %
Diameter terpilih : 25 mm

Pipa tegak air panas pada gedung unit pelayanan terpadu geriatri dan paliatif
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hanya menyalurkan air bersih bagian kamar yang
terletak pada lantai 6 sampai lantai 10. Penentuan diameter pipa tegak air panas tidak
jauh berbeda dengan penentuan pipa tegak air dingin, yaitu dengan mengetahui
kumulatif unit beban alat plambing (UBAP) dari lantai 6 sampai lantai 10 yang
membedakan perhitungan air panas dengan air dingin yaitu penentuan UBAP air
panas dimana air panas ¾ dari UBAP air dingin (SNI-8153,2015). Setelah itu

V - 32
dilakukan perhitungan dengan menentukan faktor keserempakan (%) dapat dilihat
pada tabel 2.5 yang disesuaikan dengan jumlah plambing fixture unit. Berikut
skematik pipa tegak air panas dapat dilihat pada Gambar 5.6. Berikut perhitungan
pipa tegak air panas, dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Perhitungan Pipa Tegak Air Panas pada Shaft A dengan Sistem Aliran Gravitasi
Segmen FU PF Faktor Ø
Kumulati Uni Keserempakan Perkalian
Dari Ke (mm)
f t (%)
Shaft 6AA Shaft 7AA 4.5 4 75 3.38 20
Shaft 7AA Shaft 8AA 7.5 7 60 4.50 20
Shaft 8AA Shaft 9AA 7.5 7 60 4.50 20
Shaft 9AA Shaft 10AA 9 9 53.25 4.79 20
Shaft 6AB Shaft 7AB 2.25 2 100 2.25 20
Shaft 7AB Shaft 8AB 5.25 5 70 3.68 20
Shaft 8AB Shaft 9AB 5.25 5 70 3.68 20
Shaft 9AB Shaft 10AB 9.75 9 53.25 5.19 20
Shaft 6AC Shaft 7AC 4.5 4 75 3.38 20
Shaft 7AC Shaft 8AC 7.5 7 60 4.50 20
Shaft 8AC Shaft 9AC 9 9 53.25 4.79 20
Shaft 9AC Shaft 10AC 13.5 13 47.25 6.38 25
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak air panas pada shaft A:
- Shaft 6AA ke Shaft 7AA
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 4,5
Unit alat plambing (PF Unit) :4
Faktor Keserempakan (Usage factor) : 75 % (Noerbambang, 2005)
F . Keserempakan x UBAP kumulatif
Perkalian (Multiply) :
100
75 % x 4.5
: =3,38
100 %
Diameter terpilih : 20 mm

Pipa tegak untuk lantai 12 dilakukan perhitungan tersendiri dikarenakan pada


lantai 12 ini diperlukannya tekanan tambahan yang berasal dari sistem pompa tekan
(booster). Untuk sistem perhitungan pipa tegak dengan sistem pompa tekan (booster)
tidak ada yang berbeda di bandingkan dengan perhitungan pipa tegak dengan sistem

V - 33
aliran gravitasi. Berikut skematik pipa tegak dengan sistem pompa tekan (booster)
dapat dilihat pada Gambar 5.10.

V - 34
Gambar 5.9 Skematik Pipa Tegak Air Panas dengan Sistem Aliran Gravitasi
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
1. Garis Merah merupakan pipa tegak air panas yang menyalurkan air panas dari rooftank ke lantai 10 sampai lantai6.
2. Garis Orange merupakan pipa tegak pada bagian kamar yang menyalurkan air bersih dari lantai 10 sampai lantai 6.
3. Garis Hitam merupakan alat plambing.

V - 35
Gambar 5.10 Skematik Pipa Tegak Sistem Pompa Tekan (booster)
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
1. Warna Hijau Tosca merupakan pipa tegak yang menggunakan sistem pompa tekan (booster)
yang menyalurkan air bersih ke lantai 12.
2. Warna Hitam merupakan alat plambing.

Tabel 5.11 Perhitungan Pipa Tegak Sistem Pompa Tekan (booster) pada Lantai 12
Faktor
Diameter
FU PF Keserempaka
Dari Ke Perkalian Pipa
Kumulatif Unit n
(mm)
(%)
RoofTan
LT. 12 27 14 46.5 12.55 32
k
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak air panas pada shaft A:
- Shaft 8AC ke Shaft 9AC
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 27
Unit alat plambing (PF Unit) : 14
Faktor Keserempakan (Usage factor) : 46,5 % (Noerbambang, 2005)
F . Keserempakan x UBAP kumulatif
Perkalian (Multiply) :
100
46,5 % x 27
: =12.55
100 %
Diameter terpilih : 32 mm

Setelah dilakukan perhitungan pipa tegak yang terdiri 4 pipa tegak, dimana 3
pipa tegak menggunakan sistem gravitasi dan 1 pipa tegak mengunakan pompa tekan
(pompa booster) diperoleh nilai diameter pipa tegak utama yang berfungsi
menyalurkan air bersih dari rooftank sampai lantai 1 sebesar 20 mm sampai dengan
100 mm, pipa tegak yang berada pada kamar yang berfungsi menyalurkan air bersih
dari lantai 10 sampai lantai 6 sebesar 25 mm sampai 32 mm dan pipa tegak air panas

V - 36
pada bagian kamar sebesar 20 mm sampai 25 mm. Untuk pipa tegak sistem pompa
tekan (booster) sebesar 32 mm.

Jenis pipa yang digunakan yaitu pipa Poly Propylene Random (PPR), dimana pipa
PPR ini dapat digunakan dalam kondisi air dingin dan air panas. Material pipa PPR
ini mempunyai sifat rambat panas yang rendah sehingga dapat menyimpan panas
lebih lama tanpa harus dilapisi selubung penahan panas dan terbukti tidak
menimbulkan resiko terhadap kesehatan sehingga memenuhi untuk dapat
mendistribusikan air minum (Panduan Teknik & Katalog Produk Wavin).

5.8 Perhitungan Air Limbah

Air limbah merupakan semua cairan yang di buang contohnya kotoran


manusia, sisa-sisa aktifitas sehari-hari seperti mandi, menyuci dan meyiram tanaman
(Noerbambang, 2005). Air limbah domestik terdiri dari air kotor (black water) dan air
bekas (grey water) yang memiliki rentang besaran sekitar 50%-80% dari kebutuhan
penggunaan air bersih yang akan menjadi air limbah, dimana angka tersebut
merupakan faktor timbulan air limbah (Hardjosuprapto, 2000).

Air limbah di gedung pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo terdiri atas air limbah domestik dan air limbah infeksius, dapat
dilihat pada Gambar 5.11 merupakan skematik air limbah. Aktifitas untuk air limbah
domestik yaitu aktifitas yang tidak terjadi penanganan langsung dari pihak dokter
kepada pasien atau tidak terkontaminasi dengan limbah infeksius, contohnya kegiatan
di ruangan lobi, kamar inap dan dapur. Sedangkan untuk aktifitas air limbah infeksius
yaitu terjadinya penanganan langsung dari pihak dokter kepada pasien dan
terkontaminasi dengan limbah infeksius, contohnya kegiatan di ruang periksa dan
ruang laboratorium. Untuk air buangan kolam langsung dialirkan ke sistem drainase
kota.

V - 37
Gambar 5.11 Skematik Air Limbah Domestik dan Limbah Infeksius
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Keterangan:

1. Garis merah muda merupakan pipa air bekas (grey water) domestik;
2. Garis hijau merupakan pipa air kotor (blalck water);
3. Garis kuning merupakan pipa air bekas (grey water) air limbah infeksius;
4. Garis hitam merupakan pipa ven.

V - 38
Kebutuhan total air bersih untuk kegiatan domestik sebesar
178,73 m3/hari dan kebutuhan total air bersih untuk kegiatan yang
menghasilkan limbah infeksius sebesar 8,25 m3/hari. Untuk dapat
menentukan debit air limbah dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut (Noerbambang, 2005):

Qal (m3/hari)= Faktor Timbulan Air Limbah (%) (Hardjosuprapto, 2000) x


Kebutuhan total air bersih (m3/hari)
Sumber: Noerbambang, 2005
Keterangan:
Qal = Debit air limbah (m3/hari)

Sehinggua debit air limbah domestik dan air limbah infeksius sebagai berikut:

Tabel 5.12 Rekapitulasi Debit Air Limbah


  Domestik Infeksius
(m3/hari) (m3/hari)
Kebutuhan Total Air Bersih 178.73 8.25
Debit Air Limbah 143 6.60
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
QL = Debit air limbah (m3/hari)

Contoh perhitungan untuk debit air limbah domestik:


QLdomestik = 80% x 178,73 m3/hari
= 142,99 m3/hari ~ 143 m3/hari
Pada perencanaan ini menggunakan faktor timbulan air limbah sebesar 80%
dari rentang 50%-80% (Hardjosuprapto, 2000). Dimana faktor timbulan air limbah
sebesar 80% ini diharapkan semua air limbah yang dihasilkan dari penggunaan
kebutuhan total air bersih dapat disalurkan sehingga tidak mencemari lingkungan.

5.9 Penentuan Diameter Pipa Mendatar Air Limbah

Sistem pembuangan yang direncanakan di gedung pelayanan terpadu geriatri


dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yaitu sistem buangan secara terpisah
antara aliran air kotor (black water) dengan air bekas (grey water), dengan
memanfaatkan sistem gravitasi (Noerbambang, 2005). Dimana air limbah tersebut

V - 39
akan dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL) Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.

Perencanaan pipa mendatar air limbah di gedung pelayanan terpadu geriatri


dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo perlu dilakukan pemisahan untuk
dapat mengalirkan air limbah (air kotor, air bekas dan ven) dari alat plambing menuju
unit pengolahan.Perencanaan pipa air limbah dalam bangunan pada kenyataannya
membutuhkan percabangan dalam pembagian jalur, sebelum dapat menentukan
diameter pipa yang akan digunakan terlebih dahulu mengetahui unit beban alat
plambing (UBAP) dari setiap unit alat plambing.

5.9.1 Penentuan Diameter Pipa Mendatar Air Kotor (black water) Domestik

Perhitungan atau penentuan diameter pipa mendatar air kotor (black water)
yang digunakan untuk dapat mengalirkan air limbah dari tempat yang elevasinya
lebih tinggi secara gravitasi menuju saluran yang memiliki elevasi rendah. Terlebih
dahulu dilakukan peninjauan satu per satu unit alat plambing yang terjauh dari setiap
lantai dapat dilihat pada Gambar 5.12, setelah itu ditinjau fixture unit (FU) unit
beban alat plambing (UBAP) yang dapat dilihat pada tabel 2.11, selanjutnya
menghitung FU Kumulatif lalu menentukan diameter pipa yang dibutuhkan
(berdasarkan Noerbambang,2005 atau dapat dilihat pada tabel 2.12). Untuk diameter
pipa pasaran air kotor (black water) memiliki minimal diameter pipa pasaran sebesar
100 mm. Berikut merupakan contoh perhitungan diameter pipa mendatar air kotor
(black water) dapat dilihat pada tabel 5.13.

V - 40
Gambar 5.12 Jalur Air Kotor Kegiatan Domestik Lantai 1 Shaft 1A
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
Garis Hijau merupakan jalur air kotor (black water)

Tabel 5.13 Contoh Perhitungan Dimensi Pipa Air Kotor Lantai 1 Shaft 1A
Segmen FU FU
Alat Plambing Ø
Dari Ke (UBAP) Kum
WC A Water Closet 4 4 100
UR A Urinal 2 2 50
A B - - 6 100
WC B Water Closet 4 4 100
B D - - 10 100
WC D Water Closet 4 4 100
D Shaft 1A - - 14 100
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Untuk contoh perhitungan ini diambil pada segmen WC ke D dan D ke Shaft 1A ,


berikut perhitungannya:

 Segmen WC ke D
Alat plambing : Water Closet
Unit beban alat plambing : 4 (dapat dilihat pada tabel 2.11)
FU kumulatif :4
Diameter terpilih : 50 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12),
untuk diameter pasaran berada pada 100 mm.
 Segmen D ke Shaft 1A
Alat plambing : -
Unit beban alat plambing : -
FU kumulatif : 14
Diameter terpilih : 100 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12)

V - 41
5.9.2 Penentuan Diameter Pipa Mendatar Air Bekas (grey water) Domestik

Perhitungan atau penentuan diameter pipa mendatar air bekas (grey water)
yang digunakan untuk dapat mengalirkan air limbah dari tempat yang elevasinya
lebih tinggi secara gravitasi menuju saluran yang memiliki elevasi rendah. Terlebih
dahulu dilakukan peninjauan satu per satu unit alat plambing yang terjauh dari setiap
lantai dapat dilihat pada Gambar 5.13, setelah itu ditinjau fixture unit (FU) unit
beban alat plambing (UBAP) yang dapat dilihat pada tabel 2.11, selanjutnya
menghitung FU Kumulatif lalu menentukan diameter pipa yang dibutuhkan
(berdasarkan Noerbambang,2005 atau dapat dilihat pada tabel 2.12). Untuk diameter
pipa pasaran air bekas (grey water) memiliki minimal diameter pipa pasaran sebesar
50 mm. Berikut merupakan contoh perhitungan diameter pipa mendatar air bekas
(grey water) dapat dilihat pada tabel 5.14.

Gambar 5.13 Jalur Air Bekas Kegiatan Domestik Lantai 1 Shaft 1A


Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
Garis Magenta merupakan jalur air bekas (grey water)

Tabel 5.14 Contoh Perhitungan Dimensi Pipa Air Bekas Lantai 1 Shaft 1A
Segmen FU FU Ø
Alat Plambing
Dari Ke (UBAP) Kum (mm)
FD A Floor Drain 2 2 50
LV B Lavatory 1 1 50
B D - - 3 50
FD C Floor Drain 2 2 50
LV C Lavatory 1 1 50

V - 42
C D - - 3 50
D F - - 6 50
KS E Kitchen Sink 2 2 50
FD E Floor Drain 2 2 50
LV E Lavatory 1 1 50
E F - - 5 50
F Shaft 1A - - 11 80
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Untuk contoh perhitungan ini diambil pada segmen LV ke E dan F ke Shaft 1A, berikut
perhitungannya:

 Segmen LV ke E
Alat plambing : Lavatory
Unit beban alat plambing : 1 (dapat dilihat pada tabel 2.11)
FU kumulatif : 1
Diameter terpilih : 32 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12),
untuk diameter pasaran berada pada 50 mm
 Segmen F ke Shaft 1A
Alat plambing : -
Unit beban alat plambing : -
FU kumulatif : 11
Diameter terpilih : 100 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12)

5.9.3 Penentuan Diameter Pipa Mendatar Ven

Pipa ven dipasang untuk dapat mensirkulasikan udara ke seluruh bagian dari
sistem pembuangan dan mencegah terjadinya efek sifon dan tekanan balik pada
perangkap (Noerbambang, 2005). Sistem pipa ven yang digunakan pada gedung
pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yaitu
sistem tunggal, dimana pipa ven tunggal ini dipasang pada setiap alat plambing dan di
sambungkan ke pipa ven cabang mendatar lainnya lalu disambungkan pada pipa
tegak ven.

Dalam penentuan diameter pipa ven mendatar perlu ditinjau satu per satu unit
alat plambing yang terjauh dari setiap lantai dapat dilihat pada Gambar 5.11, setelah
itu ditinjau fixture unit (FU) unit beban alat plambing (UBAP) yang dapat dilihat

V - 43
pada tabel 2.13, selanjutnya menghitung FU kumulatif. Selanjutnya menghitung
diameter pipa yang dibutuhkan (berdasarkan Noerbambang, 2005 atau dapat dilihat
pada tabel 2.13). Berikut merupakan contoh perhitungan diameter pipa mendatar ven
dapat dilihat pada tabel 5.15.

Gambar 5.14 Jalur Pipa Ven Lantai 1 Shaft 1A


Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
Garis Hitam merupakan jalur ven
Garis Hijau merupakan jalur air kotor (black water)

Tabel 5.15 Contoh Perhitungan Dimensi Pipa Ven Lantai 1 Shaft 1A


Segmen FU FU
Alat Plambing Ø
Dari Ke (UBAP) Kum
WC A Water Closet 4 4 40
WC A Water Closet 4 4 40
UR A Urinal 2 2 40
A B - - 10 40
WC B Water Closet 4 4 40
B Shaft 1A - - 14 50
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Untuk contoh perhitungan ini diambil pada segmen WC ke B dan B ke Shaft 1A,
berikut perhitungannya:

 Segmen WC ke B
Alat plambing : Water Closet
Unit beban alat plambing : 4 (dapat dilihat pada tabel 2.11)
FU kumulatif : 4

V - 44
Diameter terpilih : 32 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12),
untuk diameter pasaran berada pada 40 mm
 Segmen B ke Shaft 1A
Alat plambing : -
Unit beban alat plambing : -
FU kumulatif : 14
Diameter terpilih : 50 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12).

5.9.4 Penentuan Diameter Pipa Mendatar Air Bekas (grey water) Infeksius

Mengacu pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2012


gedung pelayanan terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
melakukan pengelolaan air limbah yang bertujuan supaya hasil dari limbah cair
infeksius tersebut tidak langsung dibuang ke badan air. Bangunan gedung pelayanan
terpadu geriatri dan paliatif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo melewati sistem
jaringan perpipaan air limbah yang di miliki oleh Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
maka wajib memanfaatkan jaringan perpipaan air limbah tersebut.

Air limbah infeksius merupakan limbah bahan berbahaya beracun (B3)


dimana limbah tersebut terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada
di lingkungan (Kepmenkes No. 1204, 2004).

Perhitungan atau penentuan diameter pipa mendatar air bekas (grey water)
yang digunakan untuk dapat mengalirkan air limbah dari tempat yang elevasinya
lebih tinggi secara gravitasi menuju saluran yang memiliki elevasi rendah. Terlebih
dahulu dilakukan peninjauan satu per satu unit alat plambing yang terjauh dari setiap
lantai dapat dilihat pada Gambar 5.15, setelah itu ditinjau fixture unit (FU) unit
beban alat plambing (UBAP) yang dapat dilihat pada tabel 2.11, selanjutnya
menghitung FU kumulatif. Selanjutnya menghitung diameter pipa yang dibutuhkan
(berdasarkan Noerbambang,2005 atau dapat dilihat pada tabel 2.12). Untuk diameter
pipa pasaran air bekas (grey water) memiliki minimal diameter pipa pasaran sebesar
50 mm. Berikut merupakan contoh perhitungan diameter pipa mendatar air bekas
(grey water) air limbah infeksius dapat dilihat pada tabel 5.16.

V - 45
Gambar 5.15 Jalur Air Bekas Infeksius Lantai 3 Shaft 3A
Sumber: Pengolahan Data, 2017
Keterangan:
Garis Kuning merupakan jalur air bekas infeksius (grey water)

Tabel 5.16 Contoh Perhitungan Dimensi Pipa Air Bekas Infeksius Lantai 3 Shaft 3A
Segmen FU FU Ø
Alat Plambing
Dari Ke (UBAP) Kum (mm)
LV A Lavatory 1 1 50
FD A Floor Drain 2 2 50
A B - - 3 50
LV B Lavatory 1 1 50
B C - - 4 50
Poin C - - 4 50
C Shaft 3A - - 8 65
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Untuk contoh perhitungan ini diambil pada segmen LV ke B dan C ke Shaft 3A,
berikut perhitungannya:

 Segmen LV ke B
Alat plambing : Lavatory
Unit beban alat plambing : 1 (dapat dilihat pada tabel 2.11)
FU kumulatif : 1
Diameter terpilih : 32 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12),
untuk diameter pasaran berada pada 50 mm
 Segmen C ke Shaft 3A
Alat plambing : -
Unit beban alat plambing : -
FU kumulatif : 6
Diameter terpilih : 65 mm (dapat dilihat pada tabel 2.12)

V - 46
5.10 Penentuan Diameter Pipa Tegak Air Limbah

Pipa tegak air limbah (air kotor dan air bekas) berfungsi untuk dapat
mengalirkan air limbah dari cabang-cabang pipa mendatar menuju ke unit
pengolahan, sedangkan pipa tegak ven merupakan perpanjangan dari pipa tegak air
limbah diatas cabang mendatar pipa air limbah tertinggi (Noerbambang, 2005) dapat
dilihat pada Gambar 5.8.

5.10.1 Penentuan Diameter Pipa Tegak Air Kotor (black water) Domestik

Dalam penentuan diameter pipa tegak air kotor (black water) ditinjau terlebih
dahulu fixture unit (FU) kumulatif dari setiap lantai. Selanjutnya menghitung
diameter pipa yang dibutuhkan (berdasarkan Noerbambang, 2005 atau dapat dilihat
pada tabel 2.12). Berikut perhitungan pipa tegak air kotor (black water) dapat dilihat
pada tabel 5.17.

Tabel 5.17 Contoh Perhitungan Pipa Tegak Air Kotor (black water) pada Shaft A
Segmen Diameter
Fu Kumulatif
Dari Ke (mm)
Shaft 12 A Shaft 11 A 12 100
Shaft 11 A Shaft 10 A 12 100
Shaft 10 A Shaft 9 A 12 100
Shaft 9 A Shaft 8 A 12 100
Shaft 8 A Shaft 7 A 12 100
Shaft 7 A Shaft 6 A 12 100
Shaft 6 A Shaft 5 A 80 100
Shaft 5 A Shaft 4 A 80 100
Shaft 4 A Shaft 3 A 80 100
Shaft 3 A Shaft 2 A 84 100
Shaft 2 A Shaft 1 A 92 100
Shaft 1 A Shaft 1 B 106 100
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak air kotor (black water) pada
shaft A:
- Shaft 12A ke 11A
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 12
Diameter terpilih : 80 mm (Noerbambang, 2005),
diameter pasaran 100 mm.

V - 47
5.10.2 Penentuan Diameter Pipa Tegak Air Bekas (grey water) Domestik

Dalam penentuan diameter pipa tegak air bekas (grey water) ditinjau terlebih
dahulu fixture unit (FU) kumulatif dari setiap lantai. Selanjutnya menghitung
diameter pipa yang dibutuhkan (berdasarkan Noerbambang, 2005 atau dapat dilihat
pada tabel 2.12). Berikut perhitungan pipa tegak air bekas (grey water) dapat dilihat
pada tabel 5.18.

Tabel 5.18 Contoh Perhitungan Pipa Tegak Air Bekas (grey water) pada Shaft A
Segmen Diameter
Fu Kumulatif
Dari Ke (mm)
Shaft 12 A Shaft 11 A 22 100
Shaft 11 A Shaft 10 A 22 100
Shaft 10 A Shaft 9 A 22 100
Shaft 9 A Shaft 8 A 22 100
Shaft 8 A Shaft 7 A 22 100
Shaft 7 A Shaft 6 A 22 100
Shaft 6 A Shaft 5 A 105 100
Shaft 5 A Shaft 4 A 105 100
Shaft 4 A Shaft 3 A 105 100
Shaft 3 A Shaft 2 A 105 100
Shaft 2 A Shaft 1 A 120 100
Shaft 1 A Shaft 1 B 131 100
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak air bekas (grey water) pada
shaft A:
- Shaft 12A ke 11A
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 22
Diameter terpilih : 100 mm (Noerbambang, 2005)

5.10.3 Penentuan Diameter Pipa Tegak Ven

Pipa tegak ven harus dipasang pada bangunan gedung bertingkat dua atau
lebih, bersama dengan pipa tegak air limbah yang disambung dengan alat plambing.
Pipa tegak ven harus menjulang ke atas dengan ukuran tetap sampai pada ketinggian
sekurang-kurangnya 30 cm di bawah atap (SNI 8153, 2015).

Dalam penentuan diameter pipa tegak ven ditinjau terlebih dahulu fixture unit
(FU) kumulatif dari setiap lantai. Selanjutnya menghitung diameter pipa yang

V - 48
dibutuhkan (Noerbambang, Tahun 2005 atau tabel 2.13). Berikut perhitungan pipa
tegak ven dapat dilihat pada tabel 5.19.

Tabel 5.19 Contoh Perhitungan Pipa Tegak Ven pada Shaft A


Segmen Fu Diameter
Dari Ke Kumulatif (mm)
Shaft 1 A Shaft 2 A 14 50
Shaft 2 A Shaft 3 A 22 65
Shaft 3 A Shaft 4 A 26 65
Shaft 4 A Shaft 5 A 26 65
Shaft 5 A Shaft 6 A 26 65
Shaft 6 A Shaft 7 A 26 65
Shaft 7 A Shaft 8 A 26 65
Shaft 8 A Shaft 9 A 26 65
Shaft 9 A Shaft 10 A 26 65
Shaft 10 A Shaft 11 A 98 100
Shaft 11 A Shaft 12 A 98 100
Shaft 12 A Shaft 13 A 114 100
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak ven pada shaft A:
- Shaft 12A ke 11A
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) : 14
Diameter terpilih : 50 mm (Noerbambang, 2005)

5.10.4 Penentuan Diameter Pipa Tegak Air Bekas (grey water) Infeksius

Dalam penentuan diameter pipa tegak air bekas (grey water) air limbah
infeksius ditinjau terlebih dahulu fixture unit (FU) kumulatif dari setiap lantai.
Selanjutnya menghitung diameter pipa yang dibutuhkan (berdasarkan Noerbambang,
2005 atau dapat dilihat pada tabel 2.12). Berikut perhitungan pipa tegak ven dapat
dilihat pada tabel 5.20.

Tabel 5.20 Contoh Perhitungan Pipa Tegak Air Bekas (grey water) Infeksius pada Shaft A
Segmen Diameter
FU Kumulatif
Dari Ke (mm)
Shaft 12 A Shaft 11 A 0 -
Shaft 11 A Shaft 10 A 0 -
Shaft 10 A Shaft 9 A 0 -
Shaft 9 A Shaft 8 A 0 -
Shaft 8 A Shaft 7 A 0 -
Shaft 7 A Shaft 6 A 0 -
Shaft 6 A Shaft 5 A 6 65
Shaft 5 A Shaft 4 A 6 65

V - 49
Segmen Diameter
FU Kumulatif
Dari Ke (mm)
Shaft 4 A Shaft 3 A 12 80
Shaft 3 A Shaft 2 A 18 100
Shaft 2 A Shaft 1 A 18 100
Shaft 1 A Shaft 1 B 18 100
Sumber: Pengolahan Data, 2017

Berikut ini merupakan contoh perhitungan pipa tegak ven pada shaft A:
- Shaft 6A ke 5A
UBAP kumulatif (FU Kumulatif) :6
Diameter terpilih : 65 mm (Noerbambang, 2005)

Setelah dilakukan perhitungan diameter pipa air limbah (air kotor, air bekas
dan ven) domestik dan infeksius, diperoleh nilai diameter pipa air kotor dengan
rentang 50 mm, 100 mm sampai 150 mm, pipa air bekas kegiatan domestik dengan
rentang 50 mm sampai 150 mm, pipa air bekas infeksius dengan rentang 50 mm
sampai 100 mm dan untuk dismeter pipa ven dengan rentang 40 mm sampai 125 mm.
Dengan kemiringan pipa mendatar yang digunakan yaitu sebesar 10,4 mm/m.

Jenis pipa yang digunakan untuk air limbah domestik dan infeksius yaitu, pipa
Poly Propylene Random (PPR) dan Poly Vinyl Chloride (PVC), dimana pipa PPR dan
PVC ini dapat digunakan untuk mengalirkan air limbah (air bekas) infeksius, dimana
pipa PPR ini dapat bertahan pada aliran asam dan basa kuat walaupun dalam
temperatur 115oC (Panduan Teknik & Katalog Produk Wavin dan Vinilon).

V - 50

Anda mungkin juga menyukai